Buku Kedua
Judul Buku : Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis ke Perselihan Revisonisme
Penlis : Franz Magnis-Suseno
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Cetakan : Pertama, Agustus 1999
Tebal : 286 halaman
Tentang Pengarang
Jon Elster (lahir 22 Februari 1940, Oslo) adalah seorang teoritis politik dan
sosial Norwegia yang telah menulis beberapa karya tentang filsafat ilmu sosial dan teori
pilihan rasional. Ia juga merupakan pendukung Marxisme analitis dan kritikus ekonomi neo-
klasik dan teori pilihan publik atas dasar behavioral dan psikologis. Jon Elster (Ph.D.,
Universitas Paris, 1972) mengajar di Paris, Oslo, dan Chicago sebelum datang ke Columbia.
Publikasi-publikasinya meliputi Ulysses and the Sirens, Sour Grapes, Making Sense of Marx,
The Cement of Society, Solomonic Judgements, Local Justice, Political Psychology, Alchemies
of the Mind, Ulysses Unbound, Closing the Books: Keadilan Transisional dalam Perspektif
Sejarah, Menjelaskan Perilaku Sosial, dan Jaminan Terhadap Ketidakadilan: Juri, Majelis,
Pemilu. Minat penelitiannya meliputi teori pilihan individu dan pilihan kolektif, filsafat ilmu-
ilmu sosial, teori keadilan distributif, dan sejarah pemikiran sosial (Marx dan Tocqueville).
Saat ini ia sedang mengerjakan studi perbandingan tentang Konvensi Federal (1787) dan
majelis konstituante Prancis pertama (1789-1791).
Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, SJ atau yang dikenal dengan nama Romo Magnis
merupakan rohaniwan Katolik, budayawan, akademisi, aktivis, dan seorang Indonesianis yang
terkemuka. Tokoh ini biasa dipanggil “Romo Magnis”, mengacu pada statusnya sebagai
rohaniwan Katolik, sekaligus pengayom bagi banyak orang. Franz Magnis-Suseno memang
dikenal melalui beragam aktivitasnya di berbagai ranah pemikiran.
Romo Magnis dikenal sebagai penulis yang produktif. Ia telah menulis beratus-ratus
artikel di jurnal di suratkabar sejak empat dasawarsa lalu. Franz Magnis-Suseno juga telah
menulis 33 buku berbahasa Indonesia dan dua judul berbahasa Inggris. Salah satu karyanya,
Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, pernah
menimbulkan kontroversi ketika pertama kali terbit (1999). Sekelompok orang merazianya di
sejumlah toko buku, selain berdemonstrasi dengan cara membakarnya di muka publik. Dengan
menulis buku itu ia dianggap menyebarkan ide-ide Marx yang dinyatakan terlarang. Tapi
kontroversi akibat kesalahpahaman itu berhenti, dan buku tersebut kemudian dicetak-ulang
beberapa kali.
RIVIEW BUKU
Marx mulai memperhatikan perkembangan ilmu ekonomi, yang pada masa itu disebut
ekonomi politik, setelah terinspirasi oleh sebuah karangan Friedrich Engels. Ia kemudian
membaca karya-karya ekonomi dari berbagai tokoh seperti Adam Smith, Ricardo, Say, James
Mill, dan penulis lainnya. Hasil dari orientasi baru ini tercermin dalam ratusan halaman catatan
dan refleksi yang kemudian diterbitkan sebagai Naskah-naskah Ekonomis-Falsai, juga dikenal
sebagai Naskah-naskah Paris. Melalui studi ekonomi politik, Marx memahami bahwa
keterasingan manusia dari kesosialannya diproduksi dalam pekerjaan di bawah sistem ekonomi
kapitalis, yang kemudian menjadi fokus utama perenungannya.
Keterasingan dalam pekerjaan menjadi pokok utama perenungan Marx karena dalam
sistem kapitalisme, Marx percaya bahwa manusia tidak bekerja secara bebas dan universal,
melainkan terpaksa bekerja sebagai syarat untuk bisa hidup. Hal ini menyebabkan pekerjaan
tidak mengembangkan manusia, melainkan justru mengasingkan mereka, baik dari diri sendiri
maupun dari orang lain. Marx melihat bahwa keterasingan manusia dari dirinya sendiri dan
dari masyarakat diproduksi dalam pekerjaan di bawah sistem ekonomi kapitalis, sehingga
permasalahan keterasingan dalam pekerjaan menjadi fokus utama pemikirannya
Keterasingan menurut Karl Marx adalah kondisi dimana manusia merasa terpisah,
terasing, atau tidak lagi merasa terhubung dengan dirinya sendiri, dengan produk pekerjaannya,
dengan sesama manusia, dan dengan alam. Keterasingan ini terjadi karena adanya sistem
ekonomi kapitalis yang memaksa manusia untuk bekerja tidak secara bebas dan universal,
melainkan sebagai syarat untuk bertahan hidup. Akibatnya, manusia kehilangan kontrol atas
dirinya sendiri dan merasa terasing dari hakikatnya sebagai manusia yang bebas dan sosial.
Kapitalisme dianggap sebagai penyebab keterasingan oleh Marx karena dalam sistem
ekonomi kapitalis, manusia dipaksa untuk bekerja tidak secara bebas dan universal, melainkan
sebagai syarat untuk bertahan hidup. Dalam kapitalisme, tujuan utama dari pekerjaan adalah
untuk memperoleh keuntungan bagi pemilik modal, bukan untuk memenuhi kebutuhan atau
untuk pengembangan diri manusia. Hal ini menyebabkan manusia kehilangan kontrol atas
dirinya sendiri, fokusnya hanya pada pemenuhan kebutuhan fisik, dan merasa terasing dari
dirinya sendiri sebagai makhluk yang bebas dan universal. Selain itu, dalam sistem kapitalis,
terdapat pertentangan kepentingan antara pemilik modal dan pekerja, yang juga menyebabkan
terjadinya keterasingan antar manusia.
Konsep keterasingan dalam pekerjaan menurut Marx merujuk pada pemisahan atau
alienasi yang dialami oleh pekerja dalam konteks produksi kapitalis. Marx mengidentifikasi
beberapa dimensi keterasingan dalam pekerjaan:
Keterasingan dari Produk Kerja: Pekerja dalam sistem kapitalis tidak memiliki
kontrol atau kepemilikan atas produk kerja mereka. Hasil kerja mereka menjadi milik pemilik
modal (kapitalis) dan dijual untuk mendapatkan keuntungan. Hal ini menyebabkan pekerja
kehilangan hubungan emosional dan identitas dengan produk kerja mereka, karena mereka
tidak memiliki kendali atas apa yang mereka hasilkan.
Keterasingan dari Proses Kerja: Pekerja sering mengalami keterasingan dari proses
kerja itu sendiri. Mereka dipaksa untuk melakukan tugas-tugas yang monoton, repetitif, dan
tidak bermakna, yang tidak memungkinkan ekspresi kreativitas atau pengembangan penuh dari
kemampuan individu. Pekerja dianggap sebagai bagian dari mesin produksi, bukan sebagai
individu yang memiliki kontribusi unik.
Keterasingan dari Sesama Pekerja: Marx juga menyoroti keterasingan sosial yang
terjadi di tempat kerja. Persaingan dan eksploitasi antar pekerja menciptakan ketegangan dan
alienasi diantara mereka, menghalangi terbentuknya solidaritas dan kerjasama di antara
pekerja.
Keterasingan dari Dirinya Sendiri: Keterasingan dari diri sendiri merujuk pada
hilangnya rasa identitas, tujuan hidup, dan pemahaman akan potensi individu dalam konteks
pekerjaan. Pekerja cenderung kehilangan kontrol atas hidup dan tujuan mereka, karena terjebak
dalam rutinitas kerja yang tidak bermakna dan tidak memuaskan.
Melalui konsep keterasingan dalam pekerjaan, Marx menyoroti dampak negatif sistem
kapitalis terhadap kesejahteraan dan martabat pekerja. Dia menekankan pentingnya mengatasi
keterasingan ini melalui transformasi sosial dan ekonomi yang mengarah pada penciptaan
kondisi dimana pekerja memiliki kontrol atas pekerjaan mereka, merasa bernilai, dan dapat
mengembangkan potensi mereka secara penuh.
Keterasingan dalam pekerjaan terjadi menurut Marx karena adanya beberapa faktor
dalam sistem ekonomi kapitalis:
Pemisahan Kelas Pekerja dan Kelas Pemilik: Adanya pembagian kerja dan hak milik
pribadi dalam sistem kapitalis menyebabkan terjadinya pemisahan antara kelas pekerja dan
kelas pemilik. Hal ini menciptakan ketidaksetaraan dalam hubungan kerja dan memperkuat
keterasingan antara manusia.
Pemisahan antara Manusia dan Produk Pekerjaan: Dalam sistem kapitalis, produk
pekerjaan menjadi milik pemilik pabrik, bukan milik pekerja yang sebenarnya melakukan
pekerjaan. Hal ini menyebabkan pekerja kehilangan rasa kepemilikan dan hubungan emosional
dengan hasil kerjanya, yang kemudian memperkuat keterasingan dalam pekerjaan.
Menurut Marx, konsep pekerjaan yang benar dan terhindar dari keterasingan adalah
pekerjaan yang memungkinkan manusia untuk bekerja secara bebas dan universal, di mana
manusia dapat mengembangkan diri, merasa terhubung dengan produk pekerjaannya, dengan
sesama manusia, dan dengan alam. Pekerjaan yang memungkinkan manusia untuk merasakan
kepuasan dan memenuhi kebutuhan hakiki sebagai makhluk sosial dan kreatif akan membantu
mengatasi keterasingan dalam pekerjaan. Marx percaya bahwa dalam masyarakat yang tidak
didasarkan pada sistem ekonomi kapitalis, di mana hubungan produksi didasarkan pada
kepemilikan bersama dan tujuan bersama untuk kepentingan kolektif, manusia dapat bekerja
untuk memenuhi kebutuhan bersama dan untuk pengembangan diri secara menyeluruh.
Dengan demikian, konsep pekerjaan yang benar menurut Marx adalah pekerjaan yang
memungkinkan manusia untuk bekerja sebagai bagian dari masyarakat yang solidaritas, di
mana kreativitas, kebebasan, dan hubungan sosial yang sehat dapat terwujud.
Menurut pemikiran Marx, salah satu solusi untuk terhindar dari keterasingan dalam
pekerjaan adalah dengan mengubah sistem ekonomi kapitalis menjadi sistem yang didasarkan
pada kepemilikan bersama dan tujuan bersama untuk kepentingan kolektif. Beberapa solusi
yang dapat diambil untuk mengatasi keterasingan dalam pekerjaan adalah:
Penghapusan Hak Milik Pribadi: Dengan menghapuskan sistem hak milik pribadi
atas alat-alat produksi, manusia dapat bekerja dalam lingkungan di mana kepemilikan bersama
menjadi prinsip utama. Hal ini akan membantu mengurangi pemisahan antara pemilik dan
pekerja, serta memungkinkan terciptanya hubungan kerja yang lebih solidaritas.
Pembagian Kerja yang Adil: Merancang sistem pembagian kerja yang adil dan merata
dapat membantu mengurangi ketimpangan dalam hubungan kerja. Dengan demikian, setiap
individu memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri dan merasa terlibat
dalam proses produksi.
Dalam teori Marx, inefisiensi, eksploitasi, dan alienasi memainkan peran yang berbeda
dalam menjelaskan keruntuhan kapitalisme dan transisi menuju komunisme. Inefisiensi dalam
teori umum tentang moda produksi, inefisiensi disorot sebagai faktor kunci dalam menjelaskan
mengapa satu moda produksi pada akhirnya digantikan oleh moda produksi lainnya. Marx
mengkritik kapitalisme karena ketidakefisienan yang melekat, seperti misalokasi sumber daya
dan ketidakmampuan untuk sepenuhnya memanfaatkan kapasitas produktif. Ketidakefisienan
ini berkontribusi pada kontradiksi sistemik dalam kapitalisme, yang pada akhirnya
menyebabkan kehancurannya dan perlunya moda produksi baru, seperti komunisme. Teori
perjuangan kelas menekankan eksploitasi sebagai aspek utama kapitalisme. Marx berpendapat
bahwa moda produksi kapitalis didasarkan pada eksploitasi tenaga kerja, di mana pekerja
diasingkan dari nilai yang mereka hasilkan dan tidak mendapatkan kompensasi penuh atas
kerja mereka. Eksploitasi ini menciptakan ketegangan antara kelas kapitalis dan kelas pekerja,
yang mengarah pada konflik yang berkontribusi pada ketidakstabilan kapitalisme. Kritik
terhadap eksploitasi berfungsi sebagai kekuatan pendorong untuk transisi menuju sistem yang
lebih adil dan setara, seperti komunisme. Keterasingan, terutama dalam hal kurangnya realisasi
diri dan keterlibatan yang berarti dengan pekerjaan, merupakan konsep penting dalam analisis
Marx tentang kapitalisme. Keterasingan di bawah kapitalisme merupakan hasil dari pemisahan
pekerja dari hasil kerja mereka, sifat dehumanisasi dari proses kerja yang berulang-ulang dan
mengasingkan, dan komodifikasi tenaga kerja. Marx memandang keterasingan sebagai
masalah mendasar kapitalisme yang merusak perkembangan dan pemenuhan manusia.Dengan
mengatasi keterasingan dan memungkinkan individu untuk mencapai realisasi diri dan
pekerjaan yang bermakna, transisi menuju komunisme dibayangkan sebagai cara untuk
mengatasi dampak dehumanisasi kapitalisme dan menciptakan masyarakat yang lebih
memuaskan dan harmonis.
ANALISIS KRITIS
Dalam pemikiran Karl Marx tentang keterasingan, terdapat beberapa kritik seperti
determinisme ekonomi yang berlebihan kritik terhadap Marx adalah bahwa pendekatannya
terlalu menekankan faktor ekonomi sebagai satu-satunya penyebab keterasingan, tanpa
mempertimbangkan faktor-faktor sosial, politik, dan budaya lainnya yang juga dapat
memengaruhi hubungan manusia dengan pekerjaan.
Kurangnya perhatian pada variasi individu kritik lain terhadap pemikiran Marx adalah
bahwa ia cenderung mengabaikan perbedaan individu dalam pengalaman keterasingan. Setiap
individu mungkin mengalami keterasingan dengan cara yang berbeda, dan pendekatan yang
terlalu umum dapat mengabaikan keragaman pengalaman individu.
Kesimpulan dalam teori keterasingan Karl Marx adalah bahwa dalam sistem ekonomi
kapitalis, manusia mengalami keterasingan dalam berbagai aspek kehidupan, terutama dalam
hubungan mereka dengan pekerjaan. Keterasingan terjadi karena adanya pemisahan antara
manusia dan produk kerja mereka, pemisahan antara kelas pekerja dan kelas pemilik, serta
pemaksaan dalam melakukan pekerjaan sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Marx menekankan bahwa keterasingan dalam pekerjaan merupakan akar dari segala
keterasingan manusia, dan untuk mengatasi keterasingan tersebut, diperlukan perubahan sistem
ekonomi yang didasarkan pada kepemilikan bersama dan tujuan bersama untuk kepentingan
kolektif. Dengan menghapuskan hak milik pribadi atas alat-alat produksi, membagi kerja
secara adil, meningkatkan kesadaran kelompok pekerja, dan mengembangkan sistem ekonomi
alternatif, manusia dapat terhindar dari keterasingan dalam pekerjaan dan menciptakan
lingkungan kerja yang lebih manusiawi, adil, dan berkelanjutan.