Anda di halaman 1dari 22

STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 6

LAPORAN PERANCANGAN

Dosen Penanggung Jawab:


Dr. Ir. Alwin Suryono Sombu, MT
Dosen Kelas :
Dr. Ir. Alwin Suryono Sombu, MT
Asisten Dosen:
Ir. Sena Tenoria., IAI

Disusun oleh :

Felicia Ericca
6111901057

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN


FAKULTAS TEKNIK
PRODI ARSITEKTUR
BANDUNG
2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

BAB 1 ANALISIS TAPAK 3


Keadaan tapak secara Fisikal 3
Penataan Bangunan Sekitar 3
Utilitas tapak dan kawasan 4
Pesaing di sekitar tapak 4
Air Tanah 5
Potensi View dan Orientasi Tapak 5

BAB 2 ANALISIS FUNGSI 6


Morrissey Hotel, Jakarta Pusat 7
Hotel Tentrem, Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta 8

BAB 3 PROGRAM RUANG 9


Daftar Ruang 9
Keterhubungan Ruang 10

BAB 4 TEMA RANCANGAN 12


Tema Rancangan Pada Tapak dan Bangunan 12
Konsep Penerapan ‘Kelokalan’ Pada Tapak dan Bangunan 12

BAB 5 KONSEP SISTEM 14


Sistem Sirkulasi 14
Sistem Penghawaan 14
Sistem Utilitas 15
Air Bersih 15
Air Kotor 15
Air Panas 16
Air Hujan 16
Penangkal Petir 17
Sirkulasi Vertikal 17
Sistem Struktur 18
Sistem Struktur Tingkat Tinggi 18
Sistem Dilatasi 18
Perhitungan Pendekatan Struktur 19
Kolom 19
Balok 19
Pondasi 20
Sistem Kebakaran 21

1
BAB 1
ANALISIS TAPAK
1.1. Keadaan tapak secara Fisikal

Kondisi Tapak secara fisik

Luas 5.090 m²

Alamat JL. Perwakilan Gedongtengen, Yogyakarta

GSB Utara Berbatasan dengan jalan perwakilan, menghadap Gn Merapi dan sejajar Jalan Malioboro 8m

GSB Barat Berbatasan dengan perumahan 5m

GSB Timur Berbatasan dengan Mall 5m

GSB Selatan Berbatasan dengan perumahan dan Jl.Sosrokusuman dan alun-laun & keraton, sejajar 5m
dengan Jl. Malioboro

KDB 70% = 3,563 m²

KDH 30% = 1,527 m²

KLB 3 = 15,270 m²

KTB +10% dari KDB = 2,850.4 m²

RTH 10 % = 152.7 m²

RTHA 20% = 305.4 m²

Kontur Relatif datar

Trotoar 5m

1.2. Penataan Bangunan Sekitar

Fungsi lahan di sekitar tapak di dominasi oleh komersial perdagangan dan jasa, sebagian bergabung dengan hunian.
Terdapat beberapa fungsi yang sama (penginapan) sekitar tapak. Letak bangunan dengan jalan juga memaksimalkan
GSB, sedangkan untuk jalan malioboro GSB 0m, hal ini menjadikan malioboro lebih ramah terhadap pejalan kaki.
Perlunya pemanfaatan dan massing bangunan yang sesuai peraturan dan mampu ramah terhadap pejalan kaki.

2
1.3. Utilitas tapak dan kawasan

Sumber: Google.Maps , 6-3-22

Pada tapak dapat ditemukan beberapa perlengkapan utilitas seperti gardu listrik, tiang telepon atau lainnya serta
solokan pada bagian depan tapak. Selain itu di sekitar tapak juga dapat ditemukan penyedia air bersih dari Instalasi
Pengolahan Air Gemawang yang berada di Utara tapak. Sedangkan untuk pengolahan air kotor, IPAL terdekat
berada di utara atau selatan tapak, yaitu RTH Ipal Sanimas Cokrodiningratan Gondolayu atau IPAL Ngasem.

Pengolahan sampah terdekat berada di Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, tepatnya berada di sebelah sisi
timur tapak.

Sumber: Google.Maps , 6-3-22

Sumber: Google.Maps , 6-3-22

Garis biru, pipa PDAM, sumber arah utara, Garis coklat tua, jalur sampah, menuju ke arah timur. Garis Coklat muda,
jalur pembuangan air kotor, ke arah utara dan selatan.Memerlukan zoning yang baik yang mampu menanggapi utilitas
tapak, penghematan biaya dan tetap memperhatikan aspek keandalan bangunan.

1.4. Pesaing di sekitar tapak

3
Persaingan Fungsi Layanan dan Fasilitas (Hotel Bintang 4) -
Keterangan
eL Royale Yogyakarta (190 m)
- 4 jenis kamar, Room bay 25 m2, fasilitas Swimming pool,
Spa & Fitness, Concierge service, Car rental service, Train
Station Transfer Service (on request), 5 ukuran function
room yang bisa di bagi-bagi, konsep When Tradition Meets
Hospitality
Grand Inna Malioboro (500 m)
- 5 suits, dan 3 kamar biasa, Room bay 26 m2 memiliki food
market dan restaurant, memiliki berbagai atraksi seperti
kelas gamelan, kelas tari , gym and spa, batik painting dan
jamu making, kolam renang , 2 indoor venue 1 outdoor
poolside 6 meeting room
Hotel Royal Darmo Malioboro (950 m)
-5 jenis kamar, Room bay 24 m2, konsep combines Art Deco and Modern, swimming pool, gym
Abadi Malioboro Jogja by Tritama Hospitality ( 650m)
4 jenis kamar, Room bay 23m2, 2 venue indoor, kolam renang dan coffee shop,

Perlu mencari fasilitas yang belum tersedia pada hotel-hotel tersebut, atau menyediakan fasilitas yang setara tetapi
dengan kelebihan tertentu.
1.5. Air Tanah
Memerlukan pengeboran sumur dalam dikarenakan permukaan air tanah terus menurun. Perlu adanya sumur
resapan yang dalam 40 m, serta menerapkan konsep Zero Run Off dan penghematan air. Penggunaan air tanah
harus minimal, apabila memerlukan perlu sumur sedalam +/- 20 m dan penurunan 0,5 cm per tahun.
1.6. Potensi View dan Orientasi Tapak

Tapak cenderung memanjang utara selatan dengan


akses 1 di sisi utara. Tapak memiliki beberapa view
juga dengan beberapa catatan.
Sisi Utara : Gunung merapi, jalan malioboro ( Sangat
berpotensi)
Sisi Timur : Perumahan warga dan pegunungan
(Cukup berpotensi), catatan sinar matahari timur
menyilaukan
Sisi barat : Jalan Malioboro ( Sangat berpotensi),
catatan, terdapat atap mall penuh dengan utilitas dan
sinar matahari barat panas dan silau
Sisi Selatan : Jalan malioboro (Cukup berpotensi)

Memaksimalkan view yang ada terutama yang


menghadap ke pegunungan. Tetapi perlu
memperhatikan view pada jarak dekat seperti utilitas
atap mall, atau kekumuhan sekitar yang terlalu dekat
karena akan mengganggu kenyamanan.

4
BAB 2
ANALISIS FUNGSI

2.1. Definisi Bangunan Hotel


Menurut KBBI, hotel merupakan bangunan berkamar banyak yang disewakan sebagai tempat untuk menginap dan
tempat makan orang yang sedang dalam perjalanan; bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan
bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan, makan dan minum. Jika meninjau melalui sumber lain
yaitu PERMEN PAREKRAF No. PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel, usaha hotel merupakan
usaha penyediaan akomodasi berupa kamar-kamar di dalam suatu bangunan, yang dapat dilengkapi dengan jasa
pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan/atau fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan memperoleh
keuntungan.
2.2. Kriteria Bangunan Hotel Bintang 4
Pada lembar penugasan, usaha hotel yang dimaksud adalah hotel bintang empat yang memiliki kriteria mutlak dan
tidak mutlak. Kriteria tersebut menjadi acuan standar yang dapat dipenuhi agar mencapai poin yang sesuai
sebagaimana telah diatur di dalam PERMENPAREKRAF. Kriteria mutlak adalah sebagai berikut,

Tabel 1.3.1
Tabel Kriteria Mutlak Aspek Produk
No Unsur Ruang

1 Bangunan Tersedia suatu bangunan hotel

2 Penanda Arah Tersedia papan nama hotel

4 Parkir Tersedia tempat parkir dan pengaturan lalu lintasnya

5 Lobi Tersedia Lobby dengan sirkulasi udara dan pencahayaan

6 Front Office Tersedia Gerai atau meja kursi

10 Toilet Umum Tersedia toilet umum

Fasilitas Makanan dan


12 Tersedia ruang makan dan minum dengan sirkulasi udara dan pencahayaan
Minuman

Tersedia kamar tidur dengan perlengkapannya, termasuk kamar mandi; serta


14 Kamar Tidur Tamu
tersedia denah lokasi kamar dan petunjuk penyelamatan diri

18 Dapur Tersedia dapur dengan perlengkapanya dan tata letak sesuai dengan kebutuhan

24 Kantor Tersedia Ruang Pimpinan Hotel; serta tersedia Ruang Karyawan

26 Utilitas Tersedia Instalasi Air Bersih

27 Pengelolaan Limbah Tempat penampungan sampah; Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Sumber : PERMENPAREKRAF No. PM.53/HM.001/MPEK/2013

5
2.3. Objek Sejenis
a. Morrissey Hotel, Jakarta Pusat
Dengan mempertimbangkan potensi yang ada dan kontribusinya terhadap pengembangan karakter
perkotaan, pendekatan desain untuk Morrissey Hotel dilakukan dengan melampaui batas dari hanya sebuah
hotel bisnis. Hotel Morrissey merupakan hotel bintang 4 yang memiliki 5 tipe kamar.

Bangunan ini terdiri dari 2 blok massa berbentuk persegi panjang yang disandingkan dan gedung BOH yang
terpisah. 5 lantai bawah dibuat menjadi kantilever, melayang sekitar 20 m panjang dan 7m di atas tanah
untuk memberikan keterbukaan pada entrance bangunan. Sedangkan 10 lantai yang lebih tinggi dilengkapi
dengan sky garden yang membingkai pemandangan dengan orientasi timur-barat dan mendukung terjadinya
cross-ventilation.

Pada Interior Hotel, terlihat implementasi dari konsep yang modern dan minimalis dengan penggunaan
material dan pengaturan lighting yang dibuat. Finish pada tembok, lantai, dan plafon tidak memiliki banyak
ornamen dan tekstur. Melainkan menggunakan tekstur-tekstur artifisial dan motif marmer yang menambah
kesan luxury.

Perancangan fasad pada Morrissey Hotel ini juga menyikapi lokasi tapak yang merupakan daerah tropis,
dimana memiliki intensitas sinar matahari yang cukup tinggi. Terdapat 2 tipe fasad pada Morrissey Hotel ini,
pada gambar di sebelah kiri, fasad yang dirancang berupa kisi-kisi, guna mengurangi intensitas sinar
matahari yang masuk pada salah satu bagian hotel. Sedangkan pada gambar sebelah kanan, fasad
dirancang dengan memainkan solid-void pada bagian bukaan, sehingga menghasilkan pembayangan pada
ruang dalam hotel.

6
b. Hotel Tentrem, Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta
Diambil dari budaya Jawa, kata “tentrem” mengacu pada perasaan damai dan tentram—makna yang lebih
luas dari “tentrem” mencakup konsep harmoni antara alam semesta dan umat manusia, meramu ketenangan
yang paling sempurna.

Hotel Tentrem merupakan hotel bintang 5 dengan total kamar pada Hotel Tentrem yaitu sebanyak 274 suite
dan kamar yang lengkap dengan berbagai fasilitas dan berbagai macam opsi untuk dipilih dari Deluxe,
Premier, Executive dan Suites. Dari denah lantai yang ada, dapat dilihat bahwa massing Hotel Tentrem
Yogyakarta berbentuk leter U. dengan sistem double loaded. Kemudian pada bagian tengah massa hotel
terdapat kolam renang yang juga menjadi view bagi kamar yang menghadap bagian tengan massa.

Sedangkan pada gambar potongan, dapat dilihat Hotel Tentrem memiliki 7 lantai + 2 lantai basement. Lantai
dasar digunakan sebagai lobby dan juga terdapat beberapa kamar yang langsung terhubung dengan kolam
renang pada bagian tengah massa. Demikian lantai 1-6 sebagai kamar dan fungsi-fungsi penunjangnya.
Secara struktur, dapat dilihat bagaimana Hotel Tentrem menggunakan sistem struktur rigid frame dengan
konstruksi beton.

Pada bagian atap, bangunan Hotel Tentrem memiliki bentuk atap perisai. Penggunaan bentuk atap perisai
menambahkan unsur lokalitas pada bangunan ini sehingga menjadi lebih kontekstual dengan lokasi hotel
yang berada pada Malioboro, D.I Yogyakarta. Atap pada bangunan ini membagi massa berbentuk U menjadi
3 buah massa di setiap sisinya.

Pada Hotel ini terdapat 8 tipe kamar dengan berbagai fasilitasnya. Perbedaan tipe ini ditandai dengan
adanya perbedaan jumlah kamar pada tiap unit serta luasan ruang tiap tipenya. Luasan tersebut berkisar dari
40 m2 hingga 273 m2 hingga kapasitas 8-10 orang.

7
BAB 3
PROGRAM RUANG
3.1. Daftar Ruang

HOTEL
NO NAMA RUANG Panjang (m) Lebar (m) TOTAL LUAS JUMLAH TOTAL LUAS
(m2) (ruangan) AKHIR
1 Lobby & Resepsionis 16 22.5 360 1 360
2 Lounge 6 9 54 4 216
3 Bar 9 4.5 40.5 1 40.5
4 Restoran 18 25.5 459 1 459
5 Souvenir 9 4.5 40.5 1 40.5
6 Travel Agent 6.7 4.5 30.15 1 30.15
7 Front Office 6.7 3 20.1 1 20.1
8 Penitipan Koper 6.7 3 20.1 1 20.1
9 Security 6.7 4.5 30.15 1 30.15
10 Pre Function room 16 7 112 2 224
11 Function Room 16 9 144 2 288
12 Internet Corner 6.7 9 60.3 1 60.3
13 Meeting Room 6.7 6 40.2 2 80.4
14 Gym 18 9 162 1 162
15 Spa 15.5 9 139.5 1 139.5
16 Mushola 6.7 3.75 25.125 2 50.25
17 Toilet Publik 6.7 3.75 25.125 2 50.25
18 Kamar Standar 7 4.5 31.5 100 3150
19 Kamar Deluxe 9 4.5 40.5 18 729
20 Kamar Suite 9 9 81 4 324
21 Roomboy 7 3 21 6 126
22 R. Laundry 6.75 8 54 1 54
23 House keeping 6 4.8 28.8 1 28.8
24 Kitchen 9 9 81 1 81
Kitchen Storage 9 14 126 1 126
25 Security & Control room 5 3.85 19.25 1 19.25
26 Management room 3 4.5 13.5 1 13.5
27 F & B room 7 3.5 24.5 1 24.5
28 Sales & Marketing room 3 4.5 13.5 1 13.5
29 Accounting & Finance 3 4.5 13.5 1 13.5
30 HRD room 7 3.5 24.5 1 24.5
32 Engineering Room 6.75 4.5 30.375 1 30.375
33 Training Room 6.75 4.5 30.375 1 30.375
34 Workshop 6.75 4.75 32.0625 1 32.0625
35 Kantin Staff 7 9 63 1 63
36 Loker Staff 4 4.5 18 2 36

8
37 Shower Staff 4 4.5 18 2 36
38 Cashier 3.85 3.85 14.8225 1 14.8225
39 Loading Dock 9 5.6 50.4 1 50.4
40 General Storage 7.25 4.5 32.625 1 32.625
41 R. Genset 6 9 54 1 54
42 R. Sampah Basah 5 3 15 1 15
43 R. Sampah Basah 5 5 25 1 25
44 R. Linen Kotor 3 7 21 1 21
45 R. Gas 2 4 8 1 8
46 R. Boiler 4 3 12 1 12
47 R. Reservoir & Pompa 6.75 9 60.75 1 60.75
TOTAL Ruang Fungsional 7520.16
48 Sirkulasi 20% 1504.032
TOTAL BERSIH 9024.192

3.2. Keterhubungan Ruang

Gambar : Keterhubungan Ruang

9
3.3. Fungsi dan Aktivitas

10
BAB 4
TEMA RANCANGAN

4.1. Tema Rancangan Pada Tapak dan Bangunan


Perancangan bangunan berputar pada tema yang menjunjung Kenyamanan dan Keamanan sebagai tempat
beristirahat sementara bagi pengunjung yang berwisata harus diutamakan keamanan dan kenyamanan sebagai
tempat peristirahatan sementara mereka. Tema kedua adalah Kelokalan yang mana untuk melestarikan unsur
budaya Yogyakarta sebagai kota budaya, perlu menunjukkan unsur Yogyakarta dalam bangunan, dapat diperlihatkan
dari gaya arsitekturnya yang khas hingga ke berbagai seni dan budaya yang dimiliki oleh kota ini.

Selain itu, mengingat sekitar kawasan yang tidak memiliki banyak penghijauan, maka digunakan konsep Biophilic
yang digunakan dalam bangunan dan tapak untuk meningkatkan konektivitas pengguna dengan lingkungan alam
melalui kondisi ruang dan tempat. Selain itu, untuk memeluk identitas Yogyakarta yang kaya sejalan dengan waktu,
bangunan hotel ini diharapkan dapat memiliki gaya arsitektur yang "abadi" namun tetap menghormati sejarah yang
membentuk kota Yogyakarta ini dengan Konsep Historic & Lasting.

4.2. Transformasi Bentuk


Konsep ini juga mempengaruhi bentuk bangunan yang mana pada awalnya dibagi menjadi podium yang digunakan
sebagai tempat publik, tower untuk hunian (semi-publik), dan bagian BOH di belakang. Namun, untuk memberikan
kemegahan dan memperkuat konsep area penerimaan, dibuat entrance khusus sebagai pengimplementasian
Bangsal Pagelaran di Keraton. Dan pada akhir untuk merealisasikan konsep biofilik dan pemanfaatan penghawaan
dan pencahayaan alami di buat inner courtyard di tengah juga peluasan fungsi fasilitas pada tower.

4.3. Konsep Penerapan ‘Kelokalan’ Pada Tapak dan Bangunan


Pada Perancangan Tapak diadopsi konsep axis imajiner Yogyakarta yang juga diterapkan juga pada Keraton. Pada
bagian depan digunakan sebagai entrance dan tempat untuk menjamu tamu, yang juga disediakan pertunjukkan
untuk menemani tamu menunggu. Ditengah adalah zona untuk tamu yang berkepentingan. Setelah itu ada zona
khusus bagi sultan untuk beristirahat. Dan di bagian belakang adalah zona untuk ajudan sultan.

Gambar : Diagram Konsep Zoning pada keraton Gambar : Pembagian zoning pada tapak berdasarkan
menggunakan axis imajiner konsep imajiner keraton

Setelah memasukkan kepada tapak, dapat terlihat axis imajiner dan pengaplikasian axis imajiner kraton tersebut pada
peletakan perancangan tapak dan bangunan.

11
Beberapa pengaruh dari kelokalan dan konsep historik namun abadi juga dapat terlihat dari tampak bangunan yang
memadukan kekhasan arsitektur tradisional jawa, arsitektur indische, juga dengan gaya modern yang dapat
menunjukkan keabadian bangunan tanpa melupakan nilai historis yang ada pada Yogyakarta.

Gambar : Eksterior Bangunan Gambar : Interior Bangunan

Kelokalan Yogyakarta dapat dilihat dari atap joglo yang digunakan pada bagian entrance dan podium yang pada
keraton disimbolkan sebagai penyambut bagi tamu. Sedangkan arsitektur indische dapat dilihat dari bentuk bangunan
yang simetris dan penggunaan ritme vertikal dan horizontal sama kuatnya. Sedangkan pada sisi modern dapat dilihat
dari penggunaan bahan dan penyederhanaan elemen estetika.

12
BAB 5
KONSEP SISTEM

5.1. Sistem Sirkulasi


Sirkulasi dibagi dua menjadi sirkulasi publik dan servis. Publik dapat memasuki tapak dari Jl Perwakilan dan masuk
dari arah kiri dengan drop off dan masuk ke dalam basement di arah kiri atau keluar di arah kanan. Sedangkan servis
dan karyawan dapat masuk dari arah yang sama, namun berbelok ke belakang. Bagi servis dianggap datang dengan
jadwal dan disediakan turnover sesuai dengan standar untuk berputar.

Untuk tanggap bencana yang tidak diinginkan, disediakan sirkulasi evakuasi dan FCC, dan perlu diketahui volume
bangunan untuk menentukan jalur akses yang mana terhitung bahwa bangunan memiliki volume 52,599 m³. Maka
disediakan jalur akses sepanjang seperempat keliling gedung yaitu 59.48 m. Dan tersedia jalur sepanjang 134.2
meter pada tapak yang dapat digunakan sebagai jalur akses

Tabel : Volume Bangunan Gedung untuk Penentuan Jalur Akses Gambar : Jalur Akses Kebakaran
Sumber : SNI Sumber : Data Pribadi

5.2. Sistem Penghawaan


Sistem penghawaan saat penting khususnya pada bagian podium dan tower, dan untuk mendukung penghematan
energi bangunan, maka dibuat sebuah innercourt untuk memberikan cross ventilation dari Lobby, Ruang Prefunction
hingga Lounge.

Sistem penghawaan alami pun digunakan pada bagian restoran dan bar agar suasana makan dapat bercampur
dengan alam yang disediakan pada taman belakang dan kolam renang.

13
Gambar : Skema Cross Ventilation Gambar : Inner Courtyard
Sumber : Data Pribadi Sumber : Data Pribadi

5.3. Sistem Utilitas


5.3.1. Air Bersih
Air bersih yang digunakan pada tapak adalah air sumur dan akan memerlukan pengeboran sumur dalam
dikarenakan permukaan air tanah terus menurun. Maka dari itu diperlukan filterisasi air sebelum digunakan.
Filterisasi air dapat dilakukan dengan menggunakan sistem filter air yang akan mengolah air dengan 3
tahapan. Perlu adanya sumur resapan yang dalam 40 m, serta menerapkan konsep Zero Run Off dan
penghematan air. Dan untuk mendukung gerakan sustainable design, direncanakan untuk menambahkan
sumber air berupa rain harvesting system yang nantinya akan diproses ulang dan akan digunakan untuk
keperluan tertentu. Berikut dibawah ini adalah skema sistem air bersih yang akan diterapkan.

Skema : SIstem Air Bersih Gambar : Peletakan SIstem Air Bersih


Sumber : Data Pribadi Sumber : Data Pribadi

5.3.2. Air Kotor


Air kotor (Greywater) akan dikeluarkan ke saluran air tersebut setelah dilakukan filterisasi. Dengan
memanfaatkan Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL) yang dilengkapi bak pengumpul dan tangki resapan.
Untuk dapat melakukan pengolahan grey water, nantinya limbah akan dialirkan menuju bak pengumpul yang
memiliki ruang yang disekat dengan sebuah kassa, yang berfungsi untuk menyaring dan mengendapkan zat
yang terbawa, seperti sampah, minyak, dan pasir. Sedangkan Blackwater akan ditampung dan diproses oleh
Sewage Treatment Plan akan menghasilkan residu olahan yang lulus uji baku mutu di lab terakreditasi
sehingga hasil olah layak buang dan aman untuk disalurkan ke drainase kota. Berikut dibawah ini adalah
skema sistem air kotor yang akan diterapkan.

14
Skema : SIstem Air Kotor Skema : Peletakan SIstem Air Kotor
Sumber : Data Pribadi Sumber : Data Pribadi

5.3.3. Air Panas


Air Panas pada bangunan akan disediakan dengan penggunaan boiler mengingat jumlah air panas yang
harus disediakan juga temperatur yang harus stabil. DIgunakan boiler dengan jenis electric boiler
(menggunakan listrik)

Gambar : Ruang Boiler Gambar : Peletakan Ruang Boiler


Sumber : Miura Boiler Sumber : Data Pribadi

5.3.4. Air Hujan


Setelah dari atap dan green roof, air hujan akan dialirkan dan ditampung ke Rain Harvesting System
sehingga nantinya dapat digunakan kembali untuk berbagai macam keperluan. Khususnya untuk mengisi
kolam ikan yang ada pada tapak. Rain harvesting ini sudah sering digunakan untuk gerakan Sustainability
dan zero run off karena telah terbukti dapat membantu penghematan air.

15
Skema : SIstem Air Hujan
Sumber : Data Pribadi
5.3.5. Penangkal Petir
Penangkal petir digunakan sebagai penyalur listrik dari petir ke tanah. Penangkal petir digunakan untuk
mencegah resiko berbahaya yang dihasilkan petir. Maka dari itu, pemasangan benda ini sangat amat
disarankan. Penangkal petir ini dapat digunakan untuk gedung olahraga dengan konduktor baik, maka listrik
dapat dialirkan dengan resiko minim.

Gambar : Penangkal Petir Gent Gambar : Detail Tiang Penyalur Listrik


Sumber : Penangkalpetir.com Sumber : Sumber Pribadi

5.3.6. Sirkulasi Vertikal


Sirkulasi vertikal pada rancangan ini ada berupa lift dan tangga. Lift yang digunakan oleh tamu hotel ini
dirancang untuk dapat mudah dilihat dan dicapai dari lobby dan sirkulasi utama lainnya. Selain itu juga lobby
lift dirancang untuk dapat menampung penumpang yang menunggu sebanyak 0.4 m² per orang. Yang mana
pada rancangan sudah terhitung mencukupi untuk menampung 22 orang (setiap lift dapat menampung 11
orang) yaitu dengan luas 18.36 m².

16
Gambar : Lobby Lift di Basement Gambar : Lobby Lift di Lantai Dasar Gambar : Lobby Lift di Lantai Tipikal
Sumber : Data Pribadi Sumber : Data Pribadi Sumber : Data Pribadi

5.4. Sistem Struktur


5.4.1. Sistem Struktur Tingkat Tinggi
Untuk konsep strukturnya, rigid frame dan core beton dipilih sebagai struktur utama. Struktur rigid frame
struktur yang terdiri atas elemen-elemen linier, umumnya balok dan kolom, yang saling dihubungkan pada
ujung-ujungnya oleh joint yang dapat mencegah rotasi relatif di antara elemen struktur yang dihubungkannya.
Kekakuan struktural ini terletak pada sambungan kaku (rigid connection). Struktur rigid frame ini mampu
dengan baik menahan gaya aksial, sedangkan Penggunaan core cocok karena dapat menahan gaya lateral
saat gempa dan juga tahan api. Core diisi oleh jaringan utilitas, elevator dan tangga kebakaran.

Kelebihan lainnya:
● Dengan adanya inti di dalam sistem rigid frame membuat struktur rigid frame and core menjadi lebih stabil.
Terutama bertahan terhadap gaya torsi atau puntir pada bangunan
● Sistem utilitas dan shaft yang tersentralisasi pada core membuat pengawasan dan maintenance yang
mudah, serta lebih simple, efisien dan praktis.
● Adanya elemen linear yang dapat menahan gaya lateral.

5.4.2. Sistem Dilatasi


Antara massa podium dan tower dipisah dengan sistem dilatasi dengan konsol yang dengan ini jarak kolom
dapat dipertahankan sama dan menggunakan material prefabrikasi.

Gambar : Dilatasi dengan Konsol Gambar : Filter Air Reverse Osmosis Plant
Sumber : Niri Rubber Sumber : Alibaba

17
5.4.3. Perhitungan Pendekatan Struktur
A. Kolom
Kolom Tower
Luas Area yang ditanggung 40.5
Beban Lantai 2000
Jumlah Lantai 10
Koefisien Tegangan Ijin 350
Koefesien Keamanan 3
Area Kolom 6942.857143
Sisi Kolom 83.32380898 85 x 85 cm

Kolom Podium
Luas Area yang ditanggung 58.5
Beban Lantai 2000
Jumlah Lantai 4
Koefisien Tegangan Ijin 350
Koefesien Keamanan 3
Area Kolom 4011.428571
Sisi Kolom 63.33583955 65x 65 cm

Kolom Boh
Luas Area yang ditanggung 20.25
Beban Lantai 2000
Jumlah Lantai 2
Koefisien Tegangan Ijin 350
Koefesien Keamanan 3
Area Kolom 694.2857143
Sisi Kolom 26.34930197 30 x 30 cm

B. Balok

B1 Balok Anak B1
Bentang Balok 10 m Bentang Balok 10 m
H Balok 50 cm H Balok 25 cm
B Balok 25 cm B Balok 12.5 cm

B2 Balok Anak B2
Bentang Balok 9 m Bentang Balok 9 m
H Balok 45 cm H Balok 30 cm
B Balok 22.5 cm B Balok 15 cm

B3 Balok Anak B3
Bentang Balok 7 m Bentang Balok 7 m
H Balok 35 cm H Balok 30 cm
B Balok 17.5 cm B Balok 15 cm

B4 Balok Anak B4
Bentang Balok 6 m Bentang Balok 6 m
H Balok 30 cm H Balok 30 cm

18
B Balok 15 cm B Balok 15 cm

B5 Balok Anak B5
Bentang Balok 4.5 m Bentang Balok 4.5 m
H Balok 30 cm H Balok 30 cm
B Balok 15 cm B Balok 15 cm

C. Pondasi
Pondasi yang digunakan adalah bore pile yang pada proses pengeborannya akan menggunakan mini crane
karena dibutuhkan pondasi berdiameter 30 cm, 40 cm, 50 cm, 60 cm, sampai dengan 80 cm.

Pondasi Tower
P per tiang 241780
Qc 150 kg/cm2
A 7850 cm2
FK1 5
Jhp 180 kg/cm2
O 314 cm
FK2 9
R Tiang Panjang 50 cm
D Tiang Pancang 100 cm
Beban yang dapat ditanggung 810000
Jumlah Tiang Pancang 3.350153032
≈4

Pondasi Podium
P per tiang 152604
Qc 150 kg/cm2
A 5024
FK1 5
Jhp 180 kg/cm2
O 94.2 cm
FK2 9
R Tiang Panjang 40 cm
D Tiang Pancang 80 cm
Beban yang dapat ditanggung 468000
Jumlah Tiang Pancang 3.066761029
≈4

Pondasi BOH
P per tiang 86664
Qc 150 kg/cm2
A 2826
FK1 5
Jhp 180 kg/cm2
O 94.2 cm
FK2 9

19
R Tiang Panjang 30 cm
D Tiang Pancang 60 cm
Beban yang dapat ditanggung 121500
Jumlah Tiang Pancang 1.401966214
2

5.5. Sistem Kebakaran


Pada Bangunan akan diinstalasikan dua macam sistem proteksi kebakaran sesuai dengan standar, yaitu aktif dan
pasif. Sistem proteksi kebakaran aktif berupa sistem proteksi kebakaran yang menggunakan sumber energi seperti
sistem deteksi dan alarm kebakaran, pemadam basis air manual, pemadam basis air otomatis, dan pemadam basis
kimia portable berupa APAR.

Gambar : Sprinkler Gambar : APAR Gambar : Smoke Detector Gambar : Fire Alarm
Sumber : Google Images Sumber : Google Images Sumber : Google Images Sumber : Google Images

Selain itu, rancangan juga dilengkapi dengan tangga kebakaran sesuai dengan standar dengan radius 20 meter
(maksimal 24 meter). Tangga kebakaran berada di core yang tahan api dengan dilengkapi lift yang dapat digunakan
oleh pemadam kebakaran. Core juga dilengkapi dengan sistem pengendali asap di ruang evakuasinya dengan pintu
kebakaran sebagai penghalang asap yang dilengkapi dengan alat penutup pintu otomatis, sehingga pintu kebakaran
dapat menutup sendiri secara otomatis, juga didesain dapat tertutup secara rapat sehingga tidak terdapat celah yang
menyebabkan asap masuk ke ruang akses evakuasi.

Gambar : Peletakan Core Akses Gambar : Core Akses Kebakaran Gambar : Sistem Pengendalian
Kebakaran Sumber : Data Pribadi Asap
Sumber : Data Pribadi Sumber : Data Pribadi

Untuk sirkulasi evakuasi dan FCC, diperlukan diketahui volume bangunan untuk menentukan jalur akses yang mana
terhitung bahwa bangunan memiliki volume 52,599 m³. Maka disediakan jalur akses sepanjang seperempat keliling
gedung yaitu 59.48 m. Dan tersedia jalur sepanjang 134.2 meter pada tapak yang dapat digunakan sebagai jalur
akses

20
Tabel : Volume Bangunan Gedung untuk Penentuan Gambar : Jalur Akses Kebakaran
Jalur Akses Sumber : Data Pribadi
Sumber : SNI

21

Anda mungkin juga menyukai