Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

W DENGAN POST OPERASI SECTIO


CAESARIA ATAS INDIKASI KETUBAN PECAH DINI (KPD) DI RUANG
TERATAI 1 RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

Tgl/Jam MRS : 15 Desember 2018/ jam 10:37 WIB


Tanggal/Jam Pengkajian : 17 Desember 2018/ jam 10:30 WIB
Metode Pengkajian : Wawancara dan pemeriksaan fisik
Diagnosa Medis : Post Operasi Sectio Caesaria Hari ke 0 Atas Indikasi
Ketuban Pecah Dini
No. Registrasi : 00232230

I. KASUS ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Nama : Ny. W
b. TTL : Karanganyar, 16 Oktober 1988
c. Umur : 30 tahun
d. Pendidikan : S1
e. Alamat : Manggis 1/10 Lalung Karanganyar
f. Agama : Islam
g. Pekerjaan : Guru
h. Suku bangsa : Jawa
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan merasa nyeri pada perut bagian bawah bekas luka
operasi dan merasa kedinginan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tanggal 15 Desember 2018 pasien mengeluh perut terasa
kencang dan keluar cairan pada jalan lahir sejal pukul 03.00 WIB,
sehingga pada pukul 10.37 WIB pasien dibawa oleh keluarga ke PONEK
RSUD Kabupaten Karanganyar dengan kesadaran Compos Mentis.
Pasien dipasang infus pada tangan kanan dengan cairan RL 20 tpm.
Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata masih belum ada pembukaan.
Kemudian pasien dibawa ke Ruang Besalin RSUD Kabupaten
Karanganyar. Selama di observasi di Ruang Bersalin, proses kemajuan

1
persalinan pasien sangat lama dengan air ketuban terus merembes.
Hingga pada tanggal 17 Desember 2018 pasien baru menunjukkan
pembukaan 5. Setelah dilakukan observasi di Ruang Besalin selama lebih
dari 24 jam, kemudian dokter menganjurkan untuk dilakukan Sectio
Caesaria (SC), sebelumnya pasien dipasang kateter urine terlebih dahulu.
Sehingga pada tanggal 17 Desember 2018 pukul 09.00 WIB pasien
dibawa ke ruang IBS dan dilakukan SC. Pada pukul 10.00 pasien datang
dari IBS menuju ruang Teratai 1 dengan kesadaran Compos Mentis,
terpasang kateter dengan jumlah urine 200 cc, terpasang infus pada
tangan sebelah kanan dengan cairan infus Tutofusin 400 cc dengan
kecepatan 20 tpm. Pada saat pengkajian TD = 110/80 mmHg, suhu
35,9°C, nadi 92x/menit teraba lemah, RR = 24x/menit, TFU = setinggi
pusat, uterus = teraba keras, PPV = 5 cc. Pasien mengeluh nyeri bekas
luka operasi pada perut bagian bawah, tampak menggigil dan merasa
kedinginan.
4. Riwayat Masa Lampau
Pasien mengatakan bahwa ini adalah kehamilan dan persalinan
yang pertama (G1P0A0), usia perkawinan 4 tahun, tidak pernah ber KB
sebelumnya. Pasien tidak pernah memiliki rwayat hipertensi, diabetes,
maupun penyakit lainnya. Pasien juga idak pernah mengalami masalah
ginekologi sebelumnya seperti infeksi pada genitalia, kanker, gangguan
pada payudara, dan infertilitas. Pada trimester pertama pasien
mengatakan hanya mengalami mual dan muntah biasa dan tidak pernah
mengalami perdarahan, pada trimester kedua pasien merasa kadang-
kadang pusing, dan mulai sakit pinggang dan tidak pernah mengalami
perdarahan, pada trimester ketiga pasien sering sakit pinggang apalagi
saat mau tidur dan sering buang air kecil serta pasien mengatakan tidak
pernah mengalami perdarahan. Pasien melakukan ANC di bidan dan
puskesmas banyak 12 kali. Pasien mendapatkan imunisasi TT sebanyak
3 kali. Berdasarkan hasil USG menunjukkan bahawa janin tunggal,
presentasi kepala, DJJ (+) dengan taksiran berat janin 2800 gram, usia
kehamilan 39 minggu.
5. Riwayat Keluarga
Pasien mengatakan ibu pasien memiliki penyakit diabetes.
2
Genogram :

Keterangan :
: Perempuan : Meninggal : Tinggal Serumah

: Laki-laki : Pasien : Hubungan keluarga

6. Riwayat Sosial
Pasien tinggal bersama suami dan ibu kandung pasien. Selama
hamil hingga melahirkan pasien selalu ditemani dan dirawat oleh ibu dan
suami pasien. Hubungan antara anggota keluarga sanagt baik, ada
komunikasi antar anggota keluarga. Saat dirawat di RS anggota keluarga
bergantian untuk menjaga pasien. Keseharian pasien bekerja sebagai
guru, sehingga kegiatan pasien dari pagi hingga siang dihabiskan di
sekolahan.
7. Keadaan Kesehatan Saat Ini (dari rumah sampai saat dikaji)
a. Diagnosa medis
Post operasi SC hari ke 0 atas indikasi KPD
b. Tindakan operasi
Sectio caesaria (SC)
c. Obat-obatan
Hari/Tgl Jenis Terapi Dosis Golongan & Fungsi
Kandungan
Senin, Infus Tutofusin 20 tpm Golongan : Memenuhi
17 Des Cairan kristaloid kebutuhan air dan
2018 Kandungan : elektrolit selama
- Sorbitol = 50 g masa praoperasi

3
- NaCl = 3,623 g dan pascaoperasi,
- KCl = 1,342 g pada keadaan
- CaCl2 = 0,294 g dehidrasi isotonik
- MgCl2 = 0,610 g dan kehilangan
- Na Acetate = 5,171 g cairan intraselular
serta memenuhi
kebutuhan
karbohidrat secara
parsial.
Infus Asering 20 tpm Golongan : Terapi cairan
Cairan kristaloid pengganti untuk
Kandungan : kondisi kehilangan
- Na 130 meq cairan secara akut
- K 4 meq dan sebagai
- Cl 109 meq suplemen glukosa
- Ca 3 meq
- Acetate 28 meq
- Anhydrous dextrose
50 gr
Injeksi 1 gr/12 Golongan : Menghentikan
Cefotaxime jam Antibiotik pertumbuhan
Kandungan : bakteri
Cefotaxime
Injeksi 50 Golongan : Untuk mengurangi
Ranitidine mg/12 Antihistamin produksi asam
jam Kandungan : lambung sehingga
Ranitidine dapat mengurangi
rasa nyeri uluhati
akibat ulkus atau
tukak lambung,
dan masalah asam
lambung tinggi
lainnya
Injeksi 30 Golongan : Mengatasi nyeri
Ketorolac mg/8 Nonsteroidal anti- sedang hingga
jam inflammatory drug nyeri berat
(NSAID)
Kandungan :
Ketorolac
Peroral 500 Golongan : Antibiotik Untuk menangani
Ciprofloxacim mg Kandungan : berbagai jenis
Ciprofloxacim infeksi akibat
bakteri
Peroral Asam 500 Golongan : Analgesik Untuk mengobati
Mefenamat mg Kandungan : rasa sakit ringan
Asam Mefenamat hingga sedang
Peroral Livron Golongan : Vitamin dan Anemia makrositik
B-Plex mineral hiperkromik
Kandungan :

4
- Vitamin B1 HCl 15
mg
- Vitamin B2 0,25 mg
- Vitamin B6 HCl 0,25
mg
- Vitamin B12 500
mcg
- Vitamin C 12,5 mg
- Kalsium pantotenat
1,5 mg
- Nikotinamida 10 mg
- Asam folat 0,5 mg
- Besi (II) glukonat 7,5
mg
- Tembaga sulfat 0,65
mg
- Substansi hati
kering 100 mg
- Aroma q.s
Peroral Vit A 200.00 Golongan : Mencegah dan
0 iu Vitamin mengobati
Kandungan : defisiensi vitamin A
Vitamin A

d. Tindakan keperawatan
1) Monitor vital sign
2) Rehidrasi
3) Injeksi
4) Perawatan DC
5) Pemantauan cairan infus
6) Balance cairan
7) Vulva hygiene
e. Hasil laboratorium
Tanggal Pemeriksaan : 15 Desember 2018 (11:22)
Jenis Pemeriksaan Nilai Satuan Hasil Keterangan
Normal Hasil
Hematologi
Hemoglobin 12,3-15,3 g/dl 13,2
Hematokrit 35-47 % 40,2
Leukosit 4,4-11,3 ribu/ul 11,54 H
Trombosit 154-386 juta/ul 331
Eritrosit 4,1-5,1 mil/ul 4,55
MPV 6,5-12,00 fl 8,2

5
PDW 9,0-17,0 16,3

Index
MCV 82,0-92,0 fl 88,5
MCH 28-33 pg 29,1
MCHC 32,0-37,0 % 32,9
Hitung Jenis
Neutrofil% 50,0-70,0 % 80,4 H
Limfosit% 25,0-40,0 % 14,4 L
Monosit% 3,0-9,0 % 4,1
Eosinofil% 0,5-5,0 % 0,8
Basofil% 0,0-1,0 % 0,3
Neutrofil# 2,00-7,00 10^3/uL 9,27 H
Limfosit# 1,25-4,0 10^3/uL 1,67
Monosit# 0,30-1,00 10^3/uL 0,47
Eosinofil# 0,02-0,50 10^3/uL 0,10
Basofil# 0,0-10,0 10^3/uL 0,03
RDW 11-16 % 14,3
RDW-SD fL 53,3
Golongan Darah O
Gula Darah
Glukosa Dasar 70-150 mg/100ml 123
Sewaktu
Imuno-Serologi
HbsAg Non Non
Reaktif Reaktif
HIV Non Non
Reaktif Reaktif
Analisa
Protein Negatif Negatif

f. Hasil rontgen (Tidak ada)


g. Data tambahan (Tidak ada)
8. Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien megatakan apabila pasien sakit maka akan segera diobati
dengan cara berobat ke Puskesmas atau ke dokter praktik. Selama
hamil pasien selalu memeriksakan kandungannya ke bidan dan
puskesmas.
b. Pola aktivitas dan latihan (kegiatan sehari-hari)
Di rumah : Pasien mengatakan aktivitas sehari-hari mengajar.
Di RS : Pasien hanya berada ditempat tidur. Aktivitas
pasien dibantu oleh keluarga dan perawat.

6
c. Pola istirahat dan tidur
Di rumah : Pasien mengatakan selama di rumah pasien tidur
malam ±6-7 jam, dan kadang tidur siang,
kebiasaan sebelum tidur tidak ada.
Di RS :
1) Kualitas dan kuantitas tidur
Pasien mengatakan selama sakit dan dirawat di rumah sakit
(Ruang Bersalin) sebelum melahirkan tidur tidak nyenyak.
2) Gangguan tidur
Pasien mengatakan susah tidur karena perut sering kencang-
kencang.
d. Pola nutrisi metabolik
1) Pengkajian nutrisi (ABCD)
A (Antropometri)
BB : 72 kg
BB sebelum hamil : 60 kg
TB: 155 cm
B (Biomechanical)
Hemoglobin (N) : 13,2 g/dl
Hematokrit (N) : 40,2 %
C (Clinical Sign)
Keadaan umum cukup baik, kesadaran compos mentis,
konjungtiva tidak anemis, turgor kulit baik (kembali <2 detik).
Tidak terdapat stomatitis, tidak terdapat kejang maupun
lemah otot, tidak terdapat gondok pada kelenjar endokrin.
D (Diet)
Diet nasi biasa (TKTP).
2) Pola Nutrisi
Di rumah :
a) Frekuensi
Makan 2-3x/hari. Minum ± 7 gelas air putih/hari, minum teh
kadang-kadang.
7
b) Jenis
Nasi, ikan, ayam, tahu, tempe, mie instan kadang-kadang.
c) Porsi
Porsi sedang
d) Keluhan
Tidak ada
Di RS :
a) Frekuensi dan porsi
Makan 3x/hari dan habis ¾ porsi.
Minum ± 6 gelas air putih/hari dan 1 gelas susu/hari.
b) Jenis
Makanan yang disediakan rumah sakit yaitu nasi, lauk,
buah-buahan, susu, sayur.
c) Keluhan
Tidak ada.
e. Pola Eliminasi
1) BAB
Di rumah :
a) Frekuensi BAB : 1x/hari
b) Konsistensi : Lunak
c) Warna : Normal/Jernih
d) Keluhan/kesulitan BAB : Tidak ada
e) Penggunaan obat pencahar : Tidak ada
Di RS :
a) Frekuensi BAB : Selama di rumah sakit sudah
BAB 1 kali.
b) Konsistensi : Lunak
c) Warna : Normal
d) Keluhan/Kesulitan BAB : Tidak ada
e) Penggunaan obat pencahar : Tidak ada
2) BAK
Di rumah :
a) Frekuensi BAK : 8-9x/hari
b) Jumlah Urine : ±1000cc/hari
8
c) Warna : Kekuningan
d) Keluhan/kesulitan BAK : Tidak ada
Di RS :
a) Frekuensi BAK : Terpasang kateter
b) Jumlah Urine : ± 1500 cc/hari
c) Warna : Kekuningan
d) Keluhan/Kesulitan BAK : Tidak ada
e) Lainnya : Tidak ada.
ANALISIS KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN/HARI
Intake Output Analisis
Minuman = 1600 cc Urine = 1500 cc Intake = 3.520 cc
Makanan = 400 cc Feses = - cc Output = 2.580 cc
Infus = 1500 cc IWL = 1080 cc
Injeksi = 20 cc
Total 3.520 cc Total 2.580 cc Balance + 940 cc

f. Pola kognitif dan perceptual


1) Nyeri (kualitas, intensitas, durasi, skala, cara mengurangi nyeri) :
P = Bekas luka operasi
Q = Seperti disayat-sayat
R = Perut bagian bawah
S = Skala 4 (Sedang)
T = Terus-menerus
2) Fungsi panca indera (penglihatan, pendengaran, pengecapan,
penghidu, perasa) :
Fungsi penglihatan, pendengaran, pengecapan, penghidu dan
perasa pasien dapat berfungsi secara normal.
3) Kemampuan bicara :
Pasien dapat berkomunikasi dengan perawat, keluarga maupun
orang lain dengan baik.
4) Kemampuan membaca :
Tidak ada masalah dalam kemampuan membaca.
g. Pola konsep diri
1) Harga diri :

9
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga dan orang-orang
disekitar lingkungan pasien baik.
2) Ideal diri :
Pasien mengatakan ingin segera pulang agar dapat kembali
kerumah berkumpul bersama anak dan keluarga.
3) Identitas diri :
Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang wanita yang
sudah mempunyai anak.
4) Gambaran diri :
Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai.
5) Peran :
Pasien mengatakan bahwa dirinya adalah ibu yang harus
mengurus anak dan rumah tangga.
h. Pola koping
1) Masalah utama selama masuk RS (keuangan, dll) :
Pasien masih merasa nyeri bekas luka operasi. Biaya RS
ditanggung oleh jaminan kesehatan yang dimiliki pasien.
2) Kehilangan/perubahan yang terjadi selama di RS :
Pasien mengatakan tidak dapat beraktivitas selama berada di
RS. Dan sekarang pasien menjadi seorang Ibu karena sudah
memiliki anak.
3) Pandangan terhadap masa depan :
Pasien ingin segera pulang dan sembuh agar dapat kembali
berkumpul bersama anak dan keluarga.
4) Koping mekanisme yang digunakan saat terjadinya masalah :
Pasien biasanya mencoba menyelesaikan masalahnya dengan
berkomunikasi dengan suami dan ibu pasien.
i. Pola seksual-reproduksi
Pasien mengatakan tidak ada masalah terkait masalah seksual dan
reproduksi. Pasien menarche sejak usia 12 tahun, siklus 28 hari
(teratur), lama haid 3 hari dan HPHT : 15 Maret 2018. Pasien
sebelumnya tidak pernah ber KB.
j. Pola peran keluarga
1) Peran pasien dalam keluarga dan masyarakat :
10
Dalam keluarga pasien berperan sebagai ibu rumah tangga
sambil bekerja sebagai guru.
2) Apakah klien punya teman dekat :
Pasien memiliki teman dekat dilingkungan tempat tinggalnya.
3) Siapa yang dipercaya untuk membantu klien jika ada kesulitan :
Pasien biasanya dibantu oleh suaminya.
4) Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat? Bagaimana
keterlibatan klien :
Pasien kadang-kadang ikut dalam kegiatan masyarakat seperti
kegiatan keagamaan dan lain-lain.
k. Pola nilai dan kepercayaan
1) Agama
Pasien memeluk agama islam.
2) Ibadah
Selama dirawat di RS pasien tidak dapat beribadah.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
1) Kesadaran : Compos mentis
2) Tanda-tanda Vital :
a) Tekanan darah : 110/80 mmHg
b) Nadi
- Frekuensi : 92 kali/menit
- Irama : Teratur
- Kekuatan : Lemah
c) Pernafasan :
- Frekuensi : 24 kali/menit
- Irama : Teratur
d) Suhu : 35,9oC
b. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala
a) Bentuk dan ukuran kepala
Bentuk kepala simetris/mesochepal
b) Pertumbuhan rambut
Pertumbuhan rambut merata diseluruh kepala
11
c) Kulit kepala
Kulit kepala bersih, tidak ada lesi
2) Muka
a) Mata
- Kebersihan : Mata pasien bersih tidak ada
kotoran
- Fungsi penglihatan : Dapat melihat dengan jelas
- Palpebral : Kelopak mata normal, tidak ada lesi
ataupun pembengkakan
- Konjungtiva : Konjungtiva tidak anemis
- Sclera : Sclera non ikterik
- Pupil : Mengecil saat disinari
- Diameter ki/ka : Pupil isokor
- Reflek terhadap cahaya : Mengecil saat didekatkan
dengan cahaya
- Penggunaan alat bantu penglihatan :
Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
b) Hidung
- Fungsi penghidu : Pasien dapat mencium bau
- Secret : Tidak ada sekret yang keluar pada
hidung pasien
- Nyeri sinus : Tidak ada nyeri sinus
- Polip : Tidak terdapat polip pada saluran
pernapasan
- Napas cuping hidung : Tampak nafas cuping hidung
c) Mulut
- Kemampuan bicara : Pasien dapat diajak
berkomunikasi dengan baik
- Keadaan bibir : Tidak ada lesi
- Selaput mukosa : Lembab
- Warna lidah : Merah muda
- Keadaan gigi : Baik
- Bau nafas : Bau nafas normal
12
- Dahak : Tidak ada dahak/batuk

d) Gigi
- Jumlah : Gigi berjumlah 32 buah
- Kebersihan : Bersih
- Masalah : Ada gigi yang berlubang
e) Telinga
- Fungsi pendengaran : Pasien dapat mendengar
dengan jelas
- Bentuk : Simetris antara kanan dan
kiri
- Kebersihan : Bersih
- Serumen : Tidak ada serumen berlebih
- Nyeri telinga : Tidak ada nyeri telinga
3) Leher
a) Bentuk : Normal
b) Pembesaran tyroid : Tidak ada pembesaran tyroid
c) Kelenjar getah bening : Tidak ada pembengkakan kelenjar
getah bening
d) Nyeri waktu menelan : Tidak ada
e) JVP : Tidak ada tanda-tanda peningkatan
JVP
4) Dada (Thoraks)
a) Paru-paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, tidak
terdapat lesi
- Palpasi : Tidak teraba tonjolan, vocal vremitus
teraba diseluruh lapang paru
- Perkusi : Sonor disemua lapang paru
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler
b) Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba
- Perkusi : Tidak ada pembesaran pada jantung
13
- Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 tunggal

c) Abdomen
- Inspeksi : Tampak striae gravidarum, dan luka bekas
operasi pada perut bagian bawah
- Auskultasi : Bising usus 2-3x/menit
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : Uterus teraba keras, TFU = setinggi pusat,
tidak teraba benjolan, terdapat nyeri tekan
pada perut bagian kanan bawah.
d) Genitalia
Tidak terdapat masalah pada area genitalia pasien.
Terdapat PPV 5 cc, terpasang pempers.
e) Anus dan rektum
Tidak ada masalah.
f) Ektremitas
- Atas
 Kekuatan otot kanan dan kiri : Normal
 ROM kanan dan kiri : ROM aktif, pasien
dapat menggerakkan
tanpa bantuan
perawat
 Perubahan bentuk tulang : Tidak ada
 Pergerakan sendi bahu : Normal
 Perabaan akral : Dingin
 Pitting edema : Kembali <2 detik
 Terpasang infus : Pada tangan kanan
terpasang infus
dengan cairan
Tutofusin 20 tpm
- Bawah
 Kekuatan otot kanan dan kiri : Tidak dapat bergerak
 ROM kanan dan kiri : Tidak dapat bergerak

14
 Perubahan bentuk tulang : Tidak ada
 Varises : Tidak terdapat varises
 Perubahan Akral : Akral teraba dingin
 Pitting edema : Tidak ada
g) Integumen
Kulit teraba dingin, terdapat luka post operasi pada bagian
bawah abdomen.
10. Informasi Lain (Tidak ada)

B. ANALISA DATA
Nama : Ny. W No.CM : 00232230
Umur : 30 tahun Dx.Medis : Post Op. SC Hr.0 a/i KPD
No Hari/Tgl Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa
/Jam Kep.
Senin, DS : Nyeri akut Agen Nyeri akut
1. 17 Des - Pasien mengeluh nyeri cedera fisik berhubungan
2018/ pada perut bagian bawah dengan agen
10.30 bekas luka operasi cedera fisik
WIB - Pengkajian nyeri (P = bekas
luka operasi, Q = seperti
tersayat, R = perut bagian
bawah, S = 4/sedang, T =
terus menerus)
DO :
- Pasien tampak meringis
- Frekuensi nadi =
102x/menit
- RR = 24 x/menit

Senin, DS : Termoregulasi Dehidrasi Termoregu-


2. 17 Des - Pasien mengatakan tidak efektif lasi tidak
2018/ kedinginan efektif
10.30 DO : berhubungan
WIB - Kulit teraba dingin dengan
- Pasien tampak menggigil dehidrasi
- TD = 110/80 mmHg
- Suhu = 35,9°C
- RR = 24x/menit
- Nadi = 92x/menit

15
- Kulit tampak pucat

3. Senin, DS : Risiko infeksi Efek Risiko infeksi


17 Des - Pasien mengatakan prosedur berhubungan
2018/ terdapat luka bekas operasi invasif dengan efek
10.30 pada perut bagian bawah prosedur
WIB DO : invasif
- Tampak luka bekas operasi
SC pada perut bagian
bawah Hr ke 0
- Luka tertutup dengan kassa
dan hipafix
- Leukosit ↑= 11,54 u/L

C. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisk
2. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan dehidrasi
3. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Ny. W No.CM : 00232230
Umur : 30 tahun Dx.Medis : Post Op. SC Hr.0 a/i KPD
No Hari/Tgl Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC) Ttd
/Jam Keperawatan Hasil (NOC)
1. Senin, Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Lakukan penilaian
17 Des berhubungan perawatan selama terhadap nyeri, lokasi,
2018/ dengan agen 3x24 jam nyeri pasien karakteristik dan faktor-
10.35 cedera fisik berkurang dengan faktor yang dapat
WIB kriteria hasil : menambah nyeri
1. Menggunakan 2. Amati isyarat non verbal
skala nyeri untuk tentang nyeri
mengidentifikasi 3. Fasilitasi lingkungan
tingkat nyeri yang nyaman
menjadi 1-3 4. Kolaborasi pemberian
(ringan) analgetik
2. Pasien 5. Bantu pasien
mengatakan nyeri menemukan posisi
berkurang nyaman

16
3. Pasien mampu 6. Ajarkan penggunaan
istirahan/tidur teknik non farmakologi
dengan tenang (misal: relaksasi,
4. Mampu distraksi, massage,
menggunakan guidet imagery)
teknik non 7. Monitor vital sign
farmakologi sebelum dan sesudah
mininal dapat pemberian analgesik
mengaplikasikan
teknik nafas dalam
5. Frekuensi nadi
dalam batas
normal (60-
100x/menit)
6. TD dalam batas
normal (TD = 130-
100/90-70 mmHg)
7. Frekuensi nafas =
12-20x/menit)

2. Senin, Termoregulasi Setelah dilakukan 1. Pantau warna dan suhu


17 Des tidak efektif perawatan selama kulit
2018/ berhubungan 3x24 jam
2. Tingkatkan
10.35 dengan termoregulasi pasien
WIB dehidrasi efektif dengan kriteria keadekuatan masukan
hasil : cairan dan nutrisi
1. Kulit normal dan
3. Pantau cairan infus
teraba hangat
2. Suhu tubuh dalam 4. Berikan pasien selimut
batas normal 5. Monitoring suhu tubuh
(36,5-37,5°C)
6. Memonitoring TD,
3. TD dalam batas
normal (TD = 130- frekuensi nadi dan
100/90-70 mmHg) frekuensi pernafasan
4. Frekuensi nadi pasien
dalam batas
normal (60- 7. Jaga lingkungan agar
100x/menit) tetap hangat
5. Frekuensi nafas
dalam batas
normal (12-
20x/menit)

17
6. Pasien tidak
menggigil
3. Senin, Risiko infeksi Setelah dilakukan 1. Monitoring adanya
17 Des berhubungan perawatan selama tanda gejala infeksi
2018/ dengan efek 3x24 jam tidak berupa kalor, dolor,
10.35 prosedur ditemukan tanda rubor, tumor dan
WIB invasif gejala infeksi pada fungsio laesa
pasien dengan 2. Melakukan perawatan
kriteria hasil : luka dengan prinsip
1. Tidak ada tanda steril
infeksi seperti 3. Kolaborasi pemberian
dolor, kalor, rubor, antibiotik
tumor, fungsio 4. Jaga lingkungan agar
laesa. tetap bersih
2. Suhu tubuh dalam 5. Batasi pengunjung
batas normal 6. Ajarkan cuci tangan 6
(36,5-37,5°C) langkah
3. Angka leukosit 7. Cuci tangan setiap
dalam batas sebelum dan sesudah
normal (4,4-11,3 melakukan tindakan
u/L) keperawatan/medis
8. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelingung
9. Dorong masukan nutrisi
dan cairan yang cukup
10. Monitor suhu tubuh
11. Monitor angka leukosit

18
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. W No.CM : 00232230
Umur : 30 tahun Dx.Medis : Post Op. SC Hr.0 a/i KPD
Hari/Tgl No. Implementasi Respon Ttd
Dx
Senin, 1 1. Melakukan pengkajian nyeri S:
17 Des dengan metode PQRTS (10.45) - P = bekas luka operasi
2018 - Q = seperti tersayat
- R = perut bagian bawah
- S = 4 (sedang)
- T = terus menerus
O:-
2. Mengamati isyarat non verbal S:-
tentang nyeri (10.47) O:
Pasien kadang tampak
meringis
3. Membantu pasien menemukan S:
posisi nyaman (10.48) Pasien mengatakan lebih
nyaman dengan posisi
setengah duduk
O:
Pasien tampak rileks
dengan posisi semi fowler
4. Mengajarkan penggunaan teknik S :
non farmakologi relaksasi nafas Pasien mengatakan lebih
dalam (10.50) nyaman setelah
melakukan teknik nafas
dalam
O:
Pasien mampu
mempraktikkan teknik
nafas dalam dengan benar
2 1. Memantau warna dan suhu kulit S :
dengan cara inspeksi dan palpasi Pasien mengatakan
kulit (10.55) kedinginan
O:

19
Kulit tampak pucat, dingin
dan menggigil
2. Memantau cairan infus dan S : -
kepatenan aliran infus (10.56) O:
Terpasang infus pada
tangan kanan dengan 400
cc cairan infus Tutofusin
dialirkan 20 tpm
3. Memberikan pasien selimut S : -
(10.57) O:
Pasien menggunakan
selimut
4. Monitoring suhu tubuh dengan S : -
termometer setiap 2 jam (10.58) O:
Suhu tubuh 35,9°C
5. Memonitoring TD dengan tensi S : -
meter, frekuensi nadi dan O :
frekuensi pernafasan pasien - TD = 110/80 mmHg
selama satu menit (11.00) - Frekuensi nadi =
92x/menit
- Frekuensi nafas =
24x/menit
6. Menjaga lingkungan agar tetap S:-
hangat degan cara mematika AC O:
dan menurut jendela, pintu dan AC dimatikan, jendela,
tirai (11.05) pintu dan tirai di tutup
3 1. Monitoring adanya tanda gejala S:-
infeksi berupa kalor, dolor, rubor, O:
tumor dan fungsio laesa (14.35) Tidak terdapat tanda
gejala infeksi berupa kalor,
dolor, rubor, tumor dan
fungsio laesa
2. Menganjurkan pasien, keluarga S:
dan pengunjung untuk bergantian Pasien dan keluarga
pada saat membesuk pasien mengatakan akan
diruangan (15.05) membatasi dan
menganjurkan pengunjung
untuk membesuk pasien
secara bergantian
O:
Pengunjung bergantian
membesuk pasien

20
3. Mengajarkan teknik cuci tangan 6 S : -
langkah keada pasien dan O:
keluarga pasien (15.10) Pasien mampu melakukan
cuci tangan 6 langkah
4. Melakukan cuci tangan setiap S:-
sebelum dan sesudah melakukan O :
tindakan keperawatan/medis Petugas melakukan cuci
(16.55) tangan setiap sebelum
dan sesudah melakukan
tindakan
keperawatan/medis
5. Menganjurkan pasien makan dan S :
minum yang cukup (16.53) Pasien mengatakan akan
makan dan minum yang
cukup
O:-
6. Monitoring suhu tubuh (16.54) S:-
O:
Suhu tubuh 35,9°C

Hari/Tgl No. Implementasi Respon Ttd


Dx
Selasa, 1 1. Melakukan pengkajian nyeri S:
18 Des dengan metode PQRTS (08.45) - P = bekas luka operasi
2018 - Q = seperti tersayat
- R = perut bagian bawah
- S = 3 (sedang)
- T = hilang timbul
O:-
2. Mengamati isyarat non verbal S:-
tentang nyeri (08.47) O:
Pasien tampak tenang
3. Membantu pasien menemukan S:
posisi nyaman (08.48) Pasien mengatakan lebih
nyaman dengan posisi
setengah duduk
O:
Pasien tampak rileks
dengan posisi semi fowler
4. Mengorientasikan kembali S:
penggunaan teknik non Pasien mengatakan lebih
farmakologi relaksasi nafas nyaman setelah
dalam (08.49)

21
melakukan teknik nafas
dalam
O:
Pasien mampu
mempraktikkan teknik
nafas dalam dengan benar
2 1. Memantau warna dan suhu kulit S :
dengan cara inspeksi dan palpasi Pasien mengatakan tidak
kulit (08.02) kedinginan
O:
Kulit tampak normal/tidak
pucat, dan teraba hangat
2. Memantau cairan infus dan S : -
kepatenan aliran infus (08.03) O:
Terpasang infus pada
tangan kanan dengan 300
cc cairan infus Tutofusin
dialirkan 20 tpm
3. Memberikan pasien selimut S : -
(08.04) O:
Pasien menggunakan
selimut
4. Monitoring suhu tubuh dengan S : -
termometer setiap 2 jam (08.05) O:
Suhu tubuh 36,5°C
5. Memonitoring TD dengan tensi S : -
meter, frekuensi nadi dan O :
frekuensi pernafasan pasien - TD = 120/90 mmHg
selama satu menit (08.07) - Frekuensi nadi =
82x/menit
- Frekuensi nafas =
20x/menit
6. Menjaga lingkungan agar tetap S : -
hangat degan cara menutup O :
jendela, pintu dan tirai (08.10) Jendela, pintu dan tirai di
tutup
3 1. Monitoring adanya tanda gejala S:-
infeksi berupa kalor, dolor, rubor, O :
tumor dan fungsio laesa (08.12) Tidak terdapat tanda
gejala infeksi berupa kalor,
dolor, rubor, tumor dan
fungsio laesa

22
2. Menjaga lingkungan agar tetap S :-
bersih dengan cara mengganti O:
pakaian dan mengganti seprai Pasien mengganti pakaian
tempat tidur pasien (08.14) yang baru dan seprai
diganti
3. Menganjurkan pasien, keluarga S:
dan pengunjung untuk bergantian Pasien dan keluarga
pada saat membesuk pasien mengatakan akan
diruangan (08.20) membatasi dan
menganjurkan pengunjung
untuk membesuk pasien
secara bergantian
O:
Pengunjung bergantian
membesuk pasien
4. Mengajarkan teknik cuci tangan 6 S : -
langkah keada pasien dan O:
keluarga pasien (08.22) Pasien mampu melakukan
cuci tangan 6 langkah
5. Melakukan cuci tangan setiap S:-
sebelum dan sesudah melakukan O :
tindakan keperawatan/medis Petugas melakukan cuci
(08.25) tangan setiap sebelum
dan sesudah melakukan
tindakan
keperawatan/medis
6. Menganjurkan pasien makan dan S :
minum yang cukup (08.27) Pasien mengatakan akan
makan dan minum yang
cukup
O:-
7. Monitoring suhu tubuh (08.28) S:-
O:
Suhu tubuh 36,5°C

23
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. W No.CM : 00232230
Umur : 30 tahun Dx.Medis : Post Op. SC Hr.0 a/i KPD
No. Hari/Tgl/Jam Evaluasi TTD
DX
1 Senin, 17 S:
Desember - Pasien mengatakan masih terasa nyeri pada perut
2018 bagian bawah bekas luka operasi
Jam 13.00 - Skala nyeri 4 (sedang)
- Pasien mengatakan istirahan/tidur kurang nayaman
karena nyeri
O:
- Pasien mampu mempraktikkan teknik non farmakologi
teknik nafas dalam dengan benar
- Frekuensi nadi 86x/menit
- TD dalam 120/90 mmHg
- Frekuensi nafas = 20x/menit
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Lakukan penilaian terhadap nyeri, lokasi, karakteristik
dan faktor-faktor yang dapat menambah nyeri
2. Amati isyarat non verbal tentang nyeri
3. Orientasikan kembali penggunaan teknik non
farmakologi teknik nafas dalam
4. Monitor vital sign

2 Jam 13.15 S:
- Pasien mengatakan tubuh terasa hangat
O:
- Kulit normal/tidak pucat dan teraba hangat
- Suhu tubuh = 36,1°C
- TD = 120/90 mmHg
- Frekuensi nadi = 86x/menit
- Frekuensi nafas = 20x/menit
- Pasien tidak menggigil

24
A : Masalah termoregulasi tidak efektif teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi :
1. Pantau warna dan suhu kulit
2. Pantau cairan infus
3. Berikan pasien selimut
4. Monitoring suhu tubuh
5. Monitoring TD, frekuensi nadi dan frekuensi
pernafasan pasien
6. Jaga lingkungan agar tetap hangat

3 Jam 13.30 S:-


O:
- Tidak ada tanda infeksi seperti dolor, kalor, rubor,
tumor, fungsio laesa.
- Suhu tubuh = 36,1°C
O:
A : Tidak terjadi risiko infeksi
P : Lanjutkan intervensi :
1. Monitoring adanya tanda gejala infeksi berupa kalor,
dolor, rubor, tumor dan fungsio laesa
2. Jaga lingkungan agar tetap bersih
3. Batasi pengunjung
4. Ajarkan cuci tangan 6 langkah
5. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan
tindakan keperawatan/medis
6. Dorong masukan nutrisi dan cairan yang cukup
7. Monitor suhu tubuh

No. Hari/Tgl/Jam Evaluasi TTD


DX
1 Selasa, 18 S:
Desember - Pasien nyeri berkurang
2018 - Skala nyeri 2 (ringan)
Jam 13.00 - Pasien mengatakan dapat istirahat/tidur dengan
nyenyak
O:
-Pasien mampu mempraktikkan teknik non farmakologi
teknik nafas dalam dengan benar
- Frekuensi nadi 82x/menit
- TD dalam 130/80 mmHg
- Frekuensi nafas = 18x/menit
A : Masalah nyeri akut teratasi

25
P : Lanjutkan intervensi (Didelegasikan kepada perawat lain)
: Kolaborasi pemberian analgesik

2 Jam 13.15 S:
- Pasien mengatakan tubuh terasa hangat
O:
- Kulit normal/tidak pucat dan teraba hangat
- Suhu tubuh = 36,6°C
- TD = 130/80 mmHg
- Frekuensi nadi = 82x/menit
- Frekuensi nafas = 18x/menit
- Pasien tidak menggigil
A : Masalah termoregulasi tidak efektif teratasi
P : Intervensi dihentikan

3 Jam 13.30 S:-


O:
- Tidak ada tanda infeksi seperti dolor, kalor, rubor,
tumor, fungsio laesa.
- Suhu tubuh = 36,6°C
O:
A : Tidak terjadi risiko infeksi
P : Lanjutkan intervensi (Didelegasikan kepada perawat :
Medikasi luka

II. PEMBAHASAN (berdasarkan tinjauan teori/EBP)


Selama saya melakukan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post
operasi SC di ruang Tearai 1 RSUD Kabupaten Karanganyar pada tanggal 17
Desember 2018 sampai dengan 18 Desember 2018 ada beberapa hal yang dapat
dibahas. Asuhan keperawatan hanya dilakukan selama 2 hari dikarenakan
masalah sudah teratasi selama 2 hari diberikan asuhan. Dalam penerapan
asuhan keperawatan tersebut saya telah berusaha mencoba
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi SC
sesuai dengan teori-teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas asuhan
keperawatan yang diberikan dan sejauh mana keberhasilan yang dicapai, akan
diuraikan sesuai dengan tahap-tahap proses keperawatan di mulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam pengumpulan data
tentang pasien (Carpenito & Moyet, 2017). Dalam melakukan pengkajian

26
pada pasien data di dapatkan dari pasien langsung, beserta keluarga, catatan
medis serta tenaga kesehatan lainnya.
a. Keluhan utama
Pada tinajauan teori dengan tinajauan kasus tidak terdapat perbedaan,
karena pasien post operasi sering kali keluhan utama yang dirasakan
adalah nyeri, begitu pula pada kasus pasien post SC juga mengeluh nyeri.

b. Riwayat penyakit sekarang


Dalam tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan
pada saat dilakukan pengkajian. Pada tinjauan teori biasanya pasien
mengeluh kencang-kencang disertai dengan ketuban pecah sebelum
waktunya. Jika tidak ada kemajuan pasien dianjurkan untuk SC. Begitu
pula riwayat penyakit sekarang yang terjadi pada Ny. W sehingga pasien
harus dilakukan SC.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada teoritis dan pada kasus sama karena pemeriksaan
fisik penting untuk menentukan keadaan pasien.
Pemeriksaan fisik pada teori mengacu pada pemeriksaan pola
fungsional menurut gordon, pemeriksaan keadaan umum, tingkat
kesadaran serta TTV. Pada kasus saya juga melakukan
pemeriksaan pola fungsional menurut
gordon, pemeriksaan kesadaran, keadaan umum, serta pemeriksaan
TTV.

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul juga tidak ada perbedaan dengan teori.
Adapun diagnosa keperawatan yang saya angkat pada kasus ini yaitu :
1. Nyeri akut
Nyeri pasca operasi merupakan satu dari masalah-masalah
keluhan pasien tersering di rumah sakit. Menurut teori teknik relaksasi
yang digunakan dalam mengatasi nyeri post operasi adalah dengan
latihan nafas dalam. Menurut Agung (2013), ada pengaruh signifikan pada
pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat nyeri pada pasien
post operasi dengan anestesi umum di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Hasil penelitiannya menunjukan bahwa teknik relaksasi napas dalam ini
mampu dilakukan oleh seluruh responden (100%), sebagian besar tingkat
nyeri yang dirasakan responden sebelum diberikan teknik relaksasi nafas
dalam adalah skala 6 atau nyeri sedang dan setelah diberikan teknik
relaksasi nafas dalam menjadi skala 3 atau nyeri ringan. Hal ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri (2017) yang
menyatakan bahwa teknik relaksasi nafas dalam mampu menurunkan
intensitas nyeri pada pasien post operasi section caesarea dengan jumlah
ibu post section caesaria sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam

27
yang mengalami nyeri ringan sebanyak empat dengan skala tiga dan
responden yang mengalami nyeri sedang satu dengan skala enam. Hasil
dari lima responden sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam yang
mengalami nyeri ringan sebanyak empat dengan skala dua dan responden
yang mengalami nyeri sedang satu dengan skala empat.
Hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nyeri pasien
post sectio caesarea adalah nyeri dengan skala ringan sampai sedang
yaitu skala 1-6 diukur menggunakan numeric ratting scale (NRS).
Tindakan keperawatan post operasi sectio caesarea dengan
penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan berupa teknik relaksasi nafas
dalam yang merupakan penatalaksanaan secara non farmakologi.
Manfaat relaksasi nafas dalam yaitu mendapatkan perasaan yang tenang
dan nyaman, mengurangi rasa nyeri, melemaskan otot untuk menurunkan
ketegangan dan kejenuhan yang biasanya menyertai nyeri, mengurangi
kecemasan yang memperburuk persepsi nyeri dan relaksasi napas dalam
mempunyai efek distraksi atau pengalihan perhatian (Kushariyadi, 2011).
Menurut Monahan, F.D., Neighbors, M., Sands, J.K., Marek, J.F., & Green,
C.J., (2007) dalam Kosasih (2015) terapi relaksasi efektif dapat
menurunkan nyeri kronis dan nyeri operasi.
Pemberian teknik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu
model terapi yang dapat digunakan untuk menurunkan intensitas nyeri.
Pada kenyataanya dalam melakukan implementasi dilapangan dengan
menggunakan teknik relaksasi nafas dalam juga dapat menurunkan rasa
nyeri yang dirasakan pada pasien Ny. W.
2. Termoregulasi tidak efektif
Temperatur di kamar operasi dipertahankan pada suhu standar
kamar operasi dan kelembapannya diatur untuk mengahmabat
pertumbuhan bakteri. Pasien biasanya merasa kedinginan di kamar
operasi jika tidak diberikan selimut yang sesuai. Kehilangan panas pada
pasien berasal dari kulit dan daerah yang terbuka untuk dilakukan operasi.
Ketika jaringan tidak tertutup kulit akan terekspose oleh udara, sehingga
terjadi kehiilangan panas akan berlebihan. Pasien harus dijaga sehangat
mungkin untuk meminimalkan kehilangan panas tanpa menyebabkan
vasodilatasi yang justru menyebabkan bertambahnya perdarahan. Selain
itu dehidrasi akibat kehilangan darah pada saat intraoperatif juga dapat
menimbulkan terjadinya gangguan termoregulasi, sering kali pasien
menggigil pasca operasi.
Selain itu pasien post operasi tentunya rentan mengalami
kehilangan darah yang menyebabkan pasien kekurangan cairan, hal
tersebut juga dapat membuat termoregulasi pasien menjadi tidak efektif.
Pada kasus, Ny. W juga mengalami hal serupa, yakni merasa kedinginan
dan menggigil, di dukung dengan data suhu tubuh pasien menunjukkan
suhu 35,9°C, sehingga saya memunculkan diagnosa termoregulasi tidak
efektif.

28
3. Risiko infeksi
Pada pasien post operasi secara teori tentu memiki risiko tinggi
terkena infeksi, karena proses pembedahan atau insisi merupakan
tindakan membuka bagian tubuh sehingga membuka pintu masuk kuman.
Sehingga pada kasus saya juga memunculkan diagnosa risiko infeksi, di
dukung dengan data hasil laboratorium angka leukosit pasien tinggi yakni
11,54 ribu/ul.

C. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik
yang
diharapkan dari pasien dan tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Intervensi
keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil
pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan (Doenges, 2010).
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien berdasar
kan prioritas masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada
teori dapat
ditegakkan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan
kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan pasien.

D. Implementasi
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan
melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata, dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien post sectio caesaria, hal ini tidaklah
mudah. Terlebih dahulu saya
mengatur strategi agar tindakan keperawatan
dapat terlaksana, yang dimulai dengan melakukan pendekatan pada kli
en agar
nantinya klien mau melaksanakan apa yang perawat anjurkan, sehingg
a seluruh
rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan masal
ah yang dihadapi klien.
Dalam melakukan rencana tindakan, saya tidak menemukan
kesulitan yang berarti, hal ini disebabkan karena adanya faktor
perencanaan yang baik dan sistematik sehingga memudahkan untuk
melakukan tindakan keperawatan,
pendekatan yang dilakukan pada klien dan keluarga dengan baik sehin
gga
klien merasa percaya pada kelompok dan mudah dalam pemberian ser
ta pelaksanaan tindakan keperawatan,
adanya kerja sama yang baik dengan petugas ruangan, sehingga saya
mendapat bantuan dalam melalaksanakan tindakan keperawatan.

29
E. Evaluasi
Dari 3
diagnosa keperawatan yang ditegakkan sesuai dengan apa yang saya
temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan
keperawatan, kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih
baik dan optimal. Saya
tidak dapat melihat perkembangan selama 3 hari berturut-turut karena
pada hari kedua masalah pasien sudah teratasi.
Pada diagnosa 1 yaitu nyeri dianggap masalah sudah teratasi karena nyeri
klien sudah berkurang. Pada diagnosa 2 yaitu termoregulasi tidak efektif
dianggap sudah teratasi karena suhu tubuh pasien dalam batas normal dan
pasien tidak merasa kedinginan. Pada diagnosa 3 yaitu resiko infeksi
diangaap masalah sudah teratasi karena tidak ada tampak tanda-tanda
infeksi.

III. DAFTAR PUSTAKA


Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1&2. Yogyakarta :
Mediaction.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta : Dewan Pengurus
Pusat.
Jurnal (terlampir)

30

Anda mungkin juga menyukai