Anda di halaman 1dari 19

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

STROKE HEMORAGIK
DI INTENSIVE UNIT CARE (ICU)
DI RSUD dr. ABDUL AZIZ SINGKAWANG

DISUSUN OLEH :

Nurhajilah Yoelani
Rika Rohani Supriadi
Modesta Ferawati Imelda Lumban G
Febby Hardiyanti Fathur Mahali
Ericha R Ridhowati

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik
Penyakit Stroke Hemoragik
B. Sasaran
Sasaran Penyuluhan : Keluarga pasien di ruang ICU RS Abdul Aziz Singkawang
Sasaran Program : Target sosialisasi program pengenalan penyakit stroke terpenuhi
C. Tujuan Instruksional umum
Pada akhir proses penyuluhan keluarga dapat memahami tentang Penyakit Stroke
dan cara menanganinya
D. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan penyakit stroke, keluarga mampu:
1. Menjelaskan dengan tepat pengertian stroke
2. Menjelaskan dengan tepat gejala dan penyebab stroke
3. Menjelaskan apa saja faktor resiko stroke
4. Menjelaskan cara mencegah stroke
5. Menjelaskan dengan tepat makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi pada pasien
dengan penyakit stroke
6. Menjelaskan dengan tepat penatalaksanaan stroke
7. Menjelaskan cara untuk merawat pasien penderita Stroke
E. Garis Besar Materi
Materi penyuluhan yang akan diberikan meliputi:
1. Pengertian stroke
2. Gejala dan penyebab stroke
3. Faktor resiko stroke
4. Cara mencegah stroke
5. Makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi pada pasien dengan penyakit stroke
6. Penatalaksanaan stroke
7. Cara untuk merawat pasien penderita Stroke
F. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi Tanya-Jawab
G. Media dan Alat
1. Leaflet penyakit stroke
2. Meja
3. Infokus
H. Waktu
Hari/Tanggal: Selasa, 3 Maret 2020
Pukul : 09.00 s.d. 09.30 WIB
I. Alokasi Waktu
No. Acara Kegiatan Waktu

1. Persiapan Mempersiapkan alat dan media 1 menit

2. Pembukaan a. Memberikan salam 2 menit


b. Memperkenalkan diri
c. Membina hubungan saling percaya
d. Menyampaikan kontrak waktu
e. Menyampaikan tujuan diadakan
penyuluhan

3. Inti acara a. Menyampaikan materi: 10 menit


1) Pengertian stroke
2) Gejala dan penyebab stroke
3) Faktor resiko stroke
4) Cara mencegah stroke
5) Makanan yang boleh dan tidak boleh
dikonsumsi pada pasien dengan
penyakit stroke
6) Penatalaksanaan stroke
7) Cara untuk merawat pasien penderita
Stroke

b. Diskusi & Tanya Jawab 5 menit

4. Demonstrasi a. Cuci tangan 10 menit


b. Penggunaan Masker
5. Penutupan a. Merangkum Materi 2 menit
b. Mengajukan pertanyaan untuk evaluasi
c. Memberikan feedback
d. Melakukan terminasi
e. Memberikan salam

J. Tempat
Penyuluhan akan diadakan di ruangan ICU RS Abdul Aziz Singkawang
Setting tempat untuk acara sebagai berikut:

Keterangan

: Penyuluh

: Peserta

K. Evaluasi
Daftar pertanyaan evaluasi:
1. Aspek Kognitif
a. Apakah yang dimaksud dengan stroke?
b. Apa saja tanda gejala stroke?
c. Makanan apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi pada pasien stroke?
d. Bagaimana penatalaksanaan pada saat serangan stroke?
e. Bagaimana penatalaksanaan pasca stroke?
2. Aspek Afektif
Setelah dilakukan penyuluhan ini, apa yang dirasakan
3. Aspek Psikomotor
Menggunakan lembar observasi Aspek Psikomotor.
Lembar Observasi Aspek Psikomotor
No. Kegiatan Ya Tidak

1. Kontrol Rutin √

2. Melaksanakan Diet √

3. Minum Obat Teratur √

4. Memasak makanan dengan benar √


MATERI
PENYULUHAN STROKE HEMORAGIK
1. Definisi Stroke Hemoragik
Stroke merupakan penyakit cerebrovascular yang terjadi karena adanya gangguan
fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah ke
otak (Mansjoer, 2010).
Stroke juga biasa disebut dengan brain attack atau serangan otak, yaitu terjadi ketika
bagian otak rusak karena kekurangan suplai darah pada bagian otak tersebut. Oksigen dan
nutrisi tidak adekuat yang dibawa oleh pembuluh darah menyebabkan sel otak (neuron)
mati dan koneksi atau hubungan antar neuron (sinaps) menjadi hilang (Muttaqin, 2012).
Stroke hemoragik merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan
subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiaannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi
saat istorahat. Kesadaran klien umumnya menurun (Nurarif dan kusuma 2016)
2. Klasifikasi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), klasifikasi stroke debedakan menurut patologi
dari serangan stroke meliputi:
Stroke hemoragik merupakan perdarahan serebri dan mungkin perdarahan subaraknoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya
kejadiaannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun.
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh
perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh trauma kapitis,
disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh darah arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan
otak dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Perdarahan intraserebri (PSI)
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningktan TIK yang terjadi cepat, dapat
mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebri yang
disebabkan hipertensi sering dijumpai didaerah putamen, talamus, pons dan serebellum
b. Perdarahan subaraknoid (PSA)
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid mengakibatkan terjadinya
peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri sehingga nyeri
kepala hebat. Sering juga dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput
otak lainnya. Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan
subhialoid pada retina dan penurunan kesdaran. Perdarahan subaraknoid dapat
mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebri. Vasospasme ini seringkali terjadi
3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5 sampai dengan
ke-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke-2 sampai dengan ke-5. Timbulnya
vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan
dilepaskan kedalam cairan serebrospinal dengan pembuluh arteri di ruang subaraknoid.
Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global maupun fokal.
Menurut WHO, dalam International Statistical Classificationof Disease and
Related Health Problem 10th Revision, Stroke hemoragik di bagi atas :
 Perdarahan Intraserebral (PIS)
Stroke akibat perdarahan intraserebral (PIS) mempunyai gejala prodromal yang tidak
jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan seringkali siang hari, saat
aktivitas, atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah
sering terjadi ketika pada permulaan serangan. Hemiparesis/hemiplegi biasa terjadi
sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma
(65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% anatar ½ sampai 2 jam, dan 12% terjadi
setelah 2 jam, sampai 19 hari).
 Perdarahan Subaraknoid (PSA)
Pada pasien dengan stroke akibat perdarahan subaraknoid (PSA) didapatkan gejala
prodromal yang berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan
sangat bervariasi. Ada gejala/tanda rangsanga menigeal. Edema pupil dapat terjadi
apabila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri
komunikans anterior atau arteri karotis interna.
Perbedaan Perdarahan Intraserebri dengan perdarahan subarakhnoid
Gejala PIS PSA
Timbulnya Dalam 1 jam 1-2 menit
Nyeri kepala hebat Sangat hebat
Kesadaran Menurun Menurun sementara
Kejang Umum Sering fokal
Tanda rangsngan +/- +++
meninggal
Hemiparese ++ +/-
Gangguan saraf otak + +++

3. Etiologi
Menurut Muttaqin (2012), stroke hemoragik biasanya disebabkan oleh yaitu :
Perdarahan intracranial dan intraserebri meliputi perdarahan di dalam ruang subarachnoid
atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan
hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan
otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga
terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab otak yang paling umum
terjadi:
 Aneurisma berry, biasanya defek congenital
 Aneurisma fusiformis dari arterosklerosis
 Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis
 Malformasi asteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri,
sehingga darah arteri langsung masuk vena
 Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalam dan
degenerasi pembuluh darah.
4. Faktor Resiko
Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), faktor resiko terjadinya stroke yaitu
a. Faktor yang tidak dapat dirubah
 Jenis kelamin : pria lebih sering dari wanita
 Usia : semakin itnggi usuia beresiko lebih tinggi terjadinya stroke
 Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.
b. Faktor yang dapat diubah
 Hipertensi
 Penyakit jantung
 Kolesterol
 Obesitas
 Diabetes mellitus
 Stress emosional
c. Kebiasaan hidup
 Merokok
 Minum alcohol
 Obat-obatan terlarang
 Aktivitas yang kurang sehat : kurang olahraga dan makanan kolesterol

5. Manifestasi Klinis
Menurut Corwin (2009) manifestasi klinis dari stroke hemoragik di bagi atas :
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Stroke akibat perdarahan intraserebral (PIS) mempunyai gejala prodromal yang tidak
jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan seringkali siang hari, saat
aktivitas, atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah
sering terjadi ketika pada permulaan serangan. Hemiparesis/hemiplegi biasa terjadi
sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65%
terjadi kurang dari setengah jam, 23% anatar ½ sampai 2 jam, dan 12% terjadi setelah
2 jam, sampai 19 hari).
b. Perdarahan Subaraknoid (PSA)
Pada pasien dengan stroke akibat perdarahan subaraknoid (PSA) didapatkan gejala
prodromal yang berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan
sangat bervariasi. Ada gejala/tanda rangsanga menigeal. Edema pupil dapat terjadi
apabila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans
anterior atau arteri karotis interna.

Manifestasi klinis dari stroke menurut Price dan Wilson (2012) menyebutkan adalah
sebagai berikut :
 Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya satu sisi saja) yang timbul
mendadak.
 Gangguan kepekaan pada satu atau lebih anggota badan
 Perubahan mendadak status mental (bingung, mengigau, koma)
 Afasia (bicara tidak lancar, ucapan kurang, atau sulit memahami ucapan)
 Disartria (bicara pelo atau cadel)
 Gangguan penglihatan atau diplopia (penglihatan dobel)
 Ataksia (kesulitan gerakan)
 Vertigo, mual, dan muntah, atau nyeri kepala.

Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), perbedaan pada stroke hemoragik adalah :
Gejala Klinis PIS* PSA*
Defisit fokal Berat Ringan
Onset Menit/jam 1-2 menit
Nyeri kepala Hebat Sangat hebat
Muntah Pada awalnya Sering Sering
Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak
Penurunan kesadaran Ada Ada
Kaku kuduk Jarang Ada
Hemiparesis Sering dari awal Permulaan tidak ada
Gangguan bicara Bisa ada Jarang
Likuor Berdarah Berdarah
Paresis/gangguan Tidak ada Bisa ada
N III
Keterangan :
(*) : Merupakan Stroke Hemoragik
PIS: Perdarahan Intra Serebral
PSA : Perdarahan Subarakhnoid

6. Patofisiologi
Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri penetrans yang
merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan tegak lurus menuju
parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Aterosklerosis dapat
terjadi dengan bertambahnya umur dan adanya hipertensi kronik, sehingga sepanjang arteri
penetrans terjadi aneurisma kecil-kecil dengan diameter 1 mm. Peningkatan tekanan darah
yang terus menerus akan mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga dapat terjadi
perdarahan dalam parenkim otak yang bisa mendorong struktur otak dan merembas
kesekitarnya bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau ke ruang intrakranial (Sylvia &
Lorraine, 2015).
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh karena ruptur arteri serebri.
Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga jaringan yang ada
disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak,
sehingga dapat mengakibatkan vasospasme pada arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini
dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak dan sirkulus willis. Bekuan darah yang semula
lunak akhirnya akan larut dan mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat
membengkak dan mengalami nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan darah akan
mencair, sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan
nekrotik akan diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga terbentuk jalinan
desekitar rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi oleh astroglia yang
mengalami proliferasi. Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya
aneurisma. Kebanyakan aneurisma mengenai sirkulus wilisi (Sylvia & Lorraine 2015).
Hipertensi atau gangguan perdarahan mempermudah kemungkinan terjadinya ruptur,
dan sering terdapat lebih dari satu aneurisma. Gangguan neurologis tergantung letak dan
beratnya perdarahan. Pembuluh yang mengalami gangguan biasanya arteri yang
menembus otak seperti cabang lentikulostriata dari arteri serebri media yang
memperdarahi sebagian dari 3 ganglia basalis dan sebagian besar kapsula interna.
Timbulnya penyakit ini mendadak dan evolusinya dapat cepat dan konstan, berlangsung
beberapa menit, beberapa jam, bahkan beberapa hari. Gambaran klinis yang sering terjadi
antara lain; sakit kepala berat, leher bagian belakang kaku, muntah, penurunan kesadaran,
dan kejang. 90% menunjukkan adanya darah dalam cairan serebrospinal (bila perdarahan
besar dan atau letak dekat ventrikel), dari semua pasien ini 70-75% akan meninggal dalam
waktu 1-30 hari, biasanya diakibatkan karena meluasnya perdarahan sampai ke system
ventrikel, herniasi lobus temporalis, dan penekanan mesensefalon, atau mungkin
disebabkan karena perembasan darah ke pusat-pusat yang vital (Smletzer & Bare, 2015).
Penimbunan darah yang cukup banyak (100 ml) di bagian hemisfer serebri masih dapat
ditoleransi tanpa memperlihatkan gejala-gejala klinis yang nyata. Sedangkan adanya
bekuan darah dalam batang otak sebanyak 5 ml saja sudah dapat mengakibatkan kematian.
Bila perdarahan serebri akibat aneurisma yang pecah biasanya pasien masih muda, dan 20 %
mempunyai lebih dari satu aneurisma (Black & Hawk, 2014).
PATHWAY

(Sumber : Sylvia & Lorraine, 2015)


7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Muttaqin (2012) dan Batticaca (2008), pemeriksaan penunjang dan
pemeriksaan laboratorium pada pasien stroke yaitu:
 Angiografi serebral Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik misalnya
pertahanan atau sumbatan arteri.
 Scan Tomografi Komputer (Computer Tomografy Scan – CT Scan) Pemindaian ini
memperlihatkan secara spesifik letak dan posisi edema, posisi hematoma, mengetahui
adanya tekanan normal dan adanya trobosis, emboli serebral, dan tekanan intracranial
(TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan subarakhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar protein total meningkat,
beberapa kasus thrombosis disertai proses inflamasi.
 Magnetik Resonance Imaging (MRI) Menggunakan gelombang magnetik untuk
menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Pemeriksaan ini
menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena (MAV).
 Ultrasonografi Dopler (USG dopler) Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah
system arteri karotis [aliran darah atau timbulnya plak]) dan arteriosclerosis.
 Elektroensepalogram (Electroensephalogram-EEG) Pemeriksaan ini bertujuan untuk
melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga
menyebabkan masalah dalam jaringan otak.
 Sinar tengkorak Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trobosis
serebral; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarakhnoid.
 Pemeriksaan darah rutin
 Pemeriksaan biokimia darah Pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah
dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
 Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah
8. Penatalaksanaan
Menurut Muttaqin (2008) dan Batticaca (2008), penatalaksanaan pada pasien stroke
hemoragic, adalah:
a. Pada saat terjadi serangan
Stroke merupakan suatu kegawatdaruratan medis. Periode Emas stroke hanya
3-6 jam, sehingga penatalaksanaan cepat, tepat, dan cermat berperan besar
dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Deteksi dini stroke dapat dilakukan
dengan
F.A.S.T.
Face Minta pasien untuk senyum. Lihat apakah salah
(Wajah) satu sisi wajahnya turun?
Arms Minta pasien mengangkat kedua lengan. Lihat
(Lengan) apakah salah satu lengan tidak bisa diangkat?
Speech Minta pasien bicara. Perhatikan apakah
(Bicara) ucapannya pela atau tidak jelas?
Time Jika Anda menemukan tanda-tanda tersebut,
(Waktu) segera hubungi unit perawatan terdekat.

b. Penatalaksanaan medis/ farmakologi


Mencegah perburukan neurologis dengan menggunakan pengobatan:
 Edema yang progrsesif dan pembengkakan akibat infark yaitu terapi dengan
manitol
 Eksteni teritori infark yaitu dengan pemberian heparin
 Antikoagulan : untuk mencegah terjadinya atau memperberatnya trombosis atau
emboli dari tempat lain dalam sistem kardiovaskuler
 Diuretik : untuk menurunkan edema serebral
 Medikasi anti trombosit : Dapat disebabkan karena trombosit memainkan peran
yang sangat penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi
 Mencegah stroke berulang dini yaitu dengan heparin
 Operasi bedah syaraf (craniotomi)
2 Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan pada pasien stroke yang dirawat
a Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir dengan
sering dan mempertahankan oksigenasi pasien, jika perlu lakukan trakeostomi
untuk membantu pernapasan.
b Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi
c Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
d Memantau fungsi usus dan merawat kandung kemih
e Menempatkan klien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan perubahan posisi tiap
2 jam dan dilakukan latihan gerak pasif.

Penatalaksanaan penderita dengan stroke hemoragik adalah sebagai berikut ( Sylvia


dan Lorraine, 2015 ) :
 Posisi kepala dan badan atas 20 – 30 derajat, posisi miring apabila muntah dan boleh
mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
 Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan
oksigen sesuai kebutuhan.
 Tanda – tanda vital diusahakan stabil.
 Bed rest.
 Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia.
 Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
 Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu kateterisasi.
 Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan
glukosa murni atau cairan hipotonok.
 Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK.
 Nutrisi peroral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. apabila kesadaran menurun
atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.
 Penatalaksanaan spesifiknya yaitu dengan pemberian obat neuroprotektor,
antikoagulan, trombolisis intraven, diuretic, antihipertensi, dan tindakan
pembedahan, menurunkan TIK yang tinggi.

9. Komplikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit
stroke hemoragic adalah:
 Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak.
Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada
tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
 Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin
penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan
hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral
dan potensi meluasnya area cedera.
 Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah
ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat
mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain
itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
AHA. (2014). Heart Disease and Stroke Statistics. Circulation. Mansjoer Arif dkk. Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi, Jilid Kedua, Media Aesculapus FKUI, Jakarta.
Batticaca F, C. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan. Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika.
Black, J. M., & Hawk, J. H. (2014). Medical Surgical Nursing; Clinical Management For
Positive Outcomes. 7th Edition. St. Louis : Elsevier. Inc

Cahyaningtyas,. M. E., dkk. (2017). Posisi Head Up 300 Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan
Saturasi Oksigen Pada Pasien Stroke Hemoragik Dan Non Hemoragik. Adi Nusaha
Nursing Jurnal.
Hasan,. A. K. (2018). Study Kasus Gangguan Perfusi Jaringan Serebral Dengan Penurunan
Kesadaan Pada Klien Stroke Hemoragik Setalah Diberikan Posisi Kepala Elevasi 30º.
Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan .
Mansjoer, A. (2010). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Muttaqin, A. (2012) . Buku Ajar Auhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba medika.
Nurarif, A,H dan Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Practice Berdasarkan Penerapan
Diagnosa NANDA NIC NOC dalam Berbagai Kasus Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta :
Mediaction.
Price, S. A & Wilson, L. (2015). Patifisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta: ECG.
Rosjidi, C. H., & Nurhidayat, S. (2014). Buku Ajar Peningkatan Tekanan Intrakranial &
Gangguan Peredarah Darah Otak. Yogyakarta: Gosyen PublishingTarwoto
Smeltzer, S C dan Bare G. B. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 2, Edisi 8. Jakarta : EGC
Sunardi, N . (2011). Pengaruh Pemberian Posisi Kepala Terhadap Tekanan Intra Kranial Pasien
Stroke Iskemik di RSCM Jakarta. Jurnal Publikasi dan Komunikasi Karya Ilmiah Bidang
Kesehatan.
Sunarto. (2015). Peningkatan Nilai Saturasi Oksigen Pada Pasien Stroke Menggunakan Model
Elevasi Kepala.Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 4, Nomor 1.
Supadi. (2012). Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik Terhadad Tekanan
Rata-Rata Arterial, Tekanan Darah Dan Tekanan Intra Kranial Di Rumah Sakit Margono
Soekarjo Purwokerto Tahun 2011. Jurnal Kesmasindo.
Sylvia, A dan Lorraine, M. (2015). Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 4.

Anda mungkin juga menyukai