Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN KISTA ENDOMETRIUM


DI RUANG AYUB 1 RS ROEMANI SEMARANG

DISUSUN OLEH :
LATHIFUL ANSHORI ZAIN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2016-2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di era globalisasi seperti sekarang ini masyarakat di Indonesia dituntut
untuk serba cepat diantaranya dalam hal ekonomi, kesehatan, maupun informasi.
Tidak sedikit pula wanita yang telah berumah tangga, memilih hanya sebagai ibu
rumah tangga saja, akan tetapi banyak juga wanita yang memilih untuk berkarir.
Bukan hal yang tak lazim lagi apabila sekarang ini banyak sekali wanita di
Indonesia yang telah berkarir dalam bidangnya masing-masing. Tuntutan
rutinitas pekerjaan yang begitu padat serta menyita waktu terkadang menjadi
alasan banyaknya wanita sekarang ini sulit untuk menjaga kesehatan.
Wanita di zaman sekarang ini bisa dibilang memiliki pola hidup yang
kurang baik, seperti tidak rutin berolah raga, tidak mengatur pola makan secara
baik, serta mudah stress, semua itu merupakan pola hidup yang tidak sehat dan
bisa memancing penyakit untuk menyerang kesehatan tubuh setiap wanita di
masa kini. Ada sebuah penyakit yang terbilang cukup menarik untuk diketahui
setiap wanita khususnya yang berusia produktif di Indonesia sekarang ini yakni
penyakit kista. Kista memiliki banyak jenis, diantaranya adalah kista folikel,
kista korpus luteum, kista denoma, kista dermoid, kista hemorrhage, kista lutein,
kista polikistik ovarium, kista coklat (endometriosis).
Pada dasarnya kista dimiliki setiap manusia, baik pria maupun wanita, akan
tetapi kista yang ada di dalam tubuh pria tidak berpotensi untuk menjadi sebuah
penyakit. Sedangkan pada wanita kista berpotensi menjadi penyakit yang
berbahaya apabila mulai aktif di dalam tubuh wanita.
Tingkat keganasannya ditentukan pada jenisnya setelah melakukan proses
pendeteksian oleh dokter yang menangani masalah kista. Penyakit ini terbilang
cukup unik dan mengundang perhatian, tidak sedikit juga wanita di Indonesia
yang mengenal penyakit ini, akan tetapi tidak sedikit pula wanita yang terkesan
acuh tak acuh dalam menanggulangi atau menyikapi penyakit ini, hal ini juga

2
terjadi karena sumber maupun informasi yang ada mengenai penyakit kista masih
terasa kurang, sehingga mungkin menyebabkan wanita di Indonesia sekarang ini
terkesan bereaksi kurang tanggap akan bahayanya penyakit ini hingga akhirnya
banyak korban penderita kista endometriosis ini bertambah setiap tahunnya, ini
terbukti melalui peningkatan penderita penyakit ini setiap tahunnya (Nasdaldy,
2009).
Dari sekian banyak jenis penyakit kista, kista coklat (endometriosis) begitu
menarik perhatian untuk diteliti dan di informasikan kepada masyarakat,
terutama untuk wanita di Indonesia yang setiap tahunnya bertambah banyak
penderitanya.
Endometriosis merupakan penyakit yang hanya diderita kaum perempuan.
Prevalensi endometriosis cenderung meningkat setiap tahun, walaupun data
pastinya belum dapat diketahui. Menurut Jacoeb (2007), angka kejadian di
Indonesia belum dapat diperkirakan karena belum ada studi epidemiologik, tapi
dari data temuan di rumah sakit, angkanya berkisar 13,6-69,5% pada kelompok
infertilitas. Bila persentase tersebut dikaitkan dengan jumlah penduduk sekarang,
maka di negeri ini akan ditemukan sekitar 13 juta penderita endometriosis pada
wanita usia produktif. Kaum perempuan tampaknya perlu mewaspadai penyakit
yang seringkali ditandai dengan nyeri hebat pada saat haid ini (Widhi, 2007)
Penyebab endometriosis dapat disebabkan oleh kelainan genetik, gangguan
sistem kekebalan yang memungkinkan sel endometrium melekat dan
berkembang, serta pengaruh-pengaruh dari lingkungan. Sumber lain
menyebutkan bahwa pestisida dalam makanan dapat menyebabkan
ketidakseimbangan hormon. Faktor-faktor lingkungan seperti pemakaian wadah
plastik, microwave, dan alat memasak dengan jenis tertentu dapat menjadi
penyebab endometriosis (Wood, 2008).
Penyakit endometriosis umumnya muncul pada usia reproduktif. Angka
kejadian endometriosis mencapai 5-10% pada wanita umumnya dan lebih dari
50% terjadi pada wanita perimenopause. Gejala endometriosis sangat tergantung
ada letak sel endometrium ini berpindah. Yang paling menonjol adalah adanya

3
nyeri pada panggul, sehingga hampir 71-87% kasus didiagnosa akibat keluhan
nyeri kronis hebat pada saat haid, dan hanya 38% yang muncul akibat keluhan
infertil (mandul). Tetapi ada juga yang melaporkan pernah terjadi pada masa
menopause dan bahkan ada yang melaporkan terjadi pada 40% pasien
histerektomi (pengangkatan rahim). Selain itu juga 10% endometriosis ini dapat
muncul pada mereka yang mempunyai riwayat endometriosis dalam keluarganya
(Widhi, 2007).
Hal demikian yang mendasari penulis untuk menulis makalah ini, pada
makalah ini akan diuraikan tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Mioma Uteri.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pasien kista
endometrium.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi kista endometrium.
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi kista endometrium.
c. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi kista endometrium
d. Mahasiswa mampu memahami manfestasi klinis kista endometrium.
e. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan kista endometrium.
f. Mahasiswa mampu memahami konsep askep kista endometrium yang
terdiri dari: pengkajian fokus, pathways keperawatan, diagnosa
keperawatan, dan fokus intervensi.

C. METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan dalam makalah ini yaitu dengan metode
deskrptif dan melalui pengumpulan- pengumpulan literatur dari berbagai sumber.

4
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini yaitu:
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika enulisan
Bab II : Konsep Dasar yang terdiri dari: definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, penatalaksanaan, dan konsep askep (pengkajian
fokus, pathways keperawatan, diagnosa keperawatan, dan fokus
intervensi).
Bab III : Resume Askep
Bab IV : Pembahasan
Bab V : Penutup yang terdiri dari: simpulan dan saran.

5
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Endometriosis ialah lapisan tisu yang sepatutnya melapisi dinding dalam
rahim (uterus) ada di luar rongga uterine atau pada otot rahim. Biasanya di atas
permukaan organ dalam pelvik dan abdomen, boleh dianggap tumor atau
ketumbuhan baru (neoplasma) yang bertindak setempat dan boleh merebak. Ia
bukan barah, tetapi boleh merebak seperti barah, biasanya didapati di atas atau
bawah ovari, belakang uterus, atas tisu yang memegang uterus, atas usus atau
pundi kencing. Dalam sesetengah kasus, endometriosis bisa tumbuh di dalam
paru-paru atau organ lain, tetapi kes seperti ini jarang berlaku.(Utamadi,
Gunadi, 2004)
Endometriosis merupakan masalah bagi wanita karena penderita
terganggu dengan nyeri yang selalu muncul tiap haid, selain menurunkan
kemampuan mereka untuk hamil. (Bramundito,dr,2005)
Rasa sakit dapat timbul ketika jaringan yang secara normal melapisi
rahim (endometrium) tumbuh di bagian lain, keadaan ini disebut endometriosis.
Kalbefarma-(Ferrero,dr,2005)
B. ANATOMI SISTEM REPRODUKSI

6
Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga
panggul.
a. Genitalia eksternal
1) Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen,
vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada
dinding vagina.
2) Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa
pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
3) Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang,
banyak mengandung pleksus vena. Homolog embriologik dengan
skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas
atas labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu
(pada commisura posterior).
4) Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel
rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut
saraf.
5) Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior
vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior
vagina. Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga
reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung
serabut saraf, sangat sensitif.
6) Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral
labia minora. Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6

7
lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae,
ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri.
Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
7) Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa
robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah
menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis,
septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat
robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan
(misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut
parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek
yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para.
Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen
imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah
menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
8) Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix
uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral.
Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix
anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina
memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi
epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid. Fungsi vagina
: untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan
untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas vagina terbentuk dari
duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara
klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix
uteri. Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di
sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi
orgasmus vaginal.

8
9) Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-
otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma
urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan
vagina. Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong
(episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
b. Genetalia Interna (bagian dalam)
1) Vagina (liang senggama)
Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan
uterus dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh karena itu dapat
dikendalikan. Vagina terletak di antara kandung kemih dan rektum.
Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan dinding belakangnya
sekitar 11 cm. Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang
disebur rugae dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung)
vagina, menonjol serviks bagian dari uterus. Bagian serviks yang
menonjol ke dalam vagina disebut porsio. Porsio uteri membagi
puncak vagina menjadi forniks anterior (depan), forniks posterior
(belakang),forniks dekstra (kanan), forniks sinistra (kiri). Sel dinding
vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu
dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap
infeksi. Fungsi utama vagina adalah:
sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah
pada waktu haid dan sekret dari uterus.
sebagai alat persetubuhan.
sebagai jalan lahir pada waktu partus.
2) Uterus (rahim)
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di
dalam pelvis (panggul), antara rektum di belakang dan kandung

9
kencing di depan. Berfungsi sebagai tempat calon bayi dibesarkan.
Bentuknya seperti buah alpukat dengan berat normal 30-50 gram. Pada
saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih sebesar telur ayam
kampung. Diding rahim terdiri dari 3 lapisan :
a) Peritoneum
Yang meliputi dinding uterus bagian luar, dan merupakan
penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan
urat saraf. Bagian ini meliputi tuba dan mencapai dinding
abdomen (perut).
b) Myometrium
Merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri dari otot polos yang
disusun sedemikian rupa hingga dapat mendorong isinya keluar
saat proses persalinan.Diantara serabut-serabut otot terdapat
pembuluh darah, pembulh lymfe dan urat syaraf.
c) Endometrium
Merupakan lapisan terdalam dari uterus yang akan menebal untuk
mempersiapkan jika terjadi pembuahan. Tebalnya susunannya dan
faalnya berubah secara siklis karena dipengaruhi hormon-hormon
ovarium. Dalam kehamilan endometrium berubah menjadi
decidua.
Fungsi uterus yaitu untuk menahan ovum yang telah di buahi selama
perkembangan. Sebutir ovum, sesudah keluar dari ovarium, diantarkan
melalui tuba uterina ke uterus. (pembuahan ovum secara normal terjadi
di dalam tuba uterina). Endometrium disiapkan untuk penerimaan
ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu sekarang tertanam di
dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung selama
kira-kira 40 minggu, uterus bertambah besar, dindingnya menjadi tipis,
tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis masuk ke dalam
rongga abdomen pada masa pertumbuhan fetus. Pada waktu saatnya
tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus berkontraksi secara

10
ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar kemudian kembali ke
ukuran normalnya melalui proses yang dikenal sebagai involusi.
3) Tuba Uterina (saluran telur)
Tuba uterina atau saluran telur, terdapat pada tepi atas ligamentum
latum, berjalan ke arah lateral, mulai dari ostium tuba internum pada
dinding rahim.Tuba fallopi merupakan tubulo muskular, dengan
panjang sekitar 12 cm dan diametrnya 3 dan 8 mm. Tuba fallopi
terbagi menjadi 4 bagian:
a) Pars interstitialis (intramularis), terletak di antara otot rahim,
mulai dari ostium internum tuba.
b) Pars isthmika tuba, bagian tuba yang berada di luar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit.
c) Pars ampularis tuba, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk S
d) Pars infundibulo tuba, bagian akhir tubae yang memiliki umbai
yang disebut fimbriae tuba.
Fungsi tuba fallopi sangat penting, yaitu untuk menangkap ovum yang
dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan
hasil konsepsi,tempat terjadinya konsepsi, dan tempat pertumbuhan
dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula,
yang siap mengadakan implantasi.
4) Ovarium (indung telur)
Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari, terletak di kanan dan
kiri uterus, di bawah tuba uterina, dan terikat di sebelah belakang oleh
ligamentum latum uteri. Ovarium berisi sejumlah besar ovum belum
matang, yang disebut oosit primer. Setiap oosit dikelilingi sekelompok
sel folikel pemberi makanan. Pada setiap siklus haid sebuah dari ovum
primitif ini mulai mematang dan kemudian cepat berkembang menjadi
folikel ovari yang vesikuler (folikel Graaf).
Sewaktu folikel Graff berkembang, perubahan terjadi di dalam sel-sel
ini, dan cairan likuor folikuli memisahkan sel-sel dari membran

11
granulosa menjadi beberapa lapis. Pada tahap inilah dikeluarkan
hormon estrogen. Pada masa folikel Graff mendekati pengembangan
penuh atau pematangan, letaknya dekat permukaan ovarium, dan
menjadi makin mekar karena cairan, sehingga membenjol, seperti
pembengkakan yang menyerupai kista pada permukaan ovarium.
Tekanan dari dalam folikel menyebabkannya sobek dan cairan serta
ovum lepas melalui rongga peritoneal masuk ke dalam lubang yang
berbentuk corong dari tuba uterina. Setiap bulan sebuah folikel
berkembang dan sebuah ovum dilepaskan dan dikeluarkan pada saat
kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi.

C. KLASIFIKASI
Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut :
1. Endometriosis Interna, yaitu endometriosis di dalam miometrium, lazim
disebut Adenomiosis.
2. Endometriosis Eksterna, yaitu endometriosis di luar uterus, lazim disebut
true endometriosis
Menurut letaknya endometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :
1. Endometriosis genetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya di
dalam uterus.
2. Endometriosis eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di dinding
belakang uterus, di bagian luar tuba dan di ovarium.
3. Endometriosis genetalia eksterna, yaitu endometriosis yang letaknya di
pelvio peritonium dan di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kemih
D. ETIOLOGI
Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim. Lokasi
tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii, jaringan
yang menunjang uterus, daerah di antara vagina dan rectum, juga di kandung
kemih. Endometriosis bukanlah suatu infeksi menular seksual, sehingga tidak

12
ada hubungannya dengan apakah seorang remaja pernah berhubungan seksual
atau tidak.
Sampai saat ini para dokter belum mengetahui alasan yang pasti mengapa
endometrium sampai dapat tumbuh di luar rahim. Sejauh ini hanya diketahui
bahwa endometriosis banyak ditemui di kalangan perempuan yang keluarganya
menderita endometriosis juga. Ada beberapa teori yang menjelaskan mengapa
endometrial implant dapat sampai keluar rahim.
Kista endometriosis biasanya mengenai salah satu atau kedua ovarium
(indung telur) kiri atau kanan. Sifatnya memang ikut tumbuh sesuai dengan
siklus menstruasi karena sel-sel endometriosis ini sangat peka terhadap
pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang berfluktuasi setiap bulannya
sesuai dengan siklus menstruasi tsb.
Penyebab endometriosis secara pasti belum diketahui, Ada beberapa
faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
1. Wanita usia produktif ( 15 44 tahun )
2. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
3. Menstruasi yang lama (>7 hari)
4. Spotting sebelum menstruasi
5. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
6. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
7. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
8. Terpapar Toksin dari lingkungan
9. Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk
kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda paling umum adalah rasa sakit yang parah pada perut bagian
bawah, bisa terasa sekali-kali maupun terus-menerus, atau bisa juga terkait
dengan masa menstruasi. Rasa sakit ini seringkali tidak tertahankan sehingga
menyebabkan penderitanya tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasa,

13
sehingga dia harus bolos pelajaran olahraga, atau bahkan bolos sekolah atau
kuliah dan kegiatan lainnya. Rasa sakit ini sering kali menjadi lebih parah
selama berolahraga, selama berhubungan seks, atau sesudah pemeriksaan
panggul.
Gejala lainnya bisa berupa menstruasi yang sangat berat, sakit punggung
bagian bawah, sulit buang air besar, diare, atau merasa sakit bahkan
mengeluarkan darah ketika buang air kecil. Endometrial implant ini juga
bahkan dapat menekan organ tubuh yang membawa kotoran keluar dari tubuh,
seperti kandung kemih, usus, dan rectum.(Utamadi, Gunadi, 2004)
Simptom endometriosis termasuk:
a. Sakit ketika melakukan hubungan seks (dyspareunia).
b. Sakit ketika ovulasi.
c. Sakit pinggang.
d. Rasa sakit ketika hendak buang air besar, terutama ketika haid.
e. Perdarahan sebelum dan antara waktu haid.
f. Tidak subur dan sukar hamil.
g. Gangguan kesehatan, terutama ketika haid seperti cepat sakit kepala, dan
cepat lelah. (Prof.Dr.Nik Mohd Nasri Ismail,2005)
Dr. Simone Ferrero dan beberapa rekannya dari San Martino Hospital di
University of Genoa melakukan evaluasi terhadap fungsi seksual 299 wanita
yang menjalani operasi infertilitas atau nyeri perlvis. Tim peneliti tersebut
menemukan bahwa 170 wanita diantaranya menderita endometriosis, dan 129
wanita tidak menderita penyakit tersebut.
Wanita yang mengalami rasa nyeri yang hebat selama berhubungan
seksual, yang disebut dispareunia, lebih banyak terdapat pada kelompok yang
menderita endometriosis (61 persen) daripada mereka yang tidak menderita
endometriosis (35 persen). Hasil penelitian ini dilaporkan dalam jurnal medis
Fertility and Sterility.

14
Bahkan, lebih dari 50 persen wanita yang menderita endometriosis
mengalami dispareunia berat selama kehidupan seks mereka selama ini,
ungkap para peneliti.
Menurut hasil penelitian tersebut, wanita dengan endometriosis yang
menginfiltrasi ligamen uterus lebih jarang berhubungan seksual dan jarang pula
mengalami orgasme yang memuaskan. Mereka juga sering mengalami
gangguan selama berhubungan seksual karena rasa nyeri yang dialami, kurang
rileks dan kurang puas setelah berhubungan seksual dibandingkan wanita lain.
Menurut Dr. Ferrero, penelitian ini merupakan yang pertama kali
menggambarkan abnormalitas fungsi seksual wanita yang menderita lesi
endometriosis pada ligamen utero-sakral.
F. PATOFISIOLOGI
Endometriosis berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang
melapisi dinding rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar
rahim. Lokasi tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba
falopii, jaringan yang menunjang uterus, daerah di antara vagina dan rectum,
juga di kandung kemih. Endometriosis bukanlah suatu infeksi menular seksual,
sehingga tidak ada hubungannya dengan apakah seorang remaja pernah
berhubungan seksual atau tidak.
Dalam setiap siklus menstruasi lapisan dinding rahim menebal dengan
tumbuhnya pembuluh darah dan jaringan, untuk mempersiapkan diri menerima
sel telur yang akan dilepaskan oleh indung telur yang terhubungkan dengan
rahim oleh saluran yang disebut tuba falopii atau saluran telur. Apabila, telur
yang sudah matang tersebut tidak dibuahi oleh sel sperma, maka lapisan
dinding rahim tadi luruh pada akhir siklus. Lepasnya lapisan dinding rahim
inilah yang disebut dengan peristiwa menstruasi. Keseluruhan proses ini diatur
oleh hormon, dan biasanya memerlukan waktu 28 sampai 30 hari sampai
kembali lagi ke awal proses.
Salah satu teori mengatakan bahwa darah menstruasi masuk kembali ke
tuba falopii dengan membawa jaringan dari lapisan dinding rahim, sehingga

15
jaringan tersebut menetap dan tumbuh di luar rahim. Teori lain mengatakan
bahwa sel-sel jaringan endometrium keluar dari rahim melalui pembuluh darah
atau kelenjar getah bening, kemudian mulai tumbuh di lokasi baru. Namun, ada
pula teori yang mengatakan bahwa beberapa perempuan memang terlahir
dengan sel-sel yang "salah letak", dan dapat tumbuh menjadi endometrial
implant kelak. Berbagai penelitian masih terus dilakukan untuk memahami
endometriosis ini dengan baik sehingga dapat menentukan cara yang tepat
untuk mengobatinya.
Dalam kasus endometriosis, walaupun jaringan endometrium tumbuh di
luar rahim dan menjadi "imigran gelap" di rongga perut seperti sudah
disebutkan tadi, struktur jaringan dan pembuluh darahnya juga sama dengan
endometrium yang berada di dalam rahim. Si imigran gelap (yang selanjutnya
akan kita sebut endometrial implant) ini juga akan merespons perubahan
hormon dalam siklus menstruasi. Menjelang masa menstruasi, jaringannya juga
menebal seperti saudaranya yang berada di "tanah air". Namun, bila
endometrium dapat luruh dan melepaskan diri dari rahim dan ke luar menjadi
darah menstruasi, endometrial implant ini tidak punya jalan ke luar. Sehingga,
mereka membesar pada setiap siklus, dan gejala endometriosis (yaitu rasa sakit
hebat di daerah perut) cenderung makin lama makin parah.
Intensitas rasa sakit yang disebabkan oleh endometriosis ini sangat
tergantung pada letak dan banyaknya endometrial implant yang ada pada kita.
Walaupun demikian, endometrial implant yang sangat kecil pun dapat
menyebabkan kita kesakitan luar biasa apabila terletak di dekat saraf.(Utamadi,
Gunadi, 2004)
Setiap bulan, selaput endometrium akan berkembang dalam rahim dan
membentuk satu lapisan seperti dinding. Lapisan ini akan menebal pada awal
siklus haid sebagai persediaan menerima telur tersenyawa (embrio).
Bagaimanapun jika tidak ada, dinding ini akan runtuh dan dibuang
sebagai haid. Endometriosis yang ada di luar rahim juga akan mengalami
proses sama seperti dalam rahim dan berdarah setiap bulan. Oleh kerana selaput

16
ini ada di tempat tidak sepatutnya, ia tidak boleh keluar dari badan seperti
lapisan endometrium dalam rahim.
Pada masa sama, selaput ini akan menghasilkan bahan kimia yang akan
mengganggu selaput lain dan menyebabkan rasa sakit. Lama kelamaan, lapisan
endometriosis ini semakin tebal dan membentuk benjolan atau kista (kantung
berisi cecair) dalam ovari.
Endometriosis perlu dibuang segera karena ia akan menyebabkan:
a. Tidak mampu ovulasi
b. Folikel tidak pecah.Luteolisis
c. Oosit tidak matang
d. Hubungan seks menjadi sakit dan ini mengakibatkan ia jarang dilakukan
e. Kadar keguguran yang tinggi (45 %).

17
G. PATHWAYS
Infeksi Ovarium

Cistoma ovari Pembesaran ovavium

Kistektomi ruptur ovarium

Luka Operasi resiko pendarahan

Nyeri Gangguan Perfusi


akut Jaringan

Diskontinuitas jaringan

Resiko Infeksi Ansietas

18
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laparoskopi
Membuat lubang kecil pada pusar dan memasukkan sebuah batang yang
diujungnya memiliki kamera yang dihubungkan dengan monitor TV
sehingga dapat dilihat langsung kondisi organ kandungan didalam sana,
tanpa harus menyayat perut.
2. MRI (magnetic imaging resonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta
besar/ luas.
3. Thorax X ray
Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
4. Analisa Gas Darah
Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan.
5. Uji serum
a. Protein plasent: Mungkin meningkat pada endometriosis yang
mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
b. Antibodi endometrial : Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin
jaringan endometriosis, antara lain:
1. Pengobatan Hormonal
Pengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi,
sehingga jaringan endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-
obatan ini bersifat pseudo-pregnansi atau pseudo-menopause, yang
digunakan adalah :
a. Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose
b. Progestrogen, seperti provera, primolut
c. GnRH
d. Pil kontrasepsi kombinasi

19
2. Pembedahan
Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya
invasi endometriosis. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan
Gynekologi. Widya Medica: Jakarta)

Keuntungan Kerugian

Terapi Biaya lebih murah Sering ditemukan efek samping


non
bedah Efektif menghilangkan nyeri Tidak memperbaiki fertilitas

Beberapa obat hanya dapat


digunakan dalam waktu singkat

Terapi Efektif untuk menghilangkan Lebih mahal


bedah nyeri
Resiko penetapan kurang baik
Lebih efisien dibandingkan 3%
terapi medis
Efisinsi diragukan
Melalui biopsy dapat menghilangkan rasa nyeri
ditegakkan diagnose pasti

J. PENCEGAHAN
Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling
baik untuk endometriosis. Gejala gejala endometriosis memang berkurang
atau hilang pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium
dalam sarang sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan
diusahakan supaya mendapat anak anak yang diinginkan dalam waktu yang
tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang
baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas
sesudah endometriosis. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar

20
atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena hal itu dapat
menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga
panggul.
K. KOMPLIKASI
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat
kolom atau ureter.
2. Torsi ovarim atau ruptur ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma.
3. Catamenial seizure atau pneumotoraks karena eksisi endometriosis.
L. KONSEP ASKEP
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah
pengolahan katu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran
sampah medis dan sampah perkotaan.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Dysmenore primer ataupun sekunder
b. Nyeri saat latihan fisik
c. Dispareunia
d. Nyeri ovulasi
e. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri
pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
f. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
g. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
h. Hipermenorea
i. Menoragia
j. Feces berdarah
k. Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
l. konstipasi, diare, kolik

21
3. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang
menderita endometriosis.
4. Riwayat obstetri dan menstruasi
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah
menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di
akhir menstruasi.
5. Pengkajian pola gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Sebelum sakit
Bagaimana klien memelihara kesehatan nya selama kurun waktu
sebelum mengalami sakit., kepatuhan dalam memeriksakan
kondisinya setiap bulannya, sejauh mana pengetahuan klien
tentang siklus menstruasinya.
Saat sakit
Apakah klien tahu tentang masalah yang sedang dialami
sekarang.
b. Pola nutrisi metabolik
Sebelum sakit
Bagaimana klien menjaga asupan nutrisi sebelum sakit, dan
frekuensi makan/minum dalam sehari.apakah asupan nutrisi nya
mencukupi ataukah kurang.
Saat sakit
Bagaimana pilihan nutrisi yang dikonsumsi klien selama sakit,
adakah keluhan mual ataupun muntah berkenaan dengan
penyakit yang di alami.
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit
Bagaimana kebiasaan BAB/BAK klien sebelum sakit, baik itu
frekuensi, karakteristik dan waktu normal klien BAB/BAK

22
Saat sakit
Adakah keluaran darah saat BAB/BAK klien berkenaan dengan
kemungkinan penyebaran penyakitnya. adakah keluhan diare
atau konstipasi yang dialami klien.
d. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit
Bagaimana kualitas tidur, waktu tidur klien sebelum sakit.
Adakah gangguan untuk istirahatnya.
Saat sakit
Jam berapa klien biasa tidur, bagaimana kualitas tidur klien
selama sakit , adakah gangguan tidur berkenaan dengan penyakit
yang sedang diderita, misalnya nyeri supra pubic,
dismenorhae,dll
e. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit
Bagaimana aktifitas klien sebelum mengalami sakit dan adakah
gangguan yang biasa dirasakan sebelum klien sakit.
Saat sakit
Bagaimana aktivitas klien selama klien sakit, adakah kesulitan-
kesulitan yang dialami klien berhubungan dengan sakitnya.
f. Pola koqnitif dan persepsi sensori
Sebelum sakit
Adakah gangguan yang dialami klien sebelum dia sakit
sehubungan dengan sakitnya misalnya kebiasaan dismenorhae
saat haid.
Saat sakit
Apakah klien mengalami nyeri pelvis,dismenorhea. kaji PQRST
nya.

23
g. Pola peran dan hubungan dengan sesama
Sebelum sakit
Apa peran klien dikeluarga, masyarakat dan lingkungan lain
dimana klien biasa besosialisasi. Apakah ada gangguan atau
tidak.
Saat sakit
Apakah ada perubahan peran atau tidak berhubungan dengan
penyakit yang sekarang klien alami, bagaimana hubungan klien
dengan team kesehatan yang merawatnya selama sakit.
h. Pola reproduksi dan seksualitas
Sebelum sakit
Adakah masalah reproduksi klien berkenaan dengan
menstruasinya, apakah sering nyeri, lamanya siklus nya pendek
atau panjang. Karakteristik keluaran saat menstruasi apakah
mengalami ketidaknormalan seperti adanya gumpalan serta
warnanya yang cenderung gelap. Apakah ada gangguan dalam
berhubungan suami istri bagi yang sudah berumah tangga. Klien
menggunakan jenis kontrasepsi apa??
Saat sakit
Adakah keluhan saat menstruasi baik dari lama menstruasi,
siklus, karakteristik darah dan sensasi nyeri yang dirasakan.
Adakah masalah klien dalam melakukan koitus.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit
Bagaimana pandangan klien terhadap dirinya sebelum
mengalami sakit
Saat sakit
Adakah perasaan malu atau tidak percaya diri terhadap dirinya
sehubungan dengan sakit yang diderita klien.

24
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Sebelum dan saat sakit
Adakah perasaan cemas atau takut pada diri klien sehubungan
dengan penyakit yang diderita sekarang maupun riwayat
kesehatan sebelumnya.
k. Pola sistem nilai dan kepercayaan
Sebelum dan saat sakit
Bagaimana ketaatan klien terhadap ajaran agama yang di yakini.
Bagaimana klien memandang suatu masalah yang terjadi pada
dirinya jika dihubungkan dengan penyakitnya sekarang.
(Doengoes, 2009)

M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op
a. Ganggauan rasa nyaman : Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif (perdarahan)
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, ancaman pada
staus kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait penyakit).
Post Op
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma pada jaringan pasca tindakan operasi
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pembatasan aktifitas setelah
operasi
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
(Nanda 2012-2014)

25
N. FOKUS INTERVENSI
Pre OP
No Tujuan & KH Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah dilakukan 1. Observasi adanya nyeri 1. Memudahkan tindakan
tindakan dan tingkat nyeri. keperawatan
keperawatan selama
1 x 24 jam nyeri 2. Catat munculnya rasa 2. Perhatikan hal-hal yang tidak
berkurang atau cemas/takut dan dikethui (mis. Hasil biopsi)
hilang. hubungkan dengan dan/atau persiapan inadekuat
KH : lingkungan dan dapat memperburuk persepsi
a) Nyeri terkontrol persiapkan untuk pasienakan rasa sakit.
/ hilang prosedur
b) Skala nyeri 0-3 3. Ajarkan dan catat tipe 3. Meningkatkan persepsi klien
c) Klien terlihat nyeri serta tindakah untuk terhadap nyeri yang
rileks mengatasi nyeri dialaminya.

4. Ajarkan teknik relaksasi 4. Meningkatkan kenyamanan


klien

5. Anjurkan untuk 5. Membantu mengurangi nyeri


menggunakan kompres dan meningkatkan
hangat kenyamanan klien

6. Kolaborasi pemberian 6. Mengurangi nyeri


analgesik

2 Setelah dilakukan 1. Awasi tanda vital, 1. Indikasi keadekuatan


tindakan pengisian kapiler, status volume sirkulasi. Hipotensi

26
keperawatan selama membran mukosa, turgor ortostatik dapat terjadi
3x24 jam resiko kulit. dengan resiko jatuh/vedera
kekurangan volume segera setelah perubahan
cairan tubuh tidak posisi
terjadi.
KH : 2. Awasi jumlah dan tipe 2. Pasien tidak mengkonsumsi
a) Keseimbangan masukan cairan. Ukur cairan sama sekali
cairan adekuat haluaran urine dengan mengakibatkan dehidrasi
b) Turgor kulit baik akurat atau mengganti cairan untuk
masukan kalori yang
berdampak pada
keseimbangan elektrolit.

3. Identifikasi rencana untuk 3. Melibatkan pasien dalam


meningkatkan/mempertah rencana untuk memperbaiki
ankan keseimbangan ketidakseimbangan
cairan optimal mis jadwal memperbaiki kesempatan
masukan cairan untuk berhasil.

4. Kaji hasil test fungsi 4. Perpindahan cairan


elektrolit (kolaborasi) elektrolit, penurunan fungsi
ginjal dapat meluas
mempengaruhi
penyembuhan
pasien/prognosis dan
memerlukan intervensi
tambahan.

5. Berikan/awasi 5. Tindakan darurat untuk

27
hiperalimentasi IV memperbaiki
ketidakseimbangan
cairan/elektrolit

3 Setelah dilakukan 1. Kaji ulang tingkat 1. Untuk mengetahui seberapa


tindakan pemahaman pasien jauh peningkatan
keperawatan selama pengetahuan pasien
3x24 jam
kecemasan pasien 2. Gunakan sumber sumber 2. Untuk mengetahui sumbert
berkurang. bahanpengajaran sesuai teori yang valid
KH : keadaan
a) Pasien
melaporkan 3. Pengajaran pra operasi 3. Memberikan gambaan pada
kecemasan secara individu tentang pasien tentang penyakit dan
menurun pembatasan dan prosedur tindakannya
b) Pasien paham pra operasi
terhadap proses
penyakit dan 4. Informasi kepada pasien 4. Meminimalkan tingkat
tindakan operasi keluarga atau orang kecemasan keluarga

terdekat tentang rencana


prosedur tindakan

Post OP

No Tujuan & KH Intervensi Rasional


Dx
1 Setelah diberikan 1. Catat umur dan berat 1. Pendekatan pada manajemen
asuhan pasien, masalah rasa sakit berdasarkan kepada
keperawatan medis/psikologis yang faktor-faktor variasi multiple.
selama 3x24 jam muncul kembali,

28
nyeri dapat sensitivitas idiosinkratik
terkontrol atau analgetik dan proses intra
hilang operasi (lokasi, ukuran,
KH : zat-zat anestesi) yang
a) Ekspresi wajah digunakan.
pasien rileks
b) Skala nyeri 1 2. Evaluasi rasa sakit secara 2. Sediakan informasi mengenai
3 reguler (mis setiap 2 jam kebutuhan/efektivitas
c) Klien x 12) catat karakteristik, intervensi.
mengungkapkan lokasi dan intensitas.
penurunan nyeri
3. Kaji tanda-tanda vital, 3. Dapat mengindikasikan rasa
perhatikan takikardi, sakit akut dan
hipetensi dan peningkatan ketidaknyamanan
pernapasan, bahkan jika
pasien menyangkal
adanya rasa sakit

4. Kaji penyebab 4. Pahami penyebab


ketidaknyamanan yang ketidaknyamanan
mungkin selain dari
prosedur operasi.

5. Berikan informasi 5. Ketidaknyamanan mungkin


mengenai sifat disebabkan/diperburuk
ketidaknyamanan, sesuai dengan penekanan pada
kebutuhan. kateter indwelling yang tidak
tetap, selang NG, jarum
parenteral.

29
6. Observasi efek analgesik 6. Respirasi mungkin menurun
pada pemberian narkotik, dan
mungkin menimbulkan efek-
efek sinergistik dengn zat-zat
anestesi.

7. Lakukan reposisi sesuai 7. Mungkin mengurangi rasa


petunjuk, misalnya semi sakit dan meningkatkan
fowler, miring sirkulasi. Posisi semi fowler
dapat mengurangi tegangan
otot abdominal dan otot
punggung artritis, sedangkan
miring mengurangi tekanan
dorsal.

8. Dorong menggunakan 8. Lepaskan tegangan otot;


teknik relaksasi, misalnya tingkatkan perasaan kontrol
latihan napas dalam, yang mungkin dapat
bimbingan imajinasi, meningkatkan kemampuan
visualisasi. koping.

9. Berikan perawatan oral 9. Mengurangi ketidak


reguler nyamanan yang dihubungkan
dengan membran mukosa
yang kering pada zat-zat
anestesi, restriksi oral.

10. Berikan obat-obatan 10. Analgesik IV akan

30
analgesik sesuai petunjuk dengan segera mencapai
pusat rasa sakit,
menimbulkan penghilangan
yang lebih efektif dengan
dosis kecil.

2 Setelah diberikan 1. Pantau aktivitas yang 1. Untuk mengetahui tingkat


tindakan dapat dilakukan pasien kelemahan pasien
keperawatan
selama3x24 jam 2. Tingkatkan tirah baring 2. Meningkatkan ketenagan
klien dapat atau duduk. Berikan dan istirahat. Menyediakan
melakukan lingkungan yang tenang. energi yang digunakan
aktivitas sesuai Batasi pengunjung sesuai untuk penyembuhan.
kemampuannya keperluan.
KH : 3. Ubah posisi dengan 3. Meningkatkan fungsi
a) Klien dapat sering. Berikan perawatan pernapasan dan
mencapai kulit yang baik. meminimalkan tekanan pada
peingkatan area tertentu untuk
toleransi menurunkan risiko
aktivitas kerusakan jaringan.
b) Klien dapat
memenuhi 4. Lakukan tugas dengan 4. Memungkinkan periode
peawatan diri cepat sesuai dengan istirahat tanpa gangguan.
sendiri toleransi.
c) Klien dapat
berpartisipasi 5. Tingkatkan aktivitas 5. Tirah baring lama dapat
pada aktivitas sesuai toleransi, Bantu menurunkan kemampuan.
yang diinginkan melakukan latihan Ini dapat terjadi karena
rentang gerak sendi keterbatasan aktivitas yang

31
pasif/aktif. mengganggu periode
istirahat.

6. Bantu pasien dalam 6. Untuk membantu dalam


pemenuhan kebutuhan pemenuhan kebutuhan
sehari - hari pasien.

3 Setelah dilakukan 1. Monitor luka operasi 1. Untuk mengetahui keadaan


tindakan luka pada pasien
keperawatan
selama 3x24 jam 2. Lakukan perawatan luka 2. Membantu dalam mencegah
resiko infeksi dapat sesuai prinsip infeksi
terkontrol atau
tidak terjadi 3. Pertahankan cuci tangan 3. Untuk menghindari
KH : sebelum dan sesudah terjadinya penularan
a) Suhu tubuh tindakan penyakit
dalam batas
normal 36 - 4. Monitor TTV 4. Untuk mengetahui keadaan

37C umum pasien. Peningkatan


suhu tubuh sebagai tanda
b) Tidak ada tanda
adanya infeksi
tanda infeksi

5. Kolaborasi pemberian 5. Mencegah terjadinya infeksi


antibiotik sesuai indikasi

32
BAB III
RESUME ASKEP

A. PENGKAJIAN
Pengkajian tanggal 11 Oktober 2016
1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 41 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan :-
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tangga Masuk : 11 Oktober 2016
No. Register : 38.77.02
Diagnosa Medis : Endometriosis
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. E
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan :-
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub. Dengan Pasien : Suami

2. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan perut sakit, lemes, dan
keluar darah pada kemaluan selama 1 minggu yang lalu serta timbul flek-
flek.

33
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut bawah, riwayat kista ovarium
sudah 1 tahun yang lalu, semakin membesar dan nyeri, nyeri bertambah
saat menstruasi hingga mengganggu aktivitas.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mempunyai riwayat asma, mempunyai alergi makanan (telur,daging
ayam,daging bebek,keju,susu sapi) dan obat-obatan (asam
mefenamat,antalgin, paracetamol dan panadol).
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien ada yang alergi obat-obatan yaitu ibu kandung pasien,
tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit seperti pasien.

3. Pola Kesehatan Fungsional


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien tidak menyadari kalau dirinya menderita kista endometrium, hal
tersebut didukung dengan pernyataan pasien bahwa pasien tidak
mengetahui penyebab kista endometrium. Selama menderita kista
endometrium pasien periksa di Puskesmas dan Rumah Sakit. Pasien
berobat ketika sakitnya kambuh.
2. Pola Metabolik dan Nutrisi
Sebelum dirawat di RS pasien biasa makan 3 kali sehari dengan menurut
selera pasien. Komposisi makanan yang dikonsumsinya : nasi, lauk, dan
sayur. Pasien habis 1 piring makan (porsi sedang), pasien minum 7-8 gelas
per hari (air putih dan teh), pasien dapat makan sendiri tanpa disuapin.
Selama dirawat di RS pasien diberi makan 3 kali sehari dengan waktu yang
teratur, dengan konsumsi; bubur, lauk, dan sayur. Akan tetapi pasien
makan dan minum sedikit karena setiap kali makan dan minum perutnya
sakit, makan habis 1 porsi RS dan minum hanya 4-5 gelas/hari, terkadang
pasien makan dengan bantuan keluarganya (disuapin).

34
3. Pola Eliminasi
Sebelum dirawat di RS, pasien BAB 1-2 kali sehari dan BAK 5-6 kali
sehari, pada malam hari kadang-kadang pasien terbangun untuk BAK.
Selama dirawat di RS sebelum operasi BAB 1x dan sesudah operasi belum
BAB, BAK ditampung diurine bag kira-kira dalam sehari 1000cc.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum dirawat di RS pasien tidak pernah olah raga, pasien tidak
mengalami keterbatasan dalam aktivitas, pasien biasanya mengerjakan
pekerjaan rumah tangga dan mengisi waktu yang senggang pasien nonton
TV.
Selama dirawat di RS pasien mengalami keterbatasan dalam aktivitas,
untuk kebutuhan sehari-hari pasien dibantu keluarga (makan, minum,
mandi, BAB dll). Pasien membutuhkan orang lain karena mengalami
kelemahan fisik setelah operasi.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum masuk RS pasien dapat tidur tanpa gangguan, pasien bisa tidur7-8
jam sehari, pasien tidak pernah tidur siang, selama dirawat di RS pasien
mengatakan tidurnya terganggu, yaitu lingkungan yang tidak tenang, pasien
tidur 5-6 jam sehari dan kadang-kadang siang dapat tidur walaupun
sebentar.
6. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
Pasien tidak mengalami gangguan sensori, baik sensori penglihatan,
pendengaran, pembau, peraba, dan pengecap. Pasien tidak mengalami
gangguan dalam komunikasi.
Pasien tidak mengalami gangguan proses pikir, hal ini ditunjukan dengan
kemampuan pasien dalam menjawab/ merespon semua pertanyaan perawat.
7. Pola Hubungan Dengan Orang Lain
Meskipun selama sakit peran pasien sebagai ibu/ anggota keluarga tidak
ada masalah karena keluarganya dapat memahami kondisinya.

35
8. Pola Reproduksi dan Seksual
Pasien mempunyai 3 anak semuanya berjenis kelamin laki-laki. Anak yang
pertama berumur 17 tahun, yang kedua berumur 10 tahun dan yang ketiga
berumur 6 tahun.
9. Pola Persepsi Diri
a. Gambaran diri
Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang paling disukai dan
bagian tubuh yang tidak disukai, pasien mengatakan biasa-biasa saja.
b. Identitas diri
Status pasien dalam rumah sebagai ibu dari anak-anaknya dan sebagai
seorang istri. Dan bertujuan hidup bahagia dengan keluarganya.
c. Peran
Pasien sebagai ibu rumah tangga, berperan merawat anak-anaknya
dirumah dan melayani suaminya dirumah.
d. Ideal diri
Pasien berharap dapat sembuh dari sakitnya dan organ tubuhnya dapat
berfungsi lagi seperti dulu dan dapat membantu pekerjaan rumah
tangga, pasien berharap keluarganya dapat menerima keadaanny
(kondisinya) saat ini dan memberi dukungan mental agar pasien cepat
sembuh, dan pasien berharap setelah sembuh dapat membantu pekerjaan
rumah tangga.
e. Harga diri
Pasien tidak mengalami harga diri rendah.
10. Pola mekanisme koping
Jika pasien punya masalah, pasien selalu membicarakan masalahnya
dengan suaminya, karena suaminya adalah orang yang paling dekat
dengan pasien.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien beragama Islam dan sebelum dirawat di RS, pasien menjalankan
ibadahnya, tetapi selama dirawat di RS pasien tidak menjalankan

36
ibadahnya. Pasien selalu berdoa kepada Allah SWT agar cepat sembuh
dan pasien yakin kalau penyakit yang dideritanya adalah cobaan dari yang
maha kuasa.

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak lemah, dan lemas.
b. Tingkat kesadaran : Compometis GCS 15 : E4 M6 V5
c. Tanda-tanda vital, pada tanggal 12 Oktober 2016
1) Suhu tubuh : 36,8 C
2) Tekanan darah : 130/80 mmHg
3) Respirasi : 24 x/menit
4) Nadi : 88 x/menit

d. Pengukuran antropometri
1) TB : 155 cm
2) BB : 60 kg
3) LILA :-
e. Kepala : Mesochefal, tidak ada luka.
1) Rambut : warna hitam, cukup bersih.
2) Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil
normal berbentuk bulat (diameter 2 mm kanan kiri), dan reflek cahaya
positif, tidak ada sekret, bengkak.
3) Hidung : cukup bersih, tidak ada septum deviasi, tidak ada
sekret, tidak ada polip, tidak ada cuping hidung, dan memakai oksigen.
4) Telinga : daun telinga simetris, kemampuan mendengar baik,
tidak ada nyeri, tidak ada pembengkakan, tidak menggunakan alat
bantu.
5) Mulut : mukosa lembab, warna tidak pucat, lidah cukup
bersih, bibir tidak sianosis, gigi lengkap.

37
f. Dada dan Thorak
1) Paru-paru
Inspeksi : bentuk simetris
Perkusi : sonor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : vesikuler
2) Jantung
Inspeksi : bentuk simetris
Perkusi : suara pekak
Palpasi : cordis teraba pada ICS 4 mid klavicula
Auskultasi : bunyi jantung 1 dan 2 murni reguler
3) Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi, cembung
Auskultasi : terdengar bising usus 10 x/ menit
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
g. Genital : terpasang kateter, tidak ada luka, tidak ada tanda
infeksi.
h. Ekstremitas
1) Atas : ada edema, tidak sianosis, capillary refil kembali
dalam 2 detik, terpasang infus RL (20 tpm) ditangan kiri, dan tidak ada
tanda-tanda infeksi.
2) Bawah : tidak ada kelainan, ada edema, tidak sianosis.
i. Kulit : cukup bersih, warna sawo matang, turgor kulit baik,
ada edema.

5. Data Penunjang
a. Hasil pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium, tanggal 11 Oktober 2016

38
Nama Pemeriksaan Hasil Angka Normal Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.1 P = 12-16 g/dl
Leukosit 7000 3600-11000 /uL
Trombosit 404000 150.000-450.000 mm3
Hematrokrit 40.5 Dewasa 36%-46%, %
anak <1th 45%-67%,
1-15th 36%-49%
Eritrosit 5.14 3.8-5.2 Juta/uL
KOAGULASI
Masa Perdarahan 110 1-3 menit
Masa Pembekuan 320 2-6 menit
INDEX ERITROSIT
MCV 79.0 80-100 fl
MCH 25.5 26-34 pg
MCHC 32.3 32-36 g/dL
RDW 13.9 11.5-14.5 %
MPV 7.8 7.9-11.1 fL
PDW 12.0 9.0-13.0 fL
HITUNG JENIS
Eosinofil 3.0 2-4 %
Basofil 0.3 0-1 %
Neutrofil 52.7 50-70 %
Limfosit 37.5 25-40 %
Monosit 6.5 2-8 %
LED 13 <15 mm/jam
KIMIA KLINIK
Gula Darah Sewaktu 88 80-150 mg/dL

39
b. Diit yang diperoleh
- Bubur TKTP
c. Theraphy
- Infus RL 20 tpm
- Ceftriaxone 1gr/12jam IV
- Ketorolac 30mg/8jam IV
- Dexamethason (extra) IV
- Lavemen (rectal)
- Metronidazole (rectal) 1gr/12jam

B. PENGELOMPOKAN DATA
No Tanggal Data (DS dan DO) TT
1. 27 April DS : Pasien mengatakan nyeri pada daerah abdomen
2015 bagian bawah dan pinggang, haus, dan lemas, serta tidak
dapat berkemih (BAK) dan kandung kemih terasa penuh.
DO : pasien gelisah, terjadi perubahan pola tidur, dan
penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas,
membran mukosa kering, pasien tampak lemas dan lemah,
terjadi distensi kandung kemih, dan urin menetes, TD :
160/ 80 mmHg, S : 36,8 C, RR : 22x/ menit, N : 88 x/
menit .

C. ANALISA DATA
DATA (DS DAN DO) MASALAH (P) ETIOLOGI (E)
DS: pasien mengatakan Gangguan rasa nyaman : Proses inflamasi
nyeri abdomen bagian nyeri akut

40
bawah dan pinggang.
DO: pasien terlihat
gelisah terjadi perubahan
pola tidur, dan
penurunan kemampuan
dalam melakukan
aktivitas.
Defisit volume cairan Perdarahan berulang

DS: Pasien mengatakan


haus dan lemas
DO: membran mukosa
kering, dan pasien
tampak lemas dan lemah. Gangguan eliminasi urin/ Penekanan kandung
retensi kemih.
DS: Pasien mengatakan
serta tidak dapat
berkemih (BAK) dan
kandung kemih terasa
penuh.
DS: terjadi distensi
kandung kemih, dan urin
menetes.

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi dan spasme reflek otot
uterus
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan berulang
3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan kandung kemih

41
E. PATHWAYS KEPERAWATAN
Terlampir

F. PERENCANAAN
No. Waktu Tujuan dan Rencana Rasional
Kriteria Hasil
1. 27/4/2015 Tujuan: setelah 1. Obs. Skala nyeri 1. Mengetahui tingkat
dilakukan tindakan pasien nyeri dan memberikan
keperawatan intervensi yang tepat
selama 1x24 jam bagi klien
nyeri berkurang 2. Tentukan luas, 2. Mengetahui apakah
Kriteria Hasil: lokasi dan terjadi komplikasi atau
- Klien intensitas nyeri tidak
mengatakan 3. Berikan teknik 3. Memberikan
nyeri berkurang relaksasi nafas kenyamanan bagi
- Klien tampak dalam. pasien.
tenang & wajah 4. Kolaborasi 4. Menurunkan nyeri
rileks pemberian obat
- TTV batas analgesik
normal 5. Evaluasi tanda- 5. Untuk mengetahui
tanda vital kondisi pasien setelah
kembali. dilakukan tindakan

2. 27/4/2015 Tujuan: Setelah 1. Monitor TTV 1. Mengetahui keadaan


dilakukan tindakan pasien.
keperawatan 2. Observasi 2. Untuk mengantisipasi
selama 1x24 jam tingkat syok
defisit volume perdarahan
cairan dapat setiap 15-20
teratasi. menit
Kriteria Hasil: 3. Kolaborasi 3. Cairan isotonik dapat
- Membran dalam mengganti volume
mukosa tidak pemberian terapi darah yang hilang
kering infus isotonik akibat perdarahan
- TTV batas 4. Kolaborasi 4. Tranfusi darah dapat
normal dalam mengganti volume
- Akral hangat pemberian darah yang hilang
tranfusi darah. akibat perdarahan

3. 27/4/2015 Tujuan : setelah 1. Berikan 1. Untuk memberikan


dilakukan tindakan penjelasan informasi agar pasien

42
keperawatan tentang dapat kooperatif.
selama 1x24 penyebab sulit
diharapkan BAK
gangguan eliminasi 2. Observasi intake 2. Untuk mengetahui
urin teratasi. dan output balance cairan klien
Kriteria Hasil: 3. Palpasi di atas 3. Untuk mengetahui
- Klien BAK simpisi pubis apakah ada cairan di
dengan frekuensi kandung kemih
normal 4. Kolaborasi 4. Untuk mengeluarkan
- Produksi urin pemberian obat- urin
40-80 ml/ jam obatan untuk
atau 1-2 liter/ melancarkan
hari urin
5. Lakukan 5. Untuk mengosongkan
pemasangan urin di kandung kemih.
kateter bila
pasien masih
kesulitan BAK

G. TINDAKAN KEPERAWATAN
No. Waktu Tindakan Respon Pasien TT
Diagnosa
1 27-30 Mengobservasi TTV & S: klien mengatakan lelah,
April 2015 KU klien dan lemah
O: Suhu : 36,8 C, RR :
22x/mnt, N : 88x/mnt TD :
160/80 mmHg

Mengkaji karakteristik S : klien mengatakan masih


nyeri, lokasi, frekuensi merasa nyeri pada perut
bagian bawah seperti
ditusuk-tusuk dan hilang
timbul
O : klien tampak meringis

Mengajarkan S:-
tehnik relaksasi tarik O : klien nampak tenang
nafas dalam setelah dilakukan teknik
relaksasi

Kolaborasi pemberian S: klien mengatakan apakah

43
obat analgesik obat ini dapat
menghilangkan nyeri
O: klien minum obat sesuai
2 instruksi
27-30 Pantau warna jumlah S : klien mengatakan haus
April 2015
dan frekuensi dan lemas
kehilangan cairan O: klien Nampak lelah, dan
berkeringat

Kolaborasi untuk S : -
pemberian cairan O : klien terlihat pucat,
parenteral lemas, dan lemah
3
27-30 Melakukan palpasi S : -
April 2015
terhadap adanya O : klien tampak meringis,
distensi kandung kemih adanya massa yang
menekan VU

Memberi stimulus S : klien mengeluh sering


terhadap pengosongan kencing tapi sedikit-sedikit.
urine dengan O : -
mengalirkan air,
letakkan air hangat dan
dingin secara
bergantian pada daerah
supra pubika

Melakukan pemasangan S : klien mengatakan nyeri


saat dipasang kateter
O: setelah pemasangan
kateter urin keluar lancar.

H. CATATAN PERKEMBANGAN

44
NO. WAKTU EVALUASI TT
DX (TGL/JAM)
1 27/4/2015 S : klien mengatakan nyeri pada perutnya sudah ulai
berkurang skala nyeri 6
O: pasien tampak tegang dan meringis, TD : 160/80
mmHg, S : 36,8 C, N : 88 x/menit, RR : 22 x/
menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Pantau TTV dan KU
Monitoring skala nyeri

2 S : klien mengatakan lemas dan lemah


O: klien tampak lemas dan lemah
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Pantau intake dan output

3 S : klien mengatakan sudah dapat BAK lancar setelah


dipasang kateter
O: klien tampak tenang, urin keluar sebanyak 500 cc
A: masalah teratasi
P: pertahankan dan optimalkan intervensi sampai
dilakukan tindakan operasi histektomi.

1 28/4/2015 S : klien mengatakan nyeri pada perutnya sudah


mulai berkurang skala nyeri dari 6 menjadi 4
O: TD : 160/80 mmHg, S : 36,5 C, N : 86 x/menit,
RR : 22 x/ menit
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Pantau TTV dan KU
Monitoring skala nyeri

S : klien mengatakan lemas dan lemah


2 O: klien tampak lemas dan lemah
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Pantau intake dan output

45
1 29/4/2015 S : klien mengatakan nyeri pada perutnya sudah
mulai berkurang skala nyeri dari 4 menjadi 2
O: TD : 140/80 mmHg, S : 36,8 C, N : 85 x/menit,
RR : 20 x/ menit
A: Masalah teratasi, besok pasien operasi histektomi
P : optimalkan intervensi

2 S : klien mengatakan sudah tidak lemas lagi


O: klien tampak rileks dan tenang
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi

BAB III

PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan dilakukan mulai tanggal 27 April 2015 di Ruang Ginekologi


RSUD. Kota Semarang pada Ny. R, usia 61 tahun dengan diagnosa medis Mioma
Uteri .
Keluhan utama klien menyatakan perut sakiy, lemas, keluar darah pada kemaluan
selama 2 hari, serta timbul flek-flek dari bulan januari. Klien mempunya riwayat
operasi kuret pada tahun 2013 bulan april. Di dalam keluarga klien tidak mempunyai
riwayat penyakit yang sama. Klien juga mengatakan tidak dapat berkemih (BAK) dan

46
kandung kemih terasa penuh. Klien tampak gelisah, terjado perubahan pola tidur, dan
penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas, terjadi distensi kandung kemih
dan urin menetes. Dari keluhan klien dapat diambil diagnosa, yakni:
4. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi dan spasme reflek otot uterus
5. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan berulang
6. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan kandung kemih

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau
fibroid. Ada beberapa jenis mioma uteri, gejala yang khas dari mioma uteri adalah
saat palpasi teraba massa pada abdomen bagian bawah umbilicus.

47
Mioma uteri merupakan salah satu tumor jinak yang tumbuh pada
miometrium. Dengan adanya pertumbuhan mioma ini mengakibatkan
terganggunya fungsi dari uterus, diantaranya resiko abortus, perdarahan pada
proses persalinan dan juga dapat menyebabkan infertilitas. Sampai saat ini belum
diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit
multifaktorial.Adapun cara penanganan pada mioma uteri yang peru diangkat adal
ah dengan pengobatan operatif diantaranya yaitu dengan histerektomi dan umumn
ya dilakukan histerektomi total abdominal.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul dalam kasus mioma uteri antara lain:
1.Nyeri b.d nekrosa dan perlengketan
2. Resiko kekurangan volume cairan tubuh b.d perdarahan dan muntah
3. Cemas b.d kurangnya informasi tentang proses / tindakan operasi
4. Nyeri akut b.d robekan pada jaringan saraf perifer
5. Perubahan pola aktivitas b.d pembatasan aktivitas setelah operasi
6. Resiko tinggi infeksi b.d trauma pada kulit / tindakan operasi

B. SARAN
1. Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan
mendalami serta memberikan asuhan keperawatan yang baik bagi klien yang
mengalami myoma uetri.
2. Institusi kesehatan terkait dapat menyediakan dan mempersiapkan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam kejadian-kejadian abnormalitas kesehatan.
3. Masyarakat mampu dan mau mempelajari keadaan abnormal yang terjadi pada
mereka sehingga para tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan secara dini
dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan
mampu menguasai baik secara teori maupun skill untuk dapat diterapkan pada
masyarakat secara menyeluruh.

48
5. Pada wanita yang mulai haid (menarke) untuk memeriksakan alat
reproduksinya apabila ada keluhan-keluhan haid/ menstruasi untuk dapat
menegakkan diagnosis dini adanya mioma uteri.
6. Wanita yang mempunyai faktor-faktor resiko untuk terjadinya mioma uteri
terutama wanita berusia 40-49, wanita yang sering melahirkan (multipara)
tahun agar waspada dan selalu memeriksakan dini kepada tenaga ahli secara
teratur.

BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan dilakukan mulai tanggal 6 April 2016 di Ruang Parikesit RSUD.
Kota Semarang pada Ny. J, usia 45 tahun dengan diagnosa medis Mioma Uteri.

Dari data teori dan data kasus menunjukkan bahwa ada beberapa data yang sama di
antaranya :
Etiologi
1. Terjadi di usia lebih dari 35 tahun

49
2. Faktor ras dan genetik ; orang kulit hitam, angka keajadian mioma uteri lebih
tinggi.
Manifestasi klinis,
Umumnya pasien mioma uteri akan mengalami gejala nyeri tekan pada perut
bagian bawah.
Pengkajian keperawatan pola fungsi gordon
1. Pola pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan sering mengonsumsi makanan yang mengandung
pengawet.
2. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien mengatakan ada nyeri pada daerah abdomen bagian bawah
3. Pola mekanisme koping
Pasien terlihat cemas.
Diagnosa keperawatan Pre Op yang muncul diteori dan dikasus :
1. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri akut
2. Ansietas

Ada beberapa data yang tidak sesuai antara data teori dan data kasus, diantaranya :
Etiologi
1. Paritas
2. Fungsi ovarium
Manifestasi klinis,
1. Perdarahan abnormal
2. Gejala traktus urinarius : frekuensi urin, retensi urin,obstruksi ureter,
hidronefritis
3. Gejala intestinal : konstipasi dan obstruksi intestinal
4. Infertilitas

50
5. Kongesti vena
Pengkajian keperawatan pola fungsi gordon
1. Pola nutrisi dan metabolik
Mual, muntah dan suhu tubuh meningkat terutama daerah abdomen.
2. Pola elminasi
Retensi urin dan konstipasi
3. Pola aktifitas dan latihan
Pusing dan lemah.
4. Pola persepsi diri dan konsep diri
Gangguan body image
5. Pola reproduksi- seksual
Kebiasaan berganti pasangan, menorraghia, metrorragia
Diagnosa keperawatan Pre Op yang tidak muncul diteori dan dikasus :
1. Resiko kekurangan volume cairan.

BAB V
PENUTUP

C. KESIMPULAN
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga leiomioma, fibromioma, atau
fibroid. Ada beberapa jenis mioma uteri, gejala yang khas dari mioma uteri adalah
nyeri abdomen bagian bawah.

51
Mioma uteri merupakan salah satu tumor jinak yang tumbuh pada
miometrium. Dengan adanya pertumbuhan mioma ini mengakibatkan
terganggunya fungsi dari uterus, diantaranya resiko abortus, perdarahan pada
proses persalinan dan juga dapat menyebabkan infertilitas. Sampai saat ini belum
diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan penyakit
multifaktorial.
Diagnosa keperawatan pre op yang muncul dalam kasus mioma uteri antara lain :
1. Ganggauan rasa nyaman : Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya sumber informasi terkait penyakit.

D. SARAN
7. Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu memahami dan
mendalami serta memberikan asuhan keperawatan yang baik bagi klien yang
mengalami myoma uetri.
8. Institusi kesehatan terkait dapat menyediakan dan mempersiapkan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan dalam kejadian-kejadian abnormalitas kesehatan.
9. Masyarakat mampu dan mau mempelajari keadaan abnormal yang terjadi pada
mereka sehingga para tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan secara dini
dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
10. Mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan
mampu menguasai baik secara teori maupun skill untuk dapat diterapkan pada
masyarakat secara menyeluruh.
11. Pada wanita yang mulai haid (menarche) untuk memeriksakan alat
reproduksinya apabila ada keluhan-keluhan haid/ menstruasi untuk dapat
menegakkan diagnosis dini adanya mioma uteri.
12. Wanita yang mempunyai faktor-faktor resiko untuk terjadinya mioma uteri
terutama wanita berusia 35-45 tahun, wanita yang sering melahirkan
(multipara) agar waspada dan selalu memeriksakan dini kepada tenaga ahli
secara teratur.

52
DAFTAR PUSTAKA

Sarjadi. (2009). Patologi Ginekologi Hipokrates. Semarang: FK Undip.

Prawirahardjo, S. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Hanifa, W. (2009). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Mansjoer, Arif dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 5, Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.

53
Wiknjosastro, Hanifa dkk. 2009. Ilmu Kandungan, Edisi II, Cetakan 3. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Doengoes, Marillyn E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 6. Jakarta :
EGC.

Carpenitto, Linda Jual. 2007. Asuhan Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakata: EGC

Santosa, B. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2012-2014 Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta: Prima Medika

Sarwono. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: BP-SP

Saifuddin. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Tridasa Printer

Smeltzer& Barre. (2007). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta:
EGC

Sylvia&Wilson. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:


EGC

54

Anda mungkin juga menyukai