Anda di halaman 1dari 7

Buletin Agro-Infotek 1 (1) , 2015

PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI


DAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DI KABUPATEN MANOKWARI
Surianto Sipi dan Subiadi
Balai pengkajian teknologi pertanian papua barat
Jl. Base Camp, Kompleks Perkantoran Pemda Propinsi Papua Barat,
Arfai, Manokwari, 98315
Email : sipi.surianto@outlook.co.id

ABSTRAK

Komoditas tanaman pangan terutama beras memilik peran strategis dalam pembangunan nasional. Selain
menjadi komoditi strategis nasional, beras juga menjadi komoditi prioritas dalam hal kegiatan penelitian dan
pengembangan. Peran penelitian sangat penting dalam hal perakitan komponen unggul dalam proses
produksi. Salah satu upaya peningkatan produksi yaitu melalui Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (SL-PTT) yang telah dilakukan sejak tahun 2008. Kabupaten Manokwari sebagai salah satu daerah
penghasil beras di Propinsi Papua Barat telah dicanangkan sebagai salah satu daerah Kawasan Pertanian
Nasional Tanaman Pangan dengan komoditi padi dengan luas 2500 Ha sawah. Penerapan komponen
teknologi PTT telah diperkenalkan kepada petani setempat guna diadopsi menjadi teknik baru dalam
mengelola budidaya tanaman padi. Akan tetapi, setelah beberapa tahun diperkenalkan, masih terdapat
beberapa komponen teknologi PTT yang belum dapat diadopsi sepenuhnya oleh petani sebagai pengguna
akhir dari teknologi tersebut. Hal tersebut terlihat dari rata-rata produktivitas per hektar sawah petani di
Kabupaten Manokwari pada 6 tahun terakhir (2013-2014) yaitu 4,1 ton/Ha, masih jauh dari rata-rata nasional
yaitu 5,1 ton/Ha.
Kata Kunci : PTT Padi, Manokwari

PENDAHULUAN produksi. Oleh karena itu terjadinya iklim


ekstrim sangat berdampak terhadap tanaman
Komoditas tanaman pangan terutama
pangan. Unsur iklim yang sangat berkaitan
beras memiliki peran strategis dalam
dengan tanaman pangan meliputi curah hujan
pembangunan nasional. Sementara itu
dan peningkatan suhu (Suciantini, 2015).
kebutuhan pangan setiap tahun cenderung
Selain berdampak langsung pada proses
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
budidaya variabilitas iklim juga sangat
penduduk, tetapi belum dibarengi dengan
berpengaruh dalam penurunan luas tanam dan
peningkatan produksi beras dalam negeri.
perubahan pola tanam (Apriyana dan Kailaku,
Oleh Karena itu usaha peningkatan
2015).
produktivitas terus digalakkan melalui
Selain menjadi komoditi strategis
perbaikan teknologi produksi.
nasional, beras juga menjadi komoditi
Sementara itu usaha peningkatan
prioritas dalam hal kegiatan penelitian dan
produksi menemui banyak kendala dan
pengembangan. Peran penelitian sangat
tantangan, terkadang kondisi yang terjadi
penting dalam hal perakitan komponen unggul
malah sebaliknya yaitu terjadi pelandaian
dalam proses produksi. Berbagai upaya
produksi. Pelandaian produksi terjadi akibat
peningkatan produksi melalui peningkatan
beberapa faktor antara lain adanya alih fungsi
produktivitas telah dilaksanakan antara lain
lahan sawah menjadi kawasan perumahan,
melalui SL-PTT sejak tahun 2008 atau
industri, pariwisata, maupun tujuan lainnya
peningkatan mutu intensifikasi pada tahun-
(Santosa, et al. 2010). Sementara itu sebagian
tahun sebelumnya (Direktorat Jenderal
lahan yang tersisa untuk pengembangan
Tanaman Pangan, 2015). Pelaksanaan SL-
pertanian kedepan adalah lahan suboptimal
PTT sebagai pendekatan pembangunan
atau meginal, lahan kering masam, dan lahan
tanaman pangan, dilaksanakan dengan
rawa dengan berbagai masalah biofisik
pendekatan partisipasi petani dalam penerapan
(Mulyani, et al. 2011).
teknologi pertanian langsung di lahan petani
Faktor lain penyebab pelandaian produksi
yang difasilitasi langsung oleh pendamping
yaitu akibat cekaman iklim. Pengaruh iklim
lapangan. Mekanisme pelaksanaan yaitu
terdapat pada hampir semua aspek pertanian
pemilihan desa dan sawah untuk lokasi
sehingga sangat berperan terhadap faktor

Penerapan PTT Padi di Kabupaten Manokwari 60


Buletin Agro-Infotek 1 (1) , 2015

demfarm seluas 3 ha dan satu unit display sosial ekonomi setempat. Komponen
varietas seluas 0,25 ha dalam setiap luasan teknologi PTT ditentukan bersama-sama
areal pengembangan 25 ha yang berfungsi petani melalui analisis kebutuhan teknologi.
sebagai areal laboratorium lapang untuk Sehingga tidak menutup kemungkinan
proses pembelajaran kelompok tani dan terdapat perbedaan kebutuhan teknologi
pemandu lapang (Sinaga dan Tata, 2011). antara satu kawasan dengan lainnya.
Pada tahun 2015 PTT telah mengalami Komponen PTT terbagi atas komponen
perubahan dari SL-PTT menjadi Gerakan dasar dan komponen pilihan. Komponen dasar
Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu meliputi, Penggunaan varietas unggul baru
(GP-PTT). Perubahan tersebut merupakan inbrida atau hibrida, Penggunaan benih
perubahan dalam paradigma penerapannya di bermutu dan berlabel, Pengaturan jarak tanam
lapangan. Sehingga komponen teknologi (sistem legowo), Pemupukan berimbang
petani tidak lagi diaplikasikan dalam skala- berdasarkan kebutuhan tanaman dan status
skala kecil akan tetapi sudah meluas dalam hara tanah, Penggunaan pupuk organik,
bentuk satu kawasan padi dengan fasilitasi Pengendalian organisme pengganggu tanaman
bantuan sarana produksi, tanam jajar legowo (OPT) dengan pendekatan pengendalian hama
dan pertemuan kelompok dalam areal terpadu (PHT). Sementara komponen pilihan
program GP-PTT. Secara nasional luas areal meliputi, pengolahan tanah sesuai musim dan
penerapan GP-PTT pada tahun 2015 yaitu pola tanam, penggunaan bibit muda (< 21
350.000 ha yang dialokasikan pada kawasan hari), tanam bibit 1-3 batang, Pengairan secara
padi inbrida seluas 75.000 ha, non efektif, penyiangan dengan landak atau
kawasan/rintisan/reguler padi inbrida seluas gasrok, Panen tepat waktu dan pascapanen
225.000 ha dan non kawasan/rintisan/reguler yang baik (Zaini, et al., 2015).
padi hibrida seluas 50.000 ha. Strategi
peningkatan produksi GP-PTT meliputi Peran PTT dalam Peningkatan Produksi
peningkatan penggunaan benih varietas Padi
unggul bermutu produktivitas tinggi dan
peningkatan populasi tanaman dengan sistem Model pendekatan PTT dipandang
tanam jajar legowo, perluasan areal tanam, dapat memecahkan persoalan peningkatan
pengamanan produksi melalui pengurangan hasil (Polakitan & Taulu, 2011; Suharno, et
dampak iklim dan serangan organisme al., 2011; Asnawi, 2014), selain itu juga
pangganggu tanaman, dan yang terakhir sifatnya sangat spesifik lokasi (Sembiring dan
penguatan kelembagaan dan manajemen Abdulrahman, 2008). Model PTT bukan paket
(Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015). teknologi yang tetap, tetapi merupakan
Kabupaten manokwari sebagai salah pendekatan usaha tani yang dinamis. Dalam
satu daerah penghasil beras di Propinsi Papua implementasinya, model PTT
Barat telah dicanangkan sebagai salah satu mengintegrasikan berbagai komponen
daerah kawasan pertanian nasional tanaman teknologi yang saling bersinergi, sehingga
pangan komoditi padi dengan luasan 2500 ha dapat memecahkan masalah setempat,
sawah irigasi. Oleh Karena itu dalam rangka meningkatkan efisiensi penggunaan input,
mewujudkan program swasembada pangan memelihara dan meningkatkan kesuburan
maka peningkatan produksi mutlak dilakukan tanah (Bobihoe, 2007).
di Kabupaten Manokwari. Salah satu upaya Hasil uji coba model PTT pada
yang patut dilakukan adalah penerapan PTT Musim Kemarau (MK) 2001 di 8 propinsi
secara menyeluruh dengan berdasarkan pada (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat,
kondisi spesifik lokasi. Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan)
Pengelolaan Tanaman Terpadu masing-masing pada lahan seluas 5 ha
menunjukan adanya peningkatan
Pengelolaan tanaman terpadu adalah produktivitas padi antara 7,1% - 38,4%
suatu pendekatan dalam penerapan teknologi dibanding teknologi petani (Fagi, et al., 2003).
pertanian dilaksanakan langsung dilahan Hasil uji coba tersebut menunjukan bahwa
petani secara partisipatif dan bersifat spesifik PTT mempunyai prospek yang baik untuk
lokasi, tergantung pada kondisi ekosistem dan dikembangkan lebih lanjut.

Penerapan PTT Padi di Kabupaten Manokwari 60


Buletin Agro-Infotek 1 (1) , 2015

Tabel 1. Peningkatan Hasil Gabah Dan Keuntungan Petani Berasal Dari Penerapan Komponen Teknologi PTT
Kode Komponen teknologi PTT Porsi peningkatan hasil Porsi peningkatan keuntungan
check (Kg/Ha) (%) Rp ‘000/Ha (%)
1. Varietas unggul baru spesifik lokasi 275±20 8,9 228±18 5,2
2. Benih bersertifikat dengan daya 192±10 6,2 324±26 7,4
tumbuh tinggi
3. Peningkatan tinggi pematang 96±10 3,1 70±5 1,6
4. Persemaian bersama 232±20 7,5 337±27 7,7
5. Populasi tanaman optimal/legowo 578±40 18,7 337±27 7,7
6. Pemupukan spesifik lokasi 765±60 24,7 1.117±88 25,5
7. Hindari kelebihan air dan kekurangan 451±30 14,6 668±54 15,7
air
8. Pengelolaan hama terpadu 346±30 11,2 587±46 13,4
9. Perontokan gabah sesegera mungkin 158±240 5,1 171±13 3,9
Total 3.093±240 100 4.383±346 100
Sumber : Zaini, et al., 2006

Peran PTT dalam meningkatkan produksi 2 : 1, 3 : 1 dan 4 : 1. Sementara itu pemupukan


dapat tercapai lewat penggunaan varietas dilakukan secara berimbang sesuai dengan
unggul dengan produktivitas tinggi. Varietas rekomendasi spesifik lokasi. Pengaturan
unggul ditandai dengan, jumlah bulir isi per pengairan dilakukan dengan baik secara
malai serta berat gabah yang tinggi (Min et. berselang. Untuk mengamankan produksi
al., 2011). Selain itu penambahan populasi maka komponen PTT dipadukan dengan
tanaman per satuan luas lahan dapat dilakukan pengendalian hama terpadu (PHT).
dengan pengaturan sistem tanam jajar legowo
Komponen teknologi PTT telah
Penerapan PTT dan Produksi Padi di diperkenalkan kepada petani setempat guna
Kabupaten Manokwari diadopsi menjadi tehnik baru dalam mengelola
budidaya tanaman padi. Akan tetapi, setelah
Daerah pengembangan komoditas beberapa tahun diperkenalkan, masih terdapat
padi di Kabupaten Manokwari terdapat di tiga beberapa komponen teknologi PTT yang
Distrik yaitu Prafi, Masni dan Sidey. Sebagian belum dapat diadopsi sepenuhnya oleh petani
besar petani padi pada lokasi pengembangan sebagai pengguna akhir dari teknologi
tersebut merupakan masyarakat ex- tersebut. Hal tersebut terlihat dari rata-rata
transmigrasi yang didominasi transmigran produktivitas per hektar sawah petani di
berasal dari pulau Jawa. Budidaya tanaman Kabupaten Manokwari pada 6 tahun terakhir
padi pada daerah tersebut telah melewati (2013-2014) yaitu 4,1 ton/Ha, masih jauh dari
beberapa fase, salah satunya adalah Sekolah rata-rata nasional yaitu 5,1 ton/Ha (BPS Kab.
Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu yang Manokwari, 2014).
dikoordinasikan dengan pemerintah setempat. Adapun tingkat adopsi teknologi PTT
Komponen PTT yang telah diperkenalkan oleh petani di Kabupaten Manokwari meliputi
kepada petani setempat meliputi komponen : penggunaan varietas unggul baru, sistem
dasar seperti penggunaan varietas unggul baru, tanam jajar legowo akan tetapi walaupun tanpa
penggunaan benih bermutu dan berlabel, tanaman sisipan, pengairan berselang
pengaturan jarak tanam dengan sistem legowo, penggunaan bibit muda (< 21 hari) panen tepat
pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan waktu dan pasca panen yang baik dan
tanaman dan status hara tanah, pengendalian pengolahan tanah yang baik.
organisme pengganggu tanaman dengan Sementara teknologi yang belum
pendekatan pengendalian hama terpadu atau sepenuhnya diserap oleh petani meliputi
PHT. Sementara komponen pilihan meliputi, pemupukan berimbang berdasarkan kebutuhan
Penggunaan pupuk organik, Pengairan tanaman dan status hara tanah, pengendalian
berselang (intermitten), Penggunaan pupuk OPT berdasarkan PHT, penggunaan pupuk
cair, Penanganan panen dan pascapanen yang organik dan tanam bibit 1 – 3 batang per
baik. rumpun
.

Penerapan PTT Padi di Kabupaten Manokwari 60


Buletin Agro-Infotek 1 (1) , 2015

Grafik1. Rata-Rata Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Per Hektar Komoditas Padi Di
Kabupaten Manokwari

35000
30000 21525 20759
18785
25000 16399 17035
14983
20000
15000
10000 3308 3637 4129
3700 3734 4119
5000 6507 5652
4432 4013 4549 4136
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013

Luas panen (Ha) Produktivitas (Kg/Ha) Produksi (Ton)

Sumber : Data BPS Kab. Manokwari.

Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir rata- produksi semakin tinggi pula. Kenaikan
rata produktivitas sawah di Kabupaten produksi tersebut tidak dapat dijadikan
Manokwari (data termasuk Distrik Oransbari patokan keberhasilan teknologi yang
yang saat ini masuk daerah otonomi baru diterapkan karena sangat tergantung dari luas
Kabupaten Manokwari Selatan) mengalami panen. Akan tetapi peningkatan produktivitas
peningkatan. Sementara total produksi dapat dijadikan tolak ukur sebagai
mengalami perubahan mengikuti total luas keberhasilan penerapan teknologi karena tidak
panen, semakin tinggi luas panen maka total terpengaruh faktor luas lahan.
Selain itu kasus kegagalan panen input curah hujan terhadap keragaman
terkadang dialami petani di beberapa tempat produksi.
seperti Distrik Masni akibat kondisi tanah Rata-rata produksi sawah di
dengan kandungan logam tinggi. Walaupun Kabupaten Manokwari masih lebih rendah dari
belum ada penelitian secara mendalam rata-rata potensi produksi dari masing-masing
mengenai kondisi tersebut tetapi gejala yang varietas yang pernah diperkenalkan (Tabel 2).
tampak pada tanaman mengindikasikan Salah satu faktor penyebab rendahnya
adanya keracunan logam. Menurut Syam, et produktivitas tersebut adalah rendahnya
al., (2011) gejala keracunan besi terlihat dari tingkat penerapan teknologi ditingkat petani.
bercak-bercak kecil berwarna cokelat pada Senada dengan pendapat Sumarno, et al.,
daun bawah, daun berubah warna menjadi (2009), yang menyatakan tinggi rendahnya
cokelat, ungu, kuning atau orange lalu mati. adopsi teknologi sedikit banyak memberikan
Selain itu pengaruh variabilitas iklim indikasi senjang hasil pada daerah
sangat berpengaruh juga dalam menurunkan bersangkutan. Sementara, Fagi (2008)
produktivitas padi sawah di Kabupaten menyatakan adanya senjang adopsi teknologi
Manokwari. Menurut Rouw (2004) terdapat pada suatu hamparan wilayah persawahan
perbedaan rata-rata produksi padi pada musim diperkirakan berakibat terhadap terjadinya
kemarau dengan musim hujan walaupun senjang hasil padi. Lanjut dikatakan senjang
frekuensi dan total pasokan air tetap. hasil padi didefinisikan sebagai perbedaan
Selanjutnya Rouw (2008) kondisi tersebut hasil padi pada kondisi lingkungan dan
mengisyaratkan adanya pengaruh keragaman pengelolaan optimal dengan hasil nyata yang
dapat diperoleh petani.

Tabel 1. Jenis VUB yang telah diperkenalkan di Kabupaten Manokwari

No Nama VUB Tahun Kajian *Rata-Rata Hasil


1. Ciherang 2008 5 – 7 Ton/Ha
2. Cigeulis 2008 5 Ton/Ha
3. Membramo 2008 6,5 Ton/Ha
4. Inpari 6 2010 6,82 Ton/Ha
5. Inpari 9 2010 6,4 Ton/Ha

Penerapan PTT Padi di Kabupaten Manokwari 60


Buletin Agro-Infotek 1 (1) , 2015

6. Inpari 10 2011 6,2 Ton/Ha


7. Inpari 13 2011 6,6 Ton/Ha
8. Inpari 11 2011 6,5 Ton/Ha
9. Inpari 7 2012 4,8 Ton/Ha
10. Inpari 16 2013 6,3 Ton/Ha
11. Inpari 18 2013 6,7 Ton/Ha
12. Inpari 20 2013 6,4 Ton/Ha
13. Inpari 22 2014 5,8 Ton/Ha
14. Inpari 23 2014 6,9 Ton/Ha
15. Inpari 24 2014 6,7 Ton/Ha
16. Inpari 25 2014 7 Ton/Ha
17. Inpari 19 2014 6,7 Ton/Ha
18. Inpari 4 2015 6,08 Ton/Ha
19. Inpari 8 2015 ± 6,3 Ton/Ha
20. Inpari 9 2015 ± 6,4 Ton/Ha
21. Inpari 31 2015 6 Ton/Ha
22. Inpari 32 2015 6,3 Ton/Ha
Sumber :Laporan tahunan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua Barat
*Rata-rata hasil berdasarkan deskripsi varietas padi (Badan Litbang Pertanian, 2013)
Adanya senjang hasil antara rata-rata tanaman menghadapi cekaman lingkungan
produksi nasional dengan rata-rata hasil petani baik biotik maupun abiotik. Keunggulan suatu
di Kabupaten Manokwari disebabkan oleh varietas bila ditanam secara meluas dan terus
rendahnya penerapan komponen teknologi menerus secara intensif cenderung semakin
PTT oleh petani. Seperti dalam penerapan berkurang, karena itu penggantian varietas
sistem tanam jajar legowo yang belum yang telah lama dikenal petani dengan varietas
maksimal. Petani menggunakan sistem tanam baru diperlukan dengan keunggulan yang
legowo tanpa tanaman sisipan sehingga jika sepadan dengan varietas yang lama (Kaihatu
dibandingkan dengan sistem tanam dan Pasireron, 2011).
konvensional (sistem tegel) bukannya Komponen lain yang mendukung
menambah populasi tanaman akan tetapi produktivitas tinggi adalah pemupukan. Dalam
malah mengurangi populasi tanaman. Karena konsep PTT pemupukan lebih dikenal dengan
tanaman yang dihilangkan pada barisan istilah pemupukan hara spesifik lokasi dalam
legowo tidak digantikan dengan menyisipkan artian pemupukan harus bervariasi antar
tanaman pengganti pada barisan pinggir. Hasil lokasi, musim tanam dan varietas yang
yang diperoleh Romaully (2013) mengatakan digunakan (Zaini, 2009). Prinsip tersebut yang
fungsi produksi sistem tanam jajar legowo belum dilakukan oleh petani di Kabupaten
berbeda nyata dengan sistem tanam tegel. Manokwari. Sehingga modal yang dikeluarkan
Sistem tanam jajar legowo dengan tanaman untuk membeli pupuk belum sebanding
sisipan secara pasti menambah populasi dengan hasil panen yang diperoleh. Selain itu
tanaman sebanyak 33,3 % untuk legowo 2 : 1, penambahan dosis N (Urea) yang terlalu tinggi
25 % untuk legowo 3 : 1, dan 20 % untuk dapat menyebabkan rentannya tanaman
legowo 4 : 1 (Abdulrahman, et al., 2013). terserang OPT seperti penggerek batang padi,
Sementara itu tingkat adopsi varietas penyakit blast dan penyakit hawar daun.
unggul baru juga masih tergolong kurang, Dordas (2006) mengatakan peningkatan
dimana sebagian besar petani masih intensitas penyakit dan kehilangan hasil akibat
menggunakan varietas unggul yang sudah penyakit meningkat seiring dengan
ditanam berkali-kali sehingga kemampuan peningkatan dosis N, tetapi besaran kehilangan
produksinya sudah menurun. Selain itu hasil tersebut berbeda-beda tergantung jenis
mekanisme ketahanannya terhadap serangan varietasnya. Sementara menurut Suharto dan
OPT juga menurun, sehingga faktor Usyati (2009), pemupukan N dapat berperan
penghambat produksinya tidak hanya karena ganda yaitu jika diberikan dengan takaran
pengaruh kemampuan genetika tanaman untuk terlalu tinggi, maka perkembangan penggerek
berproduksi, tetapi juga pengaruh vitalitas lebih cepat. Namun
pemupukan N juga dapat menyembuhkan Sudir, et al., (2012) menyatakan dosis pupuk
tanaman yang terserang penggerek. Sementara N berkorelasi positif dengan keparahan
hasil lain yang diperoleh Yuliani dan Maryana penyakit HDB, artinya bahwa pertanaman
(2014), menyatakan dosis pupuk nitrogen yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi
berkorelasi positif dengan serangan penyakit menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan
blast. Untuk penyakit hawar daun bakteri dan keparahan penyakitnya tinggi.

Penerapan PTT Padi di Kabupaten Manokwari 60


Buletin Agro-Infotek 1 (1) , 2015

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015.


KESIMPULAN Petunjuk Teknis GP-PTT 2015.
Penerapan teknologi PTT padi sawah di Direktorat Jenderal Tanaman
Kabupaten Manokwari telah dilaksanakan, Pangan. Kementerian Pertanian.
meskipun penerapannya belum sempurna. Jakarta. 109 hlm.
Teknologi PTT padi sawah yang telah Dordas, C. 2008. Role of Nutrients in
diterapkan meliputi : penggunaan varietas Controlling Plant Disease in
unggul, benih berlabel, sistem tanam jajar Sustainable Agriculture. A Riview.
legowo, pegolahan tanah, pengairan secara Agron. Sustain. Dev. 28 : 33-46.
efektif dan intermitten, dan panen tepat waktu.
Fagi, A. M., I. Las, M. Syam, A. K. Makarim,
Penerapan PTT dapat memberikan kontribusi
dan A. Hasanuddin. 2003. Penelitian
peningkatan produksi, sehingga kedapannya
Padi : Menuju Revolusi Hijau Lestari.
penerapan komponen PTT harus terus
Badan Penelitian dan Pengembangan
ditingkatkan dengan beberapa pendekatan.
Pertanian. Jakarta. 68 hlm.
Fagi, A. M. 2008. Alternatif Teknologi
Peningkatan Produksi Beras Nasional.
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Iptek Tanaman Pangan 3 (1) :
Abdulrahman, S., M.J. Mejaya, N. Agustiani, 9-26.
I. Gunawan, P. Sasmita, dan A. Kaihatu, S. S. dan M. Pasireron. 2011.
Guswara. 2013. Sistem Tanam Adaptasi Beberapa Varietas Unggul
Legowo. Badan Penelitian dan Baru Padi Sawah di Morokai. J.
Pengembangan Pertanian. Jakarta. 32 Agrivigor 11 (2) : 178-184.
hlm.
Min, H., Z. Ying-bin, J. Peng, X. Bing, M. D.
Apriyana, Y. dan T. E. Kailaku. 2015. Ibrahim and A. O. He-jun. 2011.
Variabilitas Iklim dan Dinamika Relationship Between Grain Yield and
Waktu Tanam Padi di Wilayah Pola Yield Components in Super Hybrid
Hujan Monsunal dan Equatorial. Pros. Rice. Agricultural Sciences in China
Sem. Nas. Masy. Biodiv. Indon. 1 (2) 10 (10) : 1537-1544.
April 2015. Hlm. 366-372.
Mulyani, A., S. Ritung dan I. Las. 2011.
Asnawi, R. 2014. Peningkatan Produktivitas Potensi dan Keteresdiaan Sumber
dan Pendapatan Petani Melalui Daya Lahan untuk Mendukung
Penerapan Model Pengelolaan Ketahanan Pangan. Jurnal Litbang
Tanaman Terpadu Padi Sawah di Pertanian 30 (2) : 73-80.
Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Polakitan, A. dan L. Taulu. 2011. Kajian
14 (1) : 44-52. Produktivitas Beberapa VUB Padi
Sawah dengan Pendekatan PTT pada
Badan Penelitian dan Pengembangan Lahan Sawah Tadah Hujan Kabupaten
Pertanian, 2013. Deskripsi Varietas Minahasa. Prosiding Seminar
Padi. Badan Penelitian dan Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Pengembangan Pertanian. Jakarta. 65 Mendukung Ketahanan Pangan dan
hlm. Swasembada Beras Berkelanjutan di
Bobihoe, J. 2007. Inovasi Teknologi untuk Sulawesi Utara. Balai Pengkajian
Meningkatkan Produktivitas Tanaman Teknologi Pertanian Sulawesi Utara.
Padi. Balai Pengkajian Teknologi Manado, 1 Desember 2011. Hlm. 189-
Pertanian Jambi. Jambi. 32 hlm. 194.
BPS Kabupaten Manokwari. 2014. Kabupaten Romaully, M. dan A. Nor. 2013.
Manokwari dalam Angka. Manokwari. Perbandingan Fungsi Produksi Padi
250 hlm. Ciherang Sistem Tanam Jajar Legowo
dengan Non Jajar Legowo di
Kecamatan Sungai Tabukan

Pengembangan Pertanian Bioindustri di Papua Barat 62


Buletin Agro-Infotek 1 (1) , 2015

Kabupaten Hulu Sungai Utara. Sulawesi Utara. Balai Pengkajian


Ziraa’ah 36 (1) : 40-48. Teknologi Pertanian Sulawesi Utara.
Manado, 1 Desember 2011. Hlm. 156-
Rouw, A. 2004. Tingkat Kerawanan Zona
163.
Agroekologi Tanaman Pangan
Terhadap Kekeringan Dan Banjir : Suharto, H. dan N. Usyati. 2009.
Studi Kasus Kabupaten Merauke , Pengendalian Hama Penggerek Batang
Papua. Tesis Magister Program Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman
Pascasarjana. Institute Pertanian Padi. Sukamandi. 23 hlm.
Bogor. 205 p.
Sumarno, U.G. Kartasasmita, Z. Zaini, dan L.
Rouw, A. 2008. Analisis Dampak Keragaman Hakim. 2009. Senjang Adopsi
Curah Hujan Terhadap Kinerja Teknologi dan Senjang Hasil Padi
Produksi Padi Sawah (Studi Kasus di Sawah. Jurnal Iptek Tanaman Pangan
Kabupaten Merauke, Papua). Jurnal 4 (2) : 116-130.
Pengkajian dan Pengembangan
Syam, M., Suparyono, Hermanto dan D.
Teknologi Pertanian 11 (2) : 146 –
Wurjandari. 2011. Masalah Lapang
155.
Hama Penyakit Hara Pada Padi. Pusat
Sembiring, H. Dan S. Abdulrahman. 2008. Penelitian Tanaman Pangan Kerja
Potensi Penerapan dan Pengembangan Sama International Rice Research
PTT dalam Upaya Peningkatan Institute. Bogor. 78 hlm.
Produksi Padi. Iptek Tanaman Pangan
Yuliani, D. dan Y.E. Maryana. 2014. Integrasi
3 (2) : 145-155.
Teknologi Pengendalian Penyakit Blas
Santosa, I. G. N., G. M. Adnyana, I. K. K. pada Tanaman Padi di Lahan Sub-
Dinata dan I. G. A. Gunadi. 2010. optimal. Prosiding seminar nasional
Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah lahan Suboptimal. Universitas
Terhadap Pemanfataan Sumber Daya Sriwijaya. Palembang, 26-27
Air untuk Menunjang Ketahanan September 2014. Hlm. 835-845.
Pangan. Jurnal Bumi Lestari 10 (2) :
Zaini, Z., Erythrina, dan T. Woodhead. 2006.
208-214.
Agronomic and Economic Assessment
Sinaga, A dan H. R. Tata. 2011. Petunjuk of an Adaptation of the Australian
Teknis Pendampingan Teknologi SL- Ricecheck Procedure. Prosiding
PTT Padi. Balai Pengkajian Teknologi Seminar Nasional Pemberdayaan
Pertanian Papua Barat. Manokwari. 23 Masyarakat Melalui Inovasi Teknologi
hlm. Pertanian Mendukung Lumbung
Pangan Nasional. Balai Besar
Suciantini. 2015. Interaksi Iklim (Curah
Pengkajian dan Pengembangan
Hujan) Terhadap Produksi Tanaman
Pertanian. Bogor. Hlm. 228-238.
Pangan di Kabupaten Pacitan. Pros.
Sem. Nas. Masy. Biodiv. Indon. 1 (2) Zaini, Z. 2009. Memacu Peningkatan
April 2015. Hlm. 358-365. Produktivitas Padi Sawah Melalui
Inovasi Teknologi Budidaya Spesifik
Sudir, B. Nuryanto, dan T.S. Kadir. 2012.
Lokasi dalam Era Revolusi Hijau
Epidemiologi, Patotipe, dan Strategi
Lestari. Pengembangan Inovasi
Pengendalian Penyakit Hawar Daun
Pertanian 2 (1) : 35-47.
Bakteri pada Tanaman Padi. Iptek
Tanaman Pangan 7 (2) : 79-87. Zaini, Z., S. Abdulrahman, N. Widiarta, P.
Wardana, D. Setyorini, S.
Suharno, Rusdin, dan A.C. Turang. 2011.
Kartaatmadja dan M. Yamin. 2015.
Keragaan dan Efektifitas
Pedoman Umum PTT Padi Sawah.
Pendampingan SLPTT Padi di
Badan Penelitian dan Pengembangan
Sulawesi Tenggara. Prosiding Seminar
Tanaman Pangan. Kementerian
Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Pertanian. Jakarta. 20 hlm.
Mendukung Ketahanan Pangan dan
Swasembada Beras Berkelanjutan di

Pengembangan Pertanian Bioindustri di Papua Barat 62

Anda mungkin juga menyukai