Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KELOMPOK 5

MATA KULIAH : FILSAFAT UMUM

DOSEN PENGAMPU : Dr. SRI WARTULAS, M. Pd.

FILSAFAT PATRISTIC

DISUSUN OLEH :

1. Inas Jihan Azzahra NIM. 41122043


2. Intan Putri Yuliana NIM. 41122048
3. Tri Della Fitrotun Nisa NIM. 42122052
4. Sampurno Tio Nugroho NIM. 42122058

UNIVERSITAS PERADABAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PROGRAM STUDI FARMASI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang telah memberikan
taufiq dan hidayah-Nya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada The Spiritual Father, Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan para pengikut jejaknya hingga
hari perhitungan nanti, semoga Allah SWT mengagungkan perjuangan mereka.
Amma ba’du. Makalah yang berjudul “Filsafat Patristic” ini disusun guna
memenuhi tugas terstruktur kelompok pada mata kuliah Filsafat Umum yang
diampu oleh Dr. Sri Wartulas, M. Pd., Program Studi Farmasi, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Peradaban. Penulisan makalah ini juga dimaksudkan
sebagai media untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dalam
penelitian serta penulisan karya ilmiah mahasiswa.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu, tim penyusun
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Akhirnya, kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnakan di masa mendatang. Dan kiranya, makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Semoga Allah SWT berkenan menjadikan karya ilmiah ini sebagai
amal jariyah bagi tim penyusun serta pihak-pihak yang pandangannya dikutip
dalam makalah ini. Amin.

Bumiayu, 17 Maret 2023

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah filsafat merupakan potret dari pergumulan para ahli pikir dalam
mencari kebenaran. Sedangkan filsafat sendiri memiliki pengertian ilmu yang
terlahir dari sebuah rasa ketakjuban, rasa ketidakpuasan akan mitos, hasrat
ingin selalu bertanya dan selalu ingin mencari kebenaran secara mendasar.
Filsafat adalah “induk ilmu pengetahuan”.

Istilah filsafat telah dikenal oleh manusia lebih dari 2000 tahun yang lalu,
yakni pada masa Yunani Kuno. Di Miletos, Asia kecil tempat perantauan
orang Yunani, di tempat inilah awal munculnya filsafat. Jejak sejarah awal
filsafat ini mula-mula ditandai oleh munculnya tokoh-tokoh pemikir besar
pada jamannya, seperti Thales, Anaximandros dan Anaximanes. Thales
adalah orang pertama yang mempersoalkan substansi terdalam dari segala
sesuatu. Dan karena hal ini, kemudian muncul pengertian tentang kebenaran
yang hakiki.

Kebenaran sendiri beragam dan banyak jenisnya. Tidak hanya tertuju pada
satu pikiran filsuf akan tetapi banyak pikiran filsuf. Kata filsafat sudah tidak
lagi asing bagi masyarakat di dunia, apalagi bagi para intelektual. Hal ini
terjadi karena filsafat adalah suatu kajian yang pembahasannya tidak akan
pernah selesai sampai kapanpun, sehingga para intelektual sangat tertarik
untuk mengkaji dan mendalaminya.

Sebagai sebuah kajian, filsafat adalah sesuatu yang menarik sekaligus


cukup membuat orang yang mempelajarinya akan frustasi. Salah satu cara
mempelajari filsafat adalah dengan membaca sejarah pemikiran filsuf
terdahulu, sebelum membaca karya besar mereka (Kenny, 2006:xi). Oleh
karena itu, para penikmat dan mahasiswa filsafat memiliki tuntutan untuk
mempelajari sejarah filsafat sebagai sebuah kebutuhan.

Para pakar mangatakan bahwa filsafat adalah kajian ilmiah para intelektual
di semua kalangan, di manapun dan kapanpun filsafat itu berada. Ketika
menginjak di suatu agama, filsafat akan menjadi kajian utama agama tersebut
dengan kajian yang berbeda dengan agama yang lain, seperti yang dikatakan
oleh Prof. Dr. Afrizal M, MA (Guru Besar Filsafat UIN SUSKA Riau) dalam
sambutannya pada karangan Saidul Amin, MA, mengatakan bahwa: “Filsafat
dan agama adalah dua metode yang sering digunakan untuk mencari Tuhan.
Keduanya bertolak dari titik yang berseberangan. Filsafat dimulai dari ragu
sementara agama dimulai dari keyakinan”. Akan tetapi keduanya sama-sama
bertujuan yang sama, yaitu mencari atau menunjukkan hakikat suatu
kebenaran. Namun kebenaran yang diperoleh dari filsafat berdasarkan akal itu
terbatas, jadi harus berlandaskan dengan wahyu. Karena pada hakikatnya,
sejauh apapun pemikiran seseorang tentang Tuhan, ia akan sampai kepada
agama. Yang mampu menguatkan hasil pemikirannya tersebut. Dan ketika
menginjak di suatu negara atau wilayah, filsafat akan menjadi kajian utama
dan disertai pandangan dan kajian yang berbeda pula dengan wilayah yang
lain. Sehingga para pakar bersepakat untuk mengklasifikasikan filsafat yang
terdiri dari filsafat barat, filsafat timur, filsafat Yunani, filsafat Amerika,
filsafat Kristen (patristik), filsafat Islam, dan lain-lain. Namun dalam makalah
ini, kami akan membahas mengenai filsafat abad pertengahan yaitu filsafat
patristic.
BAB II

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah dan latar belakang filsafat patristic?


2. Bagaimana pemikiran Origenes pada masa patristic?
3. Bagaimana pemikiran Gregorius pada masa keemasan patristic Yunani?
4. Bagaimana pemikiran Dionysius pada masa patristic Yunani?
5. Bagaimana pemikiran Tertulianus pada masa patristic?
6. Bagaimana pemikiran Aurelius Augustinus pada masa patristic?
BAB III

PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Latar Belakang Filsafat Patristic


1. Filsafat Barat Abad Pertengahan

Filsafat Barat Abad Pertengahan juga dapat dikatakan sebagai


“abad gelap”. Pendapat ini berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja.
Memang pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan
manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir
pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berpikir. Apabila terdapat
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang
yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman yang berat. Pihak
gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan
rasio terhadap agama. Oleh karena itu, kajian terhadap agama yang tidak
berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat.
Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak
gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut
dan mereka dianggap sebagai orang murtad dan kemudian diadakan
pengejaran (inkuisisi). Pengejaran terhadap orang-orang murtad ini
mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius III di akhir abad XII,
dan yang paling berhasil dalam pengejaran orang-orang murtad ini adalah
di Spanyol.

Ciri-ciri pemikiran filsafat Barat pada abad Pertengahan adalah sebagai


berikut:

a. Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja.


b. Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.
c. Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Masa Abad Pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu
masa yang penuh dengan upaya menggiring manusia ke dalam kehidupan
atau sistem kepercayaan yang picik dan fanatik, dengan menerima ajaran
gereja secara membabi buta. Oleh karena itu, perkembangan ilmu
pengetahuan menjadi terhambat. Masa ini penuh dengan dominasi gereja,
yang tujuannya adalah untuk membimbing umat ke arah hidup yang
saleh. Namun di sisi lain, dominasi gereja ini dilakukan tanpa
memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan,
pikiran, keinginan, dan cita-cita untuk menentukan masa depannya
sendiri. Masa Abad Pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu,
Patristik dan masa Skolastik.

2. Sejarah dan Latar Belakang Patristic

Nama “Patristik” berasal dari bahasa latin “Patres” yang berarti


bapak dalam lingkungan gereja. Bapak yang mengacu pada pujangga-
pujangga kristen yang mencari jalan menuju teologi Kristiani, melalui
pelekatan dasar intelektual untuk agama Kristen. Dalam masyarakat luas,
terdapat pemikiran filososof yang disebut sebagai kebudayaan kafir. Jadi,
ada dua pengertian yang berlainan yaitu yang berdasarkan agama Kristen
dan berdasarkan pada filsafat Yunani. Pandangan pemikir agama pun
terbagi menjadi tiga dalam menanggapi filsafat ini. Pandangan
pertama, berpendapat bahwa setelah ada wahyu Ilahi yang terwujud
dalam Yesus Kristus, seharusnya pemikiran filosofis lainnya berhenti
atau tidak ada sama sekali. Pandangan kedua, berusaha untuk
menengahinya dengan menyintesiskan kedua pemikiran tersebut.
Pandangan ketiga, bahkan menyatakan bahwa filsafat Yunani
merupakan langkah awal menuju agama (praeparatio evangelica) yang
harus diterima dan dikembangkan. (Sutardjo A. Wiramihardja, 2006 :
52).
Timbulnya agama Kristen pada awal abad masehi ini menyebabkan
filsafat di barat menduduki tempat yang baru. Disamping kearifan hidup
yang dikemukakan oleh filsafat timbulah kearifan hidup yang
dikemukakan oleh agama Kristen. Kedunya bukan hidup berdampingan
secara damai melainkan berkonfrontasi. Konfrontasi ini sebenarnya
sudah tampak didalam kitab suci itu sendiri. Kemudian tampilah orang-
orang seperti Paulus dan Yohanes, yang mengedepankan kepercayaan
Kristen.

Dalam sejarah, pada awal abad masehi agama Kristen telah tumbuh
dan berkembang dalam berbagai bentuk yang mengagumkan yang
ditandai dengan kecanggihan intelektual Thomas Aquinas tentang
eksistensi Allah, setelah munculnya orang-orang seperti Rasul Paulus,
dan Rasul Yohanes yang menghadapkan kepercayaan Kristen dengan
kepercayaan yang bukan Kristen pada waktu itu. Sejarah menunjukkan
suatu pergumulan yang menentukan hidup, dan mati agama baru ini,
dimana agama Kristen ini ditentang, baik oleh penguasa maupun oleh
para pemikir pada waktu itu. Semula, para pengikut agama Kristen terdiri
dari orang-orang sederhana dan juga rakyat jelata yang bukan ahli pikir
sehingga tidak ada pembelaan secara filsafati. Akan tetapi, pada akhirnya
kemasukan juga dari golongan atasan dan ahli pikir yang menjadi
pengikut agama Kristen.

Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam


pemikiranya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada pula
yang menerimanya. Pada abad pertengahan terdapat unsur baru dalam
filsafat yaitu unsur wahyu sehingga menimbulkan dua aliran pemikiran:

a. Aliran yang menolak filsafat Yunani menganggap sebagai


kebijakan kafir, karena beranggapan bahwa sudah mempunyai
sumber kebenaran yaitu firman Tuhan dan tidak dibenarkan
mencari sumber yang lain seperti filsafat Yunani.
b. Aliran yang menerima filsafat Yunani menganggap sebagai
kebijakan manusia, karena beranggapan bahwa walaupun ada
sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada salah
menggunakan filsafat Yunani yang hanya diambil metodos. Yang
dimaksud Metodos disini adalah tata cara berpikir sesorang.

Para filosof zaman ini di antaranya Yustinus Martyr, Clemens


(150-215 M), dan Origenes (185-254 M). Martyr adalah pemikir yang
sejak semula telah mempelajari berbagai sistem filsafat. Ia menulis dua
buku tentang membela hak agama Kristen. Clemens dan Origenes berasal
dari Alexandria, kota yang merupakan pusat intelektual pada akhir zaman
kuno yang merancang suatu teologi yang tersusun secara ilmiah
berdasarkan filsafat Yunani, khususnya Platoisme dan Stoisisme.

B. Pemikiran Origenes (185-254 M)

Origenes dilahirkan pada tahun 184 M dan meninggal pada tahun 254 M.
Ia belajar pada guru yang bernama Klemens. Ia menggantikan Klemens
menjadi kepala sekolah kateketik hingga tahun 231 M. Setelah itu ia
memimpin sekolah kateketik di Kesaria. Origenes adalah orang pertama yang
memberikan sesuatu uraian sistematis tentang teologia. Personal penting yang
di padukan pada waktu itu ialah bagaimana hubungan iman dan pengetahuan.
Tuhan menurut Origenes adalah transendens, tidak bertubuh, esa, dan tidak
berubah, Tuhan pencipta segala sesuatu, baik bersifat rohani maupun badani,
penciptaan Tuhan kekal abadi, sebelum dunia diciptakan Tuhan telah
menciptakan dunia lain yang mendahului dunia tampak, Setelah zaman dunia
ini akan ada dunia yang baru.

Transendens ialah suatu konsep yang menjelaskan bahwa Tuhan berada di


luar alam, tidak dapat dijangkau oleh akal rasional. Karena Tuhan
transendens itulah maka menurut Origenes, kita tidak mungkin mampu
mengetahui esensi Tuhan. Kita dapat mengkaji Tuhan melalui karya-Nya.
Menurut Origenes, Kitab Suci mempunyai 3 macam arti diantaranya yaitu:

1. Harfiah/Somatis berlaku bagi orang sederhana.


2. Etis/Psikis diuraikan didalam khutbah, diperuntukan bagi orang psikis
(gangguan jiwa).
3. Pneumatis/Rohani diperuntukan bagi teolog dan filosuf.

Menurut Origenes, alam semesta ini abadi. Menurut Injil, alam semesta ini
diciptakan dan akan hancur. Jadi Origenes menyimpulkan bahwa cara kerja
Tuhan sama dengan cara kerja manusia. Adapun pendapat Origenes mengenai
etika bahwa dunia ini merupakan pertarungan antara kekuatan baik dan
kekuatan jahat. Kehidupan manusia adalah medan laga yang tidak henti-
hentinya. Menurutnya pendapatnya, kejahatan memang diperlukan oleh
Tuhan untuk menunjukkan kepada manusia mana yang baik dan mana
yang buruk, jadi menyempurnakan alam. Konsekuensi pendapatnya ini
adalah bahwa api neraka itu adalah pendisiplin dan api neraka itu tidak kekal.
C. Pemikiran Gregorius
1. Gregorius Nazianze (390 M)

Menurutnya, akal manusia dengan sendirinya dapat mengenal


Tuhan dengan mempelajari hasil penciptaan Tuhan, manusia dengan
akalnya dapat mengetahui bahwa Tuhan ada sekalipun zat dan
hakekatnya tersembunyi bagi manusia. Mengenai zat Tuhan, manusia
hanya dapat mengungkapkan secara negative seperti bahwa Tuhan tidak
berubah, tidak dilahirkan, tanpa awal, tidak berubah, tidak binasa.

2. Gregorius
Ia adalah bapa gereja yang mempunyai jiwa filsafat paling
menonjol. Ia juga menjabarkan perbedaan antara Iman dan pengetahuan,
sumber dan isi Iman berbeda dengan sumber dan isi ilmu pengetahuan,
kepastian iman tidak dapat dijelaskan dengan akal karena hakekatnya
lebih tinggi dari kepastian pengetahuan dan akal. Pengetahuan dengan
akal dapat dipakai untuk membaca Iman, untuk menjabarkan Iman. Akal
dapat mengenal Tuhan dengan mempelajari hasil penciptaan tetapi
pengetahuan tidak menyelamatkan. Orang diselamatkan hanya oleh
Iman.

D. Pemikiran Dionysius

Dionisius orang Areopagus (bahasa Yunani: Διονύσιος ὁ Ἀρεοπαγίτης;


bahasa Inggris: Dionysius the Areopagite) merupakan seseorang yang berada
dalam bidang Akad Baru di Alkitab Kristen, yang akhirnya dijadikan martir
Kristen pada masa pemerintahan Kaisar Domitian. Lahir di Athena. Dionisius
mempelajari bidang astronomi di Mesir sehingga ia dijadikan seorang
astrolog terkenal pada masanya. Beristirahat setelah menimba ilmu di Mesir,
ia kembali ke Atena dan di sana Dionisius dipilih dijadikan senator di dalam
majelis Areopagus. Dionisius dijadikan sebagai salah satu orang yang
dijadikan Kristen oleh karena pemberitaan Paulus di Athena. Dengan
demikian, ia mengalami dilema sebagai seorang senator dan seorang Kristen.
Sebagai senator, ia mesti ikut menyembah dewa-dewa Romawi dan kaisar.
Hingga pada akhirnya, Dionisius memutuskan meninggalkan posisinya
sebagai senator. Dalam Kisah Para Rasul dicatat:

"Beberapa orang laki-laki menggabungkan diri dengan ia dan dijadikan


percaya, di selangnya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus, dan
seorang perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain bersama-
sama dengan mereka."

Menurut Dionisius dari Korintus, yang dikutip oleh Eusebius, Dionisius


yang di Atena ini akhir dijadikan uskup kedua di Atena. Setelah terjadi
berbagai penghambatan terhadap orang-orang Kristen di Athena, Dionisius
ikut tertangkap dan diadili di hadapan gubernur Athena. Ia mengalami
berbagai penyiksaan karena tidak bersedia ikut mempersembahkan kurban
kepada dewa-dewa dan kaisar. Oleh Kaisar, Dionisius dijatuhi hukuman mati
yaitu hukuman pancung.

Dionisius banyak meninggalkan karya-karya yang ditulisnya selama ia


hidup. Beberapa karyanya yang terkenal adalah:

1. De Divinis Nominibus (Nama-nama Ilahi), di dalamnya diceritakan


mengenai nama-nama Allah dan sifat-sifatnya.
2. De Mystica Theologia (Teologi Mistik), di dalamnya diceritakan
mengenai persekutuan manusia dengan Allah.
3. De Caelesti Hierarchia (Hirarki Surgawi), di dalamnya diceritakan
mengenai kodrat malaikat.
4. De Ecclesiastica Hierarchia (Hirarki Gerejawi), di dalamnya diceritakan
mengenai tingkatan pelayanan dalam gereja.
E. Pemikiran Tertulianus (160-230 M)

Tertullianus dilahirkan pada tahun 160 M dan meninggal pada tahun 222
M. Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, namun setalah ia melaksanakan
pertobatan ia menjadi pembela Kristen yang gigih. Tertullianus terkenal
sebagai pembela Kristen yang fanatik. Ia menolak kehadiran filsafat
Yunani, karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Tertullianus
berpendapat bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup, dan tidak ada hubungan
antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat
agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan antara Gereja
dengan akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan baru.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa dibanding dengan cahaya Kristen, maka
segala yang dikatakan oleh para filosuf Yunani dianggap tidak penting. Hal
ini karena apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran
pada hakekatnya merupakan kutipan dari kitab suci. Akan tetapi karena,
kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci tersebut dipalsukan. Namun
lama kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai
cara berpikir yang rasional. Alasannya, bagaimanapun juga berpikir filsafat
yang diharapkan adalah yang tidak dibakukan saat itu filsafat hanya
mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja. Akhirnya
Tertullianus melihat filsafat hanya dimensi praktisnya saja, dan ia menerima
filsafat sebagai cara atau metode berpikir untuk memikirkan kebenaran
keberadaan Tuhan beserta sifat-sifatnya.

F. Pemikiran Aurelius Augustinus (354-430 M)

Augustinus dilahirkan di Tagaste, Numidia (Algeria) pada tanggal 13


November 354 M dan meninggal pada tanggal 28 Agustus tahun 430 M.
Ayahnya adalah seorang pejabat kekaisaran Romawi bernama Patricius dan
ibunya bernama Monica seorang penganut agama Kristen yang taat dan
penuh kasih. Augustinus juga sering disebut Aurelius Augustinus. Pendidikan
yang mula-mula diterimanya ialah dalam bidang gramatika dan aritmatika. Ia
sangat benci kepada gurunya yang menggunakan hukuman dalam metode
mengajarnya. Bahasa Yunani dibencinya sehingga ia tidak mempunyai
pengetahuan yang sempurna tentang bahasa itu.

Sejak mudanya ia telah mempelajari berbagai macam aliran antara lain


Platonisme dan Skeptisisme. Ia telah di akui keberhasilannya dalam
membentuk filsafat Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad
pertengahan sehingga ia di juluki sebagai guru skolastik yang sejati. Selain
itu ia juga seorang guru besar di bidang teologi, pada abad Augustinus
tergolong pemikir yang paling penting dari seluruh masa patristic. Saat
mudanya ia telah mempelajari bermacam macam aliran filsafat serta corak.
Baru ketika berumur 33 tahun ia masuk Katolik. Ia juga banyak menulis
buku-buku, akan tetapi buku-bukunya tidalah semata-mata memuat filsafat,
tetapi mengenai penerangan agama. Adapun ajaran-ajaran Augustinus adalah:
a. Logika

Dalam logikanya Augustinus memerangi skepsis. Skepsis menurut


pendapatnya mengandung pertentangan dan kemustahilan. Dengan
alasan, jika kita menyaksikan dengan adanya kebenaran tentu tidak
disangsikannya yaitu tentang kebenaran. Menurutnya, akal budi dapat
mencapai kebenaran karena manusia mengambil bagian dari rasio Ilahi.
Karena didalam rasio Ilahi terdapat kebenaran-kebenaran Ilahi atau
kebenaran mutlak.

b. Antropologi dan Etika

Dalam filsafat antropologi dan etika ia mengatakan bahwa


menurutnya badan manusia termasuk dalam jasmani, tetapi jiwanya
termasuk rohani karena jasmaninya terikat dan harus mengalami
perubahan, sengsara dan terlibat dalam waktu. Menurut pendapatnya,
kejahatan atau dosa itu terletak pada kehendak yang bebas. Jika kehendak
itu memilih jasmani dengan demikan memustahilkan jalannya kepada
Tuhan. Maka berdosalah ia, jadi dosa atau kejahatan itu berdasarkan atas
ketiadaan yang baik. Demikianlah pendapat Augustinus.

Kita dapat mengatakan Tuhan itu bukan dari pada Tuhan itu apa,
sebab Tuhan tidak dapat dimasukan ke dalam kategoris yang dimiliki
manusia, Tuhan adalah roh yang Esa, tidak bertubuh, tidak berubah,
tetapi berada dimana-mana serta meliputi segala sesuatu. Manusia tidak
dapat mengenal Tuhan secara sempurna. Setelah ia mengalami konversi,
ia mengabdikan seluruh dirinya kepada Tuhan dan melayani
pengikutnya-pengikutnya. Setelah ia kembali ke Tagaste pada tahun 388
M, ia menjual seluruh warisan, dan uang hasil penjualan itu diberikan
semuanya kepada fakir miskin. Ia sebenarnya tidak berminat menjadi
pendeta, tetapi pada tahun 391 M, ia ditahbiskan menjadi pendeta karena
didesak oleh hampir semua orang di tempat tinggalnya dekat kota Hippo
(wilayah Aljazair).
Ia mengatakan bahwa setiap pengertian tentang kemungkinan pasti
mengandung kesungguhan. Bila orang menganggap suatu doktrin adalah
kemungkinan, ia harus menganggap bahwa di dalam doktrin itu adalah
kebenaran. Dari sini ia menemukan kesungguhan adanya diri-Nya, yang
tadinya diragukan. Ia juga mencoba membuat argumen lain tentang
Tuhan. Ia mengambil susunan alam semesta. Alam semesta ini menurut
pendapatnya memerlukan pencipta karena fisik alam yang tidak teratur
ini, tidak berketentuan ini, memerlukan pencipta dan pengatur. Yang
dimaksud tidak berketentuan ialah tidak tentu asalnya, keadaannya
sekarang dan riwayat alam ini selanjutnya. Keadaan alam seperti ini
menurut Augustinus memerlukan pencipta dan pengatur.
BAB IV

KESIMPULAN

Filsafat Barat Abad Pertengahan dapat dikatakan sebagai “abad gelap”


karena tindakan gereja yang membelenggu kehidupan manusia sehingga manusia
tidak lagi memiliki kebebasan untuk berpikir dan mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya. Istilah Patristik berarti bapak dalam lingkungan gereja.
Para filosof zaman ini di antaranya Origenes yang berpendapat mengenai etika
bahwa dunia ini merupakan pertarungan antara kekuatan baik dan kekuatan jahat.
Gregorius Nazianze yang berpendapat bahwa akal manusia dengan sendirinya
dapat mengenal Tuhan dengan mempelajari hasil penciptaan Tuhan. Gregorius
merupakan bapak gereja yang mempunyai jiwa filsafat paling menonjol yang
menjabarkan perbedaan antara Iman dan pengetahuan. Dionysius merupakan
seseorang yang berada dalam bidang Akad Baru di Alkitab Kristen, yang akhirnya
dijadikan martir Kristen pada masa pemerintahan Kaisar Domitian. Tertulianus
yang terkenal sebagai pembela Kristen yang fanatik yang menolak kehadiran
filsafat Yunani. Dan Aurelius Augustinus yang termasuk golongan pemikir
paling penting dari seluruh masa patristic, yang mengatakan bahwa setiap
pengertian tentang kemungkinan pasti mengandung kesungguhan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, Atang dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum Dari
Mitologi Sampai Teofilosofi. Bandung : Pustaka Setia.

Achmadi, Asmoro. 2008. Filsafat Umum. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Achmadi, Asmoro. 2001. Filsafat Umum. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Bashari, Choiril. 1986. Filsafat Semarang : IAIN Walisongo Semarang.

Bertens. 1975. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta : Kanisius.

Sutardjo. A. Wiramihardjo. 2009. Pengantar Filsafat.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai