FILSAFAT PATRISTIC
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS PERADABAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang telah memberikan
taufiq dan hidayah-Nya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada The Spiritual Father, Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan para pengikut jejaknya hingga
hari perhitungan nanti, semoga Allah SWT mengagungkan perjuangan mereka.
Amma ba’du. Makalah yang berjudul “Filsafat Patristic” ini disusun guna
memenuhi tugas terstruktur kelompok pada mata kuliah Filsafat Umum yang
diampu oleh Dr. Sri Wartulas, M. Pd., Program Studi Farmasi, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Peradaban. Penulisan makalah ini juga dimaksudkan
sebagai media untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dalam
penelitian serta penulisan karya ilmiah mahasiswa.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu, tim penyusun
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Akhirnya, kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan demi
kesempurnakan di masa mendatang. Dan kiranya, makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Semoga Allah SWT berkenan menjadikan karya ilmiah ini sebagai
amal jariyah bagi tim penyusun serta pihak-pihak yang pandangannya dikutip
dalam makalah ini. Amin.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah filsafat merupakan potret dari pergumulan para ahli pikir dalam
mencari kebenaran. Sedangkan filsafat sendiri memiliki pengertian ilmu yang
terlahir dari sebuah rasa ketakjuban, rasa ketidakpuasan akan mitos, hasrat
ingin selalu bertanya dan selalu ingin mencari kebenaran secara mendasar.
Filsafat adalah “induk ilmu pengetahuan”.
Istilah filsafat telah dikenal oleh manusia lebih dari 2000 tahun yang lalu,
yakni pada masa Yunani Kuno. Di Miletos, Asia kecil tempat perantauan
orang Yunani, di tempat inilah awal munculnya filsafat. Jejak sejarah awal
filsafat ini mula-mula ditandai oleh munculnya tokoh-tokoh pemikir besar
pada jamannya, seperti Thales, Anaximandros dan Anaximanes. Thales
adalah orang pertama yang mempersoalkan substansi terdalam dari segala
sesuatu. Dan karena hal ini, kemudian muncul pengertian tentang kebenaran
yang hakiki.
Kebenaran sendiri beragam dan banyak jenisnya. Tidak hanya tertuju pada
satu pikiran filsuf akan tetapi banyak pikiran filsuf. Kata filsafat sudah tidak
lagi asing bagi masyarakat di dunia, apalagi bagi para intelektual. Hal ini
terjadi karena filsafat adalah suatu kajian yang pembahasannya tidak akan
pernah selesai sampai kapanpun, sehingga para intelektual sangat tertarik
untuk mengkaji dan mendalaminya.
Para pakar mangatakan bahwa filsafat adalah kajian ilmiah para intelektual
di semua kalangan, di manapun dan kapanpun filsafat itu berada. Ketika
menginjak di suatu agama, filsafat akan menjadi kajian utama agama tersebut
dengan kajian yang berbeda dengan agama yang lain, seperti yang dikatakan
oleh Prof. Dr. Afrizal M, MA (Guru Besar Filsafat UIN SUSKA Riau) dalam
sambutannya pada karangan Saidul Amin, MA, mengatakan bahwa: “Filsafat
dan agama adalah dua metode yang sering digunakan untuk mencari Tuhan.
Keduanya bertolak dari titik yang berseberangan. Filsafat dimulai dari ragu
sementara agama dimulai dari keyakinan”. Akan tetapi keduanya sama-sama
bertujuan yang sama, yaitu mencari atau menunjukkan hakikat suatu
kebenaran. Namun kebenaran yang diperoleh dari filsafat berdasarkan akal itu
terbatas, jadi harus berlandaskan dengan wahyu. Karena pada hakikatnya,
sejauh apapun pemikiran seseorang tentang Tuhan, ia akan sampai kepada
agama. Yang mampu menguatkan hasil pemikirannya tersebut. Dan ketika
menginjak di suatu negara atau wilayah, filsafat akan menjadi kajian utama
dan disertai pandangan dan kajian yang berbeda pula dengan wilayah yang
lain. Sehingga para pakar bersepakat untuk mengklasifikasikan filsafat yang
terdiri dari filsafat barat, filsafat timur, filsafat Yunani, filsafat Amerika,
filsafat Kristen (patristik), filsafat Islam, dan lain-lain. Namun dalam makalah
ini, kami akan membahas mengenai filsafat abad pertengahan yaitu filsafat
patristic.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
Dalam sejarah, pada awal abad masehi agama Kristen telah tumbuh
dan berkembang dalam berbagai bentuk yang mengagumkan yang
ditandai dengan kecanggihan intelektual Thomas Aquinas tentang
eksistensi Allah, setelah munculnya orang-orang seperti Rasul Paulus,
dan Rasul Yohanes yang menghadapkan kepercayaan Kristen dengan
kepercayaan yang bukan Kristen pada waktu itu. Sejarah menunjukkan
suatu pergumulan yang menentukan hidup, dan mati agama baru ini,
dimana agama Kristen ini ditentang, baik oleh penguasa maupun oleh
para pemikir pada waktu itu. Semula, para pengikut agama Kristen terdiri
dari orang-orang sederhana dan juga rakyat jelata yang bukan ahli pikir
sehingga tidak ada pembelaan secara filsafati. Akan tetapi, pada akhirnya
kemasukan juga dari golongan atasan dan ahli pikir yang menjadi
pengikut agama Kristen.
Origenes dilahirkan pada tahun 184 M dan meninggal pada tahun 254 M.
Ia belajar pada guru yang bernama Klemens. Ia menggantikan Klemens
menjadi kepala sekolah kateketik hingga tahun 231 M. Setelah itu ia
memimpin sekolah kateketik di Kesaria. Origenes adalah orang pertama yang
memberikan sesuatu uraian sistematis tentang teologia. Personal penting yang
di padukan pada waktu itu ialah bagaimana hubungan iman dan pengetahuan.
Tuhan menurut Origenes adalah transendens, tidak bertubuh, esa, dan tidak
berubah, Tuhan pencipta segala sesuatu, baik bersifat rohani maupun badani,
penciptaan Tuhan kekal abadi, sebelum dunia diciptakan Tuhan telah
menciptakan dunia lain yang mendahului dunia tampak, Setelah zaman dunia
ini akan ada dunia yang baru.
Menurut Origenes, alam semesta ini abadi. Menurut Injil, alam semesta ini
diciptakan dan akan hancur. Jadi Origenes menyimpulkan bahwa cara kerja
Tuhan sama dengan cara kerja manusia. Adapun pendapat Origenes mengenai
etika bahwa dunia ini merupakan pertarungan antara kekuatan baik dan
kekuatan jahat. Kehidupan manusia adalah medan laga yang tidak henti-
hentinya. Menurutnya pendapatnya, kejahatan memang diperlukan oleh
Tuhan untuk menunjukkan kepada manusia mana yang baik dan mana
yang buruk, jadi menyempurnakan alam. Konsekuensi pendapatnya ini
adalah bahwa api neraka itu adalah pendisiplin dan api neraka itu tidak kekal.
C. Pemikiran Gregorius
1. Gregorius Nazianze (390 M)
2. Gregorius
Ia adalah bapa gereja yang mempunyai jiwa filsafat paling
menonjol. Ia juga menjabarkan perbedaan antara Iman dan pengetahuan,
sumber dan isi Iman berbeda dengan sumber dan isi ilmu pengetahuan,
kepastian iman tidak dapat dijelaskan dengan akal karena hakekatnya
lebih tinggi dari kepastian pengetahuan dan akal. Pengetahuan dengan
akal dapat dipakai untuk membaca Iman, untuk menjabarkan Iman. Akal
dapat mengenal Tuhan dengan mempelajari hasil penciptaan tetapi
pengetahuan tidak menyelamatkan. Orang diselamatkan hanya oleh
Iman.
D. Pemikiran Dionysius
Tertullianus dilahirkan pada tahun 160 M dan meninggal pada tahun 222
M. Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, namun setalah ia melaksanakan
pertobatan ia menjadi pembela Kristen yang gigih. Tertullianus terkenal
sebagai pembela Kristen yang fanatik. Ia menolak kehadiran filsafat
Yunani, karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Tertullianus
berpendapat bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup, dan tidak ada hubungan
antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem (pusat
agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan antara Gereja
dengan akademi, tidak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan baru.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa dibanding dengan cahaya Kristen, maka
segala yang dikatakan oleh para filosuf Yunani dianggap tidak penting. Hal
ini karena apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran
pada hakekatnya merupakan kutipan dari kitab suci. Akan tetapi karena,
kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci tersebut dipalsukan. Namun
lama kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai
cara berpikir yang rasional. Alasannya, bagaimanapun juga berpikir filsafat
yang diharapkan adalah yang tidak dibakukan saat itu filsafat hanya
mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja. Akhirnya
Tertullianus melihat filsafat hanya dimensi praktisnya saja, dan ia menerima
filsafat sebagai cara atau metode berpikir untuk memikirkan kebenaran
keberadaan Tuhan beserta sifat-sifatnya.
Kita dapat mengatakan Tuhan itu bukan dari pada Tuhan itu apa,
sebab Tuhan tidak dapat dimasukan ke dalam kategoris yang dimiliki
manusia, Tuhan adalah roh yang Esa, tidak bertubuh, tidak berubah,
tetapi berada dimana-mana serta meliputi segala sesuatu. Manusia tidak
dapat mengenal Tuhan secara sempurna. Setelah ia mengalami konversi,
ia mengabdikan seluruh dirinya kepada Tuhan dan melayani
pengikutnya-pengikutnya. Setelah ia kembali ke Tagaste pada tahun 388
M, ia menjual seluruh warisan, dan uang hasil penjualan itu diberikan
semuanya kepada fakir miskin. Ia sebenarnya tidak berminat menjadi
pendeta, tetapi pada tahun 391 M, ia ditahbiskan menjadi pendeta karena
didesak oleh hampir semua orang di tempat tinggalnya dekat kota Hippo
(wilayah Aljazair).
Ia mengatakan bahwa setiap pengertian tentang kemungkinan pasti
mengandung kesungguhan. Bila orang menganggap suatu doktrin adalah
kemungkinan, ia harus menganggap bahwa di dalam doktrin itu adalah
kebenaran. Dari sini ia menemukan kesungguhan adanya diri-Nya, yang
tadinya diragukan. Ia juga mencoba membuat argumen lain tentang
Tuhan. Ia mengambil susunan alam semesta. Alam semesta ini menurut
pendapatnya memerlukan pencipta karena fisik alam yang tidak teratur
ini, tidak berketentuan ini, memerlukan pencipta dan pengatur. Yang
dimaksud tidak berketentuan ialah tidak tentu asalnya, keadaannya
sekarang dan riwayat alam ini selanjutnya. Keadaan alam seperti ini
menurut Augustinus memerlukan pencipta dan pengatur.
BAB IV
KESIMPULAN
Abdul Hakim, Atang dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum Dari
Mitologi Sampai Teofilosofi. Bandung : Pustaka Setia.