Askep TN T Dengan GEA Ermaliana
Askep TN T Dengan GEA Ermaliana
T USIA 28 TAHUN
DENGAN GASTROENTERITIS AKUT
DI RUANG LANTAI 4 RS HERMINA PASTEUR
DI SUSUN OLEH:
RS HERMINA PASTEUR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul “Asuhan
Keperawaran Tn. T Usia 28 Tahun Dengan Gastroenteritis Akut Diruang Lantai 4 RS Hermina
Pasteur”.
Laporan pendahuluan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
tugas ujian perawatan umum 3. Berbagai pihak ikut terlibat dan membantu dalam menyelesaikan
penyusunan laporan kasus ini maka dari itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis terutama PP Umum RS Hermina Pasteur dalam
menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini baik
isi maupun bahasa yang digunakan. Oleh karena itu, kritis dan saran yang membangun sangatlah
diharapkan demi penyempurnaan.
Bandung, 15/03/2023
Penulis,
Ermaliana A
BAB I
PENDAHULUAN
Desember 2022 69
Januari 2023 86
Februari 2023 75
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Gastroentrtis akut (GEA) adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari
biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau
cair (Dennis, 2016).
Gastroenteritis akut didefiniskan sebagai suatu kumpulan dari gejala infeksi saluran
pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme seperti bakteri, virus.
Beberapa organisme tersebut biasanya menginfeksi saluran pencernaan manusia melalui
makanan dan minuman yang telah tercemar oleh organism tersebut (food borne disease)
(Mendri, 2017).
2.4 KLASIFIKASI
Gastroenteritis dibagi menjadi dua jenis menurut waktu onset dan durasi yaitu
gastroenteritis akut dan Gastroenteritis kronis (Nari, 2019).
2.4.1 Diare akut adalah kondisi meningkatnya defekasi yang berlangsung kurang
dari 14 hari
2.4.2 Diare kronis adalah kondisi meningkatnya defekasi yang berlangsung lebih
dari 14 hari
akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut (Putu
et al., 2017).
Hal selanjutnya yang akan terjadi akibat proses inflamasi pada mukosa saluran
pencernaan selanjutnya akan mengganggu sistem absorbsi yang membuat vili vili pada usus
mengalami atropi atau kerusakan jaringan yang membuat penurunan fungi. Penurunan fungsi ini
menyebabkan tekanan osmotik pada rongga usus meningkat dikarenakan penyerapannya tidak
adekuat, hal ini membuat rongga usus kelebihan kapasitas yang merangsang pengeluaran feses
atau sisa makanan meskipun belum diserap secara sepenuhnya. Dampak dari pengeluaran feses
yang cair tersebut mengakibatkan banyak cairan dan elektrolit yang terbuang. Pada peningkatan
osmotik dalam rongga usus juga mengakibatkan feses yang dikeluarkan lebih asam yang menjadi
indikasi adanya gangguan pada sistem absorbsi, jika feses yang dikeluarkan bersifat asam, maka
timbul kemungkinan akan mengiritasi daerah perianal yang kemudian menimbulkan luka
disekitar anus (Putu et al., 2017).
Selain itu, yang akan terjadi akibat proses inflamasi pada mukosa saluran pencernaan
ialah iritasi pada mukosa saluran pencernaan, yang biasanya ditandai dengan adanya peningkatan
bising usus diatas 30x/ menit. Metabolisme karbohidrat pada saluran pencernaan akan
menghasilkan gas H2 dan CO2, yang dapat menyebabkan terjadinya distensi abdomen atau
penumpukan gas dalam perut yang bisa menyebabkan kram perut (Putu et al., 2017).
2.8 PATHWAY
2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi utama pada gastroenteritis akut, terutama pada anak dan lanjut usia
kehilangan cairan kelainan elektrolit. Kehilangan cairan bisa terjadi secara mendadak
pada diare akut karena kolera, sehingga cepat terjadi syok hipovolemik. Kehilangan
elektrolit melalui feses bisa menyebabkan terjadinya hipokalemia dan asidosis metabolik
(Amin, 2016).
Komplikasi yang dimaksud antara lain : dehidrasi, kejang, malnutrisi, dan
hipoglikemia. Komplikasi yang bisa muncul akibat gastroenteritis yang tidak diatasi
seperti dehirasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik), renjatan
hipovolemik, hipokalemia (bradikardi, lemah, perubahan elektro kardiagram) (Lestari,
2016).
2.10 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gastroenteritis menurut Sarwono, 2009 sebagai berikut :
Penatalaksanaan Medis
2.10.1 Rehidrasi Cairan
Dehidrasi ringan : cairan oral sebanyak 1500-2000 ml/24 jam (30 ml/kgBB/24
jam) ditambah dengan defisit cairan.
Dehidrasi sedang dan berat : pemberian cairan enteral atau parenteral
Pria 50% x BB (kg)
Wanita 45% x BB (kg)
Cairan kristaloid untuk rehidrasi : Nacl 0,9%, dextrose 5% atau Nacl 0,45%.
Harus disesuaikan dengan komorbiditas atau penyakit dasar yang ada pada pasien.
2.10.2 Terapi Simtomatik
a. Antimotilitis, maisal : loperamide
b. Adsorbens, misal : attapulgite
c. Antipireutik
2.10.3 Terapi Definitif
a. Infeksi bakteri : antibiotik (golongan quinolon)
b. Infeksi parasit : metronidazole
Penatalaksanaan Non Medis
2.10.4 Pengaturan Asupan Makanan
Disesuaikan dengan kebutuhan pasien (enteral atau parenteral) menghindari
makanan atau minuman yang mengandung susu atau makanan pedas.
2.10.5 Kebersihan personal hygiene
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare
Berhubungan dengan : proses infeksi, peningkatan peristaltik
usus. Tujuan : Diare berkurang
Kriteria hasil : distensi abdomen, nyeri abdomen menurun, kram abdomen
menurun, konsistensi feses normal, bising usus normal, frekuensi defekasi
normal
Intervensi Keperawatan :
Observasi
a. Monitor pola BAB pasien
b. Monitor tanda dan gejala diare
c. Identifikasi riwayat pemberian makanan
d. Monitor frekuensi BAB warna dan konsistensi feses
Terapeutik
a. Hindari asupan makanan yang meningkatkan pembentukan gas, pedas dan
laktosa
b. Libatkan keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi
feses
c. Libatkan keluarga untuk meningkatkan asupan cairan
B. Terapi Dokter
1) Infus RL 500cc/5 jam
2) Loperamide extra 2 tablet
3) Pantoprazole 1x40 mg iv
4) Ondansentron 3x8 mg iv
5) Ketorolac 3x1 amp iv
6) Levofloxacin 1x500 mg iv
Do :
- Keadaan umum pasien Masuk melalui mulut
sedang kedalam saluran
- Kes CM pencernaan
- Akral hangat
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit elastis
- CRT < 2 detik Mikroorganisme
- Nadi teraba kuat teratur
tersebut kemudian
- TTV : Td 110/70 mmHg, N
berkembang dan
78xmenit, Rr 20xmenit, Sh
merusak sel mukosa
36C, SpO2 96-98% room air
saluran pencernaan
Bb : 60 kg
- Palpasi abdomen teraba
distensi
- Bising usus 16-18x/menit
Menyebabkan infeksi
- BAB cair >10x hari ampas
cair
- Leukosit 12.080 (Nilai
normal 3.600-11.000)
Lab faeces lengkap
Leukosit : 4-5
Eritrosit :1-3
Bakteri : Positif
2 Ds : Nyeri akut Proses inflamasi pada
Os mengatakan perut terasa mukosa saluran
Do :
- Nyeri tekan abdomen, nyeri Adanya peningkatan
hilang timbul bising usus
Distensi abdomen
hingga kram perut
Menyebabkan infeksi
gastroenteritis
Do : Frekuensi BAB
- Ku sedang meningkat
- kes cm
- Akral hangat
- Mukosa bibir kering Kehilangan cairan dan
- Turgor kulit elastis elektrolit
- CRT< 2 detik
- BAB cair >10x hari ampas
cair
- Pasien menghabiskan makan
3/4 porsi dan minum segelas
(200 ml)
- Natrium : 134.2 mmol/L
(Nilai normal 135.0-147.0)
E. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan bab cair lebih dari 10x/hari
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan nyeri perut seperti
diremas, nyeri tekan abdomen, nyeri hilang timbul, skala nyeri 4-5
3. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan peningkatan output
4. Resiko ketidakseimbangan elektrolit faktor risiko gastroenteritis
F. Intervensi Keperawatan
3. Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan - asupan makanan 1. Periksa tanda-tanda vital 14/03/2023
Sr. E
cairan berhubungan dengan intervensi meningkat 2. Hitung balance cairan dan
BAB cair >10x/ hari, turgor keperawatan - asupan cairan normal diuresis
kulit elastis, crt < 2 detik, selama 1x24 jam - kelembaban membran 3. Timbang berat badan tiap
mukosa bibir kering. resiko mukosa normal hari
ketidakseimbangan - turgor kulit normal 4. Libatkan keluarga untuk
cairan teratasi - mukosa bibir lembab pemberian intake oral
5. Libatkan pasien dan
keluarga untuk melakukan
pencatatan intake output
6. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian cairan
parenteral
7. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemeriksaan
laboratorium : elektrolit dan
hematokrit
4 Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan - Tanda-tanda vital 1. Identifikasi resiko 14/03/2023
Sr E
elektrolit faktor risiko intervensi dalam batas normal ketidakseimbangan cairan
gastroenteritis keperawatan - Mual muntah tidak dan adanya tanda dehidrasi
selama 1x24 jam ada 2. Identifikasi penyebab
resiko - BAB normal ketidakseimbangan
ketidakseimbangan (frekuensi dan elektrolit
elektrolit teratasi konsistensi) 3. Monitoring intake dan
- Intake output output cairan
seimbang 4. Anjurkan pasien banyak
- Kadar serum minum sesuai dengan
elektrolit dalam batas program pengobatan
normal 5. Anjurkan modifikasi diet
- Tidak ada tanda- tinggi kalium (misalnya
tanda dehidrasi pisang, sayuran hijau,
tomat, coklat) jika perlu
6. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemeriksaan
laboratorium kadar
elektrolit
G. TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI
TGL/ TINDAKAN KEPERAWATAN & NAMA & TTD PERAWAT
WAKTU EVALUASI
13/03/2023
09:30 Mengatur tetesan infus
Hasil : tetesan infus lancar 33 tpm
Sr. E
10:00 Melibatkan keluarga untuk memberi
asupan makan dan minum yang
adekut
Hasil : pasien dan keluarga menegerti
Berdasarkan data yang kami peroleh di RS Hermina Pasteur untuk pasien dengan
penyakit Gastroenteritis Akut data 3 bulan terkahir periode bulan desember 2022
hingga februari 2023 cukup tinggi kasus. Banyaknya kasus gastroeneteritis akut
disebabkan karena kurangnya kebersihan personal hygiene yang dapat
menyebabkan mikrooganisme kuman, bakteri, virus bersarang, salah satunya pada
kebersihan tangan yang tidak terjaga.
Dengan mengangkat kasus ini perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan
dengan aman dan efektif pada pasien gastroenteritis akut sesuai kebutuhan pasien,
diantara nya :
1. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gastroenteritis
akut sesuai kondisi pasien dan teori.
2. Memahami dan mampu mengaplikasikan pengkajian kebutuhan dan
masalah keperawatan pada pasien dengan gastroenteritis akut.
3. Memahami dan mampu mengaplikasikan rencana keperawatan dan
implementasi keperawatan pada pasien dengan gastroenteritis akut
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dibuat maka penulis mengajukan beberapa
saran perkembangan yaitu :
1. Untuk Perawat
Agar perawat lebih professional, teliti, dan lebih cepat tanggap serta mampu
berfikir kritis dalam perawatan pada pasien gastroenteritis akut.
2. Untuk Rumah Sakit
Diharapkan agar lebih meningkatkan sarana dan prasaran untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan, serta perawatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, L.Z. 2015. Tatalaksana Diare Akut. Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC
Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta:
Mediaction
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriteria Hasil. Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI
Data dari rumah sakit hermina Pasteur untuk data PAK dan rekam medis
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T USIA 28 TAHUN
DENGAN GASTROENTERITIS AKUT
DI RUANG LANTAI 4
RS HERMINA PASTEUR
Ermaliana Ayundari
007201212
LATAR BELAKANG
• Gastroentrtis akut (GEA) adalah buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi
feses yang lebih lembek atau cair (Dennis, 2016).
ANATOMI FISIOLOGI
SISTEM
PENCERNAAN
ETIOLOGI
• Faktor infeksi
• Faktor malabsorbsi makanan
• Faktor keracunan makanan
KLASIFIKASI
DIARE AKUT
DIARE KRONIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Analisis feses
• Pemeriksaan darah lengkap
• Pemeriksaan Alergi
PATHWAY
DEHIDRASI SYOK
HIPOVOLEMIK
HIPOKALEMIA MALNUTRISI
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses perawatan yang menyangkut data yang komprehensif dan valid akan
menentukan penetapam diagnoss keperawatan dengan tepat.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan pasien baik yang
berlangsung aktual dan potensial (PPNI, 2017).
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Merupakan segala tindakan yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (hasil) yang diharapkan (PPNI, 2018)
4. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, pada tahap ini perawat membandingkan status kesehatan pasien
dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah di tetatpkan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. T
PEMBAHASAN
1. PENGKAJIAN
Pada tahap ini penulis melakukan assessment keperawatan untuk mendapatkan informasi dan kondisi
serta keluhan yang dialami pasien. Penulis tidak menemukan kesenjangan teori dalam tahapan
pengkajian karena kondisi dan keluhan pasien sesuai dengan teori.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada tahap ini penulis mendapatkan diagnosa keperawatan sesuai dengan kondisi pasien serta
fasilitas yang ada diruang perawatan.
Penulis tidak menemukan kesenjangan dalam tahapan ini.
PEMBAHASAN
3. PERENCANAAN
Pada tahap ini penulis melakukan dan melaksanakan rencana tindakan keperawatan mengacu pada intervensi
yang telah ada di buat sesuai teori, dan di terapkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien serta
fasilitas yang ada diruang perawatan. Penulis tidak menemukan kesenjangan dalam tahap ini.
4. PENATALAKSANAAN
Pada tahap ini penulis melakukan penatalaksanaan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dan sudah melakukan kolaborasi dengan DPJP.
5. EVALUASI
Evaluasi yang digunakan adalah evaluasi formatif dan sumatif. Sehingga sudah sesuai antara diteori dan
lapangan
TERIMAKASIH