Anda di halaman 1dari 73

PERKEMBANGAN MINAT BELAJAR ANAK BAJO PADA

TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TERAPUNG

KABUPATEN BUTON TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan dalam Bidang Pendidikan Agama Islam

Pada Sekolah Tinggi Agama Islam

(STAI) YPIQ Baubau

Oleh:

NURWAN

NIM: 1721201029

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) YPIQ BAUBAU

Tahun 2021
PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nurwan
Nim : 1721201029
Tempat/Tgl. Lahir : Kaudani, 19-05-1985
Jurusan : Tarbiyah
Fakultas / Program : Pendidikan Agama Islam / STAI YPIQ Baubau
Alamat : Desa Terapung Kec. Mawasangka, Kab. Buton Tengah
Judul Skripsi : Perkembangan Minat Belajar Anak Bajo Pada Tingkat
Sekolah Dasar di Desa Terapung Kabupaten Buton
Tengah
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

adalah benar hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan

duplikan , tiruan , palagiat , atau dibuat orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka

skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Baubau, 30 Oktober 2021


Penulis

NURWAN
NIM:1721201029

ii
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul, ”Perkembangan Minat Belajar Anak Bajo Pada

Tingkat Sekolah Dasar di Desa Terapung Kabupaten Buton Tengah”, yang di susun

oleh Nurwan, NIM: 1721201029, mahasiswi program studi Pendidikan Agama Islam

pada jurusan Tarbiyah STAI YPIQ Baubau, telah diuji dan dipertahankan dalam

sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Sabtu, tanggal 13 November

2020 M, bertepatan dengan 27 Rabiul Awal 1442 H, dinyatakan telah dapat diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah,

Program Studi Pendidikan Agama Islam (dengan beberapa perbaikan).

Baubau, 13 November 2021 M.

27 RabiulAwal 1442 H.

DEWAN PENGUJI:

Ketua :Muh. Agussalim IS, SH., S.Pd., MH (…………………….)

Sekretaris : Drs. Agus Rahman, M.Pd.I (…………………….)

Munaqisy I : La Ode Asrul, SS., MA (…………………….)

Munaqisy II : Sabaruddin, S.Ag., M.Fil.I (…………………….)

Pembimbing I : Ikram Sabaruddin, S.Ag., M.Pd.I (…………………….)

Pembimbing II : Musrifa Arsyad, S.Pd.I., M.Pd.I (…………………….)

Diketahui oleh:
Ketua Jurusan Tarbiyah, Prodi PAI,
STAI YPIQ Baubau

Sahidin, S.Sos.I., S.Pd., M.Pd

iii
iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan skripsi saudari Nurwan, Nim:1721201029,

mahasiswi Jurusan Tarbiyah pada Fakultas Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi

Agama Islam YPIQ Baubau, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi

yang bersangkutan dengan judul, “Perkembangan Minat Belajar Anak Bajo Pada

Tingkat Sekolah Dasar Di Desa Terapung Kabupaten Buton Tengah”,

memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat di

setujui untuk di ajukan ke sidang Munaqasyah.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.

Baubau, 30 Oktober 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Ikram Sabaruddin, S.Ag., M.Pd.I Musrifa Arsyad, S.Pd.I., M.Pd.I


NIDN : 8977210021 NIDN : 2101018303
v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadiran Allah SWT .yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas dan kewajiban akademik dalam bentuk skripsi dengan judul

“Perkembangan Minat Sekolah Anak Bajo Tingkat Sekolah Dasar di Desa Terapung

Kabupaten Buton Tengah” yang mungkin jauh dari kesempurnaan, dan andaikan

skripsi ini sempurna semata-mata hanya karena petunjuk dari yang Maha Kuasa.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi

Muhammad SAW .yang telah menjadi qudwah dan uswatun khasanah dengan

membawa pancaran cahaya kebenaran (dinul islam), sehingga pada sampai detik ini

kita masih mampu mengarunia hidup dan kehidupan yang berlandaskan Iman dan

Islam.

Seiring dengan terselesainya skripsi ini, tidak lupa penulis menyampaikan

terimakasih dan penghargaan tanpa batas kepada semua pihak yang telah membantu

memberikan arahan, bimbingan, petunjuk, serta motivasi dalam proses

penyusunannya, diantaranya:

1. Bapak Prof. Hamdan Juhannis MA PhD, selaku rector UIN Alauddin

Makassar sekaligus Koordinator Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta


vi

(KOPERTAIS) wilayah VIII yang telah menerima penulis sebagai

mahasiswa pada perguruan tinggi ini.

2. H. Dahilu, S.E., M.M selaku Ketua STAI YPIQ Baubau yang selama ini

membina dan memimpin perguruan dengan penuh dedikasi yang tinggi.

3. Muh. Agus Salim IS, S.H., S.Pd., M.H selaku Pembantu Ketua I, H. La

Ode Munsir Sahi, S.Ag, M.Si. selaku Pembantu Ketua II, dan Drs. H.

Abdul Majid, M.M., selaku Pembantu Ketua III yang selama ini

memberikan fasilitas dalam perkuliahan.

4. Sahidin, S.Sos.I., S.Pd., M.Pd sebagai Ketua Program Studi Pendidikan

Agama Islam STAI YPIQ Baubau.

5. Ikram Sabaruddin, S.Ag., M.Pd.I dan Musrifa Arsyad, S.Pd.I., M.Pd.I,

selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan waktu,

tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

6. Bapak dan ibu dosen serta seluruh Civitas Akademik STAI YPIQ Baubau

yang telah banyak memberikan berbagai disiplin ilmu pengetahuan kepada

penulis.

7. Kepala Desa Terapung Bapak Pamaruddin S.Pi serta seluruh staf balai

desa yang membantu memberikan data dalam penulisan ini.

8. Ayahanda H.Tola dan Ibunda Hj. Marwiah , Suami Tercinta, dan Kakakku

Aswading, S.Pd.I , dan seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan

support, bimbingan, arahan, dan motivasi yang berupa moril, do’a yang

telah diberikan dengan penuh cinta dan kasih sayang, terlebih-lebih


vii

dukungan material, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini dengan baik.

9. Sahabata-sahabat di jurusan Pendidikan Agama Islam, dan sahabat-

sahabatku yang tak bisa disebut satu persatu, semoga kontribusi yang

teman-teman memberikan pendapat balasan-Nya.

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukkan, dukungan

kepada pihak penulis, sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Akhirnya, hanya kehadiran Allah SWT .penulis berdo’a semoga

kebaikan mereka semua diterima di sisi-Nya dan menjadi amal sholeh yang

senantiasa dilipatgandakan pahalanya. Dalam menyusun dan menyelesaikan

skripsi ini penulis melakukannya dengan semaksimal mungkin, bila terdapat

kekurangan penulis mengharapkan kritik konstriktif dan saran dari pembaca

demi kesempurnaan dan kebaikan untuk penulis berikutnya.

Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

berguna bagi tamnahan khazanah dunia keilmuan khususnya, bagi penulis dan

pembaca dan pada umumnya.Amin yaa rabbal ‘alamiin.

Baubau, 30 Oktober 2021

Nurwan
viii

DAFTAR ISI

JUDUL

PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
C. Rumusan Masalah
D. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian
E. Kajian Pustaka
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Minat Sekolah
B. Konsep Anak Bajo
C. Kerangka Konseptual

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian


B. Pendekatan Penelitian
C. Sumber Data
D. Metode Pengumpulan Data
E. Instrument Penelitian
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
G. Pengujian Keabsahan Data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
ix

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


x

ABSTRAK

Nama : Nurwan
Nim : 1721201029
Jurusan : Tarbiyah
Judul : Perkembangan Minat Belajar Anak Bajo Pada Tingkat Sekolah
Dasar di Desa Terapung Kabupaten Buton Tengah

Pendidikan merupakan bagian dari hak dasar anak yang wajib dipenuhi.Tidak
bersekolah merupakan suatu permasalahan sosial dimana tidak terpenuhinya hak-hak
anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.Daerah bajo di Desa Terapung
merupakan daerah yang banyak ditemukan anak yang putus sekolah seperti yang
terjadi di daerah desa Terapung Kabupaten Buton Tengah.Terjadinya anak yang tidak
bersekolah yang disebabkan oleh berbagai macam faktor yang mendorong mereka
untuk memutuskan tidak bersekolah.

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan desktiptif kualitatif. Informan


penelitian adalah orang yang memahami atau benar-benar mengetahui permasalahan
yang ada di teliti untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
belakang penelitian yakni kepala desa, orangtua anak, dan anak-anak sekolah. Teknik
pengumpulan data yaitu: observasi, wawancara, dan dokumtasi. Teknik analisis data
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Membangkitkan minat
belajar seseorang merupakan hal yang sangat penting karena minat selalu
membangkitkan pemusatan pikiran, menimbulkan kegembiraan dalam belajar serta
memperbesar daya kemampuan belajar seseorang.

Penelitian ini di lakukan di desa Terapung Kabupaten Buton Tengah.


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan dalam penelitian ini
adalah anak umur 7 sampai 10 tahun pada jenjang Sekolah Dasar, yang berjumlah
1500 orang. Tehnik pengumpulan data dengan melakukan wawancara, observasi, dan
dokumentasi, kemudian dianalisis oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi factor rendahnya minat


belajar anak bajo di desa Terapung Kabupaten Buton Tengah disebabkan oleh: (1)
Kurangnya motivasi dan dorongan orang tua, (2) Kondisi ekonomi yang kurang
mampu. Dan (3) Faktor teman sebaya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan salah

satunya adalah perguruan tinggi. Akan tetapi dengan melihat kondisi nyata saat

ini tentang perguruan tinggi tidak banya orang menginginkan hal tersebut. Hal ini

disebabkan karena menurunnya minat mereka dan kurang nya harapan untuk

menjadi orang yang lebih maju melalui perguruan tinggi.1

Pendidikan pada hakikatnya untuk menumbuhkan dan mengembangkan

potensi-potensi pembawaan yang ada dalam diri anak. Potensi-potensi ini tersebut

diharpkan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai yang ada di dalam

masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan bagi individu merupakan

kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan,

manusia akan mengalami kendala dalam hidup untuk berkembang sejalan dengan

inspirasi menuju kesejahteraan, kemajuan dan kebahagian.2

Pendidikan bukan hanya sebuah kewajiban, lebih dari itu pendidikan

merupakan sebuah kebutuhan dan anusia akan lebih berkembang dengan adanya

pendidikan. Tujuan pendidikan itu sendiri beragam, tergantung pribadi tiap

individu memandang pendidikan itu sendiri, ada yang memandang pendidikan itu

yang baik dapat memperbaiki status kerjanya, sehingga mendapatkan kerjaan

yang nyaman, ada pula yang memandang pendidikan adalah sebuah alat
1
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penilitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 194
2
Faizah, dkk., Psikologi Pendidikan Aplikasi Teori Indonesia (Universitas Brawijaya Press,
Malang, 2017), h. 6-7

1
2

trasportasi yang membawanya menuju jenjang itu semua. Terlepas dari

pandangan itu semua, sebenarnya pendidikan adalah sesuatu yang luhur. Suatu

pendidikan tak hanya sebatas lembaga formal saja tetapi juga pendidikan

informal, karena hakikatnya kita lahir sampai akhir hayat. Belajar adalah

bagaimana kita berkembang untuk terus menjadi baik menjadi pemimpin di bumi

ini.3

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 6 ayat 1

yang menyatakan bahwa setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai lima

belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Kemudian pada tahun 2013,

kemendikbud mulai menjalankan kebijaksanaan baru terkait upaya peningkatan

mutu dan kualitas pendidikan di tanah air malalui beberapa program. Di antranya

pendidika menengah universal (PMU), atau dikenal dengan rintisan wajib belajar

12 tahun. Menurut mendikbud, alas an pemerintah segera menggulirkan program

PMU adalah untuk menyukseskan program wajib belajar 12 tahun. Pada tahun

2016 di keluarkannya Permendikbud tentang Program Indonesia Pintar (PIP)

yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaannya program rintisan wajib belajar

12 tahun.4

Permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia yaitu masih banyak anak-

anak yang tidak melanjutkan jenjang pendidikan nya atau memilih drop out dari

3
Cici Apriana Majid, “Pengaruh Biaya Pendidikan Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa
Kelas X di SMA Negeri 2 Watansopeng”, Skripsi (Makassar: Fakultas Universitas Negeri Makassar,
2016), h.20
4
Agus Siswanto, “Pelaksanaan Program Rintisan Wajib Belajar 12 Tahun Pada Sekolah
Menengah Atas Negeri di Kabupaten Bantul”, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Universitas Negeri
Yogyakarta, 2017), h.3
3

sekolah. Drop out atau putus sekolah terjadi karena berbagai faktor, diantaranya

ekonomi, keluarga dan faktor internal anak. Banyak anak usia sekolah yang tidak

menyelesaikan pendidikan dasar yang telah direncanakan oleh pemerintah.

Banyaknya anak sekolah yang tidak menyelesaikan pendidikan dasarnya terutama

di Desa Terapung Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah.

Kehidupan masyarakat moderen yang berfikir maju akan dipengaruhi oleh

lingkungan dan masyarakat tidak lepas dari dukungan dan kesadaran colegtif,

tidak ada pembatasan-pembatasan alamiah apapun pada kebutuhan dari hasrat

manusia, maka minat masyarakat khususnya pada anak-anak tidak terbatas yaitu

memiliki minat remaja terhapa pendidikan akan mendorong memotivasi bagi

anak-anak untuk berusaha keras agar dapat berprestasi aktif dalam mewujudkan

cita-citanya.

Masyarakat nelayan sebagai salah satu sisi kehidupan masyarakat

Indonesia pada umunya memegang peranan yang cukup penting dalam

pemanfaatan sumber daya alam. Sebagai suatu pekerjaan disektor informal,

kehidupan masyarakat nelayan perlu dapat di perhatikan karena nelayan

merupakan suatu komunitas yang saling ketergantungan satu sama lain.

Hubungannya keja dalam masyarakat nelayan selalu berlandasan pada system

social budaya setempat.5

Desa Terapung Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah

merupakan wilayah yang terkenal dengan surga ikan teri. Terapung terdiri dari

5
Parman, dkk., Perubahan Pola Pikir Masyarakat Nelayan Terhadap Pendidikan, Vol. 3 No.
2 (t.t.: t.p., 2018), h.416
4

beberapa desa yang dikelilingi laut dan terdapat berbagai jenis suku yang tinggal

di dalam nya penduduk Terapung sebagian ada yang tinggal di daratan dan ada

pula di pesisir pantai bahkan di tengah laut. Masyarakat yang hidup di tengah laut

di namai Desa Pasi Kutta yang sungguh unik. Dahulu orang-orang hanya

mengenal suku Makassar, suku Bugis atau suku Mandar sebagai raja di lautan.

Keunikan lain yang dimiliki oleh suku Bajo Terapung adalah mereka

memiliki budaya tertentu ketika pergi melaut, melihat cuaca, cara mendidik anak-

anaknya supaya menjadi pelaut tangguh. Hal ini dikomunikasikan oleh orang tua

kepada anaknya. Budaya ini telah lama ada dan terus dilakukan hingga saat ini.

Masyarakat suku bajo Terapung sangat mempercayai adanya roh-roh halus di laut

sebagai penjaga laut, sehingga mereka sering menyiapkan sesajen untuk dibawa

di tengah laut sebagai persembahan untuk roh penjaga laut. Budaya tentunya

berkaitan dengan ideology masyarakat suku bajo Waburense.

Penghasilan nelayan di dapatkan tergantungan pada cuaca atau kondisi

lautan, sehingga pendapatan tidak menentu dan hanya bisa memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Ditambah lagi pada kelompok masyarakat ini hanyalah kepala rumah

tangga nya yang bekerja sebagai nelayan yang menjadi sumber pendapatan

keluarga. Rata-rata istri para nelayan tidak memiliki pendapatan karena mereka

hanya menjalani sebagai ibu rumah tangga. Kondisi tersebut secara tidak

langsung juga akan mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap

pendidikan anaknya.

Dahulu masyarakat nelayan di Terapung cara berfikirnya dan sikapnya

terhadap pendidikan masih tradisional, sikap ini masih memihak pada masa
5

lampau karena masa tersebut merupakan masa penuh kemudahan, tradisi masa

lampau tidak dapat diubah dan perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat,

sehingga mereka sangat tertinggal dalam dunia pendidikan karena pola pikirnya

yang tidak mementingkan pendidikan dan pergaulan yang terbatas dapat di

pastikan ilmu pengetahuan terbatas yang dapat mengakibatkan pola pikir yang

terbelakang dan ketinggalan zaman.

Belajar bagi para nelayan suku bajo khususnya yang berada di desa

Terapung saat ini masih memprihatinkan. Mayoritas hanya lulusan Sekolah Dasar

(SD) dan sebagian tidak tamat Sekolah Dasar, dan anak nelayan yang

melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi (Kuliah) 5 orangPemahaman

masyarakat tentang penting nya pendidikan sangat rendah sehingga menyebabkan

anak-anak mereka tidak memiliki motivasi untuk berlomba-lomba dalam

menuntut ilmu setinggi-tinggi nya. Sementara jumah anak yang putus sekolah

cukup banyak, anak yang putus sekolah ini di sebabkan kurangnya dorongan dari

kedua orang tua atau keluarga sehingga mereka tidak melanjutkan pendidikannya.

Anak-anak mereka banyak yang putus sekolah bahkan tidak menamatkan

pendidikan sekolah dasar (SD).6

Anak yang tidak menamatkan sekolah terjadi karena dalam usia dini telah

ikut membantu orang tua mencari nafkah di laut.Mereka beralasan bahwa

penghasilan orang tuanya tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga

biasanya mereka bekerja pulang sekolah atau liburan sekolah sehingga jangan

kaget jika anak mereka pun rata-rata tidak sempat menyelesaikan pendidikan

6
Ruslam Ahmadi, Pengantar Pendidikan (Yokyakarta: Ar-Ruzz Media,2014), h. 233
6

hingga jenjang yang setinggi-tingginya. Rata-rata anak laki-lakinya mempunyai

bakat dalam melaut, karena mereka juga sudah terbiasa melihat orang

tuanyabekerja.Sehari-hari pekerjaan anak-anak Bajo di Desa Terapung membuat

bagang,7yang dapat dipakai untuk menangkap ikan teri di tengah laut dan

memasang bubu atau jarring untuk menangkap kepiting.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap anak

dimanapun dia berada karena pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku,

kepribadian dan kematangan dalam berfikiri. Begitu penting nya pendidikan bagi

anak sehingga mampu membentuk kepribadian atau merubah pola pikir dan

tingkah laku anak kearah yang lebih baik. Berbeda dengan masyarakat nelayan

suku bajo yang hidup dan tinggal di pinggir pantai atau di tengah laut di mana

pendidikan merupakan hal yang biasa saja, pendidikan tidak begitu penting bagi

masa depan anaknya sehingga orang tua lebih mengutamakan pekerjaan (nelayan)

di banding melanjutkan pendidikan.8

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis sangat tertarik untuk mengkajinya

lebih lanjut dalam sebuah judul penelitian “Perkembangan Minat Belajar Anak

Bajo Pada Tingkat Sekolah Dasar di Desa Terapung Kabupaten Buton Tengah”.

7
Bagan adalah suatu alat penangkapan ikan yang menggunakan jaring lampu, 1950
8
Ruslam Ahmadi, Pengantar Pendidikan, h. 233
7

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian bermanfaat bagi pembatasan mengenai obyek

penelitian yang diangkat manfaat lainnya adalah agar peneliti tidak terjebak

pada banyaknya data yang diperoleh di lapangan. Penentuan fokus penelitian

lebih di arahkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari

situasi perekonomian dan sosial ini dimaksudkan untuk membatasi studi

kualitatif sekaligus membatasi penelitian guna memilih data mana data yang

relevan dan mana data yang tidak relevan.

Pembatasan dalam penelitian kualitatif yang lebih didasarkan pada

tingkat kepentingan, urgensi dan dan reabilitas masalah yang akan

dipecahkan. Penelitian ini difokuskan meliputi:

a. Perkembangkan minat belajar anak Bajo pada tingkatan Sekolah Dasar

(SD) di Desa Terapung Kabupaten Buton Tengah

b. Faktor rendahya minat belajar tingkat pendidikanSekolah Dasar (SD)

pada anak Bajo di Desa TerapungKabupaten Buton Tengah

2. Deskripsi Fokus

Ditinjau dari segi metode penelitian ini merupakan jenis penelitian

deskriptif kualitatif, merupakan metode untuk mempelajari secara intensif

tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuai unit

sosial yang meliputi: individu, kelompok, lembaga atau masyarakat. 9

Penelitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai jenis penelitian yang temuan-

9
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h. 80
8

temuannya tidak diperoleh melalui prodesur statistik atau bentuk hitungan

lainnya.10 Berdasarkan kedua teori diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian

kualitatif adalah penelitian yang didalamnya mendiskripsikan data yang

diperoleh dari hasil penelitian yang didalam nya mendiskripsikan data yang

diperoleh dari hasil penelitian bukan dengan angka.

Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena sosial dari

partisipasi yang diajak wawancara, observasi, diminta memberikan data untuk

penelitian.11 Jadi, penelitian di Desa Terapung Dusun Terwani Atas

Kabupaten Buton Tengah, merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan

metode deskriptif kualitatif yang datanya diperoleh dari wawancara, observasi

dan dokumentasi.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang penulis paparkan di atas, dapat dirumuskan

permasalahan dalam skiripsi ini, yaitu:

1. Bagaimana perkembangkan minat belajar anak Bajo pada tingkatan Sekolah

Dasar (SD) di Desa Terapung Kabupaten Buton Tengah?

2. Apa faktor rendahya minat belajar tingkat pendidikanSekolah Dasar (SD)

pada anak Bajo di Desa TerapungKabupaten Buton Tengah?

10
Kamdani, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif: Tata Langkah dan Teknik-teknik Teoritisasi
Data, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 4
11
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pustaka Setia, 2010). H. 145
9

D. Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka, penulis akan mengetengahkan beberapa literatur

yang berkaitan dengan pembahasan diseputar proposal skripsi ini. Berkaitan

dengan topik yang akan di bahas melalui penilitian ini, ada beberapa penilitian

sebelumnya yang terkait dengan penilitian yang akan dilakukan diantara lainnya:

Skripsi yang ditulis oleh Apriani Safitri, Nurmayanti pada tahun 2018

yang berjudul “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Mayarakat

Bajo”. Menurut hasil penilitian yang dilakukan oleh Apriani, faktor-faktor yang

mempengaruhi minat belajar di masyarakat Bajo Desa Kampoh Bunga

Kecamatan Wawolesea Kabupaten Konawe Utara diantaranya, (1) kondisi

ekonomi yang kurang mampu; (2) fasilitas dan saran yang tidak lengkap; (3)

lingkungan masyarakat; (4) kesadaran akan kebutuhan belajar anak; (5)

figurorang tua yang senantiasa melihat keberhasilan seorang anak dari cepatnya

ia bekerja dan menghasilkan uang.

Skripsi Parman, H. Jamaluddin Hos, Sarpin, yang bejudul “ Perubahan

Pola Pikir Masyarakat Nelayan Terhadap Pendidikan (Studi di Desa

Panimbawang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali)” pada tahun

2018. Perubahan pola pikir masyarakat nelayan terhadap pendidikan Desa

Panimbawang Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten Morowali berpikir

bahwasannya pendidikan bagi anak itu sangat penting untuk masa depan mereka

kelak nanti, agar mereka tidak ketinggalan zaman. Selain itu untuk masa depan

anaknya kelak, bekerja sebagai seorang nelayan seperti orang tuanya. Dan orang
10

ataupun tidak menginginkan anaknya diperbodohi orang lain sehingga kedua

orang tua mulai mengarahkan anaknya untuk tetap berpendidikan cukup mereka

yang tidak memiliki ilmu pengetahuan sehingga terjadi penyesalan.12

Skripsi yang ditulis oleh Baco pada tahun 2017 yang berjudul “ Minat

Belajar Pada Masyarakat Nelayan Dipesisir Pantai Nanghale”. Berdasarkan hasil

penelitian tentang kelanjutan pendidikan di kalangan anak nelayan Desa

Nangahale Kecamatan Talibura Kabupaten Sikka, dapat disimpulkan yaitu (1)

tingkat ekonomi orang tua sangat rendah rata-rata penghasilan orang tua

perbulan Rp 500.000-1.000.000 / bulan. Dari tingkat penghasilan yang sangat

rendah sehingga anak nelayan tidak bisa melanjutkan kejenjang yang lebih

tinggi. (2) tingkat pendidikan anak nelayan masih rendah, hal ini dilihatnya dari

banyak nya keluarga nelayan yang memiliki anak dengan pendidikan tertinggi

hanya menyelesaikan pendidikan di tingkat pendidikan dasar. (3) responden

nelayan di Desa Nangahale kebanyakan berstatus sebagai nelayan buruh atau

ABK. (4) sering mengajak anak untuk melaut sehingga anak lupa akan sekolah

sehingga angka putus sekolah di Desa Nangahale Kecamatan Talibura

Kabupaten Sikka penyebab utamanya adalah persoalan ekonomi dan lingkungan.

Persamaan dari skripsi yang telah ditulis diatas yaitu tentang masyarakat

pesisir nelayan atau di sebut suku bajo yang kurang dalam minat sekolah atau

belajar, yang menyebabkan malas belajar.

12
Parman, Perubahan Pola Pikir Mayarakat Nelayan Terhadap Pendidikan (Studi di Desa
Panimbawang Kecamatan Bungku Kabupaten Morowali), Skripsi, tahun 2018
11

Perbedaan nya dari skripsi yang diatas membahas perbandingan anak

tentang minatnya belajar dan membantu anak-anak bajo dalam meningkatkan

minatnya untuk lebih giat belajar.

E. Tujuan dan Manfaat Penilitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penilitian ini,

yaitu sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui perkembangan minat belajar anak Bajo pada tingkatan

Sekolah Dasar (SD) di Desa Terapung Kabupaten Buton Tengah.

b. Untuk mengetahui faktor rendahya minat belajar tingkat pendidikan

sekolah dasar (SD) pada anak Bajo di Desa TerapungKabupaten Buton

Tengah.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktis

Peneliti ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca

mengenai implikatur dan inferensi dan diharapkan dapat menambah ilmu

penelitian tentang perkembangan khususnya anak bajo.

b. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis merupakan manfaat yang berkenaan dengan ilmu

pengetahuan, dalam hal ini yaitu sebagai tambahan ilmu pengetahuan ilmu

bagi peneliti dan pembaca khususnya mengenai perkembangan minat

sekolah anak bajo.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Minat Belajar

1. Pengertian Minat Belajar

Minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang

menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif yang menyebabkan

diilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan

lama-lama akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya”.

Pengertian minat belajar ialah, “salah satu bentuk keaktifan seseorang

yang mendoronguntuk melakukan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman

individu dalam interaksi dalam lingkungannya yang menyangkut kognitif,

efektif dan psikomotrik”.

Minat belajar siswa harus senantiasa ada dalam setiap proses belajar

mengajar. Guru harus berusaha membangkitkan minat siswa agar proses

belajar mengajar yang efektif tercipta didalam kelas dan siswa mencapai suatu

tujuan sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kopetensi guru. Guru yang

mempunyai kompetensi akan lebih mampu mengolola kelasnya sehingga hasil

belajar siswa berada tingkat optimal.

Minat adalah suatu rasa lebih suka dan ras ketertarikan pada suatu hal

atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.1 Minat pada dasarnya adalah

11
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Cet. IV; Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h. 180.

12
13

penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar

diri sendiri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang

menunjukkan bahwa peserta didik lebih munyukai suatu hal dari pada lainnya,

dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.Peserta

didik yang memiliki minat terhadap suatu subjek tertentu cenderung untuk

memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

Minat mengandung unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan

konasi (kehendak).2 Oleh sebab itu minat dapat di anggap sebagai respon yang

sadar, sebab kalau tidak demikian minat tidak akan mempunyai pengertian

apa-apa. Unsur kognisi maksudnya adalah minat itu di dahului oleh

pengetahuan dan informasi mengenai objek yang di tuju oleh minat

tersebut.Unsur emosi, karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai

oleh perasaan tertentu, seperti rasa senang, sedangkan unsur konasi merupakan

kelanjutan dari unsur kognisi.Dari kedua unsur tersebut yaitu yang diwujudkan

dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan, termaksud

kegiatan yang ada di sekolah seperti belajar.

2. Dasar dan Tujuan Belajar

Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang

secara maksimal untuk dapat menguasai atau meperoleh sesuatu. Belajar

dapat didefinisikan sebagai sutau usaha atau kegiatan yang bertujuan

22
Zanhikan, Tinjau Tentang Minat Belajar Siswa, (https://zanikhan.multiply.com/journal/item/
1206, di akses tanggal 03/02/2013),24, Agustus 2021
14

mengadakan perubahan didalam diri seseorang, mencangkup perubahan

tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan keterampilan, dan

sebagainya. Menurut Sa’ud mengemukakan tujuan belajar sebagai berikut:3

a. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah

laku. Misalnya seorang anak kecil yang belum memasuki sekolah

bertingkah laku manja, egois, cengeng, dan sebagainya. Kemudian setelah

beberapa bulan masuk sekolah dasar, tingkah lakunya berubah menjadi

anak yang tidak lagi cengeng, lebih mandiri, dan dapat bergaul dengan

baik dengan teman-temannya. Hal ini menunjukkan bahwa anak tersebut

telah belajar dari lingkungan yang baru.

b. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi yang

baik. Contohnya mengubah kebiasaan merokok menjadi tidak merokok,

menghilangkan ketergantungan pada minuman-minuman keras, atau

mengubah kebiasaan anak yang sering keluyuran, dapat dilakukan dengan

suatu proses belajar.

c. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap dari negatif menjadi positif,

tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainya.

Misalnya seorang remaja yang tadinya selalu bersikap menentang orang

tuanya dapat diubah menjadi lebih hormat dan patuh pada orang tua.

d. Belajar bertujuan untuk meningkatkan keterampilan atau kecakapan.

Misalnya dalam hal olahraga, kesenian, jasa, tehnik, pertanian, perikanan,

33
Udin Saefudin Sa’ud, Kontribusi Manajerial Kepala Sekolah Dan Sistem Informasi
Kepegawain Tehadap Kinerja Mengajar Guru, Jurnal.(Fakultas Teknik Universitas Negeri
Yogyakarta, 2012), h. 187
15

pelayaran, dan sebagainya. Seseorang yan terampil main bulu tangkis,

bola, tinju, maupun cabang olahraga lainnya sebagian besar ditentukan

oleh ketekunan belajar dan latihan yang sungguh-sungguh. Demikian pula

halnya dengan keterampilan main gitar, piano, menari, melukis,

bertukang. Membuat barang-barang kerajinan, semua perlu usaha dengan

belajar yang serius, rajin dan tekun.

e. Belajar bertujuan untuk menambahkan pengetahuan dalam berbagai

bidang ilmu. Misalnya seorang anak yang awalnya tidak bisa membaca,

menulis, dan berhitung, menjadi bisa karena belajar.4

Menurut Dimyati dan Mujiono, tujuan belajar penting bagi guru dan siswa

sendiri. Dalam desain instruksional guru merumuskan tujuan instruksional khusus

atau sasaran belajar siswa, sedangkan menurut Suprijono Agus, tujuan belajar adalah

sangat banyak bervariasi, tujuan belajar ada yang eksplisit dan ada yang berbentuk

instruksional. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik

“menghidupi” suatu sistem lingkungan belajar tertentu.5

Dari uraian diatas dapat diketahui belajar adalah kegiatan manusia yang

sangat penting dan harus di lakukan selama hidup, karena melalui belajar manusia

dapat melakukan perbaikan dalam segala hal yang menyangkut kepentingan hidup.

Dengan kata lain, dengan belajar manusia dapat diperbaiki nasib, mencapai cita-cita,

dan memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk berkarya.

44
Udin Saefudin Sa’ud, Kontribusi Manajerial Kepala Sekolah Dan Sistem Informasi
Kepegawain Tehadap Kinerja Mengajar Guru, Jurnal(Sekolah Menengah Pertama Negeri di
Kecamatan Purwakarta, 2010), h. 189
55
Dimyati dan Mudjiono, Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA di
Sekolah Dasar, Jurnal.(Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu, 2006), h. 84
16

B. Anak Bajo

Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang di lahirkan dari perkawinan

antara seorang perempuan dan seorang laki-laki dengan tidak menyangkur bahwa

seorang yang di lahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan

tetap dikatakan anak.Anak juga cikal bakal lahinya suatu generasi baru yang

merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa daya manusia bagi pembangunan

nasional. Anak adalah aset bangsa dan Negara yang di masa yang akan mendatang.

Masa depan Negara berada ditangan anak sekarang. Semakin baik kepribadian anak

sekarang maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa. Begitu sebaliknya,

apabila kepribadian anak tersebut tidak baik maka akan bobrok pula kehidupan

bangsa yang akan mendatang.

Hak-hak adalah segala hak yang seharusnya dimiliki oleh semua anak tanpa

adanya pernapasan hak oleh orang lain. Hak ini juga di akui pemerintah, terealisasi

ketika disahkan Keputusan Presiden Nomor36 tahun 1990, yaitu tentang disahkannya

Convention of the Right of Child (Konvensi Hak Anak) yang disetujui oleh PBB.

Pada peraturan dalam negeri, hak anak di ataur dalam peraturan-peraturan hak asasi

manusia.Walaupun demikian keadaannya, tetapi dua peraturan ini memiliki kaitan

yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan esensinya masing-masing.

Bajo adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan

ikan.Dalam partatisikan perikanan perairan umum, Bajo adalah orang yang secara

aktif melakukan operasi penangkapan ikan di perairan umum.Orang yang melakukan

pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat penangkapan ikan ke dalam

perahu atau kapal motor, tidak dikategorikan sebagai orang bajo.


17

Dilihat dari perspektif antropologis, masyarakat berbeda dari masyarakat lain,

seperti masyarakat petani, perkotaan atau masyarakat didataran tinggi. Perspektif

antropologis ini didasarkan pada realitas social bahwa masyarakat bajo memiliki

pola-pola kubudayaan yang berbeda dimasyarakat lain sebagai hasil dari interaksi

mereka dengan lingkungan beserta sumber daya yang ada di dalamnya.6

Sumber daya bajo dicirikan oleh pendidikan dan keterampilan yang rendah,

kemampuan manajemen yang terbatas.Taraf hidup penduduk desa pantai yang

sebagian dasar nelayan sampai saat ini masih rendah, pendapatan tidak menentu

(sangat tergantung pada musim ikan), kebanyakan masih memakai perlatan

tradisional dan masih sukar menjauhkan diri dari perilaku boros.7

Suku bajo atau masyarakat bajo merupakan salah satu suku di Indonesia yang

menyebar ke berbagai penjuru negeri. Bahkan perkampungan merekapun dibangun

menjorok ke arah lautan bebas, tempat mereka mencari penghidupan. Masyarakat

suku bajo merupakan salah satu masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada lau

serta di kenal sebagai pelaut-pelaut yang tangguh.Bagi mereka, laut adalah satu-

satunya tempat yang dapat di andalkan.Kata-kata bagi mereka “Nggai nginta lamong

nggai base bussai” artinya “tidak makan kalau dayung tidak basah” .karena pada

mulanya mereka memang hidup terapung-apung di atas rumah perahu.

Suku bajo, dalam hal tingkat pendidikan masih tergolong rendah jika

dibandingkan dengan suku-suku lain yang berada di Sulawesi Tenggara khususnya

masyarakat bajo yang berada di desa Terapung Kabupaten Buton Tengah Kecamatan
66
Kusnadi, Akar Kemiskinan Nelayan (Yogyakarta: LkiS, 2008), h. 3
77
Tegar Hakim, Pengertian Nelayan, http://tegarhakim.blogspot.co.id/2012/pengertian-
nelayan.html (diakses 12 April2012 jam 18:56 wib)25, Agustus 2021
18

Mawasangka. Hal ini disebebkan oleh beberapa faktor, sehingga sangat sedikit

masyarakat yang sadar akan pendidikan di desa tersebut sehingga perlu ada upaya

bagi pemerintah daerah, desa dan masyarakat untuk berupaya mengedukasi

masyarakat terkait pentingnya masyarakat bajo untuk senantiasa meningkatkan minat

belajarnya.

Dari beberapa definisi masyarakat dan definisi bajo yang telah disebutkan di

atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa:

1. Masyarakat bajo adalah kelompok manusia yang mempunyai mata

pencaharian menangkap ikan dilaut.

2. Masyarakat bajo bukan hanya mereka yang mengatur kehidupan nya hanya

bekerja dan mencari di laut, melainkan mereka juga yang tinggal di sekitar

pantai walaupun mata pencaharian mereka adalah bercocok tanam dan

berdagang.

Jadi pengertian masyarakat bajo adalah secara luas adalah sekelompok

manusia yang mempunyai mata pencaharian pokok mencari ikan di laut dalam hidup

di daerah pantai, bukan mereka yang bertempat tinggal di pedalaman, walaupun tidak

menutup kemungkinan mereka juga mencari ikan di laut karena mereka bukan

termaksud komunitas orang yang memiliki ikan budaya masyarakat pantai.

Sifat dan karakteristik Orang bajo ditentukan interaksi factor-faktor social,

ekonomi dan lingkungan, karakteristik masyarakat bajo yang mencolok adalah

ketergantungan mereka pada musim, orang bajo sangat tergantung pada kondisi

lingkungan dan sangat rentan terhadap kerusakan lingkungan.Orang bajo memiliki


19

karakter masyarakat adat masyarakat, local dan masyarakat tardisional, yang masih

memegang tegus budaya dan adat istiadat yang ada diderahnya.

Aspek penting lainnya pada orang bajo adalah aktifitas kaum wanita dan

anak-anak, pada umumnya wanita dan anak-anak ikut bekerja nafkah, mereka bekerja

sebagai pedangang ikan (pengecer), dan anak laki-laki yang sering kali dilibatkan

dalam kegiatan melaut keadaan inilah yang menyebabkan anak-anak bajo banyak

tidak bersekolah.

Pada masyarakat bajo setiap anggota keluarga, baik seseorang istri maupun

anak ikut bekerja membantu kepala keluarga dalam mencari nafkah dengan ikut

bekerja mengelola ataupun menjual hasil laut berupa ikan di tempat tempat penjualan

ikan, hal inilah juga yang menjadi salah satu masalah mengapa tingkat pendidikan

masyarakat bajo sangat rendah yang disebabkan oleh anak-anak di usia sekolah lebih

memilih untuk langsung menjadi seorang nelayan atau menjadi penjual ikan, dari

pada pengenyam pendidikan formal.

Masyarakat berada dalam kelompok-kelompok usaha ekonomi nelayan

dimana terikat dalam kelompok-kelompok organisasi bajo, menurut Fachrudin bahwa

perbedaan masyarakat bajo dengan masyarakat lainnya, perbedaan tersebut terletak

pada krakterisrtik aktivitas ekonomi orang bajo dari latar belakang budaya mereka

sendiri yang tergolong lebih berorientasi pada alam bebas, dimana kehidupan orang

bajo sangat dipengaruhi lingkungan, musim, pasar, sehingga kehidupanya tidak

menentu.

Orang Bajo yang menggantung hidup seutuhnya pada sumber daya alam

berupa hasil laut dan berkecimpung di mawasangkan kelautan telah menciptakan


20

salah satu ciri orang bajo yang salah satunya adalah orang bajo yang disebut nelayan.

Imron berpendapat bahwa bajo adalah suatu kelompok masyarakat yang hidupnya

tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan atau

budi daya. Pada umumnya tinggal dipinggir pantai, sebuah lingkungan pemikiman

yang dekat dengan lokasi kegiatannya.

Orang Bajo yang merupakan kelompok masyarakat yang bertempat tinggal

atau menetap didaerah pesisir atau sepanjang garis pantai yang memiliki karakter dan

ciri khas yang berbeda yang hidup dalam pola suatu stuktur social masyarakat yang

keseluruhan hidupnya menggantungkan hidup dari sumber daya laut maupun pesisir,

sehingga menimbulkan sebuah kebiasaan atau kebudayaan orang bajo, orang bajo

juga yang termaksud dalam masyarakat bercorak maritime dengan segala ciri khas

dan karakteristik juga normal serta nilai yang terdapat didalamnya menjadi sebuah

bentuk masyarakat yang terlatih untuk hidup bersama alam dan menimbulkan

berbagai persepsi dan pandangan yang luas bagi kehidupan mereka dalam

menghadapi berbagai macam kondisi social yang terjadi, seperti tantanga

permasalahan hidup baik di bidang ekonomi, politik, pendidikan, kesehatan, dan

lainnya.

a. Budaya orang bajo

Keunikan yang dimiliki oleh suku Bajo adalah mereka memiliki budaya

tertentu ketika pergi melaut, melihat cuaca, cara mendidik anak-anaknya supaya

menjadi pelaut tangguh. Hal ini dikomunikasiakan oleh orang tua kepada

anak.Budaya ini telah lama ada dan terus dilakukan hingga saat ini.
21

Masyarakat suku Bajo sangat mempercayai adanya roh-roh halus di laut

sebagai penjaga laut, sehingga mereka sering menyiapkan sesajen untuk dibawa di

tengah laut sebagai persembahan untuk roh penjaga laut.

Budaya tersebut tentunya berkaitan dengan ideology masyarakat suku

Bajo.Masyarakat suku Bajo berprofesi sebagai nelayan dan bersahabat dengan

alam bawah laut serta kelangsungan hidupnya pun tergantung dari hasil melaut

yang diperoleh setiap hari.Mulai dari anak kecil sampai dewasa pergi melaut setiap

harinya.Bagi anak umur 5 tahun, anak-anak mulai dibiasakan untuk ikut orangtua

nya (bapak) pergi melaut.Sedangkan bagi anak perempuan dibiasakan mengikuti

ibunya untuk menjual ikan, mencari kayu bahan memasak dan

sebagainya.Pandangan seperti inilah yang kerap terlihat dalam kehidupan

masyarakat Bajo.

Budaya yang dianut oleh suku Bajo merupakan pedoman dan petunjuk bagi

kehidupan masyarakatnya, yakni melalui norma dan nilai yang menjadi landasan

dalam berinteraksi secara turun temurun ketika proses komunikasi berlangsung

dan berkesinambungan. Nilai-nilai dan norma yang melekat tersebut dijadikan

sebagai acuan bagi masyarakat suku Bajo dalam berperilaku dengan masyarakat

lainnya dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Secara keseluruhan, nilai dan norma

dalam budaya suku Bajo adalah landasan fundamental bagi masyarakat dalam

berperilaku sehari-hari.

Secara umum, konsep biaya itu mulai berlaku dalam produksi barang atau

jasa. Haruslah diingat bahwa: 1) biaya dapat di kemukakan dalam bentuk uang
22

atau bentuk moneter lainnya, 2) biaya mempengaruhi transaksi ekonomi yang

khususnya: produsen, penjual, pembeli, konsumen, dan sebagainya.

Jadi, jika seorang pemilik faktor produksi menyerahkan faktor tersebut

kepada seorang produsen, maka biaya bagi si pemilik akan berupa, “hilangnya

pemakaian” (consumption forgone), sedangkan si produsen memperoleh biaya

yang tepat dan dapat terukur, terdiri dari upah, bunga, ongkos-ongkos dan

sebgainya.

Pada skala ekonomi mikro, pada tingkatan keluarga atau satu lembaga

pendidikan khususnya, tidak ada hubungan yang dekat antara biaya bagi produsen

lembaga pendidikan dan bagi konsumen, yaitu keluarga.Pertama-tama Karena

lembaga pendidikan secara umum tidak langsung menanggung seluruh biaya

pendidikan karena para guru sering dibayar langsung oleh_pemerintah pusat.

Kedua dalam system pendidikan bebas, biaya langsung bagi keluarga hanya kecil

atau tidak ada sama sekali. Biaya tak langsungnya, yaitu pembiayaan melalui

pajak, tidak terlalu tergantung pada persolan apakah keluarga itu merupakan

“konsumen” pendidikan dibandingkan dengan faktor-faktor lain.

Biaya menurut jenis pendidikan, ada baiknya membedakan antara

pengeluaran untuk pendidikan umum, dan swasta.Pemecahan keseluruhan

pengeluaran menurut jenis pendidikan tentu saja terutama tergantung kepada

jumlah yang terdaftar pada lembaga-lembaga umum dan swasta.Untuk itulah

pengeluaran harus dibandingakan dengan pendaftaran. Dalam prakteknya

ditemukan bahwa rata-rata biaya unit tidak sama dalam pendidikan umum dan

swasta dan kualitas pelayanan yang diberikan juga harus dipertimbangkan.


23

Sebagai contoh, di beberapa Negara umpamanya, guru-guru sekolah swasta rata-

rata kualitasnya lebih baik dari pada di sekolah umum, sedangkan di tempat-

tempat lain pendidikan swasta itu hanya bagi kaum elite, sekolah mahal dan

banyak diminati.

Dalam Kamus Besar Indonesia, kata “miskin” diartikan sebagai tidak

berharta benda; serba kekurangan (berpenghasilan rendah). Sedangkan fakir

diartikan sebagai orang yang sangat berkekurangan : atau sangat miskin. Dari

bahsa aslinya (Arab) kata miskin terambil dari kata Sakana yang berarti diam atau

tenang, sedangkan faqir dari kata faqr yang pada mulanya berarti tulang

punggungnya, dalam arti bahwa beban yang dipikulnya sedemikian berat sehingga

“mematahkan” tulang punggungnya.8

Al-Quran dalam hadits tidak menetapkan angka tertentu lagi pasti sebagai

ukuran kemiskinan, sehingga yang dikemukakan di atas dapat saja berubah.Namun

yang pasti al-quran menjadi setiap orang yang memerlukan sesuatu sebagai faqir

atau miskin yang harus dibantu. Q.S Ar-Rum Ayat 38 Firman Allahswt.
ٰۤ ُ ‫هّٰللا‬
‫ك‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫ت َذا ْالقُرْ ٰبى َحقَّهٗ َو ْال ِم ْس ِك ْينَ َوا ْبنَ ال َّسبِي ۗ ِْل ٰذلِكَ خَ ْي ٌر لِّلَّ ِذ ْينَ ي ُِر ْي ُدوْ نَ َوجْ هَ ِ ۖ َوا‬
ِ ‫فَ ٰا‬

َ‫هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬

Artinya: “Maka berikanlah hak nya kepada kerabat dekat, juga kepada orang

miskin dan orang-orang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-

88
Fauzi Aris Lubis, Miskin Menurut Pandangan Al-Qur’an, Jurnal. (Sumatra: Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatra Utara Lubis, 2018), h. 156
24

orang yang mencari keridhaan Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang

beruntung.”9

Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa biaya pengobatan dan

pendidikantermaksud kebutuhan primer yang harus dipenuhi.1010

Jalan pertama dan utama yang diajarkan al-quran untuk pengentasan

kemiskinan adalah kerja dan usaha yang diwajibkannya atas setiap individu yang

mampu.Puluhan ayat memmerintahkan dan mengisyaratkan kemuliaan.Segala

pekerjaan dan usaha halal dipujinya, sedangkan segala bentuk pengangguran

dikecam dan dicelanya.

b. Faktor rendahya minat sekolah anak bajo

Seorang anak dikatakan tidak bersekolah apabila ia tidak dapat

menyelesaikan program suatu secara utuh yang berlaku sebagai sustu system. Bagi

anak bajo, seseorang dikatakan tidak bersekolah apabila tidak mempunyai

keinginan bersekolah tersebut.Faktor ekonomi menjadi alasan penting terjadinya

rendahnya minat anak bajo untuk bersekolah. Beberapa faktor rendanya minat

sekolah anak bajo yaitu sebagai berikut :

1. Kondisi Sosial Ekonomi

Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, setiap orang dihadapkan

pada kondisi social ekonomi yang berbeda-beda baik rendah, sedang maupun

tinggi. Kondisi social ekonomi menurut Soekanto, Soerjono yaitu posisi

seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan

99
Terjemahan Surah Ar-Rum Ayat 38
1010
Yusuf Qardawih, Fiqih Zakat, (Bandung: Mizan, 2016), h. 42
25

pergaulan, prestasi, dan hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan

sumber daya.1111Menurut Abdulsyani kondisi sosial ekonomi merupakan

kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan

oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, umur, jenis rumah

tinggal, dan jenis jabatan dalam berbagai organisasi dan

sebagainnya.1212Sedangkan menurut Nasution kondisi sosial ekonomi dapat

dilihat atau diukur dari pekerjaan orang tua, penghasilan dan kekayaan, tingkat

pendidikan orang tua, keadaan rumah dan lokasi, pergaulan dan aktivitas

sosial.1313

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial

ekonomi adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat yang berkaitan dengan

tingkat pendidikan, usia, aktivitas sosial dalam masyarakat, tingkat pendapatan,

pemilikan kekayaan, dan jenis tempat tinggal.

2. Latar Belakang Pendidikan Orang Tua

Orang tua dalam penelitian ini adalah nelayan menjadi responden. Latar

belakang pendidikan orang tua mengacu pada Undang-undang RI Nomor 2003

Pasal 1 No. 11 yang menyatakan bahwa pendidikan formal merupakan “jalur

pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari atas pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”. Orang tua yang memiliki

1111
Soekanto, Soerjono, Hukum Adat Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h.
75.
1212
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan (Jakarta: PT Bumi Aksara 2007), h.
90.
1313
Nasution, Total Service Management, Manajemen Jasa Terpadu (Jakarta : PT. Ghalia
Indonesia 2004), h. 25.
26

tingkat pendidikan tinggi mempunyai wawasan dan gagasan yang jauh luas ke

depan tentang pendidikan anaknya dibandingkan dengan orang tua

berpendidikan rendah. Bagi orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi

kemungkinan besar juga menginginkan anaknya untuk menempuh pendidikan

yang tinggi pula, minimal setara dengan pendidikan yang ditempuh orang tua

nya.

3. Umur Orang Tua

Menurut Badan Pusat Statistika, umur merupakan informasi tentang

tanggal, bulan dan tahun dari waktu kelahiran menurut sistem kalender Masehi.

Penghitungan umur selalu dibulatkan ke bawah, atau disebut juga umur

menurut ulang tahun yang terakhir.1414

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, umur dapat

dikategorikan sebagai berikut:

a) Umur 0-5 tahun, masa balita

b) Umur 5-11 tahun, masa kanak-kanak

c) Umur 12-16 tahun, masa remaja awal

d) Umur 17-25 tahun, masa remaja akhir

e) Umur 26-35 tahun, masa dewasa awal

f) Umur 36-45 tahun, masa dewasa akhir

g) Umur 46-55 tahun, masa lansia awal

h) Umur 56-65 tahun, masa lansia awal

1414
Rusman Heriawan, Petunjuk Teknis Penilain Angka Kredit Statistis I, (Jakarta: 2008), h.
188
27

i) Umur 65- sampai ata, masa manula.1515

Umur orang tua dapat menentukan bagaimana cara berpikir mereka sesuai

dengan tingkat pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh tentang pendidikan

bagi anaknya.

4. Pendapatan Keluarga

Menurut Badan Pusat Statiska (BPS) pendapatan rumah tangga adalah

pendapatan yang diterima oleh rumah tangga bersangkutan baik yang berasal

dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggota-anggota

rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa faktor

produksi tenaga kerja (upah dan gaji, keuntungan, bonus, dan lain lain), balas

jasa capital (bunga, bagi hasil, dan lain-lain), dan pendapatan yang berasal dari

pemberian pihak lain (transfer).1616

a) Pendapatan pokok

Pendapatan pokok yaitu pendapatan yang tiap bulan diharapkan diterima,

pendapatan ini diperoleh dari pekerjaan utama yang bersifat rutin.

b) Pendapatan sampingan

Pendapatan sampingan yaitu pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan di

luar pekerjaan pokok, maka tidak semua orang mempunyai pendapatan

sampingan.

c) Pendapatan lain-lain

1515
Nia Saurina, Aplikasi Deteksi Diri Tumbuh Kembang Anak Usia Nol Hingga Enam Tahun
Berbasis Andrioid, Jurnal. (Fakultas Teknik, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, 2016), h. 65-74
1616
H. Muliadi, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, (Jakarta : 1999), h. 66
28

Pendapatan lain-lain yaitu pendapatan yang berasal dari pemberian pihak

lain, baik bentuk barang maupun bentuk uang, pendapatan bukan daru usaha.

d) Perhatian orangtua

Perhatian orangtua sangat berguna untuk meningkatkan motivasi

anak.Komunikasi antara orangtua anak harus dibangun dengan baik guna untuk

memenuhi kebutuhan psikologis anak. Kurangnya perhatian orangtua seperti acuh

tak acuh terhadap masa depannya anak, tidak memperhatikan sama sekali akan

kepentingan-kepentingan dalam kebutuhan-kebutuhan anak dalam bersekolah,

tidak melengkapi atau menyediakan alat sekolahnya, tidak memperhatikan anak

sekolah atau tidak, tidak mau tau bagaimana kemajuan anak dalam bersekolah,

kesulitan yang di alami saat bersekolah dan lain-lain.1717

Kurang nya perhatian orangtua akan mengakibatkan hilangnya motivasi

anak sehingga menjadikan anak rentan terpengaruh terhadap pergaulan yang tidak

baik karena mereka cenderung merasa lebih nyaman dengan pergaulan out sendiri.

Hal ini tersebut akan mengubah perilaku anak baik dan bisa memicunya anak tidak

memiliki minat untuk bersekolah.

e) Faktor lingkungan dan teman sebaya

Dunia pendidikan yang banyak di alami pada anak-anak menjadi fenomena

terbalik ketika dihadapkan pada masyarakat bajo. Lingkungan masyarakat yang

sudah mengenal cara mendapatkan uang dengan mudah bahkan anak-anak

mengenalkan cara mendapatkan uang dengan mudah bahkan anak-anak pun ikut

1717
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT. Rineka Cipta
2010), h. 61.
29

adil dengan mudah untuk mendapatkannya, merubah perilaku anak-anak yang

seharusnya mengemban dunia pendidikan di balikan menjadi perilaku selayaknya

orang dewasa pada umumnya, hal ini di pacu dengan kemampuan mereka untuk

menghasilkan uang sendiri. Sehingga pada hal ini lingkungan anak-anak lebih

terbiasa untuk melakukan perilaku orang dewasa.Pola seperti ini mengarahkan

anak anak untuk mengisi kesibukan nya dengan kegiatan kegiatan orang dewasa

dari pada mengisi kesehariannya dengan menambah pendidikan. Lebih frontalnya

kebiasaan-kebiasaan orang dewasa yang belum bisa di saring oleh anak-anak juga

akan mempengaruhi mereka untuk bertindak kriminal.

Faktor teman sebaya bisa mempengaruhi perilaku anak, karena teman

sebaya merupakan teman bermain anak dilingkungan pergaulan sehari-hari. Jika

anak bergaul dengan teman yang berperilaku baik tentunya akan memperngaruhi

perilaku anak menjadi anak baik, namun sebaliknya jika anak bergaul dengan

orang yang tidak baik akan mempengaruhi perilaku anak menjadi anak yang tidak

baik. Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul lebih cepat masuk dalam jiwanya dari

pada yang kita duga.Hal ini disebabkan karena terbatasnya pemikiran anak untuk

membedakan perbuatan yang baik dan buruk.

Tidak bersekolah menjadi suatu masalah yang harus segera di tuntaskan

dan dibenahi, terutama di Negara-negara berkembang seperti Indonesia.Berbagai

program telah di upayakan pemerintah untuk menangani anak tidak sekolah.

Namun tersebuttidak berjalan dengan mulus seperti yang diharapkan karena

penyebab anak anak tidak bersekolah bukan hanya disebabkan oleh kondisi
30

ekonomi keluarga yang rendah melainkan ada beberapa faktor lain yang

menyebabkan anak tidak sekolah.

Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak tentunya akan berdampak

negative terhadap psikologis anak. Hal tersebut akan menggangu pertumbuhan dan

perkembangan anak sehingga hilangnya motivasi dalam diri anak yang bisa

mengakibatkan anak tidak sekolah.

Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab anak tidak sekolah di

daerah Bajo di Desa Terapung, antara lain;

1) Faktor dari dalam diri anak, seperti kurang nya minat anak bersekolah

sehingga anak tidak merasa tertarik untuk bersekolah.

2) Faktor keluarga, rendahnya ekonomi keluarga mengakibatkan tidak

mampunya orangtua memenuhi kebutuhan biaya sekolah anak dan akhirnya

orangtua memutuskan anak tidak bersekolah. Kesibukan orangtua dalam

pekerjaannya juga mengakibatkan anak tidak terkontrol dan akhirnya anak

tidak mempunyai minat bersekolah.

3) Faktor lingkungan masyarakat dan teman bermain, lingkungan yang tidak

baik dan teman yang tidak baik dapat mempengaruhi anak putus sekolah.1818

Ini sudah di percaya dari generasi ke generasi bahwa mereka untuk keluar

dari zona nyaman pesisir pantai.Hak-hak yang di dapat anak terulis sangat jelas

dalam Undang-undang Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002, tentang

Perlindungan Anak. Berikut hak-hak anak tersebut diantranya adalah:

1818
Baina, Faktor-faktor Penyebab Anak Putus Sekolah Di Desa Srigeni Lama Kabupaten Ogan
Komering Ilir, Skripsi. (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya, 2018), h. 108
31

a) Anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir dan berekspresi

sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua.

b) Anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh

orang tuanya sendiri. Tetapi jika karena sesuatu sebab tertentu orang tua

tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak atau anak dalam keadaan

terlantar maka anak tersebut berhak di asuh atau di angkat sebagai anak asuh

atau anak anggota lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

c) Berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan social sesuai dengan

kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan social.

d) Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka

pengembangan kepribadiannya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan

minat dan bakatnya. Dan bagi anak yang menyandang cacat juga berhak

memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan anak yang memiliki

keunggulan juga berhak mendapatkan pendidikan khusus.

e) Berhak mengatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan

memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi

pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan keputusan.

f) Anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul

dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi sesuai dengan minat, bakat,

dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.

g) Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rahabilitasi,

bantuan social dan pemeliharaan taraf kesejahteraan social.


32

h) Berhak dapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi, baik

ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan

penganiayaan, ketidakadilan, dan perlakuan salah lainnya.

i) Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari penyalahgunaan

dalam kegiatan politik, pelibatan dalam sangketa bersenjata, pelibatan dalam

kerusuhan social, pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur dan

pelibatan dalam peperangan.

j) Setiap anak berhak memperoleh perlindangan dari sasaran penganiayaan,

penyiksaaan, atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi.1919

Dalam Undang-Undang No.4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Bab II

pasal 2-9 mengatur tentang hak-hak kesejahteraan meliputi hak kesejahteraan,

perawatan, asuhan, dan bimbingan dan pelayanan, hak atas pemeliharaan dan

perlindungan lingkungan hidup, hak mendaptkan pertolongan pertama, hak

memperoleh asuhan, hak memperoleh bantuan,hak diberi pelayanan dan asuhan,hak

memperoleh pelayanan khusus, mendapat bantuan dan pelayanan.

1919
Intan Puspa Rini, Analisis Tingkat Pendidikan Anak Nelayan Pantai Sedang Dilihat Dari
Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua, Skripsi. (Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta,
2017), h. 188
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, jenis yang digunakan adalah kualitatif di

mana startegi yang di gunakan adalah Design and Cration.Penelitian kualitatif

adalah suatu penelitian yang berpola investigasi dimana data-data dan pernyataan

di peroleh dari hasil interaksi langsung antara peneliti, objek yang diteliti dan

orang-orang yang ada di tempat penelitian.

Pada penelitian kualitatif, teori hanya di gunakan hanya sebagai pedoman

agar penelitian tidak melenceng dari fakta di lapangan.Landasan teori pada

penelitian kualitatif juga berfungsi sebagai latar belakang penelitian dan bahan

pembahasan.Dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti melakukan

penelitian atas dasar data-data yang dimilikinya dengan memanfaatkan teori

sebagai bahan acuan dan berakhir dengan di temukannya suatu ‘teori’.Teori yang

dihasilkan merupakan hasil akhir dari segala kesimpulan yang diambil

berdasarkan data-data dan peryataan-pernyataan yang di peroleh selama masa

penelitian.

Adapun lokasi penelitian ini di lakukan di Desa Terapung Kecamatan

Mawasangka Kabupaten Buton Tengah.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif.Penelitian kualitatif adalah ilmu pengetahuan sosial yang secara

33
34

fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya

sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam

peristilahannya.

Penulis memakai pendekatan ini kearena penelitian ini bersifat naturalistic

artinya penelitian ini terjadi secara alami, apa adanya, dalam situasi yang normal

yang tidak di manipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi

secara alami.

C. Sumber Data

Data dalam penelitian kualitatif berupa kata-kata, tindakan dan selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan

orang-orang yang diamati, atau diwawancarai dan terdokumentasi merupakan

sumber data yang utama dan dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perekam

video, audio tape, pengambilan foto dan filem.1

Karena itu, data penelitian berdasarkan fokus dan tujuan penelitian

dengan paparan lisan, tertulis, dan perbuatan yang menggambarkan fenomena

tentang perkembangan minat belajar anak bajo di Desa Terapung Kabupaten

Buton Tengah. Data penelitian akan terwujud dalam bentuk teks tertulis atau

dokumen, pernyataan lisan akan terwujud dalam bentuk teks tertulis atau

dokumen, pernyataan lisan (gagasan, ide, latar belakang, persepsi, pendapat) dan

perbuatan.2

11
Nana Syaidoh Sukmadinata, Metodologi Penelitian Pendidikan ( Bandung: Rosdaya Karya,
2007), h. 60
22
M. Djunaidi Ghony, Metode Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012), h. 44-
45
35

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari kata-kata yang digali dari

para informasi, dan juga dokumen yang tertulis serta rekaman perjalanan. Yang

dimaksud sumber data dalam penelitian menurut Suharsimi Arikunto adalah

subjek dimana data diperoleh.3

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data di lapangan dalam rangka mendeskripsikan dan

menjawab fokus penelitian yang sedang diamati digunakan metode pengumpulan

data sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara mendalam, yaitu proses Tanya jawab dalam penelitian

yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan

informasi-informasi atau keterangan. Dalam penelitian ini wawancara

dilakukan terhada, orang tua anak bajo dan anak bajo yang berusia 7-10 tahun

sesuai dengan stratifikasi sosial keluarganya.Dalam wawancara ini penulis

mengambil data bagaimana gambaran keadaan keluarga Bajo dan pandangan

masyarakat Bajo terhadap pendidikan.

2. Observasi

Observasi partisipan, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang

sedang diteliti dengan melibatkan diri dalam latar yang sedang ditelitian.

33
Lexy J, Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung; Remaja
Rosdakarya, 2005), h. 12
36

Penelitian skripsi ini dilakukan di Desa Terapung Kecamatan

Mawasangka yang berada di Kabupaten Buton Tengah merupakan mayoritas

penduduknya bekerja sebagai nelayan selain itu di Desa ini juga mempunyai

kepadatan penduduk yang padat namun tingkat pendidikan nya masih

tergolong rendah, dalam penelitian ini peneliti mendapatkan informasi bahwa

terdapat stratifikasi sosial, yaitu nelayan buruh/ menangkap ikan.

Teknik observasi ini, penelitian di maksudkan untuk mengumpulkan

data dengan cara mendatangani obyek penelitian, kemudian mengamati hal-

hal yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas penulis yaitu tentang

bagaimana keadaan keluarga masyarakat bajo, persentase tingkat pendidikan

minat anak bajo terhadap belajar di Desa Terapung sesuai dengan stratifikasi

sosialnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu metode yang di gunakan untuk mengumpulkan

data dari sumber non insani, misalnya data-data diperoleh melalui catatan,

transkip, buku dan agenda, katalog, dan sebagainya. Dokumentasi diperlukan

untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara,

dalam penelitian ini dokumentasi terutama dilakukan untuk memperoleh data

berkaitan dengan keadaan keluarga masyarakat bajo, tingkat penghasilan

masyarakat Bajo, serta tingkat pendidikan rata-rata yang ditempuh oleh

masyarakat di desa tersebut, dan data-data yang tekait untuk yang dapat

memberikan informasi.
37

E. Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa intrumen penelitian adalah alat

pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode 4. Adapun instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Lembar observasi minat belajar anak, dalam penelitian ini digunakan untuk

menggamati aktivitas anak dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Pedoman wawancara, yang dibuat digunakan untuk mengetahui respon anak

terhadap kagiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dengan metode

story telling. Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara

yang hanya muat garis besar yang akan di tanyakan.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Setelah semua data-data atau hukum-hukum, keterangan tersebut

rampung, maka penulis adakan suatu chek, chek dan richek terhadap data

tersebut. Data-data atau hukum yang dianggap invalid digugurkan atau jika

penulis adakan sibtitusi serta penyempurnaan-penyempuranaan selanjutnya.

Data-data yang bersifat kualitatif diolah dan dianalisis sedemikina rupa

sehingga menghasilkan data falid yang akurat. Dalam pengolahan data tersebut,

penulis menggunakan metodee sebagai berikut:

44
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(Jakarta: Rineka Cipta
2010), h. 192
38

a. Tehnik indukatif yaitu mengadakan intrepretasi data dengan bertolak dari

hal-hal yang bersifat khusus untuk selanjutnya diterjemahkan kedalam

bentuk yang umum.

b. Tehnik dedukatif, yakni cara menejermahkan data dari hal-hal yang bersifat

umum kemudian menjabarkannya kedalam bentuk-bentuk khusus.

c. Tehnik komparatif yaitu metode yang digunakan dengan cara

membandingkan beberapa pendapat dan atapun data, antara satu masalah

dengan masalah lain kemudian mengambil sebuah kesimpulan yang

komprehensip.

2. Analisis Data

Analisis data penelitian merupakan bagian yang sangat penting, karena

dengan analisis inilah data akan nampak manfaatnya terutama dalam

memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir penelitian.

Tehnik analisis data yang penelitian gunakan dalam penulisan proposal

skripsi ini adalah teknik analisis data desktiptif kualitatif, yaitu pengumpulan

data berupa kata-kata bukan angka-angka. Dengan tujuan mengambarkan

keadaan atau keadaan yang ada di lapangan (hasil research) dengan dipilih-

pilih secara sistematis menurut kategorinya dengan menggunakan bahasa yang

mudah dicerna atau mudah dipahami oleh masyarakat umum.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis, analisis dalam penelitian ini

akan dilakukan sejak dan setelah proses pengumpulan data. Hasil dari

wawancara dan catatan lapangan akan dipaparkan secara tertulis sesuai

dengan kategorisasi yang telah ditetapkan dan kemudian dianalisa.


39

Pemeriksaaan keabsahan data disarankan atas kriteria tertentu.Kriteria

itu terdiri atas derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, kebergantungan,

dan kepastian.Masing-masing kriteria tersebut menggunakan tehnik

pemeriksaan sendiri-sendiri. Kriteria derajat kepercayaan pemeriksaan

datanya dilakukan dengan:

a. Ketekunan pengamatan, bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur

dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang

dicari dan kemudian memuaskan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

b. Trianggulasi adalah teknik pemerikasaan keabsahan data dan manfaatkan

sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau

sebagai pembanding terhadap data itu, tehnik nya dengan pemeriksaan

sumber lainnya.

c. Observasi terus-menerus yaitu mengadakan observasi terus menerus

terhadap subjek penelitian unutk memahami gejala lebih mendalam pada

proses yang terjadi di Desa Terapung Kabupaten Buton tengah.

Beberapa komponen analisis tersebut dalam proses dan saling berkaitan,

sehingga menemukan hasil akhir dari penelitian data yang disajikan secara

sistemtis berdasarkan tema-tema yang dirumuskan.

G. Pengecekkan Keabsahan Data

Meleong berpendapat bahwa dalam penelitian diperlukan suatu teknik

pemeriksa keabsahan data yang didasari atas sejumlah kriteria tertentu. Sedangkan
40

untuk memperoleh keabsahan temuan perlu diteliti kredibelitasinya dengan

menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Perpanjang pengamatan

Dengan perpanjang pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah di

temui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti

hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk raport,

semakinakrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada

informasi yang disembunyikan lagi.5

2. Triangulasi

Pengecekkan data dari beberapa sumber dengan berbagai cara dan

berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi pengumpulan data.6

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

teknik pengumpulan data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber yang sama dengan tehnik yang berbeda. Misalnya

data diperoleh dengan wawancara, kemudian dicek dengan observasi, dan

dokumentasi.

3. Meningkatkan ketekunan

Dalam penelitian kualitatif ketekunan pengamatan penelitian sangat diperlukan, untuk


menentukan cirri-ciri fenomena atau gejala social dalam situasi yang sangat relevan,
sehingga peneliti dapat memusatkan perhatian secara rinci dan mendalam.BAB IV

55
Sugiono, Metodologi Penilitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfa Beta,
2008),h. 270-271
66
Sugiono, Metodologi Penilitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 273
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Letak Geografis Desa Terapung

Desa Terapung satu desa yang masuk di wilayah Kecamatan

Mawasangka dengan kondisi geografis 05° 12̛ - 05° 8̛ Lintang Selatang (LS)

dan 122° 18̛ - 122° 20̛ Bujur Timur (BT), dengan batas sebagai berikut :

a) Sebelah utara berbatasan dengan Kali Marobo Kab.Muna

b) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kanapa-Napa

c) Sebelah barat berbatasan dengan Selat Spelmant

d) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kanapa-Napa

2. Luas Wilayah

Luas wilayah desa Terapung adalah 2,375 ha, terdiri dari

a) Tanah Perkebunan : 400 ha

b) Tanah Pertanian/Rencana Persawahan : 300 ha

c) Tanah Kosong : 1,500 ha

d) Tanah Pemukiman : 20 ha

e) Lahan Peternakan : 7 ha

f) Lahan Perkantoran Desa : 5 ha

g) Tambak/Empang : 50 ha

h) Lahan Budidaya Kepiting Bakau : 19 ha

i) Lahan Budidaya Ikan Air Tawar : 15 ha

41
42

j) Laha Wisata Maggrove : 30 ha

k) Lahan Wisata Permandian : 10 ha

l) Sarana Olah Raga : 8 ha

m) Rencana Taman Desa : 4 ha

n) Tempat Ibadah : 1 ha

o) Tempat Pendidikan : 2 ha

p) Lahan Rencana Perkantoran

Camat Mawasangka Utara : 1 ha

3. Sejarah Desa Terapung

Sejarah Desa Terapung terjadi berbagai kali pergantian dan memiliki

perjalanan sejarah.

Tabel 1.1.
Sejarah Desa Terapung Kabupaten Buton Tengah
TAHU PROFIL NAMA
N KADES
1967 Terbentuknya Desa Kaudani; La Dodo
1970 Desa Kaudani berubah nama menjadi Desa La Dodo
Terapung;
1971 Terjadi Pergantian Kepala Desa La Dodo; Kopral Tepu
1972 Terjadi Pergantian Kepala Desa Tepu; Salmon
1983 Terjadi Pergantian Kepala Desa Salmon; Amir Loong
a. Danya bantuan pembangunan rumah dari
proyek Sida sebanyak 260 unit;
b. Pembangunan sarana pendidikan SD;
c. Pembangunan sarana kesehatan;
d. Pembangunan Pustu;
e. Pembangunan Masjid;
f. Pembangunan Kantor dan Rumah Jabatan
Kepala Desa;
g. Bantuan Empang Percontohan;
h. Pembangunan Pasar;
i. Pembangunan Sarana Air Bersih;
1986 Terjadi Pemindahan Ibu Kota Desa Terapung Amir Loong
43

dari Dusun Kaudani menjadi Dusun Waburense;


1987 Adanya pembahasan hutan lindung menjadi Amir Loong
Pertanian dan Perkebunan masyarakat dari APBD
I;
1988 Terjadi Pergantian Kepala Desa dari Amir Loong Baharudin
menjadi pelaksana; Gani
1989 Pemilihan Kepala Desa secara Demokratis Baharudin
Gani
1990 Rehabilitasi gedung SD dari dana APBD II Baharudin
sekaligus pembagunan rumah dinas gurs; Gani
1992 Pemindahan Lokasi dan Pembangunan kembali Baharudin
masjid desa dari dana swadaya; Gani
1994 Terjadinya Penambahan dusun menjadi tiga Baharudin
dusun yaitu dusun kaudani, dusun waburense dan Gani
dusun terwani;
1995 Adanya bantuan pembangunan jembatan di kali Baharudin
Waburense dari dana subsidi (APBN); Gani
1996 1. Pembangunan jembatan tambatan perahu Baharudin
dari APBD II; Gani
2. Masukannya penerangan (PLN);
2000 Terjadinya Pemilihan Kepala Desa secara Ir. Karim
Demokratis; Kanaba
2003 Pembangunan Gedung SD dari dana PKK Tahap Ir. Karim
II; Kanaba
2004 Adanya bantuan jalan tani, jalan lingkungan dan Ir. Karim
deuker dari dana APBD II; Kanaba
2009 1. Pembagunan Talud dari PNPM; Ir. Karim
2. Rehabilitas Rujab dana APBD I; Kanaba
3. Bantuan jalan produksi peternakan dan
sumur dangkal dana APBD II;
4. Bantuan penanaman pohon pelindung dari
PNPM;
20013 Terjadi pemilihan Kepala Desa Pamaruddin,
1. Pembangunan jembatan titin sepanjang 310 S.Pi., M.Pi
m, dana PNPM-MP;
2. Bantuan MCK 3 (unit) :
a. Kantor Desa;
b. Masjid;
c. Pasar;
3. Bantuan Perpipaan PDAM 260 unit;
2014 1. Pemekaran Dusun dari 4 dusun menjadi 9 Pamaruddin,
dusun yaitu : Dusun Kaudani Atas, Dusun S.Pi., M.Pi
Waburense Atas , Dusun Terwani Terwani
Jembatan, Dusun Terwani Tengah dan
44

Dusun Terwani Atas.


2015 1. Perkerasan Jalan Lingkungan 4,100 m Pamaruddin,
Program APBN; S.Pi., M.Pi
2. Pengembangan Balai Pertemuan Sumber
Dana Desa;
2016 1. Pembangunan Sanggar Belajar Sumber Pamaruddin,
Dana Desa; S.Pi., M.Pi
2. Penataan Halaman Sanggar Sumber Dana
Desa;
3. Pembangunan TK/PAUD Sumber Dana
Desa;
4. Penataan halaman TK/PAUD Sumber Dana
Desa;
5. Pemagaran TK/PAUD Sumber Dana Desa;
6. Percetakan Sawah 50 ha, Sumber Dana
APBN;
7. Pembangunan Sumur Dangkal 1 unit
Sumber Dana APBD II;
8. Pembangunan pasar Desa Sumber Dana
APBD II;
9. Pemagaran Rent Peternakan 200 m Sumber
Dana PAPBN II;
10. Rehab bangunan Persemaian Tanaman
Pertanian Sumber Dana APBD II;
11. Penghihjauwan dan Penanaman Pohon Buau
27,000 Pohon Sumber Dana APBD II;
2017 1. Pembangunan jembatan Titian Sumber Pamaruddin,
Dana Desa; S.Pi., M.Pi
2. Oerkerasan Jalan Nelayan Sumber Dana
Desa;
3. Perbaikan jalan lingkungan Sumber Dana
Desa;
4. Pembangunan Talud Pantai Sumber Dana
Desa;
5. Pembangunan Saluran irigasi dengan luas
areal 1047 ha, Sumber Dana Balai Sungai
Wilayah IV Sulawesi Selatan;
6. Pembangunan Tangguk 11 km, Sumber
Dana Balai Sungai Wilayah IV Sulawesi
Selatan;
7. Pembangunan Jembatan Penghubung,
Sumber Dana Balai Sungai Wilayah IV
Sulawesi Selatan;
8. Pembangunan Jalan Usaha Tani, Sumber
45

Dana Balai Sungai Wilayah IV Sulawesi


Selatan;
9. Pembangunan Perumahan Khusus 200 unit
Sumber Dana PUPR;
10. Pembangunan Jalan Usata Tani, Sumber
Dana Kemenpan;
11. Pembangunan Saluran Irigasi Perswahan
Sumber Dana Desa Kemenpan;
12. Bantuan Hend Traktor 3 unit Kemenpan;
13. Bantuan Bibit Unggas Ayam Kampung dari
APBD II.

4. Jumlah dan Potensi Penduduk

Jumlah dan potensi penduduk desa Terapung ± 9.776 jiwa 827 KK dan

seluruhnya warga Negara Indonesia.

Adapun jumlah penduduk terbagi atas sembilan dusun, seperti terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 1.2.
Jumlah dan Potensi Penduduk Desa Terapung

JUMLAH
KEPALA PENDUDUK
NO NAMA DUSUN KELUARGA (JIWA) KET
(KK)
L P JML L P JML
1 KAUDANI 150 31 181 500 410 910
2 WABURENSE 89 19 108 350 302 652
3 WABURENSE 90 25 115 200 250 450
ATAS
4 TERWANI 90 18 108 400 200 600
5 TERWANI 60 15 75 340 153 493
JEMBATAN
6 TERWANI 80 30 110 450 120 570
TENGAH
7 TERWANI ATAS 65 5 70 107 99 206
8 KALELEHA 40 20 60 100 80 180
JUMLAH 664 163 827 2447 1614 4061 9.776
46

5. Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi desa terapung terdapt pada tabel berikut:

Tabel 1.3.
Keadaan Ekonomi Desa Terapung

No Mata Pencaharian KK Keterangan


1 Nelayan 464
2 Pedagang 47
3 Buruh 146
4 Petani 160
5 PNS 10
Jumlah 827

6. Saran Prasarana

Sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan penduduk dalam

beraktivitas. Berikut ini akan diuraikan sarana dan prasarana yang terdapat di

Desa Terapung, sarana yang pertama yaitu pendidikan. Adapun sarana

pendidikan yang tersedia dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 1.4.
Sarana Prasarana Desa Terapung

Kanto Ruja Sangg TK/ Pasar Sawa Tamba Masjid/ Lainn


r Desa b ar PAU Desa h k Mushol ya
Belaja D a
r
1 1 1 2 1 50 ha 200 ha 2 20

7. Jumlah Penduduk menurut Pendidikan

Adapun jumlah penduduk menurut pendidikannya dapat dilihat pada

tabel berikut:
47

Tabel 1.5.
Jumlah Penduduk meurut Pendidikan

NO Mata Pendidikan Tamat Tidak Tamat Jumlah


1 Tidak Sekolah - - 1300
2 SD 1500 160 1660
3 SMP 500 251 751
4 SLTA 250 50 300
5 Sarjana 35 5 40
6 Magister 9 1 10
Jumlah 4,061

Bersadarkan Tabel 1.5 dapat dilihat jumlah pendidikan di desa Terapung

sangat besar jumlahnya. Banyak anak yang belum sadar akan penting nya

pendidikan untuk masa depan yang lebih baik lagi. Untuk itu, perlu diperhatikan

lagi minat anak untuk bersekolah.

B. Prekembangkan Minat Belajar Anak Bajo Pada Tingkat Sekolah Dasar di Desa

Terapung Kabupaten Buton Tengah

Perkembangan minat anak itu sangat penting sehingga harus lebih di

perhatikan oleh orangtua dan kaluarga. Perkembangan minat belajat anak bajo di

Desa Terapung Kabupaten Buton Tengah sangat besar jumlahnya, mereka lebih

memilih bekerja atau bermain di usia dini dari pada belajar.

Bedasarkan wawancara yang telah di lakukan dengan responden yang di

ungkapkan oleh Robet (Anak bajo)

“saya memilih tidak belajar karena saya ingin mencari uang bekerja
menangkap ikan/nelayan agar mendapatkan uang jajan dari pada saya
48

belajar menurut saya belajar hanya di sekolah, karena ayah dan ibu
saya tidak mekmaksa saya belajar karena membantu orang tua”1.
Adapun pendapat lain oleh Muhammad Agung (Anak bajo)

“saya memilih tidak belajar karena banyak teman-teman saya tidak


juga belajar, di sekolah saya juga sudah belajar dan mengerjakan tugas
dari guru, kakak saya pun tidak belajar”2.
Adapun pendapat lain oleh Burhan (Anak bajo)

“saya tidak belajat karena sudah tidak punya ibu, ibu saya sudah
meninggal ketika saya masih kecil, bapak saya pergi melaut terkadang
seminggu sekali pulang di rumah saya di rumah tinggal bersama nenek
dan nenek saya tidak pernah memaksa saya atau menyuruh saya untuk
belajar bahkan kesekolah pun tidak pernah.”3
Dari pendapat di atas di perkuat oleh Samsul (Anak bajo)

“teman-teman saya, mengatakan mereka tidak mau belajar karena


mereka lebih senang bermain, dan tidak punya alat alat belajar.
Teman-teman saya tidak pernah mau kejakan tugas, mereka lebih
memilih untuk ke laut bermain-main sambil mencari agar laut untuk di
jual”4.
Dari pendapat di atas diperkuat juga oleh orangtua anak bajo. Menurut Ibu

Marlina bahwa

“orang tua tidak mampu memberikan nasehat kepada anak, untuk


kegiatan sehari-hari saja terkadang hanya pulang untuk makan lalu
pergi kembali di laut untuk melihat ikan yang sedang di jemur untuk di
jual besok pagi di pasar.”5
Adapun pendapat dari orangtua anak bajo, Menurut Ibu Itta Hamid bahwa

11
Robet (8 tahun) , Anak Bajo Yang Beesekolah, Wawancara, Terapung, 05 Oktober 2021.
22
Muhammad Agung (7 tahun), Anak Bajo Yang Bersekolah, Wawancara, Terapung, 05
Oktober 2021.
33
Burhan(8 tahun), Anak Bajo Yang Bersekolah, Wawancara, Terapung, 05 Oktober 2021.
44
Samsul (9 tahun), Anak Bajo Yang Bersekolah, Wawancara, Terapung, 08 Oktober 2021.
55
Marlina (42 tahun), Orangtua Anak Bajo, Wawancara, Terapung, 8 Oktober 2021.
49

“anak saya tidak mempunyai keinginan untuk belajar namun kami


sebagai orang tua sudah sering ingatkan namun anak kami memilih
bermain ketimbang belajar, karena teman-teman yang tidak belajar
akhirnya anak kami pun ikut untuk bermain” 6
Dari hasil observasi penulis dilapangan ditemukan bahwa

perkembangan minat belajar anak di Desa Terapung masih sangat kurang,

mereka lebih memilih bermain di pantai dari pada belajar di rumah, karena

mereka beranggapan belajar itu cukup sekali di sekolah.

Peran orang tua dalam kegiatan belajar anak bajo pada pembelajaran

memiliki hubungan antara lingkungan keluarga dan kegiatan belajar. Dengan

demikian mendidik yang diterapkan orangtua kepada anak sangat berperan

penting terhadap perkembangan minat belajar anak bajo. Selain itu hal yang

perlu di perhatikan oleh orang tua adalah menjalin hubungan baik dengan

anak. Dengan hal tersebut, akan terciptalah suasana yang menyenangkan

dalam keluarga dan pada akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan anak.

Dapat dikatakan bahwa berjalannya pendidikan itu tidak terlepas dari yang

namanya lingkungan keluarga, dimana lingkungan keluarga berperan penting

pada peningkatan mutu pendidikan dan lingkungan keluarga juga menjadi

pengaruh bagi anak yang untuk perkembangan minat belajar anak bajo.

Perhatian orang tua dapat berupa pemberian bimbingan dan nasihat,

pengawasan terhadap kegiatan belajar, serta pemenuhan fasilitas belajar.

Pemberian bimbingan dan nasihat menjadikan anak memiliki tujuan,

66
Itta Hamid (45 tahun), Orangtua Anak Bajo Tidak Sekolah, Wawancara, Terapung, 8
Oktober 2020
50

pemberian pengawasan terhadap belajarnya adalah untuk melatih anak

memiliki kedisiplinan, sedangkan pemenuhan fasilitas yang dibutuhkan dalam

belajar adalah agar anak semakin teguh pendiriannya pada suatu tujuan yang

ingin dicapai dengan memanfaatkan fasilitas yang ada.

C. Faktor Rendahnya Minat Belajar Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Pada

Anak Bajo di Desa Terapung Kabupaten Buton Tengah

Kondisi anak bajo yang kurangnya minat belajar di desa Terapung

Kabupaten Buton Tengah bisa dibilang memprihatibkan. Hasil wawancara

dengan Bapak Kepala Desa Terapung Kabupaten Buton Tengah mengatakan

bahwa:

“pendidikan itu sangat penting, apalagi untuk jaman sekarang wajib


belajar 12 tahun saya rasa belum cukup. Harus tetap giat belajar agar
bisa melanjutkan pendidikan sampai jenjang atas, harus sekolah dan
belajar untuk dapat mewujudkan cita-cita. Kalau mencari kerja juga
diprioritas yang mempunyai pendidikan sekolah. Sayangnya disini
masih banyak anak bajo yang kurang minat sekolah sehingga
menimbulkan malas belajar, walau ada sekolah tapi masih sangat
sedikit bila dibandingkan dengan anak yang tidak sekolah dan tidak
mau belajar”. 7
Dari hasil wawancara diatas dapat dimengerti bahwa belajar bagi anak

bajo sangat penting, namun kenyataan di desa Terapung masih banyak anak

bajo yang kurangnya minat untuk belajar dan bersekolah. Kurang minat

belajar anak masih sangat kurang.

77
Pamaruddin, S.Pi, M.Pi , Kepala Desa Teapung, Wawancara, Terapung, 15 Oktober 2021
51

Anak yang tidak bersekolah biasanya langsung bekerja menangkap

ikan, bermain di pinggir pantai atau menjadi pelaut membantu orang tua

mereka. Seperti yang dikatakan Bapak Kepala Desa bahwa:

“anak anak disini kalau tidak sekolah atau belajar biasanya mereka
bermain di pinggir pantai atau juga mereka membantu orang tua
melaut untuk mencari ikan”8
Kasus kurangnya minat anak bajo di desa Terpaung Kabupaten Buton

Tengah tentunya tidak akan terlepas dari beberapa hal yang mempengaruhi

anak bajo sehingga tidak belajar.

Hal ini dipengaruhi beberapa factor baik yang ada dari diri sendiri

maupun yang dating dari luar diri anak remaja di desa Terapung Kabupaten

Buton Tengah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Kepala Desa Terapung

informan mengatakan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi

kurangnya minat belajar anak bajo untuk bersekolah. Beliau mengemukakan

bahwa:

“banyak sebabnya kenapa anak bajo disini kurang minat belajar, salah
satunya yang umum itu karena faktor orang tuanya. Kurang nya
perhatian orang tua terhadap kegiatan belajar anaknya mereka, nah itu
yang membuat anak tidak bersemangat belajar karena kurangnya
pantauan dari orang tua”.9

88
Pamaruddin, S.Pi, M.Pi , Kepala Desa Teapung, Wawancara, Terapung, 15 Oktober 2021
99
Pamaruddin, S.Pi, M.Pi , Kepala Desa Teapung, Wawancara, Terapung, 15 Oktober 2021
52

Dari beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya minat belajar anak

di desa Terapung Kabupaten Buton Tengah terhadap pendidikan atau di

bangku sekolah dasar (SD), yaitu:

a. Kurangnya Motivasi dan Dorongan Orang Tua

Ada juga kalanya anak bajo yang tidak bersekolah dikarenakan

kurangya minat belajar anak bajo tersebut, disebabkan oleh kurangnya

motivasi atau keinginan anak itu sendiri untuk belajar. Seperti kasus pada

Rehan. Hasil wawancara dengan informasi mengatakan bahwa:

“saya tidak belajar karena kemauan saya sendiri tidak ingin


bersekolah, saya lebih senang cari uang dengan cara mencari
ikan atau agar di laut, banyak juga teman saya tidak
bersekolah”.1010
Ibu Rehan juga menegaskan hal yang sama. Beliau mengatakan

bahwa:

“kalau ibu sebenarnya suka kalau anak saya belajar lalu


sekolah, tapi bagaimana kita orang tua juga sibuk dilaut urus
adik adiknya, sehingga kami sebagai orang tua terkadang tak
ada waktu untuk memantau anak kami yang tidak ingin belajar
dan mereka juga termasuk membantu kami”.1111
Kasus serupa juga terjadi pada informan Faril Ariawan, yang

mengatakan bahwa:

“saya sudah tidak bersekolah di Sd karena saya merasa nyaman


mencari ikan di laut dan bermain bersama teman-teman saya,
disamping itu bapak atau ibu saya tidak melarang saya untuk

1010
Rehan , Orang Tua Anak Bajo, Wawancara, Terapung, 18 Oktober 2021
1111
Ibu Rehan , Orang Tua Anak Bajo, Wawancara, Terapung, 18 Oktober 2021
53

tidak bersekolah. Saya anak laki-laki sendiri di keluarga saya,


saya lebih baik bantu orang tua saya mencari ikan di laut”.1212
Dari kasus di atas dapat disimpulkan salah satu penyebab

kurangnya minat anak bajo untuk belajar dan bersekolah juga disebabkan

oleh anak itu sendiri yang tidak mempunyai keinginan dan dorongan yang

besar dari orang tua anak bajo.

b. Kondisi ekonomi yang kurang mampu

Dari hasil wawancara dengan beberapa informan, ada juga

yang mengatakan kurang minat belajar karena alasan kesadaran

kebutuhan belajar anak, seperti yang diutarakan oleh informan Gumba

sebagai berikut :

“dulu waktu saya sekolah duduk di bangku kelas 5 sd, banyak


membutuhkan kebutuhan sekolah dari seragam sepatu sekolah
yang sudah tidak bisa di gunakan, buku-buku baru dan pakain
sekolah yang sudah robek dan tidak bisa lagi digunakan. Maka
dari itu saya tidak lagi bersekolah apalagi belajar. Karena
orang tua saya tidak pernah mendengarkan apa yang saya
butuhkan untuk belajar dan sekolah”.1313

Minat anak bajo saat ini semakin menurun terkait hubungan

dengan keadaan ekonomi mereka dan akhirnya lebih memutuskan untuk

bermain dan mencari pekerjaan di laut. Selain itu, ada beberapa siswa

yang telah merasa bosan dengan belajar dan berfikir bahwa masih banyak

orang yang tidak belajar. Anak bajo yang tidak bersekolah masih banyak,

namun yang berminat untuk belajar di bangku sekolah dasar masih ada,

1212
Faril Ariawan , Anak Bajo, Wawancara, Terapung, 20 Oktober 2021
1313
Gumba , Anak Bajo, Wawancara, Terapung, 20 Oktober 2021
54

sehingga tidak mengherankan bila anak bajo banyak lebih memilih untuk

bermain dan mencari uang daripada belajar dan melanjutkan pendidikan di

bangku sekolah dasar (SD).

Apabila dalam diri anak kebutuhan belajar itu sangat kurang, maka

akan memberikan kegagalan dalam proses pendidikan dan berakibat fatal

terhadap kelangsungan pendidikan mereka, dalam hal ini tidak memiliki

minat untuk belajar bahkan putus sekolah, karena kurangnya minat dan

motivasi untuk belajar serta kurangnya kesadaran akan pentingnya belajar.

Oleh karena itu, diharapkan kepada orang tua agar memberikan kesadaran

kepada anak mereka akan pentingnya belajar, karena kurangnya

kebutuhan dan kesadaran untuk belajar karena dalam diri anak belajar itu

kurang penting. Dengan demikian, salah satu faktor yang menjadi

penyebab masyarakat (anak-anak) di desa Terapung Kabupaten Buton

Tengah tidak memiliki minat untuk belajar adalah kurangnya kesadaran

akan kebutuhan untuk belajar. Padahal kebutuhan belajar bagi anak

sangat penting karena dengan belajar merupakan proses mencari ilmu

pengetahuan bukan sekedar membaca, manulis dan berhitung

sebagaimana yang dipahami masyarakat setempat.

Kehadiran siswa dalam belajar masih sangat kurang dan perlu

ditingkatkan. Siswa cenderung menganggap guru sebagai satu-satunya

sumber ilmu, sehingga siswa hanya menerima dan mendengarkan ilmu

yang diberikan oleh guru serta cenderung kurang aktif dalam mencari
55

sumber-sumber pendukung ilmu yang dipelajarinya. Kebanyakan siswa

kurang mandiri dan terlalu bergantung dengan Guru.

Selain itu, menurut Ahmadi dan Supriyono (2004) bahwa

kemandiri akan membuat seseorang siswa mampu belajar sendiri tanpa

disuruh oleh pihak luar dalam kondisi apapun. Sikap mandiri dalam diri

siswa akan sangat membantu tercapainya tujuan belajar sebagaimana yang

diharapkan.

Jadi, kemandirian seseorang dalam belajar akan menentukan arah

belajar dan prestasi belajar seseorang anak. Faktor penentu keberhasilan

dalam proses belajar mengajar adalah siswa itu sendiri yang berperan

sebagai pelaku dalam kegiatan belajar mengajar. Tanpa kesadaran,

kemauan dan keterlibatan siswa, maka proses belajar mengajar tidak akan

berhasil. Dengan demikian, dalam proses belajar mengajar, siswa dituntut

memiliki sikap mandiri, kesadaran, kamauan dan motivasi dari dalam diri

siswa dan bukan semata-mata tekanan guru atau pun pihak lain.

Minat belajar merupakan landasan pentingnya bagi seseorang

untuk melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan

minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tetapi juga

dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu,

karena minat belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu minat dan belajar.
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasakan hasil penelitian memngenai Perkembangan Minat Belajar

Anak Bajo Tingkat Sekolah Dasar di Desa Terapung Kabupaten Buton Tengah,

maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Perkembangan minat belajar anak bajo di Desa Terapung Kabupaten

Buton Tengah adalah masih kurang yang minat belajar namun angka anak

yang memiliki minat belajar tidak beda jauh dengan angka anak yang

tidak memiliki minat belajar, dan anak yang tidak memiliki minat belajar

karena sudah terpengaruhi dengan lingkungan dan anak bajo sudah

terbiasa tidak belajar, sehingga mereka berfikir belajar itu hanya

disekolah, Muhammad Agung menyatakan “saya memilih tidak belajar

karena banyak teman-teman saya tidak juga belajar”. & pernyataan

Robet “saya memilih tidak belajar karena saya ingin mencari agar laut

untuk mendapatkan uang jajan” Inilah pernyataan dua anak bajo yang

tidak memiliki minat belajar dan anak tersebut lebih tertarik bermain dan

mecari ikan/agar laut lalu menjualnya agar mendapatkan uang jajan.

56
2. Faktor-faktor penyebab rendahnya minat sekolah anak bajo di Desa

Terapung Kabupaten Buton Tengah yaitu:

a. Kurangnya motivasi dan dorongan orang tua

b. Kondisi ekonomi yang kurang mampu

c. Faktor teman sebaya

B. Saran

Dari hasil kesimpulan, maka saran dari penulis yaitu:

1. Bagi orang tua untuk memahami dan resepsi pentingnya belajar dalam

kehidupan anak bajo dimasa yang akan mendatang, memberikan pengarahan

dan pemahaman tentang pendidikan kepada anaknya serta mendorong anak

untuk lebih giat belajar agar semangat untuk bersekolah.

2. Bagi anak bajo untuk memahami pendidikan sangat penting sebagai bekal

kehidupan dimasa yang akan datang. Tuntutlah pendidikan setinggi-tingginya

jangan pernah putus untuk belajar.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, K. Persepsi dan Tingkat Partisipasi Tingkat Suku Bajo


TerhadapPendidikan Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, 2014.

Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Beelajar. Jakarta:


Rineka Cipta, 2003

Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Andika.Perubahan Pola Pikir Masyarakat Nelayan Desa Tanjung Pola, Kecamatan


Pulau Laut, 2016

Apriani, Safitri.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat BelajarMasyarakat Bajo,


Kendari: Universitas Muhammadiyah Kendari, 2018.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penilitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi


Mahasatya, 2006.

Arnawan, Gede.“Faktor Penyebab Kurangnya Minat Remaja Desa Terhadap


Pendidikan di Perguruan Tinggi (Studi Kasus Pada Remaja di DesaBalirejo
Kecamatan Angkona Kabupaten Luwu
Timur)”.Skripsi,Makassar:Universitas Negeri Makassar, 2016.

Baharuddin. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007

Ernawati.Pengaruh Lingkungan Tempat Tinggal Terhadap PrestasiBelajar Siswa di


SMAN 1 Makmur, Jurnal Sains Ekonomi & Edukasi 2, 2014.

Firmansyah, D. 2015. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat BelajarTerhadap


Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan UNSIKA 3(1): 24-

Fitri Dwi Kurniawati. “Pengrauh Persepsi Anak Tentang Perhatian Orang Tua dan
Motivasi Belajar Terhadsp Disiplin Belajar Siswa Kelas V SDNegeri 1 Tegal
Sambi Tahunan Jepara”.Skripsi:Surakarta: UMS, 2011.
Isnaini, Fitri Nur. Identifikasi Faktor Penyebab Siswa Putus Sekolah di SekolahDasar
Kota Yogyakarta”.Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta, 2015.

Kurniawan, D & Wustaq, D.U. Pengaruh Perhatian Orang Tua, MotivasiBelajar,


dan Lingkungan Sosial Terhadap Prestasi Belajar MatematikaSiswa SMP.
Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 2014.

Lestari, I. Pengaruh Waktu Belajar dan Minat Belajar Terhadap HasilBelajar


Matematika, Jurnal Formatif 3(2) : 115-125.

Muhammad Irwan Alauddin. Perubahan Pola Kehidupan SukuBajo PascaPenetapam


Zonasi Taman Nasional, 2011.

Parman, H. Jamalaudin Hos, Sarpin. Perubahan Pola Pikir MasyarakaNelayan


Terhadap Pendidikan, 2018

Siregar, Syofian. Metode Penilitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 2013.

Sugiyono. Metode Penilitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2012.

Syaif, M. Sahlan. Bagaimana Anda Mendidik Anak. Bogor: GhaliaIndonesia, 2002.

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Ynag Mempengaruhi. Jakarta:Rineka Cipta,


2010
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar.1 Desa Terapung

Gambar.2Kondisi Desa Terapung


Gambar 3. Wawancara dengan orangtua anak bajo

Gambar.4 Wawancara anak sekolah bajo

Gambar.5 wawancara anak bajo tidak sekolah


Gambar.6 Dokumentasi bersama anak bajo
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Nurwan

NIM : 1721201029

Nama Bapak : H. Tola

Nama Ibu : Hj. Marwiah

Tempat, tanggal lahir : Kaudani,

Alamat : Desa Terapung, Dusun Waburense, Kec.

Mawasangka, Kab. Buton Tengah

Jenjang pendidikan :

1. SDN 1 Terapung 2004-2010


2. MTs Waburense 2010-2013
3. SMKN 1 Mawasangka 2013-2016
4. STAI YPIQ Baubau 2016-2020

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Baubau 30 Oktober 2021

Penulis

Nurwan

Anda mungkin juga menyukai