Case Rds Fix
Case Rds Fix
Disusun oleh:
Preseptor:
BUKITTINGGI
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan Case Report Session yang berjudul “Respiratory Distress
Syndrome”. Case Report ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti
Baiturrahmah.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr.Rahmi Yetti, SpA selaku pembimbing yang
telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
Case Report ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Case Report ini masih memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga Case Report
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
2.1. DEFINISI.....................................................................................................6
2.2. ETIOLOGI...................................................................................................6
2.3. PATOFISIOLOGI........................................................................................6
2.6. DIAGNOSIS.................................................................................................12
2.8. TATALAKSANA.........................................................................................14
BAB IV DISKUSI............................................................................................................27
3
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................29
4
BAB I
PENDAHULUAN
(HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada
bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Manifestasi dari RDS disebabkan adanya
atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum
Respiratory distress syndroma Merupakan gangguan pada bayi baru lahir, terutama yang
lahir prematur karena kekurangan surfaktan. Surfaktan mulai diproduksi oleh janin pada usia
kehamilan 34 minggu, dan pada umur kehamilan 37 minggu jumlahnya sudah cukup untuk
pernafasan normal Puncak keparahan terjadi pada 24-48 jam, akan membaik dalam waktu 72-96
jam (tanpa terapi surfaktan) tergantung dari maturitas bayi. Salah satu dari bayi resiko tinggi
adalah bayi dengan sindroma gawat nafas. Respiratory distress syndroma (RDS) didapatkan
sekitar 5-10% pada bayi kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram. Angka
kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan. Persentase kejadian menurut usia
kehamilan adalah 60-80% terjadi pada bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28
minggu, 15-30% pada bayi antara 32- 36 minggu dan jarang sekali ditemukan pada bayi yang
cukup bulan. Insiden pada bayi prematur kulit putih lebih tinggi dari pada kulit hitam dan lebih
sering terjadi pada bayi laki- laki dari pada perempuan. Selain itu kenaikan frekuansi juga sering
terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita gangguan perfusi darah uterus selama
kehamilan, misalnya ibu menderita penyakit diabetes, hipertensi, hipotensi, seksio sesarea serta
perdarahan antepartum. 2
Penemuan surfaktan untuk RDS termasuk salah satu kemajuan di bidang kedokteran,
5
karena pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan tekanan ventilator dan mengurangi
konsentrasi oksigen yang tinggi. Surfaktan dapat diberikan sebagai pencegahan RDS maupun
sebagai terapi penyakit pernapasan pada bayi yang disebabkan adanya defisiensi atau kerusakan
surfaktan.
Makalah ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai
suber dan literatur, serta berdasarkan kasus yang ada pada NICU RSUD Ahmad Muchtar
Bukittinggi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Respiratory distress syndrom adalah gangguan napas pada bayi baru lahir yang terjadi
segera atau beberapa saat setelah lahir dan menetap atau menjadi progresif dalam 48-96 jam
pertama kehidupan. RDS ini hampir sebagian besar terjadi pada Bayi Kurang Bulan, yang
masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat kurang dari 2500 gram. Pada pemeriksaan
bronchogram.3
2.2. ETIOLOGI
Penyebab kelainan ini secara garis besar adalah kekurangan surfaktan, suatu zat aktif
pada alveoli yang mencegah kolaps paru. RDS seringkali terjadi pada bayi prematur, karena
produksi surfaktan yang dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, baru mencapai jumlah cukup
menjelang cukup bulan. Makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan
terjadinya RDS.4
2.3. PATOFISIOLOGI
bronkhi utama pada usia 3 minggu kehamilan. Pertumbuhan paru kearah kaudal ke
mesenkhim sekitar dan pembuluh darah, otot halus, tulang rawan dan komponen fibroblast
berasal dari jaringan ini. Secara endodermal epitelium mulai membentuk alveoli dan saluran
pernapasan.
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh
alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana
dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan
7
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut
menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan
Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,
lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap
mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna
kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi
untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bahagian
distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan
desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi
Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan
keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan pernafasan
bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran
hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai
membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini
adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang
Displasia (BPD). 5
Tanda dari RDS biasanya muncul beberapa menit sesudah lahir, namun biasanya baru
diketahui beberapa jam kemudian di mana pernafasan menjadi cepat dan dangkal (60 x
/menit). Bila didapatkan onset takipnea yang terlambat harus dipikirkan penyakit lain. Beberapa
pasien membutuhkan resusitasi saat lahir akibat asfiksia intrapartum atau distres pernafasan
8
awal yang berat. Biasanya ditemukan takipnea, grunting, retraksi intercostal dan subcostal, dan
pernafasan cuping hidung. Sianosis meningkat, yang biasanya tidak responsif terhadap oksigen.
Suara nafas dapat normal atau hilang dengan kualitas tubular yang kasar, dan pada inspirasi
dalam dapat terdengar ronkhi basah halus, terutama pada basis paru posterior. Terjadi
Bila tidak diterapi dengan baik, tekanan darah dan suhu tubuh akan turun, terjadi
peningkatan sianosis, lemah dan pucat, grunting berkurang atau hilang seiring memburuknya
penyakit. Apneu dan pernafasan iregular muncul saat bayi lelah, dan merupakan tanda perlunya
intervensi segera. Dapat juga ditemukan gabungan dengan asidosis metabolik, edema, ileus, dan
oliguria.Tanda asfiksia sekunder dari apnea atau kegagalan respirasi muncul bila ada progresi
yang cepat dari penyakit. Kondisi ini jarang menyebakan kematian pada bayi dengan kasus
berat.Tapi pada kasus ringan, tanda dan gejala mencapai puncak dalam 3 hari. Setelah
periodeinisial tersebut, bila tidak timbul komplikasi, keadaan respirasi mulai membaik. Bayi
yanglahir pada 32 – 33 minggu kehamilan, fungsi paru akan kembali normal dalam 1
2.4. KLASIFIKASI1
9
Evaluasi gawat napas dengan skor Downes
KLASIFIKASI
1. Bayi kurang bulan (BKB). Pada bayi kurang bulan, paru bayi secara biokimiawi
3. Bayi dari ibu diabetes mellitus. Pada bayi dari ibu dengan diabetes terjadi
10
4. Bayi lahir dengan operasi sesar. Bayi yang lahir dengan operasi sesar, berapapun usia
Tachypnea of Newborn).
5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini dapat terjadi
mekonium.
2.6. DIAGNOSIS
1. Anamnesis7
2. Pemeriksaan Fisik7
Sesak napas, dengan frekuensi napas >60 kali/menit atau <30 kali/menit
b. Manifestasi klinis berupa distress pernafasan dapat dinilai dengan APGAR score (derajat
asfiksia) dan Silverman Score. Bila nilai Silverman score > 7 berarti ada distress nafas.
e. Perjalanan klinis bervariasi sesuai dengan beratnya penyakit, besarnya bayi,adanya infeksi
11
3. Pemeriksaan Penunjang
Foto toraks8
Posisi AP dan lateral, bila diperlukan serial. Gambaran radiologi dapat memberi
bilateral atau gambaran bronkhogram udara (air bronchogram) dan paru yang tidak
berkembang.
Terdapat 4 Derajat :
12
➢ Derajat 4 (berat): 3 + white lung
4. Laboratorium 1
Darah : Hb, Ht, dan gambaran darah tepi tidak menunjukkan tanda infeksi.
Analisis gas biasanya memberikan hasil : hipoksemia, asidemia yang berupa metabolik,
respiratorik atau kombinasi, dan saturasi oksigen yang tidak normal (PaO2 kurang dari 50
mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 – 7,45)
Shake test (tes kocok), jika tidak ada gelembung, resiko tinggi untuk terjadinya PMH
60%.
Peningkatan kadar epinefrin pada fetus pada saat partus umumnya mengurangi produksi
cairan paru dan mengaktivasi channel natrium yang menimbulkan terjadinya reabsorbsi. Gagalnya
13
untuk membersihkan paru dari cairan paru ini menyebabkan terjadinya TTN. Faktor risiko terjadi
TTN termasuk kelahiran preterm, kelahiran dengan sectio caesaria, dan bayi dengan jenis kelamin
laki-laki. TTN juga dihubungkan dengan maternal asma. Pada gejala awal, TTN sulit untuk
dibedakan dengan penyakit membran hialin. Diagnosis TTN hanya dapat ditegakkan dengan foto
rontgen paru yaitu adanya opasitas paru yang berbentuk “streaky”, ditemukannya cairan pada
fisura transversalis, dan biasanya disertai dengan kardiomegali. TTN terjadi pada 5/1000 bayi
cukup bulan. Gejala TTN ialah adanya takipnea yang parah (RR sampai dengan 100x/min) dan
terjadinya hiperinflasi, tetapi jarang disertai dengan grunting. TTN merupakan diagnosis eksklusi,
dimana diagnosis sindrom gawat nafas, sepsis dan gagal jantung sudah disingkirkan.9
Aspirasi mekoneum jarang terjadi pada bayi lebih bulan. Penegakkan diagnosis aspirasi
mekonium dapat dilakukan dengan kombinasi foto rontgen dengan gambaran bercak – bercak
3. Pneumotoraks
Kekurangan surfaktan yang relatif pada bayi yang lahir dengan usia gestasi 32 – 34
minggu menghasilkan paru – paru yang kurang compliance, sehingga meningkatkan risiko
sembuh secara spontan. Selama ini, oksigen 100% digunakan sebagai penanganan pneumotoraks
yang kecil, akan tetapi efektivitasnya belum terbukti dan dengan risiko terjadinya toksisitas
oksigen, maka penanganan ini sudah tidak lagi dilakukan. Penanganan yang sedang berkembang
ialah penggunaan kateterisasi pigtail yang dimasukan dengan tehnik Seldinger. Keuntungan
tindakan ini ialah tindakannya yang cepat dan mudah, serta sedikitnya skar yang ditimbulkan
2.8 Penatalaksana10
14
1. Memberikan lingkungan yang optimal.
Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5 – 37C)
dengan meletakkan bayi di dalam inkubator. Humiditas ruangan juga harus adekuat (70 – 80%).
2. Bantuan Napas
Pemberian oksigen harus dilakukan secara berhati-hati. Pemberian O2 yang terlalu banyak
dapat menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan seperti fibrosis paru (bronchopulmonary
dysplasia (BPD)), kerusakan retina (fibroplasi retrolental / retinopathy of prematurity (ROP)) dan
lain-lain. Untuk mencegah timbulnya komplikasi ini, pemberian O2 sebaiknya diikuti dengan
pemeriksaan saturasi oksigen, sebaiknya diantara 85 – 93% dan tidak melebihi 95% untuk
Kebutuhan cairan dan nutrisi sebaiknya diberikan secara parenteral. Pada 36-48 jam
pertama diberikan glukosa 10% dengan kecepatan 65-100 ml/kgBB/24 jam. Selanjutnya harus
ditambahkan elektrolit dan volume cairan ditingkatkan secara berangsur sampai 120-150
ml/KgBB/24 jam.
5. Antibiotik
Setiap penderita penyakit membran hialin perlu mendapat antibiotika untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder. Pemberian antibiotik dimulai dengan spektrum luas, biasanya dimulai
dengan ampisilin 50mg/kgBB intravena setiap 12 jam dan gentamisin 3mg/kgBB untuk bayi
dengan berat lahir kurang dari 2 kilogram. Jika tak terbukti ada infeksi, pemberian antibiotika
dihentikan.9
6. Sedasi
Obat-obat sedative biasanya diperlukan pada bayi yang dikontrol dengan ventilator.
Fenobarbital biasanya digunakan untuk menurunkan aktivitas bayi. Untuk analgesik dan sedative
15
biasanya digunakan Morfin atau Fentanil atau Lorazepam.
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : By Ny. KH
16
MR : 568275
Umur : 1 Hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke :3
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Gurun Panjang
Tanggal Masuk : 15 Agustus 2022
Keluhan Utama:
Bayi sesak nafas sejak lahir, disertai kebiruan yang menghilang dengan pemberian oksigen.
Berat bayi lahir 1500 gram, panjang badan 37 cm, kurang bulan dengan usia kehamilan 32-33
minggu, lahir secara section caesarea atas indikasi PEB,PPROM dan bekas Sc 1 kali. pada 15
Agustus 2022 jam 15.300 ditolong oleh dokter residen OBGYN di RSAM, ketuban jernih
Bayi dikeringkan lalu dibungkus dengan kain dan dihangatkan di infant warmer agar tidak
terjadi hipotermia.
17
Riwayat ibu demam selama kehamilan dan menjelang persalinan tidak ada, dengan leukosit
Keluhan bintik-bintik kemerahan di kulit tidak ada, keluhan perdarahan tidak ada
Riwayat menstruasi : Haid selama 5 hari, ganti duk sebanyak 2 - 3 kali, nyeri
Kebiasaan ibu waktu hamil : Kualitas dan kuantitas makan cukup, tidak
Riwayat ANC : Periksa rutin 1 kali sebulan ke bidan dan dokter spesialis
kandungan 2x
18
tanggal 15 Agustus2022 jam 15.30.
Pemeriksaan Fisik:
Kesan Umum
Panjang badan : 37 cm
19
Frekuensi nafas : 60 kali per menit
Sianosis : ada
Suhu : 36,50 C
Sianosis ada
Paru :
Jantung :
Palpasi : Iktus kordis teraba 1jari medial linea midclavicula sinistra RIC V
Abdomen:
20
Inspeksi :Distensi (-)
Palpasi : Supel, hepar teraba 1/4-1/4 permukaan licin dan rata, pinggir tajam,
Reflek :
Moro : ada
Shucking : ada
Rooting : ada
Genggam : ada
21
22
Kurva Lubchenco
Diagnosis
Neonatus kurang bulan, kecil masa kehamilan (BBL 1500 gram gravid 34 minggu)
Respiratory Distress Syndrome
Diagnosis Banding
Neonatal pneumonia
Tatalaksana Kegawatdaruratan
Tatalaksana Nutrisi
Tatalaksana Medikamentosa
23
Rencana :
RBC : 4,72.106/ul
Hematokrit : 36,4%
WBC : 12,45.103/ul
Kesan :
24
Follow up :
Tanggal Temuan Terapi
16-08- Subjektif : P/
2022 Bayi dirawat di inkubator - ASI 8 x 2 ml (ogt)
Rawatan Terpasang CPAP FiO2 21% PEEP 7 mmHg - Inkubator
hari-1 Sesak nafas berkurang dengan CPAP - CPAP FiO2 20% PEEP 6
BAK ada mmHg
BAB ada - IVFD D10% + Ca glukonas
Minum Asi Ada 4ml/jam
-Inj Ampicilin 2x75 mg
Objektif : -Inj Gentamicin 1x7mg
KU : Sakit sedang -Nystatin 3x1l
Kes : Kurang aktif
TD : 77/41 mmHg
MAP : 53
HR : 131 x/menit
RR : 53x/menit
T : 36,50 C
Saturasi : 96%
BB : 1500 gram
BC : -55,2 ml/24 jam
Diuresis : 6,5 ml/jam/kgbb
25
18-08-2022 Subjektif : P/
Rawatan Bayi dirawat di inkubator - ASI 8x4 ml (ogt)
hari-3 Terpasang CPAP FiO2 20% PEEP 5 - Inkubator
mmHg - CPAP FiO2 20% PEEP 5 mmHg
Sesak nafas berkurang Infus kogtil gtt 5 kali permenit
Kulit tampak kekuningan -Aminosteril 24cc/24 jam
BAK ada -Injeksi ampicillin 2x75mg
BAB ada -Injeksi gentamicin 1x7mg/36 jam
Minum ASI ada
Objektif :
KU : Sakit sedang
Kes : Kurang aktif
TD : 93/69mmHg
MAP: 38
HR :158 x/menit
RR : 32x/menit
T :37,2 C
Saturasi : 96%
BB : 1460gram
BC : - 20 ml/24 jam
Diuresis : 3.3 ml/jam/kgbb
19-08-2022 Subjektif : P/
Rawatan hari Bayi dirawat diinkubator - ASI 8 x 11 ml (ogt)
ke 4 Terpasang CPAP FiO2 20% PEEP 6 - Inkubator
mmHg - Infus kogtil gtt 2 kali permenit
26
Kulit tmapak kekuningan - Aminosteril infant 35 ml/24jam
Sesak nafas tidak ada - Injeksi ampicillin 2x75mg
BAK ada - Injeksi gentamicin 1x7mg/36 jam
BAB ada - lepas CPAP
Minum ASI ada - Cek Billirubin
Objektif :
KU : Sakit sedang
Kes : kurang aktif
TD : 155/80 mmHg
MAP: 92
HR : 160 x/menit
RR : 52x/menit
T : 37,50 C
Saturasi : 95%
BB : 1460 gram
BC : +0.8 ml/24 jam
Diuresis : 3.1/jam/kgbb
A/ bayi stabil
22-08-2022 Subjektif :
Hari rawatan Sesak nafas tidak ada P/
ke -7 Kuli tampak kekuningan - ASI 8 x 11 ml (ogt)
BAK ada - Inkubator
BAB ada - Infus kogtil gtt 2 kali permenit
Minum ASI ada - Aminosteril infant 35 ml/24jam
- Injeksi ampicillin 2x75mg
Objektif : - Injeksi gentamicin 1x7mg/36 jam
KU : Sakit sedang - Cek billirubin
Kes : , kurang aktif
TD : 81/58mmHg
MAP:70
HR :159 x/menit
27
RR :54 x/menit
T : 37.20 C
Saturasi : 98%
BB : 1460gram
BC : 47.6 ml/24 jam
Diuresis : 2.9 ml/jam/kgbb
A/ bayi stabil
28
BAB 4
DISKUSI
Telah dirawat seorang bayi perempuan usia 1 hari di NICU RSUD Achmad Moechtar
Bukittinggi pada tanggal 15 Agusus 2022 dengan keluhan utama sesak nafas sejak lahir. Pasien
pemeriksaan fisik,.
Pada kasus ini kehamilan ibu, berkisar 32-32 minggu, berdasarkan hasil penilaian ballard
score didapatkan 34 minggu kurang bulan, kecil masa kehamilan. Hal ini didukung oleh faktor
risiko yang ada pada janin yaitu prematuritas. Prematuritas berkaitan erat dengan defisiensi
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Kosim MS. Gangguan Napas Pada Bayi Baru Lahir. Dalam : Kosain MS, Yunanto Ari, Dewi
Rizalya,penyunting. Buku Ajar Neonatologi IDAI 2012 Edisi Pertama. Jakarta : IDAI,
2012.h.126-145
2. Djojodibroto, Darmanto. Respirology [Respiratosy Medicine]. Jakarta:EGC. 2010
3. IDAI. Buku ajar neonatologi. Cetakan Pertama. Jakarta : IDAI; 2008. 126-127. 16-17
4. Wahyuni,sri,Ni wayanwiwin. Hubungan usia ibu dan asfiksia dengan kejadian Respiratory
Distres syndrome (RDS) pada neonates di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Universitas Muhammadyah Kalimantan Timur , Samarinda , Indonesia. 2020
5. Schematic outlines the pathology of respiratory distress syndrome (RDS). Diunduh dari
URL: http://blog.daum.net
6. Penyakit Membran Hialin. Pusponegoro HD, Hadinegoro SR, Firmanda D, penyunting.
Dalam Standar Pelayanan Medis Kecehatan Anak Edisi I. Badan Penerbit IDAI. 2001
7. Rusmawati, Anita & Haksari, Ekawaty & Naning, Roni. Downes score as a clinical assessment
for hypoxemia in neonates with respiratory distress. Paediatrica Indonesiana. 2016:48-342.
8. Miall Lawrence, Wallis Sam. The management of respiratory distress in the moderately preterm
newborn infant. Neonatal Intensive Care Unit, Leeds Teaching Hospitals NHS Trust, Leeds, UK.
Dipublikasi pada tanggal 28 Februari 2011.
9. Ndour, Daouda & Gueye, M. Diagnostic and Management of Hyaline Membrane Disease.
2018
10.Sweet David G, Carnielli Virgilio, Greisen Gorm, et al. European Consensus Guidelines on the
Management of Neonatal Respiratory Distress Syndrome in Preterm Infants. 2010.
30