A DENGAN
POST OPERATIF NOK (NEOPLASMA KISTA OVARIUM)
DI PAVILIUM IMAN SUDJUDI II
RSPAD GATOT SOEBROTO
OLEH:
Nama Mahasiswa : Aisyah Kamelia
NIM : 20230305007
65 61
36 27
31
Keterangan:
: tinggal serumah
: Laki-laki
: garis keturunan
: perempuan
Interpretasi: pasien berusia 65 tahun, orangtua pasien sudah meninggal, pasien adalah anak
ketiga perempuan menikah dengan seorang laki laki yang menjadi suami nya berusia 61
tahun, memiliki 3 anak, anak pertama berusia 36 tahun laki-laki dan kedua 31 tahun
perempuan dan terakhir 27 tahun anak perempuan.
Penyakit keturunan: pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan
Penyakit menular: pasien mengatakan tidak ada penyakit menular
3. PENGKAJIAN SAAT INI
a. Persepsi dan pemeliharaan Kesehatan
1) Persepsi tentang kesehatan diri
Pasien mengatakan bahwa seminggu yang lalu pasien merasakan perut nya
membesar, keras, dan kembung, pasien tidak mengira bahwa terdapat kista ovarium
karena baru pertama kali di rawat inap, jika pasien sakit biasanya minum obat-
obatan yang bisa di beli di warung tidak langsung dibawa ke rumah sakit jika sakit
nya belum parah.
2) Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya
Pasien mengatakan sebelumnya pasien merasa kebingungan karena perut nya yang
tiba tiba membesar keras dan kembung, namun setelah dirujuk ke RSPAD gatot
soebroto pasien mengetahui dari hasil USG bahwa terdapat kista pada indung telur
pasien sebelah kiri dan kemudian pasien setuju untuk dilakukan pengangkatan
indung telur sebelah kiri dengan melakukan operasi laparatomi, setelah dilakukan
operasi laparatomi pasien mengalami nyeri dan pasien mengerti diberikan terapi
injeksi intravena Pereda nyeri dan mencoba perlahan mobilisasi.
3) Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan
a) Kebiasaan diet yang adekuat, diet yang tidak sehat?
Sebelum masuk rumah sakit pasien tidak memiliki pola diet yg adekuat, karena
pasien mengatakan menyebabkan kolesterol tinggi, memiliki riwayat kebiasaan
merokok dan minum kopi sejak masih remaja, namun saat menikah sudah
berkurang.
b) Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri, imunisasi
Jika sakit pasien belum parah biasanya minum obat yang bisa dibeli di apotek
tanpa resep dokter, riwayat antenatal, intranatal, dan postnatal didapatkan saat
pasien melahirkan dan periksa kandungan saat hamil. Imunisasi pasien lengkap
sesuai dengan riwayat antenatal, 10 tahun yang lalu pasien sudah menopause
sekitar umur 40 tahun.
c) Kemampuan pasien untuk mengontrol Kesehatan
a) Yang dilakukan bila sakit
Pasien mengatakan biasanya minum obat yang bisa dibeli di apotek tanpa
resep dokter.
b) Kemana pasien bisa berobat bila sakit
Pasien mengatakan bila gejala sudah parah baru dibawa ke RSPAD Gatot
soebroto.
c) Kebiasaan hidup (konsumsi)
Jamu/alkohol/rokok/kopi/kebiasaan olahrahga
Riwayat Merokok: 1 batang /hari, lama: sudah sejak remaja, sekarang sudah
tidak pernah.
Alkohol: tidak pernah minum alkohol lama: tidak pernah meminum alkohol
Kebiasaan olahraga,: pasien tidak pernah berolahraga.
No Obat/jamu yang biasa Dosis Keterangan
dikonsumsi
1. Jamu 1 gelas Saat remaja,
kecil sekarang sudah
tidak
No Obat/jamu yang biasa Dosis Keterangan
dikonsumsi
2. Kopi 1 gelas Saat remaja,
kecil sekarang sudah
tidak
a. Pola nutrisi/metabolic
1) Intake makanan
Sebelum masuk RS Selama di RS
A. Keluhan A. Keluhan
Tidak terdapat mual, muntah, Mual sedikit karena merasa
nafsu makan seperti biasa namun masih kembung, tidak ada
makan porsi sedikit karena muntah, makan porsi
merasa kembung, begah sedikit
B. Frekuensi B. Frekuensi
3x kali sehari, sarapan, makan 2-3x sehari, sarapan,
siang dan malam makan siang dan malam
C. Menu C. Menu
Lauk pauk, nasi protein dan sayur Lauk pauk sesuai ahli gizi
D. Riwayat alergi makanan sayur, nasi, protein dan
Tidak ada alergi makanan snack sehat seperti bubur
sumsum
D. Riwayat alergi makanan
Tidak ada riwayat alergi
makanan
2) Intake minum
Sebelum masuk RS Selama di RS
a. Keluhan a. Keluhan
Tidak ada mual, muntah
saat minum
Tidak ada keluhan minum, tidak b. Frekuensi
ada mual atau muntah, porsi 200 ml air putih, 200 ml
sedikit karena begah, susu 500 ml Ring AS 10
b. Frekuensi Tpm
> 500 liter per hari c. Jenis minuman
c. Jenis minuman Air putih dan Ring AS 10
Air putih tpm
d. Riwayat alergi minuman d. Riwayat alergi minuman
Tidak ada alergi minuman Tidak ada alergi minuman
b. Pola eliminasi
1) Buang air besar (BAB)
Sebelum masuk RS Selama di rawat di RS
a. Keluhan BAB a. Keluhan BAB
Pasien mengatakan BAB lancar, Pasien mengatakan belum
tidak mengalami konstipasi, tidak BAB 1 hari yang lalu sejak
mengalami wasir atau hemoroid setelah operasi, belum ada
b. Frekuensi keinginan untuk BAB, agak
1x sehari setiap pagi sulit untuk buang angin
c. Konsistensi b. Frekuensi
Padat, lembek Belum BAB sejak 1 hari
d. Warna yang lalu
Coklat kekuningan c. Konsistensi
e. Bau cair, keras sedikit, belum
Tidak ada bau khas, tergantung BAB sejak 1 hari yang lalu
makanan d. Warna
f. Menggunakan alat bantu atau Coklat, Kuning
obat? Tidak ada menggunakan e. Bau
laksatif atau pispot, atau pampers, Tidak ada bau khas,
BAB spontan tergantung makanan
Sebelum masuk RS Selama di rawat di RS
f. Menggunakan alat bantu
atau obat?
BAB spontan atau
menggunakan pampers
Makan, minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat
tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM.
Keterangan:
0: Mandiri
1: Dengan bantuan alat
2: Dibantu orang lain
3: Dibantu orang lain dan alat
4: Tergantung total
d. Pola tidur dan istirahat
Sebelum masuk RS Setelah dirawat di RS
a. Keluhan a. Keluhan
Pasien mengatakan saat dirumah Pasien mengatakan merasa
tidur seperti biasa, tidak terganggu. terganggu saat tidur mudah
b. Kualitas terbangun karena suasana berisik.
Tidak sering terbangun, kualitas b. Kualitas
tidur baik, merasa puas saat bangun Pada siang hari (1-2 jam) Malam
c. Kuantitas hari tidur (3-4 jam), pasien
Sebelum masuk RS Setelah dirawat di RS
Siang hari 3-4 jam Malam hari tidur terbangun di sela sela tidur karena
6-7 jam suasana berisik
d. Perasaan setelah bangun c. Kuantitas
Pasien mengatakan merasa puas Siang hari tidur (1-2 jam), malam
setelah bangun hari (3-4 jam)
d. Perasaan setelah bangun
Pasien tidak merasa puas setelah
terbangun, karena suasana berisik
e. Pola perseptual
1) Penglihatan
Pasien tidak memiliki gangguan penglihatan, tidak memakai alat bantu kacamata, ,
konjungtiva tak anemis dextra sinistra, sklera anikterik sinistra dextra, pupil isokor
sinistra dextra, pergerakan bola mata simetris.
2) Pendengaran
Pasien tidak mengalami kesulitan dalam mendengar, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran,
3) Pengecapan
Pasien berkomunikasi dengan mudah, meringis bila nyeri timbul, dapat merasakan
makanan dan minuman
4) Penciuman
Pasien tidak kehilangan indra penciuman, masih dapat merasakan perbedaan bau atau
wewangian.
5) Sensasi
Terdapat nyeri di bekas luka post operasi kista ovarium (abdomen bawah) dari atas
umbilicus sampai atas vagina skala 3 menggunakan wong baker faced scale. Dilakukan
pengkajian PQRST dengan skala wong baker faced hasil:
P: Nyeri terutama di bekas luka post operasi dari atas umbilicus sampai atas vagina
tidak menjalar, nyeri meningkat saat pasien bergerak hilang timbul, jika istirahat hilang
timbul
Q: Nyeri tiba-tiba dirasakan setelah dilakukan post operasi, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk.
R: Nyeri terutama di bekas luka post operasi dari atas umbilicus sampai atas vagina
(abdomen bawah)
S: Pasien mengatakan nyeri dengan skala 3 (nyeri ringan) pada skala wong baker faced
T: Nyeri dirasakan sejak setelah post operasi sampai sekarang, dirasa tumpul tertusuk,
meningkat saat bergerak hilang timbul, dan hilang timbul saat istirahat.
f. Pola seksualitas dan reproduksi
Saat remaja riwayat mestruasi didapat saat usia 14 tahun dengan siklus teratur 28 hari
selama seminggu (7 hari) sering keluar gumpalan darah saat haid hari pertama, keputihan
banyak putih kuning seperti tekstur jelly, tidak berbau, namun gatal saat banyak.
Riwayat Kehamilan: G3P3A0, tidak ada riwayat caesar
Riwayat Menopause: 10 tahun yang lalu berhenti haid sekitar umur 40 tahun
Pasien seorang Nenek dan ibu, Seksualitas berkurang, pasien memiliki 2 anak yang sudah
menikah dan memiliki 2 cucu.
g. Pola persepsi diri
Pasien mengatakan kaget dan tidak menyangka bahwa terdapat kista ovarium apalagi usia
nya sudah masuk lansia, namun anak pasien selalu mengatakan untuk menerima saja dan
berusaha yang terbaik untuk penyembuhan dengan mengikuti perawatan di RS.
h. Pola peran hubungan
Pasien terlihat dapat berkomunikasi dengan keluarga, selalu mendapat dukungan dari
suami, anak, dan cucu juga ipar.
i. Pola manajemen koping stress
Pasien awalnya terlihat cemas dan kaget karena terdapat kista ovarium ini, namun sekarang
pasien dan keluarga merasa lega karena sudah dilakukan pengangkatan, pasien mengatakan
semuanya pasrahkan saja kepada tuhan dan menjalaninya. Harapan nya pasien tidak
kambuh lagi penyakitnya.
j. Sistem nilai dan keyakinan
Pasien dan keluarga menyerahkan segala kondisinya kepada tuhan. Pasien beragama islam
dan dapat beribadah dengan posisi berbaring.
b. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum: pasien dengan kesadaran compos mentis, dengan GCS 15, E4 M5 V6
Tanda vital TD:88/52, Nadi: 101x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,10C, SPO2: 98% BB 60 kg,
TB 161 cm, Pasien mengatakan nyeri skala 3 seperti ditusuk pasien tampak meringis dan
kesakitan pada bagian abdomen bawah luka bekas operasi laparatomi kista ovarium dari
atas umbilicus sampai diatas vagina.
b. BB: 60 kg TB: 161 cm, SPO2: 98%
c. Kesadaran
GCS E4 M5 V6 (Compos mentis)
d. Vital signs
TD :88/52 mmHg
N : 101 kali/menit
RR : 20 kali/menit
T : 36,10C
e. Kepala
1) Bentuk: bentuk kepala simetris, tidak ada perbesaran pada kepala, normocephalic, tidak
terdapat lesi pada kulit kepala
2) Rambut: warna hitam, terdapat uban
3) Wajah: wajah simetris, tidak terdapat luka atau lesi, warna kulit putih, terlihat sedikit
meringis
4) Mata: sklera putih (tidak ikterik) sinistra/dextra, konjungtiva tidak anemi
(dextra/sinistra), pupil isokor (dextra/sinistra),tidak mengalami katarak.
5) Telinga: tidak ada gangguan pendengaran, daun telinga liang telinga bersih, membrane
tympani tidak terlihat pembengkakan
6) Hidung: tidak ada gangguan penciuman, tidak ada perdarahan pada hidung (Epiktasis)
7) Mulut: bibir pucat sedikit, lidah terlihat merah tidak ada bengkak, gusi terlihat pink
merah jambu, gigi utuh kuning bersih, dan tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada bau
mulut atau halitosis
8) Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan getah bening
9) Thorax
I: Terlihat pergerakan dada simetris dextra sinistra, Gerakan paru yang sama dan tidak
ada gerakan dinding dada yang tertinggal.
P: Vocal fremitus: suara bergetar di kedua lapang paru, hantaran suara atau getaran
normal (tidak meninggi/tidak ada nada tinggi) dapat dirasakan di kedua lapang paru /
dinding dada saat pasien berbicara
P: bunyi perkusi paru di kedua dinding dada terdengar sonor.
A: bunyi napas vesikuler (+) ronki basah halus (-) wheezing (-) stridor crackles (-)
10) Jantung
I: tampak terlihat iktus kordis dibagian sebelah kiri ICS 5
P: teraba kuat angkat nadi karotis, femoralis, popliteal teraba kuat angkat, tidak terdapat
distensi vena jugularis (kuat angkat, radialis teraba kuat angkat, dorsal pedis teraba kuat
angkat
P: batas jantung disekitar ICS 3-5, terdengar suara pekak pada bagian jantung
,kontraktilitas ventrikel kiri baik, kontraktilitas ventrikel kanan baik, katup mitral
dalam batas normal, katup pulmonal dalam batas normal, katup tricuspid dalam batas
normal
A: kualitas bunyi jantung S1-S2 dengan irama regular, tidak ada murmur atau gallop,
11) Abdomen
I: terlihat buncit, terdapat luka post operasi ukuran kurang lebih 14 cm, terdapat guratan
putih pada abdomen bawah. Luka post operasi baik, tidak terdapat pus, nanah, tidak
ada perdarahan, tidak bengkak.
A: bising usus 15x/menit
P: tidak ada nyeri tekan, supel, hepar dan lien sulit ditemukan dan dinilai, tidak ada
pembesaran pada ginjal
P: bunyi tympani pada daerah gastric, bunyi dullness pada bagian hati (hepar)
12) Genitalia dan perinatal
I: terdapat pemasangan kateter karena setelah operasi, kemudian di lepas, tidak terdapat
luka atau lesi di bagian vagina.
13) Kulit dan ekstremitas
a. Ekstremitas atas: akral hangat, CRT < 2 detik, lengan atas sebelah kanan, kiri dapat
digerakkan, tidak ada luka, tidak ada edema, tidak sianosis.
b. Ekstremitas bawah: akral hangat, CRT < 2 detik, kaki sebelah kanan, kiri dapat
digerakkan, tidak ada luka, tidak ada edema, tidak sianosis.
c. Kekuatan otot: tidak terjadi penurunan kekuatan otot, pasien dapat berjalan dan
duduk dengan dibantu, dapat menggerakkan kaki dan tangan dengan baik, tidak
terdapat kelumpuhan pada ekstremitas atas kiri kanan dan ekstremitas bawah kiri
kanan
5 5
5 5
No Data focus/Batasan karakteristik Etiologi/ Faktor yang Problem/DX
berhubungan
Pemeriksaan Darah rutin
Hematologi rutin 05/12/23 13:19
Hb: 10.1 g/dl
Hema: 30.0 %
Eritrosit: 3.6 juta/ul
DS:
Pasien mengatakan bahwa sudah
dapat menggerakkan kaki nya setelah
operasi, kateter urine sudah dilepas,
pampers masih lepas pakai, dapat
berjalan dengan dibantu, dapat duduk
dengan dibantu namun belum bisa
berjalan jauh dan rasanya lemas juga
pusing jika berdiri dan menurun
pusingnya jika beristirahat atau
berbaring.
Kemampuan Selama di
perawatan diri rumah sakit
0 1 2 3 4
Makan, minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di
tempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM.
No Data focus/Batasan karakteristik Etiologi/ Faktor yang Problem/DX
berhubungan
Kista ovarium
Post operasi
Luka operasi
diskontinuitas jaringan
kuman mudah
masuk Nyeri luka post operasi
metabolisme
hipolisis
asam laktat
Keletihan
05/12/23 Risiko infeksi Perawatan luka (3660) S: Pasien mengatakan melakukan bedah
16.00 area pembedahan Kontrol infeksi (2660) dan pengangkatan ovarium sebelah kiri
dengan kondisi Terapeutik: dan mempunyai bekas luka jahitan
terkait prosedur 1. menganjurkan pasien atau keluarga untuk bagian perut bawah
invasif Dx prosedur perawatan luka O: Pasien tampak meringis dan
(00266) 2. memeriksa luka setiap perubahan balutan kesakitan pada bagian abdomen bawah
Waktu Dx Implementasi Respon/hasil (S, O) TTD
(tgl/jam)
3. mempertahankan teknik bantuan luka steril luka bekas operasi laparatomi kista
ketika melakukan perawatan luka dengan ovarium dari atas umbilicus sampai
tepat diatas vagina.
Kolaborasi: I: terlihat buncit, terdapat luka post
4. memberikan terapi antibiotic yang sesuai operasi ukuran kurang lebih 14 cm,
Terapeutik: terdapat guratan putih pada abdomen
5. menganjurkan pasien untuk meminum bawah. Luka post operasi baik, tidak
antibiotic yang diresepkan terdapat pus, nanah, tidak ada
Edukasi: perdarahan, tidak bengkak.
6. mengajarkan pasien dan keluarga mengenai
bagaimana menghindari infeksi
7. mengajarkan pasien mengenai tanda dan
gejala infeksi
06/12/23 Risiko infeksi Perawatan luka (3660) S: Pasien mengatakan melakukan bedah
16.00 area pembedahan Kontrol infeksi (2660) dan pengangkatan ovarium sebelah kiri
dengan kondisi Terapeutik: dan mempunyai bekas luka jahitan
terkait prosedur 1. menganjurkan pasien atau keluarga untuk bagian perut bawah
invasif Dx prosedur perawatan luka O: Pasien tampak meringis sedikit pada
(00266) 2. memeriksa luka setiap perubahan balutan bagian abdomen bawah luka bekas
3. mempertahankan teknik bantuan luka steril operasi laparatomi kista ovarium dari
ketika melakukan perawatan luka dengan atas umbilicus sampai diatas vagina.
tepat I: terlihat buncit, terdapat luka post
Kolaborasi: operasi ukuran kurang lebih 14 cm,
Waktu Dx Implementasi Respon/hasil (S, O) TTD
(tgl/jam)
4. memberikan terapi antibiotic yang sesuai terdapat guratan putih pada abdomen
Terapeutik: bawah. Luka post operasi baik, tidak
5. menganjurkan pasien untuk meminum terdapat pus, nanah, tidak ada
antibiotic yang diresepkan perdarahan, tidak bengkak.
Edukasi:
6. mengajarkan pasien dan keluarga mengenai
bagaimana menghindari infeksi
7. mengajarkan pasien mengenai tanda dan
gejala infeksi
06/12/23 Penurunan Terapi aktivitas (4310) S: Pasien mengatakan bahwa sudah
19.00 toleransi Terapeutik: dapat menggerakkan kaki nya setelah
aktivitas 1. memonitor Tanda tanda vital setelah dan operasi, kateter urine sudah dilepas,
berhubungan sebelum beraktivitas pampers masih lepas pakai, dapat
dengan 2. mempertimbangkan kemampuan klien berjalan dengan dibantu, dapat duduk
imobilisasi dalam berpartisipasi melalui aktivitas dengan dibantu namun belum bisa
dengan kondisi spesifik berjalan jauh dan rasanya lemas juga
terkait 3. membantu klien untuk tetap focus pada pusing jika berdiri dan menurun
neoplasma pasca kekuatan yang dimilikinya dibandingkan pusingnya jika beristirahat atau
operasi Dx dengan kelemahan yang dimilikinya berbaring.
(00298)
Waktu Dx Implementasi Respon/hasil (S, O) TTD
(tgl/jam)
4. membantu dengan aktivitas fisik secara O: Dari hasil pemeriksaan TTV saat
teratur (ambulasi/transfer berpindah, sebelum beraktivitas
berputar dan kebersihan diri sesuai dengan Tanda vital TD:88/52, Nadi:
kebutuhan) 101x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,10C,
5. mempertimbangkan komitmen klien untuk SPO2: 98%
meningkatkan frekuensi dan jarak aktivitas Dari hasil pemeriksaan TTV saat setelah
6. mengintruksikan keluarga untuk beraktivitas
memberikan pujian positif karena TD: 81/52, N: 107x/menit, RR:
ketersediaan untuk terlibat dalam aktivitas 22x/menit, T: 36,20C SPO2: 96%
secara tepat tidak terjadi penurunan kekuatan otot,
7. menciptakan lingkungan yang aman untuk pasien dapat berjalan dan duduk dengan
dapat melakukan pergerakan otot secara dibantu, dapat menggerakkan kaki dan
berkala tangan dengan baik, tidak terdapat
kelumpuhan pada ekstremitas atas kiri
kanan dan ekstremitas bawah kiri kanan
HARI KETIGA
Waktu Dx Implementasi Respon/hasil (S, O) TTD
(tgl/jam)
07/12/23 Nyeri akut Manajemen nyeri (1400) S: Pasien mengatakan nyeri berkurang
07.30 berhubungan Observasi: di bekas luka post operasi kista ovarium
dengan agen 1. Melakukan pengkajian nyeri komprehensif (abdomen bawah) dari atas umbilicus
cedera fisik yang meliputi lokasi, karakteristik, sampai atas vagina skala 1
dengan kondisi onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, menggunakan wong baker faced scale:
terkait luka post atau beratnya nyeri dan faktor pencetus P: Nyeri terutama di bekas luka post
operasi Dx 2. mengendalikan faktor lingkungan yang dapat operasi dari atas umbilicus sampai atas
(00132) mempengaruhi respon pasien terhadap vagina tidak menjalar, nyeri meningkat
ketidaknyamanan saat pasien bergerak hilang timbul, jika
Terapeutik: istirahat hilang timbul
3. mengajarkan penggunaan teknik non- Q: Nyeri tiba-tiba dirasakan setelah
farmakologi seperti teknik relaksasi terapi dilakukan post operasi, nyeri dirasakan
aplikasi panas/dingin seperti ditusuk-tusuk.
Edukasi: R: Nyeri terutama di bekas luka post
4. mengajarkan metode farmakologi untuk operasi dari atas umbilicus sampai atas
menurunkan nyeri vagina (abdomen bawah)
5. mendukung istirahat/ tidur yang adekuat S: Pasien mengatakan nyeri dengan
untuk membantu penurunan nyeri skala 1 (nyeri berkurang) pada skala
wong baker faced
Waktu Dx Implementasi Respon/hasil (S, O) TTD
(tgl/jam)
T: Nyeri dirasakan sejak setelah post
operasi sampai sekarang. Nyeri seperti
ditusuk sedikit
O: Pasien tampak meringis sedikit pada
bagian abdomen bawah luka bekas
operasi laparatomi kista ovarium dari
atas umbilicus sampai diatas vagina.
07/12/23 Risiko infeksi Perawatan luka (3660) S: Pasien mengatakan melakukan bedah
07.30 area pembedahan Kontrol infeksi (2660) dan pengangkatan ovarium sebelah kiri
dengan kondisi Terapeutik: dan mempunyai bekas luka jahitan
terkait prosedur 1. menganjurkan pasien atau keluarga untuk bagian perut bawah
invasif Dx prosedur perawatan luka O: Pasien tampak meringis sedikit pada
(00266) 2. memeriksa luka setiap perubahan balutan bagian abdomen bawah luka bekas
3. mempertahankan teknik bantuan luka steril operasi laparatomi kista ovarium dari
ketika melakukan perawatan luka dengan atas umbilicus sampai diatas vagina.
tepat I: terlihat buncit, terdapat luka post
Kolaborasi: operasi ukuran kurang lebih 14 cm,
4. memberikan terapi antibiotic yang sesuai terdapat guratan putih pada abdomen
Waktu Dx Implementasi Respon/hasil (S, O) TTD
(tgl/jam)
Terapeutik: bawah. Luka post operasi baik, tidak
5. menganjurkan pasien untuk meminum terdapat pus, nanah, tidak ada
antibiotic yang diresepkan perdarahan, tidak bengkak.
Edukasi:
6. mengajarkan pasien dan keluarga mengenai
bagaimana menghindari infeksi
7. mengajarkan pasien mengenai tanda dan
gejala infeksi
07/12/23 Penurunan Terapi aktivitas (4310) S: Pasien mengatakan bahwa sudah
07.30 toleransi Terapeutik: dapat menggerakkan kaki nya setelah
aktivitas 1. memonitor Tanda tanda vital setelah dan operasi, kateter urine sudah dilepas,
berhubungan sebelum beraktivitas pampers masih lepas pakai, dapat
dengan 2. mempertimbangkan kemampuan klien berjalan dengan dibantu, dapat duduk
imobilisasi dalam berpartisipasi melalui aktivitas dengan dibantu atau didampingi, pusing
dengan kondisi spesifik berkurang saat berdiri namun masih
terkait 3. membantu klien untuk tetap focus pada belum bisa lama saat beraktivitas.
neoplasma pasca kekuatan yang dimilikinya dibandingkan O: Dari hasil pemeriksaan TTV saat
operasi Dx dengan kelemahan yang dimilikinya sebelum beraktivitas
(00298) 4. membantu dengan aktivitas fisik secara Tanda vital TD:110/60, Nadi: 10x/menit,
teratur (ambulasi/transfer berpindah, RR: 20x/menit, T: 36,10C, SPO2: 98%
Waktu Dx Implementasi Respon/hasil (S, O) TTD
(tgl/jam)
berputar dan kebersihan diri sesuai dengan Dari hasil pemeriksaan TTV saat setelah
kebutuhan) beraktivitas
5. mempertimbangkan komitmen klien untuk TD: 98/65, N: 106x/menit, RR:
meningkatkan frekuensi dan jarak aktivitas 20x/menit, T: 36,20C SPO2: 98%
6. mengintruksikan keluarga untuk tidak terjadi penurunan kekuatan otot,
memberikan pujian positif karena pasien dapat berjalan dan duduk dengan
ketersediaan untuk terlibat dalam aktivitas dibantu, dapat menggerakkan kaki dan
secara tepat tangan dengan baik, tidak terdapat
7. menciptakan lingkungan yang aman untuk kelumpuhan pada ekstremitas atas kiri
dapat melakukan pergerakan otot secara kanan dan ekstremitas bawah kiri kanan
berkala
J. CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN (EVALUASI)
Waktu (tgl/jam) Dx Evaluasi (Respon perkembangan S, O, A, P) TTD
05/12/23 Nyeri akut S: Pasien mengatakan terdapat nyeri di bekas luka post operasi kista ovarium
13.00 berhubungan (abdomen bawah) dari atas umbilicus sampai atas vagina skala 3 menggunakan
dengan agen wong baker faced scale:
cedera fisik P: Nyeri terutama di bekas luka post operasi dari atas umbilicus sampai atas
dengan vagina tidak menjalar, nyeri meningkat saat pasien bergerak hilang timbul, jika
kondisi terkait istirahat hilang timbul
luka post Q: Nyeri tiba-tiba dirasakan setelah dilakukan post operasi, nyeri dirasakan
operasi Dx seperti ditusuk-tusuk.
(00132) R: Nyeri terutama di bekas luka post operasi dari atas umbilicus sampai atas
vagina (abdomen bawah)
S: Pasien mengatakan nyeri dengan skala 3 (nyeri ringan) pada skala wong baker
faced
T: Nyeri dirasakan sejak setelah post operasi sampai sekarang, dirasa tumpul
tertusuk, meningkat saat bergerak hilang timbul, dan hilang timbul saat istirahat.
O: Pasien tampak meringis dan kesakitan pada bagian abdomen bawah luka
bekas operasi laparatomi kista ovarium dari atas umbilicus sampai diatas vagina.
A: Masalah keperawatan belum teratasi pengobatan analgesic injeksi ketorolac
30 mg dan teknik kompres panas/ dingin (belum dilakukan) belum mengurangi
nyeri
P: lanjutkan intervensi keperawatan untuk mengurangi nyeri
Waktu (tgl/jam) Dx Evaluasi (Respon perkembangan S, O, A, P) TTD
05/12/23 Nyeri akut S: Pasien mengatakan nyeri berkurang di bekas luka post operasi kista ovarium
13.00 berhubungan (abdomen bawah) dari atas umbilicus sampai atas vagina skala 2 menggunakan
dengan agen wong baker faced scale:
cedera fisik P: Nyeri terutama di bekas luka post operasi dari atas umbilicus sampai atas
dengan vagina tidak menjalar, nyeri meningkat saat pasien bergerak hilang timbul, jika
kondisi terkait istirahat hilang timbul
luka post Q: Nyeri tiba-tiba dirasakan setelah dilakukan post operasi, nyeri dirasakan
operasi Dx seperti ditusuk-tusuk.
(00132) R: Nyeri terutama di bekas luka post operasi dari atas umbilicus sampai atas
vagina (abdomen bawah)
S: Pasien mengatakan nyeri dengan skala 2 (nyeri ringan) pada skala wong baker
faced
T: Nyeri dirasakan sejak setelah post operasi sampai sekarang, dirasa tumpul
tertusuk, meningkat saat bergerak hilang timbul, dan hilang timbul saat istirahat.
O: Pasien tampak meringis sedikit pada bagian abdomen bawah luka bekas
operasi laparatomi kista ovarium dari atas umbilicus sampai diatas vagina
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian pengobatan analgesic injeksi
ketorolac 30 mg dan teknik kompres panas/ dingin (belum dilakukan) belum
mengurangi nyeri
P: lanjutkan intervensi keperawatan untuk mengurangi nyeri
Waktu (tgl/jam) Dx Evaluasi (Respon perkembangan S, O, A, P) TTD
05/12/23 Nyeri akut S: Pasien mengatakan nyeri berkurang di bekas luka post operasi kista ovarium
07.30 berhubungan (abdomen bawah) dari atas umbilicus sampai atas vagina skala 1 menggunakan
dengan agen wong baker faced scale:
cedera fisik P: Nyeri terutama di bekas luka post operasi dari atas umbilicus sampai atas
dengan vagina tidak menjalar, nyeri meningkat saat pasien bergerak hilang timbul, jika
kondisi terkait istirahat hilang timbul
luka post Q: Nyeri tiba-tiba dirasakan setelah dilakukan post operasi, nyeri dirasakan
operasi Dx seperti ditusuk-tusuk.
(00132) R: Nyeri terutama di bekas luka post operasi dari atas umbilicus sampai atas
vagina (abdomen bawah)
S: Pasien mengatakan nyeri dengan skala 1 (nyeri berkurang) pada skala wong
baker faced
T: Nyeri dirasakan sejak setelah post operasi sampai sekarang. Nyeri seperti
ditusuk sedikit
O: Pasien tampak meringis sedikit pada bagian abdomen bawah luka bekas
operasi laparatomi kista ovarium dari atas umbilicus sampai diatas vagina.
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian pengobatan analgesic injeksi ketorolac
30 mg dan teknik kompres panas/ dingin (belum dilakukan) belum mengurangi
nyeri
P: pasien pulang (Discharge planning pemberian kapsul cefixime oral) dan terapi
kompres untuk menghilangkan nyeri
Waktu (tgl/jam) Dx Evaluasi (Respon perkembangan S, O, A, P) TTD
06/11/23 Risiko infeksi S: Pasien mengatakan melakukan bedah dan pengangkatan ovarium sebelah kiri
13.00 area dan mempunyai bekas luka jahitan bagian perut bawah
pembedahan O: Pasien tampak meringis dan kesakitan pada bagian abdomen bawah luka
dengan bekas operasi laparatomi kista ovarium dari atas umbilicus sampai diatas vagina.
kondisi terkait I: terlihat buncit, terdapat luka post operasi ukuran kurang lebih 14 cm, terdapat
prosedur guratan putih pada abdomen bawah. Luka post operasi baik, tidak terdapat pus,
invasif Dx nanah, tidak ada perdarahan, tidak bengkak.
(00266) A: Masalah keperawatan teratasi sebagian pengobatan analgesic Cefixim dan
injeksi ketorolac dan perawatan luka dilakukan
P: lanjurkan intervensi keperawatan perawatan luka dan pemberian antibiotik
06/11/23 Risiko infeksi S: Pasien mengatakan melakukan bedah dan pengangkatan ovarium sebelah kiri
13.00 area dan mempunyai bekas luka jahitan bagian perut bawah
pembedahan O: Pasien tampak meringis sedikit pada bagian abdomen bawah luka bekas
dengan operasi laparatomi kista ovarium dari atas umbilicus sampai diatas vagina.
kondisi terkait I: terlihat buncit, terdapat luka post operasi ukuran kurang lebih 14 cm, terdapat
prosedur guratan putih pada abdomen bawah. Luka post operasi baik, tidak terdapat pus,
invasif Dx nanah, tidak ada perdarahan, tidak bengkak.
(00266) A: Masalah keperawatan teratasi sebagian pengobatan analgesic Cefixim dan
injeksi ketorolac dan perawatan luka dilakukan
P: lanjurkan intervensi keperawatan perawatan luka dan pemberian antibiotik
Waktu (tgl/jam) Dx Evaluasi (Respon perkembangan S, O, A, P) TTD
06/11/23 Risiko infeksi S: Pasien mengatakan melakukan bedah dan pengangkatan ovarium sebelah kiri
07:30 area dan mempunyai bekas luka jahitan bagian perut bawah
pembedahan O: Pasien tampak meringis sedikit pada bagian abdomen bawah luka bekas
dengan operasi laparatomi kista ovarium dari atas umbilicus sampai diatas vagina.
kondisi terkait I: terlihat buncit, terdapat luka post operasi ukuran kurang lebih 14 cm, terdapat
prosedur guratan putih pada abdomen bawah. Luka post operasi baik, tidak terdapat pus,
invasif Dx nanah, tidak ada perdarahan, tidak bengkak.
(00266) A: Masalah keperawatan teratasi pengobatan analgesic Cefixim dan injeksi
ketorolac dan perawatan luka dilakukan
P: pasien pulang ajarkan perawatan luka kepada keluarga
07/11/23 Penurunan S: Pasien mengatakan bahwa sudah dapat menggerakkan kaki nya setelah
13:30 toleransi operasi, kateter urine masih terpasang, pampers masih pakai, belum dapat
aktivitas berjalan , belum dapat duduk lemas. Pusing terasa sedikit
berhubungan O: Dari hasil pemeriksaan TTV saat sebelum beraktivitas
dengan Tanda vital TD:88/52, Nadi: 101x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,10C, SPO2: 98%
imobilisasi tidak terjadi penurunan kekuatan otot, pasien dapat berjalan dan duduk dengan
dengan dibantu, dapat menggerakkan kaki dan tangan dengan baik, tidak terdapat
kondisi terkait kelumpuhan pada ekstremitas atas kiri kanan dan ekstremitas bawah kiri kanan
neoplasma A: Masalah keperawatan belum teratasi pasien masih pembatasan aktivitas
pasca operasi imobilisasi
Dx (00298) P: lanjutkan intervensi keperawatan terapi aktivitas
Waktu (tgl/jam) Dx Evaluasi (Respon perkembangan S, O, A, P) TTD
07/11/23 Penurunan S: Pasien mengatakan bahwa sudah dapat menggerakkan kaki nya setelah
14.00 toleransi operasi, kateter urine sudah dilepas, pampers masih lepas pakai, dapat berjalan
aktivitas dengan dibantu, dapat duduk dengan dibantu namun belum bisa berjalan jauh dan
berhubungan rasanya lemas juga pusing jika berdiri dan menurun pusingnya jika beristirahat
dengan atau berbaring.
imobilisasi O: Dari hasil pemeriksaan TTV saat sebelum beraktivitas
dengan Tanda vital TD:88/52, Nadi: 101x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,10C, SPO2: 98%
kondisi terkait Dari hasil pemeriksaan TTV saat setelah beraktivitas
neoplasma TD: 81/52, N: 107x/menit, RR: 22x/menit, T: 36,20C SPO2: 96%
pasca operasi tidak terjadi penurunan kekuatan otot, pasien dapat berjalan dan duduk dengan
Dx (00298) dibantu, dapat menggerakkan kaki dan tangan dengan baik, tidak terdapat
kelumpuhan pada ekstremitas atas kiri kanan dan ekstremitas bawah kiri kanan
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian pasien mulai bisa berjalan duduk,
namun masih pusing, monitor ttv dilakukan pemberian furamin extra agar pasien
tidak lemas , masih terdapat penurunan ttv
P: lanjutkan intervensi keperawatan monitor ttv (peningkatan ttv setelah dan
sebelum beraktivitas)
07/11/23 Penurunan S: Pasien mengatakan bahwa sudah dapat menggerakkan kaki nya setelah
07:30 toleransi operasi, kateter urine sudah dilepas, pampers masih lepas pakai, dapat berjalan
aktivitas
Waktu (tgl/jam) Dx Evaluasi (Respon perkembangan S, O, A, P) TTD
berhubungan dengan dibantu, dapat duduk dengan dibantu atau didampingi, pusing berkurang
dengan saat berdiri namun masih belum bisa lama saat beraktivitas.
imobilisasi O: Dari hasil pemeriksaan TTV saat sebelum beraktivitas
dengan Tanda vital TD:110/60, Nadi: 10x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,10C, SPO2: 98%
kondisi terkait Dari hasil pemeriksaan TTV saat setelah beraktivitas
neoplasma TD: 98/65, N: 106x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,20C SPO2: 98%
pasca operasi tidak terjadi penurunan kekuatan otot, pasien dapat berjalan dan duduk dengan
Dx (00298) dibantu, dapat menggerakkan kaki dan tangan dengan baik, tidak terdapat
kelumpuhan pada ekstremitas atas kiri kanan dan ekstremitas bawah kiri kanan
A: Masalah keperawatan teratasi pasien mulai bisa berjalan duduk, namun masih
pusing, monitor ttv dilakukan pemberian furamin extra agar pasien tidak lemas ,
Terdapat kenaikan ttv
P: pasien pulang, ajarkan keluarga untuk mendampingi pasien agar dapat
beraktivitas terkait perawatan diri dan aktivitas lainnya
K. PEMBAHASAN
Kista ovarium adalah salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya, kista ovarium
adalah suatu kantong berisi cairan menyerupai balon berisi air yang terdapat di ovarium, kista ovarium umumnya tidak bersifat kanker
walaupun kista berukuran kecil diperlukan perhatian lebih lanjut untuk memastikan bahwa kista tidak berupa kanker (Ratih et al., 2022).
Kista ovarium merupakan tumor ovarium yang bersifat neoplastik dan non neoplastik. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil
maupun besar, kistik atau padat,jinak atau ganas yang berada di ovarium (Ratih et al., 2022). Dalam kehamilan tumor ovarium yang
paling sering dijumpai ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein (Ratih et al., 2022). Jika kista membesar maka dilakukan
Tindakan pembedahan, yakni dilakukan pengambilan kista dengan Tindakan laparoskopi atau laparatomi (Ratih et al., 2022). Biasanya
untuk laparoskopi diperbolehkan pulang pada hari ke 3 atau hari ke 4, sedangkan untuk laparatomi diperbolehkan pulang pada hari ke
8 atau ke 9 (Ratih et al., 2022). Setelah dilakukan post operatif, terapi intravena, antibiotic, analgesic biasanya diresepkan (Kadar, 2022).
Diagnosa keperawatan yang diambil dalam kasus Ny A sesuai dengan Analisa data diatas adalah, Nyeri akut berhubungan dengan agens
cedera fisik Dx (00132), Risiko infeksi area pembedahan dengan kondisi terkait prosedur invasif Dx (00266), Penurunan toleransi
aktivitas berhubungan dengan nyeri dengan kondisi terkait neoplasma pasca operasi Dx (00298). Dilakukan selama 3x24 jam, pasien
pulang pada tanggal 07/12/23 jam 07:30 WIB. Kondisi luka cukup baik tidak terdapat tanda tanda infeksi, nyeri luka post operasi
berkurang dari skala 2 ke 1, namun pasien masih sedikit pusing saat beraktivitas.
L. PENUTUP
Asuhan keperawatan yang dilakukan oleh penulis dilaksanakan tanggal 05/12/23 dan 07/12/23 berdasarkan hasil Analisa dapat
disimpulkan
1. Pengkajian keperawatan
Pasien dan keluarga mengatakan, pada tanggal 4/12/23 pasien dirujuk ke IGD RSPAD gatot soebroto karena sekitar seminggu yang lalu
mengalami pembesaran pada bagian perut, kembung, begah, perut keras dan membesar (Asites) kemudian dibawa ke RSPAD Gatot
soebroto, kemudian dilakukan pemeriksaan USG dan laboratorium (biopsy) ditemukan kista ovarium di sebelah kiri berisi jaringan
ukuran 1,5x1,5x0,5 cm, kemudian transit ke ruangan PIS II (Rawat inap) dilakukan persiapan post operasi, dilakukan skin test antibiotic
pycin, enema, dan pemberian antibiotic pycin. Pada tanggal 05/12/23 pukul 06:30 WIB pasien dibawa menuju kamar bedah untuk
dilakukan pengangkatan kista ovarium di sebelah kiri. Setelah selesai pembedahan dibawa ke PIS II kembali untuk dilakukan observasi
perbaikan sekitar pukul 12.00 WIB.
2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada kasus kelolaan
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik Dx (00132), Risiko infeksi area pembedahan dengan kondisi terkait prosedur
invasif Dx (00266), Penurunan toleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dengan kondisi terkait neoplasma pasca operasi Dx
(00298).
3. Perencanaan intervensi keperawatan
Perencanaan yang dilakukan sesuai dengan diagnose keperawatan yang muncul diantaranya Terapi aktivitas, manajemen nyeri, dan
perawatan luka.
4. Implementasi intervensi keperawatan
Melakukan pemberian injeksi ketorolac, tablet cefixim, iv furamin. Melakukan perawatan luka dan mengedukasi keluarga dan pasien
untuk melakukan perawatan luka dirumah. Melakukan edukasi kepada keluarga untuk membantu aktivitas dan perawatan diri pasien
secara bertahap.
5. Evaluasi yang didapatkan pada kasus kelolaan
Pasien disarankan mengikuti arahan yang diberikan oleh perawat saat (discharge planning) dalam membantu proses perawatan di
rumah sakit dan keluarga agar bisa terlibat dalam proses perawatan dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien agar memahami cara
merawat anggota keluarga nya jika sudah elesai perawatan di rumah sakit.