RATNA JULITA
1710142010032
RATNA JULITA
1710142010032
i
HALAMAN PERNYATAAN OROSONALITAS
Dan semua sumber baik yang saya kutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar
Nim : 1710142010032
Tanda tangan:
Tanggal :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN SKRIPSI
Juni 2021
Oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Nim : 1710142010032
2021”
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Bukittinggi
iv
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT. Tuhan
Yang Maha Esa atas karunia, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
diakhirat.
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan proposal ini. Oleh karena
2. Ibu Ns. Sri Hayulita, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program studi S1
Bukittinggi.
v
kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Ns. Aulia Putri, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing II yang telah
pendidkan.
ini.
Hormat saya
vi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESESHATAN YARSI BUKITINGGI
ABSTRAK
Pasien yang dirawat di ruang ICU mengalami perubahan pada tidurnya dimana
pasien yang mengalami sakit kritis mengalami jam tidur singkat yang diakibatkan
oleh gangguan tidur sehingga pasien di ruang ICU sulit mendapatkan kualitas
tidur yang baik. Peneliti menemukan intervensi yang dapat meningkatkan kualitas
tidur pasien di ruang ICU salah satunya yaitu Sleep hygiene care : penggunaan
earplugs. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Sleep hygiene care:
penggunaan earplugs terhadap kualitas tidur pada pasien ICU. Desain penelitian
ini menggunakan Quasy Eksperimen One Group Pretest and Posttest. Penelitian
ini dilakukan di RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi tahun 2021. Populasi penelitian
ini seluruh pasien sadar di ruang ICU dengan jumlah sampel 14 orang. Instrument
pada penelitian ini earplugs dan kuesioner. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
skor kualitas tidur pretest yaitu 13,79 sedangkan posttest yaitu 7,93. Hasil analisis
bivariat dengan Paired T-test yaitu p-value (0.000). kesimpulan penelitian ini
menunjukkan terdapat adanya pengaruh Sleep hygiene care: penggunaan earplugs
terhadap kualitas tidur pada pasien ICU. Saran peneliti pada ICU RS Islam Ibnu
Sina Bukittinggi untuk dapat mengaplikasikan Sleep hygiene care: penggunaan
earplugs sebagai edvidence based bagi tenaga kesehatan.
Kata kunci : Sleep hygiene care, earplugs, Kualitas tidur, ICU
Referensi : 41 (2007-2020)
vii
NURSING HEALTH SCIENCE PROGRAM
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE YARSI BUKITTINGGI
ABSTRACT
Patients who are treated in the ICU experience changes in their sleep where
patients who are critically ill experience short sleep hours caused by sleep
disturbances so that patients in the ICU find it difficult to get good quality sleep.
Researches found interventions that can improve the quality of sleep of patients in
the ICU, One of which is Sleep hygiene care: use of earplugs. The purpose of this
study was to determine the effect of sleep hygiene care: use earplugs on patients
in the ICU. This type of research uses a quasi-experimental one group pretest and
posttest. This research was conducted at the Islamic Hospital Ibnu Sina
Bukittinggi in 2021. The population in this study were all conscious patients in the
ICU with a sample of 14 people. The research instrument were earplugs and
questionnaire. The result of study indicate that the pretest sleep quality score
13,79, while the posttest is 7.93. The result of bivariate analysis with paired T-test
are p-value (0.000). The conclusion of this study shows that there is an effect of
sleep hygiene care: use of earplugs on sleep quality in ICU patients. Researcher
advice on ICU room of The Islamic hospital Ibnu Sina Bukittinggi to able to apply
sleep hygiene care: use of earplugs as evidence based for health workers.
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................
C. Tujuan Penelitian .............................................................................
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................
ix
E. Kualitas tidur
F. Sleep hygiene care
1. Konsep Sleep hygiene care
2. Praktik Sleep hygiene care
3. Manfaat sleep hygiene care
G. Earplugs
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep .............................................................................
B. Hipotesa ...........................................................................................
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini jumlah pasien kritis dengan penyakit yang belum dapat
Critical Care Medicine (2002) dalam Berger & Pichard (2012) bahwa
permasalahan umum yang sering terjadi pada pasien kritis yang di rawat di
dan kronik, infeksi nosokomial, gagal ginjal, nyeri dada, sepsis serta
2019).
pada alat, ,monitoring serta terapi yang tidak biasa diruang perawatan
umum. Dalam upaya penanganan ini, ICU merupakan tempat yang paling
tidurnya dimana pasien yang mengalami sakit kritis mengalami jam tidur
jika kondisi seseorang tidak sadar, tetapi dapat dibangunkan oleh stimulus
atau sensori yang sesuai degan aktivitas fisik yang minim, tingkat
2017). Tahap NREM terdiri dari 3 fase (N1, N2 dan N3) dimana N1
ditandai dengan rasa kantuk dan penurunaan aktivitas otot, diikiuti fase N2
mudah terbangun jika ada suara bising dan yang terakhir adalah fase N3
yang dikenal dengan “deep sleep”, otak menjadi kurang berespon terhadap
et al, 2020). Tahap terakhir yaitu REM berlangsung sekitar 20% dari total
waktu tidur, tahap dimana terjadi aktivitas otak yang tinggi seperti
pengaturan nafsu akan oleh leptin dan gerlin, dan mempengaruhi kualitas
tidur. Pengaruh yang terjadi pada sistem imun dapat meningkatkan resiko
4
infeksi karena perubahan pada fungsi sel limfosit, sel polinuklear, sel- sel
pembunuh alami, dan inflamasi sitokonin(seperti IL-1, IL-6 dan TNF) hal
lebih dini dan sulit untuk tidur kembali (Atoilah & Kusnadi, 2013).
Gangguan tidur menjadi salah satu masalah signifikan yang terjadi pada
pasien selama perawatan di ruang ICU (Altman et al, 2018). Pasien kritis
tidur yang dirasakan oleh pasien selama perawatan di ruang intensive care
didapatkan hasil bahwa 60% pasien yang sedang dalam menjalani masa
antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada tiga item yakni
efek yang cepat, misalnnya obat-obatan sedatif dan hipnotik (Potter &
pasien ICU dan terbuki efektif untuk menilai kualitas tidur pada pasien,
metode yang mudah dan murah untuk meningkatkan persepsi dan kualitas
tidur pada pasien yang di rawat di ICU (Mutarobin, dkk, 2019). Penelitian
besar pada fisik dan psikologis pasien ICU. Pengaruh Earplugs terhadap
dkk, 2019).
Juni 2021 diruang ICU RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi terdapat 3 orang
pasien yang mengalami penurunan kualitas tidur. Pada saat tidur pasien
lampu yang terlalu terang pada malam hari. Hal inilah yang menjadi alasan
B. Rumusan Masalah
Care: Penggunaan Earplugs Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien di ruang ICU
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
8
a. Mengidentifikasi karakteristik responden seperti karakteristik
responden seperti usia dan jenis kelamin pada pasien di ruang ICU
tahun 2021.
tahun 2021.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Bagi Institusi
selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi ICU
keaadan penyakit yang kritis selama masa kedaruratan medis dan masa
kritis atau intensif biasanya dilakukan pada Intensive Care Unit (ICU),
Pelayanan ICU di Rumah sakit, ICU adalah suatu bagian darirumah sakit
10
11
2. Jenis-jenis pasien ICU
2011).
care
fisisologis.
Barus, 2014):
1) ICU primer
2) ICU sekunder
care atau bila tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi, yang
selama 3 tahun
13
f) Kemampuan memberikan bantuan ventilasi mekanik beberapa lama
3) ICU tersier
bantuan hidup multi sistem yang kompleks dalam jangka waktu yang
resusitasi jantung paru (bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut.
berpengalaman kerja
tiga tingkatan.
jangka pendek yang tidak lebih dari 24 jam. ICU ini sangat
b) ICU tingkat II yang terdapat pada rumah sakit umum yang lebih
c) ICU tingkat III yang merupakan ICU yang terdapat di rumah sakit
ketiga, pasien post operasi mayor. Adapun kategori dan penyakit yag
dan neurologi (Nolan et al, 2015). Tanda- tanda klinis ini umumnya
B. Tidur
1. Definisi tidur
satu faktor yang penting yang berperan bagi kesehatan fisik dan mental.
Keuntungan dari pola tidur yang baik, tidak hanya untuk mengembalikan
16
energi yang telah digunakan dalam kegiatan sehari-hari sebagai salah
2014).
2. Klasifikasi tidur
gelombang lambat (Non- REM) dan tidur paradoksal atau yang biasa
dengan pola EEG yang berbeda dan perilaku yang berlainan. Pada
2012).
3. Fungsi Tidur
berbeda saat Rapid Eye Movement (REM) dan Non Rapid Eye
yang menuju otak. Tidur dapat juga digunakan sebagai tanda terdapatnya
R et al, 2010).
4. Fisiologis Tidur
Pada orang dewasa normal siklus ini dibagi menjadi 5 fase, yaitu fase 1-
4 yang disebut dengan Non Rapid Eye Movement Sleep (NREM) dan
siklus ini dapat berulang beberapa kali dalam suatu periode tidur. Fase
1-2 disebut light NREM sedang fase 3-4 disebut deep NREM atau juga
fase 2 dan dilanjutkan dengan siklus REM. Pada orang dewasa normal,
siklus ini dapat terjadi 5-7 kali setiap periode tidur yang berlangsung
singkat dibandingkan siklus lainnya. Pada 1/3 dari periode tidur, slow
beberapa jam terakhir dari periode tidur. Periode REM yang pertama
18
terjadi sekitar 70-90 menit setelah tidur dimulai. Pada masa hidupnya
manusia mengalami 2-5% dari periode tidurnya pada fase 1 NREM, 45-
55% pada fase 2, 13-23% Pada fase SWS dan 20-25% pada fase REM.
otak. GFT aktif secara spontan membentuk aktivitas tingkat tinggi. Saat
tidur tahap 1 dan 2, nucleus ceruleus (NC) menjadi aktif dan bertindak
GTF menuju korteks disebut PGO kerena berjalan dari Pons menuju
muncul, gelombang ini lebih aktif saat tidur REM. Stimulasi yang
dalam sistem tidur yakni raphe pada pons dan otak depan bagian tengah
gelap dan tenang, maka aktivitas RAS selanjutnya akan menurun, BSR
2012).
rentang waktu 24 jam (Potter & Perry, 2005). Irama sirkadian diatur
hormon, pengaturan suhu tidur, suasana hati dan performa. Siklus tidur
Durasi dan distribusi fase tidur berbeda-beda pada tia tahap usia
kehidupan manusia. Pada bayi baru lahir, durasi tiap siklus berlangsung
seseorang. Bayi baru lahir dapat tidur sampai 16 jam per harinya
20
sedangkan pada usia bayi beranjak usia 6 bulan, waktu tidur berkurang
berlangsung antara 7,5 sampai 8 jam tiap harinya. Fase REM pada bayi
baru lahir lebih panjang dibandingkan pada anak-anak dan dewasa. Fase
REM pada bayi baru lahir meliputi 50% dari periode tidurnya. Ketika
usia bayi beranjak 3 bulan, fase ini secara bertahap berkurang sampai
fase SWS akan mulai berkurang saat seseorang menginjak usia 30an
5. Tahapan Tidur
Tidur terbagi dalam dua fase, yaitu Non Rapid Eye Movement
(NREM) dan Rapid Eye Movement (REM) ( Potter & Perry, 2005).
mata. Mimpi tidak terjadi pada tipe tidur ini, dan tidur NREM
dikenal dengan tahap I,II,III adan IV. Tidur yang paling dalam
adalah pada tingkat IV, dan aktivitas listrik paling dalam (W, 2010)
(Patlak, 2011)
6. Siklus Tidur
tidur, selama seseorang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap
tidur akan berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry, 2013).
dan setiap siklus tersebut akan 3 hingga 6 kali setiap malam. Waktu
antara permulaan tidur dan akhir dari siklus tidur pertama dari REM
diawali dengan tidur NREM akam diakhiri dengan tidur REM (National
REM
7. Mekanisme Tidur
Mekanisme prose tidur manusia terdiri dari dua fase yaitu fase
NREM (Non Rapid Eye Movement) dan REM (Rapid Eye Movement).
NREM merupakan fase awal yang terdiri dari 4 tahap. Tahap pertama
berlangsung 3-5 menit. Pada tahap kedua bola mata tidak bergerak dan
tidur lebih dalam. Tahap ketiga tidur lebih lelap dan berakhir masuk
Pada tidur normal, siklus NREM dan REM terjadi 4-7 kali setiap malam
C. Gangguan Tidur
hari dan bangun terlalu pagi. Kondisi ini mengakibatkan perasaaan tidak
24
segar pada siang hari dan kesulitan dalam melakukan akitivitas sehari-
hari dan tidak tercukupinya kebutuhan tidur yang baik (Respir, 2014)
2. Etiologi
yaitu :
3. Patofisiologi
tidur dan terbangun diatur oleh batang otak, thalamus, hypothalamus dan
tidur. Hasil yang diproduksi oleh mekanisme serebral dalam batang otak
25
yaitu serotonin. Serotonin ini merupakan neurontransmitter yang
tubuh. Adanya lesi pada pusat pengatur tidur di hypothalamus juga dapat
faktor pemicu, dimana dalam keadaan stess atau cemas, kadar kadar
yaitu :
terbangun
dapat ditegakkan bila terdapat satu atau lebih keluhan yaitu: kesulitan
terbangun dari tidur, bangun terlalu dini hari dan sulit untuk tidur
kembali, dan tidur denga kualitas yang buruk. Selain itu setidaknya
ketegori:
sakit. Keadaan ini dapat kembali lagi pada pola tidur yang normal
b. Hipersomnia
c. Parasomnia
d. Narsolepsi
sama dengan orang yang sedang tidur normal, juga tidak terdapat gas
sampai 3 menit.
f. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tedir
REM.
mengatur waktu tidur, bangun terlalu awal, dan kualitas tidur yang buruk
(Horsley, 2016). Menurut Kozier & Erb (2008) gejala gangguan tidur
diantaranya:
hari
a. Kelelahan
Jika gangguan tidur terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat
( Sulistyowati, 2014)
tertidur.
2009).
2) Lingkungan
3) Kelelahan
proses tidur sudah terganggu, maka kualitas tidur yang diharapkan baik
32
tidak akan tercapai. Semakin lelah seseorang akan semakin pendek
tidurnya REMnya.
4) Gaya hidup
Orang yang berkerja shift dan sering berubah shift nya harus
mengatur kegiatannya agar dapat tidur pada waktu yang tepat. Keaadan
5) Stres emosi
yang dipenuhi dengan masalah mungkin tidak bias rileks untuk bias
6) Obat-obatan
saat tidur, dan dapat meningkatkan kantuk disiang hari (Ozdemir, et al.,
2014).
E. Kualitas tidur
Remaja usia 12-18 tahun memerlukan waktu tidur 8-9 jam per hari.
Waktu tidur masih berperan penting bagi kesehatan seperti pada masa
kualitas tidur yang sesuai. Saat seseorang mencapai tahap dewasa, mereka
cenderung memerlukan waktu 6-7 jam per hari dengan tidur yang lebih
Salah satu terapi untuk pasien dengan gangguan tidur yakni dengan
terapi sleep hygiene. Terapi ini merupakan terapi non farmakologis yang
dapat membentuk rutinitas tidur, mendaptakan pola tidur yang benar serta
peningkatan kualitas tidur (Kapti,R.E & Putri, S.A, 2016). Sleep hygiene
nyenyak. Menjaga kamar tidur tetap tenang, cahaya yang redup dan suhu
waktu 6 jam sebelum tidur dan menghindari aktifitas fisik dan aktifitas
lainnya dekat dengan waktu tidur (Mastin, Bryson, & Corwyn, 2006;
untuk tidur. Faktor lingkungan termaksuk kasur dan bantal yang nyaman
serta memiliki lingkugan dengan tingkat kegelapan, suara dan suhu yang
Marie, 2009). Praktik sleep hygiene mencakup berbagi perilaku dan faktor
harus memiliki keluhan gangguan tidur dan hanya menunjukan salah satu
prilaku dari daftra yang tercantum untuk memenuhi syarat diagnosis pada
Tina Marie, 2009) Seseorang harus memiliki keluhan tidur dan hanya
menunjukkan satu dari perilaku yang tercantum pada (Tabel 2.1). Agar
1) Perilaku
d) Berada tempat tidur hanya saat tidur dan mengantuk karena dapat
2) Lingkungan
di otak.
3) Diet
mengganggu tidur.
4) Olah raga
seminggu
seseorang memiliki tidur yang lebih sehat bila dilakukan dengan baik
lingkungan seperti tempat tidur yang nyaman, kondisi suhu kamar dan
ventilasi yang baik, suasana yang tenang atau menghindari suara yang
regulasi tidur manusia dapat di pengaruhi oleh irama sirkadian, cahaya dan
ini adalah sebu hormon, dimana setiap individu memiliki tingkat yang
berbeda tergantung dari paparan cahaya dan siklus hidup. Melantonin ini
diproduksi oleh kelenjar pinel yang berada pada otak. Hormon melatonin
ini penting dalam kualitas tidur, depresi, system kekebalan yang turun.
G. Earplugs
Earplugs merupakan suatu cara yang relevan dan logis menutp telinga
koroner dan terbuki efektif untuk menilai kualitas tidur pada pasien, hemat
yang mudah dan murah untuk meningkatkan persepsi dan kualitas tidur
pada pasien yang di rawat di ICU (Mutarobin, dkk, 2019). Penelitian ini
besar pada fisik dan psikologis pasien ICU. Pengaruh Earplugs terhadap
dkk, 2019).
39
H. KERANGKA TEORI
Gangguan
tidur
1. Penyakit
2. Lingkungan Kualitas tidur
3. Kelelahan
buruk
4. Gaya hidup
5. Stress emosi
6. Obat-obatan
Terapi non
Terapi farmakologi
farmakologi
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
sebagai segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
sedangkan variabel terikat disebut juga variabel dependen yaitu faktor yang
diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh
dari variabel bebas. Variabel independen dari penelitian ini adalah sleep
hygiene care: penggunaan earplugs dan variabel dependen dari penelitian ini
Sleep hygiene
care:
Kualitas tidur
penggunaan
Earplugs
41
42
43
B. Hipotesa
kualitas tidur pada pasien di ruang rawat ICU RS Islam Ibnu Sina
terhadap kualitas tidur pada pasien di ruang rawat ICU RS Islam Ibnu Sina
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
R O1 X1 O2
Keterangan :
1. Lokasi Penelitian
tahun 2021.
45
46
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan 25 Juli- 31 Agustus tahun 2021.
1. Populasi
tersebut berupa manusia, kejadian, perilaku, atau sesuatu lain yang akan
populasi adalah seluruh pasien di ruang rawat intensive care unit (ICU)
43 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
(Sugiyono, 2016).
N
n=
1+ N ¿ ¿
43
=
1+ 43(0,05)❑
43
=
3,15
= 13,65
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Presisi (0,5)
Penelitian ini menggunakan sistem drop out, apabila ada sampel yang drop
out, maka diganti dengan sampel yang sama dan sesuai dengan kriteria
inklusi ini, hal ini bertujuan agar sampel terpenuhi. Menurut Dharma
berikut:
n
n' =
1−f
Keterangan :
14
n' =
1−0,1
n' =¿ 16
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
2. Kriteria Eklusi
Kriteria eklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
E. Defenisi Operasional
dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
F. Instrumen Penelitian
kelamin
untuk mengukur kualitas tidur pada populasi orang yang dewasa atau
Kuesioner ini terdiri dari 9 pertanyaan dan 7 komponen yang terdiri dari
hari.
1. Uji Validitas
Validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat digunakan
dalam suatu pengukuran (Dharma, 2011). Dalam penelitian ini tidak perlu
2. Uji Reabilitas
mengetahui apakah alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang baik.
Dimana alat ukur yang baik adalah adanya suatu kesamaaan hasil apabila
52
pengukuran dilaksanakan oleh yang berbeda (Setiadi, 2015). Uji reabilitas
G. Etika Penelitian
kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset. Etika penelitian
1. Informed consent
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
ekslusi.
Permohonan yang diperoleh dikirim ke tempat penelitian diruang ICU RS Islam Ibnu
Sina Bukittinggi
Peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat penelitian dan prosedur
pengumpulan data
Melakukan pengukuran kualitas tidur (pre test) sebelum dilakukan earplugs dengan alat
ukur kuesioner PSQI
Melakukan intervensi earplugs dengan durasi 10-15 menit selama 2 hari berturut-turut
dalam sehari dilakukan satu kali intervensi
Melakukan pengukuran kualitas tidur (post test) setelah dilakukan intervensi earplugs
dengan alat ukur kuesioner PSQI pada hari terakhir.
Hasil kualitas tidur pre test dan post test di catat di lembar observasi
Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting. Hal ini
Untuk itu agar memperoleh hasil yang berarti serta kesimpulan yang baik,
a. Editing
b. Coding
1) Umur
1 = 18-25
2 = 26-36
3 = 36-45
4 = 46-55
5 = 56-65
6 = >65
2) Jenis kelamin
1 = laki-laki
2 = perempuan
56
c. Entry data
d. Cleaning data
J. Analisa Data
a. Analisa Univariat
2014). Untuk data numeric digunakan nilai mean, median dan standar
b. Analisa Bivariat
Analisis Bivariat adalah data yang dilakukan pada dua variabel yang
bivariat dilakukan uji normalitas yaitu dengan uji Shapiro Wilk untuk
bermakna α = 0,05 dimana nilai p ≤0,05 maka hasil uji statistik bermakna,
artinya Ha diterima. Jika nilai p > 0,05 maka secara statistik disebut tidak
HASIL PENELITIAN
rumah sakit tipe B dimana rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan
penelitian ini adalah seluruh pasien sadar di ruang ICU RS Islam Ibnu Sina
B. Analisa Univariat
responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin dan distribusi frekuensi
60
kualitas tidur pada pasien di ruang ICU Pre dan post intervensi Sleep
Tabel 5.1
Distribusi karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin,
di ruang ICU RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi tahun 2021 (N=14)
Jumlah 14 100
Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat diketahui umur yang dominan memiliki
rentang usia lansia akhir (42,9%). Pada karakteristik jenis kelamin menunjukkan
tidur pada pasien di ruang ICU RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi tahun
2021.
61
Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat dilihat rata-rata skor kualitas
terendah 9 dengan standar deviation 2,694 dan nilai skor kualitas tidur
kualitas tidur pada pasien ICU yaitu 7,93 dengan skor kualitas terendah 4
dengan standar deviation 2,303 dan nilai skor kualitas tidur tertinggi 12.
C. Analisa Bivariat
nilai p>0,05 maka hal ini dikatakan data terdistribusi normal. Didapatkan
nilai t hitung 20,884 dan t tabel 1,711 dimana nilai t hitung lebih besar
dari t tabel, dengan p-value 0,000 <0,05 ini menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara nilai rata-rata skor kualitas tidur sebelum
62
dan sesudah dilakukan intervensi sleep hygiene care: penggunaan
Berdasarkan hasil analisa data tabel 5.3 dapat dilihat dari nilai p
value 0.00 (p=< 0.05) yang artinya terdapat perbedaan rata-rata yang
bermakna kualitas tidur pada pasien di ruang ICU sebelum dan sesudah
responden.
63
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
1. Karakteristik responden
a. Umur
sekitar 58,3 % (12 orang) berusia 56-65 tahun. Penelitian yang sama
paling banyak pada usia 56-65 tahun berjumlah 65,1% (28 orang).
kelompok umur terbanyak gangguan tidur pasien ICU adalah rentang 50-
59 tahun (59,4). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Faraklas
64
(2013) bahwa adanya hubungan signifikan pada kelompok umur lebih dari
tinggi usia maka semakin tinggi pula resiko terjadinya gangguan tidur,
tidur (Mansjoer, 2010). Keluhan tentang kesulitan tidur waktu malam hari
kondisi seseorang tidak sadar, tetapi dapat dibangunkan oleh stimulus atau
sensoris yang sesuai dengan aktivitas fisik yang minim, tingkat kesadaran
kata lain, gejala kualitas tidur buruk sering terjadi pada orang lanjut usia
kualitas tidur buruk lebih banyak dialami oleh usia lanjut (lansia) dari 14
65
b. Jenis kelamin
responden yang di rawat di ruang intensif care unit (ICU) lebih dari
orang (35,7%).
responen) lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Hal ini juga sejalan dengan
kualitas tidur pasien ICU banyak terjadi pada perempuan yaitu sebanyak
28 orang (60,9%).
66
Hormon progesteron dan estrogen umumnya berpengaruh pada
pola tidur wanita. Hal ini disebabkan oleh reseptor hormon progesterone
Islam Ibnu Sina Bukittinggi tahun 2021 ditemukan rata-rata skor kualitas
tidur pada pasien di ruang ICU sebelum intervensi Sleep hygiene care:
terendah 9 dengan standar deviasi 2,694 dan nilai skor kualitas tidur
tertinggi 18.
67
Pada saat dilakukan penelitian didapatkan pengukuran kualitas
tidur pada pasien ICU pada malam hari dari masing-masing pasien, dapat
dimalam hari
kualitas tidur yang buruk yang disebabkan oleh faktor lingkungan seperti
yang disebabkan oleh peyakit pasien. Hal ini juga sejalan dengan
ruangan, tempat tidur tidak nyaman dan lampu yang terlalu terang.
dari separoh mengalami kualitas tidur buruk. Dari hasil kuesioner PSQI
68
Hal ini sesuai dengan penelitian Hanum (2014) bahwa waktu yang
menit (42,9%). Hal ini berbeda dengan kondisi normal yaitu untuk
B. Analisa Bivariat
earplugs selama 2 kali pada pasien ICU RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi
penurunan rata-rata skor kualitas tidur yaitu 7,93 dengan skor kualitas
berfungsi dengan baik. Pengaruh pada social, karena hal tersebut akan
69
Hasil penelitian Demoule (2017) Impact of earplugs on sleep in
kualitas tidur sebelum dan sesudah intevensi Sleep hygiene care dengan p-
value (0.002).
tidur setelah dilakukan intervensi Sleep hygiene care. Hal ini telihat dari
skor yang diperoleh pada saat pengukuran kembali setelah intervensi Sleep
ditemukannya kualitas tidur pasien yang masih buruk itu dikarenakan oleh
70
adanya faktor penyakit penyerta lain seperti sesak nafas dan faktor stress
berlebihan.
ruang ICU RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi tahun 2021 dapat dilihat distribusi
responden dari hasil pengukuran terhadap nilai pretest dan posttest kualitas
rata pre test terhadap kualitas tidur pada pasien di ruang ICU 13,79 dengan.
Sedangkan post test menunjukkan rata-rata kualitas tidur pada pasien di ruang
ICU 7,93.
terdapat pengaruh yang signifikan pada kualitas tidur pasien ICU RS Islam
sebagai kondisi ketika seseorang tidak sadar, tetapi dapat dibangunkan oleh
stimulus atau sensori yang sesuai. Tidur diyakini dapat memulihkan atau
71
untuk tetidur dan untuk medapatkan jumlah tidur REM yang tepat. (Saputra,
2013).
tubuh lain. Tidur sedemikian rupa memulihkan tingkat aktivitas normal dan
keseimbangan normal diantara bagai sistem saraf. Tidur juga perlu untuk
memburuknya fungsi mental akibat tidak tidur. Individu dengan jumlah tidur
yang tidak cukup cendrung menjadi mudah marah secara emosional, memiliki
(Kozier, 2010).
disertai dengan efek samping dan mudah diterapkan (Kheyri, et al. 2016).
efektif untuk menilai kualitas tidur pada pasien, hemat biaya, mudah
diterapkan pada kelompok besar, dan dapat ditoleransi dengan baik oleh
tubuh. Penggunaan Earplugs juga merupakan metode yang mudah dan murah
72
untuk meningkatkan persepsi dan kualitas tidur pada pasien yang di rawat di
ICU (Mutarobin, dkk, 2019). Penelitian ini penting untuk dilakukan karena
Earplugs dapat memberikan pengaruh besar pada fisik dan psikologis pasien
social, karena hal tersebut akan berkaitan erat dengan kenyamanan pasien
73
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
pada pasien di ruang ICU RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi tahun 2021 maka
74
3. Ada perbedaan skor kualitas tidur sebelum dan sesudah melakukan
pada pasien di ruang ICU RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi tahun 2021 (p
1. Bagi responden
pelayanan
B. Keterbatasan Penelitian
masalah menjadi focus pada apa yang akan diteliti dan tidak melebar luas.
baik.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34. DAFTAR PUSTAKA
35.
36. Afianti & Mardhiyah, (2017). Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas
Tidur Pasien di Ruang ICU. Jurnal Keperawatan. 5(1).
http://jkp.fkep.unpad.ac.id
37. Ardiani, 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan tidur
(Insomnia) pada lansia di Panti Sosial Tresna Wherda Wana Seraya
Denpasar Bali.
38. Arikunto, 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta :
PT Rineka
39. Atoilah, Elang M, Kusnadi, Engkus. (2013). Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut : In Media
40. Boyko, et al, (2017). Sleep in intensive care unit: The role of environment.
https://journals.sagepub.com
41. Buysse et al, (1989). The Pittsburgh Sleep Quality Index: a new
instrument for psychiatric practice and research. Journal of Nursing.
https://ww.sciencedirect.com
42. Demoule, et al, (2017). Impact of earplugs and eye mask on sleep in
critically ill patients: a prospective randomized study. Critical Care
Medicine. 21(284). https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov
43. Dharma.K.K (2011). Metodologi Penelitian
Keperawatan. Jakarta : Trans info media.
44. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI; 2011.
45. Eun Hee Cho, et al. (2017). The Effects of Aromatherapy on Intensive Care
Unit Patients’ Stress and Sleep Quality: A Nonrandomised Controlled Trial.
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov
46. Ferry Setiawan, (2015). Pengaruh Terapi Murrotal Al-Qur’an Terhadap
Kualitas Pasien di ICU RSUD Panembahan Senopati Bantul. Jurnal
Keperawatan. 1(1). http://repositori.usu.ac.id
47. Guyton A.C, dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi
12. Penterjemah : Ermita I, Ibrahim I. Singapura: Elseiver
48. Guyton,A.C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC,102
49. Hansen, et al. (2018). Effects of Music during daytime rest in the intensive
care unit. Nursing in Critical Care. 23(4). https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov
50. Hasina (2018). Effect of Sleep Hygiene and Deep Breathing Exercise With
Spiritual Care on Sleep Quality and Quality of Life of Hemodialysis
Patient in Ahmad Yani Islamic Hospital Surabaya. 6(2).
www.sciencegate.app
51. Herliani & Kristinawati, (2020). Efektivitas Penggunaan Earplugs dan Eye
Mask Pada Pasien di Ruang Intensive Care Unit (ICU). A literature review.
http://repository.urecol.org
52. Heru Suwardianto, dkk, (2017). Phisical Function (Motor Activity) pada
Pasien Kritis dengan Sedation di Intersive Care Unit. Jurnal Ilmu
Kesehatan. 5 (2). http://ejournaladhkdr.com
53. Hudak, 1997. Keperawatan Kritis, Jakarta : EGC
54. Ibarra-Coronado, E. G, et al, (2015). The Bidirectional Relationship
between Sleep and Immunity against Infection . Journal of Immunology
Reseacrh
55. Imardiani, dkk. (2019). Pengaruh Asmaul-Husna Terhadap Kualitas Tidur
Pasien Intensif Di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang. Jurnal
Keperawatan. 7(2). https://jmm.ikestmp.ac.id
56. Istianah, (2019). Pengaruh Therapy Spiritual Tauziah terhadap Kualitas
Tidur Pasien di Unit Perawatan Kritis (ICU) RSUD Sleman Yogyakarta.
Jurnal Keperawatan. 3(1). http://www.litbang.kemkes.go.id
57. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU
di Rumah sakit.
58. Khoirunnissa & Hudiyawati, (2019). Terapi Peningkatan Kualitas Tidur
Pada Pasien ICU. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan. 12(2).
https://media.neliti.com
59. King, L, M, et al, (2015). Promoting sleep in critically ill patients. Nursing
Critical Care. 10(3). https://www.researchgate.net
60. Kozier, Erb, Berman, Synder, (2010). Fundamental Keperawatan, Jakarta :
EGC
61. Kudchadkar, S, R, et al, (2017). Non-Pharmacological intervention for sleep
promotion in hospitalized children. Cochrane Database of System Review
62. Litton, et al, (2016). The Efficacy of Earplugs as a Sleep Hygiene Strategy
of Reducing Delirium in the ICU : A Systematic Review and Meta-
Analysis. Critical Care Medicine. 44(5). https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov
63. Mulia (2019). Pengaruh Foot Massage Terhadap Kualitas Tidur Pada
Pasien CHF (Congestive Heart Failure) Di Ruang HCU Cempaka 2 RSUD
Dr. Adnan WD Payakumbuh Tahun 2019. Program Studi Ilmu
Keperawatan.
64. Mutarobin, dkk (2019). Penerapan Evidence-Based Nursing Pengaruh
Earplug dan Eye Mask Terhadap Kualitas Tidur Pada Pasien Di ICU.
Jurnal Keperawatan Indonesia. 22(2). www.researchget.net
65. Nadyatama (2018). Pengaruh Terapi Aktivitas Sleep Hygiene Terhadap
Kualitas Tidur Pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit
Budi Luhur Yogyakarta. Program Studi Ilmu Keperawatan.
66. Notoatmodjo, 2012. Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta : PT Rineka
67. Nursalam, 2014. Konsep dan Penerapan metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika
68. Potter & Perry, 2009. Fundamental Keperawatan, Jakarta : EGC
69. Reuter-Rice, K et al, (2020). Sleep in the Intensive Care Unit.: Biological,
Environmental and Pharmacologic Implications for Nurses. Critical Care
Nursing Clinics of North America. 32(1)
70. Smyth, (2007). Evaluating Sleep Quality in Older Adults: The Pittsburgh
Sleep Quality Index can be used to detect sleep disturbances or defcits.
The American Journal of Nursing. 108(5). https://www.researchgate.net
71. Sugiyono, 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung : Alfabeta
72. Urden , L.D., Stacy, K.M., & Lough, M.E., (2010). Critical care nursing:
diagnosis and management, 6th edition. Kanada: Mosby
73. Younis M, B, et al, (2019). Measurement and nonpharmacologic
management of sleep disturbance in the intensive care units: A literature
review. Critical Care Nursing Quarterly. 42(1).
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov
74. Yusuf & Rahman, (2019). Pengaruh Stimulasi Al-Qur’an Terhadap
Glasgow Coma Scale Pasien dengan Penurunan Kesadaran di Ruang ICU.
Jurnal Keperawatan. 1(1).
75. Wartonah,Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses
Keperawatan,. Jakarta : Salemba Medika.
76. Dewi, (2012). Penegaruh terapi Al Zikir Terhadap Kualitast Tidur Lansia.
Jurnal Keperawatan Indonesia. 11(1). https://media.neliti.com
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85. CURICULUM VITAE
86.
87. Nama Mahasiswa : Ratna Julita
88.
89. Tempat / Tanggal
Pondok Duo
91. Kecamatan
Patamuan
umlah Saudara
: 6 (enam) Riwayat
Pendidikan
113. Peneliti
Ratna Julita
125. Nomor Hp :
126. Alamat :
kualitas tidur pada pasien di ruang rawat ICU RS Islam Ibnu Sina
Sumbar Bukittinggi
datang.
5. Confidentaly (kerahasiaan)
kerahasiannya.
129.
130.
131.
lahir
138. Hubungan dengan 139.
140. :
responden
141.
Responden
144.
145.
146.
147. ( ) (
)
148. PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
sertakan.
151.
152.
153. Bukitti
nggi,.../......../2021
154. P
eneliti
155.
156.
157.
Ratna Julita
159.
maksud, tujuan dan manfaat penelitian ini, Saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
yang sebenar-benarnya.
166. Bukittinggi,.../......../2
021
167.
168.
169. Responden
170.
171.
2021.
174. Petunjuk :
malam
ini…..
182. 183. 184. 0 185. 1 186. 2 187. 3
188. a. Tidak bisa 189. 190. 191. 192.
tidur dalam 30
menit
193. b. Bangun tengah 194. 195. 196. 197.
malam atau
bangun terlalu
pagi
198. c. Harus bangun 199. 200. 201. 202.
untuk kekamar
mandi
203. d. Tidak dapat 204. 205. 206. 207.
bernafas
dengan
nyaman
208. e. Batuk 209. 210. 211. 212.
213. f. Merasa 214. 215. 216. 217.
kedinginan
218. g. Merasa 219. 220. 221. 222.
kepanasan
223. h. Mimpi buruk 224. 225. 226. 227.
228. i. Merasakan 229. 230. 231. 232.
nyeri
233. j. Penyebab yang 235. 236. 237. 238.
lainnya
234. .............
.............
6. 239. Selama 3 hari 240. 241. 242. 243.
terakhir, seberapa
sering Bapak/Ibu
menggunakan obat
tidur
7. 244. Selama 3 hari 245. 246. 247. 248.
terakhir, seberapa
sering Bapak/Ibu
kesulitan melakukan
aktivitas sehari-hari
249. 250.251. Ti 252. H 253. Ka 254. M
masalah sangat
berat
255. 256.257. 0 258. 1 259. 2 260. 3
terakhir, seberapa
Bapak/Ibu rasakan
dalam melakukan
aktivitas
266. 267.
268. Sa 269. C 270. Bu 271. Sa
buruk
272. 273.
274. 0 275. 1 276. 2 277. 3
9. terakhir,bagaimana
Bapak/Ibu menilai
keseluruhan.
284. Sumber : (Addina Mulia, 2019)
285.
286.
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
296.