ABSTRACT
Kersen (Mutingia calabura) is a wild plant that is not cultivated and not many people know its benefits. So far kersen plants
are only used as a shade even though the plant has the potential as an antioxidant and antibacterial. The purpose of this
study is to find out the antioxidant and antibakeri activity of kersen leaf extract. The method used for extraction is
Microwave Assited Extraction (MAE) with variations in temperature and extraction time. Analysis of antioxidant activity
uses the DPPH method by calculating IC50 values while for analysis of antioxidant anctivity using the bland zone method. The
results showed that the temperature and time of extraction affect antioxidant and antibacterial activity. The best treatment
is obtained from low temperature treatment and extraction time for 7 minutes with IC50 and bland zone values of 44.21 ppm
and 11.05 mm,respectively.
Key words : Mutingia calabura , antioxidant, antibacterial, IC50
juga dapat menangkal radikal bebas dalam kondisi membuktikan bahwa perlakuan terbaik yang
normal dengan adanya senyawa anti radikal yang dihasilkan dari perlakuan tersebut yaitu dengan
diproduksi dalam tubuh. Akan tetapi, kemampuan menggunakan rasio pelarut 1:45 (b/v) dengan
ini sangat terbatas dan akan terus berkurang waktu 12 menit. Sedangkan penelitian mengenai
dengan bertambahnya usia. Sehingga akan sangat aktivitas antioksidan dan antibakteri daun dari
berbahaya jika radikal bebas dalam tubuh melebihi tanaman kersen (Muntingia calabura L) dengan
kapasitas kemampuan anti radikal dalam tubuh menggunakan metode ekstraksi MAE masih belum
(Fathurrachman, 2014). dilakukan. Berdasarkan latar belakang tersebut,
Manfaat lain dari tanaman kersen yaitu sebagai pada penelitian ini akan menggunakan metode
antimikroba. Antimikroba adalah senyawa yang ekstraksi MAE dengan menggunakan waktu (3,5
dapat menghambat aktivitas dan pertumbuhan dan 7 menit) dan suhu (Low dan Med-Low) yang
mikroba (Yasni, 2013). Penelitian Arum et al (2012) berbeda untuk mengetahui aktivitas antioksidan
menyebutkan bahwa senyawa flavonoid yang dan antibakteri pada ekstrak daun kersen
berupa flavanol, flavon, dan auron yang diperoleh (Muntingia calabura L).
dari ekstrak etanol dan metanol daun kersen
memiliki daya antibakteri terhadap bakteri E. coli, METODE PENELITIAN
P. aeruginosa, S. aureus dan B. subtilis. Berdasarkan Alat
hasil penelitian Sulaiman et al (2017), ekstrak Microwave merk Panasonic, rotary evaporator
etanol daun kersen dengan memiliki daya hambat merk B-One Model RE 1000 HN, spektrofotometer
antibakteri terbesar terhadap pertumbuhan bakteri SP V1100 grinder, inkubator, autoklaf, dan alat-
Streptococcus viridans. alat gelas lainnya untuk analisis.
Penelitian mengenai manfaat tanaman kersen
Bahan
sebagai antioksidan dan antimikroba telah banyak
Daun Muntingia calabura L yang diperoleh dari
dilakukan. Berbagai metode mulai dari metode
Bangkalan, larutan DPPH (2,2-difenil-1-
ekstraksi, jenis dan konsentrasi pelarut dilakukan
pikrilhidrazil) untuk analisa antioksidan, pereaksi
untuk memaksimalkan pemanfaatan tanaman
Mayer, pereaksi Dragendrof untuk analisis
kersen mulai dari buah, daun, kulit batang, dan
fitokimia dan bahan-bahan untuk analisis daya
bunga kersen. Menurut Farida et al (2009) buah
hambat bakteri E. Coli. Bahan-bahan kimia yang
kersen yang memiliki aktivitas antioksidan yang
dipakai adalah pa (pro analisys) produk merck.
paling tinggi yaitu buah kersen matang segar
dengan menggunakan metode DPPH. Sedangkan
Rancangan Penelitian
Kuntoroni et al (2013) menyatakan bahwa aktivitas
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
antioksidan pada ekstrak metanol daun kersen tua
Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor yaitu
lebih kuat dibandingkan ekstrak metanol daun
waktu dan suhu ekstraksi. Waktu ekstraksi yang
kersen muda.
digunakan yaitu 3 menit, 5 menit, dan 7 menit.
Beberapa penelitian mengenai metode
Sedangkan suhu yang digunakan yaitu suhu Low
ekstraksi juga telah dilakukan, mulai dari metode
dan Med Low. Pada penelitian ini akan dilakukan 3
konvensional seperti metode maserasi, soxhletasi,
kali ulangan sehingga nantinya akan ada 18
infusa, perkolasi dan lain sebagainya hingga
sampel.
metode yang menggunakan gelombang
elektromagnetik. Pada penelitian Daniswara et al
Pembuatan Ekstrak
(2017) yang menggunakan perbandingan ekstraksi
Pembuatan ekstrak daun kersen dilakukan
metode microwave hydrodistillation dengan
menurut metode Fikarani (2015) yang dimodifikasi.
metode soxhlet extraction. Hasil penelitiannya
Ekstraksi yang digunakan yaitu dengan metode
membuktikan metode ekstraksi menggunakan
Microwave Assisted Extraction perbandingan 1:7
microwave dapat bekerja lebih cepat dan lebih
antara bahan dan pelarut. Dari masing-masing
efisien dibandingkan dengan metode ekstraksi
sampel ditimbang sebanyak 70 gram dan
konvensional. Hasil penelitian Fikarani (2015) yang
ditambahkan dengan pelarut aquadest sebanyak
menggunakan metode MAE (Microwave Assisted
490 ml. Kemudian sampel dimasukkan kedalam
Extraction) dengan perbedaan konsentrasi bahan
alat microwave dan di setting berdasarkan
dan pelarut aquades (1:25, 1:35, 1:45) dan
perlakuan waktu (3, 5, dan 7 menit) dan suhu yang
perbedaan waktu ekstraksi (12, 16, 20 menit)
Rekayasa, 15 (1): 2022 | 23
digunakan (Low dan Med Low). Lalu sampel Nilai IC50 diperoleh dari hasil persamaan regresi
disaring menggunakan kertas saring dengan hasil pengukuran dari masing-masing konsentrasi
bantuan alat pompa vacuum. Selanjutnya ekstrak larutan uji. Semakin kecil nilai IC50, maka semakin
diuapkan dalam rotary evaporator dengan suhu tinggi aktivitas antioksidannya (Yasni, 2013).
49oC untuk mendapatkan ekstrak kental. Perhitungan tingkat inhibisi dapat dilakukan
dengan rumus berikut :
Analisis fitokimia 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐼𝑛ℎ𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 (%)
Uji fitokimia ekstrak kersen meliputi identifikasi (𝐴𝑏𝑠 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒)
= 𝑥 100%
flavonoid, alkaloid, saponin dan tannin menurut (𝐴𝑏𝑠 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)
metode Hanani (2016).
Uji Antibakteri
Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH Pembuatan Medium Nutrien Broth (NB)
Pembuatan larutan DPPH dilakukan dengan dilakukan dengan melarutkan 0,65 gram bubuk
menimbang sebanyak 4 mg DPPH. Kemudian medium NB kedalam 50 ml aquades
dilarutkan dalam labu ukur 100 ml dengan menggunakan erlenmeyer dan ditutup dengan
menggunakan pelarut metanol p.a (pro analisa). alumunium foil. Kemudian dilakukan pemanasan
Setelah volume dicukupkan dalam tanda batas, diatas hot plate dengan bantuan pengaduk stir
larutan ditempatkan pada ruang gelap sekitar 15 menit hingga bubuk benar-benar
(Fathurrachman, 2014). terlarut sepenuhnya. Dituangkan kedalam tabung
Untuk pembuatan pembuatan larutan blanko reaksi masing-masig 5 ml dan ditutup dengan
dilakukan dengan menambahkan larutan DPPH alumunium foil, Setelah itu media disterilisasi
sebanyak 2 ml dengan 2 ml pelarut metanol p.a menggunakan autoclave selama ±15 menit pada
o
dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Tutup suhu 121 C (Ratnasari, 2017).
tabung reaksi menggunakan kapas dan Persiapan mikroba uji dilakukan dengan
alumunium foil dan homogenkan dengan inokulasi bakteri media NB dan diinkubasi selama
menggunakan vortex. Setelah itu, larutan 24 jam pada suhu 37oC. Kemudian kultur bakteri
diinkubasi selama 30 menit dalam ruang gelap. tersebut diambil 0,1 ml dan ditambahkan kedalam
Kemudian, larutan tersebut diukur absorbansinya 9,9 ml media NB baru. Selanjutnya diinkubasi
menggunakan alat spektofotometri pada panjang selama 24 jam pada suhu 37oC (Yasni, 2013).
gelombang 516 nm (Fathurrachman, 2014). Selanjutnya pembuatan medium nutrient Agar
Pembuatan larutan uji dilakukan dengan (NA) dilakukan dengan melarutkan 5,6 gram bubuk
menggunakan sampel ekstrak dari masing-masing NA kedalam 200 ml aquades steril menggunakan
perlakuan dibuat larutan induk 1000 ppm dengan erlenmeyer dan ditutup mengguanakan
menimbang sampel ekstrak sebanyak 50 mg yang alumunium foil. Kemudian diaduk dan dipanaskan
dilarutkan dalam labu ukur 50 ml dan ditambahkan diatas hot plate selama ±15 menit hingga larutan
metanol p.a hingga tanda batas. Larutan induk menjadi bening. Selanjutnya media disterilkan
dibuat menjadi variasi konsentrasi 10 ppm, 20 dalam autoclave selama 15 menit dengan suhu
ppm, dan 30 ppm. Kemudian larutan uji dari 121oC. Setelah itu, media dituangkan kedalam
masing-masing konsentrasi dipipet sebanyak 2 ml petridish steril dan didiamkan hingga media
dan ditambahkan 2 ml larutan DPPH 0,1 mM. memadat (Ratnasari, 2017).
Selanjutnya larutan uji di vortex dan diinkubasi Uji daya hambat menggunakan metode difusi
dalam ruang gelap selama 30 menit, lalu diukur agar dilakukan dengan menuangkan sebanyak 0,1
absorbansinya menggunakan spektofotometri ml bakteri aktif kedalam petridish yang sudah terisi
pada panjang gelombang 516 nm. NA. Kemudian diratakan dengan mengguanakan
metode sebar (spread plate). Selanjutnya, cakram
Penentuan Nilai IC50 (Inhibitory Concentration) disk dicelupkan kedalam tiap perlakuan dan
Parameter yang digunakan untuk mengetahui diletakkan pada permukaan media NA. Setiap
aktivitas antioksidan dari masing–masing sampel petridish diisi 3 cakram disk untuk satu perlakuan.
yaitu dengan mengetahui nilai IC50 dan Setelah itu, media diinkubasi pada suhu 37oC
perhitungan tingkat inhibisi. IC50 merupakan selama 48 jam (2 hari). Kemudian diamati dan
bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak diukur diameter penghambatan pertumbuhan
dalam menghambat proses oksidasi sebesar 50%. bakteri disekitar paper disk yang berupa areal
24 | Mutammimah et.al Aktivitas Anti Oksidan dan Anti Bakteri
dihasilkan. Pengaruh waktu ekstraksi terhadap nilai Tabel 3. Sifat Antioksidan Berdasarkan Nilai IC 50
rata-rata IC50 disajikan pada Tabel 2. Nilai IC50 Sifat Antioksidan
Tabel 2. Pengaruh Waktu terhadap IC50 < 50 ppm Sangat aktif
Waktu (menit) IC50 (ppm) 50-100 ppm Aktif
101-250 ppm Sedang
3 45,34a
250-500 ppm Lemah
5 44,21a
>500 ppm Tidak aktif
7 63,22b
Nilai IC50 menunjukkan besarnya konsentrasi
Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan hasil tidak
berbeda nyata dari senyawa uji yang dapat meredam aktivitas
radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil nilai
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa IC50 yang didapatkan, menunjukkan bahwa
semakin lama waktu ekstraksi menyebabkan nilai semakin tinggi aktivitas antioksidannya. Pengaruh
IC50 semakin besar. Hal tersebut menunjukkan suhu ekstraksi terhadap aktivitas antioksidan
semakin besar nilai IC50 maka aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu maka
yang dimiliki akan semakin kecil, begitu juga nilai IC50 semakin tinggi.
sebaliknya. Semakin kecil nilai IC50, maka aktivitas
antioksidan akan semakin besar. Trend pengaruh Tabel 4. Pengaruh Suhu terhadap IC50
waktu ekstraksi terhadap nilai IC50 disajikan pada Suhu IC50 (ppm)
Grafik 1. Low 49,98a
Medlow 51,86a
Keterangan: Notasi yang sama menunjukkan hasil tidak
berbeda nyata
Sulaiman, A. Y., Pudji A., dan Shita D. P. S. 2017. Uji Yuliantari, N. W. A., I Wayan R. W., dan I Dewa G.
Antibakteri Ekstrak Daun Kersen (Muntingia M. P. 2017. Pengaruh Suhu dan Waktu Ekstraksi
calabura L.). Indonesian Journal for Health terhadap Kandungan Flavonoid dan Aktivitas
Sciences. 1 (2) : 1-6. Antioksidan Daun Sirsak (Annona muricata L)
Menggunakan Ultrasonik. Media Ilmiah
Tamu, F. 2017. Formulasi dan Uji Efektifitas
Teknologi Pangan. 4 (1) : 35-42.
Antioksidan Krim Ekstrak Etanol Daun Kersen.
[Skripsi]. Makassar: Universitas Negeri Alauddin Zahara, M. dan Suryady. 2018. Kajian Morfologi
Makassar. dan Review Fitokimia Tumbuhan Kersen
(Muntingia calabura L). Jurnal Ilmiah Pendidikan
Winarti, S. 2010. Makanan Fungsional. Yogyakarta:
dan Pembelajaran. 5 (2) : 69-74.
Graha Ilmu.
Wonorahardjo, S. 2013. Metode-Metode
Pemisahan Kimia. Jakarta: Akademia Permata.
Yasni, S. 2013. Teknologi Pengolahan dan
Pemanfaatan Produk Ekstraktif Rempah. Bogor:
IPB Press.