Anda di halaman 1dari 23

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Keracunan Belerang


Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang S dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal
yang tak berasa, tak berbau, dan multivalent. Belerang dalam bentuk
aslinya adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Di alam, belerang dapat
ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral-mineral sulfide dan
sulfate. Belerang adalah unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan
dalam dua asam amino. Penggunaan komersiilnya terutama dalam
fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu, korek api, insektisida, dan
fungisida.
Belerang di dalam tanah didapatkan dalam dua bentuk utama yaitu
bentuk organik dan bentuk anorganik, tetapi sebagian besar dalam bentuk
organik (Stevenson, 1994). Bentuk S tersebut menentukan perilakunya di
dalam tanah. Hampir semua S dalam tanah tropika yang tidak di pupuk
terdapat dalam bentuk organik. Unsur ini diserap oleh tanaman hampir
seluruhnya dalam bentuk ion sulfatdan hanya sejumlah kecil sebagai gas
belerang (SO2) yang diserap langsung dari tanah dan atmosfir.
Berdasarkan bentuknya di dalam tanah, S dapat dikelompokkan menjadi
sulfat organik, sulfat terlarut, sulfat terabsorpsi, S-elemen, dan sulfida.

Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas
SO2 dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas
SO2berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3bersifat
sangat reaktif. Gas SO3mudah bereaksi dengan uap air yang ada diudara
untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif,
mudah bereaksi (memakan) benda-benda lain yang mengakibatkan
kerusakan, seperti proses perkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya.
SOx mempunyai ciri bau yang tajam, bersifat korosif (penyebab karat),
beracun karena selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan phasa
gasnya. Sox menimbulkan gangguan sitem pernafasan, jika kadar 400-
500 ppm akan sangat berbahaya, 8-12 ppm menimbulkan iritasi mata, 3-5
ppm menimbulkan bau.

2.1.1 Penyebab Keracunan Belerang

Pemakaian batu bara sebagai bahan bakar pada beberapa kegiatan


industri seperti yang terjadi di negara Eropa Barat dan Amerika,
menyebabkan kadar gas SOx diudara meningkat. Reaksi antara gas SOx
dengan uap air yang terdapat di udara akan membentuk asam sulfat
maupun asam sulfit. Apabila asam sulfat dan asam sulfit turun ke bumi
bersama-sama dengan jatuhnya hujan, terjadilah apa yang dikenal
denagn Acid Rain atau hujan asam . Hujan asam sangat merugikan
karena dapat merusak tanaman maupun kesuburan tanah. Pada beberapa
negara industri, hujan asam sudah banyak menjadi persoalan yang sangat
serius karena sifatnya yang merusak. Hutan yang gundul akibat jatuhnya
hujan asam akan mengakibatkan lingkungan semakin parah.
Pencemaran SOx diudara terutama berasal dari pemakaian baru
bara yang digunakan pada kegiatan industri, transportasi, dan lain
sebagainya. Belerang dalam batu bara berupa mineral besi peritis atau
FeS2 dan dapat pula berbentuk mineral logam sulfida lainnya seperti PbS,
HgS, ZnS, CuFeS2 dan Cu2S. Dalam proses industri besi dan baja (tanur
logam) banyak dihasilkan SOx karena mineral-mineral logam banyak
terikat dalam bentuk sulfida. Pada proses peleburan sulfida logam diubah
menjadi oksida logam. Proses ini juga sekaligus menghilangkan belerang
dari kandungan logam karena belerang merupakan pengotor logam.
Apabila asam sulfat maupun asam sulfit tersebut ikut
berkondensasi di udara dan kemudian jatuh bersama-sama air hujan
sehingga pencemaran berupa hujan asam tidak dapat dihindari lagi.
Hujan asam ini dapat merusak tanaman, terkecuali tanaman hutan.
Kerusakan hutan ini akan mengakibatkan terjadinya pengikisan lapisan
tanah yang subur. Walaupun konsentrasi gas SOx yang terdispersi ke
lingkungan itu berkadar rendah, namun bila waktu kontak terhadap
tanaman cukup lama maka kerusakan tanaman dapat saja terjadi.
Konsentrasi sekitar 0,5 ppm sudah dapat merusakan tanaman, terlebih
lagi bila konsentrasi SOx di Udara lingkungan dapat dilihat dari
timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Kalau waktu paparan
lama, maka daun itu akan gugur. Hal ini akan mengakibatkan
produktivitas tanaman menurun. Udara yang telah tercemar SOx
menyebabkan manusia akan mengalami gangguan pada sistem
pernapasaannya. Hal ini karena gas SOx yang mudah menjadi asam
tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran
napas yang lain sampai ke paru-paru. Serangan gas SOx tersebut
menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena.

SO2 mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesehatan yang akut


dan kronis. dalam bentuk gas, SO2 dapat mengiritasi sistem pernapasan;
pada paparan yang tinggi (waktu singkat) mempengaruhi fungsi paru-
paru. SO2 merupakan produk sampingan H2SO4 yang mempengaruhi
sistem pernapasan. Senyawanya, terdiri dari garam ammonium polinuklir
atau organosulfat, mempengaruhi kerja alveoli dan sebagai bahan kimia
yang larut, mereka melewati membran selaput lendir pada sistem
pernapasan pada makhluk hidup. Aerosol partikulat dibentuk oleh gas ke
pembentukan partikel ditemukan bergabung dengan pengaruh kesehatan
yang banyak. Secara global, senyawa-senyawa belerang dalam jumlah
cukup besar masuk ke atmosfer melalui aktivitas manusia sekitar 100 juta
metric ton belerang setiap tahunnya, terutama sebagai SO2dari
pembakaran batu bara dan gas buangan pembakaran bensin. Jumlah yang
cukup besar dari senyawa belerang juga dihasilkan oleh kegiatan gunung
berapi dalam bentuk H2S, proses perombakan bahan organik, dan reduksi
sulfat secara biologis. Jumlah yang dihasilkan oleh proses biologis ini
dapat mencapai lebih 1 juta metric ton H2S per tahun.
Walaupun SO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia hanya
merupakan bagian kecil dari SO2yang ada diatmosfer, tetapi pengaruhnya
sangat serius karena SO2 langsung dapat meracuni makhluk disekitarnya.
SO2 yang ada diatmosfer menyebabkan iritasi saluran pernapasandan
kenaikan sekresi mucus. Orang yang mempunyai pernapasan lemah
sangat peka terhadap kandungan SO2 yang tinggi diatmosfer. Dengan
konsentrasi 500 ppm, SO2 dapat menyebabkan kematian pada manusia.
Pencemaran yang cukup tinggi oleh SO2 telah menimbulkan malapetaka
yang cukup serius. Seperti yang terjadi di lembah Nerse Belgia pada
1930, tingkat kandungan SO2 diudara mencapai 38 ppm dan
menyebabkan toksisitas akut. Selama periode ini menyebabkan kematian
60 orang dan sejumlah ternak sapi.
Sulfur dioksida juga berbahaya bagi tanaman. Adanya gas ini pada
konsentrasi tinggi dapat membunuh jaringan pada daun. pinggiran daun
dan daerah diantara tulang-tulang daun rusak. Secara kronis
SO2 menyebabkan terjadinya khlorosis. Kerusakan tanaman iniakan
diperparah dengan kenaikan kelembaban udara. SO2 diudara akan
berubah menjadi asam sulfat. Oleh karena itu, didaerah dengan adanya
pencemaran oleh SO2 yang cukup tinggi, tanaman akan rusak oleh
aerosol asam sulfat. Kerusakan juga dialami oleh bangunan yang bahan-
bahannya seperti batu kapur, batu pualam, dolomit akan dirusak oleh
SO2 dari udara. Efek dari kerusakan ini akan tampak pada
penampilannya, integritas struktur, dan umur dari gedung tersebut.

2.1.2 Klasifikasi Keracunan Belerang


Belerang atau sulfur oksida terdiri atas 2 macam, yaitu SO2 dan
SO3. Kandungan sulfur di udara didominasi oleh sulfur dioksida (SO2)
dan hanya sekitar 2% yang merupakan SO3. Gas SO2 berbau tajam
namun tidak mudah terbakar sedangkan gas SO3 sangat mudah terbakar.
Kita dapat mencium bau dari gas SO2 jika konsentrasinya berkisar antara
0,3-1 ppm. Pencemaran SO2 secara alami dapat berasal dari aktivitas
gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba dan reduksi
sulfat secara biologis. Sementara itu, sumber pencemaran SO2 buatan
berasal dari pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan batu bara yang
mengandung sulfur tinggi. Bahaya gas SO2 yang ada di udara dapat
menyebabkan iritasi saluran pernafasan bahkan jiak konsentrasinya
mencapai 500 ppm, SO2 dapat menyebabkan kematian pada manusia dan
hewan, serta menyebabkan kerusakan pada tanaman.

2.1.3 Patofisiologi Keracunan Belerang

Kandungan karbon dioksida di udara segar bervariasi antara 0,03%


(300ppm) sampai dengan 0,06% (600 ppm) bergantung pada lokasi.
Menurut Otoritas Keselamatan Maritim Australia, "Paparan
berkepanjangan terhadap konsentrasi karbon dioksida yang sedang dapat
menyebabkan asidosis dan efek-efek merugikan pada metabolisme
kalsium fosforus yang menyebabkan peningkatan endapan kalsium pada
jaringan lunak. Karbon dioksida beracun kepada jantung dan
menyebabkan menurunnya gaya kontraktil. Pada konsentrasi tiga persen
berdasarkan volume di udara, ia bersifat narkotik ringan dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, dan
menyebabkan penurunan daya dengar. Pada konsentrasi sekitar lima
persen berdasarkan volume, ia menyebabkan stimulasi pusat pernapasan,
pusing-pusing, kebingungan, dan kesulitan pernapasan yang diikuti sakit
kepala dan sesak napas. Pada konsentrasi delapan persen, ia
menyebabkan sakit kepala, keringatan, penglihatan buram, tremor, dan
kehilangan kesadaran setelah paparan selama lima sampai sepuluh menit.
Oleh karena bahaya kesehatan yang diasosiasikan dengan paparan
karbon dioksida, Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Amerika Serikat menyatakan bahwa paparan rata-rata untuk orang
dewasa yang sehat selama waktu kerja 8 jam sehari tidak boleh melebihi
5.000 ppm (0,5%). Batas aman maksimum untuk balita, anak-anak, orang
tua, dan individu dengan masalah kesehatan kardiopulmonari (jatung dan
paru-paru) secara signifikan lebih kecil. Untuk paparan dalam jangka
waktu pendek (di bawah 10 menit), batasan dari Institut Nasional untuk
Kesehatan dan Keamanan Kerja Amerika Serikat (NIOSH) adalah 30.000
ppm (3%). NIOSH juga menyatakan bahwa konsentrasi karbon dioksida
yang melebihi 4% adalah langsung berbahaya bagi keselamatan jiwa dan
kesehatan.
Adaptasi terhadap peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada manusia.
Inhalasi CO2 yang berkelanjutan dapat ditoleransi pada konsentrasi
inspirasi tiga persen paling sedikit selama satu bulan dan empat persen
konsentrasi insiparsi selama lebih dari satu minggu. Diajukan juga bahwa
konsentrasi insipirasi sebesar 2,0 persen dapat digunakan untuk ruangan
tertutup (seperti kapal selam) oleh karena adaptasi ini bersifat fisiologis
dan reversibel. Penurunan kinerja atau pada aktivitas fisik yang normal
tidak terjadi pada tingkat konsentrasi ini.
Gambaran-gambaran ini berlaku untuk karbon dioksida murni. Dalam
ruangan tertutup yang dipenuhi orang, konsentrasi karbondioksida akan
mencapai tingkat yang lebih tinggi daripada konsentrasi di udara bebas.
Konsentrasi yang lebih besar dari 1.000 ppm akan menyebabkan
ketidaknyamanan terhadap 20% penghuni dan ketidaknyamanan ini akan
meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi CO2.
Ketidaknyamanan ini diakibatkan oleh gas-gas yang dikeluarkan sewaktu
pernapasan dan keringatan manusia, bukan oleh CO2. Pada konsentrasi
2.000 ppm, mayoritas penghuni akan merasakan ketidaknyamanan yang
signifikan dan banyak yang akan mual-mual dan sakit kepala.
Konsentrasi CO2 antara 300 ppm sampai dengan 2.500 ppm digunakan
sebagai indikator kualitas udara dalam ruangan.
Keracunan karbon dioksida akut dikenal sebagai lembap hitam.
Para penambang biasanya akan membawa sesangkar burung kenari ketika
mereka sedang bekerja untuk memperingati mereka ketika kadar karbon
dioksida mencapat tingkat yang berbahaya. Burung kenari akan terlebih
dahulu mati sebelum kadar CO2 mencapai tingkat yang berbahaya untuk
manusia. Karbon dioksida menyebabkan kematian yang luas di Danau
Nyos di Kamerun pada tahun 1996. Karbon dioksida yang lebih berat
yang dikeluarkan mendorong oksigen keluar, menyebabkan kematian
hampir 2000 orang.

2.1.4 Manifestasi Klinis Keracunan Belerang


Karbon dioksida akan menyebabkan asfiksia karena berkurangnya
jumlah oksigen di udara pernapasan dan proses ini pada tahap awal akan
dipercepat dengan adanya efek langsung CO2 pada pusat pernapasan sehingga
akan menyebabkan makin cepat dan dalamnya pernapasan, sehingga tingkat
keracunan perinhalasi tadi makin berat. Gejala keracunan akibat CO2 adalah:
- Sakit kepala serta kepala terasa berat
- Lemah
- Telinga berbunyi (tinitus)
- Nausea
- Otot-otot menjadi lemah
- Somnolen
- Tekanan darah meningkat disertai dengan sianosis
- Pernapasan cepat dan nadi cepat
- Collaps, koma dan meninggal
Gejala keracunan tergantung pada konsentrasi CO2 di dalam sumber
keracunan. Apabila hampir saluran atmosfer mengandung CO2 maka efek
toksis CO2 begitu hebatnya dan ditandai dengan spasme glottis, konvulsi,
koma yang terjadi secara mendadak dan kematian segera. Biasanya kematian
karena keracunan CO2 ini sering membawa korban lebih dari seorang karena
si penolong tidak menduga korban pertama keracunan gas dan berbahaya.
2.1.5 Penatalaksanaan Belerang
1. Pindahkan korban pada daerah yang sirkulasi udaranya baik dan
tenangkan korban, diharapkan gejalanya akan segera hilang.
2. Lepaskan atau dekontaminasi baju korban (bila penyebabnya adalah
bahan kimia yang mudah menguap
3. Segera kirim korban ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan
selanjutnya
4. Perlu diperhatikan bahwa jangan pernah memindahkan korban dari
daerah yang beracun bila Anda tidak dilengkapi dengan alat pelindung
yang memadai atau menggunakan alat bantu pernapasan dan tidak
pernah mendapatkan pelatihan untuk menggunakan alat pelindung diri.

Secara khusus, perlakuan lanjutan yang harus dilakukan pada setiap


jenis keracunan bahan kimia yang berbeda adalah sebagai berikut :
1. Keracunan melalui Mulut/Pencernaan

Perlakuan yang dapat diberikan kepada korban adalah dengan


memberikan air minum/susu sebanyak 2-4 gelas, Apabila korban
pingsan jangan berikan sesuatu melalui mulut. Usahakan supaya
muntah segera dengan memasukkan jari tangan ke pangkal lidah atau
dengan memberikan air garam hangat (satu sendok makan garam dalam
satu gelas air hangat). Ulangi sampai pemuntahan cairan jernih.
Pemuntahan jangan dilakukan apabila tertelan minyak tanah, bensin,
asam atau alkali kuat, atau apabila korban tidak sadar.

Berilah antidote yang cocok, bila tidak diketahui bahan beracunnya,


berilah satu sendok antidote umum dalam segelas air hangat umum.
Bubuk antidote umum terbuat dari dua bagian arang aktif (roti yang
gosong), satu bagian magnesium oksida (milk of magnesia), dan satu
bagian asam tannat (teh kering). Jangan berikan minyak atau alkohol
kecuali untuk racun tertentu.

Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk
pertolongan pertama terhadap korban keracunan bahan kimia :

Jenis Peracun Pertolongan Pertama

Bila tertelan berilah bubur


Asam-asam korosif seperti asam sulfat (H2SO4), aluminium hidroksida
fluoroboric acid, hydrobromic atau milk of magnesia
acid 62%, hydrochloric acid 32%, hydrochloric diikuti dengan susu atau
acid fuming 37%, sulfur dioksida, dan lain-lain. putih telur yang dikocok
Bila tertelan berilah bubur aluminium hidroksida dengan air.
atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau Jangan diberi dengan
putih telur yang dikocok dengan air. karbonat atau soda kue.

Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium Bila tertelan berilah asam
hidroksida (NH4OH), Kalium hidroksida (KOH), asetat encer (1%), cuka
Kalsium oksida (CaO), soda abu, dan lain-lain. (1:4), asam sitrat (1%),
atau air jeruk. Lanjutkan
dengan memberi susu
atau putih telur.

Berikan antidote umum,


susu, minum air kelapa,
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan norit, suntikan BAL, atau
lain-lain putih telur.

Minum air kelapa, susu,


vegeta, norit, suntikan
Pestisida PAM

Bila tertelan usahakan


pemuntahan dan
Garam Arsen berikanmilk of magnesia.

2. Keracunan melalui Pernafasan

Jika racun yang masuk dalam tubuh terhirup oleh saluran pernafasan,
gunakan masker khusus atau kalau terpaksa sama sekali tidak ada,
tahanlah nafas saat memberikan pertolongan di tempat beracun. Bawalah
korban ke tempat yang berudara sesegera mungkin dan berikan pernafasan
buatan secepatnya, apabila korban mengalami kesulitan bernafas. Lakukan
hal tersebut berulang-ulang sampai petugas kesehatan datang.

3. Keracunan melalui Kulit

Jika racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit, jika memungkinkan


tentukan lebih dulu jenis bahan kimia beracun yang masuk dan usahakan
agar tidak tersentuh, siramlah bagian tubuh korban yang terkena bahan
racun dengan air bersih paling sedikit 15 menit. Langkah selanjutnya,
lepaskan pakaian yang dikenakan, berikut sepatu, perhiasan dan benda-
benda lain yang terkena racun. Jangan mengoleskan minyak, mentega atau
pasta natrium bikarbonat pada kulit yang terkena racun, kecuali
diperintahkan oleh petugas kesehatan yang hadir di situ.
4. Keracunan melalui Mata

Jika racun yang masuk ke dalam tubuh melalui selaput lendir di mata,
segeralah melakukan pencucian pada kedua mata korban dengan air bersih
dalam jumlah banyak (disini anda dapat mengunakan air hangat-hangat
kuku). Buka kelopak mata atas dan bawah, tarik bulu matanya supaya
kelopak mata tidak menyentuh bola mata. Posisi ini memungkinkan
masuknya air bersih dan dapat mencuci seluruh permukaan bola mata dan
kelopaknya. Teruskan pekerjaan ini sampai paling sedikit 15 menit.

2.2. Keracunan Karbon Dioksida


Keracunan gas Karbon Dioksida adalah keadaan darurat yang
menyebabkan asfiksia dan asidosis sehingga mengakibatkan gangguan
metabolisme sel. CO2 dianggap sebagai racun inhalasi yang potensial.
Dalam keadaan berat dapat terjadi kematian. Karbon dioksida akan
menyebabkan asfiksia karena berkurangnya jumlah oksigen di udara
pernapasan dan proses ini pada tahap awal akan dipercepat dengan
adanya efek langsung CO2 pada pusat pernapasan sehingga akan
menyebabkan makin cepat dan dalamnya pernapasan, sehingga tingkat
keracunan perinhalasi tadi makin berat. Tanda dan gejala keracunan gas
karbon dioksida harus segera dikenali. CO2 dianggap sebagai racun
inhalasi yang potensial dan penyebab dari asfiksia. Memasuki tubuh dari
atmosfer melalui paru-paru, didistribusikan ke darah, dan dapat
menyebabkan ketidakseimbangan asam-basa, atau asidosis, dengan
depresi Susunan Saraf Pusat.

Gejala klinis awal keracunan gas CO2 tidak khas, menyerupai banyak
gejala penyakit lain, seperti sakit kepala, mual dan pening, gejala seperti
flu, kadang pula didiagnosis sebagai sindrom viral. Karena itu lebih
banyak kasus tidak dilaporkan akibat tidak dikenali/tidak terdiagnosis
dibandingkan yang berhasil ditangani. Dengan kejadian seperti di atas
maka adalah kewajiban dokter di Indonesia untuk mampu mengenali dan
menangani keracunan gas CO2.
2.2.1 Sifat – sifat dan fisik Kimia
Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau.
Ketika dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbon
dioksida di atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di
hidung dan tenggorokan. Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas
di membran mukosa dan saliva yang membentuk larutan asam
karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan ketika seseorang
bersendawa setelah meminum air berkarbonat (misalnya Coca Cola).
Konsentrasi yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan,
sedangkan konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan
kehidupan hewan. Pada keadaan STP, rapatan karbon dioksida berkisar
sekitar 1,98 kg/m³, kira kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul
karbon dioksida (O=C=O) mengandung dua ikatan rangkap yang
berbentuk linear. Ia tidak bersifat dipol. Senyawa ini tidak
begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa membantu
pembakaran logam seperti magnesium.
INCLUDEPICTURE
"http://0.tqn.com/d/chemistry/1/G/X/a/carbondioxide.jpg" \*

MERGEFORMATINET
Gambar 1. Ikatan ion karbon dioksida (dikutip dari daftar pustaka no:5)
Pada suhu −78,51° C, karbon dioksida
langsung menyublim menjadi padat melalui proses deposisi. Bentuk
padat karbon dioksida biasa disebut sebagai "es kering". Fenomena ini
pertama kali dipantau oleh seorang kimiawan Perancis, Charles Thilorier,
pada tahun 1825. Es kering biasanya digunakan sebagai zat pendingin
yang relatif murah. Sifat-sifat yang menyebabkannya sangat praktis
adalah karbon dioksida langsung menyublim menjadi gas dan tidak
meninggalkan cairan. Penggunaan lain dari es kering adalah
untuk pembersihan sembur. Cairan kabon dioksida terbentuk hanya pada
tekanan di atas 5,1 atm; titik tripel karbon dioksida kira-kira
518 kPa pada −56,6 °C (Silahkan lihat diagram fase di bawah). Titik
kritis karbon dioksida adalah 7,38 MPa pada 31,1 °C.

Gambar 2. Diagram fase tekanan-


temperatur karbon dioksida yang memperlihatkan titik tripelkarbon
dioksida (dikutip dari daftar pustaka no: 6)
Terdapat pula bentuk amorf karbon dioksida yang seperti kaca,
namun ia tidak terbentuk pada tekanan atmosfer. Bentuk kaca ini, disebut
sebagai karbonia, dihasilkan dari pelewat bekuan CO2 yang terlebih
dahulu dipanaskan pada tekanan ekstrem (40-48 GPa atau kira-kira
400.000 atm) dilandasan intan. Penemuan ini mengkonfirmasikan teori
yang menyatakan bahwa karbon dioksida bisa berbentuk kaca seperti
senyawa lainnya yang sekelompok dengan karbon,
misalnya silikon dan germanium. Tidak seperti kaca silikon dan
germanium, kaca karbonia tidak stabil pada tekanan normal dan akan
kembali menjadi gas ketika tekanannya dilepas.

2.2.2 Fisiologi Manusia

CO2 diangkut di darah dengan tiga cara yang berbeda:


 Kebanyakan (sekitar 70% – 80%) dikonversikan menjadi
ion bikarbonat HCO3− oleh enzim karbonat anhidrase di sel-sel darah
merah,8 dengan reaksi
CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3−.

5% – 10% larut di plasma8

5% – 10% diikat oleh hemoglobin sebagai senyawa karbamino8
Hemoglobin, molekul pengangkut oksigen yang utama pada sel
darah merah, mengangkut baik oksigen maupun karbon dioksida.
Namun CO2 yang diangkut hemoglobin tidak terikat pada tempat yang
sama dengan oksigen. Ia bergabung dengan gugus terminal-N pada
empat rantai globin. Namun, karena efek alosterik pada molekul
hemoglobin, pengikatan CO2 mengurangi jumlah oksigen yang dapat
diikat. Penurunan pengikatan karbon dioksida oleh karena peningkatan
kadar oksigen dikenal sebagai efek Haldane dan penting dalam traspor
karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru. Sebaliknya, peningkatan
tekanan parsial CO2 atau penurunan pH akan menyebabkan pelepasan
oksigen dari hemoglobin, dikenal sebagai efek Bohr.
Karbon dioksida adalah salah satu mediator autoregulasi setempat
suplai darah. Apabila kadar karbon dioksidanya tinggi, kapiler akan
mengembang untuk mengijinkan arus darah yang lebih besar ke jaringan
yang dituju. Ion bikarbonat sangatlah penting dalam meregulasi pH
darah. Laju pernapasan seseorang dipengaruhi oleh kadar CO2 dalam
darahnya. Pernapasan yang terlalu lambat akan menyebabkan asidosis
pernapasan, sedangkan pernapasan yang terlalu cepat akan
menimbulkan hiperventilasi yang bisa menyebabkan alkalosis
pernapasan.
Walaupun tubuh memerlukan oksigen untuk metabolisme, kadar
oksigen yang rendah tidak akan menstimulasi pernapasan. Sebaliknya
pernapasan distimulasi oleh kadar karbon dioksida yang tinggi.
Akibatnya, bernapas pada udara bertekanan rendah atau campuran gas
tanpa oksigen (seperti nitrogen murni) dapat menyebabkan kehilangan
kesadaran. Hal ini sangatlah berbahaya bagi pilot tempur. Ini juga adalah
alasan mengapa penumpang pesawat diinstruksikan untuk memakai
masker oksigen ke dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum membantu
orang lain ketika tekanan kabin berkurang, jika tidak maka terjadi risiko
tidak sadarkan diri.
Lingkungan tanpa oksigen memadai tidak memungkinkan bagi
sel-sel dalam tubuh untuk mendapatkan oksigen yang mereka butuhkan
untuk bertahan hidup. Untungnya, tubuh mengkompensasi kelebihan ion
H+ dengan mengikat proton dengan hemoglobin. Selain itu, paru-paru
mencoba untuk mengkompensasi dengan mengeluarkan CO2
berlebih,yang merupakan alasan napas cepat terlihat saat terpapar CO2
akut.Setelah kontak yang terlalu lama, ginjal mulai menyeimbangkan pH
darah dengan mempertahankan bikarbonat dan buang air ion hidrogen
untuk membenarkan asidosis.
Menurut salah satu kajian dari Departemen Pertanian Amerika
Serikat, pernapasan orang pada umumnya menghasilkan kira-kira 450
liter (sekitar 900 gram) karbon dioksida perhari.
2.2.3 Patofisiologi

Kandungan karbon dioksida di udara segar bervariasi antara 0,03%


(300ppm) sampai dengan 0,06% (600 ppm) bergantung pada lokasi.
Menurut Otoritas Keselamatan Maritim Australia, "Paparan
berkepanjangan terhadap konsentrasi karbon dioksida yang sedang dapat
menyebabkan asidosis dan efek-efek merugikan pada metabolisme
kalsium fosforus yang menyebabkan peningkatan endapan kalsium pada
jaringan lunak. Karbon dioksida beracun kepada jantung dan
menyebabkan menurunnya gaya kontraktil. Pada konsentrasi tiga persen
berdasarkan volume di udara, ia bersifat narkotik ringan dan
menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, dan
menyebabkan penurunan daya dengar. Pada konsentrasi sekitar lima
persen berdasarkan volume, ia menyebabkan stimulasi pusat pernapasan,
pusing-pusing, kebingungan, dan kesulitan pernapasan yang diikuti sakit
kepala dan sesak napas. Pada konsentrasi delapan persen, ia
menyebabkan sakit kepala, keringatan, penglihatan buram, tremor, dan
kehilangan kesadaran setelah paparan selama lima sampai sepuluh menit
Oleh karena bahaya kesehatan yang diasosiasikan dengan paparan
karbon dioksida, Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Amerika Serikat menyatakan bahwa paparan rata-rata untuk orang
dewasa yang sehat selama waktu kerja 8 jam sehari tidak boleh melebihi
5.000 ppm (0,5%). Batas aman maksimum untuk balita, anak-anak, orang
tua, dan individu dengan masalah kesehatan kardiopulmonari (jatung dan
paru-paru) secara signifikan lebih kecil. Untuk paparan dalam jangka
waktu pendek (di bawah 10 menit), batasan dari Institut Nasional untuk
Kesehatan dan Keamanan Kerja Amerika Serikat (NIOSH) adalah 30.000
ppm (3%). NIOSH juga menyatakan bahwa konsentrasi karbon dioksida
yang melebihi 4% adalah langsung berbahaya bagi keselamatan jiwa dan
kesehatan
Adaptasi terhadap peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada manusia.
Inhalasi CO2 yang berkelanjutan dapat ditoleransi pada konsentrasi
inspirasi tiga persen paling sedikit selama satu bulan dan empat persen
konsentrasi insiparsi selama lebih dari satu minggu. Diajukan juga bahwa
konsentrasi insipirasi sebesar 2,0 persen dapat digunakan untuk ruangan
tertutup (seperti kapal selam) oleh karena adaptasi ini bersifat fisiologis
dan reversibel. Penurunan kinerja atau pada aktivitas fisik yang normal
tidak terjadi pada tingkat konsentrasi ini
Gambaran-gambaran ini berlaku untuk karbon dioksida murni. Dalam
ruangan tertutup yang dipenuhi orang, konsentrasi karbondioksida akan
mencapai tingkat yang lebih tinggi daripada konsentrasi di udara bebas.
Konsentrasi yang lebih besar dari 1.000 ppm akan menyebabkan
ketidaknyamanan terhadap 20% penghuni dan ketidaknyamanan ini akan
meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi CO2.
Ketidaknyamanan ini diakibatkan oleh gas-gas yang dikeluarkan sewaktu
pernapasan dan keringatan manusia, bukan oleh CO2. Pada konsentrasi
2.000 ppm, mayoritas penghuni akan merasakan ketidaknyamanan yang
signifikan dan banyak yang akan mual-mual dan sakit kepala.
Konsentrasi CO2 antara 300 ppm sampai dengan 2.500 ppm digunakan
sebagai indikator kualitas udara dalam ruangan. Keracunan karbon
dioksida akut dikenal sebagai lembap hitam. Para penambang biasanya
akan membawa sesangkar burung kenari ketika mereka sedang bekerja
untuk memperingati mereka ketika kadar karbon dioksida mencapat
tingkat yang berbahaya. Burung kenari akan terlebih dahulu mati
sebelum kadar CO2 mencapai tingkat yang berbahaya untuk manusia.
Karbon dioksida menyebabkan kematian yang luas di Danau
Nyos di Kamerun pada tahun 1996. Karbon dioksida yang lebih berat
yang dikeluarkan mendorong oksigen keluar, menyebabkan kematian
hampir 2000 orang
2.2.4 Manifestasi Klinik

Karbon dioksida akan menyebabkan asfiksia karena


berkurangnya jumlah oksigen di udara pernapasan dan proses ini pada
tahap awal akan dipercepat dengan adanya efek langsung CO2 pada
pusat pernapasan sehingga akan menyebabkan makin cepat dan
dalamnya pernapasan, sehingga tingkat keracunan perinhalasi tadi makin
berat. Gejala keracunan akibat CO2 adalah:
- Sakit kepala serta kepala terasa berat
- Lemah
- Telinga berbunyi (tinitus)
- Nausea
- Otot-otot menjadi lemah
- Somnolen
- Tekanan darah meningkat disertai dengan sianosis
- Pernapasan cepat dan nadi cepat
- Collaps, koma dan meninggal
Gejala keracunan tergantung pada konsentrasi CO2 di dalam
sumber keracunan. Apabila hampir saluran atmosfer mengandung CO2
maka efek toksis CO2 begitu hebatnya dan ditandai dengan spasme
glottis, konvulsi, koma yang terjadi secara mendadak dan kematian
segera. Biasanya kematian karena keracunan CO2 ini sering membawa
korban lebih dari seorang karena si penolong tidak menduga korban
pertama keracunan gas dan berbahan.
2.2.5 Pelaksanaan
1. Secepat mungkin korban dikeluarkan dari sumber keracunan. Hati-
hati bagi penolong karena harus memakai masker gas oksigen
supaya tidak terbawa serta keracunan. Apabila menemukan kasus
demikian haruslah curiga bahwa korban adalah akibat keracunan
gas beracun
2. Pindahkan dari daerah yang berbahaya tadi dan berikan pernapasan
buatan
3. Berikan gas oksigen
4. Terapi simptomatis
Tambahan: masker gas (bukan masker gas oksigen) berfungsi untuk menahan
partikel, sedang gas CO2 bukan partikel maka apabila tidak dipakai
masker gas oksigen, gas CO2 masih masuk dalam saluran pernapasan
penolong. Apabila keracunan dalam gua/tambang maka penolong
dapat turun dengan menggali sesuai dengan arah angin dengan
harapan angin akan mendorong gas CO2 keluar sehingga tidak
membahayakan penolong.
2.3 Keracunan Nitrogen Dioksida

2.3.1 sumber toksin udara nitrogen dioksida (NO2)


Beberapa nitrogen dioksida terbentuk secara alami di atmosfer oleh petir
dan beberapa dihasilkan oleh tanaman, tanah dan air. Namun, hanya sekitar 1%
dari jumlah total nitrogen dioksida yang ditemukan di udara kota-kota kita
dibentuk dengan cara ini. Nitrogen dioksida adalah polutan udara penting karena
berkontribusi pada pembentukan kabut fotokimia, yang dapat memiliki dampak
signifikan pada kesehatan manusia. Sumber utama nitrogen dioksida di Australia
adalah pembakaran bahan bakar fosil yaitu batu bara, minyak dan gas. Sebagian
besar nitrogen dioksida di kota-kota berasal dari knalpot kendaraan bermotor
(sekitar 80%). Sumber-sumber lain nitrogen dioksida bensin dan pemurnian
logam, pembangkit listrik dari pembangkit listrik tenaga batu bara, industri
pengolahan lainnya dan pengolahan makanan (Alamsyah, 2012).
Pencemaran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan hasil
pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik stasioner atau mesin-
mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami, dari seluruh jumlah oksigen
nitrogen (NOx) yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam
bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO
dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata
sehingga jumlahnya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO
yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada
tempat-tempat tertentu. Kadar NOx diudara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih
tinggi dari pada di udara pedesaan. Kadar NOx di udara daerah perkotaan dapat
mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh
kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah
dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan
bermotor, produksi energi dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi Nox
buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.

2.3.2 Perjalanan Toksin Udara Nitrogen Dioksida (No2) Masuk Dalam Tubuh
Paru-paru merupakan organ yang paling peka terhadap pencemaran gas
ini. Dalam konsentrasi tinggi NO2 dapat membahayakan, umumnya dalam jangka
waktu berada di tempat yang tidak terlindung hanya menyebabkan batuk-batuk,
kelelahan, dan mual-mual ringan. NO2 merupakan uap yang iritan yang
menyerang selaput lendir pernafasan bagian atas. Iritasi selaput lendir
menimbulkan sakit pada kelopak mata (conjunctiva) (Saputra, 2009).
Efek lokal gas ini adalah iritasi pada mata, dan iritasi pada membran
mukosa saluran pernapasan atas. Efek sistemik terjadi pada paru. Iritasi pada paru
yang hebat menyebabkan pulmonary edema. Kerusakan pada bronchioles yang
terjadi secara perlahan menyebabakan obstrusi pada saluran napas atas (Ismiyati,
2014).
Konsentrasi uap NO2 yang tinggi dapat membahayakan, rasa sakit dan
mencekik (choking), sewaktu-waktu terjadi refleks pernafasan dan kekejangan
katup pangkal tenggorok (glottis), pengerutan cabang paru-paru yang mendorong
terjadinya pingsan karena tidak bernafas. Kekejangan yang hebat atau edema
pangkal tenggorok dapat mengakibatkan kematian (Ismiyati, 2014).
Bila keracunan tidak fatal, masa kesembuhannya biasanya lambat
dansering mendapat komplikasi seperti kelemahan umum (asthenia), serangan
asma,bronchitis kronis yang kadang-kadang menjalar febrosis paru-paru dan
emphysema (sel-sel jaringan terisi udara) dan kerja jantung tidak teratur. Apabila
udara tercemar oleh gas NO2 dan bereaksi dengan uap air maka akan menjadi
korosif dan memberikan efek terhadap mata, paru dan kulit (Ismiyati, 2014).
Terhadap alat pernafasan, Iritasi terhadap paru akan menyebabkan edema
paru setelah terpapar oleh gas NO2 selama 48-72 jam, apabila terpapar dengan
dosis yang meningkat akan menjadi fatal. Terhadap mata, Iritasi mata dapat terjadi
apabila NO2 berupa uap yang pekat. Terhadap kulit, Iritasi terhadap kulit terjadi
apabila kulit kontak dengan uap air nitrogenakan menyebabkan luka bakar. Efek
lain (terhadap darah) Kadar nitrogen pada konsentrasi tertentu dapat bereaksi
dengan darah.

2.3.3 Mekanisme Terjadinya Toksin Udara Nitrogen Oksida (Nox)


Nitrogen Dioksida (NO2) merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen
diudara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak
oksigen membentuk NO2. Udara terdiri dari 80% Volume nitrogen dan 20%
Volume oksigen. Pada suhu kamar, hanya sedikit kecendrungan nitrogen dan
oksigen untuk bereaksi satu sama lainnya. Pada suhu yang lebih tinggi (diatas
1210°C) keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga
mengakibatkan pencemaran udara. Dalam proses pembakaran, suhu yang
digunakan biasanya mencapai 1210 – 1.765 °C, oleh karena itu reaksi ini
merupakan sumber NO yang penting (Alamsyah, 2012).
Jadi reaksi pembentukan NO merupakan hasil samping dari proses
pembakaran.Pada suhu tinggi, N2O memiliki perilaku oksidator sekuat oksigen,
sehingga dipakai dalam pembakaran roket dan motor balap untuk meningkatkan
tenaga yang dikeluarkan mesin. Gas ini juga menjadi penanda bagi peledak atau
lainnya yang gagal atau belum meledak. N2O termasuk gas yang berbahaya karena
memiliki 298 kali pengaruh yang lebih kuat per satuan berat daripada CO 2 dalam
rentang waktu 100 tahun. Di udara, N2O bereaksi dengan atom oksigen
membentuk NO, dan NO kemudian akan memecah ozon (Alamsyah, 2012).

2.3.4 Dampak Toksin Udara Nitrogen Dioksida (No2) Pada Manusia


Adanya NO2 di atmosfer akan mengakibatkan kerusakan tanaman, tetapi
sukar ditentukan apakah kerusakan tersebut disebabkan langsung oleh NO2 atau
karena polutan sekunder yang diproduksi dalam siklus fotolitik NO 2. Beberapa
polutan sekunder diketahui bersifat sangat merusak tanaman. Percobaan dengan
cara fumigasi tanam-tanaman dengan NO2 menunjukkan terjadinya bintik-bintik
pada daun jika digunakan konsentrasi 1 ppm, sedangkan dengan konsentrasi yang
lebih tinggi (3,5 ppm atau lebih) terjadi nekrosis atau kerusakan tenunan
daun. Dalam keadaan seperti ini, daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai
tempat terbentuknya karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman
tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan. Konsentrasi NO 2 sebanyak
10 ppm sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sampai sekitar
60% hingga 70% (Ismiyati, 2014).
Sifat racun (toksisitas) gas NO2 (Nitrogen Dioksida) empat kali lebih
kuat daripada toksisitas gas NOX (Nitrogen Oksida). Organ tubuh yang paling
peka terhadap pencemaran gas NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang
terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas
yang dapat mengakibatkan kematiannya. Udara yang mengandung gas NOx dalam
batas normal relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali bila gas NO x berada
dalam konsentrasi tinggi. Konsentrasi gas NO x yang tinggi dapat menyebabkan
gangguan pada sistem syaraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila
keracunan ini terus berkelanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas
NOx akan menjadi lebih berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen
sehingga menjadi gas NO2 (Saputra, 2009).
Frekuensi pajanan NO2 konsentrasi tinggi dapat menurunkan fungsi paru-
paru khususnya pada anak-anak. Hal ini dapat menurunkan pertahanan terhadap
penyakit paru-paru, agen bronchocon strictive dan penyebab iritasi lainnya. NO2
juga meningkatkan resiko untuk gangguan kelahiran, termasuk berat lahir rendah,
prematuritas, gangguan pertumbuhan intra- uterus, cacat lahir, dan kelahiran
mati.

2.3.5 Penatalaksanaan Bila Terjadi Toksin Udara Nitrogen Dioksida (No2)


PENCEGAHAN
1. Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.
2. Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.
3. Memasang filter pada knalpot.
4. Mengganti peralatan yang rusak.
5. Memasang scruber pada cerobong asap.
6. Memodifikasi pada proses pembakaran.
Apabila kadar NO2 dalam udara ambien telah melebihi baku mutu (150
mg/Nm3 dengan waktu pengukur 24 jam) maka untuk mencegah dampak
kesehatan dilakukan upaya-upaya menggunakan alat pelindung diri, seperti
masker gas, Mengurangi aktifitas di luar rumah.
PENANGGULANGAN
Usaha Preventif (sebelum pencemaran)
1. Mengembangkan energi alternatif dan teknologi yang ramah lingkungan.
2. Mensosialisasikan pelajaran lingkungan hidup (PLH) di sekolah dan
masyarakat.
3. Mewajibkan dilakukannya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) bagi industri atau usaha yang menghasilkan limbah.

4. Tidak membakar sampah di pekarangan rumah.

5. Tidak menggunakan kulkas yang memakai CFC dan membatasi penggunaan


AC dalam kehidupan sehari-hari.

6. Tidak merokok di dalam ruangan.

7. Menanam tanaman hias di pekarangan atau di pot-pot.

8. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan penghijauan.i. Ikut memelihara taman kota


dan pohon pelindung.

9. Tidak melakukan penebangan hutan, pohon dan tumbuhan liar secara


sembarangan.

10. Mengurangi penggunaan zat aerosol dalam penyemprotan ruang.

11. Menghentikan penggunaan busa plastik yang mengandung CFC.

12. Mendaur ulang freon dari mobil yang ber-AC.

13. Mengurangi atau menghentikan semua penggunaan CFC.

14. Mengatur pertukaran udara di dalam ruang, seperti mengunakan exhaust-fan.

Usaha kuratif (sesudah pencemaran)


1. Bila terjadi korban keracunan, maka berikan pengobatan atau pernafasaan
buatan.· Kirim segera ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.
2. Menggalang dana untuk mengobati dan merawat korban pencemaran
lingkungan.

3. Kerja bakti rutin di tingkat RT/RW atau instansi, untuk membersihkan


lingkungan dari polutan.

4. Melokalisasi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) sebagai tempat/ pabrik


daur ulang.

5. Menggunakan penyaring pada cerobong kilang minyak atau pabrik yang


menghasilkan asap penyebab pencemaran udara.

Penatalaksanaan medis: Resusitasi dan Stabilisasi


1. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin
pertukaran udara.
2. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi
dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya
kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
3. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
Bab 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Senyawa beracun dalam bahan pangan dapat terjadi karena
residu/pencemaran. Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik
yang memiliki lambang S dan nomor atom 16. Bentuknya adalah non-metal yang
tak berasa, tak berbau, dan multivalent. Tanda dan gejalanya Karbon dioksida
akan menyebabkan asfiksia karena berkurangnya jumlah oksigen di udara
pernapasan dan proses ini pada tahap awal akan dipercepat dengan adanya efek
langsung CO2 pada pusat pernapasan sehingga akan menyebabkan makin cepat
dan dalamnya pernapasan, sehingga tingkat keracunan perinhalasi tadi makin
berat. Penanggulangannya ada dua yaitu preventive (sebelum pencemaran) dan
sesudah pencemaran.

3.2 Saran

Tidak ada cara untuk menghindar 100% dari bahan-bahan kimia itu dalam
kehidupan sehari-hari yang perlu dilakukan adalah meminimalkan penggunaannya
sehingga tidak melewati ambang batas yang disarankan.

Anda mungkin juga menyukai