( SKILL LABORATORY)
BLOK 3.1 KELAINAN SISTEM RESPIRASI
1
I. TUJUAN :
Mahasiswa mampu menerapkan kemampuan melakukan
pemeriksaan fisik paru untuk membantu menegakkan diagnosis pada
penyakit- penyakit respirasi
II. PROSEDUR
1. Keterampilan klinis ini memakai sistem role play dan
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan
2. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri
atas 9-`10 mahasiswa dimana masing- masing kelompok
dibimbing oleh satu orang instruktur.
3. Pada pertemuan pertama, instruktur akan mengajarkan
mahasiswa cara pemeriksaan fisik paru pada keadaan normal
dan patologis dengan menggunakan mahasiswa lain sebagai
probandus. Beberapa mahasiswa kemudian diminta
mengulangi dengan probandus sesama mahasiswa.
4. Pada pertemuan kedua, setiap mahasiswa diminta melakukan
pemeriksaaan fisik paru yang telah diajarkan pada pertemuan
sebelumnya. Mahasiswa akan berperan sebagai pasien-dokter
secara bergantian sesuai dengan skenario yang ada. Dalam
melakukan pemeriksaan tersebut, mahasiswa diberi waktu 15
menit. Mahasiswa yang telah melakukan pemeriksaan, tetap
berada dalam ruang skill lab dan akan mengamati teknik
pemeriksaan mahasiswa yang lain. Pada akhir skill lab setiap
mahasiswa akan memberikan masukan terhadap teknik
pemeriksaan temannya.
2
5. Mahasiswa menerapkan kemampuan dasar pemeriksaan fisik
paru yang telah didapat di blok sebelumnya untuk melakukan
pemeriksaan pada pasien dengan penyakit pada sistem
respirasi.
6. Pada pertemuan kedua, instruktur akan memberikan data-data
mengenai hasil pemeriksaan fisik paru pasien, diagnosis
sementara dan pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan
pada pasien. Data yang ada hanya akan diberikan bila
mahasiswa aktif bertanya dan melakukan pemeriksaan secara
benar.
7. Diakhir proses, instruktur akan memberikan umpan balik
kepada kelompok mahasiswa yang dibimbingnya dan
mahasiswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang telah
mereka lakukan.
3
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan KU : tampak sakit
sedang, TD : 100/70 mmHg, nadi 100x/ menit, Respiratory rate
30x/ menit, T : 38° C. anda sebagai dokter yang sedang bertugas di
Poliklinik paru.
Instruksi untuk mahasiswa (pertemuan kedua):
1. Lakukan pemeriksaan fisik paru dengan benar pada pasien ini
( tanyakan hasil dari setiap pemeriksaan yang anda lakukan pada
instruktur)
2. Tentukan dignosis sementara pada pasien ini
3. Tentukan pemeriksaan penunjang yang seharusnya dilakukan
pada pasien ini sehingga dapat membantu menegakkan
diagnosis kerja.
Instruktur diharapkan menjelaskan kepada mahasiswa bahwa
yang menjadi penekanan pada kegiatan ini adalah kemampuan
psikomotor (point 1), sementara point 2 dan 3 sebagai
pelengkap.
4
V. PEDOMAN PEMERIKSAAN
5
2. MENENTUKAN VERTEBRA
Posisi kepala penderita dalam keadaan fleksi ke depan.
Ujung prosesus spinosus yang paling menonjol adalah vertebrae
C7. Kadang-kadang terdapat dua buah prosesus spinosus yang
kelihatannya sama-sama menonjol, yaitu C7 dan Th 1. Vertebra
berikutnya dapat ditentukan dengan meraba prosesus
spinosusnya.
6
Gambar 1. Proyeksi dada depan
7
Gambar 3. Proyeksi dada belakang
8
4. PROYEKSI PARU PADA DINDING TORAKS
a. Apeks paru : terletak 2-4 cm di atas 1/3 medial tulang
klavikula.
b.Sisi inferior paru :
• Anterior kanan:
Pada linea midklavikula setinggi iga 6, dan garis aksilaris
anterior setinggi iga 8.
• Posterior :
Setinggi vertebra Torakal 10, pada inspirasi dalam akan
bergeser ke bawah setinggi vertebra Torakal 12
5. LOBUS PARU
Paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu lobus superior,
lobus medius, dan lobus inferior. Paru kiri terdiri dari 2 lobus
yaitu lobus superior dan lobus inferior. Fisura minor membagi
lobus superior dan lobus medius paru kanan, sedangkan fisura
mayor (oblik) kanan membagi lobus medius dan lobus inferior
9
paru kanan dan fisura mayor kiri membagi lobus superior dan
lobus inferior paru kiri.
a. Fisura mayor
Pada dinding toraks posterior, fisura mayor dapat diproyeksikan
ke margo vertebralis skapula pada dinding torak posterior jika
kedua tangan pasien diletakkan di atas kepala..
b. Fisura minor
Fisura minor diproyeksikan sebagai suatu garis yang dimulai
dari garis midaksilaris setinggi iga 5 dan berjalan ke anterior
setinggi iga 4.
10
Gambar 6. Pembagian lobus paru samping
11
6. MENENTUKAN LETAK KARINA (BIFURCATIO
TRACHEA):
a. Anterior : setinggi angulus sterni Ludovici
b. Posterior : setinggi prosesus spinosus vertebra Torakal 4
12
Gambar 8. Retraksi pernafasan
13
semacam ini dapat juga ditemukan. Pernapasan Kussmaul
adalahpernapasan cepat dan dalam yang berhubungan
dengan asidosis metabolik misalnya pada koma hiperglikemi.
14
Penyebabnya antara lain depresi pernapasan dan kerusakan
qtak (khususnya jika setinggi Medulla oblongata).
15
Stridor merupakan suara pernapasan tambahan yang nyaring
dan keras dan terutama terdengar pada saat inspirasi. Hal ini
menunjukkan obstruksi parsial di laring atau trakhea.
Dangarkan juga napas pasien. Pada orang normal, suara napas
saat inspirasi tidak terdengar lagi pada jarak lebih dari
beberapa cm dari mulut. Pada asma dan bronkitis kronis,
intensitas suara napas pada saat inspirasi meningkat dan dapat
terdengar dari jarak yang cukup jauh. Pada saat inspirasi
perhatikan apakah terdapat retraksi. Di anterior, rerraksi dapat
dilihat sebagai cekungan di fosa supraklavikula dan
interkostal. Di posterior, retraksi dapat dilihat sebagai
cekungan di sela iga bagian bawah. Retraksi dapat ditemukan
pada asma yang berat, PPOK, dan obstruksi trakeal / laringeal.
B. BENTUK TORAKS
Kelainan bentuk dada
a. Barrel chest ( dada tong)
Diameter anterior-posterior
lebih besar atau sama
dengan diameter kanan-kiri. Sering terdapat pada
penderita emfisema paru maupun proses degeneratif pada
tulang rangka dada yang menyertai proses penuaan. Pada
proses degeneratif sering terdapat bersamaan dengan
kifoskoliosis.
b.Funnel chest (pectus excavatum/ dada cerobong)
Bagian inferior sternum
Menjorok ke belakang. Funnel chest
16
Dapat mengakibatkan terjadinya
pergeseran letak jantung, struktur-struktur
media stinum dan paru ke tempat yang tidak normal
sehingga mengakibatkan penafsiran yang keliru tentang
hasil pemeriksaan. Jika berat, dapat mengakibatkan
gejala payah jantung karena membatasi kontraksi
jantung. Kompresi terhadap jantung dan pembuluh-
pembuluh darahjsesar dapat mengakibatkan
c. Pigeon chest (pectus carinatum/dada burung/ ayam/
chicken breast)
Sternum menonjol ke depan seperti
Kapal terbalik. Keadaan ini jarang
Mengakibatkan perubahan
fisiologis paru.
Deformitas
Deformitas adalah kelainan bentuk toraks yang didapat
(acquired) misalnya karena kecelakaan, trauma, dan lain-
lain. Pada trauma yang mengakibatkan fraktur
iga, dapat timbul flail chest atau dada gail yaitu keadaan
dimana dinding toraks pada daerah fraktur bergerak secara
berlawanan (paradoks) dengan dinding toraks yang normal,
yaitu masuk ke dalam pada saat inspirasi dan menonjol ke
luar pada saat ekspirasi. Flail chest terjadi bila beberapa iga
yang berurutan mengalami fraktur pada 2 tempat sehingga
suatu segmen dinding toraks terlepas dari kesatuannya.
17
C. PERGERAKAN DINDING DADA
Simetris / Asimetris
Ada 2 cara untuk memeriksa simetris tidaknya pergerakan
dinding dada, antara lain:
a. Penderita dalam posisi berbaring dan bernapas seperti
biasa. Pemeriksa berdiri di sebelah kaki penderita dan
melihat pergerakan arcus costa untuk menilai simetris
atau tidaknya pergerakan dinding dada.
b. Pada penderita yang gemuk, berperut besar, atau pada
penderita yang karena sesaknya tidak dapat berbaring,
perhatikan gerakan tulang klavikulanya.
Gerakan dinding dada yang tertinggal pada satu sisi
menunjukkan suatu efusi pleura (yang dapat disertai
penonjolan sela iga), penebalan pleura unilateral,
ateletaksis, benda asing atau tumor dalam saluran napas,
dan kelainan otot atau saraf dinding dada. Penderita yang
mengalami peradangan pleura akut akibat pneumonia,
pleuritis, atau inf ark paru dapat menahan gerakan dinding
toraks pada satu sisi untuk mengurangi rasa nyeri.
18
akan berbaring pada sisi yang sakit untuk mengurangi
perasaan nyeri dan sesak yang timbul pada gerakan napas.
D. LAIN-LAIN
Perhatikan apakah terdapat benjolan tumor, sikatriks, bekas operasi,
spider naevi (pada sirosis hepatis), posisi trakea (bergeser ke
kanan/kiri).
2. PALPASI
A. Palpasi trakea
Posisi trakea dapat ditentukan dengan menempatkan ujung jari II
dan jari III yang membentuk huruf V, atau ujung jari II tangan
kiri dan kanan di incisura suprasternalis dan kemudian
menentukan kedudukan gelang-gelang trakea dalam
hubungannya dengan sternum. Pergeseran trakea ke satu sisi
merupakan petunjuk yang peka pergeseran posisi struktur
mediastinum. Efusi pleura, pneumotoraks, empiema dan tumor
akan mendorong struktur mediastinum / trakea ke sisi yang
berlawanan. Sebaliknya, pada atelektasis yang disebabkan oleh
sumbatan mukus, tumor, atau benda asing yang menyumbat
bronkus, maka struktur mediastinum / trakea akan tertarik ke sisi
yang sakit.
19
Gambar 9. Palpasi trakea
B. Menilai pergerakan (ekspansi) dinding dada:
simetris/asimetris.
a. Anterior:
Letakkan kedua ibu jari pemeriksa di prosesus sifoideus
penderita dan jari-jari lain di arcus costa. Kemudian gerakkan
kedua ibu jari sedikit ke arah medial agar terdapat lipatan
kulit diantara kedua ibu jari. Mintalah penderita untuk
melakukan inspirasi maksimal. Perhatikan pergerakan kedua
ibu jari yang menjauhi garis tengah saat dinding dada
mengembang dan lihat apakah pergerakannya simetris atau
tidak.
b. Posterior:
Letakkan kedua ibu jari pemeriksa di garis midspinal setinggi
Torakal 10 (karena setinggi Torakal 10 paru-paru paling
mengembang) dan jari-jari lain di arcus costae. Kemudian
gerakkan kedua ibu jari sedikit ke arah medial agar terdapat
lipatan kulit diantara kedua ibu jari. Mintalah penderita untuk
melakukan inspirasi maksimal. Perhatikan pergerakan kedua
ibu jari yang menjauhi garis tengah saat dinding dada
mengembang dan lihat apakah pergerakannya simetris atau
tidak
20
Gambar 10. Teknik Palpasi pada pemeriksaan
pergerakan dinding dada
21
ikut bergetar. Cara memeriksanya adalah dengan meletakkan
kedua sisi ulnar tangan pemeriksa secara simetris di sela iga
dada penderita, kemudian mintalah penderita untuk
mengucapkan kata-kata "satu-dua-tiga" atau "tujuh-puluh-tujuh"
dengan suara yang dalam dan kuat. Pindahkan tangan pemeriksa
dari atas ke bagian bawah dinding dada penderita, dan
bandingkan getaran yang dihasilkan oleh suara tersebut. Secara
normal fremitus menurun atau menghilang di daerah precordial.
Fremitus meningkat jika terjadi konsolidasi paru, misalnya
pada pneumonia, dimana fremitus pada sisi paru yang terkena
lebih mudah dirasakan daripada sisi lainnya. Fremitus yang
menurun atau menghilang paling sering didapatkan pada efusi
pleura dan penebalan pleura. Sebab lainnya adalah PPOK,
pneumotoraks, massa tumor, dan juga pada dinding dada yang
sangat tebal. Lokasi dimana taktil fremitus meningkat /
menurun / menghilang harus digambarkan secara lengkap,
misalnya : fremitus mulai menurun setinggi sela iga 7 posterior
sebelah kiri bawah.
3.PERKUSI
Perkusi dinding dada berguna untuk membedakan apakah
jaringan di bawahnya terisi udara, cairan, atau jaringan padat.
Penetrasi perkusi adalah sekitar 5-7 cm ke dalam dinding dada
sehingga lesi yang letaknya lebih dalam tidak dapat terdeteksi.
Lesi dengan ukuran garis tengah kurang dari 200 - 250 ml juga
tidak dapat mengubah nada perkusi. Efusi pleura yang minimal
sudah dapat menimbulkan perubahan suara perkusi dan fremitus
22
lama sebelum efusi tersebut cukup besar untuk dapat dilihat pada
foto toraks.
A. Teknik Perkusi
Cara melakukan perkusi
yang baik adalah dengan
menggunakan jari ketiga
tangan kiri dalam posisi
hiperekstensi sebagai
pleximeter. Tekan sendi
jari (artikulatio
interphalangeal) distal
dengan erat ke permukaan Gambar Teknik Perkusi
23
secara simetris pada sisi kiri dan kanan dada mulai dari apex
sampai ke basal paru-paru. Perkusi dinding dada bagian
posterior sebaiknya dilakukan pada penderita dalam posisi
duduk sambil menyilangkan kedua lengannya di depan dada.
24
konsolidasi oleh sel-sel darah), efusi pleura (terkumpulnya cairan
serous pada rongga pleura), hematotoraks (darah), empiema (pus),
jaringan fibrosis, atau tumor.
Hipersonor yang menyeluruh mungkin dapat didengar pada paru
yang terlalu banyak mengandung udara (hyperinflated) karena
emfisema atau asma, namun hal ini tidak selalu ditemukan.
Hipersonor yang unilateral menandakan pneumotoraks yang luas
pada satu paru atau mungkin terdapat bulla yang berisi udara pada
paru. Hipersonor karena emfisema dapat menutupi seluruh daerah
redup jantung. jika mammae seorang wanita menghalangi tindakan
perkusi, geserlah mammae dengan hati-hati menggunakan tangan
kiri saat melakukan perkusi dengan tangan kanan. Hal ini penting
dilakukan karena redup akibat pneumonia lobaris pada lobus kanan
medius biasanya terdapat di bawah mammae kanan. Jika pemeriksa
tidak menggeser mammae, maka suara perkusi yang abnormal
mungkin tidak terdengar. Suara perkusi yang abnormal harus
diidentifikasi, dijelaskan, dan digambarkan lokasinya.
C. Peranjakan
Peranjakan yang dimaksud adalah peranjakan
diagfragma pada saat ekspirasi maksima! dan inspirasi
maksimal. Tujuannya adalah untuk menilai kemampuan gerak
diafragma sekaligus untuk menilai ada tidaknya hepatomegali.
Pemeriksaan peranjakan dilakukan dengan melakukan perkusi
pada dinding dada bagian belakang tubuh penderita. Caranya
adalah dengan menempatkan pleximeter sejajar dengan sela
iga setinggi batas suara sonor paru pada ekspirasi maksimal
(posisi I). Kemudian mintalah penderita untuk melakukan
25
inspirasi maksimal, dan tentukan kembali batas bawah suara
sonor paru yang baru (posisi II) dengan melakukan perkusi ke
arah bawah. Normal, peranjakan ini berkisar antara 5-6 cm dan
simetris pada sisi kiri dan kanan dada. Jika terdapat perlekatan
pleura atau efusi pleura maka peranjakan dapat mengecil atau
tidak ditemukan pada sisi yang terkena.
Pada kelumpuhan N. phrenicus pada satu sisi yang
merupakan tanda paling sering pada penyakit mediastinum,
maka akan terdapat peranjakan yang paradoksal. Pada saat
inspirasi maksimal, diafragma pada sisi yang sehat akan
bergerak ke bawah, sedangkan diafragma yang sakit akan
bergerak ke atas karena peningkatan tekanan abdominal.
Kemampuan pergerakan diafragma berkurang pada
emfisema paru karena diafragma tertekan dan terfiksasi pada
kedua sisinya. Untuk menilai ada tidaknya hepatomegali,
pemeriksaan peranjakan dilakukan pada dinding dada anterior
pada garis midklavikula kanan. Caranya sama seperti di atas.
4. AUSKULTASI
Auskultasi paru sangat berguna dalam menilai aliran udara yang
melalui cabang trakeobronkial, mendeteksi obstruksi, dan menilai
keadaan paru dan rongga pleura secara umum.
A. Teknik Auskultasi
Dengan menggunakan stetoskop, dengarkan suara napas
penderita saat bernapas dalam (lebih dalam dari normal)
melalui mulut yang terbuka. Dengan menggunakan lokasi
26
pemeriksaan yang sama seperti pada perkusi, bandingkanlah
sisi kiri dan kanan dada, dari atas ke bawah. Dengarkan
minimal 1 kali inspirasi dan 1 kali ekspirasi penuh di setiap
lokasi. Waspadalah terhadap keadaan hiperventilasi pada saat
pemeriksaan (misalnya: mengigau atau pingsan, suruhlah
penderita untuk beristirahat jika diperiukan).
B. Suara Napas
Perhatikanlah intensitas suara napas dan nilai apakah
suara napas normal atau melemah. Suara napas dapat melemah
pada orang yang tidak mampu bernapas cukup dalam, atau
pada orang yang dinding dadanya terlalu tebal, misalnya pada
obesitas. Suara napas yang melemah didapatkan juga bila
aliran udara menurun (pada PPOK atau kelemahan otot-otot
pernapasan), atau bila cairan atau udara dalam rongga pleura
menghambat transmisi udara {pada efusi pleura atau
pneumotoraks). Dalam mendengarkan suara napas, perlu
diperhatikan juga tinggi, intensitas dan durasi suara napas saat
inspirasi dan ekspirasi.
27
Berdasarkan hal tersebut, suara napas dibagi 3 golongan yakni:
Suara Napas Durasi suara Tinggi Intensitas Lokasi
saat suara suara napas normal
inspirasi napas saat saat
dan ekspirasi ekspirasi
ekspirasi
28
C. Suara napas tambahan
Sampai saat ini ada beberapa klasifikasi istilah yang digunakan
dalam klinik untuk menggambarkan suara napas tambahan.
Klasifikasi yang kini banyak digunakan adalah yang
direkomendasikan oleh ATS-ACCP Pulmonary Nomenclature
Committee, yaitu:
29
karena pergesekan pleura visceralis dan pleura parietalis
selama pernapasan. Pada keadaan normal, kedua permukaan
pleura tidak menimbulkan suara saat bergesekan selama
pernapasan. Namun pada keadaan peradangan atau proses
neoplastik dimana kedua permukaan pleura menjadi kasar,
maka akan timbul suara friction rub pada saat kedua
permukaan pleura tersebut saling bergesekan.
Pergesekan pleura visceralis dan parietalis paling besar
terjadi pada basis lateral dan posterior paru. Semakin ke atas,
pergesekan tersebut berangsur -angsur semakin berkurang,
sehingga pada apeks paru hanya terdapat sedikit atau sama
sekali tidak ada pergesekan. Maka dari itu, suara ini paling
jelas terdengar pada basis paru dan daerah bawah sisi aksila.
30
paling jelas terdengar di bagian atas dada di daerah sekitar
trakea dan bronkus besar. Fremitus vokal lebih jelas terdengar
pada orang kurus dibandingkan orang gemuk atau berotot, dan
lebih jelas pada pria dibandingkan pada wanita.
31
Seperti bronkofoni, terdengar lebih kuat dan lebih jelas dari
normal, tetapi whispered pectoriloquy pemeriksa dapat
memahami kata-kata yang diucapkan penderita dengan jelas.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Panduan Diagnosis Fisik di Klinik, editor : Edhiwan
Prasetya & J. Teguh Widjaja Edisi Revisi - 2006 - Bandung: PT
Danamartha Sejahtera Utama
2. Diagnosis Fisik, Adams. Alih bahasa: dr. Henny
Lukmanto.edisi17.1995.Jakarta.EGC
33
CHECKLIST
PEMERIKSAAN FISIK PARU
NO KRITERIA SKOR
0 1 2 3
1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan
diri.
2. Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan.
A Anterior (pasien dalam posisi berbaring)
3. Melakukan Inspeksi paru (tanyakan
hasilnya)
a. Pola pernafasan, irama, frekuensi
b. Trakea
c. Pergerakan dinding dada
d. Bentuk Thorax
e. Tumor, sikatriks, bekas operasi, spider
naevi
f. Posisi paksa
4 Melakukan Palpasi paru (tanyakan
hasilnya)
a. Palpasi trakea
b. Pergerakan di dinding dada
c. Nyeri tekan
d. Meraba tanda- tanda adanya tumor,
peradangan, fraktur iga
e. Fremitus taktil
34
5 Melakukan perkusi paru secara zig-zag
(tanyakan hasilnya)
o perkusi secara simetris pada sisi
kiri dan kanan dada mulai dari
apex sampai ke basal paru- paru
o perkusi dilakukan dua sampai
tiga kali di setiap tempat yang
akan diperkusi
b. menentukan batas paru hepar dan
peranjakan
6. Melakukan auskultasi paru secara zig-zag
dan sistematis dari apex ke basis paru
(tanyakan hasilnya)
a. Anterior : suara nafas, suara nafas
tambahan, fremitus vocal
B Posterior (pasien dalam posisi duduk
dengan menyilangkan kedua lengan di
depan dada)
7. Melakukan Inspeksi paru (tanyakan
hasilnya)
Tumor, sikatriks, bekas operasi, spider naevi
8. Melakukan Palpasi paru (tanyakan
hasilnya)
a. Pergerakan dinding dada
b. Fremitus taktil
9. Melakukan perkusi paru secara zig-zag
perkusi secara simetris pada sisi kiri dan
kanan dada mulai dari apex sampai ke basal
paru- paru (tanyakan hasilnya)
35
10. Melakukan auskultasi paru secara zig-zag
dan sistematis dari apex ke basis paru
(tanyakan hasilnya)
Posterior : suara nafas, suara nafas
tambahan, fremitus vocal
11. Memberi penjelasan tentang hasil
pemeriksaan kepada pasien dan
memberitahukan pemeriksaan lanjutan yang
akan dilakukan
12. Menyebutkan diagnosis sementara pasien
pada instruktur/penguji
13. Menyebutkan pemeriksaan penunjang yang
harus dilakukan
Total skor
36