Anda di halaman 1dari 11

TUGAS COMPOUNDING AND DISPENSING

NYERI KEPALA SEBELAH

Dosen Pengampu:

Dr. apt. Titik Sunarni, S.Si, M.Si

Disusun oleh :

Asis Gusbiantoro 2120414582


Astika Dera I 2120414583

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER XLI

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Menurut International Headache Society (IHS), nyeri kepala diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri
kepala yang tidak jelas berhubungan dengan kelainan anatomi, kelainan struktur atau
sejenisnya. Nyeri kepala primer terdiri dari migrain, nyeri kepala tipe tegang, cluster
headache dan trigeminal autonomic cephalalgias yang lain serta nyeri kepala primer lainnya.
Sedangkan nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang berhubungan dengan penyakit
lain.
Migraine atau biasa dikenal dengan nyeri kepala sebelah adalah gejala yang paling
sering ditemui dalam kehidupan sehari – hari. Sebesar 90% dari setiap individu pernah
mengalami migraine minimal 1 kali per tahun. Nyeri kepala menduduki komposisi jumlah
pasien terbanyak yang berobat jalan ke dokter saraf. Hasil penelitian bahwa insidensi jenis
penyakit dari praktek klinik di Medan pada tahun 2003 diperoleh 10 besar penyakit yang
berobat jalan, jenis cephalgia menduduki peringkat pertama dengan presentase sebesar 42%.
Pemicu nyeri kepala migrainyang paling sering adalah anggur merah, coklat, bau
yang tajam, cahaya berkedip-kedip, alkohol, kafein, nikotin, dan makanan yang banyak
mengandung gula murni. Stres emosi dan daur tidur yang tidak teratur juga diketahui
merupakan pemicu migrainyang kuat pada sebagian orang.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran medis medis tentang migren ?
2. Bagaimana penatalaksanaan terhadap migren ?

3. Tujuan
1. Untuk memberikan gambaran medis secara umum kepada pembaca tentang migren
dan penatalaksanaan medisnya.
2. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang karakteristik migren dalam
menunjang tindakan medis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Nyeri Kepala Sebelah


Migrain adalah gangguan yang sangat umum yang ditandai dengan nyeri kepala episodik
dan berbagai manifestasi neurologis. Migrain relatif mudah dikenali dalam hal klinis, salah
satunya adalah seseorang dikatakan memiliki migrain jika selama hidupnya telah mengalami
lima atau lebih serangan nyeri kepala tanpa sebab yang berdurasi 4-72 jam. Nyeri kepala ini
dirasakan cukup parah sehingga mengganggu atau bahkan menghambat aktivitas sehari-hari,
disertai mual dan sensitif terhadap cahaya atau suara. Perlu diperhatikan bahwa definisi klinis
migrain tidak selalu nyeri kepala yang berdenyut atau nyeri kepala dengan lateralisasi ke satu
sisi, walaupun gejala-gejala tersebut adalah yang sering ditemukan pada migrain.

B. Patofisiologi Nyeri Kepala Sebelah


Patofisiologi migren masih belum jelas, namun ada tiga teori yang dapat menjelaskan
mekanisme terjadinya migren. Teori pertama adalah teori vaskular yang menyebutkan bahwa
pada serangan migren terjadi vasodilatasi arteri ekstra kranial. Teori kedua adalah teori
neurologi yang menyebutkan bahwa migren adalah akibat perubahan neuronal yang terjadi di
area otak yang berbeda dan dimediasi perubahan sistem neurotransmisi. Teori ini fokus pada
fenomena depolarisasi kortikal yang menyebar yang menyebabkan munculnya aura. Teori
ketiga menyebutkan tentang perubahan vaskular akibat disfungsi neuronal sehingga terjadi
vasodilatasi meningeal (Charles and Brennan, 2011).
Berdasarkan gejala klinis migren, terdapat tiga fase terjadinya migren yaitu pencetus,
aura dan nyeri kepala. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pencetus melibatkan batang
otak sebagai pembangkit migren dan mungkin berhubungan dengan channelopathy familial.
Setelah itu, aliran darah otak regional berkurang yang diikuti depresi gelombang penyebaran
kortikal. Pada penderita dengan aliran darah otak yang menurun, maka aura akan muncul.
Aliran darah otak yang berkurang ini akan diikuti oleh vasodilatasi selama munculnya nyeri
kepala, yang mungkin akibat dari perubahan aktivitas neuron yang mensarafi arteri kranial.
Penelitian imunohisto kimiawi mendapatkan adanya neurotransmiter selain noradrenalin dan
asetilkolin yang bersifat vasodilator yaitu 5-HT, vasoactive intestinal peptide (VIP), nitric
oxide (NO), substansi P, neurokinin A dan CGRP. Vasodilatasi kranial menyebabkan aliran
darah yang meningkat setiap kali jantung berdetak sehingga terjadi pulsasi pada pembuluh
darah yang terlibat. Pulsasi tersebut akan dirasakan oleh reseptor regangan pada dinding
vaskular dan menyebabkan peningkatan sensorik saraf perivaskular (trigeminus) sehingga
terjadi nyeri kepala dan gejala lain (Noseda and Burstein, 2013). Rangsangan trigeminal ini
akan mengeluarkan neuropeptida sehingga vasodilatasi dan aktivitas saraf perivaskular
bertambah.

C. KLASIFIKASI
Secara umum migraine dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Migraine dengan aura
Migraine dengan aura disebut juga sebagai migraine klasik. Diawali dengan adanya
gangguan pada fungsi saraf, terutama visual, diikuti oleh nyeri kepala unilateral, mual,
dan kadang muntah, kejadian ini terjadi berurutan dan manifestasi nyeri kepala biasanya
tidak lebih dari 60 menit yaitu sekitar 5-20 menit.
2. Migraine tanpa aura
Migraine tanpa aura disebut juga sebagai migraine umum. Sakit kepalanya hampir
sama dengan migraine dengan aura. Nyerinya pada salah satu bagian sisi kepala dan
bersifat pulsatil dengan disertai mual, fotofobia dan fonofobia. Nyeri kepala berlangsung
selama 4-72 jam.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Migraine tanpa aura
Serangan dimulai dengan nyeri kepala berdenyut di satu sisi dengan durasi
serangan selama 4-72 jam. Nyeri bertambah berat dengan aktivitas fisik dan diikuti
dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia.
2. Migraine dengan aura
Sekitar 10-30 menit sebelum sakit kepala dimulai (suatu periode yang disebut
aura), gejala-gejala depresi, mudah tersinggung, gelisah, mual atau hilangnya nafsu
makan muncul pada sekitar 20% penderita. Penderita yang lainnya mengalami hilangnya
penglihatan pada daerah tertentu (bintik buta atau skotoma) atau melihat cahaya yang
berkelap-kelip. Ada juga penderita yang mengalami perubahan gambaran, seperti sebuah
benda tampak lebih kecil atau lebih besar dari sesungguhnya. Beberapa penderita
merasakan kesemutan atau kelemahan pada lengan dan tungkainya. Biasanya gejala-
gejala tersebut menghilang sesaat sebelum sakit kepala dimulai, tetapi kadang timbul
bersamaan dengan munculnya sakit kepala.
Nyeri karena migraine bisa dirasakan pada salah satu sisi kepala atau di seluruh
kepala. Kadang tangan dan kaki teraba dingin dan menjadi kebiru-biruan. Pada penderita
yang memiliki aura, pola dan lokasi sakit kepalanya pada setiap serangan migran adalah
sama. Migraine bisa sering terjadi selama waktu yang panjang tetapi kemudian
menghilang selama beberapa minggu, bulan bahkan tahun.
Migraine dengan aura dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu:
a. Fase I Prodromal
Sebanyak 50% pasien mengalami fase prodromal ini yang berkembang pelan-
pelan selama 24 jam sebelum serangan. Gejala: kepala terasa ringan, tidak nyaman,
bahkan memburuk bila makan makanan tertentu seperti makanan manis, mengunyah
terlalu kuat, sulit/malas berbicara.
b. Fase II Aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi
pasien untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang
dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan (silau/fotofobia),
kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas
dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali
dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan
kehilangan autoregulasi lanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
c. Fase III sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang
dihubungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi,
beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.
d. Fase IV pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit
otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk
waktu yang panjang.

E. DIAGNOSIS
1. Migraine tanpa aura
a. Sekurang-kurangnya terjadi 5 serangan yang memenuhi kriteria B-D.
b. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau tidak berhasil
diobati).
c. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut:
1) Lokasi unilateral
2) Kualitas berdenyut
3) Intensitas nyeri sedang atau berat
4) Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita menghindari aktivitas
fisik rutin (seperti berjalan atau naik tangga).
d. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini:
1) Mual dan/atau muntah
2) Fotofobia dan fonofobia
e. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
2. Migraine dengan aura
Aura tipikal terdiri dari gejala visual dan/atau sensoris dan/atau berbahasa. Yang
berkembang secara bertahap, durasi tidak lebih dari 1 jam, bercampur gambaran positif
dan negatif, kemudian menghilang sempurna yang memenuhi kriteria migraine tanpa
aura.
Kriteria diagnostik:
a. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi criteria B-D.
b. Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini tetapi tidak dijumpai
kelemahan motorik:
1) Gangguan visual yang reversibel seperti : positif (cahaya yang berkedip-kedip,
bintik-bintik atau garis-garis) dan negatif (hilangnya penglihatan).
2) Gangguan sensoris yang reversible termasuk positif (pins and needles), dan/atau
negatif (hilang rasa/baal).
3) Gangguan bicara disfasia yang reversibel
c. Paling sedikit dua dari dibawah ini:
1) Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral 17
2) paling tidak timbul satu macam aura secara gradual > 5 menit dan /atau jenis
aura yang lainnya > 5 menit.
3) masing-masing gejala berlangsung > 5 menit dan < 60 menit.
d. Nyeri kepala memenuhi kriteria B-D
e. Tidak berkaitan dengan kelainan lain.

F. TATALAKSANA
1. Terapi Abortif dilakukan antara lain dengan pemberian farmasi sebagai berikut :
a. Sumatriptan
b. Zolmitriptan
c. Eletriptan
d. Rizatriptan
e. Naratriptan
f. Almotriptan
g. Frovatriptan
h. Analgesik opioid seperti meperidin
i. Cafergot yaitu kombinasi antara ergotamin tartat 1 mg dan kafein 100 mg.
Pada terapi abortif para penderita migraine pada umumnya mencari tempat yang
tenang dan gelap pada saat serangan migraine terjadi karena fotofobia dan fonofobia yang
dialaminya. Serangan juga akan sangat berkurang jika pada saat serangan penderita istirahat
atau tidur.
2. Terapi Profilaktif
Tujuan dari terapi profilaktif adalah untuk mengurangi frekuensi berat dan lamanya
serangan, meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan, serta pengurangan
disabilitas. Terapi preventif yang dilaksanakan mencakup pemakaian obat dimulai
dengan dosis rendah yang efektif dinaikkan pelan-pelan sampai dosis efektif. Efek klinik
tercapai setelah 2-3 bulan pengobatan, pemberian edukasi supaya pasien teratur memakai
obat, diskusi rasional tentang pengobatan, efek samping obat. Pasien juga dianjurkan
untuk menulis headache diary yang berguna untuk mengevaluasi serangan, frekuensi,
lama, beratnya serangan, disabilitas dan respon terhadap pengobatan yang diberikan.
Pasien harus memperhatikan pencetus dari serangan migraine yang dialami, seperti
kurang tidur, setelah memakan makanan tertentu misalnya kopi, keju, coklat, MSG,
akibat stress, perubahan suhu ruangan dan cuaca, kepekaan terhadap cahaya terang, kelap
kelip, perubahan cuaca, dan lain-lain. Selanjutnya, pasien diharapkan dapat menghindari
faktor-faktor pencetus timbulnya serangan migraine. Disamping itu, pasien dianjurkan
untuk berolahraga secara teratur untuk memperlancar aliran darah. Olahraga yang dipilih
adalah yang membawa ketenangan dan relaksasi seperti yoga dan senam. Olahraga yang
berat seperti lari, tenis, basket, dan sepak bola justru dapat menyebabkan migraine.
BAB III
KESIMPULAN

1. Migraine adalah nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan selama 4-72 jam.
Karekteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut, intensitas sedang atau berat, bertambah
berat dengan aktivitas fisik yang rutin dan diikuti dengan nausea dan/atau fotofobia dan
fonofobia.
2. Migraine secara umum dibagi menjadi 2 yaitu migraine dengan aura (klasik) dan
migraine tanpa aura (umum) dimana migraine umum 5 kali lebih sering terjadi daripada
migraine klasik.
3. 3 teori yang dapat menjelaskan patofisiologi migrain adalah teori vaskular, teori
neurovaskular dan neurokimia, dan teori cortical spreading depression (CSD)
4. Penatalakasanaan migraine mencakup penatalaksanaan abortif dan profilaktif, baik
secara medikamentosa dan non-medikamentosa. Tujuan dari tatalaksana migraine adalah
untuk meredakan serangan migraine serta mencegah serangan yang berikutnya atau
menurunkan frekuensi kekambuhan.
5. Obat pilihan dalam terapi abortif untuk saat ini adalah golongan triptan, seperti
sumatriptan. Sedangkan untuk terapi profilaktif dapat digunakan golongan beta-blocker,
calcium channel blocker, antidepresan, dan antikonvulsan.
DAFTAR PUSTAKA
Adams and Victor’s Neurology.
Gilroy, J. Basic neurology. 3rd ed. Michigan: McGraw-Hill. 2000. p 123-126.
Srivasta S. Pathophysiology and treatment of migraine and related headache. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1144656-overview
Katzung, Bertram. Basic and Clinical Pharmacology. 10th edition. Boston: McGraw Hill.
2007. p 289
Chawla J. Migraine Headache: Differential Diagnoses & Workup. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1142556-diagnosis
CURRENT Diagnosis & Treatment in Family Medicine.
Brunton, LL. Goodman and Gilman’s Pharmacology. Boston: McGraw-Hill. 2006.
Gladstein. Migraine headache-Prognosis.
LAMPIRAN
Kasus 1
Seorang wanita karir datang ke apotek dengan keluhan sakit kepala, rasa berdenyut pada
kepala setelah bekerja lembur. Kemudian apoteker menanyakan beberapa hal yang kemudian
dijawab oleh pasien sehingga apoteker mendapatkan informasi dari pasien.
Analisis SBAR
S:
sakit kepala berdenyut
B:
a. Sejak kapan? Sejak kemarin
b. Yang dirasakan selain sakit kepala berdenyut? Gangguan tidur ketika malam, sakit
kepala hanya sebelah kanan saja
c. Sudah pernah mengalami keluhan yang sama sebelum ini? Baru pertama kali
d. Sebelum kesini sudah mencoba diberikan obat? Sudah diberikan oskadon namun tidak
kunjung sembuh
A:
Sakit kepala : berfikir terlalu keras, pengaruh psikologis yang lelah, terjadi vasodilatasi pada
arteri ekstra kranial
Gangguan tidur : akibat fisik dan pikiran yang terlalu lelah menyebabkan insomnia
Sakit kepala sebelah setelah bekerja keras : migrain tanpa aura
R:
Obat yang direkomendasikan adalah anti nyeri seperti asetosal ataupun antalgin

Kasus 2
Seorang teknisi datang ke apotek dengan keluhan nyeri pada kepala, beserta merasakan
adanya cahaya yang berkedip kedip ketika bekerja, dan hanya teknisi tersebut yang merasa.
Sakit kepala yang dialaminya sudah berulang kali, teknisi ini juga merasakan mual dan
muntah. Apoteker menanyakan beberapa hal, sehingga didapatkan beberapa informasi
S:
Nyeri pada kepala, jika melihat cahaya rasanya berkedip kedip, mual muntah
B:
a. Sejak kapan? Sudah berulang kali merasakan, sejak sekitar 1 bulan yang lalu
b. Yang dirasakan selain sakit kepala berdenyut? Apabila melihat cahaya, merasakan
cahaya yang berkedip kedip, terlalu peka terhadap cahaya dan suara. Selain itu juga
merasakan mual muntah
c. Sudah pernah mengalami keluhan yang sama sebelum ini? Sudah beberapa kali dan
berulang
d. Sebelum kesini sudah mencoba diberikan obat? Sudah mengonsumsi panadol namun
tetap berulang
A:
Melihat cahaya berkedip kedip : gangguan visual
Sakit kepala sebelah disertai mual muntah : adanya gangguan pada otak, kemungkinan
adanya migrain
R:
Untuk terapi farmakologi diberikan asetosal
Untuk terapi non farmakologi : Pasien harus memperhatikan pencetus dari serangan migraine
yang dialami, seperti kurang tidur, setelah memakan makanan tertentu misalnya kopi, keju,
coklat, MSG, akibat stress, perubahan suhu ruangan dan cuaca, kepekaan terhadap cahaya
terang, kelap kelip, perubahan cuaca, dan lain-lain. Selanjutnya, pasien diharapkan dapat
menghindari faktor-faktor pencetus timbulnya serangan migraine. Disamping itu, pasien
dianjurkan untuk berolahraga secara teratur untuk memperlancar aliran darah. Olahraga yang
dipilih adalah yang membawa ketenangan dan relaksasi seperti yoga dan senam. Olahraga
yang berat seperti lari, tenis, basket, dan sepak bola justru dapat menyebabkan migraine.

Anda mungkin juga menyukai