Anda di halaman 1dari 12

Tujuan Mulia

M e n i k a h
&
B e r k e l u a r ga
Yang perlu sama-sama kita pahami
Meni kah & B erkeluarga
Menikah dan berkeluarga itu bukan persoalan keinginan seseorang.
Oleh karena itu, lelaki dan perempuan lajang tidak perlu ditanya
apakah mereka ingin menikah atau tidak.
Jika menikah dipahami hanya soal ingin, maka ada orang tidak mau
menikah dengan alasan tidak ingin, dan ada orang yang menikah setiap
hari karena selalu ingin.
Menikah adalah tugas peradaban, karena hanya dengan pernikahanlah
lahir peradaban kemanusiaan yang mulia di masa depan.
T u j u a n
Menikah
Menikah bukanlah tujuan pribadi semata, karena pernikahan
memiliki tujuan yang jelas dan mulia, diantaranya:

Lelaki dan perempuan lajang hendaklah


menyiapkan diri menuju pernikahan
1. Melaksanakan tuntunan para rasul
yang sesuai dengan tuntunan agama dan 2. Menguatkan ibadah
aturan negara. Jika belum memiliki 3. Menjaga kebersihan dan kebaikan diri
cukup kekuatan motivasi untuk menikah,
perhatikanlah berbagai tujuan mulia dari
4. Mendapatkan ketenangan jiwa
pernikahan yang dituntunkan agama. 5. Mendapatkan keturunan
Menikah itu bukan semata-mata 6. Investasi Akhirat
penyaluran hasrat biologis, namun
menikah merupakan sarana
7. Menyalurkan fitrah
terbentuknya masyarakat, bangsa dan 8. Membentuk peradaban
negara yang kuat serta bermartabat.
1.Melaksanakan tuntunan para Rasul

Menikah adalah ajaran para Nabi dan Rasul. Hal ini menunjukkan, pernikahan bukan
semata-mata urusan kemanusiaan semata, namun ada sisi Ketuhanan yang sangat kuat.
Oleh karena itulah menikah dicontohkan oleh para Rasul dan menjadi bagian dari ajaran
mereka, untuk dicontoh oleh umat manusia.

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami
memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.” (QS. Ar Ra’du: 38).

Ayat di atas menjelaskan bahwa para Rasul itu menikah dan memiliki keturunan.

Rasulullah Saw bersabda, “Empat perkara yang termasuk sunnah para rasul, yaitu sifat malu,
memakai wewangian, bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
2.Menguatkan Ibadah
Menikah adalah bagian utuh dari ibadah, bahkan disebut sebagai separuh
agama. Tidak main-main, menikah bukan sekedar proposal pribadi untuk
“kepatutan” dan “kepantasan” hidup bermasyarakat. Bahkan menikah menjadi
sarana menggenapi sisi keagamaan seseorang, agar semakin kuat ibadahnya.

Nabi Saw bersabda, “Apabila seorang hamba menikah maka telah sempurna
separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh sisanya”
(HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman).
3 . Menjaga k e bersihan d an k e baikan d i ri
Semua manusia memiliki insting dan kecenderungan kepada pasangan jenisnya yang menuntut
disalurkan secara benar. Apabila tidak disalurkan secara benar, yang muncul adalah
penyimpangan dan kehinaan. Banyaknya pergaulan bebas, fenomena aborsi di kalangan
mahasiswa dan pelajar, kehamilan di luar pernikahan, perselingkuhan, dan lain sebagainya,
menjadi bukti bahwa kecenderungan syahwat ini sangat alami sifatnya. Untuk itu harus
disalurkan secara benar dan bermartabat, dengan pernikahan.

Rasulullah Saw bersabda, “Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian berkemampuan
untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih
membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa
(shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya" (Hadits Shahih Riwayat Imam Ahmad,
Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Darimi, dan Baihaqi).

Rasulullah Saw bersabda: "Barangsiapa yang dijaga oleh Allah dari dua keburukan maka ia
akan masuk surga: sesuatu di antara dua bibir (lisan) dan sesuatu di antara dua kaki
(kemaluan)" (HR. Tirmidzi dan Al Hakim. Albani mentashihkan dalam As Sahihah).
4.Mendapatkan ketenangan jiwa
Perasaan tenang, tenteram, nyaman atau disebut sebagai sakinah, muncul setelah
menikah. Tuhan memberikan perasaan tersebut kepada laki-laki dan perempuan
yang melaksanakan pernikahan dengan proses yang baik dan benar.
Sekedar penyaluran hasrat biologis tanpa menikah, tidak akan bisa memberikan perasaan
ketenangan dalam jiwa manusia.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri


dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya
di antaramu rasa kasih dan sayang” (QS. Ar Rum:21).
5.Mendapatkan keturunan

Tujuan mulia dari pernikahan adalah mendapatkan keturunan. Semua orang


memiliki kecenderungan dan perasaan senang dengan anak. Bahkan Nabi
menuntutkan agar menikahi perempuan yang penuh kasih sayang serta bisa
melahirkan banyak keturunan. Dengan memiliki anak keturunan, akan
memberikan jalan bagi kelanjutan generasi kemanusiaan di muka bumi.

“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta
memberimu rizki dari yang baik” (QS. An-Nahl : 72).
6.Investasi akhirat
Anak adalah investasi akhirat, bukan semata-mata kesenangan dunia. Dengan memiliki
anak yang salih dan salihah, akan memberikan kesempatan kepada kedua orang tua
untuk mendapatkan surga di akhirat kelak.

Rasulullah Saw bersabda, "Di hari kiamat nanti orang-orang disuruh masuk ke dalam
surga, namun mereka berkata: wahai Tuhan kami, kami akan masuk setelah ayah dan
ibu kami masuk lebih dahulu. Kemudian ayah dan ibu mereka datang.
Maka Allah berfirman:

Kenapa mereka masih belum masuk ke dalam surga, masuklah kamu semua ke dalam
surga. Mereka menjawab: wahai Tuhan kami, bagaimana nasib ayah dan ibu kami?
Kemudian Allah menjawab: masuklah kamu dan orang tuamu ke dalam surga“
(HR. Imam Ahmad dalam musnadnya).
7.Menyalurkan fitrah
Di antara fitrah manusia adalah berpasangan, bahwa laki-laki dan perempuan
diciptakan untuk menjadi pasangan agar saling melengkapi, saling mengisi, dan
saling berbagi. Kesendirian merupakan persoalan yang membuat
ketidakseimbangan dalam kehidupan. Semua orang ingin berbagi, ingin
mendapatkan kasih sayang dan menyalurkan kasih sayang kepada pasangannya.

Manusia juga memiliki fitrah kebapakan serta keibuan. Laki-laki perlu


menyalurkan fitrah kebapakan, perempuan perlu menyalurkan fitrah keibuan
dengan jalan yang benar, yaitu menikah dan memiliki keturunan. Menikah adalah
jalan yang terhormat dan tepat untuk menyalurkan berbagai fitrah kemanusiaan
tersebut
8.Membentuk peradaban
Menikah menyebabkan munculnya keteraturan hidup dalam masyarakat.
Muncullah keluarga sebagai basis pendidikan dan penanaman nilai-nilai
kebaikan. Lahirlah keluargakeluarga sebagai pondasi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan menikah, terbentuklah
tatanan kehidupan kemasyarakatan yang ideal. Semua orang akan terikat
dengan keluarga, dan akan kembali kepada keluarga.

Perhatikanlah munculnya anak-anak jalanan yang tidak memiliki keluarga


atau terbuang dari keluarga. Mereka menggantungkan kehidupan di
tengah kerasnya kehidupan jalanan. Padahal harusnya mereka dibina dan
dididik di tengah kelembutan serta kehangatan keluarga. Mereka mungkin
saja korban dari kehancuran keluarga, dan tidak bisa dibayangkan
peradaban yang akan diciptakan dari kehidupan jalanan ini.
Peradaban yang kuat akan lahir dari keluarga yang kuat.
Maka menikahlah untuk membentuk keluarga yang kuat.

Dengan demikian kita sudah berkontribusi menciptakan


lahirnya peradaban yang kuat serta bermartabat.

Anda mungkin juga menyukai