Anda di halaman 1dari 21

Visi

Pada tahun 2020 menghasilkan ahli madya keperawatan yang unggul

dalam penguasaan asuhan keperawatan dengan masalah kesehatan

neurosains melalui pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi

PENERAPAN PROSEDUR HIPNOTIS LIMA JARI TERHADAP


KLIEN DENGAN ANSIETAS DALAM KONTEKS KELUARGA

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

AISYAH

P3.73.20.1.16.154

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

BEKASI, 2019
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
studi kasus, dan manfaat studi kasus.

A. LATAR BELAKANG
Ansietas adalah suatu perasaan takut yang berasal dari eksternal atau internal
sehingga tubuh memiliki respons secara perilaku, emosional, kognitif, dan fisik
(Videbeck, 2011). Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran
yang samar disertai respon otonom (sumber tidak diketahui oleh individu)
sehingga individu akan meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi
(NANDA, 2015).

Salah satu masalah psikososial yang banyak dialami manusia dalam kehidupan
sehari-hari adalah ansietas. Prevalensi ansietas penduduk Amerika sekitar
15%-25%. Tingginya angka kejadian ansietas tersebut, berpengaruh secara
signifikan pada fungsi dan kualitas hidup manusia (Rapaport, 2005 dalam
Stuart, 2005). Di Indonesia prevalensinya belum diketahui secara pasti, namun
diperkirakan sekitar 9%- 12% populasi penduduk mengalami ansisetas
(Mudjadid, 2007 dalam Hunun, 2011). Data diatas, sesuai dengan Riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang menyatakan bahwa masalah
psikososial atau masalah mental emosional memiliki prevalensi 11,6% dari
total populasi penduduk Indonesia. Survei yang dilakukan antara Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan serta Dinas Kesehatan DKI Jakarta, pada
tahun 2006, menunjukkan angka kejadian ansietas penduduk DKI Jakarta
mencapai 39,8% .

Di Indonesia gangguan emosional yang terjadi pada usia 55-64 tahun sebanyak
8%, usia 65-74 tahun sebanyak 10% dan pada usia lebih dari 75 tahun sebanyak
13% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia (Depkes, 2013 dalam
purwatiningsih 2015)

Menurut data Riskesdas (2018), prevalensi hasil pengukuran tekanan darah


hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%. Riskesdas (2013), prevalensi
nasional hipertensi pada usia 65 tahun ke atas sebesar 57,6% dan usia 75 tahun
ke atas sebesar 63,8%. Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi nasional
hipertensi pada perempuan (28,8%) lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki
(22,8%). Dengan kata lain, Indonesia memiliki penderita hipertensi lebih
banyak pada usia lanjut dan berjenis kelamin perempuan.

Pasien lansia dengan ansietas akan mengalami peningkatan tekanan darah,


akibat dari adanya peningkatan adrenalin, kondisi ini dapat membahayakan
bagi pasien hipertensi. Oleh karena itu, pasien hipertensi yang mengalami
ansietas memerlukan penanganan yang baik dalam menurunkan ansietasnya.
Untuk menurunkan tingkat ansietas, diperlukan terapi keperawatan yang tepat,
salah satunya adalah dengan pemberian terapi hipnotis lima jari. Terapi
hipnotis lima jari merupakan terapi generalis keperawatan di mana pasien
melakukan hipnotis diri sendiri dengan cara pasien memikirkan pengalaman
yang menyenangkan, dengan demikian diharapkan tingkat ansietas pasien akan
menurun. (Endang dkk 2014).

Penggunaan hipnosis lima jari adalah seni komunikasi verbal yang bertujuan
membawa gelombang pikiran subjek menuju trance (gelombang alpha/theta)
(Evangelista dkk, 2016) dikenal juga dengan menghipnosis diri yang bertujuan
untuk pemograman diri, menghilangkan kecemasan dengan melibatkan saraf
parasimpatis dan akan menurunkan peningkatan kerja jantung, pernafasan,
tekanan darah, kelenjar keringat (Kozier, 2010). Hipnosis 5 jari adalah salah
satu bentuk self hipnosis yang dapat menimbulkan efek relaksasi yang tinggi
sehingga akan mengurangi ketegangan dan stres, kecemasan dan pikiran
seseorang Pada dasarnya hipnosis 5 jari ini mirip dengan hipnosis pada
umumnya yaitu dengan menidurkan klien (tidur hipnotik) tetapi teknik lebih
efektif untuk relaksasi diri sendiri dan waktu yang dilakukan bisa kurang dari
10 menit (Jenita, 2008)

Penelitian yang dilakukan Nofrida, Ponaria dan Sutinah tahun 2018 terhadap
efektivitas terapi hipnosis lima jari terhadap ansietas klien hipertensi di
puskesmas rawasari Jambi, menunjukkan adanya perbedaan tingkat ansietas
dan hipertensi sebelum dan sesudah intervensi sehingga penelitian ini dapat
dipergunakan sebagai intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan komplementer di masyarakat. Terapi hipnotis
lima jari merupakan terapi generalis keperawatan di mana pasien melakukan
hipnotis diri sendiri dengan cara pasien memikirkan pengalaman yang
menyenangkan, dengan demikian diharapkan tingkat ansietas pasien akan
menurun.

Hal ini yang membuat penulis merasa tertarik untuk melakukan studi kasus
dengan judul penerapan terapi hipnosis lima jari terhadap klien dengan ansietas
dalam konteks keluarga.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana penerapan prosedur hipnotis lima jari terhadap klien dengan
ansietas dalam konteks keluarga?

C. TUJUAN STUDI KASUS


Tujuan Umum:
Menggambarkan penerapan penerapan prosedur hipnotis lima jari terhadap
klien dengan ansietas dalam konteks keluarga
Tujuan Khusus:
a. Untuk memberikan gambaran tentang ansietas
b. Untuk memberikan gambaran prosedur hipnotis lima jari
c. Untuk memberikan gambaran hasil penurunan ansietas setelah diberikan
prosedur hipnotis lima jari.
D. MANFAAT STUDI KASUS
Studi kasus ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Masyarakat
Menambah pengetahuan dan informasi yang sangat bermanfaat bagi
pasien dan keluarga untuk dapat membudayakan pengelolaan hipnotis
lima jari untuk menurunkan kecemasan.

2. Bagi Pengembangan Ilmu Dan Teknologi Keperawatan


Menambah keluasan ilmu dan teknologi penerapan dalam bidang
keperawatan dalam penerapan prosedur hipnotis lima jari terhadap klien
dengan ansietas dalam konteks keluarga.

3. Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan,
khususnya studi kasus tentang penerapan penerapan prosedur hipnotis
lima jari terhadap klien dengan ansietas dalam konteks keluarga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada Bab ini akan diuraikan tentang konsep dasar prosedur hipnotis lima jari
meliputi: pengertian, tujuan, indikasi, persiapan, dan langkah-langkah. Konsep
dasar gangguan ansietas meliputi: pengertian, penyebab, ciri dan gejala, tingkat
kecemasan dan cara pengukuran kecemasan. Mekanisme kerja hipnotis lima
ari dalam menurunkan kecemasan dan Peran keluarga.

A. KONSEP DASAR HIPNOTIS LIMA JARI


1. Pengertian

Hipnosis 5 jari adalah salah satu bentuk self hipnosis yang dapat
menimbulkan efek relaksasi yang tinggi sehingga akan mengurangi
ketegangan dan stres, kecemasan dan pikiran seseorang (Jenita, 2008)

Hipnotis lima jari adalah intervensi keperawatan untuk mengurangi


kecemasan dengan cara membantu klien untuk menghipnotis dirinya
sendiri dengan membayangkan kejadian-kejadian menyenangkan dalam
hidupnya.

2. Tujuan

Tujuan hipnosis lima jari yaitu untuk membantu mengurangi kecemasan,


ketegangan, stres dan pikiran seseorang.

3. Indikasi Hipnotis Lima Jari


Indikasi pada hipnotis lima jari, yaitu:

a. Klien dengan kecemasan ringan-sedang

b. Klien dengan nyeri ringan-sedang


4. Langkah-langkah Hipnotis Lima Jari
a. Fase orientasi

1) Ucapkan Salam Terapeutik

2) Buka pembicaraan dengan topik umum

3) Evaluasi/validasi pertemuan sebelumnya

4) Jelaskan tujuan interaksi

5) Tetapkan kontrak topik/ waktu dan tempat

b. Fase Kerja

1) Ciptakan lingkungan yang nyaman

2) Bantu klien untuk mendapatkan posisi istirahat yang nyaman


duduk atau berbaring

3) Latih klien untuk menyentuh keempat jadi dengan ibu jari tangan

4) Minta klien untuk tarik nafas dalam sebanyak 2-3 kali

5) Minta klien untuk menutup mata agar rileks

6) Dengan diiringi musik (jika klien mau)/ pandu klien untuk


menghipnosisi dirinya sendiri dengan arahan berikut ini:

a) Telunjuk: membayangkan ketika sehat, sesehat-sehatnya

b) Jari tengah: bayangkan ketika kita bersama dengan orang-


orang yang kita sayangi.

c) Jari manis: bayangkan ketika kita mendapat pujian.

d) Jari kelingking: membayangkan tempat yang pernah


dikunjungi yang paling membekas.

7) Minta klien untuk membuka mata secara perlahan

8) Minta klien untuk tarik nafas dalam 2-3 kali


c. Fase Terminasi

1) Evaluasi perasaan klien

2) Ealuasi objektif

3) Terapkan rencana tindak lanjut klien

4) Kontrak topik/ waktu dan tempat untuk pertemuan berikutnya

5) Salam penutup

B. KONSEP DASAR ANSIETAS


1. Pengertian
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Ketika merasa cemas, seseorang merasa tidak nyaman atau takut
atau mungkin memiliki perasaan akan ditimpa kejadian yang tidak
diinginkan padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam
tersebut terjadi (Videbeck, 2008).

Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir, atau tidak nyaman seakan-


akan akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman Ansietas
berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian atas pikiran
terhadap sesuatu yang berbahaya, sedangkan ansietas adalah respon
emosional terhadap penilaian tersebut (Keliat, 2012).

Gangguan ansietas adalah sekelompok kondisi yang memberikan


gambaran tentang ansietas yang berlebihan, disertai respon perilaku,
emosional, dan fisiologis (Videbeck, 2008).

2. Penyebab

Beberapa teori penyebab kecemasan pada individu antara lain (Stuart,


2006):

a. Teori Psikoanalitik
Menurut pandangan psikoanalitik kecemasan terjadi karena adanya
konflik yang terjadi antara emosional elemen kepribadian, yaitu id dan
super ego. Id mewakili insting, super ego mewakili hati nurani,
sedangkan ego berperan menengahi konflik yang tejadi antara dua
elemen yang bertentangan. Timbulnya kecemasan merupakan upaya
meningkatkan ego ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap adanya penolakan dan tidak adanya penerimaan
interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahandan kehilangan yang menimbulkan
kelemahan fisik.
c. Teori Perilaku (Behavior)
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan bentuk frustasi
yaitu segala sesutu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan.
d. Teori Prespektif Keluarga
Menunjukkan pola interaksi yang terjadi dalam keluarga. Kecemasan
menunjukan adanya pola interaksi yang mal adaptif atau perilaku mal
adaptif dalam sistem keluarga.
e. Teori Perspektif Biologis
Menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khususnya yang
mengatur ansietas, antara lain: benzodiazepines, penghambat
asamamino butirik-gamma neroregulator serta endofirin. Kesehatan
umum seseorang sebagai faktor pendukung terhadap ansieta.

3. Tanda dan Gejala


(Hawari 2006, dalam Dona 2016) mengemukakan gejala kecemasan
diantaranya:
a. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang
b. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)
c. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam
panggung)
d. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain
e. Tidak mudah mengalah, suka ngotot
f. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah
g. Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir
berlebihan terhadap penyakit
h. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil
(dramatisasi)
i. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu
j. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang
k. Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris

4. Tingkat Kecemasan
Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan (Gail W. Stuart 2006, dalam
Dona 2016) mengemukakan tingkat ansietas, diantaranya:
a. Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari,
ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan
meningkatkan pandangan persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi
belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas individu.
b. Ansietas sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit pandangan
persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak
perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada banyak area jika
diarahkan untuk melakukannya.
c. Ansietas berat
Sangat mengurangi pandangan persepsi individu. Individu cenderung
berfokus pada sesuatu bagian yang kecil dan spesifik serta tidak
berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area lain.
d. Tingkat panik
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Terpecah dari
keseimbangan karena mengalami kehilangan kendali, individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan
kehilangan pemikiran yang rasional.
5. Cara Pengukuran Kecemasan

Menurut Hawari (2004), tingkat kecemasan dapat diukur dengan


menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton
Rating Scale for Axiety (HRS-A), yang terdiri dari 14 kelompok gejala,
antara lain adalah sebagai berikut:

1. Perasaan cemas: cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan
mudah tersinggung.
2. Ketegangan: merasa tegang, lesu, tidak dapat beristirahat dengan
tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar dan gelisah.
3. Ketakutan: pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada
binatang besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan
orang banyak.
4. Gangguan tidur: sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur
tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan
mimpi yang menakutkan.
5. Gangguan kecerdasan: sukar berkonsentrasi, daya ingat menurun
dan daya ingat buruk.
6. Perasaan depresri (murung): hilangnya minat, berkurangnya
kesenangan pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan
perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
7. Gejala somatik/ fisik (otot): sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan
otot, gigi gemerutuk dan suara tidak stabil.
8. Gejala somatik/ fisik (sensorik): tinnitus (telinga berdenging),
penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas dan
perasaan ditusuk-tusuk.
9. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah): takikardi
(denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri di dada, denyut nadi
mengeras, rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan dan detak jantung
menghilang/ berhenti sekejap.
10. Gejala respiratori (pernafasan): rasa tertekan atau sempit di dada,
rasa tercekik, sering menarik nafas pendek/ sesak.
11. Gejala gastrointestinal (pencernaan): sulit menelan, perut melilit,
gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan
terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, BAB
konsistensinya lembek, sukar BAB (konstipasi) dan kehilangan
berat badan.
12. Gejala urogenital (perekmihan dan kelamin): sering buang air kecil,
tidak dapat menahan BAK, tidak datang bulan (tidak dapat haid),
darah haid berlebihan, darah haid sangat sedikit, masa haid
berkepanjangan, masa haid sangat pendek, haid beberapa kali dalam
sebulan, menjadi dingin,ejakulasi dini, ereksi melemah, ereksi
hilang dan impotensi.
13. Gejala autoimun: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat,
kepala pusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan bulu-bulu
berdiri.
14. Tingkah laku/ sikap: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening/ dahi
berkerut, wajah tegang/ mengeras, nafas pendek dan cepat serta
wajah merah.

Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-


4, dengan penilaian sebagai berikut:
Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)

Nilai 1 = gejala ringan

Nilai 2 = gejala sedang

Nilai 3 = gejala berat

Nilai 4 = gejala berat sekali/ panic.

Masing masing nilai angka (score) dari 14 kelompok gejala tersebut


dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat
kecemasan seseorang, yaitu : total nilai (score) : kurang dari 14 = tidak ada
kecemasan, 14-20 kecemasan ringan, 21-27 = kecemasan sedang, 28-41 =
kecemasan berat, 42-56 = kecemasan berat sekali (Hawari, 2004)

6. Mekanisme Kerja Hipnotis Lima Jari Dalam Menurunkan


Kecemasan
Neurofisiologi kecemasan bisa terjadi karena respon sistem saraf otonom
terhadap rasa takut dan ansietas menimbulkan aktivitas secara tidak sadar
pada tubuh yang termasuk dalam mekanisme pertahanan diri. Secara
fisiologi situasi stres akan mengaktifkan hipotalamus, yang selanjutnya
akan mengaktifkan dua jalur utama stres, yaitu sistem endokrin (korteks
adrenal) dan sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis) (Videbeck
2008, dalam Arlan 2018)

Untuk mengaktifkan sistem endokrin, setelah hipotalamus menerima


stimulus stres atau kecemasan, bagian anterior hipotalamus akan
melepaskan Corticotrophin Releasing Hormone (CRH), yang akan
memberikan perintah kepada kelenjar hipofisis bagian anterior untuk
mensekresikan Adrenocorticotropin Hormone (ACTH). Dengan
disekresikannya hormon ACTH ke dalam darah maka hormon ini akan
mengaktifkan zona fasikulata korteks adrenal untuk mensekresikan
hormon glukortikoid yaitu kortisol. Hormon kortisol ini juga beperanan
dalam proses umpan balik negatif yang dihantarkan ke hipotalamus dan
kemudian sinyal diteruskan ke amiglada untuk memperkuat pengaruh stres
terhadap emosi seseorang. Selain itu, umpan balik negatif ini akan
merangsang hipotalamus bagian anterior untuk melepaskan hormon
Thororropic Releasing Hormone (TRH) dan akan menginstruksikan
kelejar hipofisis anterior untuk melepaskan Thirotropic Hormone (TTH).
TTH ini akan menstimulasi kelenjar tiroid untuk mensekresikan hormon
tiroksin yang mengakibatkan perubahan tekanan darah, frekuensi nadi,
peningkatan Basal Metabolic Rate (BMR), peningkatan asam lemak
bebas, dan juga peningkatan ansietas (Videbeck, 2008)

Mekanisme kedua dari stres yaitu melalui jalur sistem saraf otonom.
Setelah stimulus diterima oleh hipotalamus, maka hipotalamus langsug
mengaktifkan sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Aktivasi sistem saraf
simpatis akan mengakibatkan terjadinya peningkatan frekuensi jantung,
dilatasi arteri koronia, dilatasi pupil, dilatasi bronkus, meningkatkan
aktivasi mental. Perangsangan saraf simpatis juga mengakibatkan aktivasi
dari medula adrenalis sehingga menyebabkan pelepasan sejumlah besar
epineprin dan norepinefrin ke dalam darah, untuk kemudian kedua homon
ini dibawa oleh darah ke semua jaringn tubuh. Epinefrin dan norepinefrin
akan berikatan dengan reseptor ᵝ1 dan ᵅ1 adrenergik dan memperkuat
respon simpatis untuk meningkatkan tekanan darah dan frekuensi nadi.
Aktivasi saraf parasimpatis akan mengakibatkan terlepasnya asetilkolin
dari postganglion n. Vagus, untuk selanjutnya asetilkolin ini akan
berikatan dengan reseptor muskarinik (M3) pada otot polos bronkus dan
mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas. Ketika bahaya telah berakhir,
serabut saraf parasimpatis membalik proses ini dan mengembalikan tubuh
pada kondisi normal sampai tanda ancaman berikutnya dan mengaktifkan
kembali respons simpatis (Videbeck 2008, dalam Arlan 2018).

Hipnotis lima jari merupakan salah satu bentuk self hipnosis yang dapat
menimbulkan efek relaksasi yang tinggi, sehingga akan mengurangi
ketegangan san stres dari pikiran seseorang. Hipnotis lima jari
mempengaruhi system limbik seseorang sehingga berpengaruh pada
pengeluaran hormon-hormon yang dapat memacu timbulnya stres.
Hipnotis lima jari juga dapat mempengaruhi pernafasan, denyut jantung,
denyut nadi, tekanan darah, mengurangi ketegangan otot dan kordinasi
tubuh, memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas suhu tubuh dan
mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stres (Hastuti 2015,
dalam Arlan 2018). Penggunaan hipnotis lima jari adalah seni komunikasi
verbal yang bertujuan membawa gelombnag pikiran seseorang menuju
gelombang alpha/beta) dikenal juga dengan menghipnotis diri yang
bertujuan untuk pemograman diri,menghilangkan kecemasan dengan
melibatkan saraf parasimpatis dan akan menurunkan peningkatan kerja
jantung, pernafasan, tekanan darah, kelenjar keringat dll (Kozier 2010,
dalam Arlan 2018)

C. KONSEP PERAN KELUARGA TERHADAP KLIEN DENGAN


ANSIETAS
Dukungan keluarga sangat berperan penting dalam tingkat kecemasan akibat
hipertensi pada lansia, keluarga harus memenuhi tugas-tugas keluarga dalam
kemampuan mengenal masalah kecemasan pada lansia dan hipertensi seperti
pengertian, penyebab, tanda dan gejala. Keluarga dapat membantu lansia
dalam mengambil keputusan untuk penanganan masalah kecemasan akibat
hipertensi maupun masalah hipertensi itu sendiri. keluarga dapat merawat
anggota keluarga yang sakit untuk melakukan perawatan dan pencegahan
masalah kecemasan dan hipertensi. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan
yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah.
Keluarga dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk penanganan
masalah kesehatan dengan kontrol tekanan darah secara teratur di pelayanan
kesehatan, serta keluarga dapat melakukan pemanfaatan sumber-sumber yang
ada di masyarakat dalam penanganan masalah kesehatan hipertensi dan
kecemasan.
BAB III
METODE STUDI KASUS
Pada Bab ini akan diuraikan tentang desain atau rancangan studi kasus, subyek
studi kasus, focus studi kasus, definisi operasional, instrumen studi kasus,
prosedur pengumpulan data, waktu dan tempat studi kasus, analisis data dan
penyajian data serta etika studi kasus.

A. RANCANGAN STUDI KASUS


Studi kasus ini merupakan studi kasus kualitatif dengan pendekatan studi kasus
yang bersifat deskriptif guna memperoleh gambaran penerapan prosedur
hipnotis lima jari terhadap klien dengan ansietas dalam konteks keluarga.

B. SUBYEK STUDI KASUS


Subyek yang digunakan pada studi kasus ini adalah dua orang pasien dengan
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam subyek studi kasus ini yaitu
pasien yang berjenis kelamin perempuan atau laki-laki, pasien lansia dengan
diatas 60 tahun, pasien yang menyetujui dilakukan hipnotis lima jari, dan
belum pernah mendapatkan terapi hipnotis lima jari sebelumnya. Adapun
kriteria eksklusinya yaitu pasien yang berumur di bawah 60 tahun, pasien tidak
bersedia diberikan tindakan prosedur, dan pasien yang tidak memiliki masalah
ansietas.

C. FOKUS STUDI
Fokus studi kasus ini adalah penerapan prosedur hipnotis lima jari terhadap
klien dengan ansietas dalam konteks keluarga yang dilakukan selama

D. DEFINISI OPERASIONAL
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan definisi operasional sebagai
berikut:
1. Hipnotis lima jari adalah intervensi keperawatan untuk mengurangi
kecemasan dengan cara membantu klien untuk menghipnotis dirinya
sendiri dengan membayangkan kejadian-kejadian menyenangkan dalam
hidupnya.
2. Ansietas merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang
spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir)
seolah-olah ada sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya
disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu.

E. INSTRUMENT STUDI KASUS


Jenis instrumen yang digunakan penulis dalam studi kasus ini berupa standar
operasional prosedur (SOP) terapi hipnotis lima jari (Terlampir) dan format
pengkajian wawancara skala kecemasan HRS-A (Hamilton Rating Scale for
Anxiety) dengan masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka
(score) antara 0-4, lalu masing masing nilai angka (score) dari 14 kelompok
gejala dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat
kecemasan seseorang, yaitu total nilai (score): kurang dari 14 = tidak ada
kecemasan, 14-20 kecemasan ringan, 21-27 = kecemasan sedang, 28-41 =
kecemasan berat, 42-56 = kecemasan berat sekali.

F. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA


1. Wawancara
Penulis menggunakan metode ini untuk menggali keluhan terkait tingkat
kecemasan yang dialami klien menggunakan pedoman wawancara.
2. Observasi
Penulis menggunakan metode ini untuk mengobservasi kemampuan klien
dalam melaksanakan prosedur hipnotis lima jari dan menggali keluhan
ansietas klien menggunakan lembar HRS-A (Terlampir).
3. Pengukuran
Penulis menggunakan metode ini untuk mengukur tekanan darah klien
menggunakan spignomanometer dan mengukur tingkat kecemasan klien
dengan HRS-A.
G. TEMPAT & WAKTU STUDI KASUS
1. Tempat
Penulis melakukan studi kasus di rumah warga daerah Kecamatan Jati
Warna.
2. Waktu
Penulis melaksanakan studi kasus ini selama 5 hari, mulai dari hari senin
hingga jum’at pada tanggal 15-19 April 2019

H. ANALISIS DATA & PENYAJIAN DATA


Analisis data yang digunakan adalah analisis dalam kualitatif dengan
menggunakan pola berpikir induktif. Hasil wawancara akan disertakan narasi
cuplikan data yang penting terkait fokus kasus. Adapun lingkupnya mencakup
profil kasus, hasil pengkajian data fokus, implementasi atau penerapan
prosedur serta hasil implementasi, dapat juga disajikan dalam bentuk tabel,
diagram, dan grafik.

I. ETIKA STUDI KASUS


Dalam melakukan studi kasus ini, penulis menerapkan prinsip etik, yaitu:
1. Respect

Klien berhak menentukan kehendaknya sendiri, klien memiliki hak untuk


dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan apa yang dilakukan
terhadap mereka serta memberi kebebasan kepada klien dalam mengambil
keputusan.

2. Confidentialty
Dimana semua informasi yang didapat dari klien harus dijaga dengan
sedemikian rupa sehingga informasi individual tertentu tidak bisa
langsung dikaitkan dengan klien, dan klien juga harus dijaga kerahasian
atas keterlibatannya dalam studi kasus ini.
3. Justice
Hak terhadap penanganan yang adil yaitu memberikan individu hak yang
sama untuk dipilih atau terlibat tanpa diskriminasi,
4. Beneficience and Non Maleficience
Hak untuk mendapatkan perlindungan diri dari ketidaknyamanan dan
kerugin yaitu mengharuskan agar klien dilindungi dari eksploitasi dan
menjamin bahwa semua usaha dilakukan untuk meminimalkan bahaya
atau kerugian.
5. Informed Consent
Informed consent merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
melakukan studi kasus ini untuk mendapatlan persetujuan dari subjek studi
kasus. Informing adalah penyampaian ide dan isi penting dari peneliti
kepada calon subjek peneliti. Consent adalah persetujuan dari calon subjek
peneliti untuk berperan dalam studi kasus penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, F.D., Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia). Konselor, Vol 5 No. 2 hlm 93-99

Banon, E., Ernawati, D., Noorkasiani. (2014). Efektivitas Terapi Hipnotos Lima
Jari Untuk Menurunkan Tingkat Ansietas Pasien Hipertensi. Jkep. Vol. 2
No. 3, hlm 24-33.

Doenges, M.E., Towsend, M.C., Moorhouse, M.F. (2006). Rencana Asuhan


Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta: EGC

Evangelista, T., Dyah, W., Esti, W. (2016). Pengaruh Hipnosis 5 Jari Terhadap
Tingkat Kecemasan Pasien Sirkumsisi Di Tempat Praktik Mandiri
Mulyorejo Sukun Malang. Nursing News Volume 1, Nomor 2 hlm 63-74

Hawari, D. (2008). Manajemen Stres, Cemas, Depresi. Jakarta: FKUI

Jenita. (2008). Five Fingers on the Effect of Hypnosis Anxiety Reduction In


Breast Cancer Patient. Diakses dari http://www.poltekkesjogja.ne, tanggal
9 April 2019

Karepowan, S.R., Mona, W., Mario, K. (2018). Hubungan Kemunduran Fisiologis


Dengan Tingkat Stres Pada Lanjut Usia Di Puskesmas Kakaskasen
Kecamatan Tomohon Utara. E-journal keperawatan (e-Kp) Vo. 6 No. 1
hlm 1-77

Keliat , B.A, & Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC
Nanda. (2015). Diagnosis keperawatan definisi & klasifikasi 2015-2017 Edisi 10
editor T Heather Herdman, Sgihemi Kamitsuru. Jakarta: EGC

Raudhatin. (2013). Konsep dasar teknik relaksasi hipnotis 5 jari. Diakses dari
htttp://www.scribd.com, tanggal 9 April 2019

Riskesdas. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diakses dari


http://www.depkes.go.id, tanggal 9 April 2019

Riskesdas. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Diakses dari


http://www.depkes.go.id, tanggal 9 April 2019

Saswati, N., Riska, P., Sutinah. (2018). Efektivitas Terapi Hipnosis Lima Jari
Terhadap Ansietas Klien Hipertensi Di Puskesmas Rawasari Jambi Tahun
2018. Riset Informasi Kesehatan, Vol 7 No. 2 hlm 174-179

Stuart, G.W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai