Anda di halaman 1dari 20

PEMERIKSAAN FISIK THORAKS

Latar Belakang Setelah mendapatkan kuliah pada blok sistem


kardiovaskular I, mahasiswa diharapkan mampu
melakukan pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi pada daerah thoraks
Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Umum:
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada daerah
thoraks secara benar dan lege artis
Tujuan Pembelajaran Khusus:
A. Melakukan Pemeriksaan Inspeksi
Melakukan inspeksi dari depan, dan dari
belakang daerah thoraks
B. Melakukan Pemeriksaan Palpasi
1. Mampu merasakan perbandingan gerakan
nafas kanan-kiri penderita
2. Mampu membandingkan fremitus suara
kanan dan kiri
3. Mampu meraba iktus cordis dengan ke 4
jari tangan kanan
C. Melakukan Pemeriksaan Perkusi
1. Mampu melakukan perkusi dari atas
kebawah secara sistematis
2. Mampu melakukan perkusi untuk
mengetahui batas paru-hepar/ hati
3. Mampu melakukan perkusi untuk
mengetahui batas jantung
D. Melakukan Perkusi Thoraks Belakang
1. Mampu melakukan perkusi dari atas ke
bawah secara sistematis
2. Mampu menentukan batas pengembangan
paru

E. Melakukan Auskultasi
1. Mampu meminta penderita untuk menarik
nafas pelan-pelan
2. Melakukan pemeriksaan auskultasi secara
sistematis
3. Mampu mendengarkan suara nafas saat
inspirasi dan ekspirasi
4. Mampu meakukan auskultasi pada dinding
punggung
5. Mampu melakukan auskultasi untuk
mendengarkan suara jantung
6. Mampu mencatat hasil dengan tepat
Metoda Pembelajaran 1. Video session
2. Demonstrasi pemeriksaan fisik thoraks
3. Berlatih mandiri dengan sesama teman
Alat Bantu 1. Bantal
2. Tempat tidur pasien
3. Kursi
4. Pen light
5. Penggaris
6. Stetoskop
7. Jam/Arloji/stopwatch
8. Audio Visual
Evaluasi Check List
Referensi Bates B, A. Guide to Physical Examination and History
Taking Guide to Clinical Thinking.

2
PEMERIKSAAN FISIK THORAKS

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI THORAKS

Pelajarilah kembali anatomi dinding dada kenalilah struktur – struktur yang


terdapat pada gambar di bawah ini (Gambar 1).

Gambar 1

Dalam mendeskripsi hasil pemeriksaan thoraks, anda perlu dapat menghitung


costa beserta spatium interkostalis dengan benar. Ulus sternalis adalah petunjuk yang
baik. Untuk menemukannya,temukanlah dahulu fossa suprasternalis, kemudian gerakkan
jari anda ke bawah sejauh kurang lebih 5cm, untuk sampai pada tonjolan tulang horisontal
yang menghubungkan antara manubrium sterni dengan korpus sterni. Kemudian gerakkan
jari anda ke lateral untuk menemukan kosta kedua. Spatium interkostalis yang langsung
berada di bawahnya adalah spatium interkostalis kedua. Dari sini, dengan menggunakan
dua jari anda dapat menyelusuri kostae ke bawah, secara miring ke lateral. Jangan
menyelusuri tepi sternum, karena di daerah ini kostae sangat rapat. Kenalilah bahwa
hanya 7 buah kartilago kosta yang melekat pada sternum. Kartilago kosta 8, 9, dan ke-10
menempel pada kartilago kosta di atasnya, sedangkan kartilago kosta ke 11 dan ke 12
berujung bebas.

Pada dinding posterior dada, kosta ke 11 dan ke 12 dapat menjadi titik awal untuk
menghitung kosta dan spatiium interkostalis. Biasanya ini menolong untuk mendeskripsi
kelainan pada dada bagian bawah, tetapi dapat menolong juga apabila penghitungan tidak
memuaskan atau meragukan. Mula – mula dengan satu jari tangan, tekanlah tepi bawah
kosta ke arah dalam dan atas, temukanlah kosta ke 12. Kemudian merambatlah ke atas
pada spatium interkostalis secara miring ke atas dan melingkar ke dinding depan dada.

Selain itu, ada juga tanda- tanda tulang lain yang dapat dipakai sebagai patokan.
Angulus inferior scapulae biasanya terletak pada level yang sama dengan kosta ke-7.

3
Lokasi kelainan dapat juga disebutkan dengan menggunakan letak prosesus spinosus yang
paling menonjol adalah prosesus yang sama menonjol, mereka adalah milik vertebra
servikal 7 dan torakal 1. Prosesus spinalis di baawahnya dapat dikenali dan dihitung
terutama apabila vertebra dalam keadaaan fleksi.

Selain itu terdapat term lain yang biasa dipakai misalnya supraclavikuler (di atas
klavikula), infraklavikuler (di bawah klavikula), interskapula ( di antara dua skapula), dan
infra skapula. Pada waktu memeriksa thoraks, ingatlah akan lokasi paru beserta lobus-
lobusnya. Lokasi ini dapat diproyeksikan pada dinding dada. Kunci proyeksi lokasi ini
terletak pada antara lain :

 Apex paru terletak kurang lebih 2- 4 cm di atas sepertiga medial klavikula


 Batas bawah paru menyilang kosta ke 6 pada linea midclavikula, dan menyilang
kosta ke 8 pada linea midaxilaris
 Pada dinding belakang, batas bawah adalah pada level prosesus spinosus vertebra
thorakalis ke-10
 Batas ini dapat turun sampai ke vertebra thorakalis ke 12 pada inspirasi dalam
(Gambar 5)

Gambar 2

Gambar 3

4
Tiap paru secara garis besar dibagi dua oleh fisura yang obliq, menjadi lobus superior
dan lobus inferior. Pada dinding dada posterior, lokasi fisura obliq ini kira- kira sesuai dengan
garis obliq yang ditarik dari prosesus spinosus thorakalis ke-3 ke bawah lateral. Garis ini
berdekatan dengan batas bawah skapula ketika lengan diangkat ke atas kepala. Paru kanan
dibagi lagi oleh fisura horisontal menjadi lobus superior dan lobus medius. Fisura ini
melintang dari linea mid-axilaris kanan setinggi costa ke-5 ke medial setinggi costa ke-4.

Biasanya, anda harus mendeskripsi hasil pemeriksaan dengan istilah: daerah paru atas,
tengah, atau bawah. Suatu kelainan pada daerah paru kanan atas, misalnya, berarti berasal
dari lobus kanan atas, sedangkan kelainan pada daerah paru kiri bawah berasal dari lobus
inferior kiri. Sedangkan pada pemeriksaan dinding dada sisi lateral kanan, kelainan dapat
berasal dari 3 lobus paru kanan.

Oleh karena hasil pemeriksaan thoraks dipengaruhi oleh jarak antara dinding dada
dengan trakhea dan bronchi yang besar, maka lokasi dari organ – organ tersebut harus
dikenali. Perhatikan bahwa trakhea bercabang di daerah setinggi angulus sternalis (di depan)
atau prosesus spinalis vertebra thorakalis ke 4 (di belakang).

Bernafas adalah suatu aksi otomatik yang diatur oleh batang otak dan dilakukan oleh
otot – otot respirasi. Selama inspirasi, diafragma dan otot- otot interkostalis berkontraksi,
membesarkan volume rongga thoraks, dan memekarkan paru di dalam rongga pleura.
Dinding dada bergerak ke atas, depan, dan ke lateral, sedangkan diafragma bergerak turun.
Setelah inspirasi berhenti, paru mengempis, diafragma secara pasif akan naik dan dinding
dada akan relax seperti semula. Apabila nafas terpacu oleh karena olahraga atau penyakit,
maka ada otot lain yang ikut bekerja, yaitu otot trapezius, sternomastoid, dan scalenus di
leher selama inspirasi, dan otot- otot abdominal selama expirasi. Amatilah otot- otot leher
anda di depan cermin pada waktu anda menarik nafas sedalam mungkin.

Suara nafas berasal dari saluran nafas besar, yang melalui paru diteruskan ke dinding
dada, sehingga anda dapat mendengarnya dengan stetoscope. Jaringan yang dilalui oleh udara
pernafasan, meredam dan menyaring suara nafas ini. Sehingga yang anda dengar pada waktu
pemeriksaan auskultasi adalah suara lembut dengan frekuensi rendah pada waktu inspirasi,
dan akan melemah dan kemudian menghilang pada awal expirasi. Suara seperti ini disebut
suara vesikuler. Dengarkanlah suara ini pada dada anda atau teman anda, di daerah dada
bagian bawah, di linea midaxilaris, atau sedikit lebih ke belakang. Walaupun suara expirasi
terdengar pendek, pada kenyataannya expirasi berlangsung lebih lama dari pada yang
terdengar.

Apabila anda mendengarkan suara nafas di dekat trakhea misalnya di atas manubrium
atau diantara scapula, stetoscope anda berada cukup dekat dengan sumber bunyi pernafasan,
sehingga peredamannya sedikit. Akibatnya, suara yang terdengar akan lebih keras, dan
bernada lebih tinggi. Perbedaan suara ini lebih jelas terdengar pada waktu expirasi. Suara
expirasi ini dapat berlangsung sama lamanya dengan suara inspirasi, bahkan dapat lebih lama.
Suara ini disebut suara nafas bronkial. Apabila suara ini terdengar di daerah yang terletak
jauh dari sumber suara nafas maka merupakan suatu kelainan.

5
Sifat- sifat dari kedua jenis suara pernafasan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Perhatikan bahwa dalam menilai kualitas suara nafas, kita harus memperhatikan durasi, nada,
dan intensitasnya.

Durasi inspirasi Nada selama Intensitas selama


Suara nafas Lokasi normal
dan expirasi expirasi expirasi

VESIKULER Suara inspirasi Rendah Lembut Hampir di semua


berlangsung lebih bagian paru yang
lama dari expirasi jauh dari trakhea
dan bronkhi besar

Suara expirasi Di dekat saluran


BRONKHIAL sama lamanya Tinggi Keras nafas besar
dengan inspirasi misalnya di dekat
manubrium sterni
atau scapulae

2. PROYEKSI JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH BESAR PADA DINDING


DADA

Pada umumnya jantung diperiksa pada dinding depan dada. Sebagian besar dari
permukaan depan jantung disusun oleh ventrikel kanan. Ventrikel ini bersama dengan
arteri pulmonalis merupakan suatu bentuk baji yang terletak setinggi perbatasan antara
sternum dengan processus xiphoideus. Kemudian ventrikel kanan ini menyempit ke atas
dan bersatu dengan arteria pulmonalis pada daerah kartilago costa ke 3 kiri di dekat
sternum (Gambar 4).

Gambar 4

Ventrikel kiri, yang hanya menyusun sebagian kecil dari permukaan depan
jantung, terletak di sebelah kiri dan di belakang ventrikel kanan. Walaupun demikian
ventrikel kiri ini penting secara klinis, karena merupakan batas kiri jantung dan
menentukan iktus kordis. Iktus kordis ini adalah suatu denyutan sistolis sekilas yang
biasanya ditemukan pada spatium interkosta ke-5, 7 – 9 cm dari linea midsternalis.

6
Batas kanan jantung disusun oleh atrium kanan. Atrium kiri terletak di belakang,
dan tidak dapat diperiksa secara langsung. Walaupun demikian, sebagian kecil dari atrium
ini membentuk sebagian dari batas kiri jantung dengan arteria pulmonalis dan ventrikel
kiri. Di atas jantung terdapat pembuluh darah besar, arteria pulmonalis, bercabang
menjadi cabang kanan dan kiri. Aorta, melengkung ke atas dari ventrikel kiri di daerah
angulus sternalis, kemudian melengkung ke belakang dan ke bawah. Di sebelah kanan,
vena kava superior masuk ke atrium kanan (Gambar 5).

Gambar 5

Walaupun tidak digambarkan di atas, vena kava inferior juga masuk ke atrium
kanan. Vena kava superior dan inferior membawa darah venous dari bagian tubuh atas
dan bawah.

3. SIKLUS JANTUNG

Selama sistole, ventrikel berkontraksi, menyebabkan kenaikan tekanan mendadak


yang kemudian diikuti oleh memancarnya darah. Pada waktu ventrikel relaks selama
diastole, tekanan turun sampai hampir nol. Pada diastole akhir, terdapat sedikit kenaikan
tekanan yang disebabkan oleh ada sedikit darah yang masuk ke ventrikel karena kontraksi
atrium.

Ingat bahwa selama sistole, katub aorta terbuka, diikuti pancaran darah dari
ventrikel ke aorta. Katub mitral tertutup, untuk mencegah agar darah tidak regurgitasi ke
atrium kiri. Sebaliknya, selama diastole, katub aortik tertutup, untuk mencegah regurgitasi
darah dari aorta ke ventrikel kiri. Katub mitral terbuka, sehingga darah dari atrium kiri
mengalir ke ventrikel kiri.

Hubungan antara tekanan di dalam ketiga ruang tersebut (atrium kiri, ventrikel
kiri, dan aorta), bersama dengan posisi dan gerakan dari katub – katub merupakan hal
yang penting untuk memahami suara jantung. Walaupun sebenarnya, sisi kanan jantung
juga berperan, tetapi agar lebih mudah dipahami, hal tersebut akan dijelaskan kemudian.

7
Selama diastole, tekanan di dalam atrium kiri yang terisi darah sedikit lebih tinggi
daripada tekanan di dalam ventrikel kiri, sehingga darah mengalir dari atrium kiri ke
ventrikel kiri melalui katup mitral yang terbuka. Sesaat sebelum mulainya sistole,
kontraksi atrial menyebabkan sedikit kenaikan tekanan pada kedua ruang ini.

Pada waktu ventrikel mulai berkontraksi, tekanan di dalamnya dengan tiba – tiba
meningkat melebihi tekanan atrial, sehingga menyebabkan katup mitral tertutup.
Penutupan katub mitral ini yang menyebabkan suara jantung pertama (S1). Pada waktu
tekanan di dalam ventrikel terus bertambah, tekanan menjadi lebih besar daripada tekanan
sistolik di aorta, menyebabkan terbukanya katub aorta. Membukanya katu aorta tidak
selalu terdengar, tetapi pada beberapa keadaan patologis, suara ini terdengar disertai oleh
suara pancaran dari awal diastolik. Pada waktu ventrikel memompakan sebagian besar
darahnya tekanan ventrikel menjadi turun. Pada waktu tekanan ventrikel berada di bawah
tekanan aorta, katub aorta menutup. Menutupnya katub aorta ini menyebabkan timbulnya
suara jantung kedua (S2). Ketika tekanan di dalam ventrikel terus menurun selama
relaksasi ventrikel sehingga lebih rendah daripada tekanan aorta, katub mitral akan
terbuka. Biasanya ini tidak terdengar, tetapi kadang- kadang terdengar sebagai opening
snap pada keadaan stenosis mitralis. Periode berikutnya adalah pengisian darah ke
ventrikel dengan cepat pada waktu diastole awal dimana darah mengalir dari atrium ke
ventrikel. Pada anak- anak atau dewasa muda suara ini bisa terdengar sebagai suara
jantung ketiga (S3). Akhirnya walaupun tidak terdengar pada dewasa normal, suara
jantung keempat menandai kontraksi atrium. Suara ini sedikit mendahului suara jantung
pertama (Gambar 6).

Gambar 6

4. PEMERIKSAAN DADA (THORAKS)

Tujuan :

Mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari dada dan alat- alat dalam yang ada
didalam dada dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

8
1. Berikan penjelasan kepada penderita apa yang akan anda lakukan
2. Penderita diminta menanggalkan baju
3. Posisi penderita dapat duduk, berdiri atau berbaring sesuai dengan pemeriksaan yang
akan dilakukan
4. Setiap catatan yang dibuat harus diterangkan, pemeriksaan dilakukan dari depan,
samping atau belakang
5. Pemeriksaan meliputi : - dinding dada
- paru dan pernapasan
- jantung

4.1 Inspeksi

a. Perhatikan bentuk dada (iga, sternum dan kolumna vertebralis)


b. Perhatikan ruangan interkostal, mencembung, mencekung atau adanya retraksi pada
saat inspirasi
c. Cari adanya pulsasi (iktus kordis)
d. Cari adanya bendungan venosa

Dari Depan

a. Perhatikan klavikula
b. Fosa supra dan infraklavikular
c. Lokasi iga ke-2 pada kedua sisi
d. Catat adanya kelainan jumlah dan bentuk iga

Dari Belakang

a. Cari contoh vertebrata servikalis ke-7


b. Ujung bawah skapula terletak setinggi vertebra thoracal 8
c. Perhatikan letak dan bentuk skapula
d. Perhatikan jalan dan bentuk kolumna vertebralis (catat adanya kifosis, skoliosis dan
lordosis)

4.2 Palpasi
a. Letakkan kedua telapak tangan pada bagian dada depan (Lampiran A)
b. Penderita diminta menarik napas
c. Rasakan gerakan dada, bandingkan kanan dan kiri
d. Dokter berdiri di belakang penderita, letakkan telapak tangan, rasakan dan
bandingkan gerakan napas kanan dan kiri
e. Vokal fremitus dapat dirasakan dengan palpasi (lampiran A)
f. Penderita diminta untuk mengatakan angka 88
g. Kemudian letakkan kedua telapak tangan pada bagian belakang dada dan bandingkan
baik gerakan pernapasan maupun fremitus suara antara kanan dan kiri
h. Kembali perhatikan dada bagian depan di daerah jantung
i. Pakailah keempat jari tangan kanan dalam palpasi di ruang interkostal 4 dan 5, dengan
ibu jari pada linea medio klavikularis kiri, rasakan pulsasi yang ada (iktus kordis)

9
j. Apabila ada kelainan besar jantung, maka iktus kordis akan bergeser sesuai
kelainannya
k. Catat adanya fibrilasi (thrills) pada daerah di atas

Gambar 7

Gambar 8

4.3 Perkusi

Tujuan :

a. Untuk mendapatkan informasi batas- batas, ukuran, posisi dan kualitas jaringan atau
alat (paru, jantung) yang berada di dalamnya
b. Dengan perkusi kita dapat mengetahui apakah organ yang kita perkusi berisi udara,
cairan, atau massa padat. Walaupun demikian, perkusi hanya menembus sedalam 5- 7
cm saja sehingga tidak dapat mendeteksi lesi yang letaknya dalam

Teknik perkusi dapat dilatih pada permukaan apa saja, prinsipnya adalah :

Hiperextensikan jari tengah tangan kanan anda, tekankan sendi interfalangeal


kuat- kuat pada permukaan yang diperkusi, hindarkan kontak dengan bagian
tangan yang lain, karena akan mengganggu suara yang dihasilkan. Dengan kuat,
tajam, dan dengan gerakan pergelangan yang santai, ketoklah ujung jari tengah
kiri dengan ujung jari tengah kanan anda

10
Dengan demikian anda meneruskan getaran dari tulang jari tengah anda ke
jaringan yang anda perkusi. Gunakanlah ujung jari anda, dengan posisi yang
sedapat mungkin tegak lurus dengan jari yang diketok. Sesudah mengetok, cepat
angkat lagi tangan kanan anda, agar tidak mengganggu getaran yang telah anda
ciptakan

Paru Bagian Depan

(Penderita berdiri)

 Bandingkan kanan dan kiri


 Perkusi secara sistematis dari atas ke bawah seperti petunjuk
 Perhatikan posisi dari jantung, dan bandingkan hasil perkusinya
 Perkusi secara dalam daerah fosa supraklavikula
 Kemudian mintalah penderita untuk mengangkat kedua belah lengan dan lakukan
perrkusi mulai dari ketiak
 Tentukan garis tepi hati (liver/hepar)

Menentukan batas paru dan hati

 Penderita tetap berbaring dari atas ke bawah seperti pada gambar di samping
 Di daerah mana merupakan batas paru dan hati, suara sonor akan berubah menjadi
redup/pekak
 Berilah tanda pada batas tersebut. Pada orang normal sehat, batas ini terletak antara
kosta ke-5 dan 6

Paru Bagian Belakang

(Penderita duduk atau berdiri)

 Penderita diminta duduk tegak


 Mulailah dari atas ke bawah secara sistematis
 Bandingkan kanan dan kiri (biasanya daerah perkusi paru kanan lebih tinggi
hilangnya dari daerah kiri, karena adanya hati)
 Tepi bawah paru umumnya didapatkan pada setinggi prosesus spinosus Vertebra
Thoracal ke-10 atau 11
 Tentukan pula gerakan pernapasan

11
Gambar 9

4.4 Gerakan Pernapasan dan Pengembangan Paru

Tujuan :

Untuk mendapatkan kesan batas – batas pengembangan paru dan derajat elastisitas paru
serta pleura

Gerakan pernapasan paling baik diperiksa pada daerah belakang:

a. Lakukan perkusi dari atas ke bawah


b. Lanjutkan perkusi sampai suara sonor hilang
c. Letakkan di tempat tersebut jari tengah anda
d. Lanjutkan perkusi ke bawah
e. Pada penderita sehat, batas hilangnya suara sonor akan bergeser ke bawah
f. Perbedaan daerah hilangnya suara sonor merupakan besarnya pengembangan paru
4.5 Auskultasi

4.5.1. Auskultasi paru

Tujuan :

Menentukan ada tidaknya perubahan dalam saluran pernapasan pengembangan paru

Langkah - langkah :

a. Penderita diminta menarik napas pelan – pelan dengan mulut terbuka


b. Lakukan auskultasi secara sistematis. Dengarkan tiap kali secara lengkap satu periode
inspirasi dan ekspirasi
c. Bandingkan kanan dan kiri
d. Mulailah di daerah depan di atas klavikula
e. Setelah mendengarkan daerah ini, teruskan auskultasi ke sisi – sisi dinding dada
sesuai
f. Kemudian lakukan auskultasi di bagian belakang dada, mulai dari atas ke bawah
g. Perhatikan apabila ada perubahan suara

12
h. Tentukan secara pasti lokasi perubahan suara
i. Catat suara – suara yang didapatkan pada waktu auskultasi

Gambar 10

4.5.2. Auskultasi daerah jantung

a. Penderita dalam posisi berbaring dengan sudut 30°


b. Penderita diminta bernapas biasa dan suasana relaks
c. Pusatkan perhatian pertama pada suara dasar jantung, baru perhatikan adanya suara
tambahan
d. Mulailah auskultasi pada beberapa tempat
 Di daerah apeks (dengan corong stetoskop)
 Di ruang interkostal 2 kiri ke arah sternum (dengan membran)
 Di ruang interkostal 4 dan 5 kiri ke arah sternum (dengan corong stetoskop)
e. Perhatikan irama dan frekuensi suara jantung
f. Bedakan antara sistolik dan diastolik
g. Usahakan mendapat kesan intensitas suara jantung
h. Perhatikan adanya suara – suara tambahan atau suara yang pecah
i. Tentukan apakah suara tambahan (bising) sistolik stau diastolik
j. Gabungkan auskultasi dengan kualitas pulsus (denyut nadi)
k. Catat hasil auskultasi

Gambar 11

13
Gambar 12

4.6 Menentukan Tekanan Vena Sentral

Tujuan :

Untuk menentukan secara klinis tekanan vena sentral sebagai gambaran ukuran tekanan
rata- rata atrium kanan

Cara pengukuran tekanan vena adalah dengan cara langsung dan tidak langsung.

1. Cara Langsung

Titik – titik pengukuran

 Titik acuan adalah bidang horizontal melalui tempat sambungan iga ke-2 dengan
sternum
 Titik nol adalah tempat dimana tekanan sama dengan nol, terletak setingggi titik
tengah atrium kanan
 Jarak titik acuan ke titik nol pada orang dewasa adalah 5 cm (R), jarak ini konstan

Teknik pengukuran :

Penderita berbaring dengan lengan diletakkan 5 cm dibawah titik acuan (jadi setinggi
atrium kanan). Jarum dimasukkan dalam vena brakhialis dan dihubungkan dengan
manometer air. Kemudian tekanan dibaca pada manometer.

2. Cara Tidak Langsung


Menurut Lewis Brost, sebagai pengganti manometer dipakai vena jugularis. Pasien
berbaring dan leher harus lemas. Tentukan vena jugularis eksterna kanan. Vena
ditekan dengan jari mula- mula disebelah bawah (proksimal) dekat klavikula, lalu
disebelah atas (distal) dekat mandibula dengan jari lain.
Kemudian tekanan oleh jari pertama dilepaskan. Lihat sampai dimana vena terisi
waktu inspirasi biasa. Tingginya diukur dari titik acuan. Misalnya pada pemeriksaan
tekanan vena 2cm lebih tinggi dari titik acuan.
Karena jarak titik acuan ke titik nol sama dengan R (atau 5cm), maka tekanan vena
adalah R + 2cm H₂O atau 5 + 2cm H₂O. Lebih baik tidak ditulis 7cm H₂O, untuk
memperlihatkan jarak R adalah 5cm H₂O.

14
Tekanan vena normal menurut cara ini : 5 + 3cm H₂O. Bila tekanan menunjukkan 5 +
4cm H₂O sudah menunjukkan permulaan adanya tekanan vena jugularis yang
meninggi. Letak kepala atau posisi leher pasien harus sedemikian rupa sehingga vena
terisi sampai kira – kira di pertengahan antara mandibula dan klavikula.
Jika pada gagal jantung kanan hebat dengan vena jugularis yang terisi penuh sampai
mandibula, pasien harus ditinggikan letak kepalanya. Harus diingat pula bahwa kepala
dan leher pasien selalu dalam keadaan lemas.
Pada keadaan normal dengan tekanan vena normal, kadang – kadang kepala harus
diturunkan agar vena dapat terisi sampai kira – kira dipertengahan leher. Peninggian
dan penurunan letak kepala pasien tidak akan mengubah tekanan vena oleh karena
jarak R merupakan jari – jari konstan suatu bola dengan pusat atrium kanan sebagai
titik pusatnya.
Pengukuran tekanan vena di leher (cara tidak langsung) tidak dapat dipercaya pada
anak – anak karena leher terlalu pendek atau pada pasien dengan struma mungkin
menekan vena jugularis. Tekanan vena meninggi pada gagal jantung kanan,
perikarditis konstriktiva.
Bendungan vena kava superior dapat diketahui dan diukur di vena jugularis dengan
cara Lewis Brost (pengukuran tekanan vena). Bendungan di vena pulmonalis (gagal
jantung kiri) tidak dapat diukur dengan cara Lewis Brost atau dengan cara langsung
(menggunakan nometer air pada vena brakhialis), tetapi harus menggunakan
penyadapan jantung kanan (dengan menggunakan kateter Swan-Ganz).

Gambar 13

15
PETUNJUK PELAKSANAAN LATIHAN

1. Kuasailah teori cara pemeriksaan sebelum datang latihan


2. Bekerjalah berpasangan
3. Lakukanlah :
a. Inspeksi dari dengan dan belakang
Perhatikan bentuk dada, apakah ada denolasi adanya iktus kordis
b. Palpasi
Bandingkanlah gerak napas dada kanan dan kiri
Vokal fremitus bandingkanlah kanan dan kiri
Rasakan pulsasi iktus kordis
c. Perkusi
Periksalah dada depan dan tentukan batas paru- hepar serta batas jantung
d. Auskultasi
 Lakukanlah auskultasi secara sistematis pada dada depan, samping
dan belakang
 Tentukan secara pasti lokasi perubahan suatu pernafasan
 Lakukanlah auskultasi suara jantung di daerah apeks, ruang
interkostal 2 kiri, ruang interkostal 4 dan 5. Perhatikan irama dan
frekuensi suara jantung. Bedakan sistolik dan diastolik.
 Catatlah hasil auskultasi

16
17
18
CHECK LIST
KETRAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK THORAKS
Nama:
NIM :
SKOR
NO KRITERIA
0 1 2

1. Memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan tentang apa yang


akan dilakukan
2. Meminta dengan sopan agar penderita melepaskan pakaian,
mempersilahkan duduk/ berbaring di tempat tidur

3. Inspeksi :
Melakukan inspeksi dari depan, dan dari belakang penderita

Palpasi
4. Merasakan perbandingan gerakan nafas kanan – kiri dengan berdiri
di belakang penderita, dengan meletakkan telapak tangan pada sisi
kanan dan kiri dinding thoraks penderita
5. Membandingkan fremitus suara kanan – kiri dengan meletakkan
kedua tangan pada punggung penderita di kanan dan kiri tulang
belakang
6. Meraba iktus kordis dengan ke 4 jari tangan kanan pada ruang
interkostal 4 dan 5 tepat pada garis mid klavikularis kiri.

Perkusi
7. Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke bawah,
membandingkan kanan- kiri pada dinding thoraks depan
8. Melakukan perkusi untuk mencari dan menentukan batas paru-hati
9. Melakukan perkusi untuk mencari batas jantung

Perkusi Dada Belakang


10. Penderita diminta duduk tegak
11. Melakukan perkusi dari atas ke bawah, membandingkan kanan-kiri
12. Menentukan batas pengembangan paru

Auskultasi
13. Meminta penderita menarik nafas dengan pelan – pelan
14. Melakukan auskultasi dengan urutan benar
15. Mendengarkan suara nafas saat inspirasi dan ekspirasi pada tiap
tempat yang diperiksa
16. Melakukan auskultasi pada dinding punggung dengan urutan yang
benar

19
17. Melakukan auskultasi untuk mendengarkan suara jantung
18. Mencatat hasil yang didapat

Total Skor

Penilaian = Total Skor/ 36 x100 =

20

Anda mungkin juga menyukai