MALIK MEDAN.
Eqlima Elfira
061101059
Skripsi
Medan, 2011
Anak Prasekolah diruang perawatan anak RSUP H Adam Malik Medan”, untuk
2. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, Ns, MARS selaku dosen pembimbing yang
dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan.
3. Jenny M. Purba, S.Kp, Ns, MNS selaku dosen pembimbing akademik yang
4. Ibu Sri Eka Wahyuni S.Kep, Ns. M.Kep dan Bapak Sukri Tanjung, S.Kep, Ns
selaku dosen penguji. Terima kasih atas masukan yang telah diberikan demi
5. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan
Nurhayati SPd, atas segala dukungan moral dan materil serta do’a sehingga
skripsi ini terselesaikan, kepada abangku, Ramadhan Putra Gayo, SH, MH dan
kedua adikku, Dewi kartini dan Budi Putra Gayo yang selalu memberikan
semangat, juga yang selalu memberi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Untuk teman seangkatan stambuk 2006 serta terima kasih juga buat teman-
teman seperjuangan, Rosy, Afni, Ito , Ananda, Elfi, syafrina dan adik-adik 07
skripsi ini.
Anggi yang terus mendorongku untuk selalu berusaha dan pantang menyerah
9. Serta terimakasih juga penulis haturkan kepada anak-anak dan kedua orang
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
yang membutuhkan serta penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penulis
BAB 1 Pendahuluan
1. Latar Belakang ...............................................................................................1
2. Pertanyaan Penelitian .....................................................................................5
3. Tujuan Penelitian ...........................................................................................5
4. Manfaat Penelitian .........................................................................................6
Lampiran
1. Lembar Persetujuan Responden .............................................................................. 58
2. Instrumen Penelitian ............................................................................................... 59
3. Izin Penelitian Fakultas ............................................................................................. 59
4. Izin Penelitian Rumah Sakit...................................................................................... 60
5. Riwayat Hidup .......................................................................................................... 66
Abstrak
Kecemasan adalah suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah,
ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual
yang tidak diketahui atau dikenal. Setiap anak yang di hospitalisasi akan
menimbulkan perasaan yang tidak aman seperti lingkungan asing, berpisah dari
orangtua, kurang informasi, kehilangan kebebasan dan kemandirian. Salah satu
dari Terapi bermain adalah bercerita. Bercerita adalah tehnik yang efektif dalam
mengalihkan perhatian anak dari keadaan cemas. Penelitian ini bertujuan untuk
meneliti pengaruh terapi bermain dengan tehnik becerita terhadap kecemasan
akibat hospitalisasi pada anak prasekolah dengan menggunakan Pre eksperimen
yang dilakukan pada 13 orang pada bulan Juli sampai Agustus 2010 .Analisa data
dilakukan dengan uji statistik deskriptif dan inferensial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 92,3% responden
mengalami kecemasan sedang dan 7,7% mengalami kecemasan berat dan tidak
ada pasien yang mengalami kecemasan ringan sebelum pelaksanaan treatment
(Terapi bermain dengan tehnik bercerita). Setelah pelaksanaan terapi bermain
dengan tehnik bercerita 76,9% responden mengalami kecemasan ringan dan
23,1% kecemasan sedang. Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi bermain
dengan tehnik bercerita mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan
kecemasan anak prasekolah (p=0,001; α=0,05). Rekomendasi dari hasil penelitian
ini adalah ditujukan kepada perawat anak agar dapat menerapkan terapi bermain
dengan tehnik bercerita yang berpengaruh dalam menurunkan kecemasan pada
anak prasekolah.
Abstrak
Kecemasan adalah suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah,
ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual
yang tidak diketahui atau dikenal. Setiap anak yang di hospitalisasi akan
menimbulkan perasaan yang tidak aman seperti lingkungan asing, berpisah dari
orangtua, kurang informasi, kehilangan kebebasan dan kemandirian. Salah satu
dari Terapi bermain adalah bercerita. Bercerita adalah tehnik yang efektif dalam
mengalihkan perhatian anak dari keadaan cemas. Penelitian ini bertujuan untuk
meneliti pengaruh terapi bermain dengan tehnik becerita terhadap kecemasan
akibat hospitalisasi pada anak prasekolah dengan menggunakan Pre eksperimen
yang dilakukan pada 13 orang pada bulan Juli sampai Agustus 2010 .Analisa data
dilakukan dengan uji statistik deskriptif dan inferensial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 92,3% responden
mengalami kecemasan sedang dan 7,7% mengalami kecemasan berat dan tidak
ada pasien yang mengalami kecemasan ringan sebelum pelaksanaan treatment
(Terapi bermain dengan tehnik bercerita). Setelah pelaksanaan terapi bermain
dengan tehnik bercerita 76,9% responden mengalami kecemasan ringan dan
23,1% kecemasan sedang. Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi bermain
dengan tehnik bercerita mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan
kecemasan anak prasekolah (p=0,001; α=0,05). Rekomendasi dari hasil penelitian
ini adalah ditujukan kepada perawat anak agar dapat menerapkan terapi bermain
dengan tehnik bercerita yang berpengaruh dalam menurunkan kecemasan pada
anak prasekolah.
PENDAHULUAN
1 . Latar Belakang
Hospitalisasi adalah suatu proses oleh karena suatu alasan yang berencana
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi
dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Anak yang sakit dan
harus dirawat dirumah sakit akan mengalami masa sulit karena tidak dapat
perawatan dan berbagai prosedur yang dijalani oleh anak merupakan sumber
utama stres, kecewa dan cemas, terutama untuk anak yang pertama kali dirawat
anak sering merasa cemas, ketakutan, tidak yakin, kurang percaya diri, atau
merasa tidak cukup terlindungi dan merasa tidak aman. Tingkat rasa aman pada
setiap anak berbeda. Beberapa anak lebih pemalu dan cepat cemas dibanding anak
mengacam dan menjadi stressor sehingga dapat menimbulkan krisis bagi anak
dan keluarga. Bagi anak, hal ini mungkin terjadi karena anak tidak memahami
baginya, penyesuaian dengan banyak orang yang merawatnya, dan kerapkali harus
atau bercerita merupakan salah satu bentuk bermain yang paling sehat.
Sebagian besar orang tua menganggap awal masa prasekolah sebagai usia
yang mengundang masalah atau usia sulit. Seringkali, anak yang lebih muda
Terkadang marah tanpa alasan. Pada malam hari terganggu oleh mimpi buruk dan
pada siang hari ada rasa takut yang tidak rasional, dan merasa cemburu. Perilaku
ribut, berlagak, kejemuan dan tidak tentram pada anak-anak yang cemas cederung
berusaha menyakinkan diri mereka dan orang lain tentang kemampuan mereka.
Anak-anak menghindarkan diri dari situasi yang mengancam dengan cara pergi
tidur meskipun tidak lelah, dengan membuat diri mereka sibuk sehingga tidak
Kita akan lebih mengenal anak jika kita melihat karakteristik anak
tersebut. Anak yang dikategorikan anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5
tahun, seorang ahli psikologi Hurlock mengatakan bahwa masa usia prasekolah
adalah masa emas (the golden age). Di usia ini anak mengalami perubahan baik
fisik dan mental dengan berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris, rasa
ingin tahu yang tinggi, imajinasi yang tinggi, belajar menimbang rasa, dan
akan monster atau hantu. Hal inilah yang membuat anak sulit berpisah dengan
orangtua sehingga saat anak dirawat di rumah sakit ia akan merasa cemas akan
prosedur rumah sakit yang tidak dipahaminya. Cemas adalah suatu respon
sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal ini terjadi karena anak
kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bisa bermain dengan
temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus
pergi ke rumah sakit mejalani prosedur pengobatan. Untuk itu peran perawat
sangat dibutuhkan dalam menjelaskan dan memberi informasi pada keluarga dan
anak.
konflik dalam dirinya yang ia tidak sadari. Bermain juga merupakan kegiatan
fisik, intelektual, emosi, sosial untuk belajar, perkembangan mental, bermain dan
dan perkembangan yang normal selama dirawat, dan mengungkapkan pikiran dan
waktunya singkat, mudah dilakukan, aman, tidak bertentangan dengan terapi, dan
dan komunikasi.
Salah satu hal yang dapat peneliti lakukan adalah mengajaknya bermain.
Permainan yang peneliti lakukan bersama anak dapat menjadi sebuah terapi, yang
juga adalah salah satu terapi bermain yang merupakan aktivitas yang sangat sesuai
cerita tentang orang dan hewan yang dikenalnya. Mereka menyukai karakter ini
diri dengan hewan, mereka memperoleh kegembiraan yang besar dari mendengar
anak RSUD Kota Yogyakarta” (Eka, 2009). Hasil penelitian menunjukkan ada
pengaruh yang signifikan pada pemberian terapi bermain dengan tehnik bercerita
terhadap kecemasan akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah di ruang perawatan
yang baik pada perawat anak di RSUP H Adam Malik. Perawat anak sangat
kata-kata kasar. Perawat anak memberikan sugesti pada anak untuk bisa sembuh
suasananya tidak begitu kondusif dengan suara yang ribut. Kunjungan tamu
pasien untuk menjenguk dan anak-anak kecil yang bermain di ruangan serta
seekor kucing yang masih berkeliaran. Peneliti melihat kondisi ruangan yang
2. Pertanyaan Penelitian
3. Tujuan Penelitian
4 Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
1. Terapi bermain
Bermain merupakan bagian penting dari masa balita dan punya nilai
pendidikan yang tinggi (June, 2003). “Bermain” (play) merupakan istilah yang
digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling
tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan,
tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela, dan
tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock, 1978).
adalah kegiatan yang “tidak mempuyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan
pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realita luar”.
Bermain secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kategori, aktif dan pasif
(“hiburan”). Pada semua usia, anak melakukan permainan aktif dan pasif.
bergantung pada usia, tetapi pada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh dari
pada awal usia prasekolah dan permainan hiburan ketika anak mendekati masa
Ada beberapa teori yang menjelaskan arti serta nilai permainan. Yaitu sebagai
berikut:
1. Teori rekreasi yang dikembangkan oleh Schaller dan Lazarus, dua orang
sarjana Jerman di antara tahun 1841 dan 1884. mereka menyatakan permainan
itu sebagai kesibukan rekreatif, sebagai lawan dari kerja dan keseriusan hidup.
yang belum dipakai dan menumpuk pada diri anak yang menuntut
4.Teori biologis. Karl groos, sarjana Jerman (di kemudian hari Maria Montessori
dorongan-dorongan yang tidak disadari pada anak-anak dan orang dewasa. Ada
dua dorongan yang paling penting pada diri manusia. Menurut Adler ialah:
dorongan berkuasa; dan menurut Freud ialah: dorongan seksual atau libido
menurut teori fenomenologis permainan mempunyai arti dan nilai bagi anak
memperkenalkan anak jadi anggota suatu masyarakat, agar anak bisa mengenal
rasa kerukunan yang sangat besar artinya bagi pembentukan sosial sebagai
juga belajar memahami sifat-sifat benda dan peristiwa yang berlangsung dalam
yang sama besarnya dengan nilai seni bagi orang dewasa. Permainan itu
norma-norma dan larangan, dan bertindak secara jujur serta loyal. Semua ini
kejiwaan dan fungsi jasmaniah. Hal ini penting guna memupuk sikap serius
sehari-harinya.
Bermain aktif adalah bermain dengan kegembiraan yang timbul dari apa
adalah :
1.3.2 Bermain Bebas dan Spontan merupakan bentuk bermain aktif yang
dari jenis bermain ini terutama timbul dari eksplorasi, ketika rasa ingin tahu
mereka telah terpenuhi dengan apa yang tersedia. Ketiga, karena cepatnya
1.3.3 Permainan Drama adalah bentuk bermain aktif di masa anak-anak, melalui
prilaku dan bahasa yang jelas, berhubungan dengan materi atau situasi
sebenarnya. Jenis bermain ini dapat bersifat reproduktif atau produktif yang
yang dikaguminya dalam kehidupan nyata atau dalam media massa, atau
ingin menyerupainya.
menggunakan bahan untuk membuat sesuatu yang bukan untuk tujuan yang
konstruksinya, misalnya kue dari tanah liat untuk mewakili kue yang
dilihatnya di rumah atau kemah Indian seperti dilihatnya dalam buku atau
anak memproduksi kata-kata dan nada yang dihasilkan orang lain atau jika
lagu atau menghasilkan nada untuk kata-kata yang ditulis orang lain, atau
anak dari semua latar belakang semua ras, agama dan sosioekonomis.
perhatiannya pada saat itu atau yang serupa dengan benda yang
dan mereka sering terlibat dalam musim tukar-menukar atau barter yang
panjang.
dari mengeksplorasi apa saja yang baru atau berbeda, demikian pula halnya
dengan anak yang lebih besar. Akan tetapi, permaianan eksplorasi anak
yang lebih besar berbeda dari kegiatan eksplorasi bayi yang sifatnya bebas
dan spontan.
diinginkan, dan tidak untuk kesenangan yang diperolehnya. Istilah olah raga
1.3.9 Hiburan
kegembiraan dengan usaha yang minimum dari kegiatan orang lain. Bentuk
Membaca sebagai kesenangan tidak merupakan bentuk hiburan yang populer, dan
Jauh sebelum anak mampu membaca dan sebelum mereka mampu mengerti arti
setiap kata kecuali yang sederhana, mereka ingin dibacakan. Sampai mereka dapat
membaca dengan usaha minimum dan bagi kebanyakan anak hal ini tidak terjadi
Membaca Komik merupakan cerita kartun yang unsur ceritanya kurang penting
dengan petualangan ketimbang komedi dan daya tariknya timbul dari aspek
emosional.
2. Bercerita
lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan pengetahuan kepada orang lain
bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan. Dengan kata lain
bahwa anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang
hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia, misalnya; usia 4 tahun, anak
menyukai dongeng fabel dan horor, seperti: Si wortel, Tomat yang Hebat, Anak
ayam yang Manja, kambing Gunung dan Kambing Gibas, anak nakal tersesat di
hutan rimba, cerita nenek sihir, orang jahat, raksasa yang menyeramkan dan
sebagainya. Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh
2.2.1 Cerita lama. Cerita lama pada umumnya mengisahkan kehidupan klasik
Dongeng Cerita tentang sesuatu yang tidak masuk akal, tidak benar terjadi
dan bersifat fantasis atau khayal. Dongeng terdiri dari mite yang berarti,
dongeng tentang kejadian alam yang aneh dan ajaib, Fabel Adalah dongeng
yang melukiskan raja atau dewa yang bersifat khayal. Cerita berbingkai
Cerita panji adalah bentuk cerita seperti hikayat tapi berasal seperti
kata lain jenis cerita yang tepat untuk anak TK adalah jenis cerita fabel
hari.
dengan sistem sosial dan struktur kehidupan lama. Cerita baru dapat
yang bisa jadi merupakan hal baru baginya. Manfaat bercerita dengan kata
bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng
menyimpulkan sebagai berikut; usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit dan
usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit serta Usia 8-12 tahun, waktu
menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak
akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang
program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik
dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan
suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan
tidur dan waktu santai. Menurut Hurlock, membaca paling sering dilakukan
pada malam hari, pada waktu anak merasa lelah, cuaca buruk menghalangi
utuk bermain di luar, atau pada hari minggu dan liburan bila teman bermain
tidak ada. Anak diantara umur 3-5 tahun cenderung akan mengulang kembali
apa yang ia dengar, baca untuk mengungkapkan perasaan cintanya dan apa
yang ia tahu. Anjurkan anak untuk membaca dan berilah pujian agar ia
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain /
toodler (1-2,5 tahun), prasekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga
remaja (11-18 tahun). Namun, topik yang ingin kita bahas tentang anak usia
idenpenden. Anak dari usia 1 sampai 5 atau 6 tahun menguatkan rasa identitas
jender dan mulai membedakan perilaku sesuai jenis kelamin yang didefenisikan
secara sosial serta mengamati perilaku orang dewasa, mulai untuk menirukan
memodifikasi perilaku yang didasarkan pada umpan balik orangtua. (Potter, Perry,
2005)
akan tetapi aktivitas motorik tinggi, di mana sistem tubuh sudah mencapai
dan harapan orang dewasa yang serupa, biasanya di antara semua anak dalam
menggunakan 15.000 kata setiap hari atau dalam setahunnya menggunakan kira-
kira 5 setengah juta kata. Setiap tahun, sejalan dengan bertambah besar mereka,
berbeda. Jauh sebelum anak mampu membaca dan sebelum mereka mampu
mengerti arti setiap kata kecuali yang sederhana, mereka ingin dibacakan.
3.1 Defenisi
tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang
tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal
dari dalam dirinya. Menurut Stuart & Sundeens (1998), kecemasan adalah suatu
kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal.
sistem syaraf otonom. Kusuma mengatakan bahwa kecemasan adalah gejala yang
tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang
normal. Sedangkan menurut Kaplan & Sadock (1997), kecemasan adalah respon
atau konfliktual.
Menurut Townsend (1996), bahwa ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan,
ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu
mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah.
Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan
cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar
dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci
dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang
lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit
kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan
persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi
pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat,
3.3.1 Fase 1. Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan, maka tubuh
cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak enak sebagai akibat dari
maka gejala adanya kecemasan dapat berupa rasa tegang di otot dan
dan akibatnya akan menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan
menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat dilihat pada
3.3.2 Fase 2. Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti gelisah,
Ketegangan otot gangguan tidur dan keluhan perut, penderita juga mulai
tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak ada motifasi diri (Wilkie,
cara tertawa yang agak keras dapat menunjukkan tanda adanya gangguan
kecemasan fase dua (Asdie, 1988). Kehilangan motivasi diri bisa terlihat
kemudian ia berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang
3.3.3 Fase 3. Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi
kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang terlihat pada fase
satu dan dua yang mudah di identifikasi kaitannya dengan stres, gejala
kecemasan pada fase tiga umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku
dan umumnya tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga
tekanan. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ancaman terhadap suatu
tingkah laku (Rawlins, at al, 1993). Stress dapat berbentuk psikologis, sosial atau
merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi
mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi.
Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan timbul pertama dalam hidup
manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali. Saat itu dalam
pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka
terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan
tersebut ditekan dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak
(Prawirohusodo, 1988).
3.4.2 Teori Perilaku. Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon
3.4.4 Teori Keluarga. Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul
1998).
menimbulkan keadaan stres disebut stresor. Stres yang dialami seseorang dapat
stres kehidupan dan sangat erat kaitannya dengan pola hidup (Wibisono, 1990).
yaitu faktor genetik, faktor organik dan faktor psikologi. Pada pasien yang akan
faktor psikologis, terutama ketidak pastian tentang prosedur dan operasi yang
akan dijalani.
tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain. Pada pernapasan terjadi napas cepat
dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik. Pada kulit terjadi perasaan
panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar
mengalami anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium,
gerakan lambat.
Respon perilaku akan terjadi perasaan gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan
lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri
Respon afektif akan mengalami perasaan tidak sabar, tegang, neurosis, tremor,
khawatir dengan efek dari tindakan medis yang akan dilakukan pada anaknya.
sulit orangtua dan anak mampu menerima hospitalisasi. Perawat dan dokter yang
menangani anak yang dihospitalisasi harus mampu membina rasa saling percaya
akan terapi yang akan diberikan. Reaksi anak dan keluarganya terhadap sakit dan
ke rumah sakit baik untuk rawat inap maupun rawat jalan adalah dalam bentuk
kecemasan, stress dan perubahan perilaku. Bentuk dari kecemasan, dapat berupa
kecemasan berpisah, kehilangan kontrol, cedera tubuh dan nyeri. Tiga fase dari
mendapatkan kontrol yang dapat diterima, membantu untuk rencana dan jadwal
pelayanan dan perawatan, dan dapat berinteraksi dengan keluarga dan dengan
Permainan adalah satu dari aspek yang paling penting dalam kehidupan
seorang anak, dan merupakan salah satu dari aspek yang paling penting dalam
kehidupan seorang anak, dan merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk
menghadapi dan mengatasi stress. Permainan adalah pekerjaan anak, dan dalam
ekspresi emosional anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa marah dan
anak untuk menambah wawasan dalam berfikir dan sangat therapeutic sebagai
bercerita, berarti memberikan pada anak suatu cara untuk mendidik dan
Penyuluhan kesehatan dalam kondisi dan situasi rumah sakit untuk anak sakit,
tentunya berbeda dengan orang dewasa. Pada keadaan kecemasan dan stress serta
4. Hospitalisasi
karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti :
bentuk kecemasan semakin kecil atau sebaliknya, perilaku petugas rumah sakit.
4.1 Perubahan konsep diri ; akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti
atau lebih rendah dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
4.3 Dependensi ; klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
4.5 Takut dan Ansietas ; perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang
yang asing dan jauh dari suasana kekeluarga, kehilangan kebebasan, berpisah
mengancam dan stressor. Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi
Anak akan cenderung lebih manja, minta perhatian lebih pada orang tua serta
bersikap cuek pada perawat yang akan merawatnya karena anak belum dapat
rumah sakit yang menakutkan, rutinitas rumah sakit, prosedur yang menyakitkan,
dan takut akan kematian. Reaksi emosional pada anak sering ditunjukkan dengan
menangis, marah dan berduka sebagai bentuk yang sehat dalam mengatasi stress
perilaku buruk, hal ini terjadi karena anak masih mempunyai keterbatasan tentang
mengapa mereka sakit, tidak bisa bermain dengan temannya, mengapa mereka
terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus
bersifat pasif, kooperatif, membantu atau anak mencoba menghindar dari orang
tua, anak menjadi marah. Dampak hospitalisasi membuat anak takut dan cemas
perkembangan yang sudah dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat anak
menjadi regresi; ngompol lagi, suka menghisap jari dan menolak untuk makan.
pada anak sehingga anak merasa tidak nyaman akan perubahan yang terjadi pada
dirinya
anak (Supartini, 2000). Pada anak usia prasekolah reaksi perpisahan adalah
Pasien anak usia prasekolah umumnya takut pada dokter dan perawat
(Ngastiyah, 2005)
Pola asuh keluarga yang terlalu protektif dan selalu memanjakan anak juga
dapat mempengaruhi reaksi takut dan cemas anak dirawat di rumah sakit.
Keluarga yang terlalu khawatir atau stress anaknya yang dirawat di rumah
yang baik dan menyenangkan anak akan lebih kooperatif pada perawat dan
Anak mencari dukungan yang ada dari orang lain untuk melepaskan
treatment padanya, minta dipeluk saat merasa takut dan cemas bahkan saat
merasa kesakitan.
yang dideritanya. Perilaku ini menjadi salah satu cara yang dikembangkan anak
tidak mau suntik, tidak mau dipasang infus, menolak minum obat, bersikap
Anak mencari dukungan dari orang lain untuk melepaskan tekanan akibat
orang dekat dengannya, missal orang tua atau saudaranya. Perilaku ini
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian
anak. Sasaran penelitian adalah anak usia prasekolah yang sedang dirawat di
rumah sakit. Syarat-syaratnya yakni, usia anak prasekolah 3-5 tahun, lama rawat
1-3 hari, dan sedang dirawat di rumah sakit Kemudian diberi terapi bermain
dengan tehnik bercerita selama anak bisa tidur. Secara psikologis membaca atau
bercerita merupakan salah satu bentuk bermain yang paling sehat. Disamping itu,
• menurun
prasekolah (3-6 kecemasan
• Sedang
tahun)
• Berat
• Panik
Terapi Bermain
dengan tehnik
bercerita
o operasional
yang dilakukan
hospitalisasi. mengalami
disampaikan yang
memberikan
pesan moral
cerita si keong
emas, cerita
Princes,
Kembar dan
selama 5 menit
tindakan, pertanyaan
pemahaman Ronald,
terhadap 1999)
integritas tubuh,
maupun karena
perpisahan
atau keluarga.
3. Hipotesa
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
sebagai berikut :
01 X 02
Keterangan :
X = perlakuan
2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia prasekolah yang menjalani
2.2 Sampel
yang dilakukan sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan. Jadi
karena jumlah populasi tidak diketahui, dengan menggunakan efek size 0.80,
level of signifikan (α = 0,05), dan power of test 0,80. Dari tabel Power
Adapun kriteria yang digunakan adalah kriteria inklusi yaitu (1) dapat
dalam penelitian, (3) usia 3-6 tahun, (4) lama rawat inap 1-3 hari.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2010 di RSUP
H Adam Malik Medan. Alasan peneliti memilih RSUP H Adam Malik Medan
rumah sakit yang strategis dan memiliki jumlah pasien relatif banyak sehingga
4. Pertimbangan Etik
permohonan untuk mendapatkan surat izin dari institusi dan rekomendasi dari
Rindu B4.
maksud, tujuan dan proses penelitian yang akan dilakukan serta dampak yang
peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya tanpa ada tekanan
5. Instrumen Penelitian
responden, usia, anak ke, jenis kelamin, lama perawatan, diagnosa penyakit,
skala Likert dengan pilihan jawaban: tidak ada sama sekali (skor 0), jarang (skor
1), kadang-kadang (skor 2), sering (skor 3), dan sangat sering (skor 4). Dengan
pembagian tingkat kecemasan yaitu skor<12 tidak ada kecemasan, skor 14-20
tingkat Ansietas ringan, skor 21-27 tingkat Ansietas sedang, skor 28-41tingkat
pelaksanaan dari RSUP H Adam Malik Medan digunakan peneliti sebagai lokasi
penelitian. Setelah mendapat izin dari bagian Litbang RSUP H Adam Malik
membuat kontrak dengan responden. Sesuai dengan kontrak yang telah disepakati,
peneliti datang sesuai dengan hari dan jam yang telah ditentukan. Selanjutnya
peneliti menjelaskan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada awal
Kemudian membacakan cerita kepada responden yang terdiri dari cerita kisah si
keong emas yang dilakukan pada 2 anak perempuan, 6 anak perempuan lagi
dibacakan cerita “princess kembar” dan 5 anak laki-laki diberikan cerita yang
membuat anak merasa nyaman pada cerita yang akan peneliti sampaikan.
7. Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka analisa data dilakukan melalui tahapan yaitu
: (1) persiapan yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas data responden
dan memastikan semua data telah terisi, (2) tabulasi yaitu mengklarifikasikan
analisa data dengan mentabulasikan data yang telah dikumpulkan, (3) penerapan
(nonparametric tests) untuk dua sampel dependen atau pengukuran pada satu
sampel. Jika hasil uji wilcoxon menunjukkan nilai p=0,001<0,05 maka dapat
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan
akibat hospitalisasi pada anak prasekolah di ruang perawatan anak Rumah Sakit
1. Hasil Penelitian
1.1.Karakteristik Responden
perawatan anak RSUP H. Adam Malik Medan pada tanggal 16 Juli 2010-15
demografi sebagai berikut: berdasarkan usia yaitu sebagian besar berusia 3 tahun
lama rawat, sebagian besar anak dirawat selama 2 hari sebanyak 6 orang (46,2%).
1. Usia
7 Tahun 7 53,8%
3 Tahun 3 23,1%
2 Tahun 2 15,4%
1 Tahun 1 7,7%
2. Anak ke
1 7 53,8%
2 3 23.1%
3 1 7,7%
4 2 15,4%
3. Jenis Kelamin
Perempuan 8 61,5%
Laki-laki 5 38,5%
4. Lama rawat
Hari 1 4 30,8%
Hari 2 6 46,2%
Hari 3 3 23,1%
5. Diagnosa penyakit
Bronkonomia 1 7,7%
Ca. nasopharing 1 7,7%
DBD 5 38,5%
Demam 2 15,4%
ISPA 1 7,7%
Osteosarkoma 1 7,7%
Tipoid Fever 1 7,7%
Varicella 1 7,7%
6. Agama
Islam 11 84,6%
Kristen 2 15,4%
7. Suku
Aceh 3 23,1%
Batak 5 38,%
Jawa 4 30,8%
Minang 1 7,7%
kecemasan sedang yaitu 12 orang (92,3%) dan sesudah treatment sebagian besar
ringan. Tidak dijumpai pada anak prasekolah dengan tingkat kecemasan panik
kecemasan akibat hospitalisasi Pre dan Post Terapi Bermain dengan Tehnik
Ringan 0% 76,9%
Berat 7,7% 0%
Panik 0% 0%
Sumber: kuisioner
paling sering adalah perasaan cemas yang berlebihan. Terapi bermain dengan
tehnik bercerita adalah merupakan salah satu tehnik mengalihkan pusat perhatian
ini.
dilakukan terapi bermain dengan tehnik bercerita adalah 16,84 dengan standar
Intervensi
Intervensi
Tabel 5. Hasil uji wilcoxon untuk perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan
wilcoxon. Untuk kelompok ini hasil analisa data menunjukkan bahwa terapi
penurunan kecemasan (p = 0.001, p < 0.05, Asymp. Sig. (2-tailed)). Untuk lebih
Z -3.192ª
terapi bermain dengan tehnik bercerita. Adapun gambaran nilai tingkat kecemasan
(Kelompok intervensi)
2.1 Kecemasan
sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 13 orang anak
prasekolah yang dihospitalisasi di RSUP H Adam Malik Medan, maka hasil yang
hospitalisasi pada tingkat kecemasan ringan, 3 0rang (23,1%) pada tingkat sedang,
12 orang (92,3%) pada tingkat sedang, 1 orang (7,7%) pada tingkat kecemasan
berat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan kunjungan ke rumah
sakit berhubungan dengan pengalaman traumatik pada anak (Eiser, 1990, dalam
Stuble, 2008, Haryatiningsih, 2009). Penyebab kecemasan yang dialami oleh anak
agresif, membentak, konfrotasi dengan petugas dan bersikap tidak kooperatif pada
saat dilakukan prosedur invasive (Lewis, 1995, dalam Alifatin & Suswati, 2001,
Haryatiningsih, 2009).
menghadapi lingkungan asing dan penyakit yang ia derita. Hal ini juga
koping yang dimiliknya, pada umumnya, reaksi anak terhadap sakit adalah
kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Reaksi
malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau
bekerja sama dengan perawat, dengan keadaan seperti itu sehingga perawatan di
rumah sakit menjadi kehilangan kontrol dan pembatasan aktivitas (Jovan, 2007).
akibat hospitalisasi pada anak prasekolah di ruang perawatan anak RSUP H Adam
Malik Medan berada pada tingkat sedang (Berat-sedang) disebabkan karena anak
prasekolah yang cemas sering mengalami ketakutan dan perasaan tidak tenang
(Rothrock, 1999).
Terapi Bermain adalah suatu proses yang khusus yang berfokus kepada
adalah salah satu terapi bermain dengan membacakan cerita kepada anak.
(p) 0,001. Maka dapat dikatakan bahwa terapi bermain dengan tehnik bercerita
hospitalisasi pada anak prasekolah. Selain itu keluarga anak juga merasa senang
penyakit yang dialaminya. Selain itu, keluarga anak juga merasa senang selama
pertanyaan mengenai hal-hal yang terkait dengan kecemasan anak. Hal ini sejalan
dengan pendapat Perry & Potter (1993) mengatakan bahwa kehadiran orangtua
akan mengatasi keengganan beraktivitas pada anak karena nyeri yang dialaminya.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Thomas (2010) yang mengatakan bahwa
Hal ini dikarenakan anak usia 3 tahun cenderung berpikir prakonseptual, ditandai
benda, dan kejadian dari penampilan luar mereka atau apa yang tampaknya terjadi
orangtua yang masih belum berpengalaman dalam menghadapi anak. Anak sangat
sulit mengatakan respon yang ia rasakan pada orangtua bahkan dalam respon
psikologis yang ia alami. Namun dengan penelitian ini didapatkan bahwa anak
menurunkan tingkat kecemasannya pada suatu hal. Hal ini mungkin disebabkan
didampingi oleh orangtua sebagai orang terdekat bagi anak. Awalnya sangat sulit
membina rasa percaya antara anak berkat bantuan orang terdekat, hal ini pun
cerita. Hal ini dikarenakan anak perempuan tidak menyukai aktivitas bergerak.
Pada anak yang dihospitalisasi, sebagian besar anak dirawat selama 2 hari
mengalami tingkat kecemasan lebih banyak. Hal ini dikarenakan anak belum
mengenal lingkungan dan prosedur pengobatan yang akan dijalani. Pada anak
yang baru masuk ke rumah sakit. Pada awalnya sangat sulit berinteraksi dengan
oranglain bahkan dengan orang asing. Respon yang muncul, anak cenderung
menangis atau marah ketika didekati, bahkan tidak segan-segan ia merajuk pada
orangtuanya. Atas bantuan dari orangtua pasien yang selalu ada disamping klien,
semua hambatan dapat teratasi dengan baik. Sebagian anak yang telah 2-3 hari
dirawat cenderung bisa berinteraksi dengan baik, bahkan ia merespon ketika kita
membacakan cerita.
anak usia prasekolah mengalami penurunan sesudah terapi bermain dengan tehnik
bercerita. Hal ini berarti bahwa terapi bermain dengan tehnik bercerita sebagai
salah satu tehnik yang dapat mengalihkan perhatian anak akan suatu objek yang
Kota Yogyakarta, yang menunjukkan bahwa imajinasi, salah satu metode yang
sederhana dari tehnik bercerita yang dapat mengalihkan perhatiaan anak dan
penelitian yang dilakukan Eka (2009) adalah hasil yang didapat dan tempat
dilakukannya penelitian.
1. Kesimpulan
hospitalisasi pada tingkat kecemasan ringan, 3 0rang (23,1%) pada tingkat sedang,
12 orang (92,3%) pada tingkat sedang, 1 orang (7,7%) pada tingkat kecemasan
nilai p= 0,001untuk n=13, α=0.05) sebelum dan setelah tehnik bercerita diberikan.
Dalam penelitian ini Anak usia prasekolah yang mengalami kecemasan berada
pada rentang sedang dan berat. Hal ini dikarenakan lingkungan yang asing,
2. Saran
rumah sakit tetapi belum optimal dan jarang dilakukan oleh tenaga medis.
Biasanya orang tua yang membacakan cerita untuk anaknya. Untuk meningkatkan
terapi bermain dengan tehnik bercerita sebagai bentuk intervensi keperawatan dan
kontrol dan jumlah sampel ditambah agar hasilnya lebih representatif, tetapi tetap
dengan tehnik bercerita. Waktu penelitian diperpanjang agar lebih akurat lagi
rawatan keberapa, dan lebih diperdalam tentang hubungan antara usia, tingkat
Bimo. (2009). Bercerita untuk Anak Usia dini diakses pada tanggal 15
september 2009 dari website http://kakbimo.wordpress.com/2009/07/21/teknik-
bercerita-untuk-anak-usia-dini/
Einon, Dorothy. (2005). Permainan Cerdas untuk Anak usia 2-6 tahun.
Jakarta; Erlangga.
Potter, Patricia A dan Perry, Anne Griffin. (2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Jakarta: EGC.
PROPOSAL
PENGUMPULAN DATA
− CD Rp. 10.000,-
Rp. 1.410.000,-
A. Data Demografi
8. Suku : ( ) Batak
( ) Jawa
( ) Melayu
( ) Minang
( ) Lain-lain, sebutkan…
(Kelompok intervensi)
Tingkat Kecemasan
Responden 1
Responden 2
Responden 3
Responden 4
Responden 5
Responden 6
Responden 7
Responden 8
Responden 9
Responden 10
Nama Ibu :
Nama Anak :
Daftar dari pertanyaan di bawah ini untuk menggambarkan anak. Silahkan
lingkari pertanyaan ini sesuai dengan keadaan yang menggambarkan anak.
Silahkan lingkari angka 4 jika sangat sering, angka 3 jika sungguh sering, angka
2 jika kadang-kadang, angka 1 jarang atau jika tidak ada sama sekali lingkari
angka 0.
Jawablah pertanyaan ini dengan benar sesuai dengan perasaan yang dirasakan
oleh anak.
No Tidak Jarang Kadang- Sering Sangat
ada kadang sering
sama
sekali
1 Kesulitan anak dalam 0 1 2 3 4
menghentikan
kekhawatiran………………….
2 Memeriksa apa yang ia 0 1 2 3 4
lakukan benar ………
3 Tegang, gelisah atau cepat 0 1 2 3 4
marah…..
4 Tidak berani berterusterang 0 1 2 3 4
kepada orangtua…………..
5 Kesukaran tidur karena 0 1 2 3 4
perasaan khawatir…..
6 Takut dikunjungi atau 0 1 2 3 4
berbicara dengan yang bukan
keluarga……
7 Takut akan suara guntur 0 1 2 3 4
8 Ketakutan anak akan sesuatu 0 1 2 3 4
yang memalukan di depan
oranglain.
9 Mempunyai pengalaman 0 1 2 3 4
mengerikan saat ditinggal
ibunya…
10 Takut akan kegelapan… 0 1 2 3 4
11 Mempunyai pemikiran dalam
menghadapi suatu kejadian
Riwayat Pendidikan :
1. 1993-1994 TK PADAMULIA
2. 1994-2000 SD Negeri No 060915 Medan Sunggal
3. 2000-2003 SLTP Negeri 9 Medan
4. 2003-2006 SMA Negeri 15 Medan Sunggal
5. 2006-2011 Fakultas Keperawatan USU (Sekarang)
Pengalaman lainnya :
1. Pelatihan Sehari Pertolongan Pertama & Kesiagaan Menghadapi Bencana
pada Tanggal 10 Agustus 2008 dan 25 April 2009
2. Pelatihan Penulisan Proposal Program Krestivitas Mahasiswa pada tanggal 7
maret 2009 di Ruang Rapat Program Studi Ilmu Keperawatan USU
3. Seminar Nasional Keperawatan Kesehatan Jiwa pada tanggal 4 april di Balai
pertemuan Sari Mutiara Medan.
4. PMR 045 SLTP Neg 9 Medan
5. PMR 032 SMA Neg 15 Medan
6. BINTALIS SMA Neg 15 Medan
7. Forkis Rufaidah