STROKE HEMORAGIK
DI INTENSIVE UNIT CARE (ICU)
DI RSUD dr. ABDUL AZIZ SINGKAWANG
DISUSUN OLEH :
Nurhajilah Yoelani
Rika Rohani Supriadi
Modesta Ferawati Imelda Lumban G
Febby Hardiyanti Fathur Mahali
Ericha R Ridhowati
A. Topik
Penyakit Stroke Hemoragik
B. Sasaran
Sasaran Penyuluhan : Keluarga pasien di ruang ICU RS Abdul Aziz Singkawang
Sasaran Program : Target sosialisasi program pengenalan penyakit stroke terpenuhi
C. Tujuan Instruksional umum
Pada akhir proses penyuluhan keluarga dapat memahami tentang Penyakit Stroke
dan cara menanganinya
D. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan penyakit stroke, keluarga mampu:
1. Menjelaskan dengan tepat pengertian stroke
2. Menjelaskan dengan tepat gejala dan penyebab stroke
3. Menjelaskan apa saja faktor resiko stroke
4. Menjelaskan cara mencegah stroke
5. Menjelaskan dengan tepat makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi pada pasien
dengan penyakit stroke
6. Menjelaskan dengan tepat penatalaksanaan stroke
7. Menjelaskan cara untuk merawat pasien penderita Stroke
E. Garis Besar Materi
Materi penyuluhan yang akan diberikan meliputi:
1. Pengertian stroke
2. Gejala dan penyebab stroke
3. Faktor resiko stroke
4. Cara mencegah stroke
5. Makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi pada pasien dengan penyakit stroke
6. Penatalaksanaan stroke
7. Cara untuk merawat pasien penderita Stroke
F. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi Tanya-Jawab
G. Media dan Alat
1. Leaflet penyakit stroke
2. Meja
3. Infokus
H. Waktu
Hari/Tanggal: Selasa, 3 Maret 2020
Pukul : 09.00 s.d. 09.30 WIB
I. Alokasi Waktu
No. Acara Kegiatan Waktu
J. Tempat
Penyuluhan akan diadakan di ruangan ICU RS Abdul Aziz Singkawang
Setting tempat untuk acara sebagai berikut:
Keterangan
: Penyuluh
: Peserta
K. Evaluasi
Daftar pertanyaan evaluasi:
1. Aspek Kognitif
a. Apakah yang dimaksud dengan stroke?
b. Apa saja tanda gejala stroke?
c. Makanan apa yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi pada pasien stroke?
d. Bagaimana penatalaksanaan pada saat serangan stroke?
e. Bagaimana penatalaksanaan pasca stroke?
2. Aspek Afektif
Setelah dilakukan penyuluhan ini, apa yang dirasakan
3. Aspek Psikomotor
Menggunakan lembar observasi Aspek Psikomotor.
Lembar Observasi Aspek Psikomotor
No. Kegiatan Ya Tidak
1. Kontrol Rutin √
2. Melaksanakan Diet √
3. Etiologi
Menurut Muttaqin (2012), stroke hemoragik biasanya disebabkan oleh yaitu :
Perdarahan intracranial dan intraserebri meliputi perdarahan di dalam ruang subarachnoid
atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan
hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah ke dalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan
otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan sehingga
terjadi infark otak, edema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab otak yang paling umum
terjadi:
Aneurisma berry, biasanya defek congenital
Aneurisma fusiformis dari arterosklerosis
Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis
Malformasi asteriovena, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri,
sehingga darah arteri langsung masuk vena
Rupture arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalam dan
degenerasi pembuluh darah.
4. Faktor Resiko
Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), faktor resiko terjadinya stroke yaitu
a. Faktor yang tidak dapat dirubah
Jenis kelamin : pria lebih sering dari wanita
Usia : semakin itnggi usuia beresiko lebih tinggi terjadinya stroke
Keturunan : adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.
b. Faktor yang dapat diubah
Hipertensi
Penyakit jantung
Kolesterol
Obesitas
Diabetes mellitus
Stress emosional
c. Kebiasaan hidup
Merokok
Minum alcohol
Obat-obatan terlarang
Aktivitas yang kurang sehat : kurang olahraga dan makanan kolesterol
5. Manifestasi Klinis
Menurut Corwin (2009) manifestasi klinis dari stroke hemoragik di bagi atas :
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Stroke akibat perdarahan intraserebral (PIS) mempunyai gejala prodromal yang tidak
jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan seringkali siang hari, saat
aktivitas, atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah
sering terjadi ketika pada permulaan serangan. Hemiparesis/hemiplegi biasa terjadi
sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65%
terjadi kurang dari setengah jam, 23% anatar ½ sampai 2 jam, dan 12% terjadi setelah
2 jam, sampai 19 hari).
b. Perdarahan Subaraknoid (PSA)
Pada pasien dengan stroke akibat perdarahan subaraknoid (PSA) didapatkan gejala
prodromal yang berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan
sangat bervariasi. Ada gejala/tanda rangsanga menigeal. Edema pupil dapat terjadi
apabila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans
anterior atau arteri karotis interna.
Manifestasi klinis dari stroke menurut Price dan Wilson (2012) menyebutkan adalah
sebagai berikut :
Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya satu sisi saja) yang timbul
mendadak.
Gangguan kepekaan pada satu atau lebih anggota badan
Perubahan mendadak status mental (bingung, mengigau, koma)
Afasia (bicara tidak lancar, ucapan kurang, atau sulit memahami ucapan)
Disartria (bicara pelo atau cadel)
Gangguan penglihatan atau diplopia (penglihatan dobel)
Ataksia (kesulitan gerakan)
Vertigo, mual, dan muntah, atau nyeri kepala.
Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), perbedaan pada stroke hemoragik adalah :
Gejala Klinis PIS* PSA*
Defisit fokal Berat Ringan
Onset Menit/jam 1-2 menit
Nyeri kepala Hebat Sangat hebat
Muntah Pada awalnya Sering Sering
Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak
Penurunan kesadaran Ada Ada
Kaku kuduk Jarang Ada
Hemiparesis Sering dari awal Permulaan tidak ada
Gangguan bicara Bisa ada Jarang
Likuor Berdarah Berdarah
Paresis/gangguan Tidak ada Bisa ada
N III
Keterangan :
(*) : Merupakan Stroke Hemoragik
PIS: Perdarahan Intra Serebral
PSA : Perdarahan Subarakhnoid
6. Patofisiologi
Stroke hemoragik terjadi perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri penetrans yang
merupakan cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan tegak lurus menuju
parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler. Aterosklerosis dapat
terjadi dengan bertambahnya umur dan adanya hipertensi kronik, sehingga sepanjang arteri
penetrans terjadi aneurisma kecil-kecil dengan diameter 1 mm. Peningkatan tekanan darah
yang terus menerus akan mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga dapat terjadi
perdarahan dalam parenkim otak yang bisa mendorong struktur otak dan merembas
kesekitarnya bahkan dapat masuk kedalam ventrikel atau ke ruang intrakranial (Sylvia &
Lorraine, 2015).
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh karena ruptur arteri serebri.
Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau subaraknoid, sehingga jaringan yang ada
disekitarnya akan tergeser dan tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak,
sehingga dapat mengakibatkan vasospasme pada arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini
dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak dan sirkulus willis. Bekuan darah yang semula
lunak akhirnya akan larut dan mengecil. Daerah otak disekitar bekuan darah dapat
membengkak dan mengalami nekrosis, karena kerja enzim-enzim maka bekuan darah akan
mencair, sehingga terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan
nekrotik akan diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga terbentuk jalinan
desekitar rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi oleh astroglia yang
mengalami proliferasi. Perdarahan subaraknoid sering dikaitkan dengan pecahnya
aneurisma. Kebanyakan aneurisma mengenai sirkulus wilisi (Sylvia & Lorraine 2015).
Hipertensi atau gangguan perdarahan mempermudah kemungkinan terjadinya ruptur,
dan sering terdapat lebih dari satu aneurisma. Gangguan neurologis tergantung letak dan
beratnya perdarahan. Pembuluh yang mengalami gangguan biasanya arteri yang
menembus otak seperti cabang lentikulostriata dari arteri serebri media yang
memperdarahi sebagian dari 3 ganglia basalis dan sebagian besar kapsula interna.
Timbulnya penyakit ini mendadak dan evolusinya dapat cepat dan konstan, berlangsung
beberapa menit, beberapa jam, bahkan beberapa hari. Gambaran klinis yang sering terjadi
antara lain; sakit kepala berat, leher bagian belakang kaku, muntah, penurunan kesadaran,
dan kejang. 90% menunjukkan adanya darah dalam cairan serebrospinal (bila perdarahan
besar dan atau letak dekat ventrikel), dari semua pasien ini 70-75% akan meninggal dalam
waktu 1-30 hari, biasanya diakibatkan karena meluasnya perdarahan sampai ke system
ventrikel, herniasi lobus temporalis, dan penekanan mesensefalon, atau mungkin
disebabkan karena perembasan darah ke pusat-pusat yang vital (Smletzer & Bare, 2015).
Penimbunan darah yang cukup banyak (100 ml) di bagian hemisfer serebri masih dapat
ditoleransi tanpa memperlihatkan gejala-gejala klinis yang nyata. Sedangkan adanya
bekuan darah dalam batang otak sebanyak 5 ml saja sudah dapat mengakibatkan kematian.
Bila perdarahan serebri akibat aneurisma yang pecah biasanya pasien masih muda, dan 20 %
mempunyai lebih dari satu aneurisma (Black & Hawk, 2014).
PATHWAY
9. Komplikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit
stroke hemoragic adalah:
Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak.
Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada
tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.
Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin
penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan
hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah serebral
dan potensi meluasnya area cedera.
Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah
ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat
mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain
itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
AHA. (2014). Heart Disease and Stroke Statistics. Circulation. Mansjoer Arif dkk. Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi, Jilid Kedua, Media Aesculapus FKUI, Jakarta.
Batticaca F, C. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan. Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika.
Black, J. M., & Hawk, J. H. (2014). Medical Surgical Nursing; Clinical Management For
Positive Outcomes. 7th Edition. St. Louis : Elsevier. Inc
Cahyaningtyas,. M. E., dkk. (2017). Posisi Head Up 300 Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan
Saturasi Oksigen Pada Pasien Stroke Hemoragik Dan Non Hemoragik. Adi Nusaha
Nursing Jurnal.
Hasan,. A. K. (2018). Study Kasus Gangguan Perfusi Jaringan Serebral Dengan Penurunan
Kesadaan Pada Klien Stroke Hemoragik Setalah Diberikan Posisi Kepala Elevasi 30º.
Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan .
Mansjoer, A. (2010). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Muttaqin, A. (2012) . Buku Ajar Auhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba medika.
Nurarif, A,H dan Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Practice Berdasarkan Penerapan
Diagnosa NANDA NIC NOC dalam Berbagai Kasus Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta :
Mediaction.
Price, S. A & Wilson, L. (2015). Patifisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.
Jakarta: ECG.
Rosjidi, C. H., & Nurhidayat, S. (2014). Buku Ajar Peningkatan Tekanan Intrakranial &
Gangguan Peredarah Darah Otak. Yogyakarta: Gosyen PublishingTarwoto
Smeltzer, S C dan Bare G. B. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 2, Edisi 8. Jakarta : EGC
Sunardi, N . (2011). Pengaruh Pemberian Posisi Kepala Terhadap Tekanan Intra Kranial Pasien
Stroke Iskemik di RSCM Jakarta. Jurnal Publikasi dan Komunikasi Karya Ilmiah Bidang
Kesehatan.
Sunarto. (2015). Peningkatan Nilai Saturasi Oksigen Pada Pasien Stroke Menggunakan Model
Elevasi Kepala.Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 4, Nomor 1.
Supadi. (2012). Pengaruh Elevasi Posisi Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik Terhadad Tekanan
Rata-Rata Arterial, Tekanan Darah Dan Tekanan Intra Kranial Di Rumah Sakit Margono
Soekarjo Purwokerto Tahun 2011. Jurnal Kesmasindo.
Sylvia, A dan Lorraine, M. (2015). Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 4.