Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nur Elisya

NIM : 2316700
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Tatang Herman, M.Ed.
Tugas Portofolio Pertemuan Ke-2
A. Pengertian Filsafat Ilmu
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia, yang terdiri dari dua
kata, yaitu philein, yang berarti cinta, dan sophos yang berarti hikmat (wisdom). Sehingga
berdasarkan asal katanya itu filsafat dapat diartikan cinta akan kebijaksanaan/hikmat.
Sedangkan pengertian istilah filsafat secara terminologis ada bermacam-macam. Di antara
sekian banyaknya pengertian istilah filsafat yang dikemukakan oleh para filsuf, ada
beberapa yang sering dikemukakan, yaitu :
• Plato mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang segala
yang ada
• Aristoteles berpendapat bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki
sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat merupakan ilmu
yang umum sekali.
• Imanuel Kant mengatakan bahwa filsafat adalah pokok dan pangkal
segala pengetahuan dan pekerjaan
• Fichte menyebut filsafat sebagai wissenschaftslehre atau ilmu dari ilmu-
ilmu, yakni ilmu yang umum, yang menjadi dasar segala ilmu
• Alfarabi mengatakan bahwa filsafat ialah mengetahui semua yang ujud
karena ia ujud (al ‘ilmu bi almaujudat bima hiya maujudah)
• E.S. Ames sebagaimana diuraikan oleh Drs. H. Ali Saifullah,
merumuskan filsafat sebagai “a comprehensive view of life and its
meaning, upon the basis of results of the various sciences” (cara
pandang terhadap hidup dan hakikat kehidupan secara menyeluruh, atas
dasar hasil dari berbagai ilmu)
B. Tujuan dan Manfaat Filsafat Ilmu
1. Tujuan Filsafat Ilmu

• Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang


menjadi kritis dan cermat terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang
ilmuwan harus memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga
dapat menghindarkan diri dari sikap solipsistik, menganggap bahwa hanya
pendapatnya yang paling benar.
• Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan
metode keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan ilmuwan
modern adalah menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan
struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah
menerapkan metode ilmiah yang sesuai atau cocok dengan struktur ilmu
pengetahuan, bukan sebaliknya. Metode hanya saran berpikir, bukan
merupakan hakikat ilmu pengetahuan.
• Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap
metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum. Semakin
luas penerimaan dan penggunaan metode ilmiah, maka semakin valid metode
tersebut. Pembahasan mengenai hal ini dibicarakan dalam metodologi, yaitu
ilmu yang mempelajari tentang cara-cara untuk memperoleh kebenaran.
• Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa
memahami, sumber, hakekat, dan tujuan ilmu.
• Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di
berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secra historis.
• Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di
perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan
non ilmiah.
• Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam
mendalami ilmu dan mengembangkannya.
• Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan
agama tidak ada pertentangan.
• Memahami dampak kegiatan ilmiah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu
(misalnya alat yang digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer) dengan
masyarakat yaitu berupa tanggung jawab dan implikasi etis. Contoh dampak
tersebut misalnya masalaheuthanasia dalam dunia kedokteran masih sangat
dilematis dan problematik, penjebolan terhadap sistem sekuriti komputer,
pemalsuan terhadap hak atas kekayaaan intelektual (HAKI) , plagiarisme
dalam karya ilmiah.

2. Manfaat Filsafat Ilmu


Adapun manfaat dari mempelajari filsafat ilmu, yaitu :
o Menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola pikir
“menara gading”yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa
mengaitkannya dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal setiap
aktivitas keilmuwan nyarisnyaris tidak dapat dilepaskan dalam konteks
kehidupan sosial kemasyarakatan. Jadi filsafat ilmu diperlukan kehadirannya
di tengah perkembangan IPTEK yang ditandai semakin menajamnya
spesialisasi ilmu pengetahuan. Sebab dengan mempelajari filsafat ilmumaka
para ilmuwan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak terperangkap ke
dalam sikap arogansi intelektual. Hal yang diperlukan adalah sikap
keterbukaan diri di kalangan ilmuwan sehingga mereka dapat saling menyapa
dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk
kepentingan umat manusia.
o Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai
ontologis. Melalui paradigma ontologism diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan wawasan spiritual keilmuan yang mampu mengatasi bahaya
sekularisme segala ilmu.
o Mengembangkan ilmu, teknologi dan pertindustrian dalam batasan nilai
epistemologis. Melalaui paradigma epistemologis diharapkan akan
mendorong pertumbuhan wawasan intelektual keilmuan yang mampu
membentuk sikap ilmiah.
o Mengembangkan ilmu, teknologi dan perindustrian dalam batasan akiologi.
Melalui paradigma aksiologis diharapkan dapat menumbuhkembangkan nilai-
nilai etis, serta mendorong perilaku adil dan membentuk moral tanggung
jawab. Segala macam ilmu dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan
unntuk kepentingan manusia, namun juga untuk kepentingan obyek semua
sebagai sumber kehidupan.
o Menambah pandangan dan cakrawala yang lebih luas agar tidak berpikir dan
bersikap sempit dan tertutup.
o Menjadikan diri bersifat dinamis dan terbuka dalam menghadapi berbagai
problem.
o Menyadari akan kedudukan manusia baik sebagai pribadimaupun dalam
hubungannya dengan orang lain, alam sekitar,dan Tuhan YME.
o Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk
membuat hidup menjadi lebih baik
o Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir
secara radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan
menyadari keberadaan kita.
o Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan
memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang
hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi
melihat pemecahannya.
o Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung
egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan
mementingkan kepentingan dan kesenangan diri sendiri).
o Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis,
hingga kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum,
percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis
menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri,
dengan cita-cita mencari kebenaran.
o Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama
dalam etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti
sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik, dan sebagainya.
o Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar
mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai
mitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara itu.
Filsafat ilmu membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis
dan dogma.
o Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang
ilmiah dengan yang tidak ilmiah.
o Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin
ilmu yang ditekuni.
o Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin
ilmu.
o Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan
penelitian penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio,
pengalaman, dan agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya
untuk mencapai hidup yang sejahtera.
o Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap
metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
logis-rasional, agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
o Menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap
bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran
o Menghidarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang
lain di luar bidang ilmunya.

C. Cabang-Cabang Filsafat
1. Cabang Utama Filsafat
Filsafat secara umum terbagi dua yaitu : filsafat teoritis dan filsafat praktis.
Yang termasuk filsafat teoritis adalah: ontologi (metafisika), dan epistemologi.
Sedangkan aksiologi adalah filsafat praktis.
a. Ontologi
Ontologi kerap disebut juga metafisika atau filsafat pertama.Kata ontologi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu on atau ontos yang berarti ada atau keberadaan dan
logos yang bermakna studi atau ilmu tentang.Karena itu, ontologi berarti ilmu tentang
ada. Dengan kata lain, ontologi adalah cabang filsafat yang mengupas masalah
ada. Pertanyaan dasar dalam ontologi adalah apa hakekat Ada?
b. Epistemologi
Kata epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme( pengetahuan , ilmu
pengetahuan) dan logos (pengetahuan, informasi). Jadi, epistemologi dapat berarti
“pengetahuan tentang pengetahuan” atau teori pengetahuan.Singkatnya, epistemologi
adalh cabang filsafat yang
membahas tentang pengetahuan.Pertanyaan dasar dalam wacana filsafat adalah apakah
pengetahuan itu? Bagaimana metode mendapatkannya? Bagaimana membuktikan
kebenaran suatu pengetahuan?
c. Aksiologi
Aksiologi berakar kata axios (layak,pantas), dan logos (ilmu, studi
mengenai). Jadi, aksiologi adalah studi filosofis tentang hakikat nilai-nilai. Karena
itu, aksiologi mempermasalahkan apakah nilai subjektif? Apakah nilai itu kenyataan?
objektifkah nilai-nilai itu? Namun, Pertanyaan dasariah aksiologi sendiri adalah
apakah yang seharusnya saya lakukan?
2. Cabang-Cabang Filsafat Lainnya

Banyak para filsuf yang membagi filsafat ilmu menjadi berbagai cabang, seperti H. De
Vos, Prof. Albuerey Castell, Dr. M. J. Langeveld, Aristoteles, dan lain-lain. Setiap filsuf
memiliki perbedaan dalam membagi cabang-cabang filsafat ilmu. Walaupun ada perbedaan
dalam pembagiannya, namun tentu saja lebih banyak persamaanya. Dari beberapa pandangan
filsuf tersebut, sekarang filsafat memiliki beberapa cabang, yaitu metafisika, logika,
epistemologi, etika, dan estetika.1[3]

1. Metafisika

Metafisika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada atau
membicarakan sesuatu dibalik yang tampak. Metafisika tidak muncul dengan karakter
sebagai disiplin ilmu yang normatif tetapi tetap filsafat yang ditujukan terhadap
pertanyaan-pertanyaan seputar perangkat dasar kategori-kategori untuk
mengklasifikasikan dan menghubungkan aneka fenomena percobaan oleh manusia.
Persoalan metafisis dibedakan menjadi tiga, yaitu ontologi, kosmologi dan antropologi.

a) Ontologi (Teori Alam dan Tipe-Tipe Realitas)

Ontologi merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat
konkret atau realistis. Hakekat kenyataan atau realitas bisa didekati ontologi
dengan dua macam sudut pandang, yaitu kuantitatif (menanyakan apakah
kenyataan itu tunggal atau jamak?) dan kualitatif (menanyakan apakah
kenyataan/realitas tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun
yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum). Adapun
teori Ontologi utama meliputi:

1) Materialisme → Objek-objek fisik yang ada mengisi ruang angkasa dan


tidak ada yang lainnya. Semua sifat fisik alami tersebut tidak berdiri sendiri-
sendiri.
2) Idealisme → Hanya pikiran/berpikir, spirit, dan segala sesuatu yang
berhubungan dengan berpikir yang benar-benar nyata (konkret).
3) Dualisme → Keberadaan berpikir/pikiran dan material adalah nyata dan
keduanya tidak saling mengurangi satu dengan yang lain.
b) Kosmologi (Teori Umum Proses Realitas)

Kosmologi berkepentingan terhadap cara berbagai benda dan peristiwa


yang satu mengikuti cara berbagai benda dan peristiwa lain menurut perubahan
waktu (satu benda ditentukan oleh benda lainnya). Satu benda atau peristiwa
ditentukan oleh sebab sebelumnya dan tidak dapat dibalik. Determinan-
determinan dari peristiwa alam yang dianggap beroperasi dengan cara terakhir
tersebut dinamakan Aristoteles sebagai “sebab-sebab final” → final causes →
dikenal sebagai antecedent causes.

Determinisme merupakan pandangan tentang apapun yang terjadi


bersifat universal, tanpa kecuali, dan secara lengkap ditentukan oleh sebab-
sebab sebelumnya. Bila pandangan ini digabung dengan konsepsi materialisme,
yaitu semua proses adalah fisik secara ekslusif, maka pandangan deterministik
ini dinamakan mekanisme. Deterministik diakui dunia pendidikan internasional
sebagai pendekatan yang powerful.

Selain pandangan determinisme, kita perlu mengenal pandangan lain,


yaitu teleologi. Teleologi adalah proses yang dianggap ditentukan oleh aneka
pengaruh atau sebab akhir (influenced by ends).

c) Antropologi

Adalah ilmu yang menyelidiki tentang manusia yang berkaitan dengan


pertanyaan pertanyaan tentang hakikat manusia dan pentingnya dalam alam
semesta.

2. Logika

Logika adalah cabang filsafat yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.
Logika membahas tentang prinsip-prinsip inferensia (kesimpulan) yang absah (valid)
dan topik-topik yang saling berhubungan. Logika dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Logika deduktif (deductive form of inference), yaitu cara berpikir di mana


pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir
silogismus. Pernyataan yang mendukung silogismus disebut premis.
Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif
berdasarkan kedua premis tersebut (Suriasumantri. 1988: 48-49).
Perkembangan logika deduktif dimulai sejak masa Aristoteles, setelah
kontribusi oleh Stoics dan para logikawan lain pada zaman pertengahan,
mereka mengasumsikannya sebagai garis besar tradisi Aristotelesian.
2) Logika induktif (inductive form of inference), yaitu cara berpikir yang
dilakukan dengan cara menarik suatu kesimpulan bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat khusus. Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang khas dan terbatas kemudian
diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Prinsip induktif mampu
digunakan dalam ilmu terapan pada masa John Stuart Mill dalam metodenya
tentang analisis–sebab (causal analysis) bersama dengan prinsip teori peluang
dan praktek statistik yang masih menjadi sumber-sumber utama penampilan
buku tentang logika induktif.

Banyak para ahli berpendapat bahwa sekalipun sejak 1940-an logika deduktif
berkembang tetapi masih belum menyamai taraf yang dicapai oleh logika deduktif.
Dalam hal ini, logika deduktif lebih powerful.

3. Epistemologi

Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme = pengetahuan dan logos =


kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, dan
jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan
dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana
karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.

Epistomologi atau teori pengetahuan berhubungan dengan hakikat dari ilmu


pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan
tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode,
diantaranya metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode
kontemplatis dan metode dialektis.

4. Etika

Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku (moral) atau
perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik ataupun buruk. Etika dalam kajian
filsafatnya dapat diberi arti sebagai tata krama dan sopan santun yang lahir dari
pemahaman perbuatan yang baik dan buruk serta sebuah tata aturan yang berlaku dalam
masyarakat yang menjadi sebuah kebudayaan yang wajib untuk taat dipatuhi.
5. Estetika

Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan. Estetika


disebut juga sebagai “filsafat keindahan” (philosophy of beauty). Dalam Encyclopedia
Americana (1973), estetika merupakan cabang filsafat yang berkenaan dengan
keindahan dan hal yang indah dalam alam dan seni.

Anda mungkin juga menyukai