CI LAHAN CI INSTITUSI
Definisi
Patologi
Pada stenosis mitral akibat demam rematik akan terjadi proses peradangan
(valvulitis) dan pembentukan nodul tipis di sepanjang garis penutupan katup.
Proses ini akan menimbulkan fibrosis dan penebalan daun katup, kalsifikasi, fusi
komisura serta pemendekan korda atau kombinasi dari proses tersebut. Keadaan
ini akan menimbulkan distorsi dari apparatus mitral yang normal, mengecilnya
area katup mitral menjadi seperti mulut ikan (fish mouth) atau lubang kancing
(button hole). Fusi dari komisura akan menimbulkan penyempitan dari orifisium,
sedangkan fusi korda mengakibatkan penyempitan dari orifisium sekunder. Pada
endokarditis reumatik, daun katup dan korda akan mengalami sikatrik dan
kontraktur bersamaan dengan pemendekan korda, sehingga menimbulkan
penarikan daun katup menjadi bentuk funnel shape.
Patofisiologi
Pada keadaan normal katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm 2, bila area
orifisium katup berkurang sampai 2 cm2, maka diperlukan upaya aktif atrium kiri
berupa peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran transmitral yang normal dapat
terjadi. Stenosis mitral kritis terjadi bila pembukaan katup berkurang hingga
menjadi 1 cm2. Pada tahap ini diperlukan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25
mmHg untuk mempertahankan cardiac output yang normal. Peningkatan tekanan
atrium kiri akan meningkatkan tekanan pada vena pulmonalis dan kapiler,
sehingga bermanifestasi sebagai exertional dyspneu. Seiring dengan
perkembangan penyakit, peningkatan tekanan atrium kiri kronik akan
menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal, yang selanjutnya akan
menyebabkan kenaikan tekanan dan volume akhir diatol, regurgitasi trikuspidal
dan pulmonal sekunder dan seterusnya sebagai gagal jantung kanan dan kongesti
sistemik. Hipertensi pulmonal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
stenosis mitral. Pada awalnya hipertensi pulmonal terjadi secara pasif akibat
kenaikan tekanan atrium kiri, terjadi perubahan pada vaskular paru berupa
vasokonstriksi akibat bahan neurohormonal seperti endotelin atau perubahan
anatomi yaitu remodel akibat hipertrofi tunika media dan penebalan intima
(reactive hypertension).
Pelebaran progresif dari atrium kiri akan memicu dua komplikasi lanjut,
yaitu pembentukan trombus mural yang terjadi pada sekitar 20% penderita, dan
terjadinya atrial fibrilasi yang terjadi pada sekitar 40% penderita.
Minimal : bila area >2,5 cm2
Ringan : bila area 1,4-2,5 cm2
Sedang : bila area 1-1,4 cm2
Berat : bila area <1,0 cm2
Reaktif : bila area <1,0 cm2
Keluhan dan gejala stenosis mitral akan mulai muncul bila luas area katup
mitral menurun sampai seperdua dari normal (<2-2,5 cm2). Hubungan antara
gradien dan luasnya area katup serta waktu pembukaan katup mitral dapat dilihat pada
tabel berikut:
A2-OS: Waktu antara penutupan katup aorta dengan pembukaan katup mitral
Dengan bertambah sempitnya area mitral maka tekanan atrium kiri akan
meningkat bersamaan dengan progresi keluhan. Apabila area mitral <1 cm 2 yang
berupa stenosis mitral berat maka akan terjadi limitasi dalam aktifitas. Pada
otopsi, katup mitral terpapar proses inflamasi berulang di masa lalu,
mengungkapkan tanda-tanda penyembuhan katup yang meradang.
Manifestasi Klinis
Aritmia atrial berupa fibrilasi atrium juga merupakan kejadian yang sering
terjadi pada stenosis mitral, yaitu 30-40%. Sering terjadi pada usia yang lebih
lanjut atau distensi atrium yang akan merubah sifat elektrofisiologi dari atrium
kiri, dan hal ini tidak berhubungan dengan derajat stenosis. Manifestasi klinis
dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral seperti tromboemboli, infektif
endokarditis atau simtomatis karena kompresi akibat besarnya atrium kiri seperti
disfagia dan suara serak (Conti, 2017).
Penatalaksanaan
Stenosis sedang sampai berat, dilihat dari beratnya stenosis (<1,7 cm 2) dan
keluhan,
Stenosis mitral dengan hipertensi pulmonal,
Stenosis mitral dengan resiko tinggi terhadap timbulnya emboli, seperti:
Usia tua dengan fibrilasi atrium,
Pernah mengalami emboli sistemik,
Pembesaran yang nyata dari appendage atrium kiri.
Jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
Pemeriksaan Fisik
1. Denyut Nadi : denyut nadi tidak teratur sekunder untuk fibrilasi atrium
mungkin ada. Pasien fibrilasi atrium mungkin memiliki denyut jantung yang
cepat. Selama takikardia, diastole dipersingkat dan pengosongan atrium kiri
berkurang,
5. Angkat parasternal kiri dapat hadir jika hipertensi pulmonal dan elevasi tekanan
ventrikel kanan hadir.
6. Apex impuls biasanya dalam kisaran normal, karena tidak ada peningkatan
ukuran ventrikel kiri pada pasien dengan stenosis mitral yang terisolasi.
8. Bunyi kedua, membuka interval snap (S2-OS): pada stenosis mitral ringan
intervalnya lebar dan ketika stenosis meningkat dalam keparahan, interval
menyempit. Ini adalah tanda yang cukup baik dari tingkat keparahan stenosis
mitral.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Anamnesa
1. Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal sebagai
gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain
mengenai identitas pasien.
2. Keluhan utama
Sesak napas, ada beberapa macam sesak napas yang biasanya dikeluhkan
oleh klien, antara lain :
1) Ortopnea terjadi karena darah terkumpul pada kedua paru pada posisi
terlentang, menyebabkan pembuluh darah pulmonal mengalami
kongesti secara kronis dan aliran balik vena yang meningkat tidak
diejeksikan oleh ventrikel kiri.
2) Dyspnea nocturnal paroximal merupakan dispnea yang berat. Klien
sering terbangun dari tidurnya atau bangun, duduk atau berjalan
menuju jendela kamar smabil terengah-engah. Hal ini terjadi karena
ventrikel kiri secara mendadak gagal mengeluarkan curah jantung,
sehingga tekanan vena dan kapiler pulmonalis meningkat
menyebabkan transudasi cairan kedalam jaringan interstisial yang
meningkatkan kerja pernapasan.
3. Riwayat penyakit dahulu
1) penyakit jantung rematik
2) penyakit jantung koroner
3) trauma
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat penyakit jantung atau penyakit kardiovaskular
lainnya.
5. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Inspeksi : bentuk tubuh, pola pernapasan, emosi/perasaan
Palpasi : suhu dan kelembaban kulit, edema, denyut dan
tekanan arteri
Perkusi : batas-batas organ jantung dengan sekitarnya.
Auskultasi : Bising yang bersifat meniup (blowing) di apeks,
menjalar ke aksila dan mengeras pada ekspirasi.
6. Tanda-tanda vital :
Pemeriksaan tanda vital secara umum terdiri atas nadi, frekuensi
pernapasan, tekanan darah, dan suhu tubuh.
1) Pemeriksaan persistem
B1 (Breath) : Dyspnea, Orthopnea, Paraxymal nocturnal
dyspnea
B2 (Blood) :Thrill sistolik di apeks, hanya terdengar bising
sistolik di apeks, bunyi jantung 1 melemah,
B3 (Brain) : pucat, sianosis
B4 (Bladder) : output urin menurun
B5 (Bowel) : nafsu makan menurun, BB menurun
B6 (Bone) : lemah
2) Pemeriksaan diagnostik
Elektrokardiogram dan foto thorax
B. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan insufisiensi katub mitral
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kongestif paru akibat
peningkatan tekanan atrium
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi (aliran darah balik)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke
peredaran sistemik
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
C. Rencana/intervensi keperawatan
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Penurunan curah jantung berhubungan dengan NOC: NIC:
insufisiensi katub mitral
Keefektifan pompa Jantung Perawatan Jantung: Akut
Domain 4 Status sirkulasi
Aktivitas/istirahat a. Evaluasi nyeri dada (intensitas, lokasi,
Kelas 4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan radiasi, durasi, factor pemicu dan yang
Respon kardovaskular/pulmonal selama ... x 24 jam diharapkan curah jantung mengurangi)
klien kembali normal, dengan kriteria hasil: b. Monitor TTV
Tanda Tanda vital dalam rentang normal c. Instruksikan pasien akan pentingnya
(tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 60-80 melaporkan segera jika merasakan
x/menit, pernafasan: 16-20x/menit) ketidaknyamanan di bagian dada
d. Monitor EKG sebagaimana mestinya,
apakah terdapat perubahan segmen ST
e. Monitor irama jantung dan kecepatan
denyut jantung
f. Auskultasi suara jantung
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kongestif NOC: NIC :
paru akibat peningkatan tekanan atrium
Status pernafasan Oxygen Therapy
Domain 4
Aktivitas/istirahat Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. pertahankan jalan nafas yang paten
Kelas 4 selama ... x 24 jam diharapkan status pernafasan b. Atur peralatan oksigenasi
Respon kardovaskular/pulmonal kembali normal, dengan kriteria hasil: c. Monitor aliran oksigen
Tanda Tanda vital dalam rentang normal d. Pertahankan posisi pasien
(pernafasan: 16-20x/menit) e. -Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
f. Vital sign monitoring
g. Monitor TD, nadi, suhu dan RR
h. Monitor V5 saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
i. Monitor frekuensi dan irama
pernpasan
j. Monitor suara paru
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan NOC: NIC :
suplai oksigen ke peredaran sistemik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24 Manajemen energi
Domain 4 jam, pasien mampu bertoleransi terhadap
Aktivitas/istirahat aktivitas dengan kriteria hasil : a. Kaji status fisiologis pasien yang
Kelas 4 Kelelahan : efek yang mengganggu menyebabkan kelelahan sesuai
Respon kardovaskular/pulmonal a. Tidak terjadi penurunan energi. dengan konteks usia dan
b. Tidak ada gangguan dengan aktivitas sehari – perkembangan.
hari. b. Pilih intervensi untuk mengurangi
c. Tidak terdapat perubahan nutrisi. kelelahan baik secara farmakologi
d. Tidak ada malaise. maupun non farmakologi dengan
tepat.
Daya tahan c. Tentukan jenis dan banyaknya
a. Dapat melakukan aktivitas rutin. aktivitas yang dibutuhkan untuk
b. Pemulihan energi saat istirahat tidak menjaga ketahanan.
terganggu. d. Monitor intake dan output nutrisi
c. Konsentrasi dan daya tahan otot tidak untuk mengetahui sumber energi
terganggu. yang adekuat.
e. Bantu pasien memproritaskan
kegiatan untuk mengakomodasi
energi yang diperlukan.
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan Status nutrisi: Asupan makanan dan cairan: Manajemen gangguan makan:
1. asupan makanan secara oral 1. kolaborasi dengan tim kesehatan lain
2. asupan makan secara tube feeding untuk mengembangkan rencana
3. asupan cairan secara oral perawatan dengan melibatkan klien
4. asupan nutrisi parenteral dan orang-orang terdekatnya dengan
tepat
Status nutrisi: Asupan nutrisi: 2. rundingkan dengan ahli gizi dalam
1. asupan kalori menentukan asupan kalori harian
2. asupan protein yang diperlukan untuk
3. asupan lemak mempertahankan berat badan yang
4. asupan karbohidrat sudah ditentukan
3. dorong klien untuk mendiskusikan
makanan yang disukai bersama
dengan ahli gizi
Manajemen nutrisi
1. tentukan status gizi pasien dan
kemampuan (pasien) untuk
memenuhi kebutuhan gizi
2. identifikasi adanya alergi atau
intoleransi makanan yang dimiliki
pasien
3. tentukan apa yang menjadi preferensi
makanan bagi pasien
4. instruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi (yaitu: membahas
pedoman diet dan piramida makanan
5. pastikan diet mencakup makanan
tinggi kandungan serat untuk
mencegah konstipasi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Vol. 3).
Jakarta: EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes classification. (I. Nurjanah, & R. D. Tumanggor, Eds.)
united kingdom: Elsevier.