Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY.

R DENGAN
DIAGNOSA MEDIS: TUMOR OVARIUM
DI RUANG CEMPAKA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN

OLEH:
Nama Mahasiswa : Aisyah Kamelia
NIM : 20230305007

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH NERS


PROGRAM STUDI NERS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Konsep Teori Tumor Ovarium
A. Pengertian
Tumor ovarium adalah jenis nomor tiga terbanyak yang dijumpai pada sistem reproduksi sistem
wanita (Hedrianto et al., 2023). Tumor ovarium dibagi menjadi tiga kelompok yaitu tumor
jinak, tumor borderline, dan tumor ganas (Budiana, 2020). Tumor ovarium bersifat jinak dapat
berupa non neoplasma atau neoplasma (Budiana, 2020). Sebagian besar tumor ovarium (80%)
merupakan tumor jinak dan mengenai wanita di usia antara 20-45 tahun (Hedrianto et al., 2023).
Untuk kasus tumor ovarium ganas cenderung mengenai usia yang lebih tua yaitu usia antara
45-56 tahun (Hedrianto et al., 2023). Tumor ganas ovarium menjadi penyebab kelima akibat
tumor ganas pada wanita dan lebih dari 70% kasus didiagnosa dengan stadium kanker ovarium
(Hedrianto et al., 2023). Indonesia dengan negara jumlah penderita tumor ganas ovarium yang
tertinggi ditemukan sebanyak 13.310 ribu kasus baru dan angka kematian sebesar 7.482
(Hedrianto et al., 2023). insiden tumor ganas mengalami peninkatan seiring dengan
bertambahnya umur dengan puncak nya pada usia 40-50 tahun (Hedrianto et al., 2023). Tumor
ovarium merupakan kondisi dimana ovarium mengalami pertumbuhan yang abnormal sehingga
fungsi dari ovarium sebagai tempat folikel dan menghasilkan serta mensekresikan hormon
estrogen dan progesterone yang mengatur proses menstruasi serta hormonal wanita terganggu,
sehingga tumor ini sangat berbahaya (Cindy et al., 2022).
Tumor ini tumbuh tanpa menunjukkan tanda- tanda yang jelas sehingga terjadi keterlambatan
saat ingin dilakukan pengobatan, hal ini yang menyebabkan tumor ovarium menjadi salah satu
tumor yang cukup banyak mengakibatkan kematian (Fadhilah et al., 2021). Tumor ovarium
apabila terlambat dalam penanganannya maka tumor tersebut dapat berubah menjadi ganas atau
disebut dengan kanker (Fadhilah et al., 2021). Penelitian yang dilakukan oleh (Cindy et al.,
2022)didapatkan bahwa tumor ganas ovarium dapat menyerang anak dengan usia terbanyak
yaitu 19 tahun dan sebagian besar ditemukan dengan gejala perut membesar, ditemukan pada
ovarium sebelah kiri dengan tipe tumor teratoma mature dan ditemukan dengan tipe germ cell
tumor, tipe sex cord stromal tumor ditemukan dengan jumlah yang sama pada kelompok umur
10-14 tahun juga 15-19 tahun (Cindy et al., 2022).
B. Penyebab dan Faktor predisposisi
Faktor predisposisi dan penyebab terjadinya tumor ganas ovarium termasuk kontrasepsi,
paritas, usia, fertilitas, mutase BRCA 1 dan BRCA 2, menarche dini, menopause terlambat,
endometriosis, obesitas, dan merokok (Zaluchu et al., 2022). Kelahiran pertama dapat
menurunkan risiko menderita tumor ganas ovarium dibandingkan kelahiran berikutnya, wanita
yang memiliki anak 29% lebih rendah terkena tumor ganas ovarium dibandingkan dengan
wanita nullipara dan yang meningkat setiap kehamilan selanjutnya, disebabkan pada saat
perempuan mengalami kehamilan tidak terjadi proses ovulasi sehingga menurunkan risiko
terjadinya mutasi gen akibat ovulasi yang terus menerus selain itu pada saat kehamilan terjadi
perubahan hormonal sementara, perubahan hormonal ini yang dapat menginduksi apoptosis sel-
sel pre malignant sel kanker, perempuan yang melahirkan anak dapat memberikan perlindungan
secara alami yang dapat mencegah pertumbuhan dan metastasis dari sel-sel keganasan (Zaluchu
et al., 2022). Wanita dengan konsumsi kontrasepsi oral juga lebih rendah terkena tumor ganas
ovarium dengan konsumsi selama 10 tahun. Usia diatas 50 tahun dan semakin tua seseorang
dapat dengan mudah terkena tumor ovarium juga riwayat keluarga dapat meningkat 2x lipat
dengan tumor ganas ovarium berhubungan dengan mutasi gen sehingga terbentukknya sel yang
bersifat ganas, hal ini disebabkan mutase gen Breast cancer 1 (BRCA1) dan (BRCA2) (Zaluchu
et al., 2022). Kedua gen tersebut 90% bertanggung jawab sebagai penyebab keganasan ovarium
dapat diturunkan kepada keturunannya (Zaluchu et al., 2022). faktor lingkungan dan kebiasaan
hidup terpapar zat karsinogen juga berperan untuk terjadinya mutasi gen (Zaluchu et al., 2022).
perempuan dengan usia antara 35-50 tahun paling banyak menderita keganasan ovarium, paritas
memiliki peran proteksi terhadap penyakit keganasan ovarium namun pada perempuan menikah
dengan paritas rendah akan meningkatkan insiden keganasan ovarium (Zaluchu et al., 2022).
C. Manifestasi Klinik (tanda dan gejala)
Pada kasus tumor ovarium biasanya gejala yang muncul tidak spesifik dan tidak ada keluhan
pada stadium awal, jadi ketika pasien datang ke rumah sakit biasanya sudah masuk pada
stadium lanjut sehingga membuat tumor ovarium disebut juga dengan silent killer dengan angka
kelangsungan hidup <30% pada stadium lanjut (Fadhilah et al., 2021). Keganasan ovarium akan
menimbulkan keluhan apabila telah menyebar ke rongga peritoneum, gejala yang dirasakan
pada pasien dengan tumor ovarium biasanya diawali dengan gejala asimptomatik atau secara
langsung ditemukan ketika melakukan pemeriksaan abdomen (Fadhilah et al., 2021). Keluhan
lainnya seperti gejala nyeri perut bagian bawah, gangguan gastrointestinal, gangguan berkemih,
adanya tekanan pada panggul, dan munculnya pembesaran pada perut (Zaluchu et al., 2022).
Pada kasus tumor ganas ovarium bahkan dapat menyebabkan terjadinya asites, tidak nyaman,
dan cepat merasa kenyang, mudah Lelah, kelemahan otot, penurunan nafsu makan, penurunan
aktivitas, penurunan berat badan, dan kaheksia (Budiana, 2020). Biasanya keluhan utama yang
sering timbul pada stadium awal dari keganasan ovarium adalah perasaan berat dan tidak enak
pada perut bagian bawah disertai nyeri, sering kencing, konstipasi apabila massa menekan
kandung kemih dan rectum (Budiana, 2020). Pada stadium lanjut pasien sering merasakan
desakan tumor berakibat pada pembesaran perut, konstipasi, nausea, anoreksia, atau cepat
kenyang (Budiana, 2020). Gejala klinis keganasan ovarium ketika mengalami degenerasi ganas
yaitu, tampak sakit, dimana bagian atas badan kurus dan perut membesar karena asites, tumor
pada abdomen, asites, ditambah gejala metastase yaitu edema kaki, kesukaran BAK dan
defekasi, dan sesak napas (Budiana, 2020).
D. Patofisiologi
Ovarium mempunyai fungsi yang sangat vital pada ovarium dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan, dan kematangan sel telur (society of gynecologic oncology, 2017). Patofisiologi
penyebab terjadi tumor pada ovarium terjadinya gangguan pembentukan hormon pada
hipotalamus, hipofisis, atau indung telur itu sendiri (Budiana, 2020). Setiap hari ovarium
normal akan membentuk beberapa kista kecil disebut dengan folikel de graff, pada pertengahan
siklus folikel dominan dengan diameter lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit mature (society
of gynecologic oncology, 2017). Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum yang pada
saat matang memiliki struktur 1,5 cm- 2 cm dengan kista ditengah-tengah (Kadar, 2010). Bila
tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan
secara progresif namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian mengecil selama kehamilan (Kadar, 2010). Kista/ tumor ovarium berasal dari proses
ovulasi normal disebut dengan tumor/kista fungsional dan selalu jinak, kista muncul dan di
stimulasi oleh gonadrotopin, FSH dan HCG (Kadar, 2010). Tumor ovarium dapat tumbuh dari
proliferasi sel yang berlebih (hipersekresi FSH dan LH) yang tidak terkontrol dalam ovarium
serta bersifat ganas atau jinak (Kadar, 2010). Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua
jenis sel dan jaringan ovarium, sejauh ini keganasan berasal dari epitel permukaan (mesotelium)
dan sebagian besar lesi dari kistik parsial (Kadar, 2010).
Teori menurut hipotesis incessant ovulation, teori ini menyatakan bahwa terjadi kerusakan sel-
sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi proses penyembuhan sel-
sel epitel terganggu bisa menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor, terdapat di
ovulasi menyebabkan kerusakan pada sel-sel ovarium menyebabkan proses penyembuhan luka
sangat lama sehingga terjadi ovulasi terjadi lagi atau trauma baru sehingga sel-sel ovarium
menjadi abnormal (society of gynecologic oncology, 2017). Teori hipotesis gonadotropin, pada
menopause gonadotropin meningkat akan menyebabkan keganasan ovarium, hipotesis
gonadotropin adalah hipotesis hormonal, tumor ovarium berkembang sebagai konsekuensi dari
stimulasi yang berlebihan pada jaringan ovarium gonadotropin hipofisis (LH dan FSH) (society
of gynecologic oncology, 2017). Hormone estrogen menurun sehingga menyebabkan hormone
gonadotropin meningkat (meningkatkan kesuburan sehingga proses ovulasi cepat) (society of
gynecologic oncology, 2017). Kelainan kromosom sehingga gen BRCA 1 dan 2 bermutasi
abnormal sehingga adanya akumulasi sel-sel abnormal (society of gynecologic oncology,
2017). Teori androgen, androgen memiliki peran yang penting dalam terbentuknya tumor
ovarium, hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor
androgen dalam percobaan in vitro androgen bisa menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium
normal dan sel tumor ovarium (society of gynecologic oncology, 2017). Androgen
menstimulasi tumbuhnya sel epitel ovarium (society of gynecologic oncology, 2017). Faktor
makanan zat karsinogen dan sel sel ovarium terakumulasi oleh zat karsinogen, virus dan radiasi
dapat menginvasi dan menginfeksi ovarium sehingga sel-sel mengalami mutasi abnormal
(society of gynecologic oncology, 2017).
Tumor ovarium ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ sel tumor dari germ sel primordial (Fadhilah et al., 2021).
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embryonal,
ectodermal, endodermal, dan mesodermal (Fadhilah et al., 2021). Mayoritas keganasan ovarium
adalah jenis sel epitel yang berasal dari epitel ovarium, kelompok lainnya seperti (non
epithelial) sel tumor germinal, tumor sex-cord stromal, jenis sex cord stromal biasanya lebih
mudah terdiagnosis dini dibandingkan jenis lainnya yang lebih sering terdiagnosis pada usia
lanjut (Fadhilah et al., 2021). Lesi pada ovarium berdasarkan konsistensinya dapat bersifat solid
atau kistik (Fadhilah et al., 2021). Tumor ovarium jenis epitel mengalami pertumbuhan yang
perlahan-lahan, tumor sel germinal tumbuh dengan cepat, Tumor ovarium dapat terjadi juga
karena penimbunan darah yang berlebihan saat fase perdarahan dari siklus menstruasi (Fadhilah
et al., 2021). Stadium tumor ovarium dibagi menjadi stadium I, II, III, dan IV (Budiana, 2020).
Stage 1: tumor terbatas pada ovarium
1A: tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul utuh, tidak ada tumbuh permukaan, asites
negative
1B: tumor pada kedua ovarium
1C: tumor pada satu atau kedua ovarium
IC1: Surgical spill
IC2: kapsul pecah sebelum operasi atau tumor di permukaan ovarium
IC3: sel maligna di asites atau asites peritoneal
Stage 2: tumor melibatkan satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke pelvis (dibawah
panggul) atau kanker peritoneum primer
IIA: perluasan ke uterus dan atau tuba falopi
IIB: perluasan ke jaringan intraperitoneal pelvis lainnya

Stage 3: tumor melibatkan satu atau kedua ovarium dengan konfirmasi sitologis dan
histologis menyebar ke peritoneum di luar panggul dan atau metastasis ke KGB
retroperitoneal.
IIIA: KGB retroperitoneal positif atau metastasis mikroskopik di luar pelvis
IIIA1: hanya KGB retroperitoneal positif
IIIA1: metastasis < sama dengan 10 mm
IIIA2: metastasis > 10 mm
IIIA2: mikroskopik, ektrapelvis, metastasis peritoneal < sama dengan 2 cm kurang lebih
kelenjar getah bening retroperitoneal positif
IIIB: makroskopik, ekstrapelvis, metastasis peritoneal > 2 cm kurang lebih kelenjar getah
bening retroperitoneal positif. Termasuk perluasan kapsul hati/limpa
IIIC: Makrosopik, ektrapelvis, metastasis peritoneal > 2 cm kurang lebih kelenjar getah
bening retroperitoneal positif. Termasuk perluasan ke kampsul hati/limpa
Stage 4: metastasis jauh di luar metastasis peritoneal
IVA: efusi pleura dengan sitologi positif
IVB: metastasis parenkim hepatic atau limpa, metastasis ke organ ekstra abdomen
E. Pathway keperawatan (Jalan munculnya semua masalah keperawatan sesuai teori)

Tumor ganas ovarium

Nyeri
kronik
F. Penatalaksanaan
Tindakan pembedahan (laparatomi eksplorasi) atau operasi pada tumor ovarium neoplastic
yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau terdapat komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (Kadar, 2010).
Laparatomi eksplorasi adalah suatu Tindakan bedah yang dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana perluasan suatu kanker ovarium dengan melakukan evaluasi daerah-daerah yang potensial
akan dikenai perluasan atau penyebaran kanker ovarium, temuan nya akan menentukan stadium
penyakit dan terapi adjuvant seperti kemoterapi (Cindy et al., 2022). Jika ditemui asistes karena
keganasan ovarium obati keganasan yang menjadi penyebab nya (Cindy et al., 2022).
Umumnya harus dilakukan paresentesis terapeutik untuk mengurangi gejala (Zaluchu et al.,
2022).
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisik (Budiana, 2020): palpasi abdomen dan ginekologi, perlu dicurigai adanya
keganasan pada tumor ovarium apabila dijumpai hal-hal seperti konsistensi tumor yang
bervariasi (padat, kistik, lunak, kenyal), bentuk atau permukaan yang benjol-benjol, atau tidak
beraturan, pergerakan tumor terbatas, tumor bilateral dan pertumbuhan tumor berlangsung
cepat pada pengamatan. Pada wanita yang telah satu tahun pasca menopause ovarium
seharusnya atropi dan tidak terpalpasi sehingga bila dapat dipalpasi perlu dicurigai kearah
keganasan ovarium, hanya 3% massa yang terpalpasi dengan ukuran 5 cm pada wanita pasca
menopause menunjukkan ganas. Tumor ovarium dibagi menjadi dua yaitu jinak dan ganas
berdasarkan pemeriksaan panggul
Kriteria Jinak Ganas
Sifat Unilateral Bilateral
Konsistensi kistik solid
Gerakan bebas Terbatas
Permukaan licin Tidak licin
Asites Tidak ada/sedikit banyak
Benjolan di kavum douglas Tidak ada Ada
Skrining penanda tumor (Budiana, 2020): diperlukan untuk mendeteksi perempuan yang
memiliki risiko lebih tinggi terkena keganasan ovarium akibat kurangnya gejala penyakit
spesifik, skrining dapat dilakukan dengan melakukan pengujian tes serum Ca-125 (cancer
antigen) dan USG transvaginal. Tipe histopatologi yang banyak ditemukan pada sel asal tumor
adalah tumor ovarium tipe epitel dengan sub tipe adenokarsinoma jenis serosum dengan
konsistensi padat. Pemeriksaan penanda tumor jika ada dugaan keganasan (Ca-125 untuk tumor
ovarium). Kadar CA 125 meningkat lebih dari 80% pada kanker ovarium tipe epitel stadium
lanjut dan meningkat hanya 50% pada kanker ovarium stadium awal, tetapi kadang peningkatan
kadar Ca 125 juga diakibatkan oleh keadaan inflamasi seperti endometriosis, penyakit radang
panggul, kanker payudara, paru, dan gastrointestinal. Nilai diagnostic kadar CA 125 serum
untuk memprediksi keganasan ovarium mempunyai sensitifitas berkisar antara 56-100% dan
spesifisitas 60-92%, untuk pengobatan kanker ovarium pasca pembedahan dan penentuan
prognosis penyakit. Pertanda tumor yang lain seperti CA 19-9 yang meningkat pada beberapa
kanker ovarium tipe musinus, sementara CEA (carciembryonic antigen) sangat kecil
peranannya dalam memprediksi keganasan tumor ovarium. Pertanda tumor lainnya adalah
4(HE4). HE4 (human epididymis protein) adalah glikoprotein famili whey acidic disulfide core
yang juga tereskpresi pada jaringan normal seperti epididymis, trakea, dan kelenjar air liur,
selain itu juga terdapat dalam jumlah yang minimal pada endometrium, tuba falopi.
Pemeriksaan USG (Budiana, 2020): USG 2 dimensi atau transvaginal, pemeriksaan USG
memungkinkan penampilan secara visual organ genitalia interna. USG dapat mempengaruhi
penatalaksanaan klinis tumor ovarium dalam hal, konfirmasi adanya tumor yang diduga secara
klinis, membuktikan apakah tumot berasal dari uterus atau organ pelvis lainnya, menentukan
tumor yang cenderung ganas termasuk karakteristik tumor yang membantu dalam menentukan
penatalaksanaan rasional. Cara mendeteksi keganasan menggunakan USG dengan sistem
skoring morfologi sassone-timor tritsch skor <9 menunjukkan prediksi jinak dan skor >9
menunjukkan keganasan. USG doppler dapat mengevaluasi keganasan tumor pelvis. Aplikasi
gambaran aliran pembuluh darah sangat membantu dalam mendeteksi keganasan ovarium
karena adanya neurovaskularisasi merupakan salah satu pertanda keganasan.
Pemeriksaan laparoskopi (Budiana, 2020): pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui
apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu.
Foto rontgen (Budiana, 2020): pada kista dermoid kadang-kadang terdapat bentuk gigi dalam
tumor.
H. Pengkajian focus (pengkajian riwayat kesehatan, perubahan pola fungsi, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang terfokus pada kasus)
1. Identitas klien: nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal MRS, diagnosa medis no register,
2. Keluhan utama: pada kasus tumor ovarium keluhan utama adalah rasa nyeri atau
ketidaknyamanan, Nyeri tersebut bisa akut ataupun kronik, PQRST
P: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi nyeri
Q: seperti apa nyeri yang dirasakan klien
R: rasa sakit yang dirasakan apakah bisa reda, apakah menjalar dan dimana terjadi rasa sakit
S: seberapa jauh nyeri yg dirasakan klien
T: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam/siang hari
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien mungkin mengeluh terjadi ketidaknyamanan yang berkaitan dengan perubahan pola
menstruasi (perdarahan banyak), nyeri abdomen, adanya keputihan, keluhan lain yang
disebabkan oleh penekanan tumor pada vesika urinaria, uretra, ureter, rectum, pembuluh
darah dan limfa.
4. Riwayat penyakit dahulu
Menggali riwayat ibu khususnya penyakit ginekologi, diabetes, dan hipertensi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Menggali riwayat penyakit keluarga, karena tumor ovarium berisiko pada wanita yang
memiliki riwayat genetik.
6. Riwayat sosial budaya: menggali kondisi emosional ibu yang berkaitan dengan penyakitnya
Menggali kebiasaan terhadap penyakitnya
7. Riwayat menstruasi: menarche dini <12 tahun berkaitan dengan meningkatnya risiko
walaupun tidak selalu konsisten, siklus dapat mengalami perdarahan diluar siklus haid dan
lebih panjang (banyak/bercak), jumlah lebih banyak, lamanya dapat memanjang, sifat darah
encer atau bergumpal, teratur atau tidak, dismenorea, fluor albus(berlebihan, berbau,
purulen, bercampur darah, HPHT).
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: apatis, koma, stupor, gelisah, CM tergantung pada klien
Head to toe
Kepala: I: tampak bersih, P: tidak nyeri kepala
Leher: I: distensi vena jugularis (JVP)
Muka dan kulit: turgor kulit buruk, kering (dehidrasi/malnutrisi)
Mata: konjungtiva sub anemis/anemis
Telinga, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak mengalami gangguan perdengaran.
Hidung: tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut dan faring: mukosa mulut kering dan pucat lidah pecah pecah dan bau yang tidak
enak
Thoraks: Gerakan dada simetris, tidak ada benjolan abnormal
Paru: pernafasan meningkat, pergerakan simetris, suara sonor, tidak redup dan tidak ada
suara tambahan, tidak ada wheezing, stridor, ronchi, dispnea
Jantung: tidak tampak iktus cordis, nadi meningkat, suara S1-S2 tunggal
Abdomen: distensi abdomen, asites,teraba massa, penurunan bising usus dan kembung
Genitalia:tampak bersih, tidak ada benjolan
I. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri kronik berhubungan dengan agen pencedera dengan kondisi terkait neoplasma Dx
(00133)
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
minat pada makanan kondisi terkait neoplasma Dx (00002)
3. Risiko defisien volume cairan dengan kondisi terkait penyimpangan yang mempengaruhi
eliminasi cairan Dx (00028)
J. Perencanaan keperawatan (prioritas diagnosa keperawatan, tujuan dan kriteria hasil dan
rencana tindakan disertai rasional sesuai teori)
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
1 Nyeri kronik NOC: Manajemen 1. Mengetahui
berhubungan nyeri (1400) lokasi dan
dengan agen Observasi: karakteristik
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
pencedera dengan 1. Pengetahuan: 1. Observasi nyeri untuk
kondisi terkait manajemen adanya penentuan
neoplasma Dx nyeri (1843) petunjuk non- intervensi
(00133) 2. Tingkat nyeri verbal 2. Mengurangi
(2102) mengenai skala nyeri dan
3. Kontrol nyeri ketidaknyama memberikan
(1605) nan terutama efek relaksasi
Setelah dilakukan pada mereka 3. Memperbaiki
Tindakan yang tidak pola koping
keperawatan dalam dapat klien dan
2x24 jam berkomunikasi keluarga klien
diharapkan tingkat secara efektif 4. Teknik non
nyeri pasien 2. Observasi farmakologi
berkurang dengan nyeri (Slow deep
kriteria hasil: komprehensif breathing/ deep
1. Nyeri yang yang meliputi breathing) untuk
dilaporkan dapat lokasi, mengurangi rasa
berkurang dari karakteristik, nyeri
cukup berat (2) onset/durasi,
ke ringan (4) frekuensi,
2. Menunjukkan kualitas,
strategi untuk intensitas, atau
mengontrol beratnya nyeru
nyeri dan faktor
pencetus
3. Monitor nyeri
di daerah yang
terkena
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
Terapeutik:
4. Dorong pasien
untuk
memonitor
nyeri dan
menangani
nyeri dengan
tepat
5. Dorong pasien
untuk
mediskusikan
pengalaman
nyeri nya
sesuai
kebutuhan
6. Pertimbangka
n keinginan
pasien dan
keluarga untuk
memilih
strategi
penurunan
nyeri
Edukasi:
7. Ajarkan
penggunaan
Teknik non
farmakologi
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
(Slow deep
breathing/
deep
breathing,
teknik
relaksasi,
distraksi,
posisi semi
fowler)
8. Ajarkan
penggunaan
farmakologi
untuk
menurunkan
nyeri
Kolaborasi:
9. Kolaborasi
dan berikan
individu
penurun nyeri
yang optimal
dengan
penerapan
analgesik
2. Ketidakseimbang NOC: Manajemen ➢ Asupan gizi
an nutrisi: kurang 1. Status nutrisi: nutrisi (1100) yang seimbang
dari kebutuhan Asupan Observasi: dapat dilihat
tubuh dari asupan
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
berhubungan makanan dan ➢ Monitor kalori makanan dan
dengan kurang cairan (1008) dan asupan cairan yang
minat pada 2. Status nutrisi: makanan seimbang
makanan kondisi Asupan nutrisi ➢ Monitor ➢ Mengetahui
terkait neoplasma (1009) terjadinya alergi klien
Dx (00002) 3. Nafsu makan kecenderungan dapat
(1014) penurunan dan menghindari
Setelah dilakukan kenaikan berat makanan dapat
Tindakan badan membuat klien
keperawatan dalam ➢ Identifikasi alergi
2x24 jam adanya alergi ➢ Pemilihan
diharapkan nafsu atau intoleransi makanan yang
makan dan status makanan yang sesuai dengan
nutrisi pasien dimiliki pasien jumlah nutrisi
meningkat dengan ➢ Ciptakan yang dibutuhkan
kriteria hasil: lingkungan tubuh dapat
1. Intake makanan yang optimal mengurangi
dari cukup pada saat tingkat
terganggu (3) mengkonsumsi kekurangan
menjadi sedikit makan nutrisi tubuh
terganggu (4) Terapeutik: ➢ Keyakinan
2. Intake nutrisi ➢ Bantu pasien dapat
dari cukup dalam mempengaruhi
terganggu (3) menentukan proses
menjadi sedikit pedoman atau penyembuhan
terganggu (4) piramida atau mengurangi
3. Menunjukkan makanan yang konstipasi
Hasrat/keingina paling cocok
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
n untuk makan untuk ➢ Mengerti
dari cukup memenuhi membuat
terganggu (3) kebutuhan catatan makanan
menjadi sedikit nutrisi harian dapat
terganggu (4) ➢ Berikan pilihan memperbaiki
4. Asupan lemak makanan sambil pola makan
dari cukup menawarkan klien
adekuat (3) bimbingan ➢ Pemantauan
menjadi sedikit terhadap jumlah nutrisi
adekuat (2) makanan yang dan kalori dapat
5. Asupan serat lebih sehat meningkatkan
dari sebagian ➢ Atur diet yang jumlah nutrisi
besar adekuat diperlukan dan kalori yang
(4) menjadi ➢ Lakukan dibutuhkan
sepenuhnya perawatan ➢ Perawatan
adekuat (5) mulut sebelum mulut
6. Asupan cairan makan meningkatkan
intravena dari ➢ Anjurkan pasien nafsu makan
cukup adekuat untuk ➢ Pemberian obat
(3) menjadi memodifikasi sebelum makan
sebagian besar diet yang untuk mencegah
adekuat (4) diperlukan mual
➢ Pastikan diet
mencakup
makanan yang
tinggi
kandungan serat
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
untuk mencegah
konstipasi
Kolaborasi:
➢ Beri obat obatan
sebelum makan
(misal:
antiemetic,
penghilang rasa
sakit.

3. Risiko defisien NOC: Manajemen ➢ Mengumpulkan


volume cairan 1. Keseimbangan cairan (4120): dan menganalisis
dengan kondisi cairan (0601) Observasi: data pasien untuk
terkait Setelah dilakukan ➢ Jaga intake/ mengatur
penyimpangan Tindakan asupan yang keseimbangan
yang keperawatan dalam akurat dan catat cairan
mempengaruhi 2x24 jam output pasien ➢ Mengetahui
eliminasi cairan diharapkan status ➢ Monitor status adanya tanda-
Dx (00028) keseimbangan hidrasi tanda dehidrasi
cairan pasien ➢ Monitor hasil dan mencegah
membaik dengan laboratorium syok hipovolemik
kriteria hasil: yang relevan ➢ Memberikan
1. Keseimban dengan retensi hidrasi cairan
gan intake cairan tubuh secara
dan output ➢ Monitor tanda- parenteral
dalam 24 tanda vital pasien ➢ Mempertahankan
jam dari ➢ Monitor adanya cairan lewat oral
sedikit indikasi retensi
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
terganggu ➢ Monitor status ➢ Pemasangan
(4) menjadi gizi kateter urine
tidak ➢ Meningkatkan dikhususkan bagi
terganggu asupan oral pasien dengan
(5) Terapeutik: sulit menahan
2. Asites dari ➢ Memasukkan buang air kecil
sedang (3) kateter urine (inkontinensia
menjadi ➢ Kaji lokasi dan urine)
ringan (4) luasnya edema
3. Tekanan jika ada
darah dari ➢ Berikan terapi IV
sedikit seperti yang
terganggu ditentukan
(4) menjadi ➢ Berikan cairan
tidak dengan tepat
terganggu ➢ Distribusikan
(5) asupan cairan
4. Turgor kulit dalam 24 jam
dari sedikit ➢ Tawari makanan
terganggu ringan misalnya
(4) menjadi minuman jus
tidak buah
terganggu Edukasi:
(5) ➢ Dukung pasien
5. Edema dan keluarga
perifer dari untuk membantu
ringan (4) dalam pemberian
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
menjadi makanan dengan
tidak ada (5) baik
6. Pusing dari Kolaborasi:
ringan (4) ➢ Konsultasikan
menjadi dengan dokter
tidak ada (5) apabila terdapat
7. Serum kekurangan
elektrolit volume cairan
dan yang menetap
hematokrit atau memburuk
dari sedikit
terganggu
(4) menjadi
tidak
terganggu
(5)
8. Bola mata
cekung
sedikit
terganggu
(4) menjadi
tidak
terganggu
(5)
9. Kehausan
dari sedikit
terganggu
(4) menjadi
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
tidak
terganggu
(5)

K. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tahap pelaksanaan keperawatan terdapat dua jenis yaitu tindakan mandiri dan kolaborasi (Putri,
2018). Jenis tindakan keperawatan mandiri atau dikenal dengan tindakan independen, dan
tindakan kolaborasi atau dikenal dengan tindakan interdependen (Putri, 2018).
L. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan Langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai (Putri, 2018). pada tahap
evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengeveluasi
selama proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses dan
kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut evaluasi hasil
dengan menggunakan metode SOAP (Putri, 2018).
Daftar Pustaka
Budiana, I. N. G. (2020). TUMOR OVARIUM: PREDIKSI KEGANASAN PRABEDAH. Ilmiah
Kedokteran, 44(3), 179–185.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/medicina/article/view/11057/7859
Bulechek, G.M. Butcher, H.K., Dotcherman, J.M. M Wagner (2013). Nursing Intervention
Classification Jakarta: Mocomedia
Cindy, K., Cahyani, D., Sriwidyani, N. P., Made Mahastuti, N., & Saputra, H. (2022).
KARAKTERISTIK KLINIKOPATOLOGI PASIEN TUMOR OVARIUM PADA ANAK
TAHUN 2015 –2019 DI RSUP SANGLAH DENPASAR. E-Jurnal Medika Udayana, 11(1),
67–71. https://doi.org/10.24843/MU.2022.V11.I01.P11
Fadhilah, S., Mz, O., & Dah, P. (2021). PROFIL TUMOR OVARIUM DI RSI SITI RAHMAH
PADANG TAHUN 2017-2018. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory, 4(2), 130–139.
https://doi.org/10.30633/JSM.V4I2.1316
Heather T. Herdman SK. NANDA-I Diagnosis keperawatan definisi dan klarifikasi 2021-
2023.12th ed. EGC;2022
Hedrianto, Ongko, N., Nadapdap, F., Tarigan, setia, arhamni, ade, Jansen, sopacua, E., & Artisan,
litri. (2023). Tinjauan pustaka mengenai tumor ovarium | Buletin Kedokteran & Kesehatan
Prima. Bulletin Kedokteran Dan Kesehatan Prima, 2(1), 8–10.
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/bulkesprima/article/view/4173
Kadar, N. afriani. (2010). asuhan keperawatan perioperatif dengan diagnosa neoplasma ovarium
kistik suspect ganas. Hasanuddin, 4(5), 10–12.
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/13445/2/R014192026_skripsi%201-2.pdf
Moorhead, dkk. 2016. Nursing outcomes Classification (NOC) Pengukuran outcomes Kesehatan
edisi kelima. Singapore: Elsevier inc
Putri, W. (2018). Asuhan keperawatan pada klien POST OP fraktur dengan masalah gangguan
mobilitas fisik. 17–20.
Society of gynecologic oncology. (2017). BAB II TINJAUAN PUSTAKA KANKER OVARIUM.
FIGO, 2(1), 1–10.
Zaluchu, S., Rosari, C., Lina, J., Esmeralda, C., & Lumbantobing. (2022). Karakteristik Pasien
Tumor Ovarium di Rumah Sakit Umum Madani Medan Periode Januari 2019 - Desember
2021. Pendidikan Dan Konseling, 4(5), 8033–8034.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/7979/6004

Anda mungkin juga menyukai