Disusun Oleh:
MEUTIA MUTMAINNAH, S.KEP
NIM D.19.07.005
1
ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN GERONTIK PADA
NY. C DENGAN REUMATOID ARTRITIS DI KELURAHAN
LAPPA KECAMATAN SINJAI UTARA
KABUPATEN SINJAI
Disusun Oleh :
MEUTIA MUTMAINNAH, S.KEP
NIM D.19.07.005
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul “Analisis Praktik Keperawatan Gerontik
Pada Ny. C dengan Reumatoid Artritis di Keluarahan Lappa Kecamatan
Sinjai Utara Kabupaten Sinjai”
Dari tanggal 13 juli S/D 23 Juli 2020
Tahun 2020
Telah disetujui untuk diujikan pada Ujian Sidang dihadapan Tim Penguji Pada
Tanggal 2020
Oleh :
Pembimbing
3
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM : D.19.07.005
Menyatakan bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini adalah hasil karya saya
sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar. Saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan KIAN saya yang
berjudul: Analisis Praktik Keperawatan Gerontik Pada Ny. C dengan Reumatoid
Artritis di Kelurahan Lappa Kecamatan Sinjai Utara Kabupaten Sinjai.
Apabila suatu saat nanti terbukti bahwa saya melakukan plagiat, maka saya akan
menerima sanksi yang telah di tetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat
dengan sebenar-benarnya.
4
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Puji Syukur Kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang
telah dilimpahkanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir
Ners ini dengan judul “Analisis Praktik Keperawatan Gerontik Pada Ny. C
dengan Reumatoid Artritis di Kelurahan Lappa Kecamatan Sinjai Utara”. Karya
Ilmiah Akhir Ners ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
(Ns) pada Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panrita
Husada Bulukumba.
Dengan terselesaikannya Karya Ilmiah Akhir Ners ini tidak lepas dari
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, maka melalui kesempatan ini
perkenankanlah saya mengucap terimakasih yang sebenar-benarnya dan
penghargaan dengan hati yang tulus kepada:
5
5. Bapak Muchtar, S.Kep,Ns,M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan
masukan yang sangat berharga bagi penulis demi kesempurnaaan Karya
Ilmiah Akhir Ners ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staf di Stikes Panrita Husada
Bulukumba
7. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada kedua orang tuaku tercinta yang memberikan
dukungan moril terhadap penulis untuk menyelesaikan Karya Ilmiah akhir
Ners ini.
8. Ny. C dan Keluarga yang telah membantu memberikan kesempatan pada
peneliti untuk melakukan penelitian.
9. Teman-teman seperjuanganku pendidikan profesi ners kelas B domisili
Sinjai angkatan 2019 yang tak sempat disebut namanya satu persatu yang
telah banyak membantu dan memberikan dukungan serta motivasi selama
berada di Stikes Panrita Husada Bulukumba.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Ilmiah Akhir Ners ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kekurangan dan keterbatasan
yang penulis miliki, dan dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
WassalamualaikumWr.Wb
Sinjai, 14 Juli 2020
Penulis
6
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PANRITA HUSADA
BULUKUMBA
ABSTRAK
Reumatoid artritis merupakan gangguan autoimun sistemik kronis dengan tanda inflamasi erosif,
kronis, dan simetris pada jaringan sendi sinovial sendi. Reumatoid artritis banyak menyerang
lansia. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis masalah reumatoid artritis pada Ny. C di
Kelurahan Lappa Kecamatan Sinjai utara Kabupaten Sinjai. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif dan metode studi keperpustakaan. Pengumpulan data dilakukan menggunakan lembar
observasi BBC, GDS, Morse Fall Scale, Indeks Kemandirian Karzt dan MMSE, tensi meter dan
wawancara secara langsung. Hasil analisis menunjukkan bahwa manajemen nyeri, dukungan
ambulansi, dan pencegahan jatuh merupakan intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah
reumatoid artritis. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perawat untuk menjadikan
intervensi keperawatan perseorangan pada pasien dengan reumatoid artritis di wilayah kerja
Puskesmas Balangnipa.
Kata Kunci: Reumatoid Artritis, Nyeri Kronis, Gangguan Mobilitas Fisik, Risiko Jatuh,
Gerontik Kepustakaan: 28 (2009-2018)
7
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL LUAR.................................................................................... i
SAMPUL DALAM................................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS.................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................... v
ABSTRAK.............................................................................................. vii
DAFTAR ISI.......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................ 1
Tujuan Penulisan..................................................................................... 4
Ruang Lingkup........................................................................................ 5
Manfaat Penelitian................................................................................... 5
Sistematika Penulisan.............................................................................. 6
Manfaat Penulisan................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI
1. Konsep Medis..................................................................................... 8
a. Pengertian...................................................................................... 8
b. Etiologi...........................................................................................19
c. Patofisiologi...................................................................................10
d. Manifestasi Klinik..........................................................................11
e. Komplikasi.....................................................................................12
f. Pemeriksaan Diagnostik................................................................14
g. Penatalaksanaan.............................................................................15
2. Konsep Lansia....................................................................................16
a. Pengertian......................................................................................16
b. Proses Penuaan..............................................................................17
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses menua.........................17
d. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia .....................18
3. Konsep Asuhan Keperawatan.............................................................20
a. Pengkajian......................................................................................20
b. Diagnosis Keperawatan.................................................................22
c. Rencana Asuhan Keperawatan......................................................22
d. Evaluasi..........................................................................................25
BAB III TINJAUAN KASUS
a. Pengkajian......................................................................................26
b. Analisa Data...................................................................................29
c. Diagnosis Keperawatan.................................................................30
d. Intervensi Asuhan Keperawatan....................................................31
e. Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan.........................32
BAB IV PEMBAHASAN
a. Analisi Pengkajian Keperaawatan.................................................35
b. Analisis Diagnosa Keperawatan....................................................38
c. Analisis Intervensi Keperawatan...................................................40
8
d. Analisis Implementasi dan Evaluasi Keperawatan........................43
BAB V PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................46
Saran........................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA............................................................................48
LAMPIRAN
9
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah tahap akhir dari proses penuaan. Menjadi tua (aging)
merupakan proses perubahan biologis secara terus menerus yang dialami pada
semua manusia pada semua tingkat umur dan waktu. Masa usia lanjut memang
masa yang tidak bisa dielakkan oleh siapapun khususnya bagi yang dikaruniai
umur panjang, yang bisa dilakukan oleh manusia hanyalah menghambat proses
pada tubuh lansia serta dipengaruhi oleh pola hidup sewaktu muda. Hal ini
sesuai dengan Tear and Wear Theory yang dikemukakan August Weisman di
kematian sel yang terjadi akibat rusaknya jaringan tidak selamanya bisa
Jantung Koroner, Batu Ginjal, Gagal Jantung, dan Gagal Ginjal. Penyakit yang
diderita oleh lansia di Indonesia adalah penyakit degenaratif dan penyakit tidak
10
menular, sehingga pemerintah meningkatkan pelayanan terhadap lansia yag
sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas hidup lansia yang ada di
Salah satu penyakit yang sering terjadi pada sistem muskuloskeletal adalah
dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu usia, jenis kelamin, genetik, hormon,
seks, serta imunitas. Jadi hal tersebut bukan proses fisiologis yang terjadi pada
dan hilang timbul, yang jika tidak segera diobati maka akan menyebabkan
2014).
Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi kedokter,
nyeri yang terjual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai Negara
yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan Negara
11
lain di Asia lainnya seperti Hongkong, Malasyia, Singapura dan Taiwan
(WHO, 2016).
perempuan (8,9%). Penyakit sendi tertinggi tahun 2018 adalah Aceh (13,3%),
diikuti Bengkulu (12%), Papua (10,3%), dan Bali (11,7%). Prevalensi penyakit
2018).
Sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung
ujung tulang penyusun sendi (Made ES, 2016). Nyeri dengan intensitas tinggi
12
kesejahteraan dan kemampuan untuk fungsi. Tujuan terapi adalah meredakan
istirahat, latihan, terapi fisik, dan supresi proses inflamasi (LeMone, 2015).
Dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melaksanakan asuhan
keperawatan yang akan dirtuangkan dalam bentuk Karya Ilmiah Akhir Ners
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kabupaten Sinjai.
2. Tujuan Khusus
reumatoid artritis.
artritis.
artritis.
13
f. Menganalisis pelaksanaan asuhan keperawatan pada reumatoid artritis
artritis.
C. Ruang Lingkup
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
2. Bagi Lahan
artritis. Dan sebagai bahan acuan untuk meneggakkan disiplin pada pasien,
14
Dapat menjadi sumber masukan dan dapat menambah pengetahuan terhadap
E. Metode Penelitian
dalam proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa,
F. Sistematika Penulisan
Ilmiah Akhir Ners ini, penulis telah menguraikan menjadi 5 BAB yang terdiri
dari:
keperawatan.
15
4. BAB IV: PEMBAHASAN berisi tentang kesenjangan antara tinjauan kasus
16
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
sendi dipagi hari. Pada reumatoid artritis sering melibatkan organ ekstra-
dengan tanda inflamasi erosif, kronis, dan simetris pada jaringan sendi
dan kecacatan merupakan hasil akhir umum dari penyakit yang menetap.
nodulus paru, atau fibrosis usus dan perikarditis (Black dan Hawks, 2014).
sendi dan sarung tendon, tetapi paling sering di tangan. Sinovia sendi,
17
sarung tendon, dan bursa menebal akibat radang, yang diikuti oleh erosi
2. Etiologi
mikoplasma, virus Epstein Barr, atau virus lain dapat memainkan peran
reumatoid artritis antara lain jenis kelamin, ada riwayat keluarga yang
18
menderita reumatoid artritis, umur lebih tua, paparan salisilat, dna
merokok. Komsumsi kopi lebih dari tiga cangkir sehari, khususnya kopi
3. Patofisiologi
Antibodi yang berubah ini, biasanya terdapat pada orang yang mengalami
sendiri berkaitan dengan antigen target mereka dalam darah dan membran
19
Membran sinovial rusak akibat proses inflamasi dan imun. Membran
4. Manifestasi Klinik
reumatoid artritis. Gejala klinis ini tidak harus timbul sekliagus pada saat
yang bersamaan oleh karena itu penyakit ini memiliki gejala klinis yang
sangat bervariasi.
aktivitas dan hilang setelah istirahat tidak timbul pada pagi hati
bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur san disertai kaku
sendi atau nyeri yang hebat pada awal gerak dan berkurang setelah
melakukan aktivitas.
20
d. Kekauan sendi di pagi hari lebih dari 1 jam, dapat bersifat generalisata
tulang.
5. Komplikasi
21
a. Sistem respiratori, gejala keterlibatan saluran nafas atas ini dapat
umumnya terasa lebih berat pada pagi hari. Pada reumatoid artriritis
yang lanjut dapat pula dijumpai efusi pleura dan fibrosis paru yang
luas.
22
e. Sistem perkemihan: ginjal, berbeda dengan lupus eritomatosus
ringan) yang disertai dengan kadar besi serum yang rendah serta
defesiensi besi yang juga dapat dijumpai pada reumatoid artritis akibat
6. Pemeriksaan Diganostik
kasus, LED tidak akan mengalami elevasi, tetpai CRP akan naik atau
sebaliknya.
23
c. Sinar-X digunakan untuk mendeteksi kerusakan sendi dan melihat
7. Penatalaksanaan
Farmakologi
perkembangan penyakit.
sementara pada pasien dengan terapi lain yang telah gagal untuk
mengendalikan inflamasi.
24
kerusakan sendi. Panduan terbaru dari America Collage of
Non farmakologi
(LeMone, 2015).
B. Konsep Lansia
1. Pengertian
Usia lanjut adalah seseorang yang usianya sudah tua yang merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan. Ada berbagai kriteria umur bagi
sebagai berikut:
25
b. Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun
Menjadi tua adalah sebuah proses yang pasti terjadi, bahkan setiap
orang ingin bisa hidup sampai tua, tetapi adanya perubahan struktur dan
2015: Hal.244).
2. Proses penuaan
tubuh. Hal ini dapat kita lihat dari perbandingan struktur dan fungsi organ
tahun, yaitu berat otak pada lansia 56%, aliran darah ke otak 80%, cardiac
capacity 56% asupan O2 selama olahraga 40%, jumlah dari axon pada
saraf spinal 63%, kecepatan pengantar inpuls saraf 90%, dan berat badan
secara wajar tanpa pengaruh dari luar, sedangkan jalannya proses penuaan
26
yang berlansung akibat stress psikis dan sosial serta kondisi lingkungan
yang dipengaruhi oleh faktor endogen. Perubahan ini dimulai dari sel
jaringan organ sistem pada tubuh. Penuaan dapat terjadi secara fisiologis
aging), diharapkan mereka dapat tua dalam keadaan sehat. Perubahan ini
faktor lingkungan dan gaya hidup. Termasuk faktor lingkungan antara lain
dan jamu tanpa kontrol, radiasi sinar matahari, makanan berbahan kimia,
27
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan
sistem kulit dan jaringan ikat, sistem reproduksi dan kegiatan seksual, dan
jantung, pembuluh darah, tulang dan seks (Katari, 1990 dalam Kuhu M
dkk, 2016:Hal.254).
Dari segi mental perubahan yang terjadi antara lain sering muncul
28
C. Konsep Teori Keperawatan
karakteristik diantaranya :
alam.
keperawatan.
29
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu
masalah keperawatan.
dipertimbangkan.
a. Dorothea Orem
30
keperawatan Orem mengembangkan bentuk teori self care,diantaranya
kesejahteraan.
31
penyimpangan kesehatan yang memiliki ciri perawatan yang
pasien.
32
3) Teori sistem keperawatan Orem
33
self carenya dan pasien tersebut masih mampu melakukan
34
berkomunikasi, serta dalam melakukan perbuatan seharusnya
perawatan diri.
35
3) Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan
secara subjektif.
observasi.
orang lain;
36
mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubunga dengan
orang lain;
c. Virginia Herderson
gambaran tugas perawat yaitu mengkaji individu baik yang sakit atau
37
melakukan aktivitas, belum dapat melaksanakan aktivitas dan tidak
keingin tahuan.
d. Betty Neuman
38
dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan garis pertahanan
primer, sekunder dan tersier. Model ini bertujuan agar terjadi stabilitas
39
mengurangi adanya reaksi tubuh akibat stressor. Upaya ersebut dapat
gejala penyakit serta reaksi tubuh lainnya karena adanya stressor dari
e. Jean Waston
40
interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan
aktualisasi diri.
f. King
41
kemudian hubungan interpersonal merupakan suatu hun\bungan antara
social sesuai dengan situasi yang ada. Melalui dasar system tersebut
yakni yang beraksi terhadap situasi, orang dan objek. Manusia sebagai
makhluk yang berorientasi terhadap waktu tidak lepas dari masa lalu
dan sekarang yagn dapat mempengaruhi masa yang akan datang dan
sebagai makhluk social manusia akan hidup bersama orang lain yang
g. Peplau
1) Tahap Orientasi
2) Tahap Identifikasi
42
Peran perawat disini apakah sudah bertindak sebagai fasilisator
asuhan keperawatan
3) Tahap Eksplorasi
kondisi klien.
4) Tahap Resolusi
konseptual peplau.
h. Johnson
43
komponen sub system yang membentuk system perilaku menurut
Johnson adalah :
dan di cintai.
hidup.
kepercayaan.
44
tersebut. Klien dalam hal ini adalh manusia yang mendapat bantuan
i. Martha E. Rogers
bahwa manusia adalah satu kesatuan yang utuh, memiliki sifat dan
setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia
(https://nurseviliansyah.blogspot.com/2015/08/teori-dan-model-
45
D. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
keperawatan.
a) Anamnesis
pasien wanita), usia (risiko paling tinggi terjadi pada usia 65 keatas),
artritis adalah nyeri pada daerah sendi yang mengalami masalah. Untuk
b) Pemeriksaan fisik
46
sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan B6 (Bone) yang dikaitkan
c) Pengkajian khusus
47
panjang terhadap lansia berasal dari keluarga karena membutuhkan
2. Diganosis Keperawatan
penurunan ketahanan.
3) Meringis menurun
Intervensi
Manajemen nyeri:
48
Observasi
intensitas nyeri.
Terapeutik
Edukasi
4) Nyeri menurun
49
5) Gerakan terbatas menurun
Intervensi
Dukungan ambulansi:
Observasi
Terapeutik
Edukasi
dari tempat ridur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar
Intervensi
Pencegahan jatuh:
Observasi
50
1) Identifikasi faktor risiko jatuh (mis. usia >65 tahun, penurunan
Terapeutik
Edukasi
4. Evaluasi
51
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Pasien kelolaan yaitu Ny. C yang merupakan seorang lansia yang
Kec. Sinjai Utara yang merupakan wilayah kerja PKM Balangnipa. Ny. C
dengan latar pendidikan terakhir adalah SPG , Ny. C adalah seorang janda
dengan 2 anak perempuan dan 2 orang putra. Kedua putra nya sudah
menikah, dan tinggal berpisah dengan Ny. C. Ny, C hanya tinggal bersama
membuat baju. Ny.C beragama Islam, dan aktif melakukan ibadah sholat 5
waktu dan berpuasa. Kondisi emosi Ny. C stabil dan baik kepada orang
kognitif.
2. Riwayat kesehatan
spesifik yaitu nyeri pada lutut dan pergelangan kaki sebelah kanan sejak 10
bulan yang lalu. Jika nyeri muncul Ny. C mengatakan sulit untuk bergerak.
aktivitas.
52
3. Kebiasaan sehari-hari
Hasil observasi didapatkan bahwa pola makan Ny. C setiap hari yaitu
3x/hari, makan pagi pukul 07:00, makan siang pukul 12:00 dan makan
sayur( sayur so), buah (pisang/jeruk), lauk-pauk (ayam, ikan, tahu dan
teh hangat setiap pagi, Ny. C juga banyak minum air putih dengan 8 gelas
per hari.
tetapi sekarang dibantu oleh kedua anaknya. Adapun kegiatan yang masih
bisa dilakukan Ny. C adalah sholat, menonton TV. Hasil pengkajian Ny. C
rajin tidur siang, Ny. C juga kadang duduk-duduk di teras rumahnya jika
sore hari dan berinteraksi dengan tetangga sekitar. Ny. C melakukan BAB
dan BAK secara mandiri tetapi kadang dibantu ke toilet oleh anaknya atau
Pada bagian umum klien nampak mengalami kelelahan dan Ny. C terbatas
53
dalam melakukan kegiatan sehari-harinya. Pada bagian kepala pemeriksaan
yang dilakukan pada bagian mata, hidung, mulut dan telinga didapatkan
hasil kepala bulat, simetris, tidak terdapat lesi, rambut berwarna putih, tidak
ada lesi pada kulit kepala. Pergerakan bola mata simetris, kongjungtiva
lubang hidung sama, tidak ada sekresi, tidak ada polip atau tidak ada
hambatan dalam bernafas. Mulut nampak bersih, tidak memakai gigi palsu,
dan terdapat banyak gigi yang sudah tanggal, tidak terlihat adanya
adanya lesi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak terdapat
terlihat tidak ada lesi, perkembangan dada simetris dan tidak ada retraksi
vesikuler dan bronko vesikuler, tidak ada bunyi wheezzing dan ronkhi serta
bunyi jantung S1 dan S2 normal, tidak ada murmur dan gallo. Pada
pada perut, tidak ada nyeri tekan, dan terdapat bunyi bising usus saat di
54
otot kaki, hasil kekuatan otot yaitu ekstremitas atas memiliki kekuatan otot
yang baik sedangkan kekuatan otot bagian ekstremitas bawah pada otot
kaki kanan mampu melawan gravitasi dan menahan tekanan ringan tapi
hanya dapat menahan sebentar. Gaya berjalan Ny. C seperti pincang dan
nampak lesi, warna kulit kuning langsat, kulit terlihat kering dan turgor
kulit lambat.
dengan nilai (kemandirian dalam kekamar kecil), Morse Fall Scale dengan
Mental State Exam) yaitu Ny. C mampu menyebutkan tahun bulan dan
B. Analisis Data
Hasil pengkajian yang telah dipaparkan berdasarkan klasifikasi SDKI ,
SIKI dan SLKI (2018) yaitu nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan
55
konsta, yang berlangsung lebih dari 3 bulan dengan data pendukung Ny. C
mengatakan nyeri pada lutut dan pergelangan kaki sebelah kanan, nyerinya
muncul saat banyak beraktivitas, seperti tertusuk tusuk, dirasakan pada lutut
sebelah kanan dan nyeri nya muncul pada malam hari dan dan memuncak pada
subuh hari, nyeri dirasakan hilang timbul sejak 10 bulan yang lalu, dibuktikan
denga Ny. C nampak meringis saat menggerakan kaki nya, skala nyeri VAS
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu
aktivitas rumah saat nyeri nya muncul, merasa lemah dibuktikan dengan Ny. C
nampak lemah, tidak dapat melakukan rentang gerak, lutut Ny. C nampak
Masalah keperawatan ketiga yang adalah risiko jatuh. Risiko jatuh adalah
kakinya sakit, skor Fall Morse Scale risiko jatuh Ny C adalah 35, skor Berg
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada Ny. C dari data
nyeri, serta risiko jatuh dibuktikan dengan penggunaan alat bantu berjalan.
56
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri kronis dengan tujuan
frekuensi nadii membaik, pola napas membaik serta tekanan darah membaik.
skala nyeri, identifikasi respon non verbal, berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (Mis. TENS, hipnosis, akupresure, terapi musik,
mengurangi nyeri.
ambulansi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk), jelaskan tujuan dan prosedur
57
dilakukan (mis. berjalan dari tempat ridur ke kursi roda, berjalan dari tempat
Diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu risiko jatuh dengan tujuan agar
menurun dengan kriteria hasil jatuh saat berdiri menurun, jatuh saat duduk
menurun dan jatuh saat berjalan menurun. Intervensi yang akan dilakukan
adalah pencegahan jatuh yaitu identifikasi faktor risiko jatuh (mis. usia >65
menggunakan skala (misal Fall Morse Scale, Humpty Dumpty Scale), jika
perlu. Gunakan alat bantu berjalan (mis. kursi roda, walker) anjurkan
waktu istrirahat Ny. C selama kurang dari 50 menit. Pertemuan pertama hingga
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan terkait status mental dan kognitif yaitu
58
dengan memanggil nama pasien pada setiap interaksi yang dilakukan.
sudah mampu mengidentifikasi nyeri dan skala nyeri yang dialami, skala
59
ambulansi dini, mengajarkan ambulansi sederhana yang harus dilakukan
(mis. berjalan dari tempat ridur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke
menggunkan walker.
risiko jatuh menggunakan skala (misal Fall Morse Scale, Humpty Dumpty
Scale), jika perlu. Menggunakan alat bantu berjalan (mis. kursi roda,
dan menjaga lingkungan agar cahaya tetap terang, lantai tida licin dan
60
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada hasil pengkajian yang telah dilakukan pada Pada hasil pengkajian
yang telah dilakukan pada Ny. C (70 tahun) di temukan bahwa Ny. C memiliki
masalah kesehatan yaitu reumatoid artritis. Berikut ini akan dijelaskan analisa
menyeluruh. Pada bagian umum klien nampak mengalami kelelahan dan Ny. C
pemeriksaan yang dilakukan pada bagian mata, hidung, mulut dan telinga
didapatkan hasil kepala bulat, simetris, tidak terdapat lesi, rambut berwarna
putih, tidak ada lesi pada kulit kepala. Pergerakan bola mata simetris,
lubang hidung sama, tidak ada sekresi, tidak ada polip atau tidak ada hambatan
61
dalam bernafas. Mulut nampak bersih, tidak memakai gigi palsu, dan terdapat
banyak gigi yang sudah tanggal, tidak terlihat adanya stomatitis, terdapat
karises gigi, serta memberan mukosa kering. Pemeriksaan pada bagian telinga
menggunakan cotton bath, posisi kedua telingan simteris tidak ada benjolan
pada telinga.
adanya lesi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak terdapat gangguan
proses menelan. Pada pemeriksaan bagian dada atau thorax terlihat tidak ada
lesi, perkembangan dada simetris dan tidak ada retraksi dinding dad.
bronko vesikuler, tidak ada bunyi wheezzing dan ronkhi serta bunyi jantung S1
dan S2 normal, tidak ada murmur dan gallo. Pada pemeriksaan abdomen tidak
terdapat adanya lesi, tidak terdapat benjolan pada perut, tidak ada nyeri tekan,
muskuloskeletal terdapat kelemahan pada otot kaki, hasil kekuatan otot yaitu
ekstremitas atas memiliki kekuatan otot yang baik sedangkan kekuatan otot
bagian ekstremitas bawah pada otot kaki kanan mampu melawan gravitasi dan
menahan tekanan ringan tapi hanya dapat menahan sebentar. Gaya berjalan Ny.
integumen terlihat tidak nampak lesi, warna kulit kuning langsat, kulit terlihat
62
Pemeriksaan penunjang lainnya yaitu pemeriksaan BBC (Berg Balance
(pelaksanaan intervensi risiko jatuh standar) dan MMSE (Mini Mental State
Exam) yaitu Ny. C mampu menyebutkan tahunm bulan dan tanggal, hari serta
objek yang diperlihatkan, Ny. C juga mampu menyebutkan bacaan terbalik dan
Ny. C mengatakan nyeri pada lutut dan pergelangan kaki sebelah kanan,
pada lutut sebelah kanan dan nyeri nya muncul pada malam hari dan dan
memuncak pada subuh hari, nyeri dirasakan hilang timbul sejak 10 bulan yang
lalu, dibuktikan denga Ny. C nampak meringis saat menggerakan kaki nya,
63
terjadi pada sistem muskuloskeletal, saraf, kardiovaskuler, respirasi, indra, dan
integumen.
responden dapat melaukan aktivitasnya sendiri atau mandiri yaitu (97,9%). Eka
mobilitas fisik dan risiko jatuh. Hal ini disesuaikan dengan hasil pengkajian
64
hangat merupakan bagian terapi alternatif yang dapat dilakukan secara
aktif yang dapat menurunkan nyeri dan tanaman serei juga memiliki
pada penderita artritis reumatoid, selain itu juga serei memiliki efek
farmakologi yaitu rasa pedas bersifat hangat. Dimana efek panas ini dapat
meredakan rasa nyeri kaku dan spasme otot, karena terjadi vasodilatasi
tanggal 16 Juli 2020 sampai dengan 19 Juli 2020 didapatkan data dari
yang akan menghambat aktivitas sehari-hari klien dan ketika kaki klien
2020 sampai dengan 18 Juli 2020 didapatkan data pada Ny. C nampak
memakai alat bantu berjalan ketika kakinya sakit, skor Fall Morse Scale
65
risiko jatuh Ny C adalah 35, skor Berg Balance Scale Ny. C adalah 38
( berjalan dengan bantuan). Sebagian besar risiko jatuh terjadi saat lansia
mengganti posisi. Jatuh juga terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas
menyebabkan risiko jatuh dan jatuh juga sering terjadi pada lansia
frekuensi nadii membaik, pola napas membaik serta tekanan darah membaik.
skala nyeri, identifikasi respon non verbal, berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (Mis. TENS, hipnosis, akupresure, terapi musik,
mengurangi nyeri. Menurut teori yang dikemukakan oleh Tjondro (2011) nyeri
sendi akibat adanya antibodi tidak normal yang menyerang bagian tubuh
66
sendiri yaitu kapsul sendi. Penyakit rheumatoid memang terutama menyerang
demikian bisa mengenai kedua tangan atau kedua kaki secara simetris pada
waktu yang bersamaan dan sangat jarang menyebabkan nyeri hanya pada satu
sendi saja. Nyeri tersebut terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia
merasa nyeri. Respon intensitas nyeri ditunjukan oleh pasien dapat mencakup
pernyataan verbal, ekspresi wajah, gerak tubuh, kontak fisik dengan orang lain,
istirahat, latihan fisik, dan termoterapi, gizi serta obat- obatan, salah satu
pengobatan yang dilakukan yaitu kompres air hangat. Pemberian air hangat
memberikan rasa hangat pada seseorang dengan menggunakan cairan atau alat
darah, mengurangi rasa sakit dan memberikan rasa nyaman dan meningkatkan
aliran darah ke daerah sendi dengan begitu, proses radang dapat dikurangi dan
sendi dapat berfungsi secara maksimal. Selain itu ditambah dengan serai yang
mengandung minyak atrisi yang bersifat panas, yang dapat mengurangi proses
radang.
Intervensi yang kedua yaitu gangguan mobilitas fisik dengan tujuan agar
67
dengan ekpektasi mobilitas fisik meningkat dengan kriteria hasil pergerakan
ambulansi dengan alat bantu (mis. tongkat, kruk), jelaskan tujuan dan prosedur
dilakukan (mis. berjalan dari tempat ridur ke kursi roda, berjalan dari tempat
menurun dengan kriteria hasil jatuh saat berdiri menurun, jatuh saat duduk
menurun dan jatuh saat berjalan menurun. Intervensi yang akan dilakukan
adalah pencegahan jatuh yaitu identifikasi faktor risiko jatuh (mis. usia >65
menggunakan skala (misal Fall Morse Scale, Humpty Dumpty Scale), jika
perlu. Gunakan alat bantu berjalan (mis. kursi roda, walker) anjurkan
68
Gangguan anggota gerak memicu terjadinya perubahan keseimbangan
berjalan dengan lancar tanpa hambatan, adapun implementasi nyeri akut yang
dialkukan adalah melakukan manajemen nyeri yang pada hari pertama hanya
dikarenakan Ny. C masih merasakan nyeri, tetapi hari kedua nyeri yang
dikarenakan Ny. C rajin melakukan kompres rebusan serai hangat pada lokasi
Tarok Dipo Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang Bukit Tinggi” dimana
hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh kompres serei hangat terhadap
(2007) serei mengandung minyak atsiri yang memiliki sifat kimiawi dan efek
farmakologi yaitu rasa pedas dan bersifat hangat sebagai anti radang (anti
69
inflamasi) dan menghilangkan rasa sakit atau nyeri yang bersifat analgetik serta
bahwa hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3x24 jam
dengan penurunan rasa nyeri yang dialami Ny. C karena pelaksanaan kompres
selama 3x24 jam pada evaluasi hari ke 3 klien mengatakan nyeri dirasakan
pada lutut dan pergelangan kaki sebelah kiri mulai berkurang dan sudah dapat
dimana Self care sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu
70
bagi pasien dan mengkoordinasi serta mengintegrasikan keperawatan dalam
dari hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3x24 jam
diagnosa gangguan mobilitas fisik pada klien Ny.C tersebut masalah teratasi
karena klien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan ketika rasa sakit
seseorang seperti lansia yang mandiri dan jarang terkena sakit sendi cenderung
lebih senang berolahraga seperti senam dan jalan santai sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Sylvia dan Prince (2006). Hal ini sesuai dengan yang
diharapkan penulis pada tujuan dan kriteria hasil pada rencana tindakan
perawat yaitu mengkaji individu baik yang sakit atau sehat dengan memberikan
ketergantungan sejak lahir hingga menjadi mandiri pada dewasa yang dapat
71
dipengaruhi okeh pola asuh, lingkungan dan kesehatan . Dalam melaksanakan
aktivitas tidur dan istirahat, aktivitas membuka dan memakai pakaian, aktifitas
implementasi yang lain karena berupa edukasi untuk mencegah risiko jatuh
dimana Ny. C nampak mengerti dan paham atas apa yang disampaikan. Setelah
terang, lantai tida licin dan muda menjagkau barang barang yang dibutuhkan.
Namun disisi lain alat bantu menyebabkan langkah terputus dan tubuh
72
cenderung membungkuk. Karena itu penggunaan alat bantu seperti ini harus
adaptif serta mampu merubah perilaku yang mal adaftif. Proses penyesuaian
73
BAB V
A. Kesimpulan
sebagai berikut:
bulan yang lalu pada lutut dan pergelangan kaki sebelah kanan dengan
skala VAS 5/10, klien sulit beraktivitas jika nyeri dan klien memakai
jatuh yang mengacu pada pedoman SDKI, SLKI dan SIKI tahun 2018.
74
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan reumatoid artritis,
klien dari skala 5/10 menjadi 0/10 setelah diberikan teknik non
Calista Roy.
B. Saran
75
a. Bagi mahasiswa
b. Bagi klien
tidak timbul kembali, klien dapat mudah beraktivitas dan tidak ada
76
DAFTAR PUSTAKA
Afnuhazi, R. (2018). Pengaruh Senam Rematik terhadap Penurunan Nyeri
Rematik pada Lansia. Menara Ilmu Vol. XII Jilid I No. 79, 118.
Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA,
NIC, dan NOC jilid I. Jakarta: TRANS INFO MEDIA.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. (2018). Riset kesehatan
Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Black, J dan Hawks. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis
Untuk Hasil yang Diharapkan edisi 8. Jakarta: Salemba.
Evalina, S.H dan Bagus R. (2015) Pengaruh Kompreshangat Terhadap Nyeri
Sendi Pada Lansia 60-74 tahun. Diakses 15 Juli 2020.
Fitrayasari R, Nihayati EH, dan Yusuf AH.(2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Https://nurseviliansyah.blogspot.com/2015/08/teori-dan-model-keperawatan.htm
diakses tanggal 11 September 2020).
Hurst, M. (2015). Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Hyulita, S. (2014). Pengaruh Kompres Serei Hangat Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Reumatoid Artritis Reumatoid pada Lanjut Usia di
Kelurahan Tarok Dipo Wilayah Kerja Puskesmas Guguk Panjang Bukit
Tinggi. Afiyah Vol I No1, 1.
Kuhu MM, dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi Offset.
LeMone, P. (2015). Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Made E S, I. (2016). Pengaruh Terapi Kompres Hangat dengan Jahe Terhadap
Intensitas Nyeri Pada Lansia yang Menderita ArtritisReumatoid di Panti
Sosial Tresna Werdha Puspakarma Mataram. Prima Vo. 2,2.
Martono H, Pranarka K. (2009) Jurnal gizi Indonseia. Geriatri Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Maryam, R. S., Ekasari, M. F., Rosidawati, Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008).
Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellnes in order adults (6thEd). Philadephia:
Wolters Kluwer-Williams adn Wilkins.
Noor, Z. (2016). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, W dkk. (2014) Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit
EGC
77
Pradana, S. Y. (2012). Sensitifitas dan spesifitas kriteria ACR 1987 dan ACR 1987
dan ACR/EULAR 2010 pada penderita artritis reumatoid di RSUP Dr.
Kariadi Semarang, Semarang: UNDIP.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI..
Priyatno. (2009). Farmakologi & Terminologi Medis, Jakarta: LESKONFI
(Lembaga studi dan konsultasi farmakologi).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018
diakses 15 Juli 2020.
Sjamsuhidajat, R. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de jong. Jakarta:
EGC.
Suardiman, S 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada Universuty
Press.
Sunaryo, (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: CV. ANDI OFSET
Tjokroprawiro, A. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam: Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo Surabaya,
surabaya: Airlangga Universty Press (AUP).
WHO. (2016) World Health Organization. Definisi Sehat.
www.who.int/mediacentre diakses 18 Juli 2020.
Yasmara, D., Nursiswati & Arafat, R. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
78
Lampiran 1
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
2. MATERI PENYULUHAN
a. Apa itu Reumatoid Artritis
b. Penyebab Reumatoid Artritis
c. Tanda dan gejala Reumatoid Artritis
d. Komplikasi Reumatoid Artritis
e. Pengobatan Reumatoid Artritis
3. METODE PENYAMPAIAN
Ceramah dan diskusi/heum jawab
79
4. MATERI (terlampir)
5. MEDIA
a. Leafleat
b. SAP materi
6. MATRIKS KEGIATAN
N
JENIS KEGIATAN WAKTU MATERI
O
1. Pembukaan 2 menit Perkenalan
2. Proses 20 menit Penjelasan Materi
3. Evaluasi 5 menit Tanya Jawab
4. Penutup 3 menit Kesimpulan, salam,
penutup
7. EVALUASI
a. Prosedur : Post test
b. Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
c. Butir-butir pertanyaan :
1. Apa itu Reumatoid Artritis
2. Penyebab Reumatoid Artritis
3. Tanda dan gejala Reumatoid Artritis
4. Komplikasi Reumatoid Artritis
5. Pengobatan Reumatoid Artritis
80
REUMATOID ARTRITIS
81
3. Fisioterapi dilakukan beberapa pergerakan sendi secara sistematis.
4. Kompres dingin atau panas.
5. Nutrisi, beberapa lemak biasa dengan asam lemak omega 3 yang
ditemukan pada minyak ikan tertentu (LeMone, 2015).
82
Lampiran 2
A. DATA FOKUS
DATA FOKUS
83
TD: 120/80 mmHg
N : 80x/menit radial
P : 20x/ menit
S : 36,50C
B. KLASIFIKASI DATA
84
6. Ny. C mengatakan nyerinya 8. Tanda-tanda vital:
seperti tertusuk tusuk. TD: 120/80 mmHg
7. Ny. C mengatakan nyeri
N : 80x/menit radial
dirasakan pada lutut dan
pergelangan kaki sebelah P : 20x/ menit
kanan.
S : 36,50C
8. Ny. C mengatakan nyeri nya
muncul pada malam hari 10. Skala nyeri VAS 5/10
dan dan memuncak pada (Skala sedang).
subuh hari, nyeri dirasakan
hilang timbul sejak 10 bulan
yang lalu.
9. Ny. C mengatakan memakai
alat bantu berjalan ketika
kakinya sakit.
C. ANALISA DATA
85
d. Ny. C mengatakan nyeri
dirasakan pada lutut sebelah
kanan.
e. Ny. C mengatakan nyeri nya
muncul pada malam hari dan
dan memuncak pada subuh hari,
nyeri dirasakan hilang timbul
sejak 10 bulan yang lalu.
Data Objektif :
N : 80x/menit radial
P : 20x/ menit
S : 36,50C
86
b. Ny. C nampak tidak dapat
melakukan rentang gerak.
c. Lutut Ny. C nampak bengkak.
d. Kekuatan otot Ny. C nampak
menurun dibagian ekstremitas
bawah
D. DIAGNOSAKEPERAWATAN
87
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
88
nyerinya
muncul saat
banyak Edukasi
beraktivitas. 5. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
c. Ny. C 6. Anjurkan memonitor nyeri secara
mengatakan mandiri.
nyerinya seperti 7. Ajarkan teknik non farmakologis
tertusuk tusuk. untuk mengurangi nyeri.
d. Ny. C
mengatakan
nyeri dirasakan
pada lutut
sebelah kanan.
e. Ny. C
mengatakan
nyeri nya
muncul pada
malam hari dan
dan memuncak
pada subuh hari,
nyeri dirasakan
hilang timbul
sejak 10 bulan
yang lalu.
89
Data Objektif :
a. Ny. C nampak
meringis saat
menggerakan
kaki nya.
b. Skala nyeri
VAS 5/10.
c. Tanda-tanda
vital:
TD : 120/80
mmHg
N :
80x/menit radial
P : 20x/
menit
S : 36,50C
90
dengan nyeri dengan nyeri. meningkat dengan kriteria hasil: keluhan fisik lainnya.
Terapeutik
dibuktikan dengan 1. Pergerakan ekstremitas
meningkat. 2. Fasilitasi aktivitas ambulansi dengan
2. Kekuatan otot meningkat alat bantu (mis. tongkat, kruk)
Data Subjektif: 3. Rentang gerak (ROM) Edukasi
meningkat.
a. Ny. C 4. Nyeri menurun. 3. Jelaskan tujuan dan prosedur
mengatakan 5. Gerakan terbatas menurun ambulansi
6. Kelemahan fisik menurun 4. Anjurkan ambulansi dini
sulit untuk 5. Ajarkan ambulansi sederhana yang
bergerak jika harus dilakukan (mis. berjalan dari
tempat ridur ke kursi roda, berjalan
nyeri muncul. dari tempat tidur ke kamar mandi,
b. Ny. C berjalan sesuai toleransi).
mengatakan
terbatas
melakukan
aktivitas rumah
saat nyeri nya
muncul.
c. Ny. C
mengatakan
91
merasa lemah.
Data Objektif :
a. Ny. C nampak
lemah.
b. Ny. C nampak
tidak dapat
melakukan
rentang gerak.
c. Lutut Ny. C
nampak
bengkak.
92
a. Ny. C bantu berjalan. 2. Jatuh saat duduk menurun ortostatik, gangguan keseimbangan,
3. Jatuh saat berjalan gangguan penglihatan, neuropati).
mengatakan
menurun. 2. Hitung risiko jatuh menggunakan
memakai alat
skala (misal Fall Morse Scale,
bantu berjalan Humpty Dumpty Scale), jika perlu.
ketika kakinya
Terapeutik
sakit.
3. Gunakan alat bantu berjalan (mis.
Data objektif
kursi roda, walker).
93
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
WAKTU/TGL IMPLEMENTASI EVALUASI
S : 36,50C
Terapeutik
94
4. Memberikan teknik non farmakologis untuk A: Nyeri kronis belum teratasi
mengurangi rasa nyeri (Mis. TENS, hipnosis,
akupresure, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, P: Lanjutkan intervensi
aromaterapi, terknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain). 1. Identifikasi lokasi,
Hasil: Memberikan teknik non farmakologi kepada karakteristik, durasi,
Ny. C untuk mengurangi nyeri dengan melakukan frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
kompres serai hangat hari I.
2. Identifikasi skala nyeri.
3. Identifikasi respon non
verbal.
Edukasi 4. Berikan teknik non
farmakologis untuk
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri. mengurangi rasa nyeri (Mis.
Hasil: Ny. C nampak memperhatikan apa yang TENS, hipnosis, akupresure,
disampaikan terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
6. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
terknik imajinasi terbimbing,
Hasil: Ny. C mengerti atas apa yang disampaikan
kompres hangat/dingin, terapi
7. Mengajarkan teknik non farmakologis untuk bermain).
mengurangi nyeri.
Hasil: Ny. C nampak mengerti atas apa yang
diajarkan.
95
1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik bergerak jika nyeri muncul. Ny. C
lainnya. mengatakan terbatas melakukan
Hasil: Ny. C mengakatan nyeri dirasakan pada lutut aktivitas rumah saat nyeri nya
dan pergelangan kaki sebelah kanan, dan sulit untuk muncul.
bergerak jika nyeri muncul. Ny. C mengatakan
terbatas melakukan aktivitas rumah saat nyeri nya O: Ny.C nampak memakai alat bantu
muncul. berjalan.
96
Hasil: Klien nampak mengerti atas apa yang
diajarkan.
97
kaki nya. P : 20x/ menit
S : 360C
Terapeutik
A: Nyeri kronis belum teratasi
4. Memberikan teknik non farmakologis untuk
P: Lanjutkan intervensi
mengurangi rasa nyeri (Mis. TENS, hipnosis,
akupresure, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, 1. Identifikasi lokasi,
aromaterapi, terknik imajinasi terbimbing, kompres karakteristik, durasi, frekuensi,
hangat/dingin, terapi bermain). kualitas, intensitas nyeri.
Hasil: Memberikan teknik non farmakologi kepada 2. Identifikasi skala nyeri.
Ny. C untuk mengurangi nyeri dengan melakukan 3. Identifikasi respon non verbal.
kompres serai hangat hari ke dua. 4. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (Mis.
TENS, hipnosis, akupresure,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
terknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
98
bermain).
Dx. II Dukungan ambulansi: S:Ny. C mengakatan nyeri dirasakan
pada lutut dan pergelangan kaki
16:00 Observasi
sebelah kiri mulai berkurang dan
1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik sudah dapat menggerakan sedikit
lainnya. ekstremitasnya.
Hasil: Ny. C mengakatan nyeri dirasakan pada lutut
O: Ny.C nampak memakai alat bantu
dan pergelangan kaki sebelah kiri mulai berkurang,
berjalan.
dan sudah dapat menggerakan sedikit
ekstremitasnya. A: Gangguan mobilitas fisik.
P: Lanjutkan Intervensi
99
16: 45 Observasi menggunakan alat bantu
berjalan.
1. Mengidentifikasi faktor risiko jatuh (mis. usia >65
tahun, penurunan tingkat kesadaran, defisit kognitif, - Ny. C nampak menggunakan
hipotensi ortostatik, gangguan keseimbangan, alat bantu berjalan berupa
gangguan penglihatan, neuropati). walker
Hasil: Ny. C berusia 70 tahun dan menggunakan alat - Ny. C nampak menggunakan
bantu berjalan. alas kaki yang tidak licin.
2. Menghitung risiko jatuh menggunakan skala (misal - Skor Fall Morse Scale risiko
Fall Morse Scale, Humpty Dumpty Scale), jika perlu. jatuh Ny C adalah 40.
Hasil: Skor Fall Morse Scale risiko jatuh Ny C A: Risiko jatuh teratasi.
adalah 40.
P : Pertahankan intervensi.
Terapeutik
100
Edukasi
101
Terapeutik A: Nyeri kronis teratasi
102
A: Gangguan mobilitas fisik teratasi
P: Pertahankan intervensi
103
104