Anda di halaman 1dari 15

METODE PENGUDUHAN DAN EKSTRAKSI BUAH

Kelompok 2 :
Dian Widi Hasta E34120081
Rizki Kurnia Tohir E34120028
Ade Indah Muktamarianti E341200
Elsafia Sari E341200
Maulana Ikhsan E341200
Pradiana Roro Ayu Candra E34120

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Dalam bidang kehutanan, perbanyakan secara generatif telah berkembang
sejak ratusan tahun yang lalu, kemudian mengalami modifikasi dan penyempurnaan
teknik. Secara umum, pengertian generatif adalah salah satu cara untuk
memperbanyak tanaman dengan menggunakan biji hasil perkawinan antara bunga
jantan dan betina. Dari biji inilah nantinya berkembang menjadi tanaman baru
sebagai regenerasi pohon induknya. Biji yang dihasilkan tanaman hutan sangat
bervariasi baik ukuran, bentuk maupun volume per-Kg-nya (Kamil 1997). Benih
adalah simbol dari suatu permulaan, merupakan inti dari kehidupan dan yang paling
penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan tanaman (Sutopo
2002).
Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung.
Biasanya pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Dikenal dua macam ekstraksi
benih yaitu ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia
sp. Falcataria moluccana) dan jenis – jenis yang memiliki daging buah yang kering
(Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis – jenis
yang memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach,
dan Azadirachta indica.
Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas
keseimbangan dengan udara luar disekitarnya dan siap untuk dilakukan proses
selanjutnya. Benih bersifat higroskopis, sehingga jika benih diletakan di dalam
ruangan dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air dan terjadi penurunan
kadar air. Namun, sebaliknya jika benih diletakkan dalam ruangan dalam RH tinggi,
maka kadar air benih akan bertambah atau meningkat. Selain bersifat higroskopis,
benih juga selalu ingin berada dalam kondisi equilibrium (keseimbangan) dengan
kondisi disekitarnya. Pengeringan benih merupakan proses perpindahan air dari
dalam benih ke permukaan benih dan kemudian air yang berada di permukaan benih
tersebut akan diluapkan jika RH ruangan lebih rendah. Proses ini akan terjadi hingga
keseimbangan kadar air benih dengan RH lingkungannya tercapai. Pengeringan
seringkali merupakan faktor yang sangat kritis pada tahap pengolahan benih terutama
pada musim hujan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menjelaskan metode pengunduhan dan
ekstrkasi buah pohon hutan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengunduhan Benih


Benih merupakan alat perkembangbiakan tanaman yang utama, oleh karena
itu kita perlu mengupayakan bagaimana agar benih ini tetap berkualitas, dalam arti
kalau disemai memberikan prosen kecambah yang tinggi dan bila di tanam pada
lahan yang bervariasi keadaanya bisa tumbuh baik, kematiannya kecil. Oleh karena
itu kita harus memperhatikan dan menggunakan cara-cara yang tepat dalam
pengunduhan dan penanganannya.
Sampai saat ini program penanaman selalu diawali dengan pengumpulan biji
dari sumber benih yang telah ada disuatu wilayah yang bersangkutan, baik dari
sumber benih yang secara alami sudah ada maupun dari hutan tanaman yang sudah
ditetapkan untuk sumber benih. Agar pengumpulan biji ini bisa sesuai dengan target
yang diharapkan maka instansi yang bergerak di bidang perbenihan harus mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi panen biji pada tanaman, serta faktor-faktor apa
yang bisa dikendalikan agar panen bisa terjadi setiap tahun (Muniarti 1996).
Pengumpulan biji yang berhasil biasanya merupakan hasil perencanaan yang
matang. Waktu yang cukup diperlukan untuk merencanakan strategi pengumpulan
yang praktis dan efisien dan untuk mengumpulkan sumber-sumber yang diperlukan
untuk pelaksanaannya. Faktor utama meliputi perkiraan panen yang tepat
perlengkapan yang layak dan pelaksana pengumpul yang terlatih. Pengumpulan yang
terinci untuk penelitian memerlukan perencanaan yang lebih baik dan detail daripada
pengumpulan yang bersifat rutin dan perlu survei pendahuluan beberapa tahun
sebelum dilakukan penelitian atau tergantung pada keadaan.
Perkiraan panen biji selalu diperlukan oleh kolektor, khususnya pada tahun-tahun
ketika produksi biji pada pohon rendah. Perkiraan panen yang baik membantu
mengurangi jumlah personil dan peralatan yang dibutuhkan. Panen biji dapat
diperkirakan dengan 5 metode yaitu: a) Penghitungan bunga; b) Penghitungan buah
muda dan biji muda; c) Penghitungan buah dalam satu tanaman, metode ini meliputi
penghitungan total dan sampel tajuk, d) sistem ranting; e) penghitungan biji dengan
pemotongan bagian buah.

2.2 Teknik Perbanyakan Generatif


Secara teknis silvikultur perbanyakan generatif tanaman adalah perbanyakan
dan bahan yang berasal dari biji. Perbanyakan secara generatif dapat dilakukan
dengan mudah dan murah bila biji pohon tersedia secara melimpah. Beberapa variasi
biji yang dihasilkan tanaman hutan tersebut menjadikan adanya teknik yang berbeda
dalam perlakuannya. Kondisi daya tahan dan lama penyimpanan menjadi faktor
pembatas dalam perbanyakan generatif ini. Ada biji tanaman hutan yang langsung
ditabur pada bak persemaian namun ada juga biji tanaman hutan yang dapat disimpan
datam waktu lama sebelum ditabur (Wahyu dan Asep 1995).
Dikenal dua tipe yaitu:
1. Biji ortodoks, yakni biji yang dapat disimpan dalam waktu lama sebelum
dikecambahkan,contohnya akasia, sengon, sawokecik, jati, cemara gunung,
ulin, merbau dan lain-lain.
2. Biji rekalsitran, yaitu biji yang tidak membutuhkan penyimpanan,disarankan
setetah biji masak langsung ditabur pada bak persemiaan. Biji tipe ini
biasanya memiliki kulit lunak, kandungan air tinggi serta tidak dapat disimpan
dalam waktu yang lama. Apabila disimpan terlalu lama akan menurunkan
daya kecambahan. Contohnya: biji tanaman merantai, mahoni, nangka, pulai
imba, turi dan lain-lain.
Kedua tipe biji yang berbeda tersebut menuntut perlaküan yang berbeda balk
dalam cara penyimpanan, pemecahan penghambat kecambah (skarifikasi), dan
penaburan dipersemaian. Dapat diterangkan ketika jenis tanaman hutan tersebut
sudah masak baik secara fisik dan fisiologis maka biji segera dipanen. Setelah biji
dipanen perlakuan lanjutan yang dibutuhkan adalah penaburan di bedeng semai.
Rangkaian teknik perbanyakan generatif yang dilakukan dalam kehutanan antara
lain sebagai berikut:
1. Pengunduhan Buah/Biji
Biji yang sudah masak secara fisik dan fisiologis dipanen dengan cara
dipanjat / diambil dengan galah. Pada beberapa jenis tertentu biji yang sudah
masak dibiarkan jatuh dari pohonnya kemudian dikumpulkan dari lantai
hutan.
2. Seleksi Buah/biji
Biji yang telah dipanen kemudian dipilih yang bernas, tidak kosong, sehat dan
tidak diserang hama/penyakit. Cara pemisahannya dapat dilakukandengan
perendaman dalam air, dimana biji yang terapung dibuang. Seleksi yang lain
dapat dibedakan berdasarkan besar kecilnya biji maupun bentuknya
3. Penyimpanan Biji
Biji yang termasuk kategori biji ortodoks disimpan dalam suhu dan wadah
tertentu untuk menjaga kelembaban udara dan kadar airnya. Biasanya biji
dimasukkan ke dalam kantung plastik kemudian disimpan dalam lemari
berpendingin (DCS= Dry Cool Storage). Dengan cara penyimpanan yang
tepatdiharapkan kelembaban dan kadar air dalam biji dapat dipertahankan
dalam waktu tertentu sampai biji tersebut ditabur.
4. Penaburan biji
Jenis biji rekalsitran yang tidak memerlukan waktu simpan yang lama segera
disemaikan dalam bak tabur. Perlakuan pada tingkat persemaian yang perlu
diperhatikan adalah kecukupan air, media yang sarang (porous), interisitas
sinar matahani dan kelembaban udara.
5. Penyapihan
Dalam waktu tertentu biji yang tetah ditabur akan memuncutkan tunas
tanaman. Setelah muncul daun muda yang sempurna segera pindahkan
tanaman dan bak persemaian ke dalam polybag yang berisi campuran media
tanah dan pupuk kompos. Tempatkan ke dalam areal persemaian yang
memiliki intensitas cahaya matahari 50-75%, lakukan penyiraman secukupnya
dan berikan pupuk dasar agar menunjang pertumbuhan tanaman.
6. Pemeliharaan dan Perawatan sampai dengan siap tanam
Tanaman dipelihara antara lain dengan pemberian pupuk, pembersihan dari
gulma, penyemprotan dengan insektisida/fungisida ketika tanaman diserang
hama/jamur dan pemeliharaan lainnya. Lama pemeliharaan ditingkat semai
bervaniasi antara 4-6 bulan sampai siap tanam.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN

3.1 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang digunakan untuk
membuat gambaran secara sistematis mengenai fenomena yang dikaji secara
asosiatif.
3.2 Teknik Penulisan
Data penulisan ini diperoleh dengan teknik studi pustaka (Library Research).
Sumber kajian berasal dari buku-buku, jurnal dan sumber informasi lainnya baik yang
relevan dengan permasalahan yang diangkat. Sumber kajian tersebut diperoleh dari
media informasi baik cetak maupun elektronik.
3.3 Jenis dan Bentuk Data
Jenis dan bentuk data yang digunakan adalah data sekunder, yakni data yang
diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Teknik Penngunduhan Buah


Benih sebaiknya dipanen dari pohon induk yang cukup umur dan sehat. Pohon
induk yang sehat dicirikan oleh batang yang lurus dan serta bebas dari hama/penyakit
(Wbisono et al 2006). Teknik pengunduhan buah ada bermacam-macam. Secara
umum teknik pengunduhan buah yang paling banyak digunakan diantaranya :
A. Pemanjatan Pohon
Sebelum melakukan pemanjatan untuk pengambilan buah. Diperlukan
langkah-langkah yang tepat, agar keselamatan pemanjatan dapat terjamin dengan
baik. Adapaun langkah-langkah tersebut menurut Nurhayati (1997) adalah sebagai
berikut: Persiapan Dalam rangka melaksanakan pemanjatan pohon dibutuhkan
adanya kombinasi antara kekuatan tangan dan keseimbangan. Untuk itu perlu
dilakukan persiapan yang baik dan benar dengan perencanaan yang matang.
Dalam kegiatan pemanjatan untuk pengunduhan beniih peralatan dan
perlengkapan yang digunakan antara lain : tali, harness atau sadel, karabiner,
deskender, stopper, prussik, spurs, tangga, pelontar tali, three hook, baju pemanjat,
sepatu boot, sarung tangan, helm, kantong buah. Peralatan dan perlengkapan
tersebut harus dalam kondisi baik dan memnuhi syarat keamanan bagi pemanjat
pohon. Selain itu sebelum melakukan kegiatan pemanjatan untuk pengunduhan
benih harus dilakukan latiham fisik terlebih dahulu. Latihan fisik yang perlu
dilakukan antara lain : aerobik, chin up, knee raise, ledge hang, the dip, wrist roll
dan lain-lain. Dan yang terakhir yaitu harus mempelajari karakteristik pohon yang
akan dipanjat. Hal yang perlu diperhatikan : kulit batang (ketebalan, kelicinan,
kekerasan),percabangan (kekuatan cabang, cudut percabangan) serta diameter
batang. Hal ini untuk menentukan peralatan yang akan dipergunakan.
Pemanjatan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dan alat, seperti
dengan menggunakan tangga maupun tali serta dengan mengkombinasikan
beberapa alat. Dalam pemanjatan, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :
lokasi dan kondisi lapangan, karakteristik pohon, serta peralatan yang harus
dipersiapkan. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai pemanjatan dengan
menggunakan tali dan spurs.
1. Memulai Pemanjatan
Waktu memanjat kita harus menguasai betul teknik pemanjatan pohon.
Penggunaan peralatan panjat seperti spurs, harness, carabiner maupun tali-
temali harus sesuai dengan ketentuan.
2. Pemanjatan pada Percabangan
Pemanjatan pada percabangan dilakukan dengan cara mengganti stropper.
Dalam penggantian stropper yang harus diingat adalah sebelum stropper
pertama dilepas, kita harus memastik bahwa stropper kedua dalam posisi yang
tepat. Pemasangan carabiner stropper kedua pada harness harus diatas
carabiner stropper pertama, untuk memudahkan pelepasan carabiner stropper
pertama.
3. Pengunduhan
Sebelum melakukan pengunduhan, kita buat anchor pada cabang tertinggi
yang kuat sebagai penahan berat badan pemanjat. Setelah anchor terpasang,
kita dapat melakukan pengunduhan pada cabang maupun anak cabang.
Pengunduhan buah pada pohon berdaun jarum lebih mudah dilakukan
daripada pohon berdaun lebar. Hal ini disebabkan karena cabang pohon
berdaun lebar secara umum mempunyai cabang yang lebih panjang, sehingga
kita harus berjalan mengikuti arah cabang tersebut.
4. Berpindah Pohon
Hal ini dimungkinkan apabila jarak kedua pohon yang diunduh mempunyai
jarak yang relatif dekat dan ukuran pohon cukup tinggi. Alat yang digunakan
antara lain jangkar dan tali. Teknik yang digunakan adalah dengan menarik
ulur tali agar kita mendekat ke pohon kedua. Setelah kita sampai pohon kedua
kita memasang anchor lagi dan melakukan pengunduhan kembali.
5. Turun dari pohon
Sebelum kiuta turun kita harus memeriksa bahwa alat-alat maupun benih
sudah kita turunkan terlebih dulu dengan menggunakan tali dan descender.
Apabila panjang tali utama tidak cukup panjang, maka kita harus
memindahkan anchor pada cabang yang lebih rendah. Setelah kita ukur tinggi
pohon dengan tali utama, kita turun dari pohon dengan menggunakan “figure
8″. Selain dengan figure 8 kita dapat pula menggunakan tali prussik maupun
descender.

B. Merontokkan dengan Galah


Metode ini umumnya dipakai pada pohon yang tidak terlalu tinggi, biji dalam
buah terlindungi dengan baik oleh kulit buah, sehingga tidak rausak ketika jatuh,
dan batang pohonnya relatif susah untuk dipanjat.

C. Menngumpulkan Buah atau Benih Langsung Di Bawah Pohon


Metode ini umumnya digunakan pada pohon yang sulit untuk dipanjat
maupun diambil buahnya dengan menggunakan galah. Pengunduhan buah dengan
metode ini lebih mudah dengan dua metode sebelumnya, selain itu, biaya yang
dikeluarkan juga relatif lebih murah.

4.2 Ekstraksi Biji


Ekstraksi biji adalah pengeluaran biji dari buah/polongnya. Menurut Utomo
(1989) dalam Nurhayati (1997) ekstraksi benih merupakan peroses pengeluaran benih
dari buah, polong, kerucut, kapsul atau bahan pembungkus benih lainnya. Ekstraksi
diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung. Biasanya
pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Berdasarkan jenis buahnya, ekstrkasi
benih menurut Utomo (1989) dalam Nurhayati (1997) dapat dilakukan dengan cara
basah dan kering. Ekstraksi cara basah untuk buah berdaging, biasanya ditujukan
untuk menghilangkan daging buah. Cara in dapat dilakukan secara manual atau
mekanik. Apabila sisa daging buah dibiarkan menempel pada benihnya, maka ekstrak
atau zat yang terkandung dalam daging buah tersebut akan berfungsi sebagai
penghambat perkecambahan. Ekstraksi cara kering dilakukan dengan jalan
pengeringan buah. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar matahari
atau dengan menggunakan panas buatan (fruit/seed drier).
Sementara itu berdasarkan proses ekstraksi ini, buah dan polong dapat
digolongkan menurut cara mengekstraksi. Adapaun penggolongan tersebut
diantaranya :
1. Cone dan Polong
Sesudah tindakan pra-perawatan, buah polong dikeringkan sampai pada
tingkat kadar air tertentu dimana buah polong tersebut mulai terbuka. Setelah
terbuka bijinya diambil dengan menggunakan tangan atau mesin
khusus. Kerusakan mesin dapat dengan mudah menimbulkan kerusakan pada
benih apabila terjadi terlalu banyak benturan dan getaran. Setiap famili pohon
(families) dapat berbeda dalam hal kadar air cone dan ketebalan dan struktur
lapisan benih, dan ekstraksi standar dapat juga mempengaruhi famili pohon
(families) tersebut secara berbeda.
2. Buah Kering
Ini merupakan kelompok yang bermacam-macam. Kantung (follicles) yang
terbelah sebelah kebawah, polong dari tumbuhan polong yang terbelah dua belah
kebawah, dan kapsul dari tanaman eucalyptus yang terbelah kedalam (split in)
menjadi tiga atau beberapa belah. Beberapa jenis buah akan terbuka dengan
sendirinya apabila dikeringkan khususnya apabila buah tersebut dipetik pada saat
yang tepat, bukan sebelum waktunya dan apalagi dengan pengeringan terlalu
cepat. Beberapa benih dapat diperoleh melalui gosokan ringan atau rontok,
sedangkan lainnya memerlukan bantuan mesin. Proses seperti ini dapat
mengakibatkan kerusakan pada benih apabila tidak dilakukan dengan
teliti. Perbedaan famili pohon (family) dalam struktur lapisan benih dapat
menyebabkan perbedaan antar famili dalam kerusakan.
3. Buah dengan daging yang berair (fleshy)
Jenis buah dengan daging yang berair berpotensi sulit. Segera setelah
pengumpulan, daging buah tersebut mulai berubah lunak dan mulailah proses
fermentasi. Untuk menjaga agar bijinya tidak kehilangan kapasitas
perkecambahan, daging buahnya perlu segera dihilangkan. Makin matang buah
tersebut makin cepat pula proses fermentasi dimulai. Famili-famili tanaman
seringkali memiliki kematangan buah dan benih yang sangat berbeda, dan akan
mengalami pengaruh secara berbeda yang disebabkan penanganan populasi benih
yang buruk secara keseluruhan.
4. Benih rekalsitran
Ini merupakan kelompok benih dengan sifat yang tidak diketahui dalam hal
kemampuan bertahan pada penanganan yang buruk. Benih berbeda dalam kadar
airnya. Lagi pula serangan jamur akan berbeda antar famili pohon (families)
disebabkan perbedaan kondisi lingkungan benih dari pohon induk.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Ada beberapa metode dalam mengunduh buah pada pohon hutan,
yakni memanjat, mengambil dengan mengambil galah, dan mengunduh
langsung di bawah pohon tersebut. Sementara itu dalam ekstraksi benih
dibedakan berdasarkan faktor jenis buah dan proses ekstraksi. Berdasarkan
jenis buahnya ekstarkasi dapat dilakukan dengan cara basah atau kering.
Sedangkan berdasarkan proses ekstraksinya, ekstraksi dibedakan menjadi
empat bagian yaitu : ekatraksi Cone dan polong, buah kering, buah dengan
daging yang berair (fleshy), dan buah rekalsitran.

5.2 Saran
Diperlukan kajian lebih lanjut mengenai metode yang tepat dalam
pengunduhan dan ekstraksi buah yang tepat guna mendapatkan hasil yang
maksimal. Pengektraksian dan pengunduhan buah untuk pemuliaan tanaman
sebaiknya memperhatikan kondisi pohon induk dan penggunaan metode yang
tepat setiap jenis pohonnya.
DAFTAR PUSTAKA

Kamil J. 1982. Teknologi Benih I. Padang(ID): Universitas Andalan Press.


Muniarti E. 1996. Informasi Hasil Penelitian Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal
terhadap Viabilitas Benih Kemiri (Aleurites moluccana Wild). Keluarga
Benih 7(1): 59-65.
Nurhayati K. 1997. Pengaruh Ukuran dan Saat Perekahan Buah pada Proses Ekstraksi
terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Semai Khaya antoteca C.DC
[skripsi]. Bogor(ID). Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Sutopo L. 2002. Teknologi Benih. Jakarta(ID): PT. Raja Grafindo Persada.
Wahyu CM dan Asep Setiawan. 1995. Produksi benih. Jakarta(ID): Bumi Aksara
Wibisono ITC, Priyanto EB, Suyradiputra IN. 2006. Panduan Parkatis Rehabilitasi
Pantai. Bogor(ID): Wetlands International Indonesian Programme.

Anda mungkin juga menyukai