Disusun oleh :
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut (Fauzia et al., 2014) di rumah sakit kebiasaan cuci tangan pada petugas
kesehatan merupakan perilaku yang mendasar sekali dalam upaya mencegah cross
infection (infeksi silang). Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespons. Perilaku cuci tangan
perawat merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadap
kesehatan dalam pencegahan terjadinya infeksi nosokomial. Perawat memiliki andil yang
sangat besar terhadap terjadinya penyebaran infeksi karena perawat berinteraksi secara
langsung dengan pasien selama 24 jam.
Menurut (Rikayanti, 2014) penyebaran infeksi ini di pengaruhi oleh kepatuhan
perawat terhadap pelaksanaan dan tindakan keperawatan. Kepatuhan adalah tingkat
seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan
atau dibebankan kepadanya. Dalam hal ini kepatuhan pelaksanaan prosedur berfungsi
untuk selalu memenuhi petunjuk atau peraturan-peraturan dan memahami etika
keperawatan ditempat perawat tersebut bekerja. Kepatuhan merupakan modal dasar
seseorang berperilaku.
Menurut (Sari & Hastuti, 2019) patuh merupakan suatu sifat yang berfungsi untuk
mendorong seseorang taat terhadap suatu ketentuan atau aturan. Kepatuhan perawat
pelaksana di rumah sakit masih rendah dalam melakukan cuci tangan saat melakukan
tindakan keperawatan pada pasien. studi di Amerika Serikat menunjukkan tingkat
kepatuhan perawat melakukan cuci tangan masih sekitar 50% dan di Australia masih
sekitar 65% (Perdalin, 2010). Menurut (Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan
Pengembangan, 2007) prevalensi Nasional berperilaku benar dalam cuci tangan adalah
23,2%. Program cuci tangan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang sudah
sejak tahun 2008 tetapi sampai saat ini kepatuhan perawat melakukan cuci tangan hanya
sekitar 60%. Menunjukkan bahwa pengetahuan perawat tentang cuci tangan tergolong
baik (83,33%), Kepatuhan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan sangat
3
rendah (33,33%), cuci tangan sebelum melakukan tindakan tergolong rendah (8,3%).
Kecakapan perawat dalam melakukan cuci tangan tergolong baik (58,33%). Kepatuhan
perawat terhadap tata laksana cuci tangan di rumah sakit masih rendah. Hasil observasi
terhadap 33 responden hanya tujuh perawat yang patuh terhadap penatalaksanaan cuci
tangan) (Wulandari, 2017).
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk melihat standar keselamatan pasien di RS
b. Tujuan Khusus
1. Untuk melihat tindakan perawat dalam menerapkan cuci tangan di RS
2. Untuk melihat iplementasi 5 momen cuci tangan pada perawat
C. Manfaat
Memberikan informasi sekaligus mengingatkan tentang pentingnya menjaga
kebersihan tangan bagi tenaga kesehatan, demi keselamatan pasien dan tenaga kesehatan
itu sendiri.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Planing
Planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena
fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. fungsi perencanaan
merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi
perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan
baik. Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua
pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan.
Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan
efesien. Planning adalah memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana
melakukan dan siapa yang melakukannya (Tutiany et al., 2017).
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan dimasyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,menetapkan tujuan program yang paling
pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
tersebut (Tutiany et al., 2017).
1. Tujuan Perencanaan
a. Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
b. Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
c. Membantu dalam koping dengan situasi kritis
d. Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
e. Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan masa
lalu dan akan datang.
f. Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
g. Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
2. Tahap-tahap dalam perencanaan
a. Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
c. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
5
d. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
e. Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan
program.
f. Menyusun Rencana Kerja Operasional (RPO)
6
5) Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
6) Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
7) Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
8) Menghemat waktu dan dana
d. Keuntungan Perencanaan
1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama
fungsi keperawatan
4) Memodifikasi gaya manajemen
5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
e. Kelemahan Perencanaan
1) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan
fakta-fakta tentang masa yang akan datang
2) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
5) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil.
B. Organizing
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang,
pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian
merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial,
material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Tutiany et
al., 2017).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian
aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha
kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus
dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya (Tutiany
et al., 2017).
1. Manfaat Pengorganisasian melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
7
a. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
b. Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui
kegiatan yang dilakukannya.
c. Pendelegasian wewenang.
d. Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
2. Langkah-langkah Pengorganisasian
a. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam fungsi
perencanaan.
b. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.
c. Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.
d. Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan.
e. Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
f. Mendelegasikan wewenang.
C. Staffing
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur, sistematis
berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu organisasi
yang dibutuhkan dalam situasi tertentu. Proses pengaturan staff bersifat kompleks.
Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff,
penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem informasi
manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu kualitas perawatan
pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan suplai tenaga perawat
yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi
kualitas perawatan yang diberikan (Tutiany et al., 2017).
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan mencakup
personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan
adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam
seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan
dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio ataurumusan
tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang diperlukan
dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan pendukung,
8
juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan medis yang
diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test,
obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas
dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi penempatan mereka
(Tutiany et al., 2017).
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan.
Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi
secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis,
struktur 8 organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis,
pengembangan program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana (Tutiany et al.,
2017).
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen,
seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Pengrekrutan
merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di
perusahaan melalui serangkaian aktivitas.
Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk membantu perawat dalam
menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang
yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus
merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu
kerjadan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk minggu-
minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan
menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa (Tutiany et al., 2017).
D. Actuating
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan
oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan
pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata. Kepemimpinan
merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen. Kepemimpinan adalah suatu
proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan
mencapai tujuan.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harusmampu untuk
memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang
9
tinggi terhadap permasalahan organisasi, danmenggerakkan (memotivasi) staffnya agar
mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi. terdapat beberapa macam
gaya kepemimpinan yaitu (Mugianti, 2016):
1. Autokratik Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung
memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan
ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan inisiatif.
2. Demokratis Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.
Mereka berorientasi pada bawahan dan menitik beratkan pada hubungan antara
manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan produktivitas
dan kepuasan kerja
3. Laissez faire Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan
kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat
mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi. Manajer perawat harus
belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang merangsang motivasi pada para
pemiliknya, mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya.
Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan manajemen
partisipasi oleh perawat professional.
E. Kontroling
Fungsi pengawasan atau pengendalian atau controlling merupakan fungsi yang
terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang
lainnya. Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai
dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan
dan kesalahan agar dapat diperbaiki. Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha
sistematik untuk menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan
penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mugianti, 2016).
10
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan
sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-
prinsip yang telah diberlakukan . Tugas seorang manajemen dalam usahanya
menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut (Mugianti, 2016):
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur,
misalnya menepati jam kerja.
2. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai
tujuan organisasi.
3. Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf, sehingga
staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap kegiatan
program.
4. Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran
dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telahtersedia, serta alat untuk
memperbaiki kinerja.
5. Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem kontrol yang baik
6. Harus menunjukkan sifat dari aktivitas.
F.
11
BAB III
ANALISA SITUASIONAL
KASUS PEMICU:
Pengkajian Ruang Rawat Inap Ruang Wijaya Kusuma di Rumah Sakit Medika Husada
merupakan ruang yang memiliki visi menjadi bangsal prima. Metode penugasan asuhan
keperawatan adalah Metode Moduler yaitu metode modifikasi antara Tim dan Primer. Memiliki
kapasitas total tempat tidur 30 tempat tidur, dengan 3 tempat tidur untuk pasien dengan
pengawasan (total care). Jumlah SDM perawat terdiri 1 orang Kepala ruang dengan pendidikan
Ners, 5 orang katim dan sekaligus PPJA dengan pendidikan Ners, 3 orang PPJA dengan tingkat
pendidikan DIII Keperawatan dengan masa kerja lebih dari 5 tahun, 9 orang sebagai perawat
pelaksana dengan tingkat pendidikan DIII Keperawatan.
Perawat mengatakan bila pasien rawat inap terisi penuh, tidak sempat melaksanakan
dokumentasi asuhan keperawatan, dan akan diisi bila pekerjaan sudah berkurang. Perawat
mengatakan motivasi menurun karena untuk kegiatan kredensialing belum tersosialisasi dari
Manajemen Keperawatan, serta belum adanya reward yang sesuai dengan kinerja perawat. Data
12
kepatuhan perawat dalam mencuci tangan masih rendah karena tidak sesuai protokol 6 langkah
cuci tangan dan tidak 5 moment cuci tangan. Proses pelaksanaan supervisi hanya dilakukan bila
akan dilakukan akreditasi rumah sakit.
13
Berdasarkan Keputusan Bupati Semarang Nomor 1 Tahun 2004 pengelolaan
swadana Rumah Sakit Medika Husada dicabut, diusulkan untuk mendapat Struktur
Organisasi dan Tata Kerja yang baru.
Berdasarkan Peraturan Daerah Semarang Nomor 20 Tahun 2005 tanggal 4
Januari 2005 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Medika
Husada dengan struktur Kepala Rumah Sakit Medika Husada Eselon IIb.
Pada tahun 2008 Rumah Sakit Medika Husada mengalami perubahan Struktur
Organisasi dan Tata Kerja berdasarkan Peraturan Daerah Semarang Nomor 19 Tahun
2008 tanggal 4 Januari 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Medika Husada.
Pada tahun 2011 Rumah Sakit Medika Husada mengalami perubahan Struktur
Organisasi dan Tata Kerja berdasarkan Peraturan Daerah Semarang Nomor 3 Tahun
2011 tanggal 4 Januari 2011 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Medika Husada.
Pada tahun 2011 Rumah Sakit Medika Husada menjadi PPK-BLUD dengan
status penuh dengan berdasarkan Keputusan Gubernur Semarang Nomor
445/0529/2011 tanggal 27 Oktober 2011 tentang Penetapan Penerapan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) dengan status
penuh.
b. Tipe rumah sakit
Rumah Sakit Medika Husada adalah rumah sakit umum daerah milik
Pemerintah dan merupakan salah satu rumah sakit tipe C yang terletak di wilayah
Semarang, Jawa Tengah.
c. Lokasi rumah sakit
Lokasi Rumah sakit Medika Husada berada di Jl. Pieree tendean No. 1, Semarang
d. Pelayanan yang diberikan rumah sakit
Rumah sakit ini memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang didukung oleh
layanan dokter spesialis serta ditunjang dengan fasilitas medis lainnya. Selain itu
Rumah Sakit Medika Husada juga sebagai rumah sakit rujukan dari faskes tingkat 1,
seperti puskesmas atau klinik.
1. Fasilitas dan Layanan
14
- Ambulance
- Instalasi Gawat Darurat
- Farmasi / Apotek
- Bank Darah
- Ruang Operasi
- Instalasi Gizi
- Terapi Okupasi
- Terapi Wicara
- Bidan dan Perawat
- Dokter Umum
2. Penunjang Medis
- Laboratorium: Patologi Klinik
- Radiologi: Rontgen
- Ultrasonografi (USG)
- Elektrokardiogram (EKG)
- Elektroensefalografi (EEG)
- Fisioterapi
- Endoskopi
- Treadmill
- Hemodialisa
3. Rawat Jalan
Poliklinik umum dan poliklinik spesialis memberikan pelayanan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan. Berikut ini merupakan daftar layanan poli
yang ada di Rumah Sakit Medika Husada :
- Poliklinik Gigi :
Dokter Gigi Umum
Spesialis Konservasi Gigi
Spesialis Gigi Periodonsia
- Spesialis Penyakit Dalam
- Spesialis Kebidanan dan Kandungan
- Spesialis Anak
15
- Spesialis Bedah
- Spesialis Mata
- Spesialis THT
- Spesialis Paru
- Spesialis Orthopedi
- Spesialis Saraf
- Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin
- Spesialis Kejiwaan
- Klinik VCT / CST
- Klinik TB DOTS
4. Rawat Inap Pasien
- Perawatan Khusus dan Intensif
ICU
Ruang Isolasi
Ruang Perawatan Bayi
- Perawatan Umum
Ruang Perawatan Kelas VIP
Ruang Perawatan Kelas I
Ruang Perawatan Kelas II
Ruang Perawatan Kelas III
16
e. Struktur Organisasi Rumah Sakit/ Ruangan
DIREKTUR
UNIT
ISTALASI INSTALASI INSTALAS INSTALAS
PENUNJANG RAWATINA I GADAR I ICU
MEDIK P Penerimaan, Sekertariat, front
pembayaran, office, IT, Humas
akutansi, marketing, logistic
UNIT BPJS umum, keamanan,
kebersihan
17
f. Alur pelayanan
Rawat jalan/IGD
Di rawat
TPPRI
Pulang
18
2. Hasil Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan mulai tanggal 2 November 2020 melalui
pendekatan penyebaran dan pengisian kuisioner, observasi, serta wawancara kepada
Kepala Bidang Keperawatan, Kasi Keperawatan, low manajer/ kepala ruang, perawat
serta pasien diperoleh data :
1. Pengkajian Input
a. Man
1) Recruitment
Recruitmen perawat Ruang Wijaya Kusuma dilakukan oleh Bidang Keperawatan
bekerja sama dengan unit SDM RS Medika Husada.
2) Penempatan
Penempatan perawat setelah recruitment dilakukan Bidang Keperawatan yang
disesuaikan dengan kompetensi dan kebutuhan ruangan.
3) Struktur Organisasi Keperawatan di Ruangan
KEPALA RUANG
PP PP PP PP PP
PP PP PP PP
Keterangan :
Kepala Ruang
PPJA : Perawat Penanggung Jawab Asuhan
19
PP : Perawat Pelaksana
b. Material
1. Ruang Wijaya Kusuma
Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi lingkungan Ruang Wijaya
Kusuma dapat disampaikan bahwa :
a) Pencahayaan : Terang di semua ruang bisa untuk membaca, cukup sinar
matahari
b) Ventilasi : Segar, banyak udara masuk melalui lubang angin dan jendela.
c) Lantai : Lantai keramik, bersih dan kering.
d) Atap : Rapat/tidak bocor, bagian dalam bersih
e) Dinding : Kuat, tidak retak, bersih
f) Sarana air bersih : Tersedia
g) Pembuangan air limbah : Lancar
h) Tempat sampah medis dan non medis terpisah
2. Kapasitas Ruang Wijaya Kusuma
Ruang Wijaya Kusuma memiliki kapasitas 30 tempat tidur dengan klasifikasi 3
tempat tidur untuk pasien dengan total care.
3. Fasilitas Untuk Petugas
a) Ruang nurse station
b) Ruang pertemuan perawat
c) Ruang ganti perawat
d) Kamar mandi dan WC
e) Ruang administasi dengan komputer + akses internet.
f) Ruang kepala ruangan
20
g) Ruang dokter
4. Fasilitas Alat Tenun
Daftar Inventaris Alat Tenun Ruang Wijya Kusuma
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 Sprai 40 Baik
2 Stik laken 39 Baik
3 Perlak 16 Baik
4 Sarung bantal 43 Baik
5 Kasur 35 Baik
6 Kain skern 2 Baik
7 Bantal 35 Baik
21
27 Bak spuit kecil 1 Baik
28 Dorongan instumen 1 Baik
29 Tensi duduk 1 Baik
31 Ambubag 1 Baik
32 Gunting heakting 3 Baik
33 Nebulizer 1 Baik
34 Korentang 2 Baik
c. Metode
2) Metode pelayanan asuhan keperawatan
Metode asuhan keperawatan yang dipergunakan Ruang Wijaya Kusuma adalah
transisi dari metode tim ke metode Tim Primer (PPJA)
3) Overan
Overan antar shift telah dilakukan, pembagian kelolaan asuhan oleh Ketua Tim / PJ
Shift, PPJA melakukan overan sesuai dengan pasien kelolaannya masing- masing
kepada shift berikutnya di nurse station dan melakukan keliling ke pasien sesuai
dengan kelolaan asuhan masing- masing. Pre dan post confrence dilakukan rutin pada
shift pagi, siang dan malam.
4) Ronde keperawatan
Ronde keperawatan sudah dilakukan oleh Koordinator tetapi belum terdokumentasi.
5) Pendokumentasian keperawatan
Pendokumentasian asuhan keperawatan masih secara paper base. Dokumentasi SDKI,
SIKI dan SLKI sedangkan di rumah sakit Medika Husada masih menggunakan
dokumentasi asuhan keperawatan dengan pendekatan Nanda NOC dan NIC. Pada
lembar pengkajian keperawatan, diagnosa dan intervensi keperawatan dilakukan
secara ceklist sedangkan implementasi dan evaluasi keperawatan dilakukan dengan
ditulis secara narasi. Dokumentasi pengkajian hanya lengkap 75%, diagnosa hanya
lengkap 85% dengan mengangkat masalah keperawatan nyeri atau cemas dari pasien
masuk sampai dengan pasien pulang.
6) Perencanaan pasien pulang
Pemberian edukasi yang hanya dilakukan pada saat pasien mau pulang dengan
penjelasan cara minum obat dan waktu kontrol saja. Dokumentasi discharge planning
juga diisi bila pasien sudah pulang.
22
7) Pelaksanaan pasien safety
Prosedur keselamatan pasien sudah dilakukan sesuai dengan SPO yang ada. adanya
komplain dari pasien karena seringkali perawat terlambat memberikan obat.
d. Money
Sumber keuangan diperoleh dari pasien BPJS, Umum, Asuransi, Kerjasama,
dengan Pembiayaan 80% adalah BPJS, dan memberikan tunjangan kepada karyawan
tetap berupa tunjangan keluarga, fungsional, jabatan, khusus, peralihan, kompensasi, dan
lembur. Bagi karyawan tidak tetap, pemberian tunjangan disesuaikan dengan perjanjian
kerja. Penerimaan gaji bulanan karyawan dilakukan melalui rekening tabungan masing-
masing yang ditransfer setiap bulan.
e. Market
Sasaran market layanan kesehatan adalah masyarakat ekonomi menengah dengan
pembiyaaan BPJS. Sedangkan sasaran market dalam pendidikan dan pelatihan adalah
peserta didik atau calon praktisi kesehatan di area Semarang dan sekitarnya.
23
Ruang Wijaya Kusuma adalah ruang bangsal Interna
3. Data Indikator
a. Jumlah pasien yg menggunakan gelang idnetifikasi
b. Jumlah pasien dengan ulkus diebetikum
c. Jumlah pasien tirah baring
d. Jumlahpasien ISK
e. Jumlah pasien dengan NGT
f. Jumlah pemsangan transfuse darah
g. Jumlah pasien yang di assessment nutrisi per hari
h. Jumlah pasien yang di assessment nyeri per hari
i. Jumlah pasien yang di assessment resiko jatuh
j. Jumlah pasien rujuk
k. Jumlah pasien baru
l. Jumlah pasien PAPS
m. Jumlah pasien pulang
n. Jumlah pasien meninggal
o. Jumlah dokter visit
p. Kepatuhan pelaksanaan penyimpanan obat yang perlu diwaspadai di ruang
rawatinap
q. Survey kepuasan pasien
4. BOR Ruang Perawatan
No kategori Rata – rata jumlah pasien per hari
1 Minimal care 10 orang
2 Parsial care 15 orang
3 Total care 3 orang
Jumlah 28 orang
2. Pengkajian Proses
a. Visi Misi/Ruang rawat inap
Visi:
Menjadi bangsal prima
Misi:
a) Meningkatkan pelayanan diruangan wijaya kusuma
24
b) Menerapkan semboyan 5S
c) Memberikan perawatan yang optimal
b. Perencanaan ruangan
Koordinator sudah melakukan perencaan ruangan:
1) Belum adanya visi misi yang dipajang sebagai salah satu bentuk sosialisasi di
ruang Wijaya Kusuma
2) Adanya program perencanaan pengembangan SDM keperawatan yang ditujukan
kepada pimpinan rumah sakit melalui bidang keperawatan.
c. Pengorganisasian
1) Metode asuhan keperawatan yang digunakan
Ruang Wijaya Kusuma menggunakan metode Tim Primer ( PPJA ). Pembagian
kelolaan asuhan pasien ditentukan oleh PJ Shift sesuai dengan jumlah pasien dan
tingkat ketergantungan pasien.
2) Pengorganisasian ketenagaan berdasarkan klasifikasi pasien :
Pembagian kelolaan asuhan pasien ditentukan oleh PJ Shift sesuai dengan jumlah
pasien dan tingkat ketergantungan pasien. Disediakan alat bantu buku pembagian
pasien, jumlah pasien, dll di ruang Wijaya Kusuma sedangkan formulir serah
terima pasien dilakukan secara kontinyu dan diarsipkan dalam Rekam Medis
pasien.
3) Jadwal dinas
Pengaturan shift terbagi menjadi 2 shift yaitu Shift Pagi ( 07.00-14.00 WIB),
Shift Siang ( 14.00- 21.00 WIB )
4) Beban kerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan metode Tim Primer belum optimal
karena pembagian tugas yang merangkap, misalnya sebagai Pj Shift merangkap
PPJA dan PP sehingga asuhan keperawatan yang diberikan kurang optimal
d. Pengarahan
2) Motivasi
Peningkatan motivasi oleh Koordinator senantiasa dilakukan, untuk memacu
semangat kerja staff dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan.
3) Manajemen konflik
25
Model kepemimpinan yang diterapkan di ruang Alpha adalah gaya demokratis.
Manajemen konflik dilakukan dengan cara pemecahan masalah (win-win
solution) yang terdiri dari tahapan :
a) Melakukan diskusi bersama
b) Menyadari adanya perbedaan
c) Memiliki sikap empati
d) Asertif dialog dengan bebagai perbedaan, prinsip, dan permasalahan sesuai
dengan pengakuan kelompok
e) Setuju terhadap keputusan Bersama
e. Pengawasan
Di ruang Wijaya Kusuma , monitoring dokumentasi asuhan keperawatan pasien
dilakukan secara berkala oleh Komite Mutu Keperawatan. Koordinator melakukan
penilaian kinerja, supervisi terhadap perawat secara berkala untuk meningkatkan
kualitas pelayanan di Ruang Wijaya Kusuma. Hasil penilaian kinerja perawat akan
dijadikan bahan pertimbangan untuk kenaikan gaji berkala, fungsional, golongan.
Penilalain kinerja bertujuan untuk meningkatkan kualitas kinerja perawat dan
menjadi motivasi dalam menjalankan tugasnya. Koordinator senantiasa mengawal
dan memperhatikan kinerja masing-masing perawat.Dalam setiap shift, terdapat Pj
Shif yang mempunyai tugas sebagai pengganti Koordinator selama shift pagi ataupun
siang, sehingga jika menemukan masalah dalam pelayanan akan segera ditindak
lanjuti.Secara umum Koordinator telah melakukan fungsinya sesuai dengan uraian
tugas pada fungsi pengendalian dan evaluasi
f. Pengendalian
3. Pengkajian Output
Pengkajian output dilakukan dengan pengukuran:
a. Tingkat kepuasan Pasien
26
Berdasarkan hasil wawancara pada 10 orang pasien dengan kriteria lama rawat >
2 hari diperoleh hasil bahwa tidak ada pasien yang merasa tidak puas adanya
komplain dari pasien karena seringkali perawat terlambat memberikan obat, 20%
menyatakan cukup puas dengan pelayanan ayang diberikan Rumah Sakit, dan 80%
menyatakan sangat puas dengan pelayanan Rumah Sakit.
27
1. Minimal care 5 2.0 10
2. Partial care 5 3.8 19
3. Total care 10 6.16 61.4
Jumlah 20 90,4
(53 Jumlah hari minggu dlm 1 tahun) + 12 cuti + 15 hari besar x 12 (Jumlah perawat = 3.3
286
Kebutuhan administratif: pencatatan ruangan dll : 25% x 18 perawat tersedia
= 4.5
Total KebutuhanTenaga: A + B + C = 12 + 3.3 + 4.5 = 19.8
28
AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
AVLOS = 520 / 167
AVLOS = 3
e. Penghitungan TOI (Tempat Tidur Tidak Terisi)
TOI menurut Depkes RI (2009) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur
tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong
tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus :
TOI = (Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar
(hidup +mati)
TOI = (30 x 30) – 520 / 167
TOI = 900 – 520 / 167
TOI = 380 / 167 = 2
Jumlah tempat tidur yang tidak terisi selama periode 30 hari adalah 2 tempat tidur
A. Data Biografi
1. Umur : 40 thn
2. Pendidikan terakhir keperawatan : Profesi Ners
3. Lama bekerja sebagai perawat : 12 tahun
4. Jabatan saat ini : Kepala Ruang
5. Tempat tugas : RS. Medika Husada, Ruang Wijaya kusuma
6. Lama tugas diruang ini : 3 tahun
7. Pelatihan yang pernah diikuti ( 2 tahun terakhir ) : Safe Excellent, CI BTCLS
B. Perencanaan
1. Bagaimana pemahaman ibu mengenai visi, misi RS dan visi, misi rungan Wijaya
Kusuma?
Jawab:
Visi bidang keperawatan : menjadi bangsal prima
Misi bidang keperawtan :
29
1. Meningkatkan pelayanan diruangan wijaya kusuma
2. Menerapkan semboyan 5S
3. Memberikan perawatan yang optimal
Visi RS:
menjadi rumah sakit yang mengutamakan keselamatan, mutu dan terpercaya serta
menjadi sarana cinta kasih tuhan
Misi RS:
2. Apakah tujuan unit keperawatan telah disesuaikan dengan kedua visi misi tersebut?
Bagaimana dengan rencana strategis bidang keperawatan?
Jawab : kepala ruang menjelaskan sudah sesuai dengan visi dan misi rumah sakit
maupun dalam bidang keperawataan, untuk rencana bidang strategis keperawatan
kedepannya perawat melakukan pengoptimalan dalam pelayanan yang ada di ruang
wijaya kusuma.
3. Bagaimana koordinasi dengan bidang keperawatan dalam perencanaan alat dan
fasilitas ruangan, perencanaan kebutuhan tenaga, penyusunan SAK, SOP dan format
askep?
Jawab :Dengan mengadakan pertemuan dengan cara musyawarah Karu
mengumpulkan hasil kerja selama 1 bulan kepada bidang keperawatan yang
selanjutnya akan di evaluasi oleh bidang keperawatan
4. Apakah sudah membuat dan memiliki rencana harian, bulanan dan tahunan? Jadwal
shif? Rencanapertemuan dengan staf, rencana bimbingan dan supervisi? Apakah
terdapat kendala?
30
Jawab: Sudah di buat, baik rencana harian, bulanan, tahunan maupun jadwal dan
dalam pelaksanaan bimbingan supervisi, kendalanya adanya mis komunikasi antar
perawat
5. Bagaimana perencanaan pengembangan staf, pelatihan, pendidikan lanjut?
Jawab:
a. Pengembangan staf : perencanaan sudah dibuat dengan adanya katim, dari katim
sudah menjadi karu.
b. Pelatihan : sudah ada
c. Pendidikan lanjut : sudah di jalankan, ada beberapa perawat yang melanjutkan
studi lanjutan SI Keperawatan di Stikes Karya Husada Semarang
6. Bagaimana dengan perencanaan jenjang karir perawat? Harapannya?
Jawab: karenna berhubungan dengan profesi, maka hanya baru sekedar wacana,
kemudian baru mengumpulkan meping tenaga, sehingga harapan : terwujudnya
assesor dan jenjang karir perawat.
C. Pengorganisasian
1. Apakah uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab sudah jelas? Apakah ada
kendala?
Jawab : sudah, kendalanya sering terjadi mis komunikasi antar perawat
2. Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan dengan metode tim? Apa ada kendala?
Bagaimana solusinya?
Jawab : sudah berjalan dengan baik, dan tidak ada kendala.
3. Bagaimana pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan?
Jawab : sudah berjalan dengan baik.
4. Bagaimana perhitungan bahan kerja perawat? Harapannya?
Jawab : dengan menggunakan SP2KP yang di evaluasi setiap 1 bulan, yaitu :
31
5. Bagaimana kinerja staf?
Jawab : masih kesulitan dalam penghitungan beban kerja, harapan : ada penghitungan
yang pasti tentang penghitungan beban kerja
6. Bagaimana program orientasi staf baru?
Jawab:
program orientasi staf baru dilakukam dengan :
a. Muter ruangan tiap 1 hari sekali
b. Pengenalan visi dan misi RS
c. Pengenalan Dokumentasi
d. Pengenalan struktur organisasi
D. Pengarahan
1. Bagaimanakah pengarahan terhadap ketua tim dan staf?
Jawab : dilaksanakan tiap hari, terutama pada saat pre dan post conference, tidak ada
kendala.
2. Bagaimanakah pelaksanaan bimbingan dan supervisi kepada staf? kendala?
Jawab : dalam bimbingan dan supervise dilakukan situasional
3. Bagaimanakah pengawasan terhadap SAK dan SOP?
Jawab : pengawasan SAK & SOP dilakukan secara langsung & tidak langsung, atau
karu melihat secara langsung tindakan yang dilakukan.
4. Bagaimanakah usaha untuk meningkatkan motivasi kerja staf?
Jawab : dengan cara :
a. Dengan memberikan reinforcement positif
b. Mengikut sertakan dalam pelatihan
5. Bagaimanakah sistem pemberian reward dan punishment terhadap staf diruangan?
Jawab : - Reward : berupa pujian dan piknik
32
Punishment : jika perawat melakukan pelanggaran, di panggil dan di
bicarakan penyelesaiannya secara pribadi.
6. Bagaimanakah komunikasi dengan katim dan staf?
Jawab : komunikasi melalui conference (pre dan post), melalui rapat keuangan,
supervisi
7. Bagaimanakah mengatasi konflik antar staf ?
Jawab : dengan cara memanggil ke dua pihak yang bermasalah secara pribadi
kemudian dicari duduk permasalahannyadan juga mendiskusikan solusinya.
E. Pengendalian
1. Bagaimanakah pengendalian mutu diruangan ? apa indikatornya?
Jawab : pengendalian mutu dikerjakan bersama-sama sesuai SOP, indikatornya
meliputi :
a. Pasien safety
b. Kenyamanan
c. Perawatan diri
d. Kepuasan klien
2. Bagaimana sosialisasnya kepada staf ? bagaimana pengawasannya?
3. Jawab : sosialisasinya dengan cara :
Sosialisasi pada saat pertemuan, pre dan post conference. Pengawasannya dilakukan
dengan cara langsung dan tidak langsung (check list).
4. Bagaimanakah cara mengetahui tingkat kepuasan pasien ?
Jawab : dengan cara menanyakan langsung kepada pasien dan dapat dilihat dari
tingkat complain pasien.
5. Bagaimanakah tindak lanjut dalam menangani keluhan pasien terhadap pelayananan
keperawatan di ruangan?
Jawab : tindak lanjut menangani keluhan pasien adalah :
a. Pasien diberi penjelasan
b. Kemudian diberi tindak lanjut sesuai dengan keluhan
6. Bagaimanakah sistem pemberian reward dan punishment terhadap staf di ruangan ?
Jawab : reward dengan reinforcement positif sedangkan punishmentnya dengan
dibicarakan secara pribadi.
33
7. Bagaimanakah komunikasi dengan katim dan staf ?
Jawab : komunikasi melalui conference (pre dan post), melalui rapat keuangan,
supervisi.
34
Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
35
siang dan malam)
karena masing–
masing hanya
berjumlah 2–3 orang.
e. Jumlah perawat tidak
sebanding dengan
kapasitas pasien
diruang wijaya
kususma (jumlah
perawat diruang
wijaya kusuma 18
perawat, sedangakan
menurut penghitungan
rumus Depkes RI ada
26 perawat)
f. Komunikasi
terapeautik antara
tenaga perawat
dengan pasien yang
kurang baik
M2 (Matrial) a. Sudah adanya hundscrub a. Kondisi pasien butuh a. Adanya ketersedian alat- a. Adanya persaingan
dirungan pasien dan rungan penanganan cepat. alat sumber pendukung mutu pelayanan antar
keperawatan b. Jumlah pasien yang optimal seperti: Rumah Sakit yang
36
b. Tersedia air mengalir, sabun, banyak. handrub disetiap bed secara langsung
antiseptik dan tissu sebagai pasien, sabun dan air maupun tidak
sarana handwash. mengalir (sarana langsung.
c. Sudah ada wastafel di ruang hadwash) dan tissue. b. Adanya tututan tinggi
wijaya kusuma b. Letak nurse station dari masayarakaat
d. Kondisi pasien butuh berada di tengah- tengah akan prasarana dan
penanganan cepat. Ruang wijaya kusuma sarana yang memadai.
e. Mempunyai sarana dan
prasarana untuk penyakit
khusus.
f. Tersedianya nurse station
M3 (Method) a. RS dan rungan wijaya a. Tidak menjalankan b. Kebijakan pemerintah a. Persaingan dengan
kusuma memiliki visi kebijakan manajemen tentang rumah sakit lain.
sebagai acuan melaksanakan tentang kepatuhan 6 keprofesionalisme b. Tuntutan masyarakat
kegiatan pelayanan langkah cuci tangan c. Adanya kesempatan bagi yang menginginkan
b. Sudah ada Model MAKP dan 5 moment cuci perawat ruangan untuk pelayanan yang
yang digunakan yaitu MAKP tangan. melanjutkan pendidikan optimal
moduler b. SOP tidak d. Adanya kebijakan RS c. Adanya tuntutan yang
c. Ada kemauan perawat untuk disosialisasikan. tentang pelaksanaan leih tinggi dari
berubah c. Tidak ada sistem MAKP masyarakat terhadap
d. Mempunyai Standar Asuhan reward & punishment. e. Adanya kewenangan pelayanan keperawatan
Keperawatan d. Pelaksanaan model tersendiri bagi masing yang profesional.
e. Ketenagaan keperawatan MPKP moduler sudah masing tenaga medis
37
sudah memenuhi syarat dilaksanakan tetapi
untuk MAKP (S1 belum maksimal.
Keperawatan orang) e. Pendokumentasian
f. Adanya kebijakan asuhan keperawatan
manajemen tentang di rumah sakit Medika
kepatuhan 6 langkah cuci Husada menggunakan
tangan dan 5 moment cuci pendekatan Nanda,
tangan. NIC dan NOC,
sedangkan
berdasarkan kebijakan
akreditasi Rumah
Sakit dokumentasi
asuhan keperawatan
saat ini adalah
dokumentasi 3S
(SDKI, SIKI dan
SLKI).
f. Hasil temuan
manajemen
keperawatan diruang
wijaya kusuma dalam
pendokumentasian
38
pengkajian hanya
lengkap 75%,
diagnosa hanya
lengkap 85% dengan
mengangkat maslah
keperawatan nyeri
atau cemas dari pasien
masuk sampai dengan
pasien pulang.
g. Pada perencanaan
pulang perawat
memberikan edukasi
dengan menjelaskan
cara minum obat dan
waktu kontrol saja,
sedangkan tanda dan
gejala penyakit,
pencegahan yang
dilakukan dirumah
saat penyembuhan
sesuai dengan kondisi
pasien dan bagaimana
39
di lakukan perawatan
di rumah tidak
dijelaskan.
h. Discharge planning
diberikan hanya
ketika pasien akan
pulang.
i. Pelaksanaan supervisi
dilakukan kepala
ruang kepada staff
jika hanya pada saat
akan dilakukan
akreditasi rumah
sakit.
j. Komplain dari pasien
mengenai
keterlambatan
perawat dalam
memberikan obat
k. Motivasi perawat
menurun akibat dari
kegiatan kredensialing
40
belum tersosialisasi.
M4 (Money) 1. Terdapat Petugas administrasi Kurangnya tenaga Ada kesempatan untuk Adanya tuntunan dari
yang sudah PNS administrasi kurang menggunakan instrumen masyarakat atau pasien
2. Biaya sewa kamar bisa di medis dengan re use sehingga akan pelayanan
jangkau oleh masyarakat menghemat pengeluaran administrasi yang cepat.
3. Administrasi dan keuangan
diatur dengan system
komputerisasi
4. Sumber keuangan diperoleh
dari pasien BPJS, Umum,
Asuransi, Kerjasama,
dengan Pembiayaan 80%
adalah BPJS, dan
memberikan tunjangan
kepada karyawan tetap
berupa tunjangan keluarga,
fungsional, jabatan, khusus,
peralihan, kompensasi, dan
lembur.
M5 (Marketing) a. Mutu pelayanan sudah a. Tata tertib a. Semua perawat dapat a. Adanya tuntutan
terlaksana secara efektif pengunjung yang mengakses menggunakan masyarakat atau pasien
sesuai ketentuan Rumah belum diterapkan sarana prasarana secara terhadap penigkatan
41
sakit Medika Husada secara optimal optimal. mutu pelayanan
b. Pelayanan diberikan pada b. Peningkatan kenyamanan b. Persaingan dengan
No Daftar masalah Kriteria dan bobot maksimum PEARL NPT Prioritas
seluruh pasien dengan status pasien melalui sarana dan rumah sakit
Masalah
jamkesmas, jamkesda, askes, prasarana yang memadai
A-Berat B-Kegawatan C-Kemudahan NPO
1 maupun
Kurang umum 9
optimalnya 8 9 153 11111 153 I
standar keselamatan
pasien
2 Kurang optimal 8 8 8 128 11111 128 II
pendokumentasi
asuhan keperawatan
dengan standar
kebijakan akreditasi
3 Kurang optimalnya 9 3 9 108 111 108 III
penerapan pasien
safety dalam
pemberian obat.
Menetapkan Prioritas Masalah
42
Keterangan :
A : Besar masalah yaitu % atau jumlah atau kelompok penduduk yang terkena masalah serta keterlibatan masyarakat dan instansi
terkait. Skor 0-10 (kecil-besar)
B : Kegawatan masalah dari waktu ke waktu. Skor 0-10 (tidak gawat-gawat)
C : Efektifitas atau kemudahan penanggulangan masalah, dilihat dari perbandingan antara perkiraan hasil atau manfaat
penyelesaian masalah yang akan diperoleh dengan sumber daya (biaya, sarana, dan cara) untuk menyelesaikan masalah. Skor 0-10
(sulit-mudah)
D : PEARL
Berbagai pertimbangan dalam kemungkinan pemecahan masalah. Skor 0= tidak dan 1=ya, terdiri dari :
P = kesesuaian masalah dengan prioritas berbagai kebijaksanaan/program.kegiatan instansi/organisasi terkait.
E = kelayakan dari segi pembiayaan
A = penerimaan masyarakat dan instansi terkait/instansi lainnya
43
R = ketersediaan sumber daya untuk memecahkan masalah (tenaga,sarana/peralatan/waktu)
L = dukungan aspek hokum/perundang-undangan/peraturan terkait seperti peraturan pemerintah/juklak/juknis/protap.
Rumus :
NPD = Nilai Prioritas Dasar = (A+B) X C
NPT = Nilai Prioritas Total = (A+B) X C
44
A. Diagram Fishbone
Material Metode
45
Material Metode
Belum diterapkan askep menurut standar 3S
Kondisi pasien butuh yang merupakan standar akreditasi RS
penanganan cepat
46
Komplin dari pasien Material
karena perawat Metode
seringkali terlambat
pemberian obat Komunikasi belum efektif baik
Komplin dari pasien sesama perawat, tenaga medis
karena perawat seringkali lain, pasien maupun keluarga
Belum terdapat SOP 6 terlambat pemberian obat pasien
pemberian obat dengan
prinsip 7 benar Kurang optimalnya penerapan
pasien safety dalam pemberian
obat.
Kebijakan yang ada oleh RS
dalam penyediaan sarana
dan prasarana
Beban kerja tinggi
Lupa
Mesin
Jumlah pasien yang tidak sebanding
Man :
dengan perawat
47
PLAN OF ACTION
48
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Implementasi
Pre Planing Bermain Peran/ Role Play
1. Topik
Kurang Optimalnya standar keselamatan pasien
2. Sub Topik
Sosialisasi mencuci tangan
3. Tujuan Umum
Setelah dilakukan tindakan cara 6 langkah mencuci tangan yang baik dan benar
selama kurang lebih 20 menit kepada perawat RS Medika Husada Ruang Wijaya
Kusuma berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam mencuci tangan masih
rendah karena tidak sesuai protokol 6 langkah cuci tangan dan tidak 5 moment cuci
tangan, diharapkan dapat mengetahui pentingnya cuci tangan 6 langkah kareana
rentan terjadi nya infeksi di Rumah Sakit
4. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan tindakan pentingnya 6 langkah cuci tangan yang baik dan
benar, perawat diharapkan mampu:
1. 100% Perawat dapat menjelaskan langkah-langkah mencuci tangan dengan
benar
2. 100% Perawat dapat menyebutkan menyebutkan 5 moment cuci tangan.
5. Sasaran
Perawat RS Medika Husada Ruang Wijaya Kusuma
6. Waktu
Jumat, 13 Agustus 2021 Jam 10.00 WIB-11.00 WIB (60 Menit)
49
7. Pengorganisasian
A D
B C
Keterangan :
A : Katim
B : Perawat 1
C : Perawat 2
D : Perawat 3
E : Karu
8. Tempat
Ruang Diskusi Wijaya Kusuma
9. Metode Pelaksana
No Kegiatan Waktu Teknik Keterangam
1. Pra Interaksi 1 hari Bekerjasama Drama
a. Mempersiapkan sebelumnya antar anggota dilakukan di
naskah. kelompok rungan Wijaya
b. Mempersiapkan media mempersipakan Kusuma sesuai
role play setting tempat
2. Orientasi 5 menit Persiapkan diri
yang telah di
a. Mempersiapkan diri Salam
tentukan
b. Membuka pertemuan Perkenalan
dengan membuka anggota
salam kelompok
c. Memperkenalkan Kontrak waktu
nama kelompok
50
d. Kontrak waktu
3. Tahap Kerja 25 menit
a. Memainkan role play Akting sesuai
sesuai dengan peran peran masing-
masing-masing. masing
4. Terminasi 5 menit
a. Membicarakan Pembacaan
kesimpulan dari role kesimpulan
play yang telah Salam
dimainkan.
b. Menutup pertemuan
dengan mengucapkan
salam.
10. Media
a. Meja
b. Kursi
c. Alat pendukung: bulpen dan buku
Poster
11. Penyampian (Prolog Naskah) & pelaksanaan kegiatan
Kegiatan:
1. Instruktur membuka kegiatan
2. Instruktur melakukan sosialisasi kepada rekan-rekan perawat
3. Tanya jawab antara Karu kepada Katim, perawat 1, perawat 2, perawat 3 dan
perawat 4
4. Instruktrur menutup acara
51
6. Williamson Djaga Sebagai perawat 4
Prolog Naskah
53
Karu : “saya akan lanjut menjelaskan tentang 5 moment cuci
tangan"
54
mengurangi peristiwa infeksi dan Memelihara tekstur dan
integritas kulit dengan tepat”
Karu : “Saya kembali ingin bertanya kepada perawat jusue dan
ingin melihat , apa saja dan bagaimana langkah-lagkah dari
6 langkah cuci tangan ?”
Perawat 3 dan 4 : (mempraktekan 6 langkah mencuci tangan)
55
2. Sebelum tindakan aseptic
3. Setelah terkena cairan tubuh pasien
4. Setelah kontak dengan pasien,
5. Setelah kontak dengan linkungan di sekitar pasien
Karu : “Baik rekan-rekan perawat, sekian sosialisasi saya pada pagi ini, saya
harap jika rekan-rekan semua dapat mampu mengaplikasikan 6 langkah
cuci tangan dan 5 moment cuci tangan dengan baik dan benar untuk
mencegah dan pengendalian infeksi,pada saat kalian bekerja, untuk
mengakhiri sosialisasi kita pada pagi hari ini, marilah kita akhiri dengan
berdoa bersama menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing.
Berdoa……. Mulai……. Selesai……”
12. Evaluasi
Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi sumtaif, yaitu evaluasi yang dilakukan
pada saat akhir kegiatan telah selesai dilakukan. Bentuk evaluasi yang dilakukan
adalah kesadaran diri, apakah role play sesuai dengan pre planing atau tidak.
B. Diskusi
1. Pengertian hand hagine
Menurut (Marfu & Sofiana, 2018) hand hygiene merupakan suatu upaya
pencegahan infeksi yang ditularkan melalui tangan dengan cara menghilangkan
kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit
56
yang diperoleh dari kontak antara pasien dengan lingkungan. Kegagalan untuk
melakukan hand hygiene dengan baik dan benar merupakan penyebab utama Infeksi
nosokomial dan penyebaran mikroorganisme multiresisten di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Hand hygiene adalah istilah umum yang mengacu pada tindakan pembersihan
tangan lima waktu atau biasa disebut five moment hand hygiene di fasilitas pelayanan
kesehatan yaitu pada saat sebelum kontak dengan pasien, sebelum prosedur bersih
atau aseptik, setelah prosedur terpapar cairan tubuh, setelah kontak dengan pasien dan
setelah kontak dengan area sekitar pasien. Penerapan hand hygiene merupakan
tindakan pencegahan yang terbukti efektif dan sederhana untuk diimplementasikan
(Marfu & Sofiana, 2018).
Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan
dan pengendalian infeksi.8, 9 Penelitian Semmelweis dan banyak penelitian lainnya
memperlihatkan bahwa penularan penyakit menular dari pasien ke pasien mungkin
terjadi melalui tangan petugas kesehatan sehingga menjaga kebersihan tangan dengan
baik dapat mencegah penularan mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi
nosokomial.10 Hal tersebut dikuatkan oleh bukti substansial oleh WHO jika kegiatan
antiseptik tangan mengurangi insidensi Hospital Infection (Novita, 2019).
Dapat disimpulkan dari berbagai literature yang disebutkan di atas yang sudah
diterbitkan untuk mengungkapkan pentingnya pelaksanaan hand hygiene dan diterima
sebagai salah satu prosedur dalam pencegahan infeksi pada pasien maupun petugas
kesehatan.Maka dari itu perlu adanya data terkait tingkat kepatuhan kegiatan cuci
tangan sebagai gambaran program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah
sakit (Novita, 2019).
57
pemahaman yang baik tentang cara penyebaran infeksi yang mungkin terjadi di
rumah sakit. Penyebaran infeksi nosokomial di rumah sakit umumnya terjadi melalui
tiga cara yaitu melalui udara, percikan dan kontak langsung dengan pasien. Hal ini
dapat dicegah melalui perilaku cuci tangan (hand hygiene ) petugas kesehatan di
rumah sakit (Fauzia & Rahmawati, 2018).
Dalam buku Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit disebutkan bahwa
pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial merupakan pelayanan yang wajib
diselenggarakan oleh rumah sakit. Tujuan dari pengendalian INOS adalah untuk
melindungi pasien dari infeksi dalam bentuk pencegahan, surveilans, dan pengobatan
yang rasional (Fauzia & Rahmawati, 2018).
Infeksi terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections) adalah
infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak dalam
masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien
pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan
terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. WHO
mengartikan infeksi yaitu suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme
patogen seperti bakteri, virus, parasit atau jamur yang dapat menyebabkan penyakit
secara langsung atau tidak langsung dari satu orang ke orang lain. Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk mencegah dan meminimalkan
terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas
pelayanan kesehatan dan setiap pelayanan kesehatan harus melaksanakan pencegahan
dan pengendalian Infeksi (Fauzia & Rahmawati, 2018).
Dari beberapa penelitian atau litaratur dapat disimpulkan bahwa Cara paling
efektif untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial adalah dengan menjalankan
Universal Precautian yang salah satunya adalah dengan melakukan hand hygiene
pada setiap penanganan pasien di rumah sakit. Hand hygiene menjadi salah satu
langkah yang efektif untuk memutuskan rantai transmisi infeksi, sehingga insidensi
nosokomial dapat berkurang. Menurut (Fauzia & Rahmawati, 2018) pencegahan dan
pengendalian infeksi mutlak harus dilakukan oleh perawat, dokter dan seluruh orang
yang terlibat dalam perawatan pasien. Beberapa penelitian juga mengatakan bahwa
58
hand hygiene bisa menurunkan kejadian infeksi nosokomial. Di beberapa negara
berkembang kejadian INOS menurun seiring dengan meningkatnya kesadaran akan
hand hygiene. Beberapa studi juga menunjukkan adanya hubungan antara hand
hygiene dengan berkurangnya infeksi. Pada penelitian meta analisis dari beberapa
penelitian disimpulkan bahwa hand hygiene mampu menurunkan angka INOS.
59
sebelum menggunakan sarung tangan serta pemakaian sarung tangan yang berulang
dari satu pasien ke pasien yang lain dapat menyebabkan transmisi mikroba yang dapat
menyebabkan infeksi silang.
60
agar meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik petugas kesehatan terkait mencuci
tangan (Caesarino et al., 2019).
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyebaran infeksi ini di pengaruhi oleh kepatuhan perawat terhadap pelaksanaan
dan tindakan keperawatan. Dalam hal ini kepatuhan pelaksanaan prosedur berfungsi
untuk selalu memenuhi petunjuk atau peraturan-peraturan dan memahami etika
keperawatan ditempat perawat tersebut bekerja. Kepatuhan merupakan modal dasar
seseorang berperilaku. Keselamatan pasien maupun tenaga kesehatan (perawat) perlu di
tingkatkan dengan cara menerapkan 5 momen dan 6 langkah cuci tangan.
B. Saran
1. Perawat Ruang Wijaya Kusuma
Pelaksanaan cuci tangan harus dilakukan dalam 5 momen dan diharapkan para
perawat dapat melakukan tindakan 6 langkah mencuci tangan menurut WHO untuk
melindungi kesehatan dan keselamatan perawat dari infeksi penyakit.
2. Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa keperawatan harus mampu meningkatkan pengetahuan tentang
pentingnya mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan klien agar tidak
terjadi penularan penyakit atau perpindahan kuman
62
Daftar Pustaka
Caesarino, R. I., Wahjono, H., & Lestari, E. S. (2019). Tingkat Kepatuhan Perawat Rumah Sakit
X Di Semarang Terhadap Pelaksanaan Cuci Tangan. Diponegoro Medical Journal (Jurnal
Kedokteran Diponegoro), 8(2), 852–859.
Fauzia, N., Ansyori, A., & Hariyanto, T. (2014). Kepatuhan Standar Prosedur Operasional Hand
Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
https://doi.org/10.21776/ub.jkb.2014.028.01.31
Fauzia, N., & Rahmawati. (2018). Pengaruh Faktor Individu Terhadap Kepatuhan Perawat
Dalam Melaksanakan Hand Hygiene. Jurnal Ilmu Keperawatan, 6(1), 40–46.
Heru Suprayitno. 2012. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta : EGC. Nursalam. 2014.
Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional. Edisi I. Jakarta
: Salemba Medika
Hidayah, N., & Ramadhani, N. F. (2019). Kepatuhan Tenaga Kesehatan Terhadap Implementasi
Hand Hygiene Di Rumah Sakit Umum Daerah Haji Kota Makassar. Jurnal Manajemen
Kesehatan Yayasan RS.Dr. Soetomo, 5(2), 182. https://doi.org/10.29241/jmk.v5i2.236
Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan. (2007). Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Marfu, S., & Sofiana, L. (2018). Analisis Tingkat Kepatuhan Hand Hygiene Perawat dalam
Pencegahan Infeksi Nosokomial. Kes Mas: Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat, 12(1),
29–37. https://doi.org/10.12928/kes
Mugianti, S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Novita, H. (2019). Efektivitas Program Duta Hand Hygiene di Rumah Sakit Islam Jemursari
Surabaya. Jurnal PROMKES, 7(2), 204. https://doi.org/10.20473/jpk.v7.i2.2019.204-214
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional.
Edisi I. Jakarta : Salemba Medika.
Rikayanti, K. H. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Mencuci Tangan
Petugas Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Badung Tahun 2013. Community
Health.
Sari, T. N., & Hastuti, S. K. W. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Perawat Dalam Pelaksanaan Hand Hygiene Di Ruang Rawat Inap RSU PKU
63
Muhammadiyah Bantul. Http://Eprints.Uad.Ac.Id/Id/Eprint/14960.
Tutiany, Lindawati, & Krisanti, P. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Manajemen Keselamatan
Pasien. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan RI,
297. https://doi.org/Doi 10.3732/Ajb.1100457
Wulandari, S. (2017). Pengetahuan Dan Penerapan Five Moments Cuci Tangan Perawat Di Rsud
Sukoharjo. Gaster | Jurnal Ilmu Kesehatan.
64
Lampiran I
Poster Implementasi
65
66