DISUSUN OLEH:
Wakhidatul Ulfa (G2A215007)
Muladi (G2A215031)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Salah satu ancaman terhadap kesehatan masyarakat adalah akibat bencana
alam yang terjadi. Bencana Tsunami dan gempa bumi merupakan salah satu bentuk
bencana alam yang menyebabkan krisis di Indonesia. Dampak bencana alam berupa
kehilangan sanak saudara, harta benda dan kerusakan lingkungan dapat
mengakibatkan masalah psikososial seperti ketakutan, kehilangan, trauma pasca
bencana, bahkan timbul masalah kesehatan jiwa yang lebih berat seperti depresi,
perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya (CMHN, 2005). Gangguan jiwa
merupakan adanya perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan gangguan fungsi
jiwa sehingga menimbulkan penderitaan pada individu yang dapat menghambat
dalam melaksanakan peran sosial baik peran di keluarga maupun masyarakat. Fungsi
jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Secara
umum gangguan fungsi jiwa yang dialami individu dapat terlihat dari penampilan,
komunikasi, proses berpikir, interaksi dan aktivitas sehari-hari (CMHN, 2005).
Menurut Depkes RI (2005) dari Studi Bank Dunia tahun 1995 di beberapa
Negara menunjukkan bahwa hari produktif yang hilang sebesar 8,1 % dari Global
Burden of Disease disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa. Angka ini lebih tinggi
dari dampak yang disebabkan oleh penyakit TBC (7,2 %), Kanker (5,8 %), Penyakit
Jantung (4,4 %) maupun Malaria (2,6 %). Besarnya masalah tersebut menunjukkan
bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang cukup besar dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya yang ada di
masyarakat. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 mendapatkan
fakta bahwa 1 dari 5 orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa. Sementara
penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes tahun 2002
diperoleh data bahwa satu dari 2 orang yang dirawat di pelayanan kesehatan dasar
mengalami gangguan kesehatan jiwa dalam berbagai jenis dari gejala yang paling
ringan hingga yang paling berat.
Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang
mengalami bencana tsunami dan mempunyai riwayat konflik yang paling lama
bahkan di Asia Tenggara. Menurut Dinas Kesehatan NAD (2007) dari laporan IOM
(International Organization for Migration), dampak dari konflik dan bencana
tersebut menyebabkan prevalensi pasien jiwa di Nanggroe Aceh Darussalam
diperkirakan meningkat, tingkatan gangguan jiwa yang menerpa masyarakat mulai
dari stres, kecemasan, ketakutan sampai tingkatan gangguan jiwa yang berat seperti
Depresi, PTSD, Skizofrenia dan lain sebagainya. Salah satu buktinya adalah tingkat
hunian rumah sakit jiwa (RSJ) Banda Aceh mencapai 140% dan jumlah pasien
gangguan jiwa yang ada ditengah masyarakat yang ditemukan pada tahun 2007 yaitu
sekitar 4000 jiwa kemudian dari hasil survei yang dilakukan Dinas Kesehatan NAD
pada tahun 2008 diketahui bahwa jumlah kasus gangguan jiwa yang ditemukan di
masyarakat di 11 Kabupaten/Kota di NAD meningkat sebesar 4.177 jiwa. Jumlah
tersebut tidak menggambarkan angka sebenarnya sehingga memungkinkan angka ini
bertambah. Strategi penanganan yang langsung menyentuh masyarakat mencakup
upaya preventif dan promotif sangat diperlukan. Berbagai kegiatan telah dilakukan
dalam penanganan masalah kesehatan jiwa masyarakat yaitu melalui Community
Mental Health Nurse (CMHN). CMHN yaitu suatu pendekatan asuhan keperawatan
jiwa masyarakat yang dapat dilakukan oleh perawat dengan pengawasan dokter
melalui pelatihan khusus untuk kesehatan jiwa yang ditempatkan disetiap pelayanan
kesehatan dasar atau puskesmas, bertugas membantu masyarakat menyelesaikan
masalah-masalah kesehatan jiwa akibat dampak tsunami, konflik dan masalah sosial
lainnya.
Menurut Wibowo (2009), Kinerja merupakan implementasi dari rencana yang
telah disusun. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang
memiliki kompetensi, motivasi, tujuan, standar, umpan balik, alat atau sarana dan
peluang. Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik. Motivasi adalah
segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Tujuan
merupakan suatu keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai dimasa yang akan
datang. Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat
dicapai. Umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur
kemajuan kinerja. Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan
untuk membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses dan peluang merupakan
kesempatan seseorang untuk menunjukkan prestasinya. Ketujuh faktor tersebut
memiliki keterkaitan satu sama lain yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja.
Menurut Wibowo (2009) dua diantaranya mempunyai peran sangat penting yaitu
tujuan dan motivasi. Tujuan yang ditetapkan oleh CMHN dalam pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas sudah jelas tetapi motivasi petugas tergantung
dari dorongan yang didapatkan baik dari diri mereka sendiri maupun dari luar diri
mereka. Kinerja ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai dan untuk melakukannya
diperlukan adanya motivasi, tanpa dorongan motivasi untuk mencapai tujuan, kinerja
tidak akan berjalan. Hal tersebut juga didukung oleh teori dari Mahmudi (2007) yang
menyatakan bahwa kemampuan,kompetensi, kesempatan dan motivasi merupakan
faktor yang mempengaruhi kinerja. Hilangnya salah satu faktor tersebut diatas akan
berpengaruh terhadap pencapaian kinerja. Tetapi faktor terpenting yang
mempengaruhi pencapaian kinerja yang baik yaitu faktor motivasi karena motivasi
berperan untuk mengubah perilaku seorang pekerja.
Hamzah (2008) menyatakan bahwa faktor motivasi merupakan suatu proses
psikologis yang dapat menjelaskan perilaku seseorang dalam mencapai tujuan. Untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa unsur dan
motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk
mencapai tujuan tersebut. Motivasi kerja petugas memiliki dua dimensi yaitu
motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal merupakan motivasi yang
berasal dari dalam diri seseorang dan yang paling kuat serta terlama bersemayam
dalam diri seseorang.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam makalah ini penulis akan
membahas tentang konsep community mental health nursing (CMHN) dan Desa siaga
sehat jiwa.
2. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang masalah kesehatan jiwa
yang terjadi dimasyarakat
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mengetahui pengertian community mental health nursing
2) Mahasiswa mengetahui fungsi community mental health nursing
3) Mahasiswa mengetahui progam community mental health nursing
4) Mahasiswa mengetahui tujuan community mental health nursing
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Sejalan dengan perkembangan ilmu kesehatan jiwa maka perawat CMHN perlu
dibekali pengetahuan dan kemampuan untuk menstimulasi perkembangan individu di
masyarakat maupun mengantisipasi dan mengatasi penyimpangan yang menyertai
perkembangan psikososial individu di masyarakat. Perawat CMHN sebagai tenaga
kesehatan yang bekerja dimasyarakat dan bersama masyarakat harus mempunyai
kemampuan melibatkan peran serta masyarakat terutama tokoh masyarakat dengan
cara melatih para tokoh masyarakat untuk menjadi kader kesehatan jiwa (Depkes,
2006).
2. FUNGSI CMHN
Upaya yang digunakan untuk membantu masyarakat menyelesaikan masalah-
masalah kesehatan jiwa akibat dampak konflik tsunami, gempa maupun bencana lain.
Adapun tugas dan fungsi dari perawat/petugas CMHN meliputi :
a. Perencanaan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara
matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990 dalam Keliat, 2006).
Jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka pendek, menengah dan
panjang. Perencanaan jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang
disusun untuk 3-10 tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku 1-5
tahun sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat 1 jam sampai dengan satu
tahun (Marquia & Houston, 1998 dalam Depkes, 2006).
Kegiatan perencanaan yang akan digunakan dipelayanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan.
Untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan jangka pendek
yang meliputi rencana kegiatan tahunan dan bulanan. Perencanaan di pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah perencanaan kegiatan yang akan
dilakukan oleh perawat supervisor, perawat CMHN di puskesmas dan kader
kesehatan jiwa.
Rencana jangka pendek yang diterapkan pada pelayanan keperawatan
kesehatan jiwa komunitas terdiri dari rencana bulanan dan tahunan (Keliat,
2006).
1) Rencana bulanan perawat CMHN
Rencana bulanan adalah kegiatan yang akan dilaksanankan oleh perawat
CMHN dan kader dalam waktu satu bulan. Rencana bulanan perawat
meliputi dua aspek, yaitu:
a) Kegiatan manajerial
Contoh kegiatan : supervisi kader, rapat/pertemuan
b) Kegiatan asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dan keluarga, yang terdiri dari:
(1) Pendidikan kesehatan bagi kelompok masyarakat yang sehat,
kelompok yang berisiko masalah psikososial dan kelompok
keluarga pasien gangguan jiwa.
(2) Asuhan keperawatan masalah psikososial
(3) Asuhan keperawatan risiko masalah psikososial
(4) Asuhan keperawatan gangguan jiwa
(5) Kegiatan terapi aktifitas kelompok dan rehabilitasi untuk kelompok
pasien yang mengalami gangguan jiwa.
2) Rencana tahunan perawat CMHN
Setiap akhir tahun perawat melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu
tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan
rencana tahun berikutna. Rencana kegiatan tahunan mencakup :
a) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja pelayanan
keperawatan kesehatan jiwa komunitas berupa kegiatan yang
dilaksanakan dan hasil evaluasi (wilayah kerja puskesmas dan Desa Siaga
Sehat Jiwa).
b) Penyegaran terkait dengan materi pelayanan keperawatan kesehatan jiwa
komunitas khusus kegiatan yang masih rendah pencapaiannya. Ini
bertujuan untuk memantapkan hal-hal yang masih rendah.
c) Pengembangan SDM (perawat CMHN dan kader kesehatan jiwa) dalam
bentuk rekomendasi untuk melanjutkan pendidikan formal dan informal.
b. Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
Pengorganisasian adalah pengelompokkan aktivitas untuk mencapai suatu
tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan untuk pengkoordinasian
aktivitas yang tepat baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab
(Keliat et.al, 2006). Pengorganisasian kegiatan dan tenaga dalam pelayanan
kesehatan jiwa komunitas menggunakan pendekatan lintas sektoral dan lintas
program. Setiap perawat CMHN di puskesmas bertanggung jawab terhadap
sejumlah desa yang menjadi area binaan. Desa siaga sehat jiwa dipimpin oleh
perawat CMHN puskesmas yang bertanggung jawab terhadap dua desa atau
lebih. Tokoh masyarakat didesa berperan sebagai penasehat atau pelindung kader
kesehatan jiwa. Beberapa kader kesehatan jiwa bertanggung jawab terhadap
masing-masing dusun yang melakukan kegiatan desa siaga sehat jiwa.
Mekanisme pelaksanaan pengorganisasian desa siaga sehat jiwa adalah :
1) Wilayah kerja puskesmas dibagi dua untuk 2 orang perawat CMHN.
Misalnya ada 20 desa maka masing-masing perawat bertanggung jawab
pada 10 desa.
2) Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat menetapkan satu desa untuk
dikembangkan menjadi desa siaga sehat jiwa.
3) Perawat CMHN bersama tokoh masyarakat pada tingkat desa menetapkan
calon kader kesehatan jiwa pada tingkat dusun. Tiap dusun minimal 2
kader kesehatan jiwa.
Pengelompokkan keluarga pada desa siaga sehat jiwa berdasarkan
asuhan keperawatan yang diberikan yaitu asuhan keperawatan diberikan
kepada keluarga yang sehat, risiko dan gangguan.
Keluarga yang sehat dikelompokkan dalam usia:
a) Keluarga dengan bayi 0-18 bulan
b) Keluarga dengan kanak-kanak 18-36 bulan
c) Keluarga dengan pra sekolah 3-6 tahun
d) Keluarga dengan anak sekolah 6-12 tahun
e) Keluarga dengan remaja 12-18 tahun
f) Keluarga dengan dewasa muda 18-25 tahun
g) Keluarga dengan dewasa 25-65 tahun
h) Keluarga dengan lansia > 65 tahun
4. Program CMHN
Desa Siaga Sehat jiwa merupakan salah satu program CMHN (Community Mental
Health Nursing) yang bertujuan untuk (Meru, 2011) :
5. Tujuan CMHN
a. Tujuan umum : Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa bagi masyarakat
sehingga tercapai kesehatan jiwa masyarakat secara optimal.
b. Tujuan khusus :
1) Menjelaskan konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas
2) Menerapkan komunikasi terapeutik dalam memberikan pelayanan / asuhan
keperawatan jiwa
3) Menjelaskan peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa dalam memberikan
pelayanan keperawatan
4) Bekerjasama dengan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan peran dan fungsinya
5) Menerapkan konsep pengorganisasian masyarakat dalam memberikan
pelayanan keperawatan kesehatan jiwa
6) Memberikan asuhan keperawatan pada anak dan remaja dengan gangguan
jiwa: depresi dan perilaku kekerasan
7) Memberikan asuhan keperawatan pada usia dewasa yang gangguan jiwa
dengan masalah: harga diri rendah, perilaku kekerasan, resiko bunuh diri,
isolasi diri, halusinasi, waham dan defisit perawatan diri
8) Memberikan asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan jiwa: depresi
dan demensia
9) Mendokumentasikan asuhan keperawatan jiwa komunitas
6. Kegiatan CMHN
a. PERMAINAN : Aku cinta semua orang dan Ayam-bebek
1) AKU CINTA SEMUA ORANG
No. Ucapan Gaya
1. Aku cinta semua orang. Kedua tangan direntangkan dan membuat
lingkaran kedua tangan disilangkan di depan dada
2. Yang tinggi. Kedua tangan ke atas dan digerakkan, kedua telapak
kaki di angkat
3. Yang pendek. Tubuh ditekuk dan kedua tangan menyentuh ujung kaki
4. Yang gemuk. Kedua tangan direntangkan
5. Dan yang kurus. Kedua tangan menyilang di dada, tangan kanan
menyentuh bahu kiri, dan tangan kiri menyentuh bahu kanan
6. Aku cinta semua orang. Kedua tangan direntangkan dan membuat
lingkaran kedua tangan disilangkan di depan dada
2) AYAM-BEBEK
No. Gaya Nyanyian
1. Ayam 3x. Mengepak-ngepakkan tangan 3x
2. Bebek. Mengegolkan panggul pinggang dan pantat 1x
3. Bebek. 3x Mengegolkan panggul pinggang dan pantat 3x
4. Ayam. Mengepak –ngepakkan tangan 1x
5. Ayam mematok bebek. Mengepakkan tangan; kelima jari dari kedua
tangan dipertemukan di depan dada (membuat gerakan saling
mematok); mengegolkan panggul pinggang dan pantat
6. Bebek mematok ayam Mengegolkan panggul pinggang dan pantat,
kelima jari kedua tangan dipertemukan didepan dada (membuat
gerakan saling mematok) mengepakkan tangan
7. Ayam bebek patok- patokan Mengepakkan tangan; kelima jari dari
kedua tangan dipertemukan di depan dada ( membuat gerakan saling
mematok)
4) SENAM LANSIA
Lakukan hal ini disaat peserta sudah mulai jenuh dan konsentrasinya mulai
menurun.
5) REHABILITASI
Pasien Rehabilitasi pasien laki-laki dengan cara diberi keterampilan untuk
membuat telur asin, membuat batu bata, ternak dan berdagang. Sedangkan
perempuan diberi keterampilan menyulam, menjahit dan memasak.
b. Pemberdayaan
9. Asuhan Keperawatan
Menurut Keliat et.al (2006), salah satu pilar praktek keperawatan kesehatan
jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan dengan menggunakan pendekatan
asuhan keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Asuhan keperawatan yang baik
sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, keluarga,
kelompok dan komunitas secara sistematis dan terorganisir.
Perawat CMHN bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan jiwa
komunitas kepada kelompok keluarga yang sehat jiwa, kelompok pasien dan keluarga
yang risiko masalah psikososial dan kelompok pasien dan keluarga dengan gangguan
jiwa. Perawat CMHN di NAD telah dibekali pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa di masyarakat. Dalam
rangka mengaplikasikan konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas digunakan
pendekatan proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Pendekatan yang digunakan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi :
a. Pengkajian
Pengkajian awal dilakukan dengan menggunakan pengkajian 2 menit
berdasarkan keluhan pasien. Setelah ditemukan tanda-tanda yang menonjol yang
mendukung adanya gangguan jiwa maka pengkajian dilanjutkan dengan
menggunakan format pengkajian kesehatan jiwa. Data yang dikumpulkan
mencakup keluhan utama, riwayat kesehatan jiwa, pengkajian psikososial dan
pengkajian status mental. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui
wawancara dengan pasien dan keluarga, pengamatan langsung terhadap kondisi
pasien serta melalui pemeriksaan.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian, baik
masalah yang bersifat aktual (gangguan kesehatan jiwa) maupun yang berisiko
mengalami gangguan jiwa. Jika perawat menemukan anggota masyarakat yang
mengalami gangguan jiwa maka perawat harus berhati-hati dalam
penyampaiannya kepada pasien dan keluarga agar tidak menyebutkan gangguan
jiwa karena hal tersebut merupakan stigma dalam masyarakat. Adapun diagnosa
keperawatan yang diidentifikasi penting untuk pasca bencana adalah :
1) Masalah kesehatan jiwa pada anak/remaja :
- Depresi
- Perilaku kekerasan
2) Masalah kesehatan jiwa pada usia dewasa :
- Harga diri rendah
- Perilaku kekerasan
- Risiko bunuh diri
- Isolasi sosial
- Gangguan persepsi sensori : halusinasi
- Gangguan proses pikiran waham
- Defisit perawatan diri
3) Masalah kesehatan jiwa pada lansia :
- Demensia
- Depresi
c. Perencanaan Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan
kesehatan jiwa yang mencakup tindakan psikoterapeutik yaitu penggunaan
berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan dengan pasien,
pendidikan kesehatan tentang prinsipprinsip kesehatan jiwa dan gangguan jiwa;
perawatan mandiri (aktivitas kehidupan sehari-hari) meliputi kebersihan diri,
makan dan minum, buang air besar dan buang air kecil; terapi modalitas seperti
terapi aktivitas kelompok, terapi lingkungan dan terapi keluarga; tindakan
kolaborasi (pemberian obat-obatan dan monitor efek samping). Dalam menyusun
rencana tindakan harus dipertimbangkan bahwa untuk mengatasi satu diagnose
keperawatan diperlukan beberapa kali pertemuan hingga tercapai kemampuan
yang diharapkan baik untuk pasien maupun keluarga. Rencana tindakan
keperawatan ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan komunitas.
1) Pada tingkat individu difokuskan pada peningkatan keterampilan dalam
ADL dan keterampilan koping adaptif dalam mengatasi masalah.
2) Pada tingkat keluarga difokuskan pada pemberdayaan keluarga dalam
merawat pasien dan mensosialisasikan pasien dengan lingkungan.
3) Pada tingkat kelompok difokuskan pada kegiatan kelompok dalam rangka
sosialisasi agar pasien mampu beradaptasi dengan lingkungan.
4) Pada tingkat komunitas difokuskan pada peningkatan kesadaran
masyarakat tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, menggerakkan
sumber-sumber yang ada dimasyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh
pasien dan keluarga.
d. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat.
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien
saat ini. Perawat bekerjasama dengan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain
dalam melakukan tindakan. Tujuannya adalah memberdayakan pasien dan
keluarga agar mampu mandiri memenuhi kebutuhannya serta meningkatkan
keterampilan koping dalam menyelesaikan masalah. Perawat bekerja dengan
pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dan memfasilitasi
pengobatan melalui kolaborasi dan rujukan.
e. Evaluasi Asuhan Keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan pasien dan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah. Kemampuan yang diharapkan
adalah :
1) Pada tingkat individu diharapkan pasien mampu :
- Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai kemampuannya
- Membina hubungan dengan orang lain dilingkungannya secara
bertahap
- Melakukan cara-cara menyelesaikan masalah yang dialami
2) Pada tingkat keluarga diharapkan keluarga mampu :
- Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien hingga pasien
mandiri
- Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa
- Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa atau kekambuhan
- Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi
segera
- Menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat seperti
tetangga, teman dekat dan pelayanan kesehatan terdekat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan jiwa masyarakat (community mental health) merupakan bagian dari
masalah kesehatan masyarakat (public health) yang dihadapi semua negara. Salah
satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dampak
modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya perubahan
dan kemajuan teknologi baru serta dampak bencana yang terjadi.
Sejalan dengan paradigma sehat yang dicanangkan Departemen Kesehatan RI
yang lebih menekankan pada upaya proaktif dan berorientasi pada upaya kesehatan
pencegahan (preventif) dan promotif maka penanganan masalah kesehatan jiwa telah
tergeser dari hospital-based menjadi community-based psychiatric services.
Gangguan jiwa dapat dicegah dan diatasi, untuk itu penyelesaiannya tidak hanya oleh
tenaga kesehatan tetapi juga perlu melibatkan peran aktif semua pihak. Masyarakat
mempunyai potensi untuk mengatasi masalah tersebut sehingga perlu diubah
kesadarannya untuk terlibat dalam upaya preventif dan promotif. Tenaga kesehatan
dan organisasi masyarakat peduli terhadap masalah kesehatan jiwa masyarakat
(Effendi, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 2006. Buku Pedoman Umum TP-KJM (Tim Pembina Kesehatan Jiwa
Masyarakat). Jakarta. Depkes
Effendi, Fery. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Ed. 2. Jakarta:
EGC