Anda di halaman 1dari 111

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN

BUDAYA ORGANISASI DI UPT SMP NEGERI 2 LIMA


PULUH PESISIR KAB. BATU BARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh S1

Oleh :

WIDIA ANANDA
NIM: 02180925

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH BATU BARA
SUMATERA UTARA
2022
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN
BUDAYA ORGANISASI DI UPT SMP NEGERI 2 LIMA
PULUH PESISIR KAB. BATU BARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh S1

Oleh :

WIDIA ANANDA
NIM: 02180925

Dosen Penguji I Dosen Penguji II

Dr. H. Erwan Efendi, S. Sos, MA Musdalifah, S. Pd. M. Psi


NIDN. NIDN. 2107019302
LEMBAR PERBAIKAN

PROPOSAL SKRIPSI
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA
ORGANISASI DI UPT SMP NEGERI 2 LIMA PULUH PESISIR
KECAMATAN LIMA PULUH PESISIR KABUPATEN BATU BARA
Disusun Oleh
WIDIA ANANDA
NIM: 02180925
Telah dipertahankan dalam Seminar Proposal Skripsi Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Batu Bara Sumatera Utara
Pada hari Rabu tanggal 09 November 2022 dan dinyatakan layak untuk dilakukan
penelitian tahap selanjutnya.
PENGUJI SIDANG MUNAQASAH

Pembimbing 1 : Rafika Ulfa, M.Pd (……………………….)


NIDN. 2105019303
2 : Nuriyanti Sihombing, M. Pd (……………………….)
NIDN. 2107099101
Penguji 1 : Dr. H. Erwan Efendi, S. Sos, MA (……………………….)
NIDN.
2 : Musdalifah, S. Pd. M. Psi (……………………….)
NIDN. 2107019302

Batu Bara, 14 Mei 2023


Mengetahui,
a.n Kaprodi MPI,

Muzdalifah, S.Pd.I, M.Psi


NIDN. 2125029301
ABSTRAK

Nama : Widia Ananda


Nim : 02180925
Tempat/Tgl Lahir : Kedaisianam, 03 Agustus 2000
Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam
Pembimbing I : Rafika Ulfa, M.Pd
Pembimbing II : Nuriyanti Sihombing, M.Pd
Judul : Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya
Organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran kepala sekolah


dalam mengembangkan budaya organisasi. Subjek penelitian ini yaitu kepala
sekolah dan para guru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun teknik analisis data
yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi yang ada di UPT
SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir sudah berjalan cukup baik. Kepala sekolah
menerapkan berbagai macam kegiatan yang disetiap harinya. Peran kepala
sekolah dalam mengembangkan budaya organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima
Puluh Pesisir seperti merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat untuk peserta didik agar menambah wawasan serta ilmu dari kegiatan
positif tersebut. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan
budaya organisasi di di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir yaitu faktor
pendukungnya peran kepala sekolah yang harus bisa menjadi contoh atau panutan
kepada bawahannya serta memberikan motivasi terus menerus kepada warga
sekolah dan sumber daya manusia yang ada disekolah Sedangkan faktor
penghambatnya dari siswa itu sendiri, karena masih ada beberapa siswa yang
tidak mau mengikuti kegiatan yang telah diterapkan disekolah.

Kata Kunci: Peran Kepala Sekolah, Budaya Organisasi


ABSTRAK

Nama : Widia Ananda


Nim : 02180925
Tempat/Tgl Lahir : Kedaisianam, 03 Agustus 2000
Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam
Pembimbing I : Rafika Ulfa, M.Pd
Pembimbing II : Nuriyanti Sihombing, M.Pd
Judul : Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya
Organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir

This study aims to describe the role of school principals in developing


organizational culture. The subjects of this study were the principal and the
teachers. The method used in this research is qualitative research with a
descriptive approach. The data analysis technique used is data reduction,
presentation of data and drawing conclusion.
The results of the study showed that the organizational culture at UPT
SMP Negeri 2 Fifty Coast was running quite well. The principal implemented
various kinds of activities every day. The role of the principal in developing
organizational culture at UPT SMP Negeri 2 Fifty Coast is like planning and
carrying out activities that are useful for atudents so that they can add insight and
knowledge from these positive activities. Supporting and inhibiting factors in
developing organizational culture at UPT SMP Negeri 2 Fifty Coast, namely the
supporting factors are the role of the school principl who must be able to be an
example or role model for his subordinates and provide continuous motivation to
school residents and human resources in the school. From the students
themselves, because there are still some students who do not want to follow the
activities that have been implemented in school.

Keywords: Role of the Principal, Organizational Culture.


MOTTO

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi
pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan
permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab
sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan
bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang
beriman” (QS. Al-Ma’idah ayat 57).1

1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya
(Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2010). h.
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmaanirrohim
Alhamdulillah, puji syukur penulis pajatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, taufiq-Nya beserta ilmu, rezeki, dan
kesehatan sehingga penulis diberi kesempatan dan kemudahan untuk
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia
menjalankan ajaran-ajarannya menuju jalan yang diridhai Allah SWT.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akhir akademik dalam rangka
mencapai gelar Sarjana (S.1) pada Jurusan Manajemen Pendidikan Islam di
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Batu Bara dengan judul skripsi “Peran Kepala
Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima
Puluh Pesisir”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak
sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun berkat usaha kerja keras,
doa, perjuangan, serta bantuan dari banyak pihak yang dengan tulus dan ikhlas
dalam memberikan bantuannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh
karena itu dengan segala ketulusan hati dan rasa hormat, penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan kepada
penulis baik pada masa perkuliahan maupun pada masa penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Masrin Banurea, M.Pd. I, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Tarbiyah Batu Bara.
2. Ibu Muzdalifah, S. Pd. M. Psi, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Pendidikan Islam.
3. Ibu Rafika Ulfa, M.Pd , selaku Dosen Pembimbing I yang telah
mencurahkan semua pikiran dan waktunya untuk memberikan arahan dan
bimbingan bagi penulis skripsi ini.

i
4. Ibu Nuriyanti Sihombing, M. Pd, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
mencurahkan semua pikiran dan waktunya untuk memberikan arahan dan
bimbingan bagi penulis skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Batu Bara.
6. Bapak Rahmadsyah Rangkuti S.Pd Selaku Kepala Sekolah UPT SMP
Negeri 2 Lima Puluh Pesisir yang telah memberikan izin untuk penelitian.
7. Kedua Orang Tua dan Keluarga yang terus memberikan semangat dan
dukungannya.
8. Teman-Teman seperjuangan dari jurusan Manajemen Pendidikan Islam
dan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
9. Semua pihak yang turut membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dengan sebaik
baik balasan, amiiin.
Sebagai manusia biasa, tentunya dalam melakukan penelitian dan
penulisan skripsi ini tidak luput akan adanya kesalahan, akan adanya itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar kedepannya penulis bisa
lebih baik lagi, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan
dunia Pendidikan kedepanya nanti, amiiin.

Batu Bara, Juni 2022


Penulis,

WIDIA ANANDA
NIM. 02180925

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
E. Batasan Penelitian .................................................................................... 7
F. Sistematika Pembahasan .......................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................... 9
A. Deskripsi Teori ......................................................................................... 9
1. Peran Kepala Sekolah .............................................................................. 9
a. Pengertian Kepala Sekolah ................................................................ 9
b. Kompetensi Kepala Sekolah ............................................................. 10
c. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah .................................... 14
d. Fungsi dan Peran Kepala Sekolah ..................................................... 16
e. Penerapan Kepemimpinan Kepala Sekolah ...................................... 28
2. Budaya Organisasi .................................................................................. 33
a. Pengertian Budaya Organisasi .......................................................... 33
b. Pentingnya Budaya Organisasi ......................................................... 34
c. Jenis Budaya Organisasi ................................................................... 35
d. Karakteristik Budaya Organisasi....................................................... 35
e. Unsur-Unsur Budaya Organisasi....................................................... 37
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 45
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.............................................................. 45

iii
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 45
C. Subjek Penelitian..................................................................................... 46
D. Sumber Data ............................................................................................ 46
E. Tahap-Tahap Penelitian .......................................................................... 47
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 50
G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 51
H. Instrumen Penelitian................................................................................ 52
I. Teknik Keabsahan Data .......................................................................... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 57
A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian......................................................... 57
1. Letak Geografis UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir ................. 57
2. Sejarah Singkat Berdirinya UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
.......................................................................................................... 57
3. Profil Sekolah .................................................................................... 58
4. Visi dan Misai UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir ................... 58
5. Struktur Organisasi UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir ............ 60
6. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan................................... 61
B. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................................... 64
1. Budaya Organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir ........ 64
2. Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Organisasi
di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir ........................................ 68
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Kepala Sekolah Dalam
Mengembangkan Budaya Organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima
Puluh Pesisir ...................................................................................... 71
C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 74
1. Budaya Organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir ........ 74
2. Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Organisasi
di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir ........................................ 75
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Kepala Sekolah Dalam
Mengembangkan Budaya Organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima
Puluh Pesisir ...................................................................................... 76

iv
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 80
A. Kesimpulan ............................................................................................. 80
B. Saran ....................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 83
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah .................................. 53


Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah .................................. 54
Tabel 4.3 Daftar Tenaga Pendidik UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir......... 62
Tabel 4.4 Daftar Nama Tenaga Kependidikan UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh
Pesisir .................................................................................................................... 63
Tabel 4.5 Daftar Jumlah Peserta Didik Tahun 2022/2023 UPT SMP Negeri 2
Lima Puluh Pesisir ................................................................................................ 64
Tabel 4.6 Daftar Sarana dan Prasarana UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir . 64

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Struktur Organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir ........ 61

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian


Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 3 : Pedoman Wawancara
Lampiran 4 : Pedoman Wawancara
Lampiran 5 : Pedoman Observasi
Lampiran 6 : Dokumentasi
Lampiran 7 : Biodata Penulis

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komponen pendidikan yang memiliki peranan penting dalam
meningkatkan kualitas pendidikan adalah kepala sekolah, kepala sekolah
merupakan penggerak dan penentu arah kebijakan menuju keberhasilan sekolah
dan pendidikan secara luas. Oleh karena itu kepala sekolah sangat berpengaruh
terhadap sekolah yang dipimpinnya, dan bagaimana kepala sekolah tersebut
memimpin sekolah agar didalam pencapaian tujuan sesuai dengan apa yang
diinginkan.2
Untuk melaksanakan proses kegiatan pendidikan agar berjalan dengan
lancar, seorang kepala sekolah harus bisa memahami apa perannya di lembaga
pendidikan dan mengetahui bahwa kepemimpinannya sangat berpengaruh untuk
lembaga pendidikan, terutama dalam melaksanakan proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan disekolah sesuai dengan visi misi
yang dibuat untuk mencapai tujuan sekolah yang diinginkan. Selain itu kepala
sekolah juga harus dituntut untuk mampu menjadi seorang figur dan mediator
bagi perkembangan masyarakat dan lingkungannya. Peran, fungsi dan tugas
seorang kepala sekolah tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena terkait dan
saling mempengaruhi, karena kepala sekolah yang akan mampu mendorong visi
misi menjadi sebuah langkah yang diambil dalam pamdangan manajemen
pendidikan.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional menetapkan 5 standar
kompetensi kepala sekolah yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah yaitu
kompetensi manajerial, kewirausahaan, supervisi, kepribadian dan sosial.3
Nyatanya sampai saat ini, ada beberapa kepala sekolah yang masih belum
memiliki kelima kompetensi dasar yang harus dimiliki seorang kepala sekolah

2
Novianty Djafri, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah ( Yogyakarta: Penerbit
Deepublish, 2017), h. 3.
3
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kompetensi Kepala Sekolah.

1
2

saat melakukan atau melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah, baik itu di SD
sederajat, SMP sederajat maupun SMA sederajat. Kompetensi yang belum
terpenuhi ini dikhawatirkan dapat membuat peran yang dilakukan oleh kepala
sekolah tidak berjalan dengan maksimal sehingga tujuan yang diinginkan belum
tercapai, untuk itu pimpinan di sekolah yaitu kepala sekolah harus memiliki
kelima kompetensi dasar itu yang telah ditetapkan oleh menteri pendidikan
nasional.
Kepala sekolah diharuskan untuk menguasai kompetensi yang ditetapkan
oleh peraturan menteri pendidikan yang terdiri dari: kemampuan yang menyusun
perencanaan sekolah, kemampuan mengembangkan budaya organisasi sesuai
dengan kebutuhan, kemampuan memimpin sekolah untuk pendayagunaan sumber
daya sekolah dan juga sumber daya manusia, kemudian kemampuan dalam
menciptakan budaya dan iklim yang kondusif, kemampuan mengelola sarana dan
prasarana sekolah yang baik demi membuat kenyamanan dalam menunjang proses
kegiatan belajar mengajar, kemampuan mengelola hubungan sekolah dengan
masyarakat untuk mendapatkan dukungan dan kepercayaan yang penuh terhadap
sekolah, kemampuan mengelola peserta didik untuk penerimaan peserta didik
baru dan kemampuan mengelola pengembangan kurikulum serta kegiatan
pembelajaran sesuai dengan arahan dan tujuan pendidikan nasional.
Dalam melakukan pengelolaan pendidikan, seorang kepala sekolah juga
harus memperhatikan budaya di lingkungan sekolah atau memperhatikan unsur
budaya organisasi di lembaga pendidikan tersebut. Budaya organisasi sangat
berperan penting terhadap berbagai aspek kehidupan organisasi atau lembaga
maupun perusahaan, secara sederhana peran budaya adalah pemandu keseragaman
sikap dan perilaku kerja.4 Organisasi yang baik akan selalu mengalami proses
perubahan untuk menuju kondisi yang lebih baik lagi, sesuai dengan tuntutan
internal dan eksternalnya. Salah satu bentuk dari usaha itu adalah melakukan
penataan ulang dan mengembangkan budaya yang lebih kondusif dalam
organisasi.

4
Wahyudi, Budaya Organisas Sudut Pandang Teoritis Dalam Membangun Nilai-Nilai
Kerja (Tanggerang Selatan: PT Dewangga Energi Internasional, 2021), h. 26.
3

Budaya organisasi menuntut adanya keseragaman (struktur), setiap


anggota dilarang berbeda dalam bekerja, semuanya harus satu kata tentang aturan,
prosedur dan pelaksanaannya, baik pimpinan ataupun karyawan. 5 Seperti halnya
pribadi seseorang, yang selalu ingin menjadi unik dan ingin tampil berbeda
dengan yang orang lainnya, begitu juga dengan organisasi yang terdiri dari
beberapa individu. Setiap organisasi memiliki budaya tersendiri, hal ini
disebabkan oleh visi misi dan juga tujuan organisasi yang telah ditetapkan oleh
mereka sendiri. Walaupun ada beberapa organisasi yang sejenis serupa, tetapi
pasti setiap budaya organisasi pasti memiliki perbedaan tersendiri. Oleh sebab itu
budaya organisasi bisa juga diartikan sebagai sifat internal organisasi yang
bertujuan untuk membedakannya dengan organisasi lain. Budaya organisasi ini
dapat dilihat dari tradisi yang dilakukan organisasi tersebut, atau metode tindakan
yang dilakukan secara keseluruhan dalam menciptkan iklim, atau cara berfikir
sebelum melakukan tindakan.
Budaya organisasi dianggap penting karena akan berpengaruh pada hasil
akhir yang diharapkan sekolah serta menjadi pondasi dalam pelaksanaan kegiatan
dalam organisasi sekolah agar pendidikan mengalami kemajuan perkembangan
yang signifikan, komponen yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena
dengan pendidikan maka terbentuklah manusia yang berintelektual, memiliki
kualitas yang baik dan terhindar dari kebodohan, itu disebabkan adanya
pendidikan. Tetapi tanpa adanya kepala sekolah yang memiliki kompetensi dasar
seperti yang sudah dijelaskan diatas yaitu: kompetensi manajerial, kewirausahaan,
supervisi, kepribadian dan sosial. Maka tujuan pendidikan tidak akan berjalan
dengan lancar, karena seorang pemimpin dituntut untuk menjadi seorang yang
dapat menentukan kemana arah organisasi, kemudian untuk menjadi agen
perubahan, serta dapat memberikan bimbingan kepada personel lainnya, agar
proses pencapaian tujuan di lembaga pendidikan berjalan dengan lancar.
Dalam mengelola sekolah, seorang kepala sekolah atau pemimpin di
lembaga pendidikan harus mampu memperhatikan budaya organisasi, seperti

5
Wahyudi, Budaya Organisasi Sudut Pandang Teoritis Dalam Membangun Nilai-Nilai
Kerja…. h. 14.
4

budaya organisasi yang ada di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir ini
memiliki peran penting yang dilakukan kepala sekolah dalam mengembangkan
budaya organisasi yaitu mengembangkan bakat dan potensi peserta didik, dalam
bidang Public Speaking atau berbicara di depan umum dan mengembangkan
potensi serta membiasakan peserta didik untuk berani tampil di depan umum,
sehingga tenaga pendidik dan tenaga kependidikan bekerja sama secara
profesional dengan rasa keyakinan yang kuat dan juga membuat budaya
organisasi yang ada di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir menjadi lebih baik.
Kondisi budaya organisasi yang ada di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh
Pesisir ini sudah dikatakan cukup baik, sesuai dengan kebiasaan yang diterapkan
di sekolah, namun masih terdapat sebahagian peserta didik yang tidak mau
mengikuti kebiasaan yang di terapkan di sekolah yang ada di UPT SMP Negeri 2
Lima Puluh Pesisir, peserta didik yang ada di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh
Pesisir malas untuk mengikuti kegiatan yang diterapkan di sekolah, seperti
membaca pidato, puisi, surah-surah pendek dan membahas kembali pelajaran
yang sudah di berikan guru di kelas. Sebahagian dari peserta didik masih kurang
percaya diri untuk tampil di depan umum, hal ini yang membuat kurangnya rasa
kepedulian dalam melaksanakan budaya organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima
Puluh Pesisir.
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan bapak Kasiman,
S. Pd. I. yang merupakan salah satu guru sekaligus bidang kurikulum di UPT
SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir, permasalahannya terdapat pada guru-guru
yang ada di sekolah tersebut, kurangnya motivasi serta dorongan guru untuk
membuat peserta didik berani serta mengembangkan potensi peserta didik, tidak
membeda-bedakan peserta didik yang pintar dengan yang biasa saja, agar
terciptannya kepercayaan diri peserta didik yang ada di UPT SMP Negeri 2 Lima
Puluh Pesisir. Untuk kepala sekolah masih kurangnya evaluasi serta inovasi dan
kurangnya perhatian khusus kepala sekolah dalam mengembangkan budaya
organisasi yang ada di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir. 6

6
Wawancara Dengan Bapak Kasiman, S. Pd. I. Guru Pendidikan Agama Islam. Pada
Tanggal 05 Agustus 2022 Pukul 10:35 WIB.
5

Dalam upaya mengembangkan budaya organisasi di sekolah, harus ada


kerjasama yang baik antara kepala sekolah dengan pendidik dan tenaga
kependidikan, agar proses dalam pelaksanaan penerapan budaya organisasi yang
baik dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang di inginkan. Hal ini senada dengan
penelitian yang dilakukan oleh Farhandika Pratama dengan hasil pelaksanaan
peran kepala sekolah dalam mengembangkan budaya organisasi di SMA swasta
Al-Ulum medan, kepala sekolah melakukan pemeliharaan budaya organisasi
tersebut agar dapat melestarikan dan mempertahankan budaya organisasi yang
sudah ada serta agar tertanam kuat di dalam jiwa warga sekolah sehingga muncul
perbedaan antara budaya organisasi di sekolah ini dengan sekolah lainnya.
Kemudian selain memelihara budaya organisasi, hal yang dilakukan kepala
sekolah dalam mengembangkan budaya organisasi adalah dengan melakukan
sosialisasi yang bertujuan untuk mengingatkan kembali bahwa budaya organisasi
itu sangat penting di dalam lembaga pendidikan, agar selain menjadi pembeda
dengan sekolah lainnya juga dapat membuat diri menjadi lebih positif lagi dan
mencapai tujuan visi misi yang diinginkan bersama
Berdasarkan dari permasalahan yang telah peneliti jabarkan di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai peran kepala
sekolah dalam mengembangkan budaya organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima
Puluh Pesisir. Penelitian ini penetiti tuangkan dalam proposal skripsi yang
berjudul “Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Organisasi
Di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana budaya organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh
Pesisir?
2. Bagaimana peran kepala sekolah dalam mengembangkan budaya
organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir?
6

3. Apa faktor pendukung dan penghambat kepala sekolah dalam


mengembangkan budaya organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh
Pesisir?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pada penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui budaya organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima
Puluh Pesisir.
2. Untuk mengetahui peran kepala sekolah dalam mengembangkan
budaya organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kepala sekolah
dalam mengembangkan budaya organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima
Puluh Pesisir.

D. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, peneliti berharap memperoleh manfaat baik bersifat
teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi penulis mengenai peran kepala sekolah dalam mengembangkan
budaya organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir.
2. Manfaat Praktis
Bagi penulis, penelitian ini memiliki manfaat sebagai bertambahnya ilmu
pengetahuan bagi penulis mengenai peran kepala sekolah dalam mengembangkan
budaya organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir.
Bagi lembaga, manfaat dari penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui
langsung bagaimana peran kepala sekolah dalam mengembangkan budaya
organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir.
Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat memberikan bahan masukan
kepada kepala sekolah untuk mengembangkan budaya organisasi di UPT SMP
7

Negeri 2 Lima Puluh Pesisir sehingga tujuan budaya organisasi yang telah
direncanakan dan ditetapkan dapat tercapai secara optimal.
Bagi pendidik, sebagai penambahan ilmu pengetahuan bagi peserta didik
untuk mengetahui bagaimana pentingnya mengembangkan budaya organisasi di
UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir.

E. Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini digunakan untuk menghindari kesalahfahaman
pembaca sehingga penulis perlu membahasnya:
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan orang kunci (key personal) menata masa depan
keberhasilan pendidikan disetiap satuan sekolah.7
2. Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan suatu konsep yang cukup kompleks.
Budaya organisasi berkaitan dengan nilai dan keyakinan yang
ditumbuhkembangkan dalam organisasi untuk menuntun prilaku dan tindakan
anggota organisasi tersebut.8

F. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi penelitian ini disusun dengan sistematika pembahasan
sebagai berikut:
1) Bagian depan awal
Pada bagian ini memuat sampul atau cover depan, halaman
pengesahan, kata pegantar dan daftar isi.
2) Bagian isi
Pada bagian isi terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I: Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan penelitian, dan yang terakhir adalah

7
Inge Kadarsih, dkk. Peran dan Tugas Kepemimpinan Kepala Sekolah di Sekolah Dasar,
(Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 2 No 2 Tahun 2020 p-ISSN 2656-8063 e-ISSN 2656-8071), h. 195.
8
Bernhard Tewal, Dkk, Perilaku Organisasi (Bandung: CV. Patra Media Grafindo,
2017), h. 19-20
8

sistematika pembahasan. Di dalam bab ini berisi penjelasan tentang apa


yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian ini perlu dilakukan,
kemudian juga sebagai landasan dan langkah awal untuk pembahasan
selanjutnya.
BAB II: Berisi tentang landasan teori yang memuat dua hal pokok yaitu
landasan/deskriptif peran kepala sekolah dalam mengembangkan budaya
organisasi di sekolah dan penelitian terdahulu.
BAB III: Dalam bab ini akan membahas tentang metode penelitian yang
terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian,
pemilihan subyek penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data, instrumen penelitian dan teknik keabsahan data.
BAB IV: Hasil penelitian yang mencakup deksripsi umum obyek
penelitian, deskripsi hasil penelitian dan analisis data.
BAB V: Berisi tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Peran Kepala Sekolah
a. Pengertian Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah guru yang diberikan tugas tambahan untuk
memimpin suatu sekolah yang diselenggarakan proses belajar-mengajar atau
tempat terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang
menerima pelajaran. Kepala sekolah adalah pemimpin dan manajer yang sangat
menentukan dinamika sekolah menuju gerbang kesuksesan dan kemajuan disegala
bidang kehidupan. Kapasitas intelektual, emosional, spiritual dan social kepala
sekolah berpengaruh besar terhadap efektifitas kepemimpinannya. Kedalaman
ilmu, keluasan pikiran, kewibawaan dan relasi komunikasinya membawa
perubahan signifikan dalam manajemen sekolah.9
Menurut Wahjuosumidjo, kepala sekolah adalah seorang pemimpin
sekolah atau pemimpin suatu lembaga tempat menerima dan member pelajaran.
Kepela sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk
memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau
tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang member pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran.10
Menurut Rahman, kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional)
yang diangkat untuk menduduki jabatan structural (kepala sekolah) disekolah.
Kepala Sekolah adalah seorang guru yang mempunyai kemampuan untuk
memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat
didayagunakan secara maksimal untuk mencapau tujuan bersama.11

9
Andi Hermawan, Penguatan Kepemimpinan Melayani Kepala Sekolah (Bogor: Bukit
Mas Mulia, 2021), h. 7.
10
Suparman. Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Guru (Sebuah Pengantar Teoritik),….h.
17.
11
Suparman. Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Guru (Sebuah Pengantar
Teoritik),….h. 18.

9
10

Pemimpin didalam suatu lembaga pendidikan juga harus bisa mengatur


(mengelola) segala sumber daya yang ada baik itu sumber daya alam ataupun
sumber daya manusianya, atau yang biasa disebut dengan istilah manajemen. Di
dalam Alquran, kata mengatur atau manajemen dapat diartikan melalui kata
dabbara yang banyak dalam firman Allah swt. Salah satunya seperti dalam
QS.As-Sajadah ayat 5 yang berbunyi:

Artinya: “Dia Mengatur urusan dari langit ke langit, kemudian urusan itu
naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitungannya”. 12
Dari kandungan diatas dapat disimpulkan bahwa Allah Swt adalah
pengatur alam (Al Mudabbir/Manager). Keteraturan alam raya ini merupakan
kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini. Namun karena manusia yang
diciptakan Allah swt telah dijadikan sebagai khalifah di muka bumi, maka dia
harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling
berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. kepala sekolah
bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi
sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta
pemeliharan sarana dan prasarana. Kepala sekolah diangkat melalui prosedur serta
persyaratan tertentu, yang bertanggungjawab atas tercapainya tujuan pendidikan,
melalui upaya peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan, yang
13
mengimplikasikan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
b. Kompetensi Kepala Sekolah
Dalam UU Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,
dijelaskan bahwa “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan

12
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya (Depok: SABIQ, 2009),
h. 415.
13
Suparman, Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Guru (Sebuah Pengantar Teoritik)
(Bandung: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019). h. 14-17.
11

prilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesional.14
Kompotensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, perilaku
dan nilai yang diwujudkan dalam hasil kerja. Maka pemerintahan dalam hal ini
Mentri Pendidikan mengeluarkan kebijakan berupa peraturan mentri pendidikan
nasional No 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah. Kompetensi
kepala sekolah yang dimaksud adalah:
1) Kompetensi Manajerial
a. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkat
perencanaan,
b. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan
kebutuhan,
c. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan
sumber daya sekolah/madrasah secara optimal,
d. Mengelolah perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah
menuju organisasi pembelajaran yang efektif,
e. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif
dan inovatif bagi pembelajara peserta didik,
f. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumberdaya
manusia secara optimal,
g. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal,
h. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam
rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan
sekolah/madrasah,
i. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik
baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik,
j. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional,

14
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
12

k. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip


pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien,
l. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam pendukung
pencapaian tujuan sekolah/madrasah,
m. Menegola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam
mendukung pembelajaran dan kegiatan peserta didik di
sekolah/madrasah,
n. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung
penyusunan program dan pengambilan keputusan,
o. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan dan manajemen sekolah/madrasah,
p. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat,
serta merencanakan tindak lanjutnya. 15
2) Kompetensi Kewirausahaan
1) Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah,
2) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah
sebagai organisasi pembelajaran yang efektif,
3) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah,
4) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah,
5) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta
didik.16

15
Ismuha, dkk. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja
Guru Pada SD Negeri Lamklat Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar (Jurnal
Administrasi Pendidikan Vol. 4, No. 1, Februari 2017), h. 49-50.
16
Asep Kalimantara, Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah Dan Implikasinya
Pada Peningkatan Mutu Guru Dalam Pembelajaran Di Sd Negeri Nugraha Pelita Jalancagak
Kabupaten Subang (Jurnal Penelitian Guru Fkip Universitas Subang, Volume 03 No. 01, Maret
2020), h. 35.
13

3) Kompetensi Supervisi
a. Merencanakan program supervisi akademik terhadap guru dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru,
b. Melaksanakan supervisi akademik dalam rangka peningkatan
terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik
supervisi yang tepat,
c. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru.17
4) Kompetensi Kepribadian
a. Berahlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia,
dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah
/madrasah,
b. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin,
c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai
kepela sekolah/madrasah,
d. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi,
e. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan
sebagai kepala sekolah/madrasah,
f. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikian.
5) Kompetensi Sosial
a. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah,
b. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan,
c. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.18

17
Afriadi, dkk. Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru Pada SMA Negeri 1 Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya (Jurnal
Administrasi Pendidikan, Vol 4, No. 2 Mei 2017), h. 15-16.
18
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah.
14

c. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah


1. Tugas Kepala Sekolah Dalam Bidang Manajerial
Dapat kita masuk kepada arti dari manajemen, yang sebenarnya bisa kita
artikan menurut pandangan kita masing masing. Namun sebenarnya manajemen
itu memiliki arti kelola yang berasal dari kata manage. Segala kemaksimalan
proses usaha yang dilakukan dalam menggerakkan produktivitas semua sumber
daya bekerja demi mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan. Segala usaha dan
daya yang digunakan seseorang pemimpin atau leadership disetiap satuan sekolah
untuk memfungsikan kondusifitas lingkungan belajar yang harmonis, nyaman
efisien dan efeketif dengan cara mengembangkan sumber daya warga sekolah.
Tugas manajerial ini berkaitan dengan pengelolaan sekolah. Rincian tugas
kepala sekolah sebagai manjerial ini dapat kita lihat:
a. Merancang segala bentuk perencanaan sekolah. dalam hal kegiatan ini
banyak sekali yang bisa dilakukan kepala sekolah salah satunya
merancang visi dan misi sekolah bersama warga sekolah,
b. Program pembelajaran diatur dan dikelola dengan tepat dan baik
jangka panjang maupun pendek,
c. Program kesiswaan,
d. Prasarana dan sarana diatur atau dikelola dengan tepat dan baik serta
benar,
e. Semua kolega guru dan warga sekolah dibina dan diatur sesuai aturan
oleh kepala sekolah,
f. Pengelolaan keuangan,
g. Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan yang harmonis dengan
warga masyarakat sekolah,
h. Membuat rancangan program kepala sekolah serta melakukan evaluasi,
i. Menjadi pemimpin yang bijaksana di sekolah,
j. Sistem informasi sekolah diatur dan ditata.19

19
Inge Kadarsih, dkk. Peran dan Tugas Kepemimpinan Kepala Sekolah di Sekolah
Dasar….h. 199.
15

2. Tugas Kepala Sekolah Dalam Bidang Supervisi


Sebagai kepala sekolah yang menjalankan perannya sebagai supervisi.
Supervisi ini mempunyai makna yakni melakukan pengawasan terhadap sekolah
bertujuan membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya meningkatkan mutu
dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Pengertian
supervisi seperti yang dikemukakan Ametembun dalam Direktorat Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional bahwa seorang supervisor
mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya
adalah melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisi.
Supervisor (kepala sekolah) harus mampu menunjukkan perilaku seorang
profesional. Pelaksanaan supervisi tenaga kependidikan harus berdasarkan kaidah-
kaidah ilmiah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Karena itu, diperlukan
kelebihan dapat melihat dengan tajam permasalahan peningkatan mutu
pendidikan, menggunakan kepekaan untuk memahami setiap permasalahan dan
mampu memberikan alternatif untuk menyelesaikannya. Dalam melaksanakan
tugas supervisi ini tercakup beberapa kegiatan kepala sekolah diantaranya yaitu:
a. Merancang program supervise,
b. Melaksanakan program supervise,
c. Menilai atau menikdak lanjuti program supervise.
3. Tugas Kepala Sekolah Dalam Bidang Kewirausahaan
Dalam mengemban tugas sebagai pemimpin kewirausahaan ini, tentu
memiliki tujuan dalam diberikannya tugas tersebut yaitu dapat mendukung
jalannya sekolah khususnya dari segi finansial. Diharapkan semua warga sekolah
mempunyai sikap atau prilaku wirausaha terkhusus anak didik. Jiwa wirausaha
harus dipupuk di sekolah dan juga harus dilatih. Kepala sekolah wajib memiliki
kompetensi wirausaha seperti tercakup di dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
Dimensi kompetensi kewirausahaan yaitu menciptakan inovasi, bekerja keras,
memiliki motivasi yang kuat, dan pantang menyerah dan selalu mencari solusi,
serta memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/ jasa
sekolah/ madrasah.
16

Kewirausahaan dalam dimensi kompetensi kewirausahaan memiliki


makna nilai-nilai jiwa kewirausahaan serta semangat saling berintegrasi dan
bersinergi. Kewirausahaan yang berintegritas menekankan pada karakteristiknya
atau sifat-sifatnya, yakni kepala sekolah yang bersifat jujur, inovatif, pekerja
keras, memiliki motivasi yang kuat, pantang menyerah, selalu mencari solusi
terbaik, serta memiliki naluri kewirausahaan. Karakteristik itu untuk usaha
mengembangkan sekolah, keberhasilan sekolah, melaksanakan tugas pokok dan
fungsi sebagai pemimpin, menghadapi kendala yang terjadi di sekolah, dan
mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar,tentunya
memberikan manfaat besar.
Dalam pengembangan kompetensi kewirausahaan ini, ada nilai-nilai
karakter yang diprioritaskan yaitu nilai spiritualitas/religiusitas, kemandirian,
kerja keras, confidence, pantang menyerah, inovatif, dan kreatif serta integritas,
kejujuran dan teguh pendirian Kepala sekolah, diharapkan mampu memupuk
sikap kewirausahaan pada guru yang bermuara pada kompetensi peserta didik dari
sisi penanaman karakter dengan mengitegrasikan prinsip-prinsip kewirausahaan
tersebut.20
d. Fungsi dan Peran Kepala Sekolah
Menurut Mulyasa, Fungsi dan peran kepala sekolah ada tujuh yaitu: kepala
sekolah sebagai edukator, kepala sebagai manajer, kepala sekolah sebagai
administrator, kepala sekolah sebagai supervisor, kepala sekolah sebagai leader,
kepala sekolah sebagai inovator, dan kepala sebagai motivator. 21
1. Kepala Sekolah Sebagai Educator (Pendidik)
Sebagai edukator kepala sekolah harus senantiasi berupaya meningkatkan
kualitas pembelajaran yang dilakukan guru. Dalam hal ini faktor pengalaman akan
sangat mempengaruhi profesionalisme kepala sekolah, terutama dalam
mendukung terbentuknya pemahaman tenaga kependidikan terhadap pelaksanaan
tugasnya. Pengalaman semasa menjadi guru, menjadi wakil kepala sekolah, atau

20
Inge Kadarsih, dkk. Peran dan Tugas Kepemimpinan Kepala Sekolah di Sekolah
Dasar…..h. 199-200.
21
Amiruddin, Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Medan: Lembaga Peduli
Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2018), h. 87-100.
17

menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sangat mempengaruhi kemampuan


kepala sekolah dalam melaksanakan pekerjaannya demikian halnya pelatihan dan
penataran yang pernah diikutinya. Kepala sekolah sebagai edukator harus
memiliki kemampuan membimbing guru, membimbing tenaga kependidikan
nonguru, membimbing peserta didik, mengembangkan tenaga kependidikan,
mengikuti perkembangan iptek dan memberi contoh mengajar.
Kemampuan membimbig guru, terutama dalam hal-hal yang berkaitan
dengan perencanaan dan pelaksanaan program pembelajaran dan bimbingan
konseling, penilaian hasil belajar peserta didik dan layanan bimbingan konseling,
serta pengembangan program melalui kegiatan pengayaan dan perbaikan
pembelajaran (remedial teaching). Kemampuan membimbing tenaga
kependidikan nonguru dalam penyusunan program kerja, dan pelaksanaan tugas
sehari-hari serta mengadakan penilaian dan pengendalian terhadap kinerjanya
secara periodik dan berkesinambungan. Penilaian dan pengendalian kinerja secara
periodik dan berkesinambungan penting dilakukan untuk mencapai peningkatan
kualitas kerja secara kontiniu.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan
kinerja sebagai edukator, khususnya dalam peningkatan kinerja tenaga
kependidikan dan prestasi belajar peserta didik dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
a. Mengikut sertakan guru-guru dalam penataran-penataran, untuk
menambah wawasan para guru. Kepala sekolah juga harus memberikan
kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Misalnya member kesempatan bagi guru yang belum mencapai
jenjang sarjana untuk mengikuti kuliah yang pelaksanaannya tidak
mengganggu kegiatan pembelajaran. Kepala sekolah harus berusaha
untuk mencari beasiswa bagi guru yang melanjutkan pendidikan,
melalui kerjasama dengan masyarakat, dengan dunia usaha atau
kerjasama lain yang tidak mengikat.
18

b. Kepala sekolah harus berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar


peserta didik untuk lebih giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan
secara terbuka dan diperlihatkan di papan pengumuman. Hal ini
bermanfaat untuk memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar
dan meningkatkan prestasinya.
c. Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara
mendorong para guru untuk memulai dan mengakhiri pembelajaran
sesuai waktu yang telah ditentukan, serta memanfaatkannya secara
efektif dan efisien untuk kepentingan pembelajaran.22
2. Kepala Sekolah Sebagai Manager
Kepala sekolah harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan fungsi
dan perannya dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya dengan baik
yang diwujudkan dalam kemampuan menyusun program sekolah, organisasi
personalia, memberdayakan tenaga kependidikan, dan mendayagunakan sumber
daya sekolah secara optimal. Kemampuan menyusun program sekolah harus
diwujudkan dalam:
a. Pengembangan program jangka panjang, baik program akademis
maupun non akademis yang dituangkan dalam kurun waktu lebih dari
lima tahun,
b. Pengembangan program jangka menengah, baik program akademis
maupun non akademis yang dituangkan dalam kurun waktu tiga sampai
lima tahun,
c. Pengembangan program jangka pendek, baik program akademis
maupun non akademis yang dituangkan dalam kurun waktu satu tahun.
Kemampuan menyusun organisasi personalia sekolah harus diwujudkan
dalam pengembangan susunan personalia sekolah, pengembangan susunan
personalia pendukung seperti pengelola laboratorium, perpustakaan, dan pusat
sumber belajar (PSB), serta penyusunan kepanitiaan untuk kegiatan untuk
kegiatan temporer seperti panitia penerimaan peserta didik baru, panitia ujian, dan
panitia peringatan hari-hari besar keagamaan.

22
Amiruddin, Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan…..h. 87-89.
19

Kemampuan memberdayakan tenaga kependidikan di sekolah harus


diwujudkan dalam pemberian arahan secara dinamis, pengkoordinasian tenaga
kependidikan dalam pelaksanaan tugas, pemberian hadiah (reward) bagi mereka
yang berprestasi, dan pemberian hukuman (punishment) bagi yang kurang disiplin
dalam melaksanakan tugas. Kemampuan mendayagunakan sumber daya sekolah,
yang harus diwujudkan dalam pendayagunaan serta perawatan sarana dan
prasarana sekolah, pencatatan berbagai kinerja tenaga kependidikan, dan
pengembangan program peningkatan profesionalisme.23
3. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan yang sangat erat
dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,
penyusunan dan pendokumen seluruh program sekolah. Secara spesifik, kepala
sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, mengelola
administrasi peserta didik, mengelola administrasi personalia, mengelola
administrasi sarana dan prasarana, mengelola administrasi kearsipan, dan
mengelola administrasi keuangan.
Kemampuan mengelola kurikulum harus diwujudkan dalam penyusunan
kelengkapan data administrasi pembelajaran, penyusunan kelengkapan data
administrasi bimbingan konseling, penyusunan kelengkapan data administrasi
kegiatan praktikum, dan penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan
belajar peserta didik di perpustakaan. Kemampuan mengelola administrasi peserta
didik harus diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi peserta
didik, penyusunan kelengkapan data administrasi kegiatan ekstrakurikuler, dan
penyusunan kelengkapan data administrasi hubungan sekolah dengan orang tua
peserta didik.
Kemampuan mengelola administrasi personalia harus diwujudkan dalam
pengembangan kelengkapan administrasi tenaga guru, serta pengembangan
kelengkapan data administrasi tenaga kependidikan non guru, seperti pustakawan,
laboran, pegawai tata usaha, penjaga sekolah dan teknisi. Kemampuan mengelola
administrasi sarana dan prasarana harus diwujudkan dalam pengembangan

23
Amiruddin, Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan…..h. 89-90.
20

kelengkapan data administrasi gedung dan ruang, pengembangan data


administrasi meubeler, pengembangan kelengkapan data administrasi alat mesin
kantor, pengembangan kelengkapan data administrasi buku atau bahan pustaka,
pengembangan kelengkapan data administrasi alat laboratorium, serta
pengembangan data administrasi alat bengkel dan workshop.
Kemampuan mengelola administrasi kearsipan harus diwujudkan dalam
pengembangan kelengkapan data administrasi surat masuk, pengembangan
kelengkapan data administrasi surat keluar, pengembangan kelengkapan data
administrasi surat keputusan, dan pengembangan kelengkapan data administrasi
surat edaran. Kemampuan mengelola administrasi keuangan harus diwujudkan
dalam pengembangan administrasi keuangan rutin, pengembangan administrasi
keuangan yang bersumber dari masyarakat dan orang tua peserta didik,
pengembangan administrasi keuangan yang berasal dari pemerintah,
pengembangan proposal untuk mendapatkan bantuan keuangan, dan
pengemvangan proposal untuk mencari kemungkinan dalam mendapatkan
bantuan keuangan dari berbagai pihak yang tidak mengikat.24
4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Kepala sekolah sebagai supervisor diwujudkan dalam kemampuan
menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan
hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan
dalam penyusunan program supervise kelas, pengembangan program supervisi
untuk kegiatan ekstrakurikuler, pengembangan program supervise perpustakaan,
laboratorium, dan ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan
harus diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, program supervisi
nonklinis, dan program supervise kegiatan ekstra kurikuler. Sedangkan
kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam
pemanfaatan hasul supervisi untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan
pemanfaatan hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah.
Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah sebagai supervisor harus
memperhatikan prinsip-prinsip: Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan

24
Amiruddin, Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan….h. 90-92.
21

hirarkis; dilaksanakan secara demokratis; berpusat pada tenaga


kependidikan/guru; dilakukan berdasarkan kebutuhantenaga kependidikan/guru,
dan merupakan bantuan profesional.
Kepala sekolah sebagai supervisor dapat dilakukan secara efektif antara
lain melalui diskusi kelompok, kunjungan kelas, pembicaraan individual dan
simulasi pembelajaran.
a) Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bersama guru
dan bisa juga melibatkan tenaga administrasi, untuk memecahkan berbagai
masalah di sekolah, dalam mencapai suatu keputusan. Banyak masalah yang
dipecahkan dalam diskusi kelompok, seperti peningkatan kemampuan tenaga
kependidikan dan masalah-masalah hasil temuan kepada sekolah pada kegiatan
observasi di dalam atau di luar kelas. Diskusi kelompok dapat dilaksanakan di
ruang guru atau ruang kelas pada saat anak-anak sudah pulang, sehingga tidak
menganggu kegiatan pembelajaran.
Diskusi kelompok ini juga bisa dilaksanakan setelah selesai rapat.
Hendaknya kegiatan ini tidak dilakukan pada jam efektif, seandainya terpaksa
diskusi kelompok dan rapat ini dilaksanakan pada jam efektif, maka guruguru
harus memberikan tugas kepada peserta didik sesuai dengan pokok bahasan yang
dibahas pada saat itu, misalnya mengadakan pengamatan atau observasi. Tugas
yang diberikan kepada peserta didik harus menarik agar tidak menjadi beban.
b) Kunjungan kelas.
Kunjungan kelas dapat digunakan oleh kepala sekolah sebagai salah satu
teknik untuk mengamati kegiatan pembelajaran secara langsung. Kunjungan kelas
merupakan teknik yang sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi secara
langsung tentang berbagai hal yang berkaitan dengan profesionalisme guru dalam
melaksanakan tugas pokoknya mengajar, terutama dalam pemilihan dan
penggunaan metodepembelajaran, media yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran, dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, serta
mengetahui secara langsung kemampuan peserta didik dalam menangkap materi
yang diajarkan.
22

Berdasarkan hasil kunjungan kelas, kepala sekolah bersama guru bisa


mendiskusikan berbagai permasalahan yang ditemukan, mencari jalan keluar atas
permasalahan yang ditemukan, dan menyusun program-program pemecahan
untuk masa yang akan datang, baik yang menyangkut peningkatan
profesionalisme guru maupun yang menyangkut pembelajaran. Pelaksanaan
kunjungan kelas oleh kepala sekolah dapat diberitahukan terlebih dahulu, tetapi
dapat pula dilakukan secara mendadak sesuai dengan kebutuhan dan program
kerja kepala sekolah atau atas undangan guru.
c) Pembicaraan individual.
Pembicaraan individual merupakan teknik bimbingan dan konseling yang
dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk memberikan konseling kepada guru,
baik berkaitan dengan kegiatan pembelajaran maupun masalah yang menyangkut
profesionalisme guru. Pembicaraan individual dapat menjadi strategi pembinaan
tenaga kependidikan yang sangat efektif, terutama dalam memecahkan masalah-
masalah yang menyangkut pribadi tenaga kependidikan. Meskipun demikian,
pemebicaraan individual ini kadang-kadang dipandang negatif oleh sebagian guru
yang merasa terusik privasinya.
d) Simulasi pembelajaran.
Simulasi pembelajaran merupakan suatu teknik supervisi berbentuk
demonstrasi pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah, sehingga guru
dapat menganalisa penampilan yang diamatinya sebagai instrospeksi diri,
walaupun sebenarnya tidak ada cara mengajar yang paling baik. Kegiatan ini
dapat dilakukan kepala sekolah secara terprogram, misalnyasebulan sekali di
kelas-kelas tertentu untuk mengadakan simulasi pembelajaran.
Pada prinsipnya setiap tenaga kependidikan/guru harus di supervisi secara
periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru cukup banyak, maka
kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru senior untuk
membantu melaksanakan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai
supervisor antara lain dapat ditunjukkan oleh: Meningkatnya kesadaran tenaga
23

kependidikan/guru untuk meningkatkan kinerjanya, dan meningkatkan


keterampilan tenaga kependidikan/ guru dalam melaksanakan tugasnya. 25
5. Kepala Sekolah Sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader, harus mampu memberikan petunjuk dan
pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi
dua arah dan mendelegasikan tugas. Kemampuan yang harus diwujudkan kepala
sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap
tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil keputusan,
dan kemampuan berkomunikasi. Kepribadian kepala sekolah sebagai leader, akan
tercermin dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil
resiko dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil dan teladan.
Pengetahuan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan akan tercermin
dalam kemampuan: Memahami kondisi tenaga kependidikan, memahami kondisi
dan karakteristik peserta didik, menyusun program pengembangan tenaga
kependidikan, menerima masukan, saran dan kritikan dari berbagai pihak untuk
meningkatkan kepemimpinannya. Pemahaman terhadap visi dan misi sekolah
akan tercermin dari kemampuannya untuk: mengembangkan visi sekolah,
mengembangkan misi sekolah, danmelaksanakan program untuk mewujudkan visi
dan misi ke dalam tindakan.
Kemampuan dalam mengambil keputusan akan tercermin dari
kemampuannya dalam: mengambil keputusan bersama tenaga kependidikan di
sekolah, mengambil keputusan untuk kepentingan internal sekolah, dan
mengambil keputusan untuk kepentingan eksternal sekolah. Kemampuan
berkomunikasi akan tercermin dari kemampuannya untuk: berkomunikasi secara
lisan dengan tenaga kependidikan di sekolah, menuangkan gagasan dalam bentuk
tulisan, berkomunikasi secara lisan dengan peserta didik, berkomunikasi secara
lisan dengan orang tua dan masyarakat sekitar lingkungan sekolah. 26

25
Amiruddin, Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan…..h. 92-95.
26
Amiruddin, Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan….h. 95-96.
24

6. Kepala Sekolah Sebagai Inovator


Dalam rangka melakukan fungsi dan perannya sebagai inovator, kepala
sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap
kegiatan memberikan teladan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah dan
mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari, menemukan dan
melaksanakan berbagai pembaharuan di sekolah. Gagasan baru tersebut misalnya
moving class. Moving class adalah mengubah strategi pembelajaran dari pola
kelas tetap menjadi kelas bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki
kelas tersendiri, yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving
class ini bisa dipadukan dengan pembelajaran terpadu, sehingag dalam suatu
laboratorium bidang studi dapat dijaga oleh beberapa orang guru (fasilitator) yang
bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.
Kepala sekolah sebagai inovator akan tercermin dari caracara ia
melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif, rasional
dan objektif, pragmatis, keteladanan, serta adaptabel dan fleksibel.
a) Konstruktif, dalam meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan di skeolah, kepala sekolah harus berusaha mendorong
dan membina setiap tenaga kependidikan agar dapat berkembang
secara optimal dalam melakukan tugas-tugas yang diembankan kepada
masing-masing tenaga kependidikan.
b) Kreatif, dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di
sekolah, kepala sekolah harus berusaha mencari gagasan dan cara-cara
baru dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini dilakukan agar para tenaga
kependidikan dapat memahami apa-apa yang disampaikan oleh kepala
sekolah sebagai pimpinan, sehingga dapat mencapai tujuan sesuai
dengan visi dan misi sekolah.
c) Delegatif, dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan
di sekolah, kepala sekolah harus berupaya mendelegasikan tugas
25

kepada tenaga kependidikan sesuai dengan deskripsi tugas, jabatan


serta kemampuan masing-masing.
d) Integratif, dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan
di sekolah, kepala sekolah harus berusaha mengintegrasikan semua
kegiatan sehingga dapat menghasilkan sinergi untuk mencapai tujuan
sekolah secara efektif, efisien dan produktif.
e) Rasional dan objektif, dalam meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha bertindak
berdasarkan pertimbangan rasio dan objektif.
f) Pragmatis, dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan
di sekolah, kepala sekolah harus berusaha menetapkan kegiatan atau
target berdasarkan kondisi dan kemampuan nyata yang dimiliki oleh
setiap tenaga kependidikan serta kemampuan yang dimiliki sekolah.
g) Keteladanan, dalam meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus berusaha memberikan
teladan dan contoh yang baik.
h) Adaptabel dan fleksibel, dalam meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan di sekolah, kepala sekolah harus mampu beradaptasi dan
fleksibel dalam menghadapi situasi baru, serta berusaha menciptakan
situasi kerja yang menyenangkan dan memudahkan para tenaga
kependidikan untuk beradptasi dalam melaksanakan tugasnya. 27
7. Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat
untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan
berbagai tugas da fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan
lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan
secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan
pusat sumber belajar (PSB).

27
Amiruddin, Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan…..h. 96-98.
26

a) Pengaturan lingkungan fisik


Lingkungan yang kondusif akan menumbuhkan motivasi tenaga
kependidikan dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kepala sekolah
harus mampu membangkitkan motivasi tenaga kependidikan agar dapat
melaksanakan tugas secara optimal. Pengaturan lingkungan fisik tersebut antara
lain mencakup ruang kerja yang kondusif, ruang belajar, ruang perpustakaan,
ruang laboratorium, bengkel, serta mengatur lingkungan sekolah yang nyaman
dan menyenangkan.
b) Pengaturan suasana kerja
Seperti halnya iklim fisik, suasana kerja yang tenang dan menyenangkan
juga akan membangkitkan kinerja para tenaga kependidikan. Untuk itu, kepala
sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan para
tenaga kependidikan, serta menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan
menyenangkan.
c) Disiplin.
Disiplin dimaksudkan bahwa dalam meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan di sekolah kepala sekolah harus berusaha menanamkan disiplin
kepada semua bawahannya. Melalui disiplin ini diharapkan dapat tercapai tujuan
secara efektif dan efisien, serta dapat meningkatkan produktifitas sekolah.
Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah dalam membina
disiplin para tenaga kependidikan adalah:
1. Membantu para tenaga kependidikan dalam mengembangkan pola
perilakunya.
2. Membantu para tenaga kependidikan dalam meningkatkan standar
perilakunya.
3. Melaksanakan semua aturan yang telah disepakati bersama.
Peningkatan profesionalisme tenaga kependidikan harus dimulai dengan
sikap demokratis. Oleh karena itu, dalam membina disiplin para tenaga
kependidikan, kepala sekolah harus berpedoman pada pilar demokratis yakni dari,
oleh dan untuk tenaga kependidikan, sedangkan kepala sekolah tut wuri
handayani.
27

d) Dorongan.
Setiap tenaga kependidikan memiliki karakteristik khusus yang berbeda
satu sama lain, sehingga memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari
pemimpinnya, agar mereka dapat memanfaatkan waktu untuk meningkaykan
profesionalismenya. Perbedaan tenaga kependidikan tidak hanya dalam bentuk
fisik, tetapi dalam kondisi psikisnya, misalnya motivasi. Oleh karena itu untuk
meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, kepala sekolah harus
memperhatikan motivasi para tenaga kependidikan dan faktor-faktor lain yang
berpengaruh.
Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan kepala sekolah untuk
mendorong tenaga kependidikanagar mau dan mampu meningkatkan
profesionalismenya. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Para tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang
dilakukannya menarik dan menyenangkan.
2. Tugas kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada
para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuan dia
bekerja. Para tenaga kependidikan juga dapat dilibatkan dalam
penyusunan tujuan tersebut.
3. Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari
setiap pekerjaannya.
4. Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu
hukuman juga diperlukan.
5. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan
jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman,
menunjukkan bahwa kepala sekolah memperhatikan mereka, mengatur
pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap pegawai pernah
memperoleh kepuasan dan penghargaan.
e) Penghargaan.
Penghargaan (rewards) sangat penting untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan, dan untuk mengurangi kegiatan yang
kurang produktif. Melalui penghargaan ini para tenaga kependidikan dapat
28

dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme kerjanya secara positif dan


produktif. Pelaksanaan penghargaan dapat dikaitkan dengan prestasi tenaga
kependidikan secara terbuka, sehingga mereka memiliki peluang untuk
meraihnya. Kepala sekolah harus berusaha menggunakan penghargaan ini secara
tepat, efektif dan efisien, untuk menghindari dampak negative yang bisa
ditimbulkannya.
f) Pengembangan pusat sumber belajar (PSB).
Pengembangan PSB dapat memperkaya kegiatan pembelajaran, melalui
penggunaan media audiovisual, internet dan lain-lain. Semua itu harus dipahami
oleh kepala sekolah agar dapat mendorong visi menjadi misi.28
e. Penerapan Kepemimpinan Kepala Sekolah
1. Teori Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan suatu kemampuan dan kesiapan
kepala sekolah untuk mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan
menggerakkan staf sekolah agar dapat bekerja secara efektif dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan, atau bisa
dikatakan bantuan yang diberikan oleh kepala sekolah terhadap penetapan
pencapaian tujuan pendidikan.
Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui dua
bentuk, yaitu: kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan
formal terjadi apabila di lingkungan organisasi jabatan otoritas formal dalam
organisasi tersebut diisi oleh orang-orang yang muncul dan berpengaruh terhadap
orang lain karena kecakapan khusus atau berbagai sumber yang dimilikinya
dirasakan mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi kebutuhan
dari anggota organisasi yang bersangkutan.
2. Indikator Kepemimpinan Kepala Sekolah Efektif
Kepala sekolah yang efektif sedikitnya harus mengetahui, menyadari dan
memahami tiga hal: mengapa pendidikan yang berkualitas diperlukan di sekolah;
apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas sekolah;
dan bagaimana mengelola sekolah secara efektif untuk mencapai prestasi yang

28
Amiruddin, Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan….h. 98-100.
29

tinggi. Indikator-indikator kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sebagai


berikut:
a. Menekankan kepada guru dan seluruh warga sekolah untuk memenuhi
norma-norma pembelajaran dengan disiplin yang tinggi.
b. Membimbing dan mengarahkan guru dalam memecahkan masalah-
masalah kerjanya, dan bersedia memberikan bantuan secara
proporsional dan profesional.
c. Memberikan dukungan kepada para guru untuk menegakkan disiplin
peserta didik.
d. Menunjukkan sikap dan prilaku teladan yang dapat menjadi panutan
atau model bagi guru, peserta didik, dan seluruh warga sekolah.
e. Membangun kelompok kerja aktif, kreatif, dan produktif.
f. Memberikan ruang pemberdayaan sekolah kepada seluruh warga
sekolah.
Demikianlah enam indikator kepemimpinan kepala sekolah yang mana
apabila terlaksana dengan baik maka organisasi di sekolah dapat mencapai tujuan
yang ditetapkan.29
3. Kompetensi Kepala Sekolah
Kompetensi yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah / Madrasah
berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah terdiri dari 5 kompetensi di antaranya:
kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi,
kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial. Berikut unsur-unsur
selengkapnya tentang 5 kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala sekolah
ataupun kepala madrasah: kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan,
kompetensi supervisi, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.30

29
Herawati Syamsul, Penerapan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Kinerja Guru Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) (Jurnal Idaarah, Vol 1, No. 02,
Desember 2017), h. 252-255.
30
Herawati Syamsul, Penerapan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Kinerja Guru Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)…..h. 255-258.
30

4. Kinerja Guru
Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja pada
suatu organisai tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang
memuaskan dan memberikan konstribusi yang maksimal terhadap pencapaian
tujuan oraganisasi tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja
diartikan sebagai sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja
adalah sebuah kata dari bahasa Indonesia dari kata dasar “kerja” yang
menerjemahkan kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen Pasal 35 ayat (1) beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, membimbing dan
melatih peserta didik, serta melaksanakan serta melaksanakan tugas tambahan.
Dalam hal ini evaluasi kinerja (Performance Appraisal) sangat diperlukan sebagai
feedback dari serangkaian kegiatan dalam organisasi. Evaluasi kinerja sangat
diperlukan karena di dalam kegiatan evaluasi kinerja setiap karyawan di dalam
organisasi akan dinilai dan dievaluasi prestasi kerjanya.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seorang guru. Maka
sebagai pimpinan tertinggi di sekolah, seorang kepala sekolah harus mampu
memberikan energi positif yang mampu menggerakkan para guru untuk
melaksanakan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab
sehingga kinerja mereka menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. Sebagai
pemimpin yang mempunyai pengaruh, seorang kepala sekolah harus terus
berusaha agar ide, nasehat, saran dan (jika perlu) instruksi dan perintah dan
kebijakannya di ikuti oleh para guru binaannya. Dengan demikian ia dapat
mengadakan perubahan-perubahan dalam cara berfikir, dalam bersikap dan dalam
bertindak atau berperilaku. Maka menjadi tuntutan bagi seorang kepala sekolah
harus selalu merefresh pengetahuan dan wawasan keilmuannya agar nantinya
dapat mendukung tugasnya sebagai seorang pemimpin.
31

Dalam mendukung kinerja guru perlu dukungan kompetensi guru yang


profesional. Kompetensi guru diukur dengan 10 kompetensi guru dilihat dari
aspek-aspek yaitu:
a. Menguasai bahan ajar;
b. Mengelola program belajar mengajar;
c. Mengelola kelas;
d. Menggunakan media/sumber;
e. Menguasai landasasan-landasan kependidikan;
f. Mengelola interaksi belajar-mengajar;
g. Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran;
h. Mengenal fungsi dan program layanan binbingan serta penyuluhan;
i. Mengenal dan menyeleng- garakan administrasi sekolah;
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran.
Adapun instrument penilaian kinerja guru menurut sistem pendidikan
Nasional ada enam yaitu:
a) Perencanaan pembelajaran,
b) Pelaksanaan pembelajaran,
c) Penilaian hasil pembelajaran,
d) Melatih dan membimbing,
e) Tugas tambahan,
f) Mengembangkan kegiatan profesi.31
5. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja
Guru
Keberhasilan seorang pemimpin akan terwujud apabila pemimpin tersebut
memperlakukan orang lain atau bawahannya dengan baik, serta memberikan
motivasi agar mereka menunjukan performance yang tinggi dalam melaksanakan
tugas. Kepemimpinan adalah kemampuan menggerakan, memberikan motivasi
dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang

31
Herawati Syamsul, Penerapan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Kinerja Guru Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)…..h. 259-263.
32

terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang


kegiatan yang harus dilakukan. Kepemimpinan kepala sekolah sebagai seorang
supervisor dalam pengawasan kinerja guru akan berahasil jika kepala sekolah
memperhatikan hasil yang dicapai serta memperlakukan guru dengan baik,
sehingga mereka mampu menunjukan performace yang lebih baik.
Kinerja guru merupakan aktivitas yang dilakukan guru sesuai dengan
profesi yang diembannya, untuk dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan
profesi yang diembannya sangat terkait dengan ada tidaknya kepuasan dalam
bekerja. Kepuasan bekerja berhubungan erat dengan motivasi kerja.
Dalam kehidupan berorganisasi, pemimpin memegang peranan yang
sangat penting, bahkan sangat menentukan dalam usaha mencapai tujuan
organisasi. Seorang pemimpin dalam melakukan aktivitasnya memerlukan
sekelompok orang lain yang disebut bawahan. Selain bawahan, pemimpin juga
membutuhkan sarana dan prasarana dalam rangka memperlancar tugasnya sebagai
pemimpin. Pemimpin Juga dituntut untuk membina hubungan baik dan
menyenangkan dengan bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Seorang pemimpin yang berhasil adalah seorang pemimpin yang memiliki
kemampuan pribadi tertentu, mampu membaca keadaan bawahannya dan
lingkungannya. Faktor yang harus diketahui dari bawahannya adalah kematangan
mereka, sebab ada kaitannya dengan gaya kepemimpinan. Hal ini dimaksudkan
agar pemimpin dapat bekerja dengan tepat menerapkan pengaruhnya pada
bawahan sehingga pemimpin memperoleh ketaatan memadai.
Keberadaan pemimpin yang efektif dan dinamis dalam struktur organisasi
sangat strategis. Karena dengan adanya komitmen yang tinggi seorang pemimpin
untuk meningkatkan kualitas para bawahannya, maka diharapkan akan meningkat
pula kualitas bawahannya. Pemimpin yang efektif dan dinamis akan mampu
mengendalikan, mengarahkan dan memotivasi bawahannya ke arah tercapainya
produktivitas kerja pegawai, seperti yang diharapkan oleh pemimpin dalam suatu
organisasi.
Agar organisasi dapat berjalan dengan baik, salah satunya unsur yang
berperan adalah kepemimpinan. Kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi
33

interprestasi para pengikut terhadap suatu peristiwa, memilih tujuan kelompok


atau organisasi, pengorganisian dan aktivitas-aktivitas kerja, memotivasi para
pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan kerja sama dan kerja
kelompok, serta perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang yang berada
di luar kelompok atau organisasi. Definisi ini memberikan pengertian yang sangat
jelas, bahwa pihak atasan (pemimpin) yang mempengaruhi kegiatan para pengikut
melalui proses komunikasi ke arah tindakan mencapai tujuan.
Kepemimpinan adalah pengaruh dan tindakan tingkah laku kepercayaan
dan perasaan dari seseorang dalam sebuah sistem sosial dengan orang lain, dengan
harapan adanya kerja sama dari orang yang sedang dipengaruhi. Kepemimpinan
merupakan tingkah laku seorang individu untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas
kelompok ke arah pencapaian tujuan organisasi. Pendapat tersebut menunjukkan
bahwa kepemimpinan mengacu kepada tingkah laku seorang pemimpin dalam
memberikan bimbingan, arahan kepada para bawahannya dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Jadi, keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh perilaku
dari pemimpin tersebut.32

2. Budaya Organisasi
a. Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi berkaitan dengan nilai dan keyakinan yang
ditumbuhkembangkan dalam organisasi untuk menuntun perilaku dan tindakan
anggota organisasi tersebut. Budaya organisasi sebagai pola asumsi dasar
diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu karena ia
belajar mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang telah
bekerja cukup baik untuk dianggap bernilai oleh karena itu diajarkan kepada
anggota baru sebagai cara yang benar untuk memahami, memikirkan, dan
merasakan sehubungan dengan masalah tersebut. Budaya organisasi adalah apa
yang para karyawan rasakan dan bagaimana persepsi ini menciptakan suatu pola

32
Herawati Syamsul, Penerapan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan
Kinerja Guru Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)….. h. 276-281.
34

keyakinan, nilai dan ekspektasi. Budaya organisasi ini didasarkan pada suatu
konsep bangunan tiga tingkatan, yaitu:
1) Tingkatan asumsi dasar (basic assumption)
2) Tingkat nilai (value) dan
3) Tingkat artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan.
Tingkat asumsi dasar yaitu merupakan hubungan manusia dengan apa
yang ada di lingkungannya, alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia.
Hubungan itu sendiri dalam hal ini asumsi dasar bisa diartikan suatu philosophy,
keyakinan yaitu suatu yang tidak bisa dilihat oleh mata tapi ditanggung bahwa itu
ada. Tingkatan yang berikutnya, nilai dalam hubungannya dengan perbuatan atau
tingkah laku dan karenanya nilai bisa diukur (ditest) dengan adanya perubahan-
perubahan atau dengan melalui consensus sosial. Tingkatan terakhir, artifact.
Artifact adalah sesuatu yang bisa dilihat tetapi sulit untuk ditirukan, bisa dalam
bentuk teknologi, seni atau sesuatu yang bisa didengar. 33
b. Pentingnya Budaya Organisasi
Setiap organisasi mengembangkan sistem nilai yang mengatur cara
berperilaku dan bertindak orang-orang yang ada didalamnya. Sistem nilai inilah
yang dinamakan sebagai budaya organisasi. setiap perusahaan memiliki budaya
khas sendiri yang membedakannya dari perusahaan lain. Kuat atau lemahnya
budaya organisasi dalam suatu perusahaan tergantung pada sejauh mana nilai-nilai
inti yang dikembangkan itu dimiliki secara dalam dan luas oleh karyawan-
karyawannya.
Budaya menjalankan sejumlah fungsi dalan organisasi. robbins dan judge,
mengemukakan lima fungsi budaya dalam organisasi, yaitu:
1) Budaya mempunyai peran menetapkan tapal batas, budaya menciptakan
pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan lain,
2) Budaya memberikan rasa identitas ke anggota-anggota organisasi,
3) Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih
luas dari pada kepentingan diri pribadi seseorang,

33
Agoes Kamaroellah, Pengantar Budaya Organisasi (Surabaya: CV. Salsabila Putra
Pratama, 2017), h. 1-3.
35

4) Budaya itu meningkatkan kemantapan sistem sosial. Budaya merupakan


perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan
memberikan standar-standar yang tepat mengenai apa yang harus
dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan,
5) Budaya organisasi berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan
mekanisme pengendali yang memandu dan membentuk sikap serta
perilaku karyawan.
c. Jenis Budaya Organisasi
Budaya organisasi ditinjau dari tingkat pemilikan nilai-nilai dapat
dibedakan sebagai berikut:
1. Dominant Culture (budaya dominan) adalah seperangkat nilai inti yang
dimiliki oleh sebagian besar anggota organisasi,
2. Subculture (subkultur) adalah seperangkat nilai yang dimiliki oleh
minoritas, biasanya merupakan minoritas kecil, dari anggota organisasi.
subkultur biasanya meruoakan hasil dari masalah atau pengalaman yang
dimiliki oleh anggota departemen atau unit.
Pada hakekatnya dalam budaya dominan terdapat subkultur-subkultur.
Dalam beberapa kasus, subkultur meningkatkan budaya dominan, sementara pada
kasus lain mereka mungkin memiliki efek sebaliknya dan benar-benar merupakan
budaya tandingan. Sbkultur yang bertentangan dengan kultur budaya yang
dominan menciptakan konflik, pertikaian, dan frustasi di kalangan karyawan. 34
d. Karakteristik Budaya Organisasi
Para pakar mengemukakan karakteristik budaya organisasi secara berbeda,
meskipun ada beberapa diantaranya yang mirip. Menurut Robbins & Judge,
budaya organisasi sebagai sistem nilai yang dianut dan dimiliki secara bersama
anggotanya memiliki tujuh karakteristik, yaitu :
1) Inovasi dan pengambilan resiko, sejauh mana para karyawan didorong
agar inovatif dan mengambil resiko,

34
Syafrida, dkk. Kepemimpinan dan Budaya Organisasi (Medan: Yayasan Kita Menulis,
2022), h. 10-11.
36

2) Perhatian terhadap detail, sejauh mana para karyawan diharapkan


mrmperlihatkan presisi (kecermatan), analisis dan perhatian terhadap
detail,
3) Orientasi hasil, sejauh mana manajemen memusatkan perhatian pada
hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai
hasil itu,
4) Orientasi orang, sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan
dampak hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi itu,
5) Orientasi tim, sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan berdasar tim,
bukannya berdasar individu,
6) Keagresifan, sejauh mana orang-orang itu agresif dan kompetitif dan
bukannya santai-santai,
7) Kemantapan, sejauh mana kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo bukannya pertumbuhan.
Menurut Greenberg dan Baron, mengemukakan bahwa budaya organisasi
adalah sekumpulan dari enam karakteristik inti yang secara kolektif dihargai oleh
para anggota organisasi sebagai berikut :
a) Kepekaan pada orang lain, memperhatikan kebutuhan dan kepuasan
pelanggan dengan memberikan pelayanan lebih baik,
b) Keinginan pada ide-ide baru, mendorong karyawan untuk memunculkan
ide-ide baru dalam pekerjaan,
c) Kemauan mengambil resiko, mendorong karyawan untuk mau
mengambil resiko,
d) Nilai ditempatkan pada orang, orang diperlakukan dengan baik, sehingga
mereka merasa dihargai,
e) Keterbukaan pilihan komunikasi yang ada, mengharapkan orang untuk
membuat keputusan secara bebas dan mengkomunikasikannya kepada
siapapun yang membutuhkannya,
37

f) Persahabatan dan kesesuaian, karyawan cenderung bersahabat dan cocok


satu dengan lainnya.35
e. Unsur-Unsur Budaya Organisasi
Sehubungan dengan konteks organisasi sekolah, Sergiovanni berpendapat
bahwa lingkungan organisasi sekolah memiliki dimensi budaya tertentu yang
dimanifestasikan ke dalam empat level: artefact, values, assumptions, dan
perspectives.
1) Artefacts
Merupakan jenis budaya organisasi level pertama bersifat tangible, dapat
direspon oleh panca indera atau dapat diobservasi. Termasuk ke dalam dimensi ini
sesuatu yang diucapkan, cara individu berperilaku, penampilan sesuatu, dan
berbagai hasil karya manusia. Secara kongkret di lingkungan organisasi sekolah
dimanifestasikan ke dalam bentuk-bentuk verbal seperti bahasa yang digunakan,
cerita-cerita yang disampaikan ke individu, dan contoh-contoh peristiwa untuk
menggambarkan hal-hal penting. Hal-hal sederhana yang dapat dilakukan oleh
sekolah adalah misalnya memajang (display) beberapa produk karya yang memuat
tulisan-tulisan berupa katakata bijak, baik yang dibuat oleh para guru, tokoh
masyarakat, maupun para siswa.
Gambar-gambar hasil potret atau photograph sosok para tokoh masyarakat
seperti para pahlawan, pejuang, dan figur-figur individu yang sangat terkenal atau
termasyhur, semua dapat dijadikan media untuk mewujudkan nilai-nilai budaya
tertentu di lingkungan sekolah. Hasil-hasil karya seni budaya yang di-display pada
dinding maupun dalam ruangan tertentu juga sangat relevan dipergunakan untuk
memperkenalkan dan membangun pemahaman dan apresiasi budaya-budaya lokal
maupun nasional. Bentuk lainnya adalah secara behavioural, mencakup berbagai
wujud jenis budaya tertentu seperti upacara-upacara atau kegiatan ritual, adat
istiadat lokal yang dipraktekkan di lingkungan sekolah, dan praktek-praktek
simbolik lainnya.

35
Riyuzen Praja Tuala, Budaya Organisasi dan Kepemimpinan (Bandar Lampung:
Pustaka Media, 2020), h. 4-5
38

Kepala sekolah bersama tim guru memiliki banyak kesempatan untuk


mempresentasikan bentuk-bentuk dan nilai-nilai budaya, antara lain melalui acara-
acara panggung kesenian, pengajian atau ceramah-ceramah keagamaan,
pertemuan dengan para tokoh adat atau kelompok masyarakat sekitar, dan
kegiatan-kegiatan lomba dalam rangka perayaan hari-hari nasional tertentu.
Semua ini bisa difungsikan sebagai bagian pendekatan penting untuk membangun
dan membina budaya organisasi sekolah.36
2) Perspectives
Pada level kedua terdapat pandangan-pandangan (perspectives) berupa
aturan-aturan, norma-norma yang dipedomani para anggota, dan keumuman
segenap solusi yang diambil dalam memecahkan masalah-masalah yang sama.
Unsur-unsur perspective ini befsifat abstrak, dalam arti tidak dapat disentuh atau
dilihat secara langsung (intangible). Bagaimana seseorang mendefinisikan suatu
keadaan, batasbatas cara berperilaku, rumusan visi, misi, tujuan-tujuan sekolah
semua dapat dikategorikan sebagai wujud budaya ke dalam level ini.
Unsur-unsur tersebut mengandung makna yang sarat dengan pandangan
hidup yang dimanifestasikan pada berbagai media dan kesempatan di lingkungan
organisasi sekolah. Isi (content) yang terkadung memiliki implikasi yang sangat
strategik terhadap perkembangan konteks budaya organisasi atau iklim sekolah.
Rumusan visi, misi, dan tujuan ini dapat dipajang pada dinding ruangan
pertemuan, kantor tata usaha, ruang kerja guru dan kepala sekolah. Kepala
sekolah bersama tim perlu memahami prinsip-prinsip dasar pengembangan aspek
filosofis, historis dan strategik organisasi agar semua statement atau ungkapan-
ungkapan yang tertulis itu memiliki keterkaitan dengan usaha-usaha peningkatan
mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh sekolah.
3) Values
Nilai-nilai (values) adalah bentuk manifestasi budaya organisasi pada level
ketiga. Kelompok nilai ini bersifat intangible karena tidak dapat ditangkap secara
langsung oleh panca indra, melainkan hanya dapat diinterpretasi dan diberi

36
Burhanuddin, Budaya Organisasi & Kepemimpinan (Malang: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang, 2018), h. 6-9.
39

makna. Meskipun sifatnya abstrak, nilai-nilai tersebut berfungsi menentukan hal-


hal apa yang penting dan tidak penting dalam proses berorganisasi.
Keberadaannya menjadi dasar pembentukan nilai dan penyikapan suatu keadaan,
pemaknaan tindakan dan kegiatan, penetapan prioritas, dan penilaian perilaku
individu dalam bekerjasama. Di dalam organisasi sekolah dimensi nilai-nilai ini
dapat dilihat dalam bentuk pernyataan-pernyataan tertulis sebagai produk
kesepakatan para anggota. Sebagai contoh, antara lain rumusan platform
manajemen pendidikan, filosofi, dan misi sekolah sebagaimana juga disinggung
dalam komponen perspectives.
4) Assumptions
Asumsi-asumsi berada pada level keempat. Biasanya berupa
kepercayaankepercayaan mengenai diri sendiri maupun orang lain. Selain itu,
berkaitan dengan kepercayaan-kepercayaan tentang bagaimana gaya individu
berhubungan dengan satu sama lain, dan tentang hakikat organisasi sekolah itu
sendiri. Meskipun bersifat implisit (tidak dapat dilihat), namun keberadaannya
sangat menentukan kualitas suatu sistem, atau berpengaruh terhadap hal-hal yang
paling eskplisit organisasi. Unsur-unsur asumsi ini dibawa langsung oleh para
individu yang menjadi bagian anggota sebuah organisasi seperti sekolah atau
lembaga lainnya. Masing-masing individu memiliki keunikan asumsi atau
bervariasi satu sama lainnya.
Para pemimpin organisasi khususnya kepala sekolah perlu memiliki kepekaan
terhadap berbagai persepsi yang berkembang di antara para anggota, dan berusaha
menyesuaikan pendekatan-pendekatan kepemimpinan terhadap karatkteristik
persepsi-persepsi yang berkembang di dalam kehidupan berorganisasi. Untuk
mendukung efektivitas manajemen pendidikan sekolah, jika
kecenderunganpersepsi yang berkembang kurang relevan dengan kepentingan
strategik sekolah, maka pimpinan lembaga perlu melakukan pendekatan-
pendekatan khusus terhadap individu yang terkait, dan berusaha membangun dan
membina persepsi tersebut agar match dengan visi sekolah.37

37
Burhanuddin, Budaya Organisasi & Kepemimpinan…..h. 10-12.
40

B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:
1. Farhandika Pratama adalah mahasiswa dari jurusan Manajemen
Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UINSU
(Universitas Islam Negeri Sumatera Utara) melakukan penelitian pada
tahun 2020 dengan mengangkat judul “Peran Kepala Sekolah Dalam
Mengembangkan Budaya Organisasi Di SMA Swasta Al-Ulum Medan”
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis atau mengetahui bagaimana
dampak Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya
Organisasi Di SMA Swasta Al-Ulum Medan. Jenis Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, yakni mengangkat fakta, keadaan,
variabel, dan fonemena-fonemena yang terjadi. Pengumpulan data melalui
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa: yang dilakukan kepala sekolah dalam
mengembangkan budaya organisasi di SMA Swasta Al-Ulum Medan.
Pertama kepala sekolah melakukan pemeliharaan budaya organisasi
tersebut agar dapat melestarikan dan mempertahankan budaya organisasi
yang sudah ada serta agar tertanam kuat didalam jiwa warga sekolah
sehingga muncul perbedaan antara budaya organisasi di sekolah ini
dengan sekolah lainnya. Kemudian selain memelihara budaya organisasi,
hal yang dilakukan kepala sekolah dalam mengembangkan budaya
organisasi adalah dengan melakukan sosialisasi yang bertujuan untuk
mengingatkan kembali bahwa budaya organisasi itu sangat penting
didalam lembaga pendidikan, agar selain menjadi pembeda dengan
sekolah lainnya juga dapat membuat diri menjadi lebih positif lagi dan
mencapai tujuan visi misi yang diinginkan bersama. Persamaan penelitian
ini dengan skripsi penulis yaitu Variabel penelitian tentang peran kepala
sekolah dalam mengembangkan budaya organisasi di sekolah, sedangkan
perbedaanya yaitu tempat dan lokasi penelitiannya. sekolah dalam
41

mengembangkan budaya organisasi di sekolah, sedangkan perbedaannya


yaitu tempat dan lokasi peneltiannya. 38
2. Risda adalah mahasiswa dari jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Palopo,
melakukan penelitian pada tahun 2020 dengan mengangkat judul “Peran
Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya
Membaca Al-Quran Di SMP Negeri 1 Bua ” penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Mengembangkan Budaya Membaca Al-Quran Di SMP Negeri 1 Bua.
Jenis Penelitian menggunakan metode kualitatif, yakni mengangkat fakta,
keadaan, variabel, dan fonemena-fonemena yang terjadi. Pengumpulan
data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa: 1) Budaya membaca Al-Qur’an
berlangsung di SMP Negeri 1 Bua dilaksanakan dalam bentuk mengaji
bersama dan kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan pada sore hari,
kegiatannya berupa pelajaran tilawah dan tartil (seni baca al-Qur’an).
Tenaga Pengajarnya berasal dari guru yang ada di sekolah tersebut
terutama guru yang mengajar pada jam pertama. 2) upaya Kepala SMP
Negeri 1 Bua dalam memgembangkan budaya membaca al-Qur’an di
sekolahnya melalui beberapa peran, yaitu: a) kepala sekolah berperan
sebagai edukator (pendidik), b) kepala sekolah berperan sebagai manajer,
c) kepala sekolah berperan sebagai administrator, d) kepala sekolah
berperan sebagai supervisor, e) kepala sekolah berperan sebagai leader
(pemimpin), f) kepala sekolah berperan sebagai innovator, g) kepala
sekolah berperan sebagai motivator, h) kepala sekolah berperan sebagai
fasilitator. Persamaan penelitian ini dengan skripsi penulis yaitu Variabel
penelitian tentang peran kepala sekolah dalam mengembangkan budaya di
sekolah perbedaannya yaitu terletak di variabel kedua penulis
menggunakan budaya organisasi sementara penelitian ini untuk variabel
38
Farhandika Pratama, Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya
Organisasi di SMA Swasta Al-Ulum Medan (Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara: Medan, 2020).
42

kedua menggunakan, budaya membaca Al-qur’an, tempat serta lokasi


penelitian dan jenjang tempat penelitian.39
3. Rendi Dwi Cahyo adalah mahasiswa dari jurusan Manajemen Pendidikan
Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Lampung, melakukan penelitian pada tahun 2020 dengan mengangkat
judul “Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya
Agama Di SMP Islam 1 Kalirejo Lampung Tengah” penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis atau mengetahui Kepemimpinan Kepala
Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Agama Di SMP Islam 1
Kalirejo Lampung Tengah. Jenis Penelitian menggunakan metode
kualitatif, yakni mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fonemena-
fonemena yang terjadi. Pengumpulan data melalui wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Pelaksanaan komunikasi interpersonal di SMK Muhammadiyah
Karangmojo yang meliputi: kepemimpinan kepala di SMP Islam 1
Kalirejo merupakan kepemimpinan yang pada visi dan misi sekolah,
mengambil keputusan dengan musyawarah, dan mengambil kebijakan
yang dapat diterima banyak pihak. Budaya agama yang diterapkan di
SMP Islam Kalirejo yaitu budaya shalat dhuha berjama’ah yang dilakukan
pada waktu sebelum masuk belajar, shalat dzuhur berjama‟ah yang harus
wajib dilaksanakan oleh semua peserta didik maupun tenaga pendidik,
membaca Al-Qur‟an, dan Senin Taqwa yang dilakukan pada hari Senin
untuk menumbuhkan potensi anak dan mempraktekan apa yang sudah
didapatkan dalam pembelajaran keagamaan seperti menjadi imam shalat,
khutbah singkat, membaca Al-Qur’an, do’a, shalawat, budaya malu
membuang sampah sembarangan, budaya disiplin dengan datang tepat
waktu ini berlaku bagi semua anggota sekolah, budaya hormat kepada
guru dengan salam, senyum, dan sapa. Persamaan penelitian ini dengan
skripsi penulis yaitu Variabel penelitian tentang peran kepala sekolah
39
Risda, Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya
Membaca Al-Qur’an di SMP Negeri 1 Bua Kabupaten Luwu (Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Palopo: Palopo, 2020).
43

dalam mengembangkan budaya di sekolah sedangkan perbedaannya yaitu


terletak di variabel kedua penulis menggunakan budaya organisasi
sementara penelitian ini untuk variabel kedua menggunakan budaya
agama, tempat serta lokasi penelitian dan jenjang tempat penelitian.40
4. Masri adalah mahasiswa dari jurusan Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry Darussalam Banda Aceh, melakukan penelitian dengan judul
“Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Islami Di SMA
Unggul Negeri 2 Boarding School Banda Aceh” penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis dan mengetahui Peran Kepala Sekolah Dalam
Mengembangkan Budaya Islami Di SMA Unggul Negeri 2 Boarding
School Banda Aceh. Jenis Penelitian menggunakan metode kualitatif,
yakni mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fonemena-fonemena yang
terjadi. Pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran
kepala sekolah dalam mengembangkan Budaya Islami di SMA Unggul
Negeri 2 Boarding School Banda Aceh, telah melakukan pembinaan
terhadap kegiatan budaya islami Kemudian membentuk perencanaan-
perencanaan program yang islami melalui rapat dengan dewan guru,
namun pembinaan budaya islami belum maksimal. (2) Gaya
kepemimpinan kepala sekolah dalam mengembangkan budaya Islami di
SMA Unggul Negeri 2 Boarding School Banda Aceh yaitu tegas, disiplin,
tepat waktu dan jujur dalam menjalankan program-program yang telah
ditetapkan. (3) Kendala yang dihadapi oleh kepala sekolah dalam
mengembangkan budaya islami di SMA Unggul Negeri 2 Boarding
School Banda Aceh yaitu : perbedaan pendapat atau cara mendidik guru

40
Rendi Dwi Cahyo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya
Agama di SMP Islam 1 Kalirejo Lampung Tengah (Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung: Lampung, 2020).
44

dan kenakalan siswa yang tidak mematuhi peraturan yang telah diterapkan
di sekolah.41
5. Mulya Prakarsa adalah mahasiswa jurusan Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara Medan melakukan penelitian ini pada tahun 2020 dengan
mengangkat judul “Manajemen Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan
Budaya Agama Di Sekolah SMP Muhammadiyah 8 Medan” penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana dampak
Manajemen Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Agama Di
Sekolah SMP Muhammadiyah 8 Medan. Jenis Penelitian menggunakan
metode kualitatif, yakni mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan
fonemena-fonemena yang terjadi. Pengumpulan data melalui wawancara,
observasi, dan studi dokumentasi dengan penelitian menunjukkan bahwa:
Manajemen kepala sekolah dalam mengembangkan budaya agama maka
sebagai kepala sekolah hendaknya dapat memberikan contoh kedisiplinan
dan agama islam di terapkan setiap harinya dalam menjalankan sholat
berjamaah dan hafalan surat pendek dan ceramah singkat kepada peserta
didik agar sebagai pemimpin bisa menjadi panutan pada bawahannya.
Keterampilan manajerial kepala sekolah harus di tingkatkan agar
menciptakan ide-ide baru untuk memperkembagkan sekolah tersebut lebih
meningkat dari sebelumnya, agar seorang guru dapat meningkatkan
kualitas anak menjadi lulusan yang baik, menjadi berkualitas dan
berkompeten.42

41
Masrin, Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembagkan Budaya Islami Di SMA Unggul
Negeri 2 Boarding School Banda Aceh (Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry: Banda Aceh, 2020).
42
Mulya Prakarsa, Manajemen Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Agama
Di Sekolah SMP Muhammadiyah 8 Medan (Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara: Medan, 2019).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian kualitatif merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman
yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami. Metodologi kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis
maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif
dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus
memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan
mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas.43 Objek yang diteliti yaitu
mengenai “Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Organisasi di
UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir kabupaten Batu Bara TP .2022/2023.
Dalam Penelitian ini, peneliti berusaha mendiskripsikan secara objektif dan jelas
serta dengan menggunakan bahasa yang baku dan efektif untuk memaparkan
bagaimana Peran kepala sekolah dalam mengembangkan budaya organisasi di
UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir, yang terletak di Kecamatan Lima Puluh
Pesisir Kab. Batu bara TP. 2022-2023.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian ini bertempat di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir,
yang terletak di Kecamatan Lima Puluh Pesisir. Peneliti mengambil lokasi
penelitian di lembaga ini karena lokasi penelitian yang dipilih dekat dengan
tempat tinggal peneliti sehingga menghemat biaya penelitian dan lebih
mempermudah untuk meneliti.

43
Eko Murdiyanto, Metode Penelitian Kualitatif (Teori dan Aplikasi Disertai Contoh
Proposal) (Yogyakarta:Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, 2020), h. 19.

45
46

C. Subjek Penelitian
Pada penelitian kualitatif peneliti berkedudukan sebagai instrumen utama.
Sehingga begitu penting bagi peneliti untuk terlibat langsung dan berbaur di
lapangan untuk mengetahui dan menghayati permasalahan serta subyek penelitian.
Peneliti disambut baik ketika awal datang untuk meminta izin penelitian dan
melakukan pra penelitian di lembaga tersebut. Penelitian yang mengangkat
bagaimana, peran kepala sekolah dalam mengembangkan budaya organisasi di
UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir kabupaten Batu Bara.
Dalam upaya mendukung pengumpulan data di lapangan, penulis
menggunakan buku sebagai pencatat data, recorder sebagai perekam data apabila
dibutuhkan, dan juga foto sebagai media dokumentasi. Hal ini dilakukan guna
mendukung keabsahan sebuah data melalui bukti yang nyata baik berupa foto,
rekaman, data wawancara, dan lain-lain.

D. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data didapatkan, baik dari orang,
benda atau tempat. Data penelitian ini adalah hasil observasi dilapangan dengan
menggunakan wawancara semi terstruktur. Hasil wawancara dengan informan dan
studi dokumen. Sumber informasi data penelitian ini difokuskan kepada dua
bagian, yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung
dari sumber aslinya atau tanpa perantara. Sumber informan data primer Peneliti
memberikan beberapa pertanyaan kepada yang memberi informasi, kemudian
peneliti mencatat apa-apa yang dikatakan informan, serta peneliti mengamati
bagaimana dalam kegiatan peran kepala sekolah dalam mengembangkan budaya
organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir, tujuannya agar peneliti
menemukan data yang akurat, yang menjadi sumber informannya adalah Bapak
Rahmadsyah Rangkuti S.Pd yang menjabat sebagai kepala sekolah yang berada di
UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir.
47

2. Sumber Data Sekunder


Sumber data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh secara tidak
langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain.44Data
yang dari sumber data sekunder ini, peneliti akan gunakan sebagai pelengkap
untuk membandingkan dengan data yang diperoleh dari informan, yang menjadi
sumber informannya adalah Ibu Yuni Afda Lestari, S.Pd yang menjabat sebagai
guru Matematika, Ibu Zuraida Harahap, S.Pd yang menjabat sebagai guru Bahasa
Indonesia, Bapak Irfan Kelana Siregar S.Pd, yang menjabat sebagai guru Bahasa
Inggris di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir.

E. Tahap-Tahap Penelitian
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan terdapat enam tahap kegiatan yang harus dilakukan
menurut pendapat Meleong, tahapan pra lapangan meliputi:
a. Menyusun Rancangan Penelitian, memasuki langkah ini peneliti harus
memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik
penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran
penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian serta
pemahaman dalam penyusunan teori.
b. Memilih Lapangan Penelitian, memilihan lapangan penelitian diarahkan
oleh teori substantif yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis kerja,
walaupun masih tentatif sifatnya. Hipotesis kerja itu baru akan
dirumuskan secara tetap setelah dikonfirmasikan dengan data yang
muncul ketika peneliti sudah memasuki latar penelitian.
c. Mengurus Perizinan, pertama yang perlu diketahui oleh peneliti ialah
siapa saja yang berwenang memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian.
Yang berwenang memberikan izin untuk mengadakan penelitian ialah
lembaga pendidikan setempat di mana penelitian dilakukan, seperti
kepala sekolah. Mereka memiliki kewenangan secara formal.

44
Eko Murdiyanto, Penelitian Kualitatif …,h. 53.
48

d. Menjajaki dan Menilai Lapangan, tahap ini merupakan orientasi


lapangan, namun dalam hal-hal tertentu telah menilai keadaan lapangan.
Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila
peneliti sudah membaca kepustakaan atau mengetahui melalui orang
dalam tentang situasi dan kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.
Maksud dan tujuan penjajakan lapangan adalah berusaha mengenal
segala unsur lingkunga sosial, fisik, dan keadaan alam. Jika peneliti telah
mengenalnya, tujuan lainnya ialah untuk membuat peneliti menyiapkan
diri, mental maupun fisik, serta menyiapkan perlengkapan yang
diperlukan. Pengenalan lapangan juga dilakukan untuk menilai keadaan,
situasi, latar, dan konteksnya, apakah sesuai dengan masalah, hipotesis
kerja teori substantif seperti yang digambarkan dan dipikirkan
sebelumnya oleh peneliti.
e. Memilih dan Memanfaatkan Informan, informan merupakan orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
latar penelitian. Jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang
latar penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim
penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota tim, ia
dapat memberikan pandangan dari segi orang dalam tentang nilai-nilai,
sikap, bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian
tersebut. Persyaratan dalam memilih dan menentukan seorang informan
ia harus jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak
termasuk anggota salah satu kelompok yang bertikai dalam latar
penelitian, dan mempunyai pandangan tertentu tentang peristiwa yang
terjadi.
f. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian, peneliti hendaknya menyiapkan
segala macam perlengkapan penelitian yang diperlukan. Sebelum
penelitian dimulai, peneliti memerlukan izin mengadakan penelitian,
kontak dengan daerah yang menjadi latar penelitian, pengaturan
perjalanan terutama jika lapangan penelitian itu jauh letaknya. Perlu pula
dipersiapkan kotak kesehatan. Alat tulis seperti pensil atau bolpoint,
49

kertas, buku catatan, map, klip, kartu, karet dan lain-lain jangan
dilupakan pula. Jika tersedia, juga alat perekam seperti tape recorder
videocassette recorder, dan kamera foto. Persiapan penelitian lainnya
yang perlu pula dipersiapkan ialah jadwal yang mencakup waktu,
kegiatan yang dijabarkan secara rinci.
2. Tahap Pelaksanaan Lapangan
Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam
penelitian dengan menggunakan metode yang telah ditentukan. Uraian tentang
tahap pekerjaan lapangan yaitu, memahami latar penelitian dan persiapan diri,
memahami latar penelitian dan persiapan diri dalam tahap pekerjaan lapangan
diuraikan menjadi beberapa tahapan, yaitu:
a. Pembatasan latar dan peneliti, peneliti harus memahami latar penelitian
untuk bisa masuk ke tahap pekerjaan lapangan. Selain itu, peneliti harus
mempersiapkan fisik dan mental, serta etika sebelum memasuki tahap
ini. Dalam pembatasan latar, peneliti harus memahami latar terbuka dan
latar tertutup, serta memahami posisi peneliti sebagai peneliti yang
dikenal atau tidak
b. Penampilan, dalam tahap memahami latar penelitian dan
mempersiapkan diri, peneliti harus memperhatikan penampilannya saat
memasuki lapangan dan menyesuaikan dengan kebiasaan, adat, tata
cara, dan budaya latar penelitian. Penampilan peneliti secara fisik juga
harus diperhatikan,
c. Pengenalan hubungan peneliti di lapangan, jika peneliti menggunakan
observasi partisipatif, maka peneliti harus menjalin hubungan yang
dekat dengan subjek penelitian, sehingga keduanya dapat bekerja sama
dan saling memberikan informasi,
d. Jumlah waktu studi, peneliti harus memperhatikan waktu dalam
melakukan penelitian. Jika peneliti tidak memperhatikan waktu,
kemungkinan peneliti akan terlalu asyik dan masuk terlalu dalam ke
kehidupan subjek penelitian, sehingga waktu yang sudah direncanakan
menjadi berantakan. Peneliti harus mengingat bahwa masih banyak hal
50

yang harus dilakukan, seperti menata, mengorganisasi, dan


45
menganalisis data yang dikumpulkan.

F. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang sahih, baik dari sumber primer maupun
sekunder diperlukan metode pengumpulan data yang tepat sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif, yaitu:
1. Observasi atau Pengamatan
Observasi merupakan sebagai suatu proses melihat, mengamati dan
mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.
beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu
observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak
terstruktur.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan
komunikasi, yaitu melalui percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur, tidak terstruktur, langsung ataupun tidak langsung.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh informasi yang tidak dapat
diamati atau tidak dapat diperoleh dengan alat lain.
3. Dokumentasi
Dokumen (dokumentasi) dalam pengertiannya yang lebih luas berupa
setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang
bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologi46

45
Eko Murdiyanto, Metode Penelitian Kualitatif (Teori dan Aplikasi Disertai Contoh
Proposal)…..h. 37-43.
46
Eko Murdiyanto, Metode Penelitian Kualitatif (Teori dan Aplikasi Disertai Contoh
Proposal)…h. 54-63.
51

G. Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun
dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di
lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Penelitian kualitatif telah
melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakuan
terdapa data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan
untuk menentuka fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih
bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di
lapangan. analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerun sampai tuntas, shingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam
analisis data, yaitu data reduction, data display dan conclusion
drawing/verification.
1. Data reduction (reduksi data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliri dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakinlama
peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan
rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analiss data melalui redukis data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila
diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti
komputer mini, dengan memberikan kode pada aspke-aspek tertentu.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan
dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena
itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuaru yang
dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus
dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Ibarat melakukan
penelitian di hutan, maka pohon-pohon atau tumbuh-tumbuhan dan binatang-
52

binatang yang belum dikenal selama ini, justru dijadikan fokus untuk pengamatan
selanjutnya.
2. Data display (Penyajian data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan
mendisplaykan data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdsarka apa yang telah difahami tersebut.
Selanjutnya disarankan , dalam melakukan display data, selain dengan teks yang
naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik, jejaring kerja dan chart.
3. Conclusion Drawing/Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti yang kuat yang mendukun pada takap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awa, tetapi mungkin juga
tidak, karena seperti telah dijelaskan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
peneliti berada di lapangan.47

H. Instrumen Penelitian
Pada tahap penelitian kualitatif yang menjadi instrumen utama adalah
peneliti sendiri karena permasalahan yang ada didalam penelitian belum jelas dan
pasti. Namun, setelah masalah yang akan dipelajari menjadi jelas, maka dapat
dikembangkan menjdai instrumen penelitian yang sederhana yang diharapkan

47
Zuchri Abdussamad, Metode Penelitian Kualitatif (Makassar: CV. Syakir Media Press,
2021), h. 159-162.
53

akan dapat melengkapi data melalui hasil observasi dan wawancara. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data observasi,
wawancara dan dokumentasi. Selain itu agar lebih fokus maka disajikan kisi-kisi
pedoman wawancara dengan narasumber.
Berikut ini tabel kisi-kisi pedoman wawancara yang bertujuan untuk
mengetahui bagaimana peran kepala sekolah dalam mengembangkan budaya
organisasi yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
Aspek Indikator Jumlah No Item
Item
Pelaksanaan a. Kepala sekolah sebagai educator 1 5
Peran kepala b. Kepala sekolah sebagai manajer 2 1, 2
sekolah c. Kepala sekolah sebagai
1 6
administrator
d. Kepala sekolah sebagai supervisor 1 8
e. Kepala sekolah sebagai leader 2 3,4
f. Kepala sekolah sebagai inovator 1 9
g. Kepala sekolah sebagai motivator 1 7
Peran kepala a. Budaya menciptakan pembedaan 10, 11,
sekolah dalam yang jelas antara satu organisasi 4 12,
mengembangkan dengan organisasi lainnya 13,17
budaya organisasi b. Budaya memberikan rasa identitas
1 14
ke anggota-anggota organisasi
c. Budaya perekat sosial yang
membantu mempersatukan 1 15
organisasi
d. Budaya memandu dan membentuk
1 16
sikap serta prilaku
Sumber: Syafrida dkk (2022:10-11)
54

Tabel 3.2
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru
Aspek Indikator Jumlah No Item
Item
Tugas dan a. Tugas kepala sekolah dalam
2 1, 5
Tanggung Jawab manajerial
Kepala Sekolah b. Tugas kepala sekolah dalam
2 6, 7
Supervisi
c. Kepala sekolah sebagai
1 9
administrator
Penerapan a. Menekankan kepada guru dan
kepemimpinan seluruh warga sekolah untuk
kepala sekolah memenuhi norma-norma 1 2
pembelajaran dengan disiplin yang
tinggi.
b. Membimbing dan mengarahkan
guru dalam memecahkan masalah-
masalah kerjanya, dan bersedia 1 8
memberikan bantuan secara
proporsional dan profesional.
c. Memberikan dukungan kepada
para guru untuk menegakkan 1 10
disiplin peserta didik.
d. Menunjukkan sikap dan prilaku
teladan yang dapat menjadi
panutan atau model bagi guru, 2 4, 11
peserta didik, dan seluruh warga
sekolah
e. Membangun kelompok kerja aktif,
3 3, 12, 13
kreatif, dan produktif.
Sumber: Agoes Kamaroellah (2017:1-3)
55

I. Teknik Keabsahan Data


Guna memeriksa keabsahan data mengenai Peran kepala sekolah dalam
mengembangkan budaya organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
berdasarkan data yang terkumpul, selanjutnya ditempuh beberapa teknik
keabsahan data. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria
tertentu. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu derajat kepercayaan
(credibility). Kriteria ini digunakan untuk membuktikan bahwa data yang
diperoleh berkaitan dengan peran kepala sekolah dalam mengembangkan budaya
organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir diperoleh dari beberapa
sumber di lapangan benar-benar mengandung nilai kebenaran. sebagai berikut :
1. Perpanjangan pengamatan
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,
melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui
maupu yang baru. Hal ini hal ini berati hubungan peneliti dengan narasumber
akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin
terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan
lagi.
2. Meningkatkan ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan
urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai bekal
peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagi
referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang
terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti
akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data
yang ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak.
3. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat trianguasi sumber, teknik pengunpulan data, dan waktu.
Triangulasi dapat juga dilakukan degan cara mengecek hasil penelitian, dari tim
56

penelitian lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data. Dalam penelitian
kualitatif ini, peneliti menggunakan trianggulasi sumber dan triangulasi teknik.
Triangulasi sumber merupakan “cara yang dilakukan untuk menguji kredibilitas
data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber”. Hal ini dilakukan dengan cara menggabungkan data yang
diperoleh peneliti melalui wawancara terhadap Kepala Sekolah dengan data yang
diperoleh melalui guru atau pihak-pihak yang terkait dengan fokus penelitian ini.
Sedangkan triangulasi teknik merupakan “cara untuk menguji kredibilitas
data melalui pengecekan data kepada sumber yang sama dengan teknik yang
berbeda”.48 Misal data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan
observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber dan triangulasi teknik ini
digunakan untuk pengecekan data tentang Peran kepala sekolah dalam
mengembangkan budaya organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir.

48
Eko Murdiyanto, Metode Penelitian Kualitatif (Teori dan Aplikasi Disertai Contoh
Proposal)….h. 68-69.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian


1. Letak geografis UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir berlokasi di Dusun I, Desa
Perupuk, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kabupaten Batu Bara. Sekolah ini
berada di Latitute : 3,269 dan Garis Bujur : 99,518.
2. Sejarah Singkat Berdirinya UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
Berdirinya UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir, tentu sama dengan
latar belakang didirikan sekolah-sekolah negeri pada umumnya di seluruh
Indonesia, yaitu dalam rangka merealisasikan visi dan misi pendidikan dalam
mencerdaskan anak bangsa, dan juga pada saat itu masih terdapat jauhnya lokasi
sekolah untuk melanjut kejenjang lebih tinggi setelah Sekolah Dasar bagi
masyarakat sekitaran Desa Perupuk sehingga pemerintah mendirikan sekolah
negeri yang pertama kali diberi nama SLTP Negeri 2 Lima Puluh berlokasi di
Dusun I Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Pesisir Kabupaten Batu Bara yang
berdiri pada tanggal 26 Oktober 1995 dan pada saat ini berdasarkan peraturan dari
pemerintah Pada tahun 1995 sampai dengan 2004 sekolah ini bernama SLTP
Negeri 4 Lima Puluh, selanjutnya dari tahun 2004 sampai dengan 2020 sekolah
ini berganti dengan nama SMP Negeri 4 Lima Puluh, selanjutnya dari tahun 2020
sampai dengan 2022 berganti nama UPTD SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir,
selanjutya dari tahun 2022 hingga saat ini berganti dengan nama UPT SMP
Negeri 2 Lima Puluh Pesisir dengan Akreditas B.
Kepemimpinan kepala sekolah yang menjabat dari berdirinya hingga saat
ini adalah sebagai berikut:
a. Periode I Tahun 1995-2004 di pimpin oleh Bapak Binner Mangunsong
b. Periode II Tahun 2000-2001 di pimpin oleh Bapak Khairul, S.Pd
c. Periode III Tahun 2001-2008 di pimpin oleh Bapak Ramli Batu Bara,
S.Pd
d. Periode IV Tahun 2008-2015 di pimpin oleh Bapak Bakhtiar, S.Pd

57
58

e. Periode V Tahun 2015-2016 di pimpin oleh Bapak Harris Fadillah,


M.Si
f. Periode VI Tahun 2016-2019 di pimpin oleh Bapak Drs. Wardoyo
g. Periode VII Tahun 2019-2020 di pimpin oleh Bapak Syurya Darma,
M.Pd
h. Periode VII Tahun 2020-sampai sekarang di pimpin oleh Bapak
Rahmadsyah Rangkuti, S.Pd.
3. Profil Sekolah
Nama Sekolah : UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
NPSN : 10204108
Akreditasi :B
Jenjang Pendidikan : SMP
Status Sekolah : Negeri
Alamat Sekolah : Dusun I Desa Perupuk Kec. Lima Puluh Pesisir
Kab. Batu Bara Prov. Sumatera Utara.
Kode Pos : 21255
Posisi Gografis : - Lintang : 3,2739
- Bujur : 99,5181
Tanggal SK Pendirian : 26 Oktober 1995
Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
Tgl SK izin Operasional : 01 Januari 1910
Email : uptdsmpn2limapuluhpesisir@gmail.com
Website : http://smpnegeri2limapuluhpesisir.sch.id.
4. Visi dan Misi UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
a) Visi UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir yaitu “Unggul dalam
akhlak, berprestasi di bidang akademik/non akademik, serta peduli
lingkungan”.
Indikator Visi :
1. Unggul dan aktif dalam setiap kegiatan keagamaan,
2. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) terlaksana secara optimal dan
angka putus sekolah semakin kecil,
59

3. Memiliki Sarana dan Prasarana semakin baik.


4. Unggul dalam perolehan Ujian Nasional.
5. Berprestasi dalam Olah Raga, Pramuka dan Seni.
6. Memiliki partisipasi masyarakat yang tinggi dalam mendukung
kelangsungan kegiatan pembelajaran.
7. Terciptanya warga sekolah yang sopan, santun, dan berdisiplin.
8. Terwujudnya warga sekolah yang religious dalam mendukung
pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
9. Terwujudnya warga sekolah yang terampil.
10. Terwujudnya warga sekolah yang cinta dan peduli lingkungan
yang hijau, bersih, sehat, asri, nyaman dan indah.
b) Misi UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir Mengacu pada visi
sekolah diatas, maka misi yang akan dilaksanakan adalah sebagai
berikut:
1. Membangun akhlak sesuai dengan norma, harapan masyarakat dan
agama.
2. Meningkatkan proses belajar mengajar yang efektif, inovatif,
nyaman dan menyenangkan.
3. Membangun kecerdasan yang berorientasi kedepan dengan
memperhatikan potensi yang ada.
4. Mengupayakan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung
untuk pengembangan minat belajar dan potensi siswa.
5. Meningkatkan perolehan Nilai Ujian Nasional.
6. Mengaktifkan kegiatan ektra kurikuler secara intensif, kontinyu dan
terjadwal. Adapun Ekstrakurikuler yang dilaksanakan di UPTD
SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir :
a. Bidang Akademik : olimpiade matematika, olimpiade ipa, dan
olimpiade ips.
b. Bidang Non Akademik : pramuka, atletik, bola kaki, pencak
silat, seni tari, dan nasyid.
60

7. Menumbuh kembangkan rasa cinta dan penghayatan terhadap


agama yang diyakini siswa.
8. Menerapkan manajemen partisipasi dengan melibatkan warga
sekolah dan masyarakat.
9. Membiasakan warga sekolah untuk terampil dalam segala hal
kegiatan di sekolah.
10. Menerapkan budaya “Lingkungan Bersih dan Hijau” dengan
Program Green School untuk menciptakan warga sekolah yang
peduli lingkungan untuk mendukung pembelajaran yang kondusif,
aman dan nyaman.
5. Struktur Organisasi UPTD SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir

-------

Gambar 5.1
Struktur Organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
61

6. Keadaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


a. Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik atau yang lebih sering dikenal dengan guru merupakan
tenaga profesional yang memilki tugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajran, menilai hasil belajar, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta
pengabdian kepada masyarakat. jumlah tenaga pendidik UPT SMP Negeri 2 Lima
Puluh Pesisir berjumlah 18 orang berikut tabel daftar tenaga pendidik yaitu:
Tabel 4.3 Daftar Tenaga Pendidik UPT SMP
Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
Tempat / Tanggal
No Nama Jabatan
Lahir
Rahmadsyah Rangkuti, Dolok Ilir, 02 Januari
1 Kepala Sekolah
S.Pd 1987
Indrapura, 20 Maret
2 Miranda Trisnawati, S.Pd Guru IPS
1973
Guru / Waka.
3 Kasiman, S.Pd.I Boluk, 04 Juli 1983
Kurikulum
Bulan - Bulan, 07 Juni
4 Nurjannah, S.Pd Guru IPS
1984
Perupuk, 14 Maret Guru / Waka.
5 Juhana, S.Pd
1977 Sarana Prasarana
Guru IPA /
Kam. Kelapa, 12 Maret
6 Leorince Manurung, S.Pd Kepala
1985
Laboratorium Ipa
Guntung, 11 Guru PAI/ Waka.
7 Muhammad Yusri, S.Pd.I
September 1975 Kesiswaan
Perupuk, 04 Oktober Guru Bahasa
8 Siti Nor Ruba'i, S.Pd
1983 Indonesia
Guru PAI/ PKS
9 Muhadri, S.Ag Perupuk, 02 Juli 1974
HUMAS
Medan, 14 Agustus Guru Bahasa
10 Irfan Kelana Siregar,S.Pd
1977 Inggris
Guru Bahasa
11 Suwaibatul Islamiah,S.Pd Perupuk, 13 Juni 1979
Inggris
Perupuk, 16 Desember Guru / Bend.Bos /
12 Zuraida Harahap, S.Pd
1980 Ka. Perpustakaan
13 Erawati, S.Pd Perupuk, 07 Juni 1982 Guru Matematika
62

Tempat / Tanggal
No Nama Jabatan
Lahir
Perupuk, 05 Agustus
14 Khoirun Nisyak, S.Pi Guru Prakarya
1982
15 Yuni Afdha Lestari, S.Pd Batam, 02 Juni 1993 Guru Matematika
Gambus Laut, 02 April
16 Siti Saharah, S.Pd Guru PKN
1988
Guru Seni
17 Risda Maya Sari, S.Pd Pahang, 24 April 1999
Budaya
18 Guru BP/ BK
Sumber: Studi Dokumentasi UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
b. Tenaga Kependidikan
Tenaga Kependidikan merupakan pegawai yang membantu dalam
menjalankan tugas administrasi disekolah agar kegiatan disekolah dapat berjalan
dengan lancar dan sesuai dengan tujuan pendidikan. Jumlah Tenaga Kependidikan
di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir berjumlah 5 (lima) orang dengan
penjelaasan tabel sebagai berikut:
Tabel 4. 4 Daftar Nama Tenaga Kependidikan UPT SMP
Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
Tempat / Tanggal
No Nama Jabatan
Lahir
1 Erliza Perupuk, 08 Agustus 1986 Staff Perpustakaan
2 Rahmadaniah Perupuk, 30 April 1986 Operator Dapodik
3 Toeah Aulia Fikri Perawang, 03 Mei 2001 Staff Administrasi
Kota Datar, 17 Agustus
4 Legino Petugas Kebersihan
1978
5 Syahrial Perupuk, 12 Agustus 1987 Penjaga Sekolah
Sumber: Studi Dokumentasi UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
c. Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan
informal, pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang
pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
63

Jumlah peserta didik di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. 5 Daftar Jumlah Peserta Didik Tahun 2022/2023
UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
Jumlah Siswa
NO Kelas Rombel
Lk Pr Jumlah
1 VII 4 47 55 102
2 VIII 3 49 44 93
3 IX 3 45 39 84
4 Total Jumlah 10 141 138 279
Sumber: Studi Dokumentasi UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
d. Sarana Prasarana
Dalam mendukung terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang efesien
sesuai dengan kebutuhan siswa maka UPT SM Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
menyediakan sarana dan prasarana adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 6 Daftar Sarana dan Prasarana UPT SMP
Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
NO Nama Ruang Jumlah Ruang
1 Kepala Sekolah 1
2 Tata Usaha 1
3 Guru 1
4 BP/BK 1
5 Perpustakaan 1
6 Lab IPA 1
7 Gudang 1
8 Kelas 12
Toilet/WC Guru
9 1
Laki-Laki
Toilet/WC Guru
10 1
Perempuan
Toilet / WC Siswa
11 2
Laki-laki
12 Toilet / WC Siswa Perempuan 2
13 Mushollah 1
Sumber: Studi Dokumentasi UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
64

B. Deskripsi Hasil Penelitian dan Analisis Data


Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diperoleh oleh penulis melalui
wawancara, studi dokumentasi dan observasi, selanjutnya bentuk pertanyaan dan
jawaban akan penulis olah dan tuangkan dalam bentuk deskripsi. Berikut ini
merupakan informasi dan memaparan data yang telah diperoleh peneliti mengenai
peran kepala sekolah dalam mengembangkan budaya organisasi di UPT SMP
Negeri 2 Lima Puluh Pesisir. Adapun pihak-pihak yang diwawancarai oleh
peneliti adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah serta guru-guru.
1. Budaya Organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
Budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak,
yang dapat menggerakkan orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan
aktivitas kerja. Secara tidak sadar tiap-tiap orang di dalam suatu organisasi
mempelajari budaya yang berlaku di dalam organisasinya. Apalagi bila ia sebagai
orang baru supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat bekerja, ia berusaha
mempelajari apa yang dilarang dan apa yang diwajibkan, apa yang baik dan apa
yang buruk, apa yang benar dan apa yang salah; dan apa yang harus dilakukan dan
apa yang tidak boleh dilakukan di dalam organisasi tempat bekerja itu. Jadi,
budaya organisasi mensosialisasikan dan menginternalisasi pada para anggota
organisasi.
Budaya organisasi yang kuat mendukung tujuan-tujuan perusahaan,
sebaliknya yang lemah atau negatif menghambat atau bertentangan dengan tujuan-
tujuan perusahaan. Dalam suatu perusahaan yang budaya organisasinya kuat,
nilai-nilai bersama dipahami secara mendalam, dianut, dan diperjuangkan oleh
sebagian besar para anggota organisasi. Budaya organisasi yang benar-benar
dikelola sebagai alat manajemen akan berpengaruh dan menjadi pendorong bagi
karyawan untuk berperilaku positif, dedikatif, dan produktif. Nilai-nilai budaya itu
tidak tampak, tetapi merupakan kekuatan yang mendorong perilaku untuk
menghasilkan efektivitas kinerja. Perusahaan yang efektif ialah perusahaan yang
membudayakan nilai-nilai primer yang diperlakukan untuk kepentingan operasi
perusahaan, yaitu asas-asas tujuan, konsensus, keunggulan, prestasi, empiri,
kesatuan, keakraban, dan integritas, sebagaimana disebutkan di depan.
65

Berdasarkan hasil wawancara bersama Bapak Rahmadsyah Rangkuti


sebagai kepala sekolah di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir budaya
organisasi yang diterapkan di sekolah tersebut agar menjadi kebiasaan yang baik
untuk mencapai tujuan dengan lancar maka beliau menjelaskan bahwa:
“Disekolah yang saya pimpin ini dari mulai perencanaan itu sudah ada
kami buat, baik itu perencanaan dalam proses pembelajaran
perencanaan dalam proses pembuatan anggaran itu sudah kami buat,
dan kami diskusikan dalam rapat, nah untuk untuk pelaksanaannya di
laksanakan oleh tim pengembangan kurikulum, itu ada di setiap
sekolah, kemudian juga ada tim bos yang ada di sekolah untuk
mengatasi masalah anggaran, kemudian ada evaluasi, evaluasi ini juga
perlu dilakukan di setiap satuan pendidikan di setiap sekolah karena
untuk memperbaiki ataupun melihat kekurangan dan kelebihan yang
ada di sekolah itu baik dari proses pembelajarannya maupun dar proses
lainnya dalam pencaaian tujuan di sekolah ini.”49
Selanjutnya Bapak Rahmadsyah Rangkuti juga selalu menerapkan kepada
warga sekolah baik itu tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan siswa-siswa
untuk selalu disiplin, beliau menjelaskan bahwa:
“Nahh untuk menjadi seorang kepala sekolah itu, harus menjadi teladan
yang baik salah satunya dari kehadiran, kepala sekolah itu seharusnya
lebih awal hadir untuk menjadi teladan yang baik bagi gurunya maupun
bagi siswanya, kalau dari segi kehadiran kepala sekolah ini sudah tepat
waktu hadir maka otomatis guru itu akan senantiasa mengikuti, jadi
mustahil kalau kepala sekolahnya disiplin, tapi gurunya tidak disiplin
dan begitu juga dengan siswa”.50
Selanjutnya hasil wawancara dengan Bapak Rahmadsyah Rangkuti
sebagai kepala sekolah juga memberikan penjelasan budaya organisasi yang
diterapkan di sekolah ini, beliau menjelaskan bahwa:
“Budaya organisasi yang ada di sekolah ini sudah pastinya, sudah ada
yang terbentuk, organisasi yang ada disekolah ini ada dua, organisasi
ada pada pendidik dan organisasi yang ada pada siswa, organisasi yang
ada pada pendidik ini atau guru ini salah satunya PGRI (Persatuan
Guru Republik Indonesia), nah organisasi yang ada di sekolah ini di
sebut dengan PGRI ranting, PGRI ranting ini di bentuk oleh kepala
satuan pendidikan, yang kedua itu ada organisasi yang ada dalam siswa
yaitu OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), kemudian juga kita ada

49
Hasil Wawancara dengan Bapak Rahmadsyah Rangkuti, Kepala Sekolah, Di Ruangan
Kepala Sekolah pada Hari Rabu Tanggal 18 Januari 2023 Pukul 10.12 Wib.
50
Hasil Wawancara Dengan Bapak Rahmadsyah Rangkuti, Kepala Sekolah, Di Ruangan
Kepala Sekolah pada Hari Rabu Tanggal 18 Januari 2023 Pukul 10.12 Wib.
66

UKS, kemudian juga ada Pramuka. Ketiganya ini merupakan kegiatan


organisasi yang ada pada sekolah saya yang saya pimpin. Sedangkan
kebiasaan yang kami terapkan itu kami tuangkan dalam setiap hari
waktu apel pagi, setiap hari senin kami melaksanakan kegiatan upacara
bendera, ini suatu kebiasaan untuk menghargai namanya semangat
kebangsaan patriotisme dalam diri siswa, perlunya melakukan upacara,
itu melatih yang namanya kedisiplinan. Kemudian ada hari selasa itu
kegiatan literasi, siswa membaca lima menit, kemudian menyampaikan
hasil apa yang dia baca itu dan dia kemukakan didepan. Kemudian
setiap hari rabu itu ada kegiatan syarhil qur’an, anak-anak menghapal
ayat-ayat, baik itu ayat-ayat pendek maupun yang panjang kemudian
mengartikannya. Kemudian di hari kamis kegiatan berpidato ataupun
penyampaian materi berupa kata-kata sambutan. Kemudian hari jum’at
itu kami ada kegiatan senam pagi bersama, kemudian dilanjutkan
dengan makan atau sarapan bersama, kemudian untuk siswa
perempuannya minum obat tablet tambah darah, semua kegiatan ini
juga sudah diinstruksikan oleh bupati, bahwasanya setiap sekolah itu
harus membuat kegiatan senam dan sarapan bersama. Kemudian di hari
sabtunya itu ada kegiatan penampilan pentas seni, yaitu menampilkan
bakat dan minat peserta didik mulai dari berpantun, kemudian ada yang
bersyair”. Penampilan bakat seni ini setiap harinya kami laksanakan
pada saat apel pagi, ini merupakan suatu kebiasaan yang ada di sekolah
ini”.51
Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah diatas, diketahui bahwa
kepala sekolah telah merencanakan dan melaksanakan dengan baik apa yang
menjadi tujuan disekolah tersebut terutama dalam mengembangkan budaya
organisasi.
Lebih lanjut lagi dalam wawancara dengan Ibu Yuni Afda Lestari sebagai
guru mata pelajaran Matematika memberikan penjelasan prilaku yang sering
diterapkan kepala sekolah agar menjadi panutan yang baik untuk guru-guru dan
siswa beliau memberikan penjelasan bahwa:
“Biasanya yang diterapkan kepala sekolah itu lebih kedisiplinan, karena
kepala sekolah itu orangnya disiplin, biasanya dia itu datang lebih tepat
waktu atau lebih awal dari pada guru-gurunya jadi kita sebagai guru ini
kesannya “masa sihh kepala sekolah datangnya lebih pagi, masa
gurunya lebih lama gitu kan, jadi dengan kebiasaan kepala sekolah yang

51
Hasil Wawancara dengan Bapak Rahmadsyah Rangkuti, Kepala Sekolah, Di Ruangan
Kepala Sekolah pada Hari Rabu Tanggal 18 Januari 2023 Pukul 10.12 Wib.
67

disiplin dan tepat waktu, ada rasa segan yaa kan. Jadi menjadikan
motivasi guru-gurunya lebih disiplin lagi. Dan bapak kepala sekolah
lebih ke mengayomi dan mengajak dan memotivasi para guru. Tindakan
kepala sekolah kalau kita ada melakukan kesalahan atau apa yang tidak
sesuai dengan prosedur atau apakah itu, biasanya kita itu ditegor juga
kan, Cuma model bapak ini dia lebih kayak mengayomi, jadi dia kayak
dipanggil sendiri keruangan kepala sekolah, lalu dimotivasi lah oleh
bapak itu atau ditegur secara baik-baik, mengarahkan lah agar
mengikuti prosedur itu.”52
Selanjutnya dalam wawancara dengan Ibu Zuraida Harahap, sebagai guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia memberikan penjelasan prilaku yang sering
diterapkan kepala sekolah agar menjadi panutan yang baik untuk guru-guru dan
siswa beliau memberikan penjelasan bahwa:
“Contoh yang selalu bapak kepala sekolah terapkan yaitu datang lebih
cepat atau lebih awal dari yang lainnya dan kalau masalah kebersihan
kepala sekolah selalu ikut serta dalam kegiatan kebersihan untuk
mendorong kita ikut bekerjasama untuk menjadi contoh yang baik atau
teladan yang baik baik untuk guru maupun siswa.” 53
Selanjutnya dipnrjelaskan kembali dengan hasil wawancara dengan Bapak
Irfan Kelana Siregar, sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris memberikan
penjelasan prilaku yang sering diterapkan kepala sekolah agar menjadi panutan
yang baik untuk guru-guru dan siswa beliau memberikan penjelasan bahwa:
“Dengan cara mengadakan pendekatan kepada guru supaya terjalin
komunikasi yang baik antara guru dan kepala sekolah”.54
Dari paparan hasil wawancara diatas peneliti juga menemukan data secara
langsung dan melihat bahwa kepala sekolah sudah melakukan proses dalam
mengembangkan budaya organisasi yang baik dan bermanfaat untuk peserta didik,
tidak hanya itu, kepala sekolah juga selalu menerapkan kedisiplinan terutama
dalam urusan waktu. Kepala sekolah berusaha menjadi pedoman yang baik untuk
warga sekolah terutama guru dan siswa. Kegiatan-kegiatan yang diterapkan oleh

52
Hasil Wawancara dengan Ibu Yuni Afda Lestari, Guru Matematika, Di Ruangan
Perpustakaan pada Hari Kamis Tanggal 19 Januari 2023 Pukul 10.23 Wib.
53
Hasil Wawancara dengan Ibu Zuraida Harahap, Guru Bahasa Indonesia Diruangan
Perpustakaan pada Hari Rabu Tanggal 15 Februari Pukul 10:25 Wib.
54
Hasil Wawancara dengan Bapak Irfan Kelana Siregar, Guru Bahasa Inggris Di Ruangan
Perpustakaan pada Hari Rabu Tanggal 15 Februari 2023 Pukul 11.01 Wib.
68

kepala sekolah juga sangat bermanfaat untuk peserta didik agar mengasah potensi
maupun bakat peserta didik.55
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi
yang dilakukan kepala sekolah sudah berjalan dengan baik, guru dan tenaga
kependidikan juga mampu bekerja sama untuk mengembangkan budaya
organisasi agar berjalan dengan lancar. Walaupun masih ada beberapa siswa yang
tidak ikut serta dalam penerapan budaya organisasi ini.
2. Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Organisasi di
UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
Peranan Kepala Sekolah lebih ditekankan kepada membangun kesamaan
dan keteraturan di sekolah dengan memberi perhatian pada tujuan, tradisi
kesejarahan, filsafat, gagasan dan norma-norma. Kesamaan dan keteraturan
langkah yang dilakukan oleh anggota organisasi membawa dampak terhadap
keberhasilan pencapaian tujuan yang ditetapkan. Tanpa adanya kesamaan dan
keteraturan yang dikondisikan oleh Kepala Sekolah, maka tujuan yang ditetapkan
akan sangat jauh dari pencapaiannya. Kepala Sekolah tidak hanya sekedar
menjelaskan unsur budaya organisasi, tetapi juga menyediakan dasar-dasar
sosialisasi, memelihara dan mengembangkannya.
Seorang Kepala Sekolah harus memiliki kemampuan mempengaruhi
perilaku orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
pencapaian tujuan dapat dilakukan dengan memaksimalkan peran komponen
terkait, salah satu komponen yang dimaksud adalah komponen budaya organisasi.
dalam rangka mengembangkan budaya organisasi, seorang Kepala Sekolah perlu
memperhatikan alur kepemimpinannya.
Berdasarkan hasil wawancara bersama Bapak Rahmadsyah Rangkuti
sebagai kepala sekolah di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir peranannya
dalam mengembangkan budaya organisasi, beliau menjelaskan bahwa:
“Peran saya sebagai manajerial tentunya sesuai tugas dan pokok fungsi
saya sebagai kepala sekolah, dalam menangani masalah manajerial ini
disini saya dituntut untuk bagaimana memanage proses pembelajaran

55
Hasil Observasi Lapangan Peneliti Di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir pada Hari
Selasa Tanggal 07 Februari 2023 Pukul 07.30 – 11.40 Wib.
69

yang ada di sekolah baik itu dalam proses pembelajaran. Mulai dari
guru, siswa kemudian dari bagaimana memanage tenaga administrasi
yang ada di sekolah ini untuk menyediakan apa kebutuhan dari guru-
guru, yang sangat penting sekali ada dalam kepala sekolah untuk
melancarkan tugasnya sebagai kepala satuan pendidikan.”56
Selanjutnya hasil wawancara dengan Bapak Rahmadsyah Rangkuti
sebagai kepala sekolah juga memberikan dukungan atau motivasi untuk para guru
dalam menjalankan tugasnya, beliau menjelaskan bahwa:
“Tentunya saya yang terlebih dahulu yang mencontohkan yang seperti
itu, jadi kalau kepala sekolahnya di sekolah ini memimpin berlaku adil,
kemudian memberikan motivasi, inovasi, otomatis apa yang saya
lakukan di sekolah ini menjadi teladan. Jika saya sudah menjadi
teladan, insyaallah guru-guru yang ada di sekolah ini juga berlaku sama.
Jadi guru-guru yang ada di sekolah ini juga berlaku seperti itu, setiap
guru mengajar di kelas. Guru inilah yang lebih tau bagaimana
perkembangan anak-anak yang ada di kelas itu, apakah ada
permasalahan dan keluhan-keluhan yang ada pada siswa tersebut.
Inovator itu juga penting ada dalam diri kepala sekolah karena ini
merupakan suatu bentuk ciri khas dari sekolah yang saya pimpin ini,
inovasi yang saya buat di sekolah ini kira-kira apa prioritasnya, prioritas
dalam inovasi ini saya tuangkan dalam fakta integritas yaa, setiap tahun
ajaran baru itu saya membuat fakta integritas, apasih kelebihan dari
sekolah saya ini, salah satunya kemarin dua tahun terakhir kami sudah
memenangkan olimpiade siswa nasional di tingkat kabupaten melalui
daring, dan kami menjuarai juara 1 KSN matematika, sekarang
siswanya duduk di kelas delapan, kemudian juga beberapa tahun yang
lalu kita juga menjuarai di bidang non akademik, di bidang atletik, dan
juara 1 juga di tingkat kabupaten, nah mudah-mudahan di tahun ini juga
mendapatkan prestasi.”57
Dari beberapa paparan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
kepala sekolah sudah melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai kepala sekolah.
semuanya sudah direncanakan terlebih dahulu dan juga sudah dilaksanakan, guru-
guru juga selalu mendukung apa yang dilakukan kepala sekolah yang telah di
diskusikan sesame melalui rapat, agar terjalin komunikasi yang baik dan tidak
terjadi kesalahpahaman.

56
Hasil Wawancara dengan Bapak Rahmadsyah Rangkuti, Kepala Sekolah, Di Ruangan
Kepala Sekolah pada Hari Rabu Tanggal 18 Januari 2023 Pukul 10.12 Wib
57
Hasil Wawancara dengan Bapak Rahmadsyah Rangkuti, Kepala Sekolah, Di Ruangan
Kepala Sekolah pada Hari Rabu Tanggal 18 Januari 2023 Pukul 10.12 Wib
70

Kepala sekolah juga selalu memotivasi para guru dalam menjalankan


tugasnya, dan jika ada permasalahan yang terjadi pada guru atau tenanga
kependidikan, kepala sekolah selalu member arahan dan mengayomi dalam
menyelesaikan masalah.
Berdasarkan hasil wawancara kepada Ibu Yuni Afda Lestari sebagai guru
mata pelajaran Matematika memberikan penjelasan kepala sekolah telah
menerapkan fungsi manajemen, beliau menjelaskan bahwa:
“Oke menurut saya kepemimpinan kepala sekolah dalam melaksanakan
atau merancang sesuatu itu kan harus berdasarkan suatu aturan, kalau di
sekolah yang ada aturan dari dinas mungkin, kemudian nanti di
planningkan atau direncanakan kepala sekolah. Sebelum di rencanakan,
kepala sekolah mengadakan rapat, agar didiskusikan bersama-sama para
guru. Untuk mencapai tujuan dan kesepakatan dari kesepakatan itu
datanglah yang namanya perencanaan, setelah di rencanakan barulah
penerapan, setelah di terapkan barulah dilakukan evaluasi, evaluasi itu
dilakukan kepala sekolah seperti supervisi yang mana kepala sekolah
itu nanti akan masuk di setiap kelas pada saat gur melakukan proses
belajar mengajarr, nanti ada pas hari-hari tertentu dan bapak itu melihat
keadaan guru bagaimana atau sudah terlaksana apa yang direncanakan
sebelumnya yang diadakan oleh bapak kepala sekolah, seperti
mengawasi. Nah dari supervise itulah adanya evaluasi, dan dari evaluasi
itu bapak itu melihat, dimana nih kurang yang sebelumnya di
rencanakan. Untuk melakukan perbaikan kedepannya itu bakalan di
rundingkan sama-sama.”58
Selanjutnya hasil wawancara dengan Bapak Irfan Kelana Siregar sebagai
sebagai Guru Bahasa Inggris juga menjelaskan bahwa:
“Sudah melakukan fungsi manajemen yang baik, dan setiap kepala
sekolah pasti menerapkan apa saja tugas dan fungsinya dia sebagai
kepala sekolah”.59
Dari penjelasan di atas mengenai fungsi manajemen yang telah diterapkan
kepala sekolah di sekolah tersebut maka dapat diketahui kepala sekolah telah
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai kepala sekolah sesuai dengan tugasnya,
walaupun ada permasalahan yang terjadi di dalam proses pencapaian tujuan,
semuanya didiskusikan bersama-sama dan disosialisasikan. Budaya organisasi
sangat diperlukan dengan tujuan agar membedakan antara satu organisasi dengan

58
Hasil Wawancara dengan Ibu Yuni Afda Lestari, Guru Matematika, Di Ruangan
Perpustakaan pada Hari Kamis Tanggal 19 Januari 2023 Pukul 10.23 Wib.
59
Hasil Wawancara dengan Bapak Irfan Kelana Siregar, Guru Bahasa Inggris Di Ruangan
Perpustakaan pada Hari Rabu Tanggal 15 Februari 2023 Pukul 11.01 Wib.
71

organisasi lainnya. Jadi kepala sekolah harus menciptakan suatu program


sosialisasi sehingga semua warga sekolah memahami tradisi, kebiasaan atau nilai
yang dianut oleh UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir.60
Selain dari kegiatan rapat yang disosialisasikan kepala sekolah tentang
budaya organisasi, kepala sekolah juga harus menjadi contoh bagi warga sekolah
baik dari pemikiran, perkataan bahkan perbuatan. Kepala sekolah harus
membangkitkan rasa semangat yang tinggi untuk mencapai visi dan misi yang
telah ditetapkan. Serta kepala sekolah harus memberikan bimbingan dan
memberikan reward. Bukan hanya bentuk berupa barang, tetapi reward juga bisa
berbentuk dengan pujian dan sebagainya. Perilaku atau kegiatan kepala sekolah
dianggap sebagai hal yang dianjurkan, bahkan dapat ditiru oleh guru maupun
siswa, perilaku kepala sekolah juga harus mencerminkan dari budaya organisasi
sekolah tersebut.
3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Kepala Sekolah Dalam
Mengembangkan Budaya Organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima
Puluh Pesisir
Sekolah merupakan organisasi pendidikan yang merupakan tempat untuk
mencetak generasi bangsa yang berbudaya dan berkarakter sesuai dengan norma-
norma agama dan masyarakat, untuk menghasilkan lulusan tersebut membetuhkan
waktu dan kerja keras dari berbagai pihak baik itu lingkungan sekolah,
masyarakat, dan keluarga. Tanpa dukungan dari ketiga lembaga ini maka mustahil
sebuah generasi bangsa yang berbudaya akan bisa dilahirkan. Terdapat faktor-
faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam proses pembentukan
budaya organisasi sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara bersama Bapak Rahmadsyah Rangkuti
sebagai kepala sekolah di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir faktor
penghambat dan faktor pendukung dalam mengembangkan budaya organisasi
yang ada di sekolah, beliau menjelaskan bahwa:

60
Hasil Observasi Lapangan Peneliti Di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir pada Hari
Selasa Tanggal 07 Februari 2023 Pukul 07.30 – 11.40 Wib.
72

“Kalau Faktor pendukung salah satunya sumber daya manusia atau


SDM, sumber daya manusia kami disini yaitu para guru, kami sangat
mendukung karna basicnya ada yang di bidang keagamaan, dibidang
seni, dan akademik, nah ini suatu dukungan yang sangat mendukung
siswa untuk meningkatkan presstasinya. Yang menjadi faktor
penghambat yaitu ada dari pada siswa tersebut, misalkan siswa itu
enggan mengikuti kegiatan-kegiatan yang sangat positif disekolah ini.
Jadi untuk mengajak para siswa ini perlu suatu pemahaman ataupun
ajakan yang sangat menyenangkan bagi siswa, tidak semuanya siswa itu
juga bisa mengikuti tapi itupun sudah kami upayakan.”61
Selanjutnya mengenai hasil wawancara bersama Bapak Rahmadsyah
Rangkuti yaitu cara mengatasi peserta didik yang tidak mau mengikuti kebiasaan
yang telah diterapkan, beliau menjelaskan bahwa:
“Tentunya kami meminta atau mengirimkan berupa surat undangan
kepada orang tua, jadi orang tua ini juga perlu kita libatkan dalam
menangani gimana sih perkembangan anaknya di sekolah ini. Jadi tanpa
orang tua mendukung kegiatan di sekolah ini mustahil juga sekolah ini
bisa berjalan dengan baik, jadi harus memang ada kerja sama antara
pihak sekolah dengan orang tua.”62
Hasil wawancara bersama Bapak Rahmadsyah Rangkuti yaitu memotivasi
para guru agar mampu bersikap adil dan mampu mengayomi peserta didik untuk
membentuk sikap serta prilaku yang baik, beliau menjelaskan bahwa:
“Tentunya pasti saya yang terlebih dahulu yang mencontohkan yang
seperti itu, nah jadi kalau kepala sekolahnya yang memimpin berlaku
adil kemudian memberikan motivasi, inovasi, otomatis apa yang saya
lakukan di sekolah ini menjadi teladan. Kalau saya sudah menjadi
teladan, insyaallah guru-guru yang ada di sekolah ini juga berlaku sama.
Jadi guru-guru yang ada di sekolah ini juga berlaku seperti itu setiap
mengajar di kelas yaa, karna guru lebih memahami bagaimana
perkembangan anak-anak yang ada di kelas, apakah ada permasalahan
kemudian ada juga ibaratnya keluhan-keluhan yaa yang ada di dalam
siswa itu jadi guru itulah yang tau, begitu.” 63
Selanjutnya mengenai memotivasi siswa dalam meraih prestasi terutama
dalam mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki siawa, dari hasil
wawancara dengan Ibuk Yunu Afda Lestari Guru Matematika, beliau
menjelaskan:
61
Hasil Wawancara dengan Bapak Rahmadsyah Rangkuti, Kepala Sekolah, Di Ruangan
Kepala Sekolah pada Hari Rabu Tanggal 18 Januari 2023 Pukul 10.12 Wib
62
Hasil Wawancara dengan Bapak Rahmadsyah Rangkuti, Kepala Sekolah, Di Ruangan
Kepala Sekolah pada Hari Rabu Tanggal 18 Januari 2023 Pukul 10.12 Wib
63
Hasil Wawancara dengan Bapak Rahmadsyah Rangkuti, Kepala Sekolah, Di Ruangan
Kepala Sekolah pada Hari Rabu Tanggal 18 Januari 2023 Pukul 10.12 Wib
73

“Untuk memotivasi siswa dalam meraih prestasinya, contoh kita kan


tau bagaimana bakat anak ini atau potensi yang dimilikinya, jadi kalau
bakatnya dibidang matematika. Kita memfasilitasi anak-anak itu untuk
mengikuti ekstrakulikuler atau les tambahan untuk mengembangkan
bakatnya, contohnya mengikuti olimpiade untuk mengembangkan
bakatnya.”64
Terkait hal diatas selanjutnya hasil wawancara kepada Ibu Zuraida
Harahap, sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang memberikan
penjelasannya bahwa:
“Cara memotivasinya yaitu bisa melalui ektrakulikuler dan kegiatan-
kegiatan seperti atlet, menari dan lainnya. Dengan begitu bakat anak-
anak bisa tersalurkan.”65
Selanjutnya hasil wawancara dengan Bapak Irfan Kelana Siregar sebagai
Guru Bahasa Inggris, menjelaskan bahwa:
“Kalau bakat itu bisa dilihat dari siswa, biasanya seperti siswa-siswa
yang lebih aktif di bidang olahraga, karena sesuai dengan letak
geografis sekolah ini yaitu di pesisir pantai. Jadi dengan begitu bisa kita
asah lagi bakat dan potensinya di bidang olahraga, di bidang sains, dan
juga bahasa inggris, jadi kita bisa menjadi fasilitas untuk siswa
tersebut.”66
Selajutnya berdasarkan hasil pengamatan langsung dilapangan oleh
peneliti ditemukan bahwa masih terdapatnya beberapa permasalahan dalam
mengembangkan budaya organisasi yang permasalahannya ada pada siswa, karena
masih ada beberapa siswa tidak mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah
diterapkan disekolah tersebut.67
Dari beberapa hasil wawancara diatas maka diketahui dalam
mengembangkan budaya organisasi semua itu tidak terlepas dari kerjasama antara
kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan agar tujuan yang sudah
direncanakan dapat berjalan dengan baik.

64
Hasil Wawancara dengan Ibu Yuni Afda Lestari, Guru Matematika, Di Ruangan
Perpustakaan pada Hari Kamis Tanggal 19 Januari 2023 Pukul 10.23 Wib.
65
Hasil Wawancara dengan Ibu Zuraida Harahap, Guru Bahasa Indonesia Diruangan
Perpustakaan pada Hari Rabu Tanggal 15 Februari Pukul 10:25 Wib
66
Hasil Wawancara dengan Bapak Irfan Kelana Siregar, Guru Bahasa Inggris Di Ruangan
Perpustakaan pada Hari Rabu Tanggal 15 Februari 2023 Pukul 11.01 Wib.
67
Hasil Observasi Lapangan Peneliti Di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir pada Hari
Selasa Tanggal 07 Februari 2023 Pukul 07.30 – 11.40 Wib.
74

C. Pembahasan Hasil Penilitian


Pendidikan merupakan proses transformasi budaya dari satu generasi ke
generasi yang lain, proses pembentukan kepribadian, proses membentuk peserta
didik menjadi warga negara yang baik, serta penyiapan tenaga kerja agar output
dari dunia pendidikan dapat hidup layak dalam masyarakat. Sekolah sebagai
sebuah organisasi juga memiliki budaya, dan oleh karenanya budaya yang berlaku
disebut dengan budaya sekolah, yang secara fundamental relative sama dengan
budaya organisasi pada umumnya, yang membedakan budaya organisasi sekolah
dengan budaya organisasi pada umumnya. Perbedaan tersebut teletak pada nilai,
kepercayaan, sikap dan perilaku sebagai komponen essensial budaya yang
membentuk karakter sekolah didasari oleh seluru konsitituen sebagai asumsi dasar
yang membuat sekolah memiliki citra yang membanggakan. Kondisi budaya yang
terdapat di sekolah sangat tergantung dari bagaimana terciptanya kondisi
terbentuknya kualitas dan kuantitas budaya oleh Kepala Sekolah dan kerjasama
antara pendidik dan tenaga kependidikan serta dorongan dan motivasi dari Kepala
Sekolah, untuk proses pencapaian tujuan di sekolah. Berikut ini hasil penelitian
efektivitas peran kepala sekolah dalam mengembangkan budaya organisasi.
1. Budaya Organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
Budaya organisasi adalah nilai-nilai keyakinan bersama yang mendasari
identitas sekolah. Sekolah atau suatu instansi harus memiliki budaya atau ciri khas
di dalam organisasi. Karena dengan adanya budaya atau ciri khas tersebut, maka
terlihat pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Dari budaya
organisasi tersebut ada unsur-unsur budaya organisasi seperti adanya lingkungan
yang mendukung, adanya nilai-nilai yang terkandung dalam budaya tersebut,
adanya rasa kepahlawanan, adanya peraturan yang dilakukan dalam melaksanakan
budaya organisasi serta adanya jaringan untuk memperkokoh keberadaan
organisasi.
Dari penelitian ini penulis mengamati dan menemukan bahwa budaya
organisasi yang ada di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir sudah berjalan
cukup baik karena diadakannya berbagai macam kegiatan yang disetiap harinya
berbeda-beda seperti kegiatan rutin setiap hari senin melakukan apel pagi yaitu
75

upacara bendera, untuk menumbuhkan dalam diri siswa semangat kebangsaan


serta patriotisme dan melatih kedisiplinan, setiap hari selasa melakukan kegiatan
literasi dan setelah memahami materi barulah dipaparkan di depan, setiap hari
rabu kegiatan syarhil quran yaitu menghapal ayat-ayat pendek maupun ayat-ayat
yang panjang setelah itu kemudian di artikan, setiap hari kamis ada kegiatan
pidato maupun materi berupa kata-kata sambutan, setiap hari jum’at ada kegiatan
senam pagi dan sarapan bersama, kemudian untuk yang perempuan ada kegiatan
minum obat tablet tambah darah dan kegiatan ini sudah di instruksikan oleh bapak
bupati, setiap hari sabtu ada kegiatan pentas seni yaitu menampilkan bakat serta
minat peserta didik, seperti berpantun, bersyair dan lain-lain. Semua kegiatan-
kegiatan positif ini sangat bagus dan bermanfaat untuk mendorong peserta didik
dalam mengembangkan bakat dan minatnya baik berpidato syahril quran dan lain-
lain yang telah diterapkan di sekolah UPTD SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
walaupun masih ada kendala dalam mengembangkan budaya organisasi tidak
berjalan dengan maksimal.
2. Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Organisasi di
UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
Kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam lembaga
pendidikan. Kepala sekolah merupakan tenaga profesional guru yang diberi tugas
untuk memimpin suatu sekolah dimana sekolah tersebut menjadi tempat proses
belajar mengajar dan terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dengan
murid yang menerima pelajaran. Kegiatan memelihara budaya organisasi adalah
usaha menjaga atau mempertahankan budaya organisasi yang ada untuk mencapai
tujuan yang diinginkan secara bersama.
Selain melakukan pemeliharaan, selanjutnya yang dilakukan adalah
mensosialisasikan, sosialiasi merupakan proses belajar individu dalam kehidupan
bermasyarakat, kehidupan yang berpedoman pada norma-norma. Norma
merupakan patokan yang diterima secara utuh oleh masyarakat guna mengatur
kehidupan dan tingkah laku sehari hari agar hidup terasa aman dan
menyenangkan, kegiatan sosialisasi merupakan proses pemberitahuan atau proses
belajar yang dilakukan dengan berpedoman kepada aturan, serta nilai ataupun
76

budaya yang diikuti oleh suatu pihak untuk mengatur kehidupan dan tingkah laku
sehari-hari agar merasakan aman dan menyenangkan.
Dari penelitian ini penulis mengamati dan menemukan bahwa usaha yang
dilakukan kepala sekolah dalam mengembangkan budaya organisasi di UPT SMP
Negeri 2 Lima Puluh Pesisir sudah baik, seperti merencanakan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang sangat banyak manfaatnya untuk peserta didik agar
menambah wawasan serta ilmu dari kegiatan positif tersebut dengan adanya
kegiatan seperti itu bakat-bakat serta minat yang dimiliki peserta didik bisa
tersalurkan. Hanya saja kurangnya rasa sadar sendiri dari siswa-siswa betapa
pentingnya budaya organisasi yang telah diterapkan disekolah untuk membuat
kepribadian serta membuat potensi diri menjadi lebih baik.
3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Kepala Sekolah Dalam
Mengembangkan Budaya Organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima
Puluh Pesisir
Dalam kehidupan atau jika melakukan sesuatu pasti ada saja faktor
pendukung yang mendukung proses segala kegiatan yang dilakukan dan ada juga
faktor penghambat yang menghambati proses jalannya kegiatan yang dilakukan.
Begitu pula dalam mengembangkan budaya organisasi yang ada di UPT SMP
Negeri 2 Lima Puluh Pesisir. Dari penelitian yang dilakukan penulis mengamati
dan menemukan bahwa faktor pendukung dan penghambat dalam
mengembangkan budaya organisasi di sekolah ini juga ada. Salah satu faktor
pendukung dalam mengembangkan budaya organisasi adalah peran kepala
sekolah yang harus bisa menjadi contoh atau panutan kepada bawahannya serta
memberikan motivasi terus menerus kepada warga sekolah dan sumber daya
manusia yang ada disekolah seperti guru-guru yang sangat mendukung karena
setiap guru memiliki keahlian atau basicnya di bidang masing-masing seperti
dibidang keagamaan, dibidang seni juga dibidang akademik, yang menjadi
pendukung siswa-siswa dalam meningkatkan prestasinya. Sedangkan faktor
penghambat dalam mengembangkan budaya organisasi yaitu dari siswa itu
sendiri, karena masih ada beberapa siswa yang tidak mau mengikuti kegiatan yang
telah diterapkan disekolah. Dan dalam mengajak siswa tersebut perlu suatu
77

pemahaman ataupun ajakan yang sangat menyenangkan bagi siswa. Walaupun


ada sebagian yang tidak mengikuti tapi semua itu sudah diupayakan pihak sekolah
agar semua siswa mengikuti kegiatan yang diterapkan disekolah agar budaya
organisasi di sekolah ini juga berjalan dengan baik.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai peran kepala sekolah dalam
mengembangkan budaya organisasi di UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi kepada
pihak yang dipandang layak menjadi sumber penelitian, maka penulis dapat
memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Menerangkan bahwa budaya organisasi yang dilakukan mulai dari
perencanaan hingga pelaksanaannya sudah terlaksana cukup baik.
Kepala sekolah, para pendidik dan tenaga kependidikan mampu
bekerjasama untuk mengembangkan budaya yang ada di sekolah
tersebut, baik dari pembelajaran maupun kebiasaan yang telah
diterapkan seperti kegiatan-kegiatan yang dilakukan setiap harinya,
juga sangat bermanfaat untuk mengembangkan bakat maupun minat
yang dimiliki peserta didik dan mengasah kemampuan peserta didik
seperti berpidato, menghapal ayat-ayat al quran dan mengartikannya,
kegiatan literasi dan banyak kegiatan lainnya. Semua itu dilakukan
agar menambah wawasan dan pengetahuan peserta didik, selain
kegiatan-kegiatan yang diterapkan tersebut, kepala sekolah juga selalu
membiasakan untuk disiplin baik itu untuk guru maupun untuk siswa.
Walaupun semua yang direncanakan sudah terlaksana tetapi masih
ada kendala dalam mengembangkan budaya organisasi yang ada di
sekolah tersebut seperti ada beberapa peserta didik yang tidak mau
mengikuti kegiatan yang diterapkan di UPT SMP Negeri 2 Lima
Puluh Pesisir.
2. Peran kepala sekolah dalam mengembangkan budaya organisasi di
sekolah yang dipimpinnya sudah sesuai dengan tugas dan fungsinya
sebagai kepala sekolah, mulai dari merencanakan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Kegiatan-kegiatan yang

80
81

diterapkan juga sudah dilaksanakan. Pendidik dan tenaga


kependidikan juga bekerjasama dalam mengembangkan budaya
organisasi di sekolah ini. Hanya saja kurangnya rasa sadar sendiri dari
siswa-siswa betapa pentingnya budaya organisasi yang telah
diterapkan disekolah untuk membuat kepribadian serta membuat
potensi diri menjadi lebih baik.
3. Faktor pendukung dalam mengembangkan budaya organisasi adalah
peran kepala sekolah yang harus bisa menjadi contoh atau panutan
kepada bawahannya dan memberikan motivasi kepada warga sekolah
dan sumber daya manusia yang ada disekolah seperti guru-guru yang
sangat mendukung karena setiap guru memiliki keahlian di bidang
masing-masing seperti bidang keagamaan, dibidang seni juga
dibidang akademik lainnya, yang menjadi pendukung siswa-siswa
dalam meningkatkan prestasinya. Sedangkan faktor penghambat
dalam mengembangkan budaya organisasi yaitu dari siswa itu sendiri,
karena masih ada beberapa siswa yang tidak mau mengikuti kegiatan
yang telah diterapkan disekolah. Untuk mengajak siswa tersebut perlu
suatu pemahaman ataupun ajakan yang sangat menyenangkan bagi
siswa. Walaupun ada sebagian yang tidak mengikuti tapi semua itu
sudah diupayakan pihak sekolah agar semua siswa mengikuti kegiatan
yang diterapkan disekolah agar budaya organisasi di sekolah ini juga
berjalan dengan baik.

B. Saran
Berdasarkan data yang ditemukan, peneliti menyarankan beberapa hal
terkait peran kepala sekolah dalam mengembangkan budaya organisasi di UPT
SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir, berikut saran dari peneliti:
1. Kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan harus saling bekerja
sama dalam mengembangkan budaya organisasi yang ada disekolah
dan menciptakan hubungan yang baik antara sesama, baik itu dari
82

atasan ke bawahan, bawahan ke atasan dan bawahan dengan bawahan


agar agar tujuan yang dicapai dapat berjalan dengan lancar.
2. Kepala sekolah harus selalu mengayomi bawahannya serta memotivasi
dan bersikap adil dengan bawahannya, jika ada permasalahan di
sekolah dalam mencapai tujuan, diselesaikan secara bersama-sama dan
didiskusikan agar terjalin hubungan yang baik dan tercipta rasa
kekeluargaan dan permasalahan yang ada dapat di selesaikan secara
bersama-sama.
3. Dalam melakukan pengembangan budaya organisasi, kepala sekolah
dianggap sebagai pemimpin dalam lembaga pendidikan. Kepala
sekolah harus selalu mengingatkan betapa pentingnya budaya
organisasi di sebuah lembaga pendidikan agar menjadi pembeda
dengan lembaga pendidikan lainnya serta tertanamnya nilai-nilai
positif di dalam diri sendiri, hal ini disampaikan kepada seluruh warga
sekolah, mulai dari tenaga pendidik, tenaga kependidikan, siswa dan
juga sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Abdussamad, Zuchri. 2021. Metode Penelitian Kualitatif. Makassar: CV.
Syakir Media Press.
Amiruddin. 2018. Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Medan:Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia.
Bernhard, dkk. Tewal. 2017. Perilaku Organisasi. Bandung: CV. Patra Media
Grafindo.
Burhanuddin. 2018. Budaya Organisasi & Kepemimpinan. Malang: Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Djafri, Novianty. 2017. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Hermawan, Andi. 2021. Penguatan Kepemimpinan Melayani Kepala
Sekolah. Bogor: Bukit Mas Mulia.
Kamaroellah, Agoes. 2017. Pengantar Budaya Organisasi. Surabaya: CV.
Salsabila Putra Pratama.
Murdiyanto, Eko. 2020. Metode Penelitian Kualitatif (Teori dan Aplikasi
Disertai Contoh Proposal). Yogyakarta:Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Pada Masyarakat.
Suparman. 2019. Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Guru (Sebuah
Pengantar Teoritik). Bandung: Uwais Inspirasi Indonesia.
Syafrida, dkk. 2022. Kepemimpinan dan Budaya Organisasi. Medan:
Yayasan Kita Menulis.
Tuala, Riyuzen Praja. 2020. Budaya Organisasi dan Kepemimpinan. Bandar
Lampung: Pustaka Media.
Wahyudi. 2021. Budaya Organisas Sudut Pandang Teoritis Dalam
Membangun Nilai-Nilai Kerja. Tanggerang Selatan: PT Dewangga
Energi Internasional.

83
84

Skripsi:
Cahyo, Rendi Dwi. 2020. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Mengembangkan Budaya Agama di SMP Islam 1 Kalirejo Lampung
Tengah. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung: Lampung.
Pratama, Farhandika. 2020. Peran Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan
Budaya Organisasi di SMA Swasta Al-Ulum Medan. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara: Medan.
Risda. 2020. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan
Budaya Membaca Al-Qur’an di SMP Negeri 1 Bua Kabupaten Luwu.
Skripsi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Institut Agama Islam Negeri Palopo: Palopo.

Jurnal:
Afriadi, dkk. 2017. Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Profesionalisme Guru Pada SMA Negeri 1 Kuala Batee
Kabupaten Aceh Barat Daya, Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol 4,
No. 2 Mei.
Inge Kadarsih, dkk. 2020. Peran dan Tugas Kepemimpinan Kepala Sekolah
di Sekolah Dasar, Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 2 No 2, p-ISSN 2656-
8063 e-ISSN 2656-8071.
Ismuha, dkk. 2017. Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru Pada SD Negeri Lamklat Kecamatan
Darussalam Kabupaten Aceh Besar, Jurnal Administrasi Pendidikan
Vol. 4, No. 1, Februari.
Kalimantara, Asep. 2020. Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah Dan
Implikasinya Pada Peningkatan Mutu Guru Dalam Pembelajaran Di
Sd Negeri Nugraha Pelita Jalancagak Kabupaten Subang, Jurnal
Penelitian Guru Fkip Universitas Subang, Volume 03 No. 01, Maret.
85

Syamsul, Herawati. 2017. Penerapan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam


Meningkatkan Kinerja Guru Pada Jenjang Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Jurnal Idaarah, Vol 1, No. 02, Desember.

Undang-Undang:
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kompetensi Kepala Sekolah.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.

Alquran:
RI, Departemen Agama. 2009. Mushaf Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depok:
SABIQ.
Indonesia, Departemen Agama Republik, 2010. Al-Qur’an Al-Karim dan
Terjemahannya, Jakarta: Pena Pundi Aksara.

Wawancara:
Wawancara dengan Bapak Kasiman, S.Pd. I, Guru Pendidikan Agama Islam.
Pada Tanggal 05 Agustus 2022 Pukul 10:35 Wib.
Wawancara dengan Bapak Rahmadsyah Rangkuti. Kepala Sekolah Di
Ruangan Kepala Sekolah Pada Hari Rabu Tanggal 18 Januari 2023
Pukul 10.12 Wib.
Wawancara dengan Ibu Zuraida Harahap. Guru Bahasa Indonesia Diruangan
Perpustakaan Pada Hari Rabu Tanggal 15 Februari Pukul 10:25 Wib.
Wawancara dengan Ibu Yuni Afda Lestari, Guru Matematika, Di Ruangan
Perpustakaan Pada Hari Kamis Tanggal 19 Januari 2023 Pukul 10.23
Wib.
86

Wawancara dengan Bapak Irfan Kelana Siregar. Guru Bahasa Inggris Di


Ruangan Perpustakaan Pada Hari Rabu Tanggal 15 Februari 2023
Pukul 11.01 Wib.
Observasi Lapangan Peneliti Di Upt Smp Negeri 2 Lima Puluh Pesisir.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian


Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 3 Pedoman Wawancara

Wawancara dengan Kepala Sekolah UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
1. Apakah disekolah ini telah menerapkan fungsi dari manajemen yang baik,
yaitu POAC?
2. Bagaimana peran bapak sebagai manajer dalam organisasi pendidikan?
3. Apa yang bapak lakukan sebagai seorang pemimpin yang memiliki
kepribadian yang teladan?
4. Apa yang bapak lakukan sebagai pemimpin yang berorientasi pada tugas?
5. Bagaimana cara bapak memberikan pengarahan kepada guru dalam
mendidik peserta didik?
6. Jelaskan apa yang menjadi tanggung jawab bapak sebagai administrator?
7. Bagaimana peran bapak sebagai motivator dalam mengoptimalkan kinerja
guru?
8. Apa yang harus bapak lakukan sebagai supervisor di sekolah?
9. Kenapa bapak harus menjadi inovator?
10. Bagaimana budaya organisasi yang ada di sekolah ini?
11. Apakah sejauh ini budaya organisasi yang bapak terapkan di sekolah ini
berjalan dengan lancar?
12. Apa faktor penghambat dan faktor pendukung dalam mengembangkan
budaya organisasi yang ada di sekolah ini?
13. Apakah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan bekerja sama dengan
baik untuk mengembangkan budaya organisasi yang ada di sekolah?
14. Apa budaya organisasi yang khas atau menonjol di sekolah ini, yang
membedakan dengan sekolah lain?
15. Bagaimana cara bapak mengatasi peserta didik yang tidak mau mengikuti
kebiasaan yang telah diterapkan di sekolah?
16. Bagaimana bapak memotivasi para guru agar mampu bersikap adil dan
mampu mengayomi peserta didik untuk membentuk sikap serta prilaku
yang baik?
17. Dari beberapa kompetensi kepala sekolah, kompetensi apa yang berkaitan
dalam mengembangkan budaya organisasi?

Lampiran 4 Pedoman Wawancara

Wawancara dengan Guru UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir


1. Apakah menurut ibu/bapak kepala sekolah telah menerapkan fungsi
manajemen yang baik di sekolah ini, yaitu POAC?
2. Apa saja aturan-aturan yang diterapkan kepala sekolah untuk
melaksanakan kedisiplinan yang ada di sekolah ini?
3. Apa yang sering dilakukan kepala sekolah terutama dalam membangun
kelompok kerja yang aktif dan kreatif?
4. Apa prilaku yang sering diterapkan kepala sekolah agar menjadi panutan
yang baik untuk guru?
5. Mengapa kepala sekolah harus mampu berperan baik sebagai pemimpin
maupun manajerial?
6. Bagaimana jika kepala sekolah tidak melakukan supervisi dengan baik dan
apa dampaknya bagi guru?
7. Bagaimana hubungan kepala sekolah sebagai supervisor dengan guru
ketika supervise dilaksanakan?
8. Apakah kepala sekolah selalu memberikan arahan serta motivasi, terutama
disaat ada permasalahan di dalam pekerjaan?
9. Apa yang harus dimiliki kepala sekolah sebagai administrator?
10. Bagaimana cara bapak/ibu untuk membiasakan peserta didik agar disiplin
dengan aturan yang ada sekolah?
11. Kebiasaan-kebiasaan seperti apa yang bapak/ibu terapkan kepeserta didik
agar mampu menjadi panutan dan model teladan yang baik di sekolah?
12. Bagaimana cara bapak/ibu untuk menciptakan sebuah kegiatan
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi peserta didik?
13. Bagaimana cara bapak/ibu memotivasi siswa dalam meraih prestasi.
Terutama dalam mengembangkan bakat dan potensi yang dimiliki peserta
didik?

Lampiran 5 Pedoman Observasi

Hasil Observasi
No Kegiatan Perilaku/Keadaan Keterangan
Ya Tidak
Peran Kepemimpinan Kepala
Sekolah di UPT SMP Negeri 2
Lima Puluh Pesisir
1 Kepala sekolah mampu
merencanakan, mengorganisasikan,

menggerakkan, dan mengendalikan
kegiatan yang ada.
2 Kepala sekolah mampu memotivasi
guru dan siswa untuk disiplin dalam ✓
belajar dan berprestasi.
3 Kepala sekolah memiliki keahlian ✓
dasar dalam memimpin sekolah.
4 Kepala sekolah memiliki ✓
pengetahuan tentang kepemimpinan.
5 Kepala sekolah mampu memberikan

pengarahan kepada guru dalam
mendidik anak.
Fungsi dan Peran Kepala Sekolah
1 Kepala sekolah mampu menjadi ✓
educator (Pendidik)
2 Kepala sekolah mampu menjadi ✓
manajer
3 Kepala sekolah mampu menjadi ✓
administrator
4 Kepala sekolah mampu menjadi ✓
supervisor
5 Kepala sekolah mampu menjadi ✓
leader
6 Kepala sekolah mampu menjadi ✓
inovator
7 Kepala sekolah mampu menjadi ✓
motivator
Budaya Organisasi
1 Nilai budaya organisasi ada di ✓
sekolah
2 Adanya perbedaan budaya organisasi ✓
sekolah dengan sekolah lain
3 Adanya faktor pendukung budaya ✓
organisasi
4 Adanya faktor penghambat budaya ✓
organisasi
Lampiran 6 Dokumentasi

Gambar 5.2
Foto Plang UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir

Gambar 5.3
Stuktur Organisasi UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir
Gambar 5.4
Buku Data Keadaan Siswa UPT SMP Negeri 2 Lima Puluh Pesisir

Gambar 5.5
Wawancara dengan Bapak Rahmadsyah Rangkuti
(Kepala Sekolah) pada tanggal 18 Januari 2023
Gambar 5.6
Wawancara dengan Ibuk Yuni Afda Lestari
(Guru) pada tanggal 19 Januari 2023

Gambar 5.7
Wawancara dengan Bapak Irfan Kelana Siregar
(Guru) pada tanggal 25 Februari 2023
Gambar 5.8
Wawancara dengan Ibuk Zuraida Harahap
(Guru) pada tanggal 15 Februari 2023

Gambar 5.9
Kepala Sekolah Berbincang-Bincang dengan Guru di Ruangan Guru
Gambar 5.10
Kepala Sekolah Melakukan Pengecekan Berkas Kepada Guru

Gambar 5.11
Kepala Sekolah Mengadakan Rapat
Gambar 5.12
Kegiatan Setiap Hari Senin Apel Pagi dan Upacara Pendera
Lampiran 7 Biodata Penulis
BIODATA PENULIS

Nama Lengkap : Widia Ananda


Nim : 02180925
Tempat/Tanggal Lahir : Kedaisianam, 03 Agustus 2000
Tempat Asal : Batu Bara
Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam (MPI)
Alamat Email : anandawidia2000@gmail.com
No. HP : 0852 9643 8016
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
Kewarga Negaraan : Indonesia
Nama Orang Tua
a. Ayah : Erwan Efendi
b. Ibu : Nurasiah
Riwayat Pendidikan
a. SD/MI : SD Negeri 014724 Guntung
b. SMP/MTS : SMP Negeri 4 Lima Puluh
c. SMA/MA : MA Al-Washliyah Kedaisianam
d. Perguruan Tinggi : STIT BB (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiah Batu Bara)

Anda mungkin juga menyukai