Anda di halaman 1dari 12

SITOLOGI II

Oleh :
Nama : Iqbal Auni Rahman
NIM : B1A018105
Rombongan : C2
Kelompok :4
Asisten : Farah Saskia Hadi

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

Sitologi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari bentuk, susunan, sifat-


sifat fisik dan kimia sel, serta perkembangan dinding selnya. Sel tumbuhan
didefinisikan sebagai unit dasar struktural yang universal dari suatu struktur organik.
Komponen penyusun sel tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
komponen protoplasmik atau komponen hidup dan komponen non-protoplasmik atau
komponen yang tidak hidup. Komponen yang tak hidup mencakup amilum,
kristaloid putih telur dan kristal Ca-oksalat. Kristal kalsium oksalat yang terdapat
pada helaian dan tangkai daun bervariasi ukuran panjangnya (Harijati, 2011).
Sel adalah unit terkecil, fungsional, struktural, hereditas, produksi, dan
kehidupan yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu membran, sitoplasma, dan
inti. Membran, menyelubungi sel dengan fungsi mengatur keluar masuknya zat,
menyampaikan atau menerima rangsang, dan strukturnya terdiri dari dua lapisan, sel
mengandung sitoplasma dan nukleoplasma. Sitoplasma ini berisi sitosol
(cairan plasma) dan organel-organel, sedangkan nukleoplasma berisi caira inti sel,
anak inti (nukleolus) dan kromosom yang mengandung DNA (Campbell et al.,
2002).
Komponen sel tumbuhan ini tersusun atas organel-organel sel yang mampu
melangsungkan proses metabolisme sel tumbuhan secara langsung. Organel-organel
sel tumbuhan tersebut adalah inti sel, plastida, mitokondria, ribosom, retikulum
endoplasma, diktiosom, lisosom, mikrobadan, sferosom. Sitoplasma merupakan
salah satu komponen protoplasmik sel tumbuhan (Pandey, 1980). Sel selain memiliki
benda hidup terdapat pula benda tidak hidup (non-protoplasmik) yang disebut benda
ergastik. Benda ergastik dibagi menjadi dua jenis, yaitu benda ergastik padat dan
benda ergastik cair. Benda ergastik padat, yaitu amilum, aleuron, kristal. Benda
ergastik cair, yaitu asam organik, karbohidrat, lemak, protein, zat penyamak,
antosianin, alkaloid, minyak atsiri, dan terpentin (Kimball, 1983).

II. TUJUAN

Tujuan praktikum acara Sitologi II, adalah mengamati bagian-bagian sel yang
mati antara lain kristal Ca-oksalata.
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara Sitologi II diantaranya


mikroskop cahaya, jarum preparat baki preparat, kamera, alat tulis, object glass,
cover glass, pipet, tissue, laporan sementara, silet, dan lembar kerja.
Bahan-bahan yang digunakan adalah irisan membujur ibu tulang daun pepaya
(Carica papaya), irisan melintang tangkai daun talas (Colocasia esculenta) amilum
kentang (Solanum tuberosum), dan amilum singkong (Manihot esculenta),

B. Metode

Metode yang dilakukan dalam praktikum acara Sitologi II antara lain:


1. Irisan melintang dibuat pada tulang daun pepaya (Carica papaya) dan tangkai
daun talas (Colocasia esculenta) menggunakan silet. Irisan diletakkan di atas kaca
object glass, ditetesi air, dan ditutup dengan cover glass.
2. Amilum kentang (Solanum tuberosum) dan amilun talas (Colocasia esculenta)
diambil dengan cara ditusuk-tusuk bagian kentangnya menggunakan jarum
preparat. Cairan yang telah keluar, masing –masing diletakkan di atas object glass
dan ditetesi air, kemudian ditutup dengan cover glass.
3. Preparat diamati dengan perbesaran kecil hingga kuat, diamati kristal Ca-oksalat
dan tipe amilumnya, kemudian digambar dan diberi keterangan masing-masing.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Keterangan :
1. Kristal Ca-oksalat
1

Bentuk kristal : Bintang


atau drussen

Gambar 1. Ø.B. Ibu Tulang Daun Pepaya (Carica papaya) Perbesaran 400 X
Keterangan :
1
1. Kristal Ca-oksalat

Bentuk kristal : Jarum


atau rafida

Gambar 2. Ø.L. Tangkai Daun Talas (Colocasia esculenta) Perbesaran 400 X


Keterangan :
1. Hilus
1
2. Lamela

Tipe amilum :
2
Eksentris

Gambar 3. Amilum Kentang (Solanum tuberosum) Perbesaran 400 X


Keterangan :
1. Hilus
1
2. Lamela

Tipe amilum :
2 Konsentris

Gambar 4. Amilum Singkong (Manihot esculenta) Perbesaran 400 X


B. Pembahasan

Substansi ergastik terdeteksi pada semua komponen perkembangan tumbuhan


kecuali endosperma (Veselova et al., 2018). Substansi yang non-protoplasmik atau
bahan ergastik itu umumnya merupakan cadangan makanan yang jumlahnya
berlebihan atau keadaannya dalam jumlah yang besar pada tempat-tempat
penimbunan atau cadangan makanan seperti misalnya pada akar umbi, umbi-umbi,
biji dan lain-lain. Benda-benda ini terdiri dari substansi yang bersifat cairan maupun
padatan dan merupakan hasil dari metabolisme sel. Benda ergastik yang bersifat
padatan adalah amilum, aleuron, kristal Ca-oksalat, Kristal kersik, sistolit, dan lain-
lain. Benda ergastik yang bersifat cairan atau lender dari hasil tambahan
metabolisme yang bersifat organik atau anorganik terdapat di dalam cairan sel berupa
zat-zat yang larut di dalamnya, antara lain asam organik, karbohidrat, protein,
lemak, gum, lateks tanin, antosian alkaloid, minyak atsiri dan hars, yang ditemukan
dalam sitoplasma atau dalam vakuola. Pati atau amilum dan protein adalah zat
ergastik utama dari protoplas (Badria, 2019). Zat yang terlarut di dalam cairan sel
berbeda-beda untuk setiap sel, bahkan dalam sebuah sel komposisi zat yang
terlarut di masing-masing vakuola seringkali berbeda satu sama lain (Woelaningsih,
1987).
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk
fotosintesis) dalam jangka panjang (Kimball, 1983). Amilum merupakan produk dari
fotosintesis yang biasanya tersimpan dalam organ penimbun cadangan makanan pada
tumbuhan, seperti pada umbi, batang dan biji (Kumalawati et al., 2018). Berdasarkan
letak hilusnya, butir amilum dibedakan menjadi dua yaitu, amilum konsentris (hilus
di tengah) contohnya pada amilum singkong (Manihot esculenta), dan amilum
eksentris (hilus di pinggir) contohnya pada kentang (Solanum tuberosum) (Soeka et
al., 2015). Butir amilum juga dibedakan menjadi tiga tipe berdasarkan banyaknya
hilus yaitu amilum tunggal (monoadelph) apabila butir amilum mempunyai satu hilus
contohnya pada ketela pohon (Manihot utillissima), amilum setengah majemuk
(diadelph) apabila dalam satu butir amilum terdapat lebih dari satu hilus yang setiap
hilusnya dikelilingi lamela dan secara keseluruhan dikelilingi lamela bersama
misalnya amilum pada kentang (Solanum tuberosum), dan amilum majemuk
(poliadelph) apabila terdapat lebih dari satu hilus dan dikelilingi oleh lamela masing-
masing, contohnya pada padi (Oryza sativa) (Sutrian, 2004).
Kristal Ca-oksalat adalah hasil akhir dari suatu pertukaran zat yang terjadi di
sitoplasma umumnya terbentuk dari endapan garam oksalat yang jika terakumulasi
akan bersifat racun. Kristal-kristal ini terdapat dalam vakuola sel atau plasma selnya.
Oksalat memiliki peran bagi tanaman. Tidak hanya untuk kepentingan ekologis dari
serangan herbivora saja melainkan untuk kepentingan fisiologis tanaman tersebut.
Oksalat dapat berbentuk oksalat terlarut (soluble oxalte) dan oksalat tidak terlarut
(insoluble oxalate) (Akhtar et al., 2013). Kristal yang terdapat pada tumbuhan
merupakan hasil akhir dari metabolism, umumnya terbentuk dar kristal Ca-oksalat
yang diendapkan. Kristal tersebut tidak larut dalam asam cuka namun larut dalam
asam kuat. Bentuk-bentuk kristal Ca-oksalat yaitu, Kristal Pasir, berbentuk piramida
kecil, contohnya terdapat pada tangkai daun bayam kakap (Amaranthus hybridus),
tangkai daun tembakau (Nicotiana tabacum) dan begonia (Begonia sp), kristal
tunggal besar, berbentuk prisma atau pohedris misalnya terdapat pada daun jeruk
(Citrus sp). Bentuk rafida berbentuk seperti jarum atau sapu lidi terdapat pada daun
bunga pukul empat (Mirabilis jalapa), batang daun (Aloe vera), daun sosongkokan
(Rhoeo discolor) serta (Ananas comosus), dan lapisan epidermis batang daun suji
(Pleomele sp), kristal majemuk, disebut juga drussen berberntuk bintang atau roset,
terdapat pada tangkai daun pepaya (Carica papaya) dan korteks batang melinjo
(Gnetum gnemon) (Sutrian, 2004).
Berdasarkan hasil pengamatan dibawah mikroskop, ibu tulang daun pepaya
(Carica papaya) terdapat kristal Ca-oksalat yang berbentuk bintang (drussen). Hal ni
sesuai dengan referensi yang mengatakan bahwa kristal merupakan bahan ergastik
yang terdapat dalam sel berbagai tumbuban. Biasanya terdapat dalam sel korteks,
dapat juga terkandung dalam sel parenkim floem dan parenkim xylem. Kristal
dengan bentuk kelenjar disebut juga kristal drussen yang hanva terdapat pada sel-sel
tertentu dengan bentuk yang tidak teratur (dapat berbentuk bintang atau lainnya)
(Kartaspoetra, 1991).
Hasil pengamatan tangkai daun Colocasia esculenta di bawah mikroskop
memiliki tipe kristal Ca-oksalat dengan bentuk jarum atau rafida. Letaknya tidak
beraturan dan tersebar di mana-mana. Kristal rafida merupakan kristal yang memiliki
bentuk panjang, ramping dan kedua ujungnya meruncing. Rafida biasanya terhimpun
dalam berkas. Sel yang mengandung berkas rafida dapat berbentuk sama dengan sel
disekelilingnya dan dapat berbentuk idioblas, yaitu sel yang berbeda dari sel yang
ada di sekelilingnya (Hidayat, 1995).
Preparat berikutnya adalah kentang (Solanum tuberosum) bagian-bagian yang
teramati di bawah mikroskop adalah hilus dan lamela. Tipe amilum kentang
(Solanum tuberosum) adalah eksentris. Hal ini sesuai dengan pustaka yaitu cadangan
makanan paling banyak ditemukan pada leukoplast umbi akar, umbi batang, rizoma
dan biji. Amilum kentang letak hilusnya berada di tepi, kemudian juga dikelilingi
oleh lamela-lamela. Butir yang besar menunjukan lapisan yang mengelilingi sebuah
titik ditengah yaitu hilum (Hidayat, 1995).
Preparat amilum singkong (Manihot esculenta) bagian-bagian yang teramati
adalah hilus dan lamela. Berbeda dengan kentang (Solanum tuberosum) yang
amilumnya bertipe eksentris tipe amilum singkong (Manihot esculenta) yaitu
konsentris. Hal tersebut sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa pada
beberapa tempat kloroplas dapat membentuk butir pati yang besar sebagai cadangan
makanan. Butir yang menunjukkan lapisan yang mengelilingi sebuah titik ditengah
yaitu hilus, hilus ini dapat terletak di tengah atau agak ke tepi tergantung jenis
tumbuhannya (Intan, et al., 2017).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa bagian sel yang
mati berupa kristal Ca-oksalat pada ibu tulang daun pepaya (Carica papaya)
berbentuk bintang (drussen), sedangkan pada tangkai daun talas (Colocasia
esculenta) berbentuk jarum (rafida). Bagian sel mati berupa amilum pada singkong
(Manihot esculenta) mempunyai tipe konsentris, sedangkan pada kentang (Solanum
tuberosum) mempunyai tipe eksentris

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini adalah dalam pembuatan preparat harus benar
sesuai prosedur agar hasil pengamatan maksimal dan preparat yang diamati dapat
terlhat jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Akhtar, M., Israr, B., Bhatty, N., & Ali, A., 2013. Effect of Cooking on Soluble and
Insoluble Oxalates in Selected Pakistani Vegetables and Beans. International
Journal of Food Properties, 14, pp.241 – 249.

Badria, F. A., 2019. Plant Histochemistry: A Versatile and Indispensible Tool in


Localization of Gene Expression, Enzymes, Cytokines, Secondary Metabolites
and Detection of Plants Infection and Pollution. Acta Scientific Pharmaceutical
Sciences , 3(7), pp. 88-100.
Campbell, N. A., Reece, J. B. & Mitchell, L. G., 2002. Biologi Jilid 1 Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
Harijati, 2011. Pengaruh Pemberian Kalsium terhadap Ukuran dan Kerapatan Kristal
Kalsium Oksalat pada Porang(Amorphophallus muelleri blume). Jurnal
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Alam, 1(2), pp. 1-10.
Hidayat, E. B., 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB Press.
Intan, M. C., Dety, F. & Mikha, N., 2017. Pengaruh Penggunaan Jenis Pati pada
Karakteristik Fisik Sediaan Edible Film Peppermint Oil. Jurnal
Pharmascience, 4(2), pp. 201-209.
Kartasapoetra, A. G., 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (Tentang Sel dan
Jaringan). Kartasapoetra, A.G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan
(tentang Sel dan Jaringan). Jakarta : PT. Rineka Cipta. ed. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Kimball, J. W., 1983. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Kumalawati, H., Izzati, M. & Suedy, S. W. A., 2018. Bentuk, Tipe dan Ukuran
Amilum Umbi Gadung, Gembili, Uwi Ungu, Porang dan Rimpang Ganyong.
Buletin Anatomi dan Fisiologi, 3(1), pp. 56-61.
Pandey, B. P., 1980. An Introduction to Plant Anatomy. New Delhi: S Chand and
Company Ltd.
Soeka, Y. S., Rahmansyah, M. & Sulistiani, 2015. Optimasi Enzim α-Amilase dari
Bacillus amyloliquefaciens O2 yang Diinduksi Substrat Dedak Padi dan
Karboksimetilselulosa. Jurnal Biologi Indonesia, 11(2), pp. 259-266.
Sutrian, Y., 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan Tentang Sel dan Jaringan.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Veselova, T. D., Dzhalilova, K. K. & Timonin, A. C., 2018. Dynamics of Reserve
Substance Allocation in The Ovule and Developing Seed of Polycnemum
arvense L. (Polycnemaceae, Lower Core Caryophyllales). Mitteilungen des
Kärntner Botanikzentrums Klagenfurt, 25(1), pp. 1-16.
Woelaningsih, S., 1987. Anatomi Tumbuhan. Jakarta: Universitas Terbuka.
SITOLOGI II

Oleh :
Nama : Sultan Faishal Rizky Arafat
NIM : B1A018111
Rombongan : C2
Kelompok :4
Asisten : Farah Saskia Hadi

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
SITOLOGI II

Oleh :
Nama : Halimatus Sa’diyah
NIM : B1A018108
Rombongan : C2
Kelompok :4
Asisten : Farah Saskia Hadi

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019

Anda mungkin juga menyukai