Anda di halaman 1dari 19

TUGAS FARMASI INDUSTRI

Disusun Oleh :

Kelompok 8

1800023007 DWI PRASETYA GIWANTARI

1800023018 ALFIRA AMARISTI

1800023037 ARCHEL PANJI PRATAMA

1800023049 MUTIARA AYU SAGITA

1800023063 MUHAMMAD ZULFIKAR

1800023075 RAKHA IMAN HARTONO

1800023092 CANDRA AZZAHRA

1900023016 NIBBANA KARAAMIKA CANDRA

1900023056 TASYA SALWA SALSABILA

1900023077 MAYA PINGKI CITRAPERDANI

1900023261 NABILA ALIFIA NURROKHMAH

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD


DAHLAN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta

karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah Farmasi Industri . Adapun

makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari Ibu Siti Fatmawati Fatimah

,M.Sc.,Apt. Selaku dosen Farmasi Industri .

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dari Ibu Siti Fatmawati Fatimah

,M.Sc.,Apt. Selaku dosen Farmasi Industri . Berkat tugas yang diberikan ini, dapat

menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga

mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam

proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari, bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak

kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidak sempurnaan

yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran

dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Yogyakarta ,09 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I.....................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................................1

A. KASUS.............................................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................................1

C. TUJUAN...........................................................................................................................1

BAB II...................................................................................................................................2

PEMBAHASAN....................................................................................................................2

A. Ketidaksesuaian Kasus......................................................................................................2

B. Kategori Ketidaksesuaian..................................................................................................3

C. Tindakan Ketidaksesuaian................................................................................................3

D. Menjelaskan dokumen yang harus dibuat dan dilaporkan atas ketidak sesuaian dengan
CPOB pada masing-masing departemen................................................................................5

E. Menentukan dan menjelaskan jenis validasi dan besar bets validasi.................................6

F. Komplain (Keluhan dan Penarikan)..................................................................................8

BAB III................................................................................................................................13

KESIMPULAN....................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN
A. KASUS
Soal Kasus Auditor BPOM melakukan inspeksi ke pabrik MADA FARMA pada 31 Mei
2021. Saat itu, bagian Produksi sedang berlangsung proses penimbangan Produk Tablet
Carbamazepin. Bahan ditimbang oleh 2 operator penimbangan di dalam sebuah Laminar Air
Flow Booth. Bahan yang ditimbang sebanyak 6 item dengan dua buah timbangan, 6 label
timbangan, 6 plastik timbang dan 3 sendok timbang. Bahan yang ditimbang sesuai urutan
antara lain:
1. Carbamazepin
2. Aluminium lake erythrosine
3. Talc
4. Avicel 102
5. Lactose Crystalline
6. Magnesium Stearate

Setelah melakukan inspeksi pada bagian produksi, BPOM melakukan inspeksi pada
departemen validasi. Pada departemen tersebut ditemukan bahwa awal tahun 2021, industri
farmasi MADA FARMA melakukan perpindahan lokasi pencampuran dan pengemasan
produk ruahan karena hampir sebagian besar kegiatan produksi dinaikkan kapasitasnya. Salah
satunya adalah sediaan steril ampul vitamin C 200 mg per 5 ml yang awalnya diproduksi
sebanyak 5000 menjadi 7000 ampul. Adanya peningkatan batch size, maka dilakukan validasi
terhadap proses produksi pada tahapan mixing, filling dan packing. Disamping itu, untuk
menghindari pemborosan akibat kegagalan validasi, maka batch size yang digunakan hanya
setengah dari batch size komersial sebanyak 2 batch berturut-turut.

Kemudian, BPOM juga menemukan informasi bahwa 2 hari yang lalu, departemen
Marketing menerima keluhan dari Rumah Sakit “Sehat Jaya” bahwa pada 5 wadah ampul
dengan nomor bets QC 3456 berwarna kuning pucat. 1 hari kemudian, rumah sakit tersebut
melaporkan ada 3 orang pasien mengalami kondisi mual muntah akibat pemberian injeksi
tersebut. Guna mencegah kejadian tersebut berulang, pada hari yang sama direktur pabrik
menginstruksikan untuk menarik semua produk injeksi QC 3456.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Menentukan dan menjelaskan Temuan ketidak sesuaian Kasus dengan Poin CPOB 2018
2. Mengkategorikan temuan penyimpangan
3. Menjelaskan tindakan selanjutnya.
4. Menjelaskan dokumen yang harus dibuat dan dilaporkan atas ketidak sesuaian dengan
CPOB pada masing-masing departemen.
5. Menentuka n dan menjelaskan jenis validasi dan besar bets validasi.
6. Menjelaskan Prosedur komplain, kategori komplain dan pelaporan komplain konsumen
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami ketidaksesuaian kasus dengan CPOB
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan dokumen yang harus dibuat dan dilaporkan atas
ketidak sesuaian dengan CPOB pada masing-masing departemen.
3. Untuk menentukan jenis validasi

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Ketidaksesuaian Kasus
1. Terdapat ketidaksesuaian pada alat timbang yang dipakai. Menurut CPOB tahun
2018 poin 6.59 halaman 30 kapasitas, ketelitian dan ketepatan alat timbang dan alat
ukur yang dipakai hendaklah sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang atau
ditakar. Sedangkan pada kasus ini digunakan 3 sendok timbang untuk menimbang 6
jenis bahan sehingga kemungkinan akan terjadi kontaminasi antar bahan.
2. Terkait penimbangan bahan. Dalam CPOB tahun 2012, urutan menimbang bahan
adalah dimulai dari penimbangan eksipien terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan
penimbangan zat aktif obat. Sedangkan pada kasus ini yang ditimbang terlebih
dahulu merupakan zat aktifnya, padahal yang sesuai penimbangan dimulai dari
bahan penolong atau eksipien kemudian zat aktif.
3. Terdapat ketidaksesuaian dalam pemindahan lokasi pada kasus ini, yaitu seharusnya
dalam pemindahan lokasi dilakukan kualifikasi desain lantaran terjadi perubahan
jumlah produksinya yang semula 5000 menjadi 7000 seharusnya dilakukan validasi
ulang salah satunya validasi proses. Unsur berikut misalnya seperti kualifikasi
peralatan, fasilitas, sarana penunjang atau sistem merupakan kualifikasi desain
dimana kepatuhan desain dalam CPOB hendaklah dibuktikan dan didokumentasikan
4. Terjadi ketidaksesuaian ketika waktu penarikan kembali produk pada kasus tertera
bahwa direktur melakukan penarikan sehari setelah diterimanya keluhan.
Seharusnya masih ada proses / prosedurnya yang wajib dilewati terlebih dahulu
dalam menangani keluhan produk.
5. Terdapat ketidaksesuaian pada jumlah batch berturut-turut. Dalam CPOB 2012
halaman 81 poin 12.24, secara teoritis, jumlah proses produksi dan pengamatan yang
dilakukan sudah cukup menggambarkan variasi dan menetapkan tren sehingga dapat
memberikan data yang cukup untuk keperluan evaluasi. Secara umum, 3 (tiga) bets
berurutan yang memenuhi parameter yang disetujui dapat diterima telah memenuhi
persyaratan validasi proses. sedangkan dalam kasus ini hanya digunakan 2 batch
berturut-turut.

2
3

B. Kategori Ketidaksesuaian
1. Pada ketidaksesuaian point no. 1 yaitu dalam bagian urutan penggunaan sendok
yang kurang atau tidak sesuai termasuk dalam kategori kritikal karena hal ini
berpengaruh besar terhadap kualitas produk
2. Ketidaksesuaian poin no.2 yaitu ketdaksesuaian urutan penimbangan dari zat aktif
kemudian zat eksipien termasuk kategori kritikal karena dapat berpengaruh pada
mutu produk.
3. Pada ketidaksesuaian point no. 3 (yakni terkait pemindahan lokasi yang
berhubungan dengan kualifikasi dan validasi), termasuk kategori kritikal. Karena
ditinjau dari tingkatan risiko atau tingkat keparahan (severity) termasuk sub-kategori
severe/parah sebab akan berpengaruh penting pada kualitas produk (keamanan,
khasiat) dan / atau cacat yang berpotensi mengancam kehidupan atau dapat
menyebabkan risiko kesehatan yang serius.
4. Pada ketidaksesuaian point no. 4 (yakni terkait penarikan kembali produk dalam
jangka waktu sehari atas dasar terdapat keluhan), termasuk kategori minor. Karena
ditinjau dari tingkatan risiko atau tingkat keparahan (severity) termasuk sub-kategori
minor sebab hal ini mengarah ke produk, yang tidak menyebabkan reaksi merugikan
pada kesehatan. Hal ini dapat menimbulkan kendala bagi pengguna atau dapat
mengganggu citra pasar dari produk.
5. Ketidaksesuaian poin no.5 yaitu jumlah batch yang dipakai termasuk ke dalam
kategori mayor karena batch yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan prosedur
produksi dan akan berpengaruh pada kualitas dan mutu produk yang dihasilkan.

C. Tindakan Ketidaksesuaian
1. Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
2. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan
sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan
distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila
perlu dicatat.
3. Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya
dengan pesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dimana perlu dan diberi penandaan
dengan data yang diperlukan.
4. Kerusakan wadah dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu
bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada Bagian Pengawasan
Mutu.
5. Pengolahan produk yang berbeda tidak boleh dilakukan secara bersamaan atau
bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak ada resiko terjadi kecampur
bauran ataupun kontaminasi silang.
6. Produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba atau
pencemaran lain pada tiap tahap pengolahan.
7. Bila bekerja dengan bahan atau produk kering, hendaklah dilakukan tindakan khusus
untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya. Hal ini terutama dilakukan pada
penanganan bahan yang sangat aktif atau menyebabkan sensitisasi.
8. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin
produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau
penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan
nomor bets. Bila perlu, penandaan ini hendaklah juga menyebutkan tahapan proses
produksi.
9. Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan dengan
format yang telah ditetapkan. Label yang berwarna seringkali sangat membantu
untuk menunjukkan status (misal:karantina, diluluskan, ditolak, bersih dan lain-lain).
10. Studi validasi hendaklah memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi dan kesimpulan hendaklah
dicatat.
11. Studi validasi hendaklah memperkuat pelaksanaan CPOB dan dilakukan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi dan kesimpulan hendaklah
dicatat.
12. Apabila suatu formula pembuatan atau metode preparasi baru diadopsi, hendaklah
diambil langkah untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan
produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan menggunakan bahan
dan peralatan yang telah ditentukan, akan senantiasa menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu.
13. Perubahan signifikan terhadap proses pembuatan termasuk perubahan peralatan atau
bahan yang dapat memengaruhi mutu produk dan atau reprodusibilitas proses
hendaklah divalidasi.
14. Hendaklah secara kritis dilakukan revalidasi secara periodik untuk memastikan
bahwa proses dan prosedur tetap mampu mencapai hasil yang diinginkan.
15. Hendaklah tersedia sistem yang menjelaskan secara rinci penomoran bets/lot dengan
tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau
produk jadi dapat diidentifikasi.
16. Sistem penomoran bets/lot yang digunakan pada tahap pengolahan dan tahap
pengemasan hendaklah saling berkaitan.
17. Sistem penomoran bets/lot hendaklah menjamin bahwa nomor bets/lot yang sama
tidak dipakai secara berulang.
18. Alokasi nomor bets/lot hendaklah segera dicatat dalam suatu buku log. Catatan
tersebut hendaklah mencakup tanggal pemberian nomor, identitas produk dan
ukuran bets/lot yang bersangkutan.
19. Penanganan keluhan dan laporan suatu produk termasuk hasil evaluasi dari
penyelidikan serta tindak lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat dan dilaporkan
kepada manajemen atau bagian yang terkait. 9
20. Catatan keluhan hendaklah dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi hal yang
spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang memerlukan perhatian dan
kemungkinan penarikan kembali produk dari peredaran.

D. Menjelaskan dokumen yang harus dibuat dan dilaporkan atas ketidak sesuaian
dengan CPOB pada masing-masing departemen.

Departemen produksi hendaknya menghentikan sementara proses produksi terkait


produk yang ditarik guna mengevaluasi kesalahan yang terjadi dalam rangka optimalisasi
proses produksi ke depannya. Perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap seluruh proses
produksi yang dilakukan. Diperlukan juga pemeriksaan ulang terhadap pemilihan, kualitas,
serta penyimpanan bahan baku yang akan digunakan. Hal lain yang perlu dilakukan adalah
pengecekan kembali terhadap alur produksi yang harus disesuaikan dengan petunjuk kerja.
Selain itu, tindakan yang perlu diperhatikan adalah kebersihan selama proses produksi
terutama saat melakukan penimbangan. Kebersihan ketika melakukan penimbangan maupun
setelahnya, harus diperhatikan karena kebersihan mempengaruhi potensi kontaminasi yang
dapat mencemari produk.
Kesalahan dalam produksi seringkali tidak hanya disebabkan karena kesalahan alat
maupun bahan baku yang digunakan, namun dapat dikarenakan personil yang bertugas dalam
departemen tersebut. Sehingga pelatihan pun perlu dilaksanakan bagi para personil guna
meningkatkan skill dan pengetahuan mengenai bidang yang dikerjakan.
Departemen validasi perlu melakukan validasi ulang terkait kinerja sistem perangkat
(lunak maupun keras) serta prosedur yang dijalankan selama proses berlangsung.
Pemindahan lokasi pencampuran dan pengemasan produk ruahan sangat riskan menyebabkan
beberapa komponen alat mixing maupun pengemas terbentur atau bahkan terjatuh saat proses
pemindahan yang memungkinkan alat tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga
perlu dilakukan validasi ulang. Proses validasi yang dilakukan hendaknya menyesuaik
an dan mencerminkan keadaan produksi yang baru (termasuk jumlah batch serta alur proses b
eserta parameter-parameter yang terkait), guna meminimalisir kesalahan dalam proses produk
si. Adaptasi dengan lingkungan baru pun perlu dilakukan terhadap para personil yang mengo
perasikan alat-alat yang digunakan agar tercapai keberhasilan dari proses yang dijalankan.
Apabila terdapat keluhan, bagian QA (Quality Assurance) atau penjaminan mutu
hendaknya menangani keluhan tersebut sesuai prosedur tertulis terkait hal-hal yang perlu
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam CPOB 2018 disebutkan bahwa semua
keluhan hendaklah didokumentasikan dan dinilai untuk menetapkan apakah terjadi cacat
mutu atau masalah yang lain. Diperlukan perhatian khusus untuk menetapkan apakah keluhan
atau cacat mutu yang dicurigai berkaitan dengan pemalsuan. Ketika investigasi cacat mutu
dimulai, hendaklah tersedia prosedur yang setidaknya mencakup hal-hal berikut:
a) Deskripsi cacat mutu yang dilaporkan.
b) Penentuan luas dari cacat mutu. Hendaklah dilakukan pemeriksaan atau pengujian sampel
pembanding dan/atau sampel pertinggal, dan dalam kasus tertentu, peninjauan catatan
produksi bets, catatan sertifikasi bets dan catatan distribusi bets (khususnya untuk produk
yang tidak tahan panas) hendaklah dilakukan.
c) Kebutuhan untuk meminta sampel atau produk cacat yang dikembalikan dan bila
sampel telah tersedia, kebutuhan untuk melakukan evaluasi yang memadai.
d) Penilaian risiko yang ditimbulkan oleh cacat mutu, berdasarkan tingkat keparahan dan
luas dari cacat mutu.
e) Proses pengambilan keputusan yang akan digunakan terkait dengan kemungkinan
kebutuhan tindakan pengurangan-risiko dalam jaringan distribusi, seperti penarikan
bets/produk atau tindakan lain.
f) Penilaian dampak dari tindakan penarikan obat terhadap ketersediaannya di peredaran
bagi pasien, dan kebutuhan untuk melaporkan dampak penarikan obat kepada otoritas
terkait.
g) Komunikasi internal dan eksternal yang perlu dilakukan sehubungan dengan cacat mutu
dan investigasi.
h) Identifikasi potensi akar masalah dari cacat mutu.
i) Kebutuhan untuk melakukan identifikasi dan mengimplementasikan Tindakan Korektif
dan Pencegahan yang tepat, dan penilaian terhadap efektivitasnya.

E. Menentukan dan menjelaskan jenis validasi dan besar bets validasi.

Menurut CPOB Tahun 2018, Validasi proses secara umum pada butir 12.19 bahwa
Ketentuan dan prinsip yang diuraikan berlaku untuk pembuatan sediaan obat, yang mencakup
validasi proses baru (initial validation), validasi bila terjadi perubahan proses dan validasi
ulang.
Menurut CPOB Tahun 2018 pada butir 12.20 Bab Validasi Proses bahwa Pada umumnya
validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan (validasi prospektif). Pada keadaan
tertentu, jika hal tersebut tidak memungkinkan, validasi bisa juga dilakukan pada saat proses
produksi rutin dilaksanakan (validasi konkuren). Proses yang telah berjalan sebaiknya juga
divalidasi (validasi retrospektif).
Jenis validasi yang digunakan yaitu gabungan antara pendekatan tradisonal dan verifikasi
proses kontinu. Dalam pendekatan tradisional, sejumlah bets produk diproduksi dalam
kondisi rutin untuk memastikan reprodusibilitas. Verifikasi proses secara kontinu dapat
dilakukan sebagai alternatif untuk validasi proses tradisional. Gabungan antara pendekatan
tradisional dan verifikasi proses kontinu ini disebut sebagai pendekatan hibrida. Pendekatan
hibrida digunakan setelah pengembangan produk berhasil dan pernah dilakukan produksi
rutin. Selain itu, pendekatan hibrida juga digunakan untuk validasi pasca perubahan atau
selama verifikasi proses on-going (produk awalnya divalidasi dengan menggunakan
pendekatan tradisional).
Berdasarkan pada CPOB Tahun 2018, validasi proses dibagi menjadi 3 yaitu validasi
prospektif, konkuren, dan reprostektif. Pada kasus merupakan bagian dari validasi prospektif
terkait dengan hal bets validasi, batch size, kenaikan batch size.
Terkait pada kenaikann bets size yang tertera pada kasus bahwa dilakukan dari 5000
menjadi 7000 produksi sesuai dengan syarat yang ditentukan pada CPOB pada butir 12.25
Bab Validasi prospektif bahwa ukuran bets yang digunakan dalam proses validasi hendaklah
sama dengan ukuran bets produksi yang direncanakan.
Terkait pada bets validasi di kasus bahwa batch size yang digunakan hanya setengah dari
batch size komersial sebanyak 2 batch berturut-turut tidak sesuai dengan aturan yang ada
pada CPOB 2018. Sebagaimana terbilang pada butir 12.24 bahwa 3 (tiga) bets berurutan
yang memenuhi parameter yang disetujui dapat diterima telah memenuhi persyaratan validasi
proses. Dan pada butir 12.26 bahwa Jika bets validasi akan dipasarkan, kondisi
pembuatannya hendaklah memenuhi ketentuan CPOB, hasil validasi tersebut hendaklah
memenuhi spesifikasi dan sesuai izin edar.
Berikut ini adalah beberapa tahap dari validasi:
1. Proses Design
a. Produk Target Kualitas (Quality target Product Profile/QTPP)
b. Atribut Mutu yang Kritis (Critical Quality Attribute/CQA)
c. Formulasi dan Proses Pengembangan – Proses Mayoritas:
-Bahan/zat aktif obat (Active Pharmaceutical Ingredient/API)
-Pengembangan formulasi
-Proses Pengembangan
-Ruang Desain

2. Proses Kualifikasi
a. Desain fasilitas dan kualifikasi fasilitas, sistem, peralatan dan utilitas
b. Process Performance Qualification (PPQ)

3. Proses Verifikasi
a. Untuk memberikan jaminan berkelanjutan bahwa proses tetap dalam kondisi kontrol
selama rutinitas produksi komersial.
b. Sistem mutu dalam memonitor proses data, untuk mendeteksi variabilitas proses yang
tidak diinginkan dan menetapkan tindakan yang harus dilakukan.
c. Data yang dikumpulkan termasuk bahan baku, bahan yang sedang dalam proses dan
produk jadi.
d. Direkomendasikan menggunakan perangkat lunak statistik modern yang
memungkinkan evaluasi data secara harfiah secara instan.
e. Data ini harus dipantau secara statistik dan ditinjau secara berkala oleh ahli statistik
untuk mengkonfirmasi validitas.
f. Disarankan untuk menggunakan pengambilan sampel tinggi dan pengujian parameter
dan kualitas proses atribut dalam tahap ini sampai data yang dihasilkan untuk estimasi
variabilitas.
g. Hal tersebut akan membentuk dasar untuk menetapkan tingkat dan frekuensi
pengambilan sampel dan pemantauan rutin.
g. Variabilitas proses harus ditinjau secara berkala. Tinjauan data tahunan manufaktur
harus dianggap sebagai persyaratan minimum.
h. Frekuensi dan tingkat ulasan harus didasarkan pada pertimbangan risiko produk/proses
dimana tinjauan yang lebih sering diharapkan untuk parameter proses kritis dan atribut
mutu yang kritis.
i. Tinjauan berkala dapat disesuaikan sesuai dengan riwayat produk.

F. Komplain (Keluhan dan Penarikan)


Pada tahap komplain terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu:
a. Prosedur Komplain
Berdasarkan CPOB 2018 halaman 96:

1. Menyediakan prosedur tertulis yang terperinci berupa tindakan yang diambil setelah
menerima keluhan titik, semua keluhan setidaknya didokumentasikan dan dinilai
untuk menetapkan apakah terjadi cacat mutu atau masalah lain.
2. Hendaknya memberikan perhatian khusus untuk menetapkan apakah nantinya
keluhan atau cacat mutu tersebut yang dicurigai berkaitan dengan pemalsuan.
3. Tidak semua keluhan yang akan diterima disebabkan oleh cacat mutu. Sehingga
untuk keluhan yang tidak menunjukkan adanya kemungkinan cacat mutu hendaknya
disertai dokumentasinya dengan tepat. Kemudian dikomunikasikan kepada bagian
atau personel yang bertanggung jawab atas investigasi dan pengelolaan keluhan
yang bersangkutan, seperti dugaan efek samping diharapkan dapat menyediakan
prosedur untuk memfasilitasi permintaan investigasi mutu dari suatu bets obat
dengan tujuan menginvestigasi dugaan efek samping yang dilaporkan.
4. Pada saat investigasi cacat mutu dimulai, setidaknya tersedia prosedur yang dapat
mencakup beberapa hal-hal berikut:
a. Deskripsi cacat mutu yang dilaporkan.
b. Penentuan luas dari cacat mutu. seharusnya dilakukan pemeriksaan atau
pengujian sampel pembanding dan/atau sampel pertinggal, dan dalam kasus
tertentu, peninjauan catatan produksi bets, catatan sertifikasi bets dan catatan
c. distribusi bets (khususnya untuk produk yang tidak tahan panas) harus
dilakukan.
d. Hal-hal yang dibutuhkan untuk meminta sampel atau produk cacat yang
dikembalikan, sehingga apabila sampel telah tersedia kebutuhan untuk
melakukan evaluasi memadai.
e. Penilaian risiko yang ditimbulkan akibat cacat mutu, berdasarkan tingkat
keparahan dan luas dari cacat mutu.
f. Proses pengambilan keputusan yang akan digunakan terkait dengan
kemungkinan kebutuhan tindakan pengurangan-risiko dalam jaringan distribusi,
seperti penarikan bets/produk atau tindakan lain.
g. Penilaian dampak dari tindakan penarikan obat terhadap ketersediaannya di
peredaran bagi pasien, dan kebutuhan untuk melaporkan dampak penarikan obat
kepada otoritas terkait.
h. Komunikasi internal dan eksternal yang perlu dilakukan sehubungan dengan
cacat mutu dan investigasi.
i. Identifikasi potensi akar masalah dari cacat mutu.
j. Kebutuhan untuk melakukan identifikasi dan mengimplementasikan Tindakan
Korektif dan Pencegahan yang tepat, dan penilaian terhadap efektivitasnya.
(CPOB No.13 Tahun 2018 BAB 9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan
Penarikan Kembali Produk poin 9.2)

b. Kategori Komplain
Komplain atau keluhan merupakan umpan balik dari konsumen atau pelanggan yang
cenderung sifatnya negatif yang ditujukan untuk perusahaan. Komplain diberikan karena
adanya ketidakpuasan konsumen ketika memakai dan membeli suatu barang baik itu
produk atau jasa. Komplain dimaksukan agar suatu perusahaan dapat memperbaiki
kualitas produknya dan meningkatkan kepuasan bagi pelanggannya.

Untuk dapat melindungi kesehatan dan kenyamanan masyarakat, suatu sistem dan
prosedur yang sesuai hendaknya tersedia untuk mencatat, menilai, menginvestigasi dan
meninjau lebih lanjut terhadap komplain atau keluhan dari pelanggan termasuk potensi
cacat mutu dan, jika perlu, segera melakukan penarikan obat termasuk obat uji klinik dari
jalur distribusi secara efektif.
Prinsip-prinsip dari Manajemen Risiko Mutu sudah seharusnya diterapkan pada
proses investigasi, penilaian cacat mutu dan proses pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan tindakan penarikan produk, tindakan perbaikan dan pencegahan serta
tindakan pengurangan risiko lain. Panduan atau cara yang berkaitan dengan prinsip-
prinsip tersebut tercantum dalam Bab 1 Sistem Mutu Industri Farmasi. (CPOB No. 13
Tahun 2018 BAB 1 Manajemenen Mutu, hal : 3)

Jika terdapat cacat mutu yang terkonfirmasi (kesalahan pembuatan, kerusakan produk,
temuan pemalsuan, ketidakpatuhan terhadap izin edar atau spesifikasi produk, atau isu
mutu serius lain) terhadap obat atau obat uji klinik yang dapat mengakibatkan penarikan
produk atau pembatasan pasokan, semua otoritas pengawas obat terkait harus segara
diberitahu. Apabila ditemukan produk yang beredar tidak sesuai dengan izin edarnya,
segera laporkan kepada Badan POM atau otoritas pengawas obat yang terkait sesuai
dengan ketentuan berlaku. (CPOB No.13 Tahun 2018 BAB 9 Penanganan Keluhan
Terhadap Produk dan Penarikan Kembali Produk poin Prinsip)

c. Pelaporan Komplain
Investigasi dan Pengambilan Keputusan

9.10 Informasi yang dilaporkan terkait kemungkinan cacat mutu hendaklah dicatat,
termasuk semua data yang asli dan rinci. Keabsahan dan luas dari cacat mutu yang
dilaporkan hendaklah didokumentasikan dan dinilai sesuai dengan prinsip Manajemen
Risiko Mutu untuk mendukung keputusan tingkat investigasi dan tindakan yang diambil.
9.11 Jika ditemukan atau dicurigai cacat mutu pada suatu bets, maka hendaklah
dipertimbangkan untuk memeriksa bets atau mungkin produk lain untuk memastikan
apakah bets lain atau produk lain tersebut juga terkena dampak. Terutama hendaklah
diinvestigasi apabila bets lain mengandung bagian atau komponen yang cacat.

9.12 Investigasi cacat mutu hendaklah mencakup tinjauan terhadap laporan cacat mutu
sebelumnya atau informasi terkait lain untuk mencari indikasi masalah spesifik atau
berulang yang memerlukan perhatian dan mungkin memerlukan tindakan regulasi lebih
lanjut.

9.13 Keputusan yang dibuat selama dan setelah investigasi cacat mutu hendaklah
mencerminkan tingkat risiko yang ditunjukkan oleh cacat mutu serta keseriusan setiap
ketidakpatuhan terhadap persyaratan dokumen izin edar/spesifikasi produk atau CPOB.
Keputusan tersebut hendaklah diambil tepat waktu untuk memastikan keselamatan
pasien dengan cara yang sesuai dengan tingkat risiko yang diakibatkan oleh masalah
tersebut.

9.14 Informasi yang komprehensif tentang jenis dan luas dari cacat mutu tidak selalu
diperoleh pada tahap awal investigasi, oleh karena itu proses pengambilan keputusan
hendaklah tetap memastikan bahwa tindakan pengurangan-risiko yang tepat diambil
selama investigasi dilakukan. Semua keputusan dan tindakan yang diambil sebagai
akibat dari cacat mutu hendaklah didokumentasikan.

9.15 Cacat mutu hendaklah dilaporkan tepat waktu oleh pabrik pembuat kepada
pemegang izin edar dan semua otoritas pengawas obat terkait dalam kasus-kasus di mana
cacat mutu dapat mengakibatkan penarikan atau pembatasan pasokan produk. (CPOB
No.13 Tahun 2018 BAB 9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan
Kembali Produk poin Prinsip)

d. Produk Kembalian

1. Produk yang telah dikembalikan dari peredaran dan sudah di lepas dari pengawasan
industri pembuat harus dimusnahkan, karena produk tersebut dapat dijual lagi, diberi
label kembali atau dipulihkan ke bets. Tetapi jika keraguan mutunya masih
memuaskan setelah dilakukan evaluasi secara kritis dengan cara mengevaluasi
pertimbangan sifat produk, kondisi penyimpanan khusus yang diperlukan, kondisi
dan riwayat produk serta lama produk dalam peredaran oleh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) sesuai prosedur tertulis dan jika terdapat
keraguan terhadap mutu, produk tidak boleh dipertimbangkan untuk didistribusikan
atau dipakai lagi, walaupun pemrosesan ulang secara kimia untuk memperoleh
kembali bahan aktif dimungkinkan. Tiap tindakan yang diambil hendaknya dicatat
dengan baik.
2. Industri hendaknya menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan dan
pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan, apakah produk
kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi
secara kritis. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, produk kembalian dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dapat dikembalikan ke
dalam persediaan;
b. Produk kembalian yang dapat diproses ulang; dan
c. Produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi tidak dapat diproses ulang.

3. Prosedur yang dilakukan dapat mencakup beberapa hal sebagai berikut :


a. Identifikasi dan catatan mutu produk kembalian;
b. Penyimpanan produk kembalian dalam karantina;
c. Penyelidikan, pengujian dan analisis produk kembalian oleh bagian pengawasan
mutu;
d. Evaluasi yang kritis sebelum manajemen mengambil keputusan apakah produk
dapat diproses ulang atau tidak; dan
e. Pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil pengolahan ulang.
4. Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaknya dimusnahkan. Prosedur
ini mencakup tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan dan
penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak mempunyai wewenang.
BAB III
KESIMPULAN

1. Terdapat ketidaksesuaian pada alat timbang yang dipakai.


2. Terdapat ketidaksesuaian dalam pemindahan lokasi pada kasus ini, yaitu seharusnya
dalam pemindahan lokasi dilakukan kualifikasi desain lantaran terjadi perubahan jumlah
produksinya yang semula 5000 menjadi 7000 seharusnya dilakukan validasi ulang salah
satunya validasi proses.
3. Terjadi ketidaksesuaian ketika waktu penarikan kembali produk pada kasus tertera
bahwa direktur melakukan penarikan sehari setelah diterimanya keluhan dan terdapat
ketidaksesuaian pada jumlah batch berturut-turut.
4. Jenis validasi yang digunakan yaitu gabungan antara pendekatan tradisonal dan verifikasi
proses kontinu , gabungan antara pendekatan tradisional dan verifikasi proses kontinu ini
disebut sebagai pendekatan hibrida.

14
DAFTAR PUSTAKA
Food and Drug Administration, 2011, FDA Process Validation: General Principles
and Practices.

BPOM RI. 2013. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik 2012 Jilid I. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.

BPOM RI. 2013. Petunjuk Operasional Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik 2012 Jilid II. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Anda mungkin juga menyukai