R DENGAN
DIAGNOSA MEDIS: TUMOR OVARIUM
DI RUANG CEMPAKA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN
OLEH:
Nama Mahasiswa : Aisyah Kamelia
NIM : 20230305007
Stage 3: tumor melibatkan satu atau kedua ovarium dengan konfirmasi sitologis dan
histologis menyebar ke peritoneum di luar panggul dan atau metastasis ke KGB
retroperitoneal.
IIIA: KGB retroperitoneal positif atau metastasis mikroskopik di luar pelvis
IIIA1: hanya KGB retroperitoneal positif
IIIA1: metastasis < sama dengan 10 mm
IIIA2: metastasis > 10 mm
IIIA2: mikroskopik, ektrapelvis, metastasis peritoneal < sama dengan 2 cm kurang lebih
kelenjar getah bening retroperitoneal positif
IIIB: makroskopik, ekstrapelvis, metastasis peritoneal > 2 cm kurang lebih kelenjar getah
bening retroperitoneal positif. Termasuk perluasan kapsul hati/limpa
IIIC: Makrosopik, ektrapelvis, metastasis peritoneal > 2 cm kurang lebih kelenjar getah
bening retroperitoneal positif. Termasuk perluasan ke kampsul hati/limpa
Stage 4: metastasis jauh di luar metastasis peritoneal
IVA: efusi pleura dengan sitologi positif
IVB: metastasis parenkim hepatic atau limpa, metastasis ke organ ekstra abdomen
E. Pathway keperawatan (Jalan munculnya semua masalah keperawatan sesuai teori)
Nyeri
kronik
F. Penatalaksanaan
Tindakan pembedahan (laparatomi eksplorasi) atau operasi pada tumor ovarium neoplastic
yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar atau terdapat komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (Kadar, 2010).
Laparatomi eksplorasi adalah suatu Tindakan bedah yang dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana perluasan suatu kanker ovarium dengan melakukan evaluasi daerah-daerah yang potensial
akan dikenai perluasan atau penyebaran kanker ovarium, temuan nya akan menentukan stadium
penyakit dan terapi adjuvant seperti kemoterapi (Cindy et al., 2022). Jika ditemui asistes karena
keganasan ovarium obati keganasan yang menjadi penyebab nya (Cindy et al., 2022).
Umumnya harus dilakukan paresentesis terapeutik untuk mengurangi gejala (Zaluchu et al.,
2022).
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisik (Budiana, 2020): palpasi abdomen dan ginekologi, perlu dicurigai adanya
keganasan pada tumor ovarium apabila dijumpai hal-hal seperti konsistensi tumor yang
bervariasi (padat, kistik, lunak, kenyal), bentuk atau permukaan yang benjol-benjol, atau tidak
beraturan, pergerakan tumor terbatas, tumor bilateral dan pertumbuhan tumor berlangsung
cepat pada pengamatan. Pada wanita yang telah satu tahun pasca menopause ovarium
seharusnya atropi dan tidak terpalpasi sehingga bila dapat dipalpasi perlu dicurigai kearah
keganasan ovarium, hanya 3% massa yang terpalpasi dengan ukuran 5 cm pada wanita pasca
menopause menunjukkan ganas. Tumor ovarium dibagi menjadi dua yaitu jinak dan ganas
berdasarkan pemeriksaan panggul
Kriteria Jinak Ganas
Sifat Unilateral Bilateral
Konsistensi kistik solid
Gerakan bebas Terbatas
Permukaan licin Tidak licin
Asites Tidak ada/sedikit banyak
Benjolan di kavum douglas Tidak ada Ada
Skrining penanda tumor (Budiana, 2020): diperlukan untuk mendeteksi perempuan yang
memiliki risiko lebih tinggi terkena keganasan ovarium akibat kurangnya gejala penyakit
spesifik, skrining dapat dilakukan dengan melakukan pengujian tes serum Ca-125 (cancer
antigen) dan USG transvaginal. Tipe histopatologi yang banyak ditemukan pada sel asal tumor
adalah tumor ovarium tipe epitel dengan sub tipe adenokarsinoma jenis serosum dengan
konsistensi padat. Pemeriksaan penanda tumor jika ada dugaan keganasan (Ca-125 untuk tumor
ovarium). Kadar CA 125 meningkat lebih dari 80% pada kanker ovarium tipe epitel stadium
lanjut dan meningkat hanya 50% pada kanker ovarium stadium awal, tetapi kadang peningkatan
kadar Ca 125 juga diakibatkan oleh keadaan inflamasi seperti endometriosis, penyakit radang
panggul, kanker payudara, paru, dan gastrointestinal. Nilai diagnostic kadar CA 125 serum
untuk memprediksi keganasan ovarium mempunyai sensitifitas berkisar antara 56-100% dan
spesifisitas 60-92%, untuk pengobatan kanker ovarium pasca pembedahan dan penentuan
prognosis penyakit. Pertanda tumor yang lain seperti CA 19-9 yang meningkat pada beberapa
kanker ovarium tipe musinus, sementara CEA (carciembryonic antigen) sangat kecil
peranannya dalam memprediksi keganasan tumor ovarium. Pertanda tumor lainnya adalah
4(HE4). HE4 (human epididymis protein) adalah glikoprotein famili whey acidic disulfide core
yang juga tereskpresi pada jaringan normal seperti epididymis, trakea, dan kelenjar air liur,
selain itu juga terdapat dalam jumlah yang minimal pada endometrium, tuba falopi.
Pemeriksaan USG (Budiana, 2020): USG 2 dimensi atau transvaginal, pemeriksaan USG
memungkinkan penampilan secara visual organ genitalia interna. USG dapat mempengaruhi
penatalaksanaan klinis tumor ovarium dalam hal, konfirmasi adanya tumor yang diduga secara
klinis, membuktikan apakah tumot berasal dari uterus atau organ pelvis lainnya, menentukan
tumor yang cenderung ganas termasuk karakteristik tumor yang membantu dalam menentukan
penatalaksanaan rasional. Cara mendeteksi keganasan menggunakan USG dengan sistem
skoring morfologi sassone-timor tritsch skor <9 menunjukkan prediksi jinak dan skor >9
menunjukkan keganasan. USG doppler dapat mengevaluasi keganasan tumor pelvis. Aplikasi
gambaran aliran pembuluh darah sangat membantu dalam mendeteksi keganasan ovarium
karena adanya neurovaskularisasi merupakan salah satu pertanda keganasan.
Pemeriksaan laparoskopi (Budiana, 2020): pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui
apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu.
Foto rontgen (Budiana, 2020): pada kista dermoid kadang-kadang terdapat bentuk gigi dalam
tumor.
H. Pengkajian focus (pengkajian riwayat kesehatan, perubahan pola fungsi, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang terfokus pada kasus)
1. Identitas klien: nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal MRS, diagnosa medis no register,
2. Keluhan utama: pada kasus tumor ovarium keluhan utama adalah rasa nyeri atau
ketidaknyamanan, Nyeri tersebut bisa akut ataupun kronik, PQRST
P: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor presipitasi nyeri
Q: seperti apa nyeri yang dirasakan klien
R: rasa sakit yang dirasakan apakah bisa reda, apakah menjalar dan dimana terjadi rasa sakit
S: seberapa jauh nyeri yg dirasakan klien
T: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam/siang hari
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien mungkin mengeluh terjadi ketidaknyamanan yang berkaitan dengan perubahan pola
menstruasi (perdarahan banyak), nyeri abdomen, adanya keputihan, keluhan lain yang
disebabkan oleh penekanan tumor pada vesika urinaria, uretra, ureter, rectum, pembuluh
darah dan limfa.
4. Riwayat penyakit dahulu
Menggali riwayat ibu khususnya penyakit ginekologi, diabetes, dan hipertensi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Menggali riwayat penyakit keluarga, karena tumor ovarium berisiko pada wanita yang
memiliki riwayat genetik.
6. Riwayat sosial budaya: menggali kondisi emosional ibu yang berkaitan dengan penyakitnya
Menggali kebiasaan terhadap penyakitnya
7. Riwayat menstruasi: menarche dini <12 tahun berkaitan dengan meningkatnya risiko
walaupun tidak selalu konsisten, siklus dapat mengalami perdarahan diluar siklus haid dan
lebih panjang (banyak/bercak), jumlah lebih banyak, lamanya dapat memanjang, sifat darah
encer atau bergumpal, teratur atau tidak, dismenorea, fluor albus(berlebihan, berbau,
purulen, bercampur darah, HPHT).
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: apatis, koma, stupor, gelisah, CM tergantung pada klien
Head to toe
Kepala: I: tampak bersih, P: tidak nyeri kepala
Leher: I: distensi vena jugularis (JVP)
Muka dan kulit: turgor kulit buruk, kering (dehidrasi/malnutrisi)
Mata: konjungtiva sub anemis/anemis
Telinga, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak mengalami gangguan perdengaran.
Hidung: tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut dan faring: mukosa mulut kering dan pucat lidah pecah pecah dan bau yang tidak
enak
Thoraks: Gerakan dada simetris, tidak ada benjolan abnormal
Paru: pernafasan meningkat, pergerakan simetris, suara sonor, tidak redup dan tidak ada
suara tambahan, tidak ada wheezing, stridor, ronchi, dispnea
Jantung: tidak tampak iktus cordis, nadi meningkat, suara S1-S2 tunggal
Abdomen: distensi abdomen, asites,teraba massa, penurunan bising usus dan kembung
Genitalia:tampak bersih, tidak ada benjolan
I. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri kronik berhubungan dengan agen pencedera dengan kondisi terkait neoplasma Dx
(00133)
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
minat pada makanan kondisi terkait neoplasma Dx (00002)
3. Risiko defisien volume cairan dengan kondisi terkait penyimpangan yang mempengaruhi
eliminasi cairan Dx (00028)
J. Perencanaan keperawatan (prioritas diagnosa keperawatan, tujuan dan kriteria hasil dan
rencana tindakan disertai rasional sesuai teori)
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
1 Nyeri kronik NOC: Manajemen 1. Mengetahui
berhubungan nyeri (1400) lokasi dan
dengan agen Observasi: karakteristik
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
pencedera dengan 1. Pengetahuan: 1. Observasi nyeri untuk
kondisi terkait manajemen adanya penentuan
neoplasma Dx nyeri (1843) petunjuk non- intervensi
(00133) 2. Tingkat nyeri verbal 2. Mengurangi
(2102) mengenai skala nyeri dan
3. Kontrol nyeri ketidaknyama memberikan
(1605) nan terutama efek relaksasi
Setelah dilakukan pada mereka 3. Memperbaiki
Tindakan yang tidak pola koping
keperawatan dalam dapat klien dan
2x24 jam berkomunikasi keluarga klien
diharapkan tingkat secara efektif 4. Teknik non
nyeri pasien 2. Observasi farmakologi
berkurang dengan nyeri (Slow deep
kriteria hasil: komprehensif breathing/ deep
1. Nyeri yang yang meliputi breathing) untuk
dilaporkan dapat lokasi, mengurangi rasa
berkurang dari karakteristik, nyeri
cukup berat (2) onset/durasi,
ke ringan (4) frekuensi,
2. Menunjukkan kualitas,
strategi untuk intensitas, atau
mengontrol beratnya nyeru
nyeri dan faktor
pencetus
3. Monitor nyeri
di daerah yang
terkena
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
Terapeutik:
4. Dorong pasien
untuk
memonitor
nyeri dan
menangani
nyeri dengan
tepat
5. Dorong pasien
untuk
mediskusikan
pengalaman
nyeri nya
sesuai
kebutuhan
6. Pertimbangka
n keinginan
pasien dan
keluarga untuk
memilih
strategi
penurunan
nyeri
Edukasi:
7. Ajarkan
penggunaan
Teknik non
farmakologi
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
(Slow deep
breathing/
deep
breathing,
teknik
relaksasi,
distraksi,
posisi semi
fowler)
8. Ajarkan
penggunaan
farmakologi
untuk
menurunkan
nyeri
Kolaborasi:
9. Kolaborasi
dan berikan
individu
penurun nyeri
yang optimal
dengan
penerapan
analgesik
2. Ketidakseimbang NOC: Manajemen ➢ Asupan gizi
an nutrisi: kurang 1. Status nutrisi: nutrisi (1100) yang seimbang
dari kebutuhan Asupan Observasi: dapat dilihat
tubuh dari asupan
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
berhubungan makanan dan ➢ Monitor kalori makanan dan
dengan kurang cairan (1008) dan asupan cairan yang
minat pada 2. Status nutrisi: makanan seimbang
makanan kondisi Asupan nutrisi ➢ Monitor ➢ Mengetahui
terkait neoplasma (1009) terjadinya alergi klien
Dx (00002) 3. Nafsu makan kecenderungan dapat
(1014) penurunan dan menghindari
Setelah dilakukan kenaikan berat makanan dapat
Tindakan badan membuat klien
keperawatan dalam ➢ Identifikasi alergi
2x24 jam adanya alergi ➢ Pemilihan
diharapkan nafsu atau intoleransi makanan yang
makan dan status makanan yang sesuai dengan
nutrisi pasien dimiliki pasien jumlah nutrisi
meningkat dengan ➢ Ciptakan yang dibutuhkan
kriteria hasil: lingkungan tubuh dapat
1. Intake makanan yang optimal mengurangi
dari cukup pada saat tingkat
terganggu (3) mengkonsumsi kekurangan
menjadi sedikit makan nutrisi tubuh
terganggu (4) Terapeutik: ➢ Keyakinan
2. Intake nutrisi ➢ Bantu pasien dapat
dari cukup dalam mempengaruhi
terganggu (3) menentukan proses
menjadi sedikit pedoman atau penyembuhan
terganggu (4) piramida atau mengurangi
3. Menunjukkan makanan yang konstipasi
Hasrat/keingina paling cocok
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
n untuk makan untuk ➢ Mengerti
dari cukup memenuhi membuat
terganggu (3) kebutuhan catatan makanan
menjadi sedikit nutrisi harian dapat
terganggu (4) ➢ Berikan pilihan memperbaiki
4. Asupan lemak makanan sambil pola makan
dari cukup menawarkan klien
adekuat (3) bimbingan ➢ Pemantauan
menjadi sedikit terhadap jumlah nutrisi
adekuat (2) makanan yang dan kalori dapat
5. Asupan serat lebih sehat meningkatkan
dari sebagian ➢ Atur diet yang jumlah nutrisi
besar adekuat diperlukan dan kalori yang
(4) menjadi ➢ Lakukan dibutuhkan
sepenuhnya perawatan ➢ Perawatan
adekuat (5) mulut sebelum mulut
6. Asupan cairan makan meningkatkan
intravena dari ➢ Anjurkan pasien nafsu makan
cukup adekuat untuk ➢ Pemberian obat
(3) menjadi memodifikasi sebelum makan
sebagian besar diet yang untuk mencegah
adekuat (4) diperlukan mual
➢ Pastikan diet
mencakup
makanan yang
tinggi
kandungan serat
No Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan (Tujuan dan (Intervensi
Kriteria hasil) Keperawatan)
untuk mencegah
konstipasi
Kolaborasi:
➢ Beri obat obatan
sebelum makan
(misal:
antiemetic,
penghilang rasa
sakit.
K. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tahap pelaksanaan keperawatan terdapat dua jenis yaitu tindakan mandiri dan kolaborasi (Putri,
2018). Jenis tindakan keperawatan mandiri atau dikenal dengan tindakan independen, dan
tindakan kolaborasi atau dikenal dengan tindakan interdependen (Putri, 2018).
L. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan Langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai (Putri, 2018). pada tahap
evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengeveluasi
selama proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses dan
kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut evaluasi hasil
dengan menggunakan metode SOAP (Putri, 2018).
Daftar Pustaka
Budiana, I. N. G. (2020). TUMOR OVARIUM: PREDIKSI KEGANASAN PRABEDAH. Ilmiah
Kedokteran, 44(3), 179–185.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/medicina/article/view/11057/7859
Bulechek, G.M. Butcher, H.K., Dotcherman, J.M. M Wagner (2013). Nursing Intervention
Classification Jakarta: Mocomedia
Cindy, K., Cahyani, D., Sriwidyani, N. P., Made Mahastuti, N., & Saputra, H. (2022).
KARAKTERISTIK KLINIKOPATOLOGI PASIEN TUMOR OVARIUM PADA ANAK
TAHUN 2015 –2019 DI RSUP SANGLAH DENPASAR. E-Jurnal Medika Udayana, 11(1),
67–71. https://doi.org/10.24843/MU.2022.V11.I01.P11
Fadhilah, S., Mz, O., & Dah, P. (2021). PROFIL TUMOR OVARIUM DI RSI SITI RAHMAH
PADANG TAHUN 2017-2018. Jurnal Kesehatan Saintika Meditory, 4(2), 130–139.
https://doi.org/10.30633/JSM.V4I2.1316
Heather T. Herdman SK. NANDA-I Diagnosis keperawatan definisi dan klarifikasi 2021-
2023.12th ed. EGC;2022
Hedrianto, Ongko, N., Nadapdap, F., Tarigan, setia, arhamni, ade, Jansen, sopacua, E., & Artisan,
litri. (2023). Tinjauan pustaka mengenai tumor ovarium | Buletin Kedokteran & Kesehatan
Prima. Bulletin Kedokteran Dan Kesehatan Prima, 2(1), 8–10.
http://jurnal.unprimdn.ac.id/index.php/bulkesprima/article/view/4173
Kadar, N. afriani. (2010). asuhan keperawatan perioperatif dengan diagnosa neoplasma ovarium
kistik suspect ganas. Hasanuddin, 4(5), 10–12.
http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/13445/2/R014192026_skripsi%201-2.pdf
Moorhead, dkk. 2016. Nursing outcomes Classification (NOC) Pengukuran outcomes Kesehatan
edisi kelima. Singapore: Elsevier inc
Putri, W. (2018). Asuhan keperawatan pada klien POST OP fraktur dengan masalah gangguan
mobilitas fisik. 17–20.
Society of gynecologic oncology. (2017). BAB II TINJAUAN PUSTAKA KANKER OVARIUM.
FIGO, 2(1), 1–10.
Zaluchu, S., Rosari, C., Lina, J., Esmeralda, C., & Lumbantobing. (2022). Karakteristik Pasien
Tumor Ovarium di Rumah Sakit Umum Madani Medan Periode Januari 2019 - Desember
2021. Pendidikan Dan Konseling, 4(5), 8033–8034.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/view/7979/6004