Anda di halaman 1dari 34

STATION 6

KARDIOVASKULAR

Bismillahirrahmaanirrahiim
Salam mahasiswa !
Setiap station punya karakter dan tingkat kesulitan masing-
masing. Nah, untuk station 6 kardiovaskular ini pun begitu. Pada
station ini, kalian akan dibimbing oleh beberapa dosen yang sangat
kompeten di bidangnya. Untuk itu, kalian harus punya bekal sebelum
masuk ke dalam station ini, agar pemahamannya lebih mantap saat
diberi materi. Bekal bisa kalian persiapkan sebelum mendapat kuliah
materi di hari selasa. Tentu sangat mudah, karena buku panduan dari
kampus dan media internet yang mampu menembus batas jarak
sudah ada didalam genggaman kita. Selain itu, kalian bisa belajar
kelompok dengan teman satu kelompok stase di hari rabu sampai
jumat. Kalian bisa merangkum kembali materi yang disampaikan
dosen, kemudian mencari tambahannya di media lain, buatlah
rangkuman yang dapat dimengerti dengan mudah. Setelah itu, latihan
dengan teman satu kelompok stase. Mudah kan ? ngga ada yang sulit
kalau kita mau berusaha dan berdoa.
Hanya berbekal ilmu tentu tidak bisa menjamin 100 %
kesuksesan. Peran doa dan ketenangan saat ujian sangat
dibutuhkan. Jangan sampai kalian grogi dan stress saat ujian. Karena
hal itu dapat membuat kalian tidak mampu berfikir secara rasional
dan melupakan bagian-bagian penting yang musti diingat.

A. Pemeriksaan Fisik Jantung

2
Pada sebagian besar pemeriksaan jantung, pasien harus
berbaring terlentang setara tubuh bagian atas ditinggikan dengan
menaikan kepala ranjang atau meja-periksa sehingga sudut sekitar
300. Ada dua macam posisi yang diperlukan:
1. Posisi berbaring miring ke kiri
2. Posisi membungkuk ke depan.
Penting ! Pemeriksa harus berdiri di sisi kanan pasien

Urutan pemeriksaan jantung

Posisi pasien Pemeriks

Berbaring terrlentang dengan kepala ranjang Lakukan inspeksi dan palp


dinaikan hingga sudut 300 ruang sela iga ke-2; ventrik
kiri termasuk iktus kord
amplitudo, durasi)

Posisi dekubitus lateral-kiri Lakukan palpasi iktus ko


tidak berhasil terdeteksi. D
apeks dengan me
sungkup/corong dari tetosko

3
Berbaring terlentang dengan kepala ranjang Dengarkan pada daera
dinaikan pada sudut300 menggunakan bagian sungk
Dengarkan pada semua dae
menggunakan bagian memb

Duduk dengan tubuh miring kedepan sesudah Dengarkan disepanjang tep


menarik napas secara penuh daerah apeks

Penting pula untuk mengidentifikasi lokasi anatomic hasil-


hasil temuan dan saat terjadinya dalam siklus kardiak.
1. Perhatikan lokasi anatomik bunyi jantung dalam pengertian
ruang sela iga dan jaraknya terhadap linea midsternalis, linea
midklavikularis atau linea aksilaris. Linea midsternalis akan
memberikan titik nol yang paling andal untuk pengukuran.
2. Kenali saat terjadinya impuls atau bunyi jantung dalam
kaitannya dengan siklus kardiak. Saat terdengarnya bunyi
jantng sering kali dapat ditentukan hanya melalui auskultasi.

4
Pemeriksaan jantung meliputi inspeksi, palpasi,perkusi dan
auskultasi
1. INSPEKSI
Pengamatan pertama mencari ictus cordis, yaitu denyutan dinding
thorax karena pukulan ventrikel kiri pada dinding thorax. Bila
normal akan berada di ICS-5 pada linea medioclavikularis kiri
selebar 1 cm saja. Inspeksi ictus cordis sulit didapat pada pasien-
pasien yang gemuk, berotot besar atau kelenjar mammaeyang besar.
Dengan mengetahui letak ictus, secara tidak langsung bias diperroleh
gambaran tentag ada tidaknya pembesaran jantung (pembesaran
jantung ictus cordis bias sampe berada di linea axilaris anterior).
Ictus cordis yang sangat nyata/=kuat sesuai juga dengan
meningkatkan kerja ventrikel kiri seperi pada seorang yang sedang
sangat berdebar ketakutan atau hipertensi sistolik.
Bulging precodial (daerah precordial yang lebih menonjol dari
dinding thorax yang lain). Menunjukan kemungkinan pembesaran
ventrikel kanan atau aneurysma pangkal aorta.

2. PALPASI
Pada ictus cordis meraba ictus cordis dengan telapak
jari II-III-IV(seringkali juga ictus tidak tampak namun
bias teraba). Dirasakan kekuatan pukul dan ditentukan
lebarnya ictus cordis yang normal tidak lebih dari 1
cm persegi.
5
Kalau teraba lebuh lebar dan pukulannya kuat serta letaknya
bergeser kekiri hal ini sesuai dengan Hipertrifi Ventrikel Kiri
(misalnya karena Hipertensi yang lama). Sedangkan Hipertrofi
ventrikel Kanan akan menimbulkan gerakan naik turun didaerah
linea sternalis kiri. Keadaan ini disebut Right Ventricular
Lift/=Heaving.

Hitung frekuensi jantung/= hear rate(HR)


Pada palpasi dihitung frekuensi jantung (HR) selama 1 menit
penuh serta diamati teratur tidaknya denyut jantung. Kemudian
membandinkan HRdengan frekuensi nadi yang telah kita hitang
sebelumnya (atau lebih tepat bersamaan waktu bila ada pemeriksaan
lain yang membantu). Bila ternyata ada perbedaan jumlah denyut
nadi dengan HR . Hal ini sesuai dengan adanya Fibrilasi Atrium .

Memeriksa ada tidaknya thrill, yaitu getaran ictus cordis,


tidak lain ini adalah murmur (pada auskultasi) derajat 5-6
yang karena kers/kasarnya dapat kita raba.

Ictus kordis atau apical impulse (PMI, Point Of Maximal


Impuls)- Daerah ventrikel kiri.
Ictus kordis merepresentasikan pulsasi dini ventrikel kiri yang
cepat pada saat denyutan ini bergerak ke anterior ketika terjadi
kontraksi dan menyentuh dinding dada. Pada keadaan yang jarang
dijumpai,seorang pasien dapat memiliki dekstrocardial- jantung yang
6
berada di sebelah kanan dengan demikian ictus cordis akan di
temukan pada sisi kanan. Jika tidak dapat menemukan ictus kordis,
lakukan perkusi untuk menentukan pekak jantung serta hati dan
untuk menemukan bunyi timpani lambung. Pada situs inversus,
ketiga struktur ini berada pada sisi yang berlawanan dengan keadaan
normalnya. Jantung yang berada disisi kanan dengan hati dan
lambung yang letaknya normal biasanya menyertai penyakit jantung
congenital

3. PERKUSI
Pada pemeriksaan perkusi ditentukan batas-batas jantung, karena
daerah jantung terdengar pekak. Dengan demikian, dapat ditentukan
ukuran jantung apakah lebih besar dari pada batas-batas normal
ataukah tidak membesar. Pembesaran jantung yang dapat diperiksa
dengan perrkusi adalah pembesaran ventrrikel kiri, yaitu dapat
membessar kekiri agak ke bawah.
Pembesaran ventrikel kanan kurang dapat ditentukan dengan perkusi
karena pembesarannya lebih ke arah antero posterior. Perkusi pada
pasien gemuk atau sangat berotot akan menyulitkan penetuan batas-
batas jantung dengan baik.

4. AUSKULTASI

7
Auskultasi jantung yaitu mendengar bunyi jantung dengan alat
stetoskop. Untuk itu, diperlukan suasana yang tenang agar bunyi
jantung terdengar baik. Kesalahan terbanyak pada auskultasi adalah
ingin mendengar sekaligus/seketika semua bunyi-bunyi jantung yang
semestinya satu demi satu sesuai dengan tempatnya, bunyi jantung
mana yang kita perhatikan. Mula-mula gunakanlah sisi membrane
dengan tekanan kuat untuk mendengar nada-nada yang lebih tinggi,
kemudian sisi bell dengan tekanan ringan untuk mendengar nada-
nada yang lebih rendah.
a. ) Bunyi jantung (BJ)
BJ I. adalah bunyi menutupnya katup mitral dan tricuspidalis
BJ II. Adalah bunyi menutupnya katup aorta dan pulmonalis
Maka kita berupaya mendengar bunyi ke empat katup itu sesuai
dengan tempat penjaran bunyi bunyi tersebut di dinding thorax.
Perlu diketahui bahwa penjalaran bunyi jantung sesuai dengan arah
aliran darahnya. Oleh karena itu, tempat tempat mendengar BJ
tidak persis sama dengan proyeksi anatomik katup katup jantung.
Ada lima tempat mendengar BJ untuk empat buah katup :
(a.) Katup Aorta/A di ICS-2 Linea Sternalis Kanan di sini terutama
disimak BJ II-A.
(b.) Katup Pulmonalis/P di ICS-2 Linea Sternalis Kiri dan ICS-3
Linea Sternalis Kiri, di sini terutama disimak BJ II-P.
(c.) Katup Tricuspidal/T di ICS-4 Linea Sternalis Kiri, di sini
terutama disimak BJ I-T.

8
(d.) Katup Mitral/M di ICS-5 Linea Medio-Clavicularis Kiri (atau
diapex ictus cordis), di sini terutama disimak BJ I-M.

Pada keadaan normal BJ II (A dan P) dan BJ I (T dan M)


adalah bunyi tunggal karena menutupnya katup A bersamaan dengan
P,dan T bersamaan dengan M. Bila pasien disuruh melakukan
inspirasi dalam, bisa terjadi bunyi terbelah ( split ) pada BJ II karena
9
pada inspirasi dalam intra thoracal berkurang,darah lebih banyak ke
paru-paru, artinya atrium kanan dan ventrikel kanan memompa lebih
banyak darah ke paru-paru. Akibatnya, waktu pemompaan ventrikel
kanan, ( katup P) sedikit lebih lama daripada ventrikel kiri ( katup A)
disebut normal Splitting). Bila tetap terdengar BJ II split,baik saat
inspirasi maupun expirasi,merupakan tanda yang cukup spesifik
untuk ASD atau Stenosis katup P.

Tentang Bunyi Jantung III/BJ III (kalau ada).


BJ III didengar didaerah M. BJ III terdengar sesudah BJ II
dengan jarak cukup jauh. Namun, tidak melewati separuh fase
diastolik, nadanya rendah (sehingga lebih jelas dengan sisi bell.
Pada anak-anak dan orang muda, bukan merupakan kelainan
jantung. Pada orang dewasa/tua yang diserta gejala dan tanda payah
jantung lain,seperti edema,dyspnea,BJ III merupakan tanda yang
cukup khas. Suara/irama BJ pada decompensatio cordis kiri disebut
irama pacu kuda/gallop rhythm.
Irama pacu kuda/Galloop rythm.
BJ III timbul akibat getaran derasnya pengisian diastolik dari
atrium kiri ke ventrikel kiri yang sudah membesar,darah jatuh ke
ruang lebar kemudian timbul getaran.
1. Fase sistolik dan diastolic
Setelah kita mengenal BJ I dan BJ II maka kita dapatkan:
Fase sisitolik : yaitu antara fase BJ I dan BJ II.
Fase diastolic : yaitu antara fase BJ II dan BJ I berikutnya.

10
Fase diastolic lebih lebar/=lama daripada fase sisitolik. Dengarkan
baik-baik apakah didapat suara-suara tambahan pada fase
sistolik,fase diastolic atau kedua-duanya.
Suara tambahan ini disebut bising jantung= murmur ( m )
1. Bising jantung/Murmur ( m )
Murmur adalah fibrasi / getaran yang terjadi di dalam jantung atau
pembuluh darah besar yang diakibatkan oleh bertambahnya arus
Turbulensi darah. Arus darah yang normal adalah stream line.
Bila darah melewati celah sempit, terjadilah arus turbulensi.
Hal inilah yang menimbulkan bising.
Bila didengar/murmur harus dideskripsi :
1. Tempatnya ( M,T,P ) dan penjalarannya/tidak menjalar.
2. Terjadinya pada fase sisitolik atau diastolik.
3. Derajatnya.
4. Tinggi rendahnya nada.
5. Kualitasnya.

Contoh hasil pemeriksaan jantung :

Pemeriksaan Fisik Jantung (Cor)


Inspeksi

11
Ictus Cordis
Kesan
(IC)

Tidak tampak Jantung terkompensasi (Cor compensated)

Gizi kurang
Tampak
Kardiomegali (pembesaran jantung)

Palpasi
Letak IC
Pada orang dewasa normal, IC ada pada Spatium intercostal
(SIC) V di sebelah medial linea midklavikularis sinistra.

Letak IC Kesan

Tidak bergeser Jantung terkompensasi

Bergeser
Ke lateral Kardiomegali
o Right ventricle enlargement

12
(RVE)
Ke
o Left ventricle enlargment
kaudolateral
(LVE)

Kekuatan IC

Kekuatan IC Kesan

Tidak kuat angkat Jantung terkompensasi

Gizi kurang
Kuat angkat
Kardiomegali

Perkusi
Batas jantung normal pada orang dewasa
o Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
o Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
o Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
o Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
Kesan perkusi batas jantung

13
Batas Jantung Kesan

Kesan tidak melebar Jantung terkompensasi

Kesan melebar
Kardiomegali
Ke lateral
o RVE
Ke kaudolateral
o LVE

Auskultasi
Bunyi jantung (BJ) I-II
o Interval
Normal
Jantung terkompensasi
Tidak normal
Atrial fibrillation (AF)[1]
o Keteraturan
Reguler
Jantung terkompensasi
Ireguler
AF
Bising
o Pansistolik
Kelainan katup
Mitral stenosis (MS)
Mitral regurgitasi (MR)
14
Diagnosis banding
Hipertension heart disease (HHD)
Penyakit jantung rematik (PJR)

B. Heart Disease

Tanda-tanda henti jantung :

Kehilangan kesadaran
Tidak bernafas
Denyut nadi besar tidak teraba (biasanya arteri karotis)

Irama henti jantung pada EKG :

Ventrikel Fibrilasi
Ventrikel Takikardi tanpa nadi
Asistol
PEA (Pulseless Electrical Activity)

Irama jantung yang boleh dilakukan DC Shock :

Ventrikel Takikardi tanpa nadi


Ventrikel Fibrilasi

Etiologi Ventrikel Fibrilasi :

Sindrom Koroner Akut


15
VT stabil hingga tidak stabil yang tidak diobati
Obat-obatan, ketidakseimbangan elektrolit
Perpanjangan QT primer atau sekunder
Kematian karena listrik (electrocution), hipoksia

Gambar. Irama ventrikel fibrilasi


Etiologi PEA :

Hipovolemi
Hipoksia
Hydrogen ion (asidosis)
Hipo/hiperkalemia
Hipotermia
Toksin
Tamponade jantung
Tension pneumotoraks
Trombosis koroner
Trombosis paru

16
Gambar. Irama PEA

Etiologi asistol :

Akhir dari kehidupan (kematian)


Iskemia/hipoksia
Gagal nafas akut
Kejut listrik tingkat tinggi (kematian karena listrik, tersambar
petir)

17
Gambar. Irama asistol

Etiologi Ventrikel Takikardi :

Sindrom koroner akut

Gambar. Ventrikel Takikardi


Infark miokard

Gambar. IMA anteroseptal

18
Kapan menghentikan RJP ?
19
Penolong sudah melakukan BHD dan BHL secara optimal
Penolong sudah mempertimbangkan apakah penderita
terpapar bahan beracun atau mengalami overdosis obat yang
akan menghambat susunan system saraf pusat
Kejadian henti jantung tidak disaksikan oleh penolong
Penolong sudah merekam melalui monitor adanya asistol
yang menetap selama 10 menit atau lebih
Penolong sudah lelah
Sudah teraba denyut a. karotis dan adanya pernafasana
spontan
Sudah dating bantuan professional
Ada tanda-tanda kematian reversible

Syarat kompresi dada :

Penderita dibaringkan di tempat yang keras dan rata


Tentukan lokasi kompresi di dada yaitu dibawah pertengahan
sternum
Kompresi menggunakan tangan yang dominan berada di atas
tangan non dominan
Frekuensi minimal 100 x/menit
Kedalaman minimal 5 cm
Minimal interupsi
Setiap kompresi, biarkan recoil sempurna dinding dada
Melakukan kompresi 30 kali dengan 2 kali ventilasi.
1 kali ventilasi dilakukan dalam 1 detik

20
Teknik membuka jalan nafas :

Head tilt chin lift maneuver ( dengan cara mendorong kepala


ke belakang sambil mengangkat dagu
Jaw thrust (menekan tulang rahang bawah kea rah belakang).
Teknik ini dilakukan apabila korban dicuriga mengalami
trauma cervical

Gambar. Teknik jaw thrust

21
Ga
mbar. Teknik Head Tilt Chin Lift

22
Ketentuan dalam meraba arteri karotis :

Saat meraba arteri carotis, hanya boleh dilakukan terhadap


salah satu arteri karotis
(kanan atau kiri)
Saat meraba arteri karotis, hanya boleh dilakukan dalam
waktu maksimal 10 detik
Menggunakan 2-3 jari
Tekniknya dengan meraba trakea terlebih dahulu, kemudian
meraba ke arah lateral sampai menemukan batas trakea
dengan otot samping leher

23
24
Gambar. Teknik meraba a.carotis dengan benar

25
Gambar. Cara menggunakan ambu bag dengan benar

26
Kasus :
Dosen : Seorang pasien dibawa ke IGD oleh warga karena
tiba-tiba jatuh pingsan tidak sadarkan diri. Kamu adalah dokter jaga
di IGD tersebut. Apa yang kamu lakukan terhadap pasien ?
Mahasiswa : Cek kesadaran dan respon pasien terlebih dahulu
dengan memanggil-manggil pasien dan menepuk tubuh pasien.
Kemudian cek nadi pada salah satu a.carotis pasien (kanan atau
kiri).
Dosen : nadi tidak teraba. Apa yang kamu lakukan ?
Mahasiswa : meminta izin secara lisan (sesegera mungkin) pada
keluarga untuk melakukan resusitasi, bila tidak ada, maka minta
bantuan tenaga medis di IGD untuk mempersiapkan alat-alat
bantuan hidup lanjut. Berikan pertolongan RJP 5 siklus + 2 ventilasi
menggunakan ambu bag. Sambil melakukan RJP, alat monitor irama
jantung, oksigen, bisa dipasang oleh tenaga medis yang lain. Stelah
seletai 5 siklus + 2 ventilasi, cek irama janutng di monitor dan cek a.
carotis.
Dosen : iramanya VT, dengan nadi teraba. Apa yang kamu lakukan ?
Mahasiswa : memberikan DC shock dengan jolule yang rendah

Kasus 2
Dosen : Pasien perempuan 45 tahun tiba-tiba terjatuh saat senam.
Apa kemungkinan penyebab henti jantung pada pasien tersebut ?
Mahasiswa : serangan jantung, pengaruh obat-obatan
27
Dosen : Jika kamu melihat kejadian tersebut, apa yang akan kamu
lakukan ?
Mahasiswa : Memastikan korban dan penolong dalam posisi aman.
Penolong memeriksa respon korban dengan memanggil korban dan
menepuk pundak korban.
Dosen : setelah kamu lakukan hal tersebut rupanya korban tidak
menjawab
Mahasiswa : Pasien dianggap mengalami henti jantung. Penolong
segera meminta bantuan warga sekitar untuk menelepon layanan
darurat (118). Kemudian ceka denyut a.carotis eksterna korban.
Dosen : a.carotis korban tidak teraba. Apa lagi yang kamu lakukan ?
Mahasiswa : Melakukan RJP (sebutkan tata cara melakukan RJP
dengan benar
Dosen : Kemudian tim medis datang. Bagaimana tindakan
selanjutnya ?
Mahasiswa : Memasang elektroda oleh tim medis pada RIC 2 dextra
dan RIC 5 sinistra. Pemasangan elektroda ini dilakukan sembari
penolong melakukan RJP. Kemudian lihat irama jantung pada
monitor.
Dosen : Irama VF
Mahasiswa : Melakukan DC shock dengan kekuatan 360 Joule untuk
monofasik dan 200 joule untuk bifasik. Kemudian lakukan RJP 5
siklus dan pasang IV line. Lalu raba a.carotis
Dosen : A.carotis tidak teraba. Apa lagi yang kamu lakukan ?
Mahasiswa : Meliihat irama jantung pada monitor
Dosen : Asistol. Apa yang kamu lakukan selanjutnya ?
28
Mahasiswa : Tidak boleh dilakukan DC shock, langsung RJP 5
siklus, kemudian raba nadi
Dosen : A.carotis tidak teraba. Apa lagi yang kamu lakukan ?
Mahasiswa : Melihat irama jantung
Dosen : Asistol
Mahasiswa : Melakukan RJP 5 siklus dan unjeksi epinefrin melalui
IV line

C. PEMERIKSAAN JVP

Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis :


Pemeriksa berada di sebelah kanan si penderita.
Penderita dalam posisi santai, kepala sedikit terangkat dengan
bantal, dan otot strenomastoideus dalam keadaan relaks.
Naikkan ujung tempat tidur setinggi 30 derajat, atau sesuaikan
sehingga pulsasi vena jugularis tampak paling jelas.
Temukan titik teratas dimana pulsasi vena jugularis interna
tampak, kemudian dengan penggaris ukurlah jarak vertikal antara
titik ini dengan angulus sternalis.
Apabila anda tak dapat menemukan pulsasi vena jugularis
interna, anda dapat mencari pulsasi vena jugularis externa.
Sudut ketinggian dimana penderita berbaring harus
diperhitungkan karena ini mempengaruhi hasil pemeriksaan.

29
Gambar 21. Tekanan Vena Jugular (Ketinggian tekanan dari
angulus sterni)

30
Gambar 22. Pengukuran Tekanan Vena Jugular (Jugular Venous
Pressure/JVP)

Perhatikan apakah ada bendungan pada vena jugularis.


Pembendungan menunjukan
adanya hipertensi vena, sehingga perlu diukur besarnya tekanan vena
jugularis. Bendungan vena bilateral, umumnya ditemukan pada gagal
jantung kanan dan timbulnya bersamaan dengan pembengkakan hati,
edema perifer, dan asites.

31
Refluks hepato jugular, ditemukan pada gagal jantung kanan.
Pengisisan vena jugularis
paradoksal pada waktu inspirasi dapat terjadi misalnya pada
pernafasan Kussmaul akibat efusi
perikardial dan perikarditis konstriktif.

Apabila dicurigai terjadinya kegagalan jantung kongestif,


periksalah adanya abdominojugular (hepatojugular) reflux.
Sesuaikan posisi penderita sehingga batas atas pulsasi vena
jugularis jelas terlihat pada bagian bawah leher. Tempatkan
telapak tangan anda pada tengah abdomen dan perlahan tekan
ke dalam, dan tahan tekanan ini sampai 30 - 60 detik. Tangan
harus hangat, dan penderita harus santai dan bernafas dengan
mudah. Apabila tangan anda menekan daerah yang nyeri,
geser ke daerah lain. Amatilah apakah ada kenaikan tekanan
vena jugularis.
Tekanan vena jugularis normal adalah 5+2cmH2O

D. Penilaian Denyut Nadi (Pulse)


Denyut nadi merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi
atau arteri. Diperiksa dengan cara palpasi (perabaan) pada Arteri
radialis pada pergelangan tangan. Pada tempat lain dapat juga
dilakukan, seperti :
32
Arteri brakialis pada lengan atas
Arteri karotis pada leher
Arteri poplitea pada belakang lutut
Arteri femoralis pada lipat paha
Arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki

Sifat-sifat nadi yang dinilai :


1. Frekuensi (kecepatan) nadi
Normal dewasa : 60-90 kali/menit, anak : 90-140 kali/menit
2. Pengisian nadi (size)
Ditentukan oleh pengisian saat sistole dan pengosongan saat diastole

Gambar 2 Normal
Tekanan nadi sekitar 30-40 mmHg. Kontur nadi yang normal adalah
halus dan bulat.
3. Gelombang nadi (wave)
Ditentukan oleh kecepatan pengisian dan pengosongan nadi.
Gelombang nadi sangat erat hubungannya dengan pengisian nadi,
makin besar pengisian maka makin besar gelombang nadi
4. Irama nadi
Pada orang normal irama nadi teratur, disebut pulsus reguler.
5. Tekanan (tension)
Cara : Dengan memberi tekanan pada A. radialis kanan. Jari ke-2
menekan A. radialis makin kuat sambil jari ke-3 dan ke-4 merasakan
ada atau tidak denyut jantung.
6. Dinding pembuluh darah (kontur)
Diraba pada A. brakialis. Arteri yang baik pada palpasi terasa
dindingnya kenyal.
33
7. Pulsasi vena
Pulsasi vena tidak dapat diraba seperti halnya arteri, hanya dapat
dilihat (inspeksi) dan sebaiknya diperiksa pada vena jugularis
eksterna.

34

Anda mungkin juga menyukai