3, Tahun 2019
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi suhu pengering terhadap aktivitas antioksidan daun
pegagan dan bunga krisan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 macam perlakuan dan 2 kali ulangan. Proses pengeringan
dilakukan hingga tercapai kadar air sesuai SNI teh kering yaitu maksimal 8%. Pengeringan dilakukan
menggunakan food dehydrator dengan tiga variasi suhu (50oC, 55oC dan 60oC). Hasil menunjukkan bahwa
semakin tinggi suhu pengeringan, maka semakin cepat kadar air standar tercapai. Semakin tinggi suhu
pengeringan maka semakin lemah aktivitas antioksidan yang dihasilkan. Aktivitas antioksidan terbaik
didapatkan pada penggunaan suhu pengering 50oC sebesar 36,1 ppm untuk simplisia daun pegagan. Sedangkan
aktivitas antioksidan terbaik simplisia bunga krisan didapatkan pada suhu 50oC sebesar 137,99 ppm. Keenam
sampel menunjukkan hasil positif pada uji flavonoid.
Kata kunci : Aktivitas antioksidan; bunga krisan; daun pegagan.
Abstract
This research aims to determine the effect of dryer temperature variations on the antioxidant activity of gotu
kola leaves and chrysanthemum flowers. The research method used was the experimental method using
Randomized Block Design (RBD) with 6 types of treatments and 2 replications. The drying process is carried
out until it reaches the moisture content according to SNI for dry tea which is a maximum of 8%. Drying is done
using a food dehydrator with three temperature variations (50°C, 55°C and 60°C). The results show that the
higher the drying temperature, the faster the standard moisture content is reached. The higher the drying
temperature, the weaker antioxidant activity produced. The best antioxidant activity was obtained using the
50°C drying temperature of 36.1 ppm for gotu kola leaf simplicia. While the best antioxidant activity of
simplicia of chrysanthemum flowers was obtained at 50°C at 137.99 ppm. The six samples showed positive
results on the flavonoid test.
Keywords: Antioxidant activities; chrysanthemum flower; gotu kola leaf
1
Pasundan Food Technology Journal, Volume 6, No.3, Tahun
2019
dapat menghambat sel kanker, anti panas atau mudah menguap sebaiknya
peradangan, anti virus, anti jamur dan anti dikeringkan pada suhu 30oC-60oC, seperti
bakteri (Aktsar dkk., 2015). antioksidan yang mengalami kerusakan
Pegagan (Centella asiatica L. pada suhu 60oC (Wulan dkk., 2017).
urban) merupakan tanaman liar yang sejak Selama proses pengeringan daun pegagan
lama dikonsumsi masyarakat Indonesia dan bunga krisan, diukur kadar air
sebagai ramuan obat tradisional. Pegagan kemudian dilakukan uji aktivitas
mengandung senyawa aktif seperti antioksidan dan uji kualitatif senyawa
saponin, asam asiatat, asikosida, flavonoid.
madekasosida, triterpen acid, karotenoid, Berdasarkan kajian diatas, maka
garam K, Na, Ca, Fe, fosfor, vallerine, perlu diperlukan penelitian untuk
tanin, resin, pektin, gula dan vitamin B mengetahui pengaruh suhu pengeringan
(Rahman et al., 2013). Pegagan memiliki terhadap aktivitas antioksidan pada
manfaat sebagai antioksidan sekaligus simplisia daun pegagan dan bunga krisan
antibakteri, meningkatkan aktivitas sebagai tanaman obat yang bermanfaat
memori, mengatasi radang, memberi efek bagi kesehatan.
menenangkan dan meningkatkan fungsi
mental menjadi lebih baik (BPOM RI,
2. Metode Penelitian
2010).
Penelitian diawali dengan preparasi
Krisan merupakan tanaman bunga
sampel berupa pemetikan bahan yaitu daun
hias berupa perdu yang mengandung
pegagan dan bunga krisan dari kebun
saponin, steroid, flavonoid, tanin,
bunga Cihideung, Lembang. Dilakukan
terpenoid, dan alkaloid. Bunga krisan biasa
sortasi dan trimming, kemudian daun
dikonsumsi dalam bentuk teh. Kandungan
pegagan dan bunga krisan masing-masing
antioksidan didalamnya dapat menjadi
ditimbang 100 gram. Selanjutnya dicuci
bahan relaksasi, menyembuhkan panas
untuk membersihkan debu dan kotoran
dalam, meningkatkan penglihatan,
yang menempel. Kemudian dilakukan
mencegah kelelahan, menyerap racun
proses pelayuan selama 24 jam pada suhu
dalam tubuh serta melancarkan peredaran
ruang. Proses pengeringan dilakukan
darah (Husain and Kumar, 2015).
menggunakan food dehydrator dengan tiga
Kandungan senyawa aktif terutama
variasi suhu (50 °C; 55°C; 60°C). Lama
antioksidan pada daun pegagan dan bunga
waktu pengeringan daun pegagan adalah
krisan dapat dipertahankan melalui proses
180 menit dan bunga krisan selama 270
pengeringan yang tepat. Pengeringan
menit. Tujuan pengeringan adalah untuk
merupakan langkah awal yang akan
menurunkan kadar air dan mengawetkan
memudahkan aplikasi produk ke beragam
simplisia (Prasetyo dan Inoriah, 2013).
bentuk lain yang lebih luas. Pengeringan
Dilakukan pengujian kadar air
dapat menurunkan kadar air sampai batas
terhadap simplisia daun pegagan dan
tertentu sehingga dapat memperlambat laju
bunga krisan pada suhu 105°C sampai
kerusakan bahan akibat aktivitas biologis
didapatkan berat konstan. Serbuk simplisia
dan kimia sebelum dilakukan pengolahan
yang dihasilkan harus mengandung kadar
(Muchtadi dan Sugiono, 2013).
air ≤ 8% sesuai SNI-3836-2013.
Pengeringan dilakukan hingga
Dilakukan pengujian aktivitas
didapatkan kadar air simplisia ≤ 8% sesuai
antioksidan simplisia daun pegagan dan
SNI teh kering (BSN, 2013). Pengeringan
bunga krisan menggunakan metode DPPH
herbal biasanya menggunakan suhu sekitar
(2,2 difenil-1-pikrilhidrazil). Pengujian
30oC-90oC, disesuaikan dengan jenis
diawali dengan membuat larutan DPPH
herbal dan metode pengeringan yang
kemudian diukur absorbansinya. Setiap
dilakukan (Kencana, 2015). Senyawa aktif
sampel dibuat dalam konsentrasi 100 ppm
pada bahan herbal yang sensitif terhadap
kemudian diinkubasi selama 30 menit terdapat pengaruh yang berbeda nyata
untuk selanjutnya diukur absorbansinya diantara masing-masing perlakuan D, E
pada λ maks 517 nm (Lutfiah, 2015). dan F. Hal ini menunjukkan bahwa
Data hasil absorbansi dihitung perlakuan pengeringan pada suhu dan
aktivitas antioksidannya dengan waktu tertentu hanya memberikan
persamaan berikut: pengaruh terhadap kadar air daun pegagan.
Daftar pustaka
1. Aktsar, A. R., Juwita, Siti, A. dan
Abdul, M. 2015. Penetapan
KadarFenolik dan Flavonoid Total
Ekstrak metanol Buah dan Daun
Gambar 1. Sebelum uji flavonoid Patikala (Etlingera elatior (Jack)
R.M.SM). Jurnal Fitofarmaka
Indonesia, pp. Vol 2(1) ISSN
24072354.
2. Angraiyati, D. Hamzah, F. 2017. Flavonoid Total Dalam Teh Hijau
Lama Pengeringan Pada Pembuatan (Camellia sinensis) Yang Tumbuh Di
Teh Herbal Daun Pandan Wangi Tiga Perkebunan Jawa Barat.
(Pandanus Amarylifolius Roxb.,) Skripsi. PoliteknikKesehatan Bandung.
terhadap Aktivitas Antioksidan. 11. Muchtadi, T. R. Sugiono. 2013.
Jurnal Online Mahasiswa, Fakultas Prinsip Proses dan Teknologi
Pertanian,Universitas Riau, 4(1), pp. Pangan. Bandung: Alfabeta.
2-3. 12. Nunes, X.P; Silva, F.S; Almeida,
3. AOAC. 2005. Official Methods of J.R.G.S; Junior, L.J.Q; Filho, J.M.B.
Analysis of the Association of 2012. Biological Oxidations and
Official Analytical Chemistry.18th Antioxidant Actyvity of Natural
ed. Association of Official Analytical Products. Jurnal Phytochemicals as
Chemists. Washington DC. Nutraceuticals. Brazil Universidade
4. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan federal do Vale do Sao Francisco.
Makanan. 2010. Serial Data Ilmiah 13. Prasetyo dan Inoriah, E. 2013.
Terkini Tumbuhan Obat Pegagan Pengelolaan Budidaya
(Centella asiatica L.Urban). Jakarta: Tanaman Obat-obatan (Bahan
Badan POM RI. Simplisia). Badan Penerbitan Fakultas
5. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. Pertanian UNIB. Bengkulu.
2013. Syarat Mutu Teh Kering. SNI 14. Rizkia, P., Jannah, A. Hasanah, H.
3836-2013. Jakarta: Badan 2014. Uji Efektivitas Antioksidan
Standarisasi Nasional. Ekstrak Etanol 70%, Ekstrak dan
6. Damar, A. C., Max, R. J. R. dan Isolat Senyawa Flavonoid dalam
Defny, S.W. 2014. Kandungan Umbi Binahong (Anredea cordifolia
Flavonoid, Aktivitas Antioksidan (Ten.) Steenis). ALCHEMY,
dan Total Ekstrak Etanol dari Daun pp. 154-162.
Kayu Kapur (Melanopsis 15. Rumagit, H. M., Max, R., Runtuwene
multiglandulosa Reinchf). danSri, S. 2015. Uji Fitokimia dan
Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi,pp. Uji Aktivitas Antioksidan Dari
Vol.3 (4) : 12-18. Ekstrak Etanol Spon
7. Filbert, K. Runtuwene, K. 2014. Lamellodysudea herbaceae. Jurnal
Penentuan Aktivitas Antioksidan Ilmiah Farmasi UNSRAT, pp.
Berdasarkan Nilai IC50 Ekstrak 4(3) ISSN 23022493.
Metanol dan Fraksi HasilPartisinya 16. Wulan, D. K., Noviar , H. dan Yelmira,
pada Kulit Biji Pisang Yaki (Areca Z. 2017. Pemanfaatan Daun Katuk
vestiaria Giseke). Jurnal Mipa Unsrat (Sauropus Adrogynus) Dalam
Online, pp. 3 (2) 149-154. Pembuatan Teh Herbal Dengan
8. Harborne, J. 1996. Metode Fitokimia: Variasi Suhu Pengeringan. JOM
Penentuan Cara Modern FAPERTA, p. Vol. 4 (2).
Menganalisa Tumbuhan. Bandung:
ITB.
9. Kencana, Elbie Dwi. 2015. Pengaruh
Suhu dan Lama Pengeringan
Terhadap Karakteristik The Herbal
Daun Katuk (Sauropus
adrogynus L. Merr). Skripsi.
Teknologi Pangan, Universitas
Pasundan. Bandung.
10. Lutfiah, A.I. 2015. Profil Aktivitas
Antioksidan, Kadar Fenol Dan