GAWAT DARURAT
“INFARK MIOKARD AKUT”
By : kelompok 1
Pengertian Infark Miokard Akut
Infark Miokard Akut adalah penyakit jantung yang
disebabkan oleh karena sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan
akut terjadi oleh karena adanya aterosklerotik pada dinding arteri
koroner sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung.
Faktor Predisposisi :
Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
Usia lebih dari 40 tahun
Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi
Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam
Faktor resiko yang dapat diubah :
Mayor :
Hiperlipidemia, Hipertensi, Merokok, Diabetes, Obesitas
Diet tinggi lemak jenuh, kalori
Minor :
Inaktifitas fisik
Pola kepribadian tipe A ( emosional, agresif, ambisius, kompetitif )
Stress psikologis berlebihan
Faktor resiko, obesitas, perokok, ras , umur > 40 , jenis kelamin (laki-laki)
Asam Laktat ↑
Aritmia Kontraktilitas ↓
Nyeri dada
Kegagalan
pompa jantung
MK : Nyeri Akut
Kebelakang Kedepan
Ketidakseimbang Suplai
Penurunan COP
Sesak napas & Kebutuhan O2
MK : Intoleransi aktivitas
Disritmia Tromboemboli
Pengkajian Fisik
Pengkajian tentang penyakit infark miokard pada pemeriksaan fisik sebagai berikut:
1. Nyeri akut b/d iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri ditandai dengan : penurunan curah jantung
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis.
3. Kecemasan berhubungan dengan ancaman aktual terhadap integritas biologis
4. (Risiko tinggi) Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung, penurunan
preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik, infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel
dan kerusakan septum.
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan, iskemik, kerusakan otot jantung , penyempitan / penyumbatan pembuluh
darah arteri koronaria
6. Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan natrium / retensi air,
peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang fungsi jantung / implikasi penyakit jantung
8. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan utama paru, perubahan
membran alveolar-kapiler ( atelektasis , kolaps jalan nafas/alveolar edema paru / efusi , sekresi berlebihan / pendarahan aktif )
Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri yang ditandai dengan :
penurunan curah jantung
Kriteria hasil :
a) Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan )
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c) Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri )
d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
d) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
e) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
f) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidak efektifan kontrol nyeri masa
lampau
h) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
i) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, percahayaan dan
kebisingan
j) Kurangi faktor presipitasi nyeri
k) Pilih dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi, non farmakologi dan interpersonal )
l) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
m) Ajarkan tentanf teknik non farmatologi
n) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
o) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
p) Tingkatkan istirahat
q) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
r) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
s) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan faktor2 listrik, penurunan karakteristik miokard
Kriteria hasil :
• Tanda Vital dalam rentang normal ( Tekanan darah, Nadi, reaspirasi )
• Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
• Tidak ada adema paru, perifer, dan tidak ada asites
• Tidak ada penurunan kesadaran
Intervensi
a) Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas, lokasi, durasi )
b) Catat adanya disritmia jantung
c) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
d) Monitor status kardiovaskuler
e) Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
f) Monotor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
g) Monitor balance cairan
h) Monitor adanya perubahan tekanan darah
i) Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia
j) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
k) Monitor toleransi aktivitas pasien
l) Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
m) Anjurkan untuk menurunkan stress
n) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
o) Catat adanya fruktuasi tekanan darah
p) Monitor VS saat pasien berbaring , duduk, atau berdiri
q) Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
r) Monitor TD , nadi , RR, sebelum, seelama dan setelah aktivitas
s) Monitor kualitas dari nadi
t) Monitor adanya pulsus paradoksus
u) Monitor adanya pulsus alterans
v) Monitor jumlah dan irama jantung
w) Monitor bunyi jantung
x) Monitor frekuensi dan irama pernapasan
y) Monitor suara paru
z) Monitor pola pernapasan abnormal
aa) Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
bb) Monitor sianosis perifer
cc) Monitor adanya cushing triad ( tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik )
dd) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan/
penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria
Kriteria hasil:
• Mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
• Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
• Tidak ada ortostatik hipertensi
• Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial ( tidak lebih dari 15mmHg )
• Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan :
• Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
• Memproses informasi
• Membuat keputusan dengan benar
• Menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak ada
gerakan gerakan involunter
Intervensi
a) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas,/dingin/tajam/tumpul
b) Monitor adanya paretese
c) Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
d) Gunakan sarung tangan untuk proteksi
e) Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
f) Monitor kemampuan BAB
g) Kolaborasi pemberian analgenik
h) Monitor adanya tromboplebitis
i) Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
4. Kelebihan volume cairan ekstravaskuler berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal, peningkatan
natrium/ retensi air, peningkatan tekanan hidrostatik, penurunan protein plasma
Kriteria hasil
• Tebebas dari edema, efusi , anaskara
• Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu / ortopneu
• Terbebas dari distensi vena jugularis
• Memelihara tekanan vena sentral , tekananan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas
normal
• Terbebas dari kelelahan , kecemasan atau kebingungan
Intervensi
1) Timbang popok/ pembalut jika diperlukan
2) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
3) Pasang urin kateter jika diperlukan
4) Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urin )
5) Monitor status hemodinamika termasuk CVP,MAP,PAP, dan PCWP
6) Monitor vital sign
7) Monitor indikasi retensi/ kelebihan cairan (cracles, CVP, edema, distensi vena leher , asites )
8) Kaji lokasi dan luas edema
9) Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori
10)Monitor status nutrisi
11)Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi
12)Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l
13)Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
14)Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
15)Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan ( Hipertermia, terapi diuretik,
kelainan renal, gagal jantung, diaporesis , disfungsi hati, dll )
17) Monitor berat badan
18) Monitor serum dan elektrolit urine
19) Monitor serum dan osmilalitas urine
20) Monitor BP, HR, dan RR
21) Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung
22) Monitor parameter hemodinamik infasif
23) Cacat secara akutar intake dan output
24) Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB
25) Monitor tanda dan gejala dari odema\
26) Monitor status hemodinamika termasuk CVP,MAP,PAP, dan PCWP
27) Monitor vital sign
28) Monitor indikasi retensi/ kelebihan cairan (cracles, CVP, edema, distensi vena leher , asites )
29) Kaji lokasi dan luas edema
30) Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori
31) Monitor status nutrisi
32) Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi
33) Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l
34) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk
35) Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi
36) Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan ( Hipertermia, terapi diuretik , kelainan
renal, gagal jantung, diaporesis , disfungsi hati, dll )
37) Monitor berat badan
38)Monitor serum dan elektrolit urine
39)Monitor serum dan osmilalitas urine
40)Monitor BP, HR, dan RR
41)Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung
42)Monitor parameter hemodinamik infasif
43)Cacat secara akutar intake dan output
44)Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB
45)Monitor tanda dan gejala dari odem
5. Kerusakan pertukaran gas berhungan dengan gangguan aliran darah ke alveoli atau kegagalan utama paru,
perubahan membran alveolar kapiler (atelektasis, kolaps jalan napas/ alveolar edema paru/ efusi, sekresi
berlebihan/ pendarahan aktif)
Kriteria hasil
• Mendemonstrasikan bpeningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
• Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distress pernafasan
• Mendemotrasikan bentuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu ( mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips )
• Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi
1) Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
4) Pasang mayo bila perlu
5) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6) Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7) Auskultasi suara nafas , catat adanya suara tambahan
8) Lakukan suction pada mayo
9) Berikan bronkodilator bila perlu
10) Berikan pelembab udara
11) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
12) Monitor respirasi dan status O2
13)Monitor rata – rata , kedalaman, irama dan usaha respirasi
14)Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan , penggunaan otot tambahan , retraksi otot supraclavicular
dan intercostal
15)Monitor suara nafas, seperti dengkur
16)Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes , biot
17)Cacat lokasi trakea
18)Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan paradoksis )
19)Auskultasi suara nafas , cacat area penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
20)Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan nafas utama
21)Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk menegtahui hasilnya
Thank You