Anda di halaman 1dari 15

Risalah

Pernikahan
JILID 1
A. Tujuan pernikahan dalam islam

Merupakan bagian dari fitrah manusia, yaitu laki-laki


membutuhkan wanita dan juga sebaliknya, wanita
membutuhkan laki-laki. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman
dalam potongan QS. Ali Imran : 14 “Dijadikan terasa indah dalam
pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan
berupa wanita-wanita….”
Maksud “Allah menjadikan terasa indah dalam pandangan
manusia cinta terhadap apa yang diinginkan” dalam tafsir Al-
Qurtubi (IV/20) ialah dengan pandangan dan persiapan demi
memperoleh manfaat dan menumbuhkan tabiat yang condong
kepadanya.

Adapun jalan sah untuk memenuhi kebutuhan insani ini


adalah dengan ‘Iaqdun nikah’ (melalui jenjang pernikahan),
bukan dengan cara kotor dan menjijikan. Seperti yang
diperbuatan orang sekarang dengan berpacaran, kumpul kebo,
melacur, berzina, melakukan lesbi atau homoseksual, dan lain
sebagainya yang menyimpang serta jelas-jelas diharamkan oleh
syariat islam.
B. Membentengi Akhlak yang Luhur dan
Menundukan Pandangan
Sasaran utama disyariatkannya pernikahan dalam islam
adalah untuk membentengi manusia dari perilaku perbuatan
kotor dan keji, yang dapat merendahkan dan merusak martabat
yang luhur. Islam menjadikan pernikahan dan pembentukan
keluarga sebagai sarana efektif demi memilihara pemuda dan
pemudi muslim dari kerusakan, serta supaya bisa melindungi
masyarakat dari kekacauan.

Dr Yazid Bin Abdul Qodir Jawas dalam buku Panduan Keluarga Sakinah

hal : 55

C. Menegakkan Rumah tangga yang Islami

Tujuan yang luhur dari pernikahan tidak lain supaya


suami-istri menegakan syariat Islam dalam rumah tangga. Setiap
muslim dan muslimah wajib berusaha menegakan rumah tangga
berdasarkan syariat islam. Untuk dapat membina rumah tangga
yang islami, agama ini memberitahukan kepada setiap muslim
dan muslimah yang hendak meikah perihal kriteria calon
pasangan yang ideal, yaitu harus kafa’ah dan shalihah.
Kafa’ah Menurut Konsep Islam

Pengaruh buruk materialisme banyak menipu orangtua.


Tidak sedikit orangtua sekarang yang menitikberatkan pada
kriteria banyak harta, kedudukan yang seimbang, status sosial
yang sama, dan keturunan yang baik dalam memilih calon
pendamping hidup putra-putrinya. Masalah kufu’ atau kafa’ah
(sederajat, sekufu) hanya diukur berdasarkan materi, sedangkan
pertimbangan agama tidak diperhatikan.

Memilih Calon Istri yang Shalihah

Seorang laki-laki yang hendak menikah harus memilih


wanita yang shalihah. Demikian pula wanita yang hendak
menikah, dia harus memilih laki-lahi yang shalih. Hendaklah kamu
memilih wanita yang memiliki ciri-ciri sebagai wanita shalihah
menurut al Qur-an, as-Sunnah yang shahih, dan penjelasan para
ulama adalah sebagai berikut:

a. Taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya.


b. Taat atau bersikap patuh kepada suami, bisa memelihara
kehormatan diri pada saat suami ada maupun tidak ada,
mampu menjaga harta suami, dan mau membantu suami
dalam urusan ukhrawi (urusan akhirat).
c. Menjaga shalat yang lima waktu.
d. Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan
e. Memakai jilbab yang menutup seluruh aurat, bukan untuk
tabarruj (pamer kecantikan) seperti wanita Jahiliyah.
f. Selalu menjaga lisannya.
g. Tidak berbincang dan berduaan dengan laki-laki yang bukan
mahramnya, sebab yang ketiganya adalah syaitan.
h. Taat kepada orangtua dalam kebaikan.
i. Berbuat baik kepada tetangga sesuai dengan syariat.

Begitupula sebaliknya. Laki-laki yang shalih adalah yang


taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya, berbakti kepada
orangtua, menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan
ramadhan, amanah, kuat, bertanggung jawab, dan berahlak
mulia.

D. Meningkatkan Ibadah kepada Allah

Islam memandang kehidupan dunia sepenuhnya untuk


mengabdi atau beribadah kepada Allah dan berbuat baik
kepada sesama manusia. Berdasarkan sudut pandang ini, rumah
tangga ibarat suatu lahan subur bagi peribadahan dan amal
shalih di samping ibadah dan amal-amal lainnya, bahkan
berhubungan suami-istri termasuk ibadah (sedekah).
E. Memperoleh keturunan yang Shalih

Tujuan pernikahan di antaranya adalah memperoleh


keturunan yang shalih, yakni untuk menjaga eksistensi dan
memperbanyak bani Adam. Yang lebih penting lagi dalam
pernikahan di samping memperoleh anak atau keturunan
adalah berusaha mencari serta membentuk generasi penerus
yang berkualitas, yaitu mendidik anak hingga menjadi seorang
yang shalih dan betakwa kepada Allah.

Tentang tujuan pernikahan, agama Islam juga


memandang pembentukan keluarga sebagai jalan untuk
merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar, yang meliputi
berbagai aspek kemasyarakatan, yang akan mempunyai
pengaruh besar dan mendasar terhadap pribadi maupun
eksistensi umat Islam.

Menikah adalah kekuatan bagi umat Islam,


memperbaharui keberadaan para pemudanya, serta
menghinakan musuhnya karena ia menjadi wasilah (sarana)
dalam menambah jumlah kaum muslimin seluruh dunia untuk
memakmurkan bumi.
Manfaat yang Banyak dari Pernikahan

Anjuran menyelenggarakan pernikahan oleh Rasulullah


Shallallahu' alaihi wasallam ini mengandung berbagai manfaat,
seperti dijelaskan para ulama, di antaranya sebagai berikut.
A. Melaksanakan perintah Allah
B. Melaksanakan dan Menghidupkan Sunnah Nabi
C. Menundukan Pandangan
D. Menjaga Kehormatan Laki-laki dan Perempuan
E. Terpeliharanya Kemaluan dari Berbagai Maksiat
F. Termasuk Golongan yang Ditolong Allah
G. Menunaikan Ganjaran yang Amat Banyak
H. Mendatangkan Ketenangan Hidup
I. Memiliki Keturunan yang Shalih
J. Menjadi Sebab Semakin Banyaknya Umat Nabi Muhammad
Shallallahu' Alaihi Wasallam

1. Manfaat dari keturunan yang banyak

Di antara manfaat memiliki banyak anak adalah:

a. Mendapatkan karunia yang sangat besar yang lebih tinggi


nilainya daripada harta.
b. Menjadi buah hati yang menyejukkan pandangan.
c. Sasaran untuk memperoleh ganjaran dari sisi Allah.
d. Di dunia mereka bisa tolong-menolong dalam kebijakan.
e. Dapat membantu meringankan beban orangtua.
f. Doa mereka jadi amalan shalih yang bermanfaat untuk
kedua orangtua (setelah meninggal dunia).
g. Menjadi Syafa’at untuk kedua orangtua saat anak
meninggal sebelum baligh.
h. menjadi hijab (pembatas) antara dirinya dan api Neraka,
manakala orangtuanya dapat mendidik sehingga menjadi
anak shalih dan shalihah.
i. Menjadi salah satu sebab kemenangan kaum muslimin
ketika jihad fi sabilillah diserukan, karena jumlah mereka
banyak.
j. Membuat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
berbangga pada hari Kiamat, dengan sebab jumlah
umatnya yang begitu banyak.

2. Sikap terbaik ketika belum dikaruniai anak


3. Sedekah dan istigfar sebagai sarana memperoleh anak
Bagi suami dan istri yang belum dikaruniai anak hendaknya
memperbanyak sedekah maupun infak. Sebab sedekah
yang diberikan secara ikhlas karena Allah mempunyai
keajaiban yang luar biasa dan mengandung banyak
manfaat.
Tata Cara Pernikahan Dalam Islam

Islam memberikan konsep yang jelas tentang tata cara


pernikahan berdasarkan Al Qur-an dan As Sunnah yang shahih
sesuai dengan pemahamanan Salafush Shalih, di antaranya:
A. Khitbah dan Hukumnya
Khitbah (meminang) adalah seorang laki-laki meminta
seorang wanita untuk dinikahinya. Jika permohonannya
dikabulkan, maka kedudukannya tidak lebih sebagai janji untuk
menikahi. Dengan kata lain, pernikahan belum dianggap
terlaksana dengan persetujuan ini dan wanita masih tetap
sebagai wanita asing hinggal laki-laki tersebut melangsungkan
akad pernikahan dengannya. Meminang adalah pendahuluan
sebuah pernikahan yang tidak membawa konsekuensi apa pun
seperti yang pada pernikahan sesungguhnya.
Nabi Muhammda Shallallahu' Alaihi Wasallam melarang
membeli barang yang sedang ditawar (untuk dibeli)
saudaranya, dan melarang sesorang meminang wanita yang
telah dipinang sampai orang yang meinang itu
meninggalkannya atau mengizinkannya.

Hadits shahih: HR. Al – Bukhari (no.5142) dan Muslim (no. 1412) dari Ibnu
Umar Lafazah ini miliki Al-Bukhari.
1. Hukum memandang saat meminang

Disunahkan melihat wajah wanita yang akan dipandang, dan


boleh melihat apa-apa yang dapat mendorong seorang
muslim untuk menikahi wanita itu. Rasulullah Shallallahu' Alaihi
Wasallam bersabda:
“Jika seseorang di antara kalian meminang seorang wanita,
apabila dia bisa melihat apa-apa yang dapat
mendorongnya untuk menikahinnya maka lakukanlah! ”

Hadits shahih: HR. Ahmad (III/334, 360), Abu Dawud (no.2082), dan Al
Hakim (II/ 165) dari Jabir bin Abdillah.

Imam At-Tirmidzi Rahimakumullah menerangkan: “Beberapa


ulama berpendapat dengan hadits ini bahwasanya tidak
mengapa seseorang melihat wanita yang dipinang selagi
tidak melihat apa yang diharamkan darinya.”

2. Batasan melihat kepada wanita yang dipinang

Tentang melihat wanita yang dipinang, terjadi ikhtilaf


(perbedaan pendapat) di kalangan ulama, dan ikhtilafnya
berkaitan dengan bagian mana sajakah yang boleh dilihat.
Ada yang berpendapat boleh melihat selain muka dan
kedua telapak tangan yaitu melihat rambut, betis, dan
selainnya; berdasakan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam : “Melihat apa-apa yang dapat mendorongnya
untuk menikahinya ”. Tetapi yang disepakati ialah melihat
MUKA dan KEDUA TANGANNYA. Wallahu a’lam

Catatan:
Perlu diingat bahwa tujuan melihat wanita adalah dengan niat
meminangnya, bukan untuk melampiaskan syahwat dan bukan
untuk memuaskan nafsu. Dr Yazid Bin Abdul Qodir Jawas dalam buku
Panduan Keluarga Sakinah hal: 84

3. Melihat kembali wanita yang dipinang


Seseorang boleh mengulangi melihat wanita yang telah
dipandangnya walaupun tanpa izin, supaya menjadi jelaslah
tampilan fisiknya sehingga tidak menyesal setelah menikah.
4. Jika wanita yang dipandang tidak menarik hati
Apabila seseorang sudah melihat wanita yang hendak
dinikahi dan dia tidak menarik hatinya, hendaklah dia diam.
Tidak boleh menyiarkan apa yang tidak dia sukai darinya.
Dalam kondisi tersebut, laki-laki yang meminang tidak boleh
mengatakan: “Aku tidak mau dengannya,” karena itu dapat
menyakiti hati wanita yang dipinang.
5. Membatalkan dan menarik pinangan
Tidak dimakruhkan bagi wali untuk meralat jawaban
pinangan jika dia melihat kemaslahatan bagi wanita yang
dipinang itu. Tidak dimakruhkan pula bagi wanita untuk
mengembalikan pinangan jika tidak suka kepada orang yang
meminangnya.
Karena nikah adalah akad yang berlangsung sepanjang
masa dan kemudharatannya akan dirasakan sejak akad ini
dilaksanakan. Maka, seseorang harus berhati-hati untuk
dirinya dan melihat akibat kedepannya.
Maksudnya, seorang laki-laki yang meminang wanita lalu
tidak cenderung atau tidak meminta menikahinya maka
hendaklah dia memberi kepastian ini kepada si wanita
supaya laki-laki lain dapat meminangnya.
6. Ketika laki-laki shalih datang meminang
Tidak hanya seorang laki-laki shalih yang dianjurkan
mencari wanita muslimah ideal tetapi juga bagi wali kaum
wanita. Wali ini wajib mencarikan laki-laki shalih untuk
dinikahkan dengan putrinya. Laki-laki yang shalih adalah laki-
laki yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, taat kepada
kedua orangtua, melaksanakan shalat yang lima waktu,
berpuasa pada bulan Ramadhan, amanah, kuat, memiliki
tanggung jawab, dan lainnya
7. Boleh juga seorang wali menawarkan putri atau saudara
permpuannya kepada orang-orang shalih
8. Shalat Istikharah
a. Istikharah untuk memutuskan segala sesuatu
Setelah seorang laki-laki nazhar (melihat) seorang wanita
yang dipinang dan si wanita sudah melihat laki-laki yang
meminangnya lalu muncul tekad bukat untuk menikah,
maka hendaklah mereka mengerjakan shalat Istikharah
serta berdoa sesuai shalat. Yaitu memohon kepada Allah
agar memberi taufik dan kecocokan, juga memohon agar
diberikan pilihan terbaik oleh-Nya.
b. Fawa-id (faedah-faedah) berkaitan dengan Istikharah
1) Shalat Istikharah hukumnya sunnah
2) Doa istikharah dapat dilakukan setelah shalat Tahiyyatul
Masjid, shalat sunnah rawatib, shalat Dhuha, atau shalat
malam.
3) Shalat Istikharah dilakukan untuk meminta ditetapkannya
pilihan kepada calon yang baik, bukan hanya untuk
memutuskan jadi atau tidaknya menikah. Karena, asal dari
pernikahan adalah dianjurkan.
4) Hendaknya ikhlas dan ittiba (meneladani Nabi) dalam
berdoa Istikharah.
5) Tidak ada hadits yang shahih jika sudah shalat Istikharah
akan ada mimpi, dan lainnya.
Bersambung...
By MDP Group (Design Team)
©2018
Arranged by Anggi Maulana
Design Layout by Rahmadi Adrianto
f redaksi .mdpmedia@gmail.com
g 087722341109
http://mdpmedia.co.id/
Source Panduan Keluarga Sakinah
©2002 Dr Yazid Bin Abdul Qodir Jawas

Anda mungkin juga menyukai