Anda di halaman 1dari 30

Case Report Session

Respiratory Distress Syndrome

Disusun oleh:

Putri Aulia Syarif 1710070100076

Wangi Kamtala Syafti 1710070100079

Preseptor:

dr. Rahmi Yetti, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR

BUKITTINGGI

2022
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

penulis dapat menyelesaikan Case Report Session yang berjudul “Respiratory Distress

Syndrome”. Case Report ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti

kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Baiturrahmah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada dr.Rahmi Yetti, SpA selaku pembimbing yang

telah memberikan arahan dan petujuk, dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan

Case Report ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Case Report ini masih memiliki banyak

kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga Case Report

ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bukittinggi, Agustus 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................4

1.2 Batasan Masalah...........................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................5

1.4 Metode Penulisan.........................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................6

2.1. DEFINISI.....................................................................................................6

2.2. ETIOLOGI...................................................................................................6

2.3. PATOFISIOLOGI........................................................................................6

2.4. MANIFESTASI KLINIK.............................................................................10

2.5. FAKTOR RISIKO........................................................................................12

2.6. DIAGNOSIS.................................................................................................12

2.7. DIAGNOSIS BANDING.............................................................................14

2.8. TATALAKSANA.........................................................................................14

BAB III LAPORAN KASUS...........................................................................................17

BAB IV DISKUSI............................................................................................................27

3
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................29

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease

(HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada

bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Manifestasi dari RDS disebabkan adanya

atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum

protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan. 1

Respiratory distress syndroma Merupakan gangguan pada bayi baru lahir, terutama yang

lahir prematur karena kekurangan surfaktan. Surfaktan mulai diproduksi oleh janin pada usia

kehamilan 34 minggu, dan pada umur kehamilan 37 minggu jumlahnya sudah cukup untuk

pernafasan normal Puncak keparahan terjadi pada 24-48 jam, akan membaik dalam waktu 72-96

jam (tanpa terapi surfaktan) tergantung dari maturitas bayi. Salah satu dari bayi resiko tinggi

adalah bayi dengan sindroma gawat nafas. Respiratory distress syndroma (RDS) didapatkan

sekitar 5-10% pada bayi kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram. Angka

kejadian berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan. Persentase kejadian menurut usia

kehamilan adalah 60-80% terjadi pada bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 28

minggu, 15-30% pada bayi antara 32- 36 minggu dan jarang sekali ditemukan pada bayi yang

cukup bulan. Insiden pada bayi prematur kulit putih lebih tinggi dari pada kulit hitam dan lebih

sering terjadi pada bayi laki- laki dari pada perempuan. Selain itu kenaikan frekuansi juga sering

terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita gangguan perfusi darah uterus selama

kehamilan, misalnya ibu menderita penyakit diabetes, hipertensi, hipotensi, seksio sesarea serta

perdarahan antepartum. 2

Penemuan surfaktan untuk RDS termasuk salah satu kemajuan di bidang kedokteran,

5
karena pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan tekanan ventilator dan mengurangi

konsentrasi oksigen yang tinggi. Surfaktan dapat diberikan sebagai pencegahan RDS maupun

sebagai terapi penyakit pernapasan pada bayi yang disebabkan adanya defisiensi atau kerusakan

surfaktan.

1.2 Batasan Masalah

Membahas tentang defenisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gambaran klinis, penegakan

diagnosis dan penatalaksanaan RDS pada bayi baru lahir.

1.3 Tujuan Penulisan

Penuliasan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang defenisi,

klasifikasi, etiologi, patofisiologi, gambaran klinis, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan

RDS pada bayi baru lahir.

1.4 Metode Penulisan

Makalah ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai

suber dan literatur, serta berdasarkan kasus yang ada pada NICU RSUD Ahmad Muchtar

Bukittinggi.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI

Respiratory distress syndrom adalah gangguan napas pada bayi baru lahir yang terjadi

segera atau beberapa saat setelah lahir dan menetap atau menjadi progresif dalam 48-96 jam

pertama kehidupan. RDS ini hampir sebagian besar terjadi pada Bayi Kurang Bulan, yang

masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat kurang dari 2500 gram. Pada pemeriksaan

radiologik ditemukan adanya gambaran retikulogranular yang uniform dengan air

bronchogram.3

2.2. ETIOLOGI

Penyebab kelainan ini secara garis besar adalah kekurangan surfaktan, suatu zat aktif

pada alveoli yang mencegah kolaps paru. RDS seringkali terjadi pada bayi prematur, karena

produksi surfaktan yang dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, baru mencapai jumlah cukup

menjelang cukup bulan. Makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan

terjadinya RDS.4

2.3. PATOFISIOLOGI

Perkembangan paru normal

Paru berasal dari pengembangan “embryonic foregut” dimulai dengan perkembangan

bronkhi utama pada usia 3 minggu kehamilan. Pertumbuhan paru kearah kaudal ke

mesenkhim sekitar dan pembuluh darah, otot halus, tulang rawan dan komponen fibroblast

berasal dari jaringan ini. Secara endodermal epitelium mulai membentuk alveoli dan saluran

pernapasan.

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh

alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana

dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan
7
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut

menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance)

menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan

terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik.5

Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,

lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap

mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna

kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi

untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bahagian

distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan

desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi

tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini.5

Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan

keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan pernafasan

bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran

hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai

membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini

adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang

dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal

Displasia (BPD). 5

2.4. MANIFESTASI KLINIK1

Tanda dari RDS biasanya muncul beberapa menit sesudah lahir, namun biasanya baru

diketahui beberapa jam kemudian di mana pernafasan menjadi cepat dan dangkal (60 x

/menit). Bila didapatkan onset takipnea yang terlambat harus dipikirkan penyakit lain. Beberapa

pasien membutuhkan resusitasi saat lahir akibat asfiksia intrapartum atau distres pernafasan
8
awal yang berat. Biasanya ditemukan takipnea, grunting, retraksi intercostal dan subcostal, dan

pernafasan cuping hidung. Sianosis meningkat, yang biasanya tidak responsif terhadap oksigen.

Suara nafas dapat normal atau hilang dengan kualitas tubular yang kasar, dan pada inspirasi

dalam dapat terdengar ronkhi basah halus, terutama pada basis paru posterior. Terjadi

perburukan yang progresif dari sianosis dan dyspnea.

Bila tidak diterapi dengan baik, tekanan darah dan suhu tubuh akan turun, terjadi

peningkatan sianosis, lemah dan pucat, grunting berkurang atau hilang seiring memburuknya

penyakit. Apneu dan pernafasan iregular muncul saat bayi lelah, dan merupakan tanda perlunya

intervensi segera. Dapat juga ditemukan gabungan dengan asidosis metabolik, edema, ileus, dan

oliguria.Tanda asfiksia sekunder dari apnea atau kegagalan respirasi muncul bila ada progresi

yang cepat dari penyakit. Kondisi ini jarang menyebakan kematian pada bayi dengan kasus

berat.Tapi pada kasus ringan, tanda dan gejala mencapai puncak dalam 3 hari. Setelah

periodeinisial tersebut, bila tidak timbul komplikasi, keadaan respirasi mulai membaik. Bayi

yanglahir pada 32 – 33 minggu kehamilan, fungsi paru akan kembali normal dalam 1

minggukehidupan. Pada bayi lebih kecil (usia kehamilan 26 – 28 minggu) biasanya

memerlukan ventilasi mekanik.

2.4. KLASIFIKASI1
9
Evaluasi gawat napas dengan skor Downes

KLASIFIKASI

1-3 Sesak nafas ringan

4-5 Sesak nafas sedang

≥6 Sesak nafas berat

2.5. FAKTOR RESIKO

Factor risiko terjadinya Respiratory Distress Syndrome:1

1. Bayi kurang bulan (BKB). Pada bayi kurang bulan, paru bayi secara biokimiawi

masih imatur dengan kekurangan surfaktan yang melapisi ronggaparu.

2. Kegawatan neonatal seperti kehilangan darah dalam periode perinatal, aspirasi

mekonium, pneumotoraks akibat tindakan resusitasi,dan hipertensi pulmonal dengan

pirau kanan ke kiri yang membawa darah keluar dari paru.

3. Bayi dari ibu diabetes mellitus. Pada bayi dari ibu dengan diabetes terjadi

keterlambatn pematangan paru sehingga terjadi distress respirasi

10
4. Bayi lahir dengan operasi sesar. Bayi yang lahir dengan operasi sesar, berapapun usia

gestasinya dapat mengakibatkan terlambatnya absorpsi cairan paru (Transient

Tachypnea of Newborn).

5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita demam, ketuban pecah dini dapat terjadi

pneumonia bakterialis atau sepsis.

6. Bayi dengan kulit berwarna seperti mekonium, mungkin mengalami aspirasi

mekonium.

2.6. DIAGNOSIS

1. Anamnesis7

 Riwayat kelahiran kurang bulan. Riwayat ibu dengan diabetes melitus.

 Riwayat persalinan yang mengalami asfiksia perinatal (gawat janin)

 Riwayat kelahiran saudara kandung dengan penyakit RDS.

2. Pemeriksaan Fisik7

a. Dijumpai sindroma klinis yang terdiri dari kumpulan gejala

 Sesak napas, dengan frekuensi napas >60 kali/menit atau <30 kali/menit

 Grunting atau merintih

 Retraksi dinding dada

 Kadang dijumpai sianosis pada suhu kamar

b. Manifestasi klinis berupa distress pernafasan dapat dinilai dengan APGAR score (derajat

asfiksia) dan Silverman Score. Bila nilai Silverman score > 7 berarti ada distress nafas.

c. Perhatikan tanda prematuritas.

d. Kadang ditemukan hipotensi, hipotermia, edema perifer, edema paru-paru.

e. Perjalanan klinis bervariasi sesuai dengan beratnya penyakit, besarnya bayi,adanya infeksi

dan derajat dari pirau PDA.

11
3. Pemeriksaan Penunjang

Foto toraks8

Posisi AP dan lateral, bila diperlukan serial. Gambaran radiologi dapat memberi

gambaran penyakit membran hialin yang menunjukkan gambaran retikulogranular yangdifus

bilateral atau gambaran bronkhogram udara (air bronchogram) dan paru yang tidak

berkembang.

Terdapat 4 Derajat :

➢ Derajat 1 (ringan): kadang normal atau gambaran retikulogranuler, homogen,tidak

ada air bronchogram.

➢ Derajat 2 (ringan-sedang): 1 + air bronchogram. Gambaran air bronchogram

(gambaran bronko yang seharusnya terisi udara) yang menonjol menunjukkan

bronkiolus yang menutup latar belakang alveoli yang kolaps.

➢ Derajat 3 (sedang-berat) : 2 + batas jantung-paru kabur

12
➢ Derajat 4 (berat): 3 + white lung

4. Laboratorium 1

 Darah : Hb, Ht, dan gambaran darah tepi tidak menunjukkan tanda infeksi.

 Menunjukkan pada kecurigaan pneumonia. Kultur streptokokus (-).

 Analisis gas biasanya memberikan hasil : hipoksemia, asidemia yang berupa metabolik,

respiratorik atau kombinasi, dan saturasi oksigen yang tidak normal (PaO2 kurang dari 50

mmHg, PaCO2 kurang dari 60 mmHg, saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 – 7,45)

 Rasio lesitin/sfingomielin (L/S ratio <2:1).

 Shake test (tes kocok), jika tidak ada gelembung, resiko tinggi untuk terjadinya PMH

60%.

2.7. Diagnosa Banding

1. Transient Tachypnoea Of The Newborn (TTN)

Peningkatan kadar epinefrin pada fetus pada saat partus umumnya mengurangi produksi

cairan paru dan mengaktivasi channel natrium yang menimbulkan terjadinya reabsorbsi. Gagalnya

13
untuk membersihkan paru dari cairan paru ini menyebabkan terjadinya TTN. Faktor risiko terjadi

TTN termasuk kelahiran preterm, kelahiran dengan sectio caesaria, dan bayi dengan jenis kelamin

laki-laki. TTN juga dihubungkan dengan maternal asma. Pada gejala awal, TTN sulit untuk

dibedakan dengan penyakit membran hialin. Diagnosis TTN hanya dapat ditegakkan dengan foto

rontgen paru yaitu adanya opasitas paru yang berbentuk “streaky”, ditemukannya cairan pada

fisura transversalis, dan biasanya disertai dengan kardiomegali. TTN terjadi pada 5/1000 bayi

cukup bulan. Gejala TTN ialah adanya takipnea yang parah (RR sampai dengan 100x/min) dan

terjadinya hiperinflasi, tetapi jarang disertai dengan grunting. TTN merupakan diagnosis eksklusi,

dimana diagnosis sindrom gawat nafas, sepsis dan gagal jantung sudah disingkirkan.9

2. Meconium Aspiration Syndrome

Aspirasi mekoneum jarang terjadi pada bayi lebih bulan. Penegakkan diagnosis aspirasi

mekonium dapat dilakukan dengan kombinasi foto rontgen dengan gambaran bercak – bercak

konsolidasi dan aspirasi abnormal yang didapatkan dengan intubasi trakea.9

3. Pneumotoraks

Kekurangan surfaktan yang relatif pada bayi yang lahir dengan usia gestasi 32 – 34

minggu menghasilkan paru – paru yang kurang compliance, sehingga meningkatkan risiko

terjadinya pneumotoraks dan pneumomediastinum. Pneumotoraks yang kecil umumnya dapat

sembuh secara spontan. Selama ini, oksigen 100% digunakan sebagai penanganan pneumotoraks

yang kecil, akan tetapi efektivitasnya belum terbukti dan dengan risiko terjadinya toksisitas

oksigen, maka penanganan ini sudah tidak lagi dilakukan. Penanganan yang sedang berkembang

ialah penggunaan kateterisasi pigtail yang dimasukan dengan tehnik Seldinger. Keuntungan

tindakan ini ialah tindakannya yang cepat dan mudah, serta sedikitnya skar yang ditimbulkan

dibandingkan dengan traditional chest tubes.9

2.8 Penatalaksana10

14
1. Memberikan lingkungan yang optimal.

Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5 – 37C)

dengan meletakkan bayi di dalam inkubator. Humiditas ruangan juga harus adekuat (70 – 80%).

2. Bantuan Napas

Pemberian oksigen harus dilakukan secara berhati-hati. Pemberian O2 yang terlalu banyak

dapat menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan seperti fibrosis paru (bronchopulmonary

dysplasia (BPD)), kerusakan retina (fibroplasi retrolental / retinopathy of prematurity (ROP)) dan

lain-lain. Untuk mencegah timbulnya komplikasi ini, pemberian O2 sebaiknya diikuti dengan

pemeriksaan saturasi oksigen, sebaiknya diantara 85 – 93% dan tidak melebihi 95% untuk

mengurangi terjadinya ROP dan BPD.

4. Terapi cairan dan nutrisi

Kebutuhan cairan dan nutrisi sebaiknya diberikan secara parenteral. Pada 36-48 jam

pertama diberikan glukosa 10% dengan kecepatan 65-100 ml/kgBB/24 jam. Selanjutnya harus

ditambahkan elektrolit dan volume cairan ditingkatkan secara berangsur sampai 120-150

ml/KgBB/24 jam.

5. Antibiotik

Setiap penderita penyakit membran hialin perlu mendapat antibiotika untuk mencegah

terjadinya infeksi sekunder. Pemberian antibiotik dimulai dengan spektrum luas, biasanya dimulai

dengan ampisilin 50mg/kgBB intravena setiap 12 jam dan gentamisin 3mg/kgBB untuk bayi

dengan berat lahir kurang dari 2 kilogram. Jika tak terbukti ada infeksi, pemberian antibiotika

dihentikan.9

6. Sedasi

Obat-obat sedative biasanya diperlukan pada bayi yang dikontrol dengan ventilator.

Fenobarbital biasanya digunakan untuk menurunkan aktivitas bayi. Untuk analgesik dan sedative

15
biasanya digunakan Morfin atau Fentanil atau Lorazepam.

BAB III

LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : By Ny. KH
16
MR : 568275
Umur : 1 Hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak ke :3
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Gurun Panjang
Tanggal Masuk : 15 Agustus 2022

3.1 Tabel Data Diri Orang Tua


Ibu Ayah
Umur 27 th 32 th
Pendidikan SMP SMP
Pekerjaan IRT Pedagang
Perkawinan ke 1 1
Pengahsilan Rp. - <R> 1.000.000

Alloanamnesis (Ibu kandung)

Keluhan Utama:

Bayi sesak nafas sejak lahir

Riwayat Penyakit Sekarang:

 Bayi sesak nafas sejak lahir, disertai kebiruan yang menghilang dengan pemberian oksigen.

Sesak tidak disertai dengan merintih.

 Berat bayi lahir 1500 gram, panjang badan 37 cm, kurang bulan dengan usia kehamilan 32-33

minggu, lahir secara section caesarea atas indikasi PEB,PPROM dan bekas Sc 1 kali. pada 15

Agustus 2022 jam 15.300 ditolong oleh dokter residen OBGYN di RSAM, ketuban jernih

dan tidak berbau. Pada saat lahir bayi langsung menangis.

 Tidak ada demam, tidak ada kejang

 Bayi dikeringkan lalu dibungkus dengan kain dan dihangatkan di infant warmer agar tidak

terjadi hipotermia.

 Anak dibawa ke NICU 15 menit setelah dilahirkan

17
 Riwayat ibu demam selama kehamilan dan menjelang persalinan tidak ada, dengan leukosit

ibu 13.22 (103/ul)

 BAK sudah keluar <24 jam setelah lahir

 Mekonium sudah keluar 24 jam setelah lahir

 Keluhan bintik-bintik kemerahan di kulit tidak ada, keluhan perdarahan tidak ada

3.1 Tabel Riwayat Keluarga


Anak Jenis Cara Usia
Kelamin persalinan
1 Laki-laki Pervaginam 8 tahun
2 Perempuan Sc 4,5 tahun
3 Sekarang

Usia menarche : 13 tahun

Riwayat menstruasi : Haid selama 5 hari, ganti duk sebanyak 2 - 3 kali, nyeri

pada saat haid hari pertama, siklus haid lancar

Riwayat kontrasepsi : Suntik

Riwayat Kehamilan Sekarang :G3P32A0H2

HPHT : 27 Desember 2021

Taksiran Persalinan : 22 Oktober 2022

Berat badan sebelum hamil : 60 kg

Berat badan sesudah hami : 74 kg

Presentasi Bayi : letak kepala

Komplikasi Kehamilan : Tidak ada

Kebiasaan ibu waktu hamil : Kualitas dan kuantitas makan cukup, tidak

ada minum alkohol, merokok dan narkoba

Riwayat ANC : Periksa rutin 1 kali sebulan ke bidan dan dokter spesialis

kandungan 2x

Riwayat Persalinan : Ditolong oleh Residen di RSAM, sectio cesaria pada

18
tanggal 15 Agustus2022 jam 15.30.

Apgar Score : 5/7

Kondisi Bayi Saat Lahir:

 Lahir tanggal : 15 Agustus 2022

 Jenis kelamin : Perempuan

 Kondisi saat lahir : Hidup

 Bayi langsung menangis

 Bayi dikeringkan kemudian dibedong.

 Bayi sudah mendapat injeksi Vitamin K dan gentamisin tetes mata

Pemeriksaan Fisik:

Kesan Umum

 Keadaan : Tampak sakit berat

 Berat badan : 1500 gram

 Panjang badan : 37 cm

 Frekuensi jantung : 120 kali per menit

19
 Frekuensi nafas : 60 kali per menit

 Sianosis : ada

 Ikterus : Tidak ada

 Suhu : 36,50 C

Kulit : Tampak kemerahan, teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik,

Sianosis ada

Kepala : Bulat, simetris, normocephal, ubun-ubun datar

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Telinga : Tidak ada kelainan

Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada

Mulut : Mukosa basah, sianosis sirkum oral tidak ada

Leher : Tidak terdapat pembesaran KGB

Paru :

Inspeksi : Normochest, simetris, retraksi tidak ada

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskustasi : Bronkhovesikuler,wheezing (-/-), rhonki (-/-)

Jantung :

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba 1jari medial linea midclavicula sinistra RIC V

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-)

Abdomen:

20
Inspeksi :Distensi (-)

Palpasi : Supel, hepar teraba 1/4-1/4 permukaan licin dan rata, pinggir tajam,

lien tidak teraba

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : BU (+) normal

Tali pusat : jernih, tidak hiperemis

Punggung : Tidak ada kelainan

Alat kelamin : Tidak ada kelainan

Anus : Anus ada

Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik, CRT <3 detik

Reflek :

 Moro : ada

 Shucking : ada

 Rooting : ada

 Genggam : ada

21
22
Kurva Lubchenco

Kesan : Kurang bulan dan KMK

Diagnosis

Neonatus kurang bulan, kecil masa kehamilan (BBL 1500 gram gravid 34 minggu)
Respiratory Distress Syndrome

Diagnosis Banding

Neonatal pneumonia

Tatalaksana Kegawatdaruratan

 Monitor tanda vital

 CPAP FiO2 21% PEEP 7mmHg

Tatalaksana Nutrisi

 Minum ASI 8x5cc/OGT

Tatalaksana Medikamentosa

 Injeksi ampisilin 2x75mg IV

 Injeksi gentamicin 1x7 mg IV

 IVFD D10% + Ca Glukonas 4ml/jam

23
Rencana :

 AGD (analisis gas darah)

Hasil pemeriksaan Laboratorium (15 Agustus 2022) :

 Hemoglobin : 12,3 g/dl

 RBC : 4,72.106/ul

 Hematokrit : 36,4%

 WBC : 12,45.103/ul

Kesan :

Dalam batas normal

24
Follow up :
Tanggal Temuan Terapi
16-08- Subjektif : P/
2022 Bayi dirawat di inkubator - ASI 8 x 2 ml (ogt)
Rawatan Terpasang CPAP FiO2 21% PEEP 7 mmHg - Inkubator
hari-1 Sesak nafas berkurang dengan CPAP - CPAP FiO2 20% PEEP 6
BAK ada mmHg
BAB ada - IVFD D10% + Ca glukonas
Minum Asi Ada 4ml/jam
-Inj Ampicilin 2x75 mg
Objektif : -Inj Gentamicin 1x7mg
KU : Sakit sedang -Nystatin 3x1l
Kes : Kurang aktif
TD : 77/41 mmHg
MAP : 53
HR : 131 x/menit
RR : 53x/menit
T : 36,50 C
Saturasi : 96%
BB : 1500 gram
BC : -55,2 ml/24 jam
Diuresis : 6,5 ml/jam/kgbb

Kulit : teraba hangat, sianosis (-), ikterik (-)


Kepala : normocephal ,ubun-ubun datar
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik
(-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis sirkum oral (-)
Telinga : sekret (-)
Paru : retraksi dinding dada (-), suara nafas
vesikuler, rh (-/-), wh (-/-)
Jantung : s1-s2 reguler, murmur (-)
Abdomen : distensi (-)
Ektremitas : akral hangat, CRT<3 detik,
sianosis (-)

A/ sesak nafas berkurang dengan CPAP

25
18-08-2022 Subjektif : P/
Rawatan Bayi dirawat di inkubator - ASI 8x4 ml (ogt)
hari-3 Terpasang CPAP FiO2 20% PEEP 5 - Inkubator
mmHg - CPAP FiO2 20% PEEP 5 mmHg
Sesak nafas berkurang Infus kogtil gtt 5 kali permenit
Kulit tampak kekuningan -Aminosteril 24cc/24 jam
BAK ada -Injeksi ampicillin 2x75mg
BAB ada -Injeksi gentamicin 1x7mg/36 jam
Minum ASI ada

Objektif :
KU : Sakit sedang
Kes : Kurang aktif
TD : 93/69mmHg
MAP: 38
HR :158 x/menit
RR : 32x/menit
T :37,2 C
Saturasi : 96%
BB : 1460gram
BC : - 20 ml/24 jam
Diuresis : 3.3 ml/jam/kgbb

Kulit : teraba hangat, sianosis (-), ikterik


ada grade III cramer
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera
ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis sirkum oral (-)
Telinga : sekret (-)
Paru : retraksi dinding dada (-), suara
nafas vesikuler, rh (-/-), wh (-/-)
Jantung : s1-s2 reguler, murmur (-)
Abdomen : distensi (-)
Ektremitas : akral hangat, CRT<3 detik,
sianosis (-)

A/ sesak nafas sudah berkurang

19-08-2022 Subjektif : P/
Rawatan hari Bayi dirawat diinkubator - ASI 8 x 11 ml (ogt)
ke 4 Terpasang CPAP FiO2 20% PEEP 6 - Inkubator
mmHg - Infus kogtil gtt 2 kali permenit

26
Kulit tmapak kekuningan - Aminosteril infant 35 ml/24jam
Sesak nafas tidak ada - Injeksi ampicillin 2x75mg
BAK ada - Injeksi gentamicin 1x7mg/36 jam
BAB ada - lepas CPAP
Minum ASI ada - Cek Billirubin

Objektif :
KU : Sakit sedang
Kes : kurang aktif
TD : 155/80 mmHg
MAP: 92
HR : 160 x/menit
RR : 52x/menit
T : 37,50 C
Saturasi : 95%
BB : 1460 gram
BC : +0.8 ml/24 jam
Diuresis : 3.1/jam/kgbb

Kulit : teraba hangat, sianosis (-), ikterik


ada grade IV cramer
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera
ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis sirkum oral (-)
Telinga : sekret (-)
Paru : retraksi dinding dada (-), suara
nafas vesikuler, rh (-/-), wh (-/-)
Jantung : s1-s2 reguler, murmur (-)
Abdomen : distensi (-)
Ektremitas : akral hangat, CRT<3 detik,
sianosis (-)

A/ bayi stabil

22-08-2022 Subjektif :
Hari rawatan Sesak nafas tidak ada P/
ke -7 Kuli tampak kekuningan - ASI 8 x 11 ml (ogt)
BAK ada - Inkubator
BAB ada - Infus kogtil gtt 2 kali permenit
Minum ASI ada - Aminosteril infant 35 ml/24jam
- Injeksi ampicillin 2x75mg
Objektif : - Injeksi gentamicin 1x7mg/36 jam
KU : Sakit sedang - Cek billirubin
Kes : , kurang aktif
TD : 81/58mmHg
MAP:70
HR :159 x/menit
27
RR :54 x/menit
T : 37.20 C
Saturasi : 98%
BB : 1460gram
BC : 47.6 ml/24 jam
Diuresis : 2.9 ml/jam/kgbb

Kulit : teraba hangat, sianosis (-), ikterik


grade V cramer
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera
ikterik (-/-)
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis sirkum oral (-)
Telinga : sekret (-)
Paru : retraksi dinding dada (-), suara
nafas vesikuler, rh (-/-), wh (-/-)
Jantung : s1-s2 reguler, murmur (-)
Abdomen : distensi (-)
Ektremitas : akral hangat, CRT<3 detik,
sianosis (-)

A/ bayi stabil

28
BAB 4
DISKUSI

Telah dirawat seorang bayi perempuan usia 1 hari di NICU RSUD Achmad Moechtar

Bukittinggi pada tanggal 15 Agusus 2022 dengan keluhan utama sesak nafas sejak lahir. Pasien

didiagnosis dengan Respiratory Distress Syndrome. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik,.

Pada kasus ini kehamilan ibu, berkisar 32-32 minggu, berdasarkan hasil penilaian ballard

score didapatkan 34 minggu kurang bulan, kecil masa kehamilan. Hal ini didukung oleh faktor

risiko yang ada pada janin yaitu prematuritas. Prematuritas berkaitan erat dengan defisiensi

surfaktan yang berfungsi sebagai pencegah atelektasis paru.

29
DAFTAR PUSTAKA
1. Kosim MS. Gangguan Napas Pada Bayi Baru Lahir. Dalam : Kosain MS, Yunanto Ari, Dewi
Rizalya,penyunting. Buku Ajar Neonatologi IDAI 2012 Edisi Pertama. Jakarta : IDAI,
2012.h.126-145
2. Djojodibroto, Darmanto. Respirology [Respiratosy Medicine]. Jakarta:EGC. 2010
3. IDAI. Buku ajar neonatologi. Cetakan Pertama. Jakarta : IDAI; 2008. 126-127. 16-17
4. Wahyuni,sri,Ni wayanwiwin. Hubungan usia ibu dan asfiksia dengan kejadian Respiratory
Distres syndrome (RDS) pada neonates di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Universitas Muhammadyah Kalimantan Timur , Samarinda , Indonesia. 2020
5. Schematic outlines the pathology of respiratory distress syndrome (RDS). Diunduh dari
URL: http://blog.daum.net
6. Penyakit Membran Hialin. Pusponegoro HD, Hadinegoro SR, Firmanda D, penyunting.
Dalam Standar Pelayanan Medis Kecehatan Anak Edisi I. Badan Penerbit IDAI. 2001
7. Rusmawati, Anita & Haksari, Ekawaty & Naning, Roni. Downes score as a clinical assessment
for hypoxemia in neonates with respiratory distress. Paediatrica Indonesiana. 2016:48-342.
8. Miall Lawrence, Wallis Sam. The management of respiratory distress in the moderately preterm
newborn infant. Neonatal Intensive Care Unit, Leeds Teaching Hospitals NHS Trust, Leeds, UK.
Dipublikasi pada tanggal 28 Februari 2011.
9. Ndour, Daouda & Gueye, M. Diagnostic and Management of Hyaline Membrane Disease.
2018
10.Sweet David G, Carnielli Virgilio, Greisen Gorm, et al. European Consensus Guidelines on the
Management of Neonatal Respiratory Distress Syndrome in Preterm Infants. 2010.

30

Anda mungkin juga menyukai