SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAI DDI Polewali Mandar
Oleh:
NURILAHI
NIM: 19.1.1.0621.0069
Pembimbing I Pembimbing II
Diketahui Oleh:
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAI DDI Polewali Mandar
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Nama : Nurilahi
NIM : 19.1.1.0621.0069
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar
adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini
merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau
seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Penyusun,
Nurilahi
NIM: 19.1.1.0621.0069
iii
KATA PENGANTAR
DDI Al-Ihsan Kanang” Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
sarjana (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan DDI Polewali Mandar. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah
kepada Nabi besar Muhammad SAW. para sahabat, keliarga serta pengikutnya
hingga akhir zaman yang kita harapkan syafaatnya di dunia dan akhirat.
menyelesaikan skripsi ini meskipun masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Namun berkat usaha dan doa dari berbagai pihak yang membantu dan
membimbing, maka semua halangan dapat teratasi. Oleh karena itu, penyusun
1. Kedua Orang Tua, ayahanda tercinta Nadir bin Kadir dan ibunda tersayang
2. Bapak Prof. Dr. H. Anwar Sewang, M.Ag selaku rektor Institut Agama
Islam DDI Polewali Mandar dan jajarannya yang telah memimpin kampus
tercinta.
3. Ibu Hiljati Arif, S.Ag., M.Pd.I selaku dekan fakultas tarbiyah dan ilmu
iv
4. Ibu Nurzamsinar, S.Pd.I., M.Pd.I selaku ketua prodi Pendidikan Agama
Islam IAI DDI Polewali Mandar yang telah memimpin jurusan tempat
6. Para dosen, staf dan asisten dosen yang senantiasa membimbing dan
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini maka
Penyusun,
Nurilahi
NIM: 19.1.1.0621.0069
v
DAFTAR ISI
SAMPUL
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
C. Rumusan Masalah............................................................................ 7
vi
BAB III. METODE PENELITIAN
Kanang............................................................................................. 50
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan .......................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 4. SK Pembimbing.
viii
ABSTRAK
Kata Kunci: Peranan Pembina Tahfidz dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Al-
Qur’an Santri
ix
ABSTRACT
This study aims (1) to describe the quality of memorization of the Koran by
students at the DDI Al-Ihsan Kanang Islamic Boarding School; (2) to describe the
role of tahfidz coaches in improving the quality of students' memorization of the
Koran at DDI Al-Ihsan Kanang Islamic Boarding School. The research method is
a descriptive qualitative research. Based on the purpose of this research, the data
is in the form of interview results from informants, then analyzed using three
stages, namely; 1. Data reduction, 2. Data presentation, 3. Data verification and
conclusion drawing.
The results of this study are 1) The quality of memorization of the Qur'an by the
DDI Al-Ihsan Kanang Islamic Boarding School students varies, some are already
good in terms of recitation but not good in terms of fluency of memorization and
some are already fluent in memorizing but their reading is not yet according to the
rules of tajwid and some are already good in terms of reading and fluency of
memorization. 2) The role of tahfidz coaches in improving the quality of students'
memorization of the Koran at the DDI Al-Ihsan Kanang Islamic Boarding School
is by providing motivation, guiding students' reading of the Koran with the tahsin
program, correcting students' wrong reading of the Koran and direct students to
always repeat their memorization.
Keywords: The Role of Tahfidz Coaches in Improving the Quality of Santri's Al-
Qur'an Memorization
x
BAB I
PENDAHULUAN
saw. penutup para nabi dan rasul, melalui perantaraan Malaikat Jibril, yang ditulis
dan mempelajarinya adalah suatu ibadah serta dapat membawa manusia kejalan
yang benar dan berperilaku sesuai tuntunan yang ditetapkan dalam al-Qur’an,
Kitab suci yang terjaga kemurniannya hingga akhir zaman. Sebagaimana firman
akan senantiasa menjaga al-Qur’an sepanjang masa. Dalam hal ini penjagaan
Allah terhadap al-Qur’an bukan berarti Allah swt yang menjaga langsung fase-
fase penulisan ayat al-Qur’an, tetapi melibatkan para hamba-Nya untuk senantiasa
ikut menjaga al-Qur’an tersebut. Salah satu bentuk realisasinya Allah swt
1
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Hafalan dan Terjemah ( Bandung; Cordoba, 2019) h.
269
1
2
satupun bacaan yang dapat menyaingi bacaan al-Qur’an, yang sempurna lagi
mulia. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mudah untuk dihafal dan difahami.
menjadikan hatinya sebagai tempat al-Qur’an.2 Allah swt berfirman di dalam Al-
dekat dengan al-Qur’an ingin mempelajari al-Quran, pasti Allah akan memberikan
benar, sesungguhnya al-Qur’an adalah kitab yang suci, murni yang setiap kali
orang muslim membacanya, mencintai dan menghafalnya maka Allah swt aka
2
Yusuf Mansur, Dahsyatnya Membaca dan Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Zikrul Hakim,
2016), h. 151.
3
Kementrian Agama RI, Al-Quran Hafalan dan Terjemah (Bandung: Cordoba, 2019), h.
529.
3
ahlullah (ahli Allah) yang mereka adalah ahli Qur’an (penghafal al-Qur’an).4
Makna dari kata “hikmah” adalah sesuatu yang dapat menjauhkan diri dari
senantiasa selalu beribadah kepada Allah swt dengan cara mempelajari al-Qur’an
orang dewasa, remaja, bahkan orang tua pun mampu menghafalkan al-Qur’an.6
Namun, dalam proses menghafal al-Qur’an akan ada saja kendala yang
disebabkan oleh berbagai permasalahan. Baik itu karena waktu yang tidak cukup,
lemahnya otak dalam menghafal, lingkungan yang tidak mendukung, serta segala
Qur’an santri yang telah dihafalkan. Hal inilah yang terkadang membuat para
4
Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi (Al-Hafizh), Revolusi Menghafal Al-Qur’an,
(Surakarta: Insan Kamil, 2018), h. 34.
5
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Hafalan dan Terjemah (Bandung: Cordoba, 2019),
h.34.
6
Izzatul Umniyah, Strategi Peningkatan Kualitas Hafalan Al-Qur’an Bagi Mahasiswa,
Studi Kasus di PPTQ Putri Nurul Furqon Klojen, Skripsi (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim,
2018), h. 5.
4
penghafal al-Qur’an merasa kesulitan dalam mencapai target kualitas hafalan yang
telah direncanakan.
memiliki kualitas yang baik apabila saat melantunkan al-Qur’an sesuai dengan
kaidah tajwid, fashohah, bacaannya tartil dengan baik dan lancar. Oleh karena itu
pembina tahfidz sangat berperan untuk membimbing bacaan al-Qur’an santri serta
Qur’an.
Kualitas hafalan yang kurang baik bisa dilihat ketika menghafalkan al-
Qur’an tidak sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, cara pengucapan dan pelafalannya
tidak jelas serta saat membaca al-Qur’an tidak lancar dan tidak tartil (tergesa-
gesa). Namun tidak dipungkiri hal ini masih banyak terjadi kepada para penghafal
al-Qur’an, baik dari sisi kelancaran hafalannya ataupun bacaannya yang tidak
sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, termasuk Santri pada Pondok Pesantren DDI
mengamati, ada beberapa santri yang belum mencapai kualitas hafalan al-Qur’an
yang baik, baik dari segi makhrajil huruf yang masih keliru, kaidah ilmu tajwid
yang tidak sesuai maupun dari segi kelancaran hafalannya yang masih tersendat
ketika menyetorkan hafalannya kepada guru atau pembina tahfidz, maka dalam
hal ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peranan
Mandar.”
1. Fokus penelitian
penelitian dapat berjalan dengan baik dan terarah sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Fokus penelitian ini melibatkan santri dan pembina tahfidz dalam rangka
menjawab pertanyaan penelitian yang terkait dengan peran pembina tahfidz. Hal
ini sesuai dengan judul penelitian yang telah ditetapkan yakni “Peranan Pembina
Mandar”.
2. Deskripsi fokus
a. Peranan
menjalankan suatu peranan. Peranan juga dapat diartikan suatu konsep atas apa
fungsi, penyesuaian diri sebagai suatu proses, jadi lebih tepatnya bahwa seseorang
6
menduduki suatu posisi atau jabatan dalam masyarakat dan menjalankan suatu
peranan.7
b. Pembina Tahfidz
Pembina tahfidz yaitu orang yang membina atau guru yang memiliki ilmu
tentang bagaimana cara membaca dan menghafal al-Qur’an dengan baik dan
Dalam penelitian ini, kualitas hafalan yang dimaksud adalah nilai yang
menjadi penentu baik tidaknyanya sebuah hafalan al-Qur’an yang dimiliki oleh
makhrajil huruf yang jelas, ghorib, fashahah, bacaan tartil dengan baik dan lancar
d. Santri
Kata santri itu berasal dari kata “cantrik” yang berarti seseorang yang
selalu mengikuti guru kemana guru pergi dan menetap dengan tujuan dapat belajar
suatu keilmuwan kepadanya. Secara umum pengertian santri adalah orang yang
7
Christeward Alus, Peran Lembaga Adat Dalam Pelestarian Kearifan Lokal Suku Sahu di Desa
Balisoan Kecamatan Sahu Kabupaten Kalimantan Barat, (Jurnal: Acta Diurna, Vol.3, No.4,
2014), h. 5.
7
Jika dilihat dengan tradisi pesantren, terdapat dua kelompok santri yaitu
santri mukim dan santri kalong. Santri mukim adalah murid-murid yang berasal
dari daerah yang jauh dan menetap dipesantren, yang biasanya sudah memilkul
muda dengan al-Qur’an atau kitab. Santri kalong adalah murid yang berasal dari
desa sekitarnya yang biasanya mereka tidak menetap dipesantren kecuali waktu-
waktu belajar.9
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
Al-Ihsan Kanang?
Kanang?
8
Mansur Hidayat, Model Komunikasi Kyai Dengan Santri Di Pesantren, (Jurnal
Komunikasi Aspikom, Vol 2, No 6, 2016) h. 387.
9
Muhammad Dony Purnama dkk, Implementasi Metode Pembelajaran Al-Qur’an Bagi
Santri Usia Tamyiz di Kuttab Al-Fatih Bantarjati Bogor, (Jurnal Prosiding Al Hidayah Pendidikan
Agama Islam), Vol.1, No.2B, 2019), h. 5.
8
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat baik secara
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai karya ilmiah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
kajian bagi pembina dipondok pesantren dan orang tua santri agar lebih
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau bahan rujukan untuk
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
b. Bagi Pembina
c. Bagi Santri
Sebagai bahan motivasi bagi santri untuk bisa memperbaiki bacaan al-
Qur’an dengan lebih baik lagi dan lebih semangat dalam menjalani proses
menghafal al-Qur’an.
Qur’an santri pada Pondok Pesantren Ibn Jauzi, dan apa saja yang menjadi
Sebagai data primernya adalah guru tahfidz, dan data sekundernya adalah
kepala yayasan dan siswa tahfidz, dengan tekhnik pengumpulan data yang
ini yaitu upaya yang dilakukan guru tahfidz dalam meningkatkan kualitas
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nila Rosita, Muh Zulkifli dan H. Hakkul
10
Siti Rahma Bahrin, Upaya Guru Tahfidz Dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Al-
Quran Pada Santri Tahfidz Pondok Pesantren Ibn Zauji (Jurnal Agama dan Pendidikan Islam vol.
14, no.1, 2022), h. 90.
11
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nunik Syifa Fauziah, Fahmi Irfani, dan
(Bogor, 2022). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya
dan metode yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas hafalan al-
11
Nila Rosita dkk, Upaya Pembina Tahfidz Dalam Menyikapi Problematika Siswa
Menghafal Al-Qur’an di MA Nurussa’adatain Nahdlatul Wathan Gonjong (Jurnal Kependidikan
dan Pemikiran Islam Vol. 2 No. 1, 2023), h. 19.
12
Nunik Syifa Fauziah dkk, Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Al-
Qur’an Pada Santri Pondok Pesantren Daarul Riyadhoh Ar-Rosyady (Koloni: Jurnal Multidisiplin
Ilmu, Vol. 1, No. 4, 2022), h. 95.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
a. Definisi Peranan
memiliki arti tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa atau
masyarakat
3. Peranan ada suatu konsep tentang apa yang akan dilakukan individu dalam
suatu kedudukan.1
b. Definisi Pembina
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembina berasal dari kata bina
yang artinya bangun. Ketika diberi awal me- berarti membina, artinya
1
Jeffriansyah Dw Sahputra Amory, Peranan Gender Perempuan dalam Pembangunan di
Sulawesi Barat, (Growth: Jurnal Ilmiah Ekonomi Pembangunan, Vol.1, No.1, 2019), h. 5-6
12
13
pembina dapat di artikan orang yang bertindak dan membantu proses, tindakan
dan kegiatan yang dilakukan berguna untuk membantu memperoleh hasil yang
Dari pengertian diatas terdapat dua unsur, yakni pembina itu orang yang
bertindak membantu proses untuk suatu tujuan dan kedua, pembina itu yang
c. Definisi Tahfidz
1. Pengertian Tahfidz
Kata tahfidz yang berarti menghafal merupakan asal kata dari kata dasar
dan menghafal. Kata hafal merupakan lawan dari kata lupa. Hafal yaitu
membacanya diluar kepala tanpa melihat kitab. Sedangkan menurut istilah tahfidz
sehingga dapat diucapkan diluar kepala maka orang yang menghafal al-Qur’an
Menghafal al-Qur’an atau tahfidz adalah suatu perbuatan yang mulia dan
sangat terpuji. Orang yang menghafal al-Qur’an merupakan salah satu hamba
selain itu harus juga disertai dengan doa kepada Allah swt agar diberi kemudahan
2
Nur Sakinah, (Epa Sumarni,2016) Penerapan Fungsi Actuating Pesantren dalam Upaya
Pembinaan Tahfidz, (Anida: Jurnal Aktualisasi Nuansa Ilmu Dakwah, Vol.17, No.1, 2019), h. 7.
3
Andrias Nurkamil Albusthomi, Tinjauan Penyelenggaraan Tahfidz Al-Qur’an di
Sekolah, (Jurnal Textura, Vol.6, No.1, 2019), h. 28.
14
dalam menghafalkan ayat-ayatnya. Sebab antara kalimat satu dengan kalimat yang
lain selalu ada kemiripan demikian juga dengan kalimat yang panjang-panjang
bahkan mencapai sampai empat baris tanpa adanya waqaf wal ibtida. Karena itu
2. Faedah Tahfidz
Ada beberapa faedah yang didapatkan oleh para tahfidz al-Qur’an diantara
4
Syafrizal, Yuslinar, Manfaat Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Terhadap Prestasi
Belajar Peserta Didik di Pasaman, (Jurnal Mau’izhah, Vol. Xl, No.1, 2021), h. 10.
5
Kementrian Agama RI, Al-Quran Hafalan dan Terjemah, (Bandung: Cordoba, 2019), h.
325.
6
Eny Nilawati, (2017), Tahfidz Al-Qur’an dan Tadabbur, Sidoarjo:Nizami
LearningCenter, h.1.
15
membantu untuk lebih cepat dan mudah berbahasa arab maupun yang
akan lebih mudah dan cepat memahami secara benar nasehat pelajaran
semakin banyak ayat yang dihafal semakin cepat pula untuk menghafal
mudah.7
7
Syafrizal, Yuslinar, Manfaat Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Terhadap Prestasi
Belajar Peserta Didik di Pasaman, (Jurnal Mau’izhah, Vol. Xl, No.1, 2021), h. 17-18
16
kita mampu menghafalkannya dengan niat yang ikhlas serta mampu menghafal
dengan bacaan yang benar dan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Maka dalam
proses menghafal al-Qur’an sangat dibutuhkan peranan pembina tahfidz agar bisa
membimbing santri dengan baik sehingga mencapai kualitas hafalan yang baik
yang lancar dan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid ada yang sudah lancar
ada yang sudah baik bacaannya namun belum lancar hafalannya, kemampuan
setiap santri berbeda-beda. Oleh karena itu, pembina tahfidz sangat berperan
untuk memperbaiki dan membenarkan bacaan yang disetorkan oleh santri. Baik
dari segi tajwid, makhrajill huruf, fashahah, maupun sesuatu yang berkaitan
e. Memberikan motivasi
Motivasi adalah dorongan yang berasal dari diri seseorang yang mendorong
untuk berbuat dan berusaha untuk mencapai apa yang akan dituju.
untuk berhasil dalam tugas yang diberikan serta dorongan untuk menghadapi
17
menjadikan santri lebih bersemangat dalam menghafal dan muroja’ah hafalan al-
Qur’an.
merupakan sifat yang sudah melekat pada diri manusia. Maka dalam hal menjaga
hafalan al-Qur’an agar tidak hilang, maka dengan mengulang hafalan secara
teratur adalah cara terbaik untuk mengatasi hal ini. Menurut KH. Muhaimin Zein
yang dikutip oleh A. Umar al-Faruq, menurutnya ada beberapa metode muroja’ah
yaitu :
hafidz juga harus bisa meluangkan waktunya untuk mengulang hafalan yang telah
Muroja’ah sendiri
Muroja’ah bersama
8
Didik Kurniawan dan Nanda Fitriana Lukya, (Atina Mahdiyya Thoefani,2018), Motivasi
Berprestasi Santri Tahfidz Qur’an Ma’had Al Kahfi dalam Menempuh Pendidikan di Man 1
Lampung, (Jurnal Pendidikan Profesi Guru Madrasah, Vol.2, No.2, 2022), h. 4.
18
Qur’an yang dikutip oleh Umar Al-Faruq bahwa ada beberapa jenis muroja’ah
yang didapatkan dari para hafidz Qur’an yang telah menyelesaikan hafalannya,
yaitu :
g. Memberikan Penghargaan
Penghargaan yang dimaksud dalam hal ini apabila santri yang rutin
menyetorkan hafalan dan melebihi target yang telah ditetapkan maka diberikan
penghargaan baik berupa pujian maupun pemberian hadiah. Guna untuk lebih
a. Kualitas
tingkatan yang lebih tinggi atau suatu perbaikan dan kemapanan. Sebab kualitas
mengandung makna bobot atau tinggi rendahnya sesuatu.9 Definisi lain tentang
kualitas dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah taraf baik buruknya sesuatu. Bisa
juga diartikan taraf, derajat, mutu. Maka berkualitas berarti bermutu naik.
Dalam hal ini kualitas yang dimaksud adalah kualitas hafalan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kualitas hafalan adalah sebuah hasil yang sesuai dengan
9
Lijan Poltak Sinambela, Profesionalisme Dosen dan Kualitas Pendidikan Tinggi, (Jurnal
Populis, vol.2, no.4, 2017), h. 586.
19
tujuan yaitu terwujudnya mutu hafalan terhadap isi al-Qur’an.10 Kualitas menjadi
tolak ukur dalam menilai baik tidaknya hafalan al-Qur’an seseorang dari segi
bacaan atau pelafalan huruf maupun dari segi tajwid dan kelancaran hafalan yang
sesuai dengan tajwid, fasih, bacaannya lancar, dan target hafalannya dapat
b. Hafalan
Secara bahasa hafalan berasal dari kata “al-hafiz” yang berarti menjaga,
memelihara. Menurut Abdul Aziz Abdul Ra’uf, definisi dari menghafal adalah
proses mengulang sesuatu baik dengan membaca atau mendengar.11 Kata hafalan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti sesuatu yang dihafalkan
atau hasil menghafal dan menghafal merupakan usaha untuk meresapkan sesuatu
kedalam pikiran agar selalu ingat. Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa
hafalan adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh
hafalan dapat diucapkan diluar kepala atau tanpa melihat kembali naskah yang
telah dihafalkan.12
hal yang sangat luar biasa yang dapat membuat akal kita hampir mirip akal
10
Siti Inarotul Afidah, Fina Surya Anggraini, Implementasi Muraja’ah dalam
Peningkatan Kualitas hafalan Al-Qur’an di Pondolk Pesantren Amanatul Qur’an Pacet
Mojokerto, (Al-Ibrah: Jurnal Pendidikan dan Keilmuan Islam, Vol.7, No.1, 2022), h. 7.
11
Eva Fatmawati, (Umar, 2017), Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an, (Jurnal
Islamic Education Manajemen, Vol.4, No.1, 2019), h. 30.
12
Andrias Nurkamil Albusthomi, Tinjauan Penyelenggaraan Tahfidz Al-Qur’an di
Sekolah, h. 27.
20
Ada beberapa hikmah yang diperoleh bagi orang yang menghafal al-
3. Fasih dalam berbicara serta ucapannya akan terjaga dari hal-hal yang
kurang baik
kosa kata bahasa arab, sama halnya ia menghafal kamus bahasa arab.
yang kemudian bisa menikmati karya sastra arab seperti syair yang indah,
kata indah.
al-Qur’an
8. Orang yang menghafal al-Qur’an akan selalu terasah otaknya dan mampu
13
Muhammad Nu’am, Kilat & Kuat Menghafal Al-Qur’an Terjemah Juz Dan Tajwid
Praktis, (Surakarta: Media Group, 2014), h. 16.
21
demikian ini sangat berguna bagi orang yang ingin terjun ke bidang
hukum.
c. Al-Qur’an
qur’anan yang artinya bacaan. Al-Qur’an adalah Wahyu Allah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw melalui malaikat jibril untuk dijadikan petunjuk bagi
cara mutawatir dalam mushaf di mulai dengan Al-fatihah dan diakhiri dengan
14
Aida Imtihana, Implementasi Metode Jibril dalam Pelaksanaan Hafalan Al-Qur’an di
SD Islam Terpadu Ar-Ridho Palembang, (Tadrib: Jurnal Pendidikan agama Islam, Vol.2, No.2,
2016), h. 4
15
Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, (Annaba:
Jurnal Pendidikan Islam, vol.4, no. 1, 2018), h. 56.
22
oleh karena itu dalam menghafal al-Qur’an hal yang harus diperhatikan adalah
bacaan, bacaan yang belum lancar, yang belum sesuai dengan kaidah ilmu tajwid
Salah satu ingatan hafalan yang baik yaitu siap memproduksi hafalan al-
memiliki kualitas hafalan yang baik apabila memiliki kriteria sebagai berikut :
3) Mampu mengetahui letak nomor ayat serta posisi ayat dalam mushaf.
16
Bahrul Alami Herry, (2014), Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal Al-Qur’an, Solo: PSQ
Publising, h. 153-166
23
Ilmu tajwid tak hanya berisi tentang panjang pendek bacaan dan dengung
tidaknya bacaan. tetapi lebih dari pada itu. Ilmu tajwid membahas hal-hal sebagai
berikut :
2) Sifatul huruf, bagian ini membahas tentang Sifat atau keadaan mulut
c. Fashaha
dalam melafadzkan ayat yang dibaca. Oleh karena itu salah satu indikator dalam
17
Misbahul Munir, Ilmu dan Seni Qira’atil Qur’an, Pedoman Bagi Qari’-Qari’ah Hafidz
Hafidzah, dan Hakim Dalam MTQ (Semarang: Binawan, 2015), h. 356-357.
18
Lilik Indra Purwati, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-
Qur’an Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro”, Skripsi (IAIN Metro,2018), h. 13.
24
3. Persiapan pribadi
7. Sabar
8. Istiqamah
19
Aida Imtihana, Implementasi Metode Jibril dalam Pelaksanaan Hafalan Al-Qur’an di
SD Islam Terpadu Ar-Ridho Palembang, h. 4.
25
Menghafal al-Qur’an adalah perbuatan mulia disisi Allah swt. Pahala yang
diberikan Allah pun tidak main-main. Oleh karena itu, penting untuk menjaga
1. Jiwanya bersih
5. Zuhud
1. Tersenyum
tersenyum ternyata lebih mudah dan cepat menghafal al-Qur’an, dari pada orang
yan jarang tersenyum dan cenderung emosional (gampang marah). Sebab sekali
saja orang tersenyum banyak efek positif yang ditimbulkan. Tanpa kita sadari
jika tubuh kekurangan cairan (air) sebanya 1% saja dari bobot tubuh, maka akan
20
Aida Imtihana, Implementasi Metode Jibril dalam Pelaksanaan Hafalan Al-Qur’an di
SD Islam Terpadu Ar-Ridho Palembang, (Tadrib: Jurnal Pendidikan agama Islam, h. 5.
21
Tanzil Khairul Akbar dan Ardi Gunawan, Menghafal Al-Qur’an dengan Otak Kanan
(Jakarta: PT Gramedia, 2019) h. 45.
26
mengakibatkan otak menjadi lemot. Otak kita memiliki kandungan air kurang dari
75%. Sehingga kekurangan pasokan air keotak dapat mengakibatkan otak menjadi
kekurangan oksigen. Akibatnya, sel-sel otak menjadi kurang aktif dan tidak
berkembang bahkan juga bisa menciut. Hal itu menyebabkan otak tidak bisa
tersebut dapat mengakibatkan lupa sulit untuk konsentrasi dan menjadi lemot
pikirannya. Untuk itu agar memperbanyak minum air putih terutama dalam proses
menghafalkan al-Qur’an.
dan sangat signifikan ketika sedang menghafal al-Qur’an. jadi, carilah tempat
yang bersih, damai dan tenang. Pastikan tidak ada sesuatu hal yang dapat
gerakan yang dapat membuat konsentrasi saat menghafal al-Qur’an menjadi pecah
dan tidak fokus. 22Hindari tempat yang membuat kita mudah mengantuk sehingga
dan posisi bersandar dalam menghafal al-Qur’an karena dapat membuat kelelahan
Memilih waktu saat menghafal al-Qur’an juga memiliki peran yang sangat
penting dan signifikan. Menurut penelitian, waktu yang paling baik untuk
menghafalkan al-Qur’an adalah satu jam sebelum subuh dan satu jam setelah salat
22
Tanzil Khairul Akbar dan Ardi Gunawan, Menghafal Al-Qur’an dengan Otak Kanan,
h. 47.
27
subuh. Karena di waktu tersebut otak masih segar belum terkontaminasi dengan
hal-hal yang lain sehingga dengan begitu fikiran menjadi fokus dan memudahkan
Seperti halnya ketika ingin berbisnis, tentu akan mencari seorang mentor
yang dapat membimbing agar lebih sukses. Begitu juga pada saat hendak
menghafalkan al-Qur’an. harus ada seorang pembina tahfidz yang akan menegur
F. Kerangka Fikir
Kerangka fikir pada penelitian ini akan mengacu pada judul penelitian ini
Qur’an Santri Pada Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang Kecamatan Binuang
Kabupaten Polewali Mandar”. Dari judul penelitian ini, peneliti akan mencoba
yang benar seperti tajwid, fashahah, tartil dengan baik dan bacaannya yang lancar.
tajwid dan fashahah pada kegiatan talaqqi, harapannya santri dapat menghafalkan
al-Qur’an dengan lancar, pelafalan yang baik serta sesuai dengan kaidah ilmu
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini sebagaimana yang
tecantum pada rumusan masalah. Dan hasil dari penelitian ini, akan menjadi
jawaban bagi tiga rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini.
Kualitas Hafalan
Al-Qur’an
Tartil dengan baik dan
bacaannya lancar
METODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
menyajikan informasi yang sistematis tentang kondisi aktual dari objek yang
b. Pendekatan Penelitian
penelitian sosial juga menyebutkan bahwa salah satu ciri utama dari penelitian
c. Desain Penelitian
bersifat deskriptif, maka desain penelitian yang digunakan adalah desain studi
1
Agung, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2017), h.
262.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung Alfabeta , 2019),
h. 17.
3
Samiaji Sarosa, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Kanisius, 2021), h. 7-8
4
Ismail Suardi Wekke, dkk., Metode Penelitian Sosial (Cet 1; Yogyakarta: Adi Karya
Mandiri, 2019), h. 40.
29
30
terlihat bahwa banyaknya santri yang masih keliru bacaan al-Qur’annya di saat
menghafalkan al-Qur’an, sehingga perlu dikaji lebih lanjut lagi hal yang melatar
B. Lokasi Penelitian
Sumber data primer adalah data yang bersumber langsung dari obyek
Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah 2
orang pembina tahfidz dan 1 pimpinan pondok pesantren DDI Al-Ihsan Kanang.
Sumber data sekunder adalah data pendukung dari sumber data primer,
yang didapatkan melalui tulisan terkait dengan penelitian ini. Adapun yang
menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa buku, dokumen, koran,
31
media cetak, jurnal maupun data dari internet yang membahas tentang kualitas
hafalan santri.
D. Informan Penelitian
Adapun informan dalam penelitian ini yaitu pembina tahfidz dan pimpinan
pondok pesantren DDI Al-Ihsan kanang. Dalam penelitian ini jumlah yang akan
diminta dalam memberikan data penelitian adalah 2 orang pembina tahfidz dan 1
E. Instrumen Penelitian
a. Pedoman observasi
mengamati kualitas hafalan santri pada Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang
b. Pedoman wawancara
5
Hani Subakti, dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan (Cet, 1: Yayasan Kita Menulis,
2021), h. 84.
32
wawancara harus disiapkan agar peneliti tidak merasa kebingungan terkait apa
c. Dokumentasi
penelitian. Seperti halnua dalam proses penelitian kualitatif maka data dapat
Berdasarkan tipe data kualitatif maka terdapat cara pengumpulan data seperti
Berikut penjelasannya:
a. Observasi
indera yang dimiliki oleh manusia seperti panca indra penglihatan, pendengaran,
aktivitas, peristiwa, objek atau kondisi tertentu dan perasaan emosi seseorang.6
objek penelitian untuk melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan.7 Jadi,
dapat dipahami bahwa observasi adalah pengamatan langsung oleh panca indera
6
Sitti Mania, Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial (Cet. 1: Makassar: Alauddin
University Press 2013), h. 187.
7
Ridwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2015), h.
30.
33
manusia dengan tujuan untuk mengetahui kegiatan secara langsung. Observasi ini
observasi partisipasi untuk mengamati dan melihat secara langsung santri saat
b. Wawancara
c. Dokumentasi
yaitu berupa foto, catatan atau transkip, buku, surat kabar majalah dan dokumen
lainnya.
34
adalah sikap atau perhatian terhadap suatu benda, fakta, dan fenomena, sehingga
mudah dipahami.8 Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk memperoleh
Menurut Miles dan Huberman, bahwa ada tiga serangkaian kegiatan yang
a. Reduksi data
Reduksi data yaitu memilih data yang dianggap penting dan data yang
data yakni memilihi data yang pokok lalu fokus pada hal-hal yang penting.
b. Penyajian data
penelitian kualitatif penyajian data dilakukan dalam bentuk teks naratif dengan
tujuan informasi yang diperoleh lebih jelas dan lebih mudah untuk dipahami.
8
Andi Hidayat dkk, Analisis Pertumbuhan Zakat Pada Aplikasi Zakat Online Dompet
Dhuapa, (Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, vol. 6, no.30, 2020, h. 677.
9
Umar Sidiq, dkk: Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, h. 78
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2019), h. 351.
35
Informasi yang diperoleh dari lapangan disajikan dengan baik tanpa adanya
penelitian tertumpu pada penyajian data, kemudian semua data yang diperoleh
Pada penelitian ini, peneliti akan menyusun data yang relevan sehingga
menjadi informasi yang dapat diperoleh dan disimpulkan yang memiliki makna
c. Penarikan kesimpulan
masalah yang dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu. Setelah semua data
tujuan peneliti.
sebagai berikut :
a) Uji Kepercayaan
36
maupun yang baru. Apabila data yang sudah diperoleh selama ini dicek kembali
ternyata tidak benar, maka penelitian melakukan penelitian lagi yang lebih
b) Uji Keteralihan
Agar orang lain dapat memahami hasil dari penelitian kualitatif sehingga
laporan harus memberikan uraian yang sistematis yang rinci dan jelas. Dengan
demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersbut, sehingga dapat
c) Uji Kebergantungan
d) Uji Kepastian
dapat dilakukan secara bersamaan. Uji kepastian berarti menguji hasil penelitian,
fungsi dari proses penelitian maka penelitian ini telah memenuhi standar uji
kepastian.
BAB IV
mengakar dalam masyarakat yang berupaya untuk tetap eksis dengan menjadikan
lainnya.1
dari masyarakat Desa Batetangnga setelah mengenal ajaran Islam, sudah mengenal
karena itu, PB DDI Pusat segera membuat usulan dan rekomendasi dalam hal ini
adalah Gurutta KH. Abdurrahman Ambo Dalle bergabung dengan organisasi Darud
Da’wah wal Irsyad (DDI) usulan serta rekomendasi tersebut dengan mudah
diterima oleh masyarakat dan tokoh agama serta pemerintah setempat. Organisasi
Darud Da’wah wal Irsyad (DDI) dianggap sejajar dengan organisasi Nahdlatul
Ulama (NU) dan menjadi budaya masyarakat, maka pada 1 Januari 1960 Darud
Da’wah wal Irsyad ( DDI) cabang Kanang Desa Batetangnga Kec. Polewali Kab.
Polewali Mamasa (saat itu Kab. Polmas) dipimpin oleh pendiri utamanya yaitu:
1
Eka Racmawati dan Lilik Maftuhatin, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter,
Jurnal Pendidikan Islam, vol. 1. No. 1, Juni 2017, h. 19-20.
37
38
desa Batetangnga maka pada tanggal 1 Juli 1965 didirikanlah PGA 4 tahun.
cabang DDI Kanang dengan SK. PB. DDI No: PB\\\/B-II/62/I/1967. Seiring
berjalannya waktu, maka pada tahun ajaran 1977-1978 PGA beralih menjadi
No. 16 tahun 1978. Setelah beberapa tahun kemudian tepatnya tanggal 01 Januari
1986 berdirilah Madrasah Aliyah (MA) DDI Kanang dengan piagam pendirian
Madrasah No. 08/MA-IX/88 oleh Ka. Kanwil Departemen Agama Sulsel pada
KH. Abdurrahman Ambo Dalle (tokoh dan pendiri DDI). Beliau pun menyambut
dan menyetujui hal tersebut, maka pada tanggal 01 Januari 1988 dengan SK PB.
2
Sumber Data, Sejarah Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang, Dokumen, 2021.
39
DDI No: PB/B.II/86/XI//1988. Pada tanggal 1 November 1988 M/1 Rabiul Akhir
1409 H. maka resmilah berdiri Pondok Pesantren di desa Batetangnga yang oleh
Pesantren pertama.
yang khusyu’ dalam Dzikir dan Unggul dalam Pikir berdasarkan Nilai Ahlusunnah
Waljama’ah Addariyah”.
pengetahuan agama Islam lewat kitab-kitab klasik serta Hafiz Qur’an dan
Untuk mencapai visi, misi, motto dan budaya kerja, Ponpes DDI Al-Ihsan
Raudhatul Athfal (RA DDI Kanang), Madrasah Ibtidaiyah (MI DDI Kanang),
Madrasah Tsanawiyah (MTs DDI Kanang). ) dan Madrasah Aliyah (MA DDI
Kanang).
JENIS KELAMIN
1. Pimpinan Pondok 1 - 1
Wakil Pimpinan 1 - 1
2.
Pondok
3. Ustadz/Ustadzah 9 7 21
4. Tenaga Administrasi 4 4 8
6. Petugas Catering - 6 6
7. Security/Keamanan 2 - 2
TOTAL 43
Tabel 1
41
Pembina Pondok
Ustadz/
No. Jenis Kelamin Kyai Pembina
Ustadzah
1. Laki-laki 4 9 8
2. Perempuan - 7 8
Jumlah
Tabel 2
MA
Jenis RA DDI MI DDI MTS DDI
No DDI Jumlah
Kelamin Kanang Kanang Kanang
Kanang
Tabel 3
42
1. Asrama Putra 3
2. Asrama Putri 2
3. Ruang Pimpinan/Kiyai 1
4. Ruang Pengajian/Belajar 5
5. Ruang Kantor 5
7. Ruang Usaha 1
9. Ruang/Kamar Pembina 16
10. Masjid/Mushallah 2
11. Koperasi 1
12. Klinik 1
13. Perpustakaan 3
14. Laboratorium 2
43
Tabel 4
Unsur-unsur pokok pondok pesantren yaitu kiyai, masjid, santri, pondok dan kitab
Islam klasik (kitab kuning) adalah elemen unik yang membedakan sistem
menghafal al-Qur’an dan sebagainya yang dilaksanakan pada sore, malam dan
yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh pembina tahfidz
secara klasikal pada pagi-siang hari. Dalam sistem pendidikan madrasah ini, para
santri dibagi dalam beberapa tingkatan atau jenjang pendidikan, serta masing-
masing tingkat terdiri dari beberapa kelas. Tingkat atau jenjang pendidikan
sistem atau metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat kebutuhan serta
Kanang
terjaga kesuciannya dan memiliki kaidah bacaan yang baik. Begitu banyak
keutamaan yang diperoleh bagi orang-orang yang senantiasa dekat dengan al-
3
Sumber Data, Profil Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang tahun 2021.
46
baik. Oleh karena itu, butuh kemaksimalan dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an
sebagian santri yang memiliki kualitas hafalan yang kurang baik. Begitupun saat
bahwa kualitas hafalan al-Qur’an santri Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang
santri untuk menghafal al-Qur’an, akan tetapi santri juga memiliki kegiatan yang
lainnya seperti pengajian kitab, latihan dakwah, marawis dan latihan silat
sehingga waktu dalam menghafal dan mengulang hafalan al-Qur’an tidak banyak,
namun tidak keseluruhan santri memiliki hafalan al-Qur’an yang kurang baik ada
yang baik.5
4
Nur Nadifah, (39 Tahun), Pembina Tahfidz di Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 02 Agustus 2023.
5
Baharuddin, (25 Tahun), Pembina Tahfidz Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 03 Agustus 2023.
47
yang dimiliki santri Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang memang tidak sama
dengan santri yang mondok pada pesantren yang hanya mengkhususkan pada
hafalan saja. Karena santri juga memiliki kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan
masih banyak kegiatan lainnya seperti pengajian kitab kuning. Jadi, sangat
bersyukur jika ada santri yang memiliki hafalan yang lancar hingga 10 juz,
dengan adanya program tahsin. Jadi, tidak menutup kemungkinan semua santri
akan memiliki kualitas hafalan yang baik sehingga lebih meningkatkan hafalan al-
Qur’an santri.6
kualitas hafalan dari segi tajwid yakni panjang pendek serta penyebutan makhrajil
huruf terkadang masih keliru meskipun hafalannya sudah lancar disebabkan saat
hanya sebagian, ada juga yang sudah baik dari segi tajwid dan baik dari segi
kelancaran hafalannya. Peneliti juga mengamati bahwa ada beberapa santri yang
sehingga membuat hafalannya kurang lancar. Maka dalam hal ini penentu baik
buruknya kualitas hafalan seseorang bukan dari sedikit banyaknya hafalan yang
6
Nasrullah, (48 Tahun), Pimpinan Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang, Wawancara,
Batetangnga, 04 Agustus 2023.
48
dimiliki, namun bagaimana hafalan yang sudah tersimpan di dalam otak bisa
terjaga dengan baik dengan cara merutinkan dalam muroja’ah hafalan al-Qur’an.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa kualitas hafalan yang dimiliki oleh santri ada yang
sudah baik dari segi kelancaran hafalannya namun bacaannya masih ada yang
keliru dan belum sesuai dengan kaidah tajwid. Dan ada juga yang sudah baik dari
Pondok Pesantren bahwa semua pembina tahfidz di Pondok Pesantren DDI Al-
Ihsan Kanang merupakan hafidz hafidzah dan sudah berapa kali menjuarai
a. Memberikan Motivasi
semangat dan motivasi baik dari segi menghafalnya maupun dari segi
bacaannya yang masih keliru.”7
sehingga salah satu peranan seorang pembina adalah memberikan motivasi agar
yang diberikan kepada santri tidak hanya mengenai perkara akhirat, tetapi
motivasi yang bersifat dunia juga penting agar lebih bersemangat meningkatkan
kualitas hafalannya.
memperbaiki bacaan al-Qur’an santri baik dari segi kaidah tajwid maupun dari
berjumlah 2 orang. Dalam hal ini santri dan santriwati dibagi menjadi 2 kelompok
dan masing-masing kelompok terdiri dari kurang lebih 20 santri yang dibimbing
oleh satu pembina tahfidz. Melalui observasi, peneliti menemukan upaya yang
7
Nasrullah, (48 Tahun), Pimpinan Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang, Wawancara,
Batetangnga, 04 Agustus 2023.
8
Nur Nadifah, (38 Tahun), Pembina Tahfidz di Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 02 Agustus 2023.
50
kelompok dibagi lagi menjadi beberapa kelompok karena kualitas hafalan yang
dmiliki santri berbeda-beda, yang belum memiliki kualitas hafalan yang baik akan
hafalan al-Qur’an. Jika hafalan tidak diulang maka proses mengulangnya sama
halnya dengan menambah hafalan baru. Oleh karena itu salah satu peranan
pengulangan hafalan kepada santri untuk lebih meningkatkan kualitas hafalan al-
hafalan yang sebelumnya telah dihafalkan yakni jika pagi hari menyetorkan
hafalan baru maka sore harinya mengulangi hafalan yang sebelumnya minimal 10
halaman kemudian esok harinya berlanjut untuk menambah hafalan baru dan
begitu seterusnya.
bagi pembina untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada santri terkait strategi
yang digunakan dalam menghafal al-Qur’an. dalam hal ini peneliti memperoleh
al-Qur’an adalah kitab yang suci yang mudah dihafalkan bagi orang-orang yang
bersih dari dosa. Dalam hal ini peneliti memperoleh informasi dari hasil
wawancara dengan pembina tahfidz bahwa “kita sebagai pembina tahfidz selain
memberikan motivasi kepada santri agar lebih semangat dalam menghafal al-
Qur’an, selanjutnya bila dalam proses penyetoran hafalan ada yang keliru baik
dari segi tajwid atau makhrajil huruf maka pembina tahfidz akan menegur
hafalan yang telah dihafalkan sebelumnya atau hafalan yang sudah lama sbelum
maksiat serta berbagi ilmu dan pengalaman yang di dapatkan dari pondok dan
dunia perlombaan.
Naik turunnya suatu hafalan itu bisa terjadi karena banyak hal atau
disebabkan karena faktor kelelahan yang membuat tidak nyaman dan tidak fokus
ketika menghafal atau mengulang kembali hafalan yang telah didapat atau karena
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu
1) Kemampuan awal
yang bacaan al-Qur’an dan hafalannya sudah baik ketika masuk dipondok
pesantren dan adapula yang harus dibimbing dari awal. Oleh karena itu salah satu
faktor pendukung yang dimiliki oleh santri di Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan
Kanang dalam meningkatkan kualitas hafalan santri adalah kemampuan awa yang
53
mencakup kualitas hafalan. Seperti yang disampaikan oleh pembina tahfidz bahwa
santri yang sudah memiliki hafalan dan lancar akan mudah saat menyetorkan
hafalan kepada pembina, begitupun dengan santri yang sudah memiliki dasar yang
baik maka akan lebih mudah mengarahkan sehingga dapat memiliki kualitas
2) Suasana Hati
3) Fokus
agar benar-benar fokus hanya pada mengingat hafalannya, sehingga sesuai dengan
utama dalam meningkatnya kualitas hafalan adalah fokus dalam menghafal al-
Qur’an, karena dengan fikiran fokus maka akan lebih mudah mengingat urutan
ayat yang dihafalkan dan tidak banyak yang tersendat ketika menyetorkan hafalan
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu penghafal al-
Qur’an, meliputi :
11
Nur Nadifah, (38 Tahun), Pembina Tahfidz di Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 02 Agustus 2023.
12
Baharuddin, (25 Tahun), Pembina Tahfidz Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 03 Agustus 2023.
54
1) Manajemen Waktu
Qur’an santri adalah dengan manajemen waktu. salah satu faktor pendukung
utama yang dapat meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an santri adalah dengan
akan mendapatkan hasil yang maksimal pula. Hal ini diketahui dari hasil
demi menjaga semangat anak dalam proses menghafal al-Qur’an. dan salah satu
Motivasi dari orang-orang terdekat ini tidak hanya dari teman sebayanya dan
ustadz-ustadzah saja, yang lebih penting juga ialah motivasi dari orangtua yang
atas segala hal yang bermanfaat bagi anak seperti menjadi seorang hafidz-
hafidzah, hal yang demikian merupakan aset bagi orangtua di dunia maupun di
akhirat ketika mempunyai anak yang hafidz Qur’an. Oleh karena itu dalam proses
dan derajat orangtua nya di dunia maupun di akhirat. Seperti yang dikatakan oleh
pimpinan ponpes DDI Al-Ihsan Kanang bahwa seorang santri ketika sudah
menjadi imam masjid didaerah tempat tinggalnya ketika memiliki kualitas hafalan
yang mumpuni.14
santri yang masuk kategori 10 besar memiliki kualitas hafalan yang baik, baek
menyetorkan hafalan maka akan diberikan hadiah perhargaan berupa uang saku
dan bingkisan sehingga dapat memotivasi santri yang lainnya agar lebih semangat
a. Faktor Internal
1) Rasa malas
sifat malas yang sering kali muncul apalagi ketika merasa jenuh dan bosan. Rasa
malas adalah hambatan yang seringkali ditemukan bagi santri yang belum terbiasa
14
Nasrullah, (48 Tahun), Pimpinan Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang, Wawancara,
Batetangnga, 04 Agustus 2023.
15
Baharuddin, (25 Tahun), Pembina Tahfidz Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 03 Agustus 2023.
56
ulang bacaan yang sama. Rasa malas ini sangat susah dihilangkan jika tidak
berusaha untuk melawannya. Sifat lupa itu sudah menjadi hakikatnya manusia
seperti seorang penghafal al-Qur’an, tapi bukan berarti dengan lupa lantas
pada penghafal al-Qur’an adalah sengajaa ucuh pada hafalannya dan tidak mau
berusaha mengulangnya. Maka rasa malas adalah hal yang harus dihindari oleh
diingatan dan lancarnya hafalan ketika menyetor adalah disebabkan rutin dalam
mengulang hafalan.16
2) Tidak konsentrasi
Setiap santri memiliki titik fokus berbeda-beda. Ada yang bisa konsentrasi
dalam menghafal ketika tidak ada suara yang lain atau hening dan ada pula yang
bisa konsentrasi meskipun ada suara lain yang mengganggu. Oleh karena itu salah
16
Nur Nadifah, (38 Tahun), Pembina Tahfidz di Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 02 Agustus 2023.
57
satu faktor penghambat santri dalam menghafal al-Qur’an adalah banyak fikiran
Ihsan Kanang tersebut masjid yang digunakan santri dalam menghafal al-Qur’an
untuk anak yang baru belajar menghafal al-Qur’an. dan saat peneliti mengamati
banyak santri yang ketika menghafal al-Qur’an sangat kesulitan untuk konsentrasi
disebabkan suara santri TPA yang lebih dominan saat sedang belajar al-Qur’an.
b. Faktor Eksternal
1) Kurangnya Motivasi
Al-Ihsan Kanang bahwa motivasi itu ada dua macam yaitu motivasi dari diri
sendiri dan motivasi yang berasal dari orang lain. Motivasi itu timbul dari
kurangnya perhatian dari keluarga sehingga kurang semangat dan kurang motivasi
Hal ini sering terjadi pada anak yang memiliki permasalahan pada
keluarga, sehingga perhatian dan motivasi dari keluarga pun sangat minim.
Dampaknya selain motivasi dari keluarga, maotivasi dari diri sendiri juga akan
berkurang sehingga santri mudah merasa jenuh dan mudah menyerah untuk
17
Nasrullah, (48 Tahun), Pimpinan Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang, Wawancara,
Batetangnga, 04 Agustus 2023.
58
motivasi dari diri sendiri sangat minim maka seseorang akan sulit mencapai apa
Dalam sehari 24 jam. Ini berlaku untuk semua orang. Jadi setiap orang
harus menjalaninya dalam kurun waktu 24 jam ini. Kaitannya dengan menghafal
al-Qur’an adalah waktu yang telah ditentukan ini harus dioptimalkan semaksimal
mungkin. Hal ini diketahui dari pembina tahfidz pondok pesantren DDI Al-Ihsan
Kanang bahwa :
3) Pengaruh Teman
Begitupula santri yang ada di Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang, di tengah
semangat santri dalam menghafal atau muroja’ah al-Qur’an, salah satunya adalah
sehingga waktu bersama al-Qur’an sangat sedikit. Hal ini diketahui dari hasil
wawancara dengan pembina tahfidz bahwa salah satu faktor penghambat santri
18
Nur Nadifah, (38 Tahun), Pembina Tahfidz di Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 03 Agustus 2023.
19
Baharuddin, (25 Tahun), Pembina Tahfidz Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 03 Agustus 2023.
59
memiliki dukungan dan hambatan, baik dukungan dan hambatan yang disebabkan
PENUTUP
A. Simpulan
1. Kualitas hafalan yang dimiliki oleh santri Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan
Kanang ada beragam, ada yang sudah baik dari segi tajwidnya namun
hafalannya tidak lancar dan ada yang sudah baik dari segi kelancaran
hafalannya namun dari segi bacaan tajwid dan makhrail hurufnya masih
kurang dan adapula yang sudah baik kualitas hafalannya baek dari segi
a. Motivator
menghindari maksiat
kualitas hafalan al-Qur’an terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan
faltor eksternal.
60
61
a. Faktor Pendukung
1. Faktor Internal :
a) Kemampuan awal
c) Fokus
2. Faktor Eksternal :
a. Manajemen waktu
b. Faktor Penghambat
1. Faktor Internal :
a) Rasa malas
b) Tidak konsentrasi
2. Faktor Eksternal :
a) Kurangnya motivasi
B. Implikasi Penelitian
1) Dengan banyaknya santri yang bacaannya belum sesuai kaidah tajwid serta
kualitas hafalannya.
santri TPA.
63
DAFTAR PUSTA
Andi Hidayat dkk, Analisis Pertumbuhan Zakat Pada Aplikasi Zakat Online
Dompet Dhuapa, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, vol. 6, no.30, 2020.
Bahrul Alami Herry, Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal Al-Qur’an, Solo: PSQ
Publising, 2014.
Christeward Alus, Peran Lembaga Adat Dalam Pelestarian Kearifan Lokal Suku
Sahu di Desa Balisoan Kecamatan Sahu Kabupaten Kalimantan Barat,
Jurnal: Acta Diurna, Vol.3, No.4, 2014.
Misbahul Munir, Ilmu dan Seni Qira’atil Qur’an, Pedoman Bagi Qari’-Qari’ah
Hafidz Hafidzah, dan Hakim Dalam MTQ, Semarang: Binawan, 2015.
Muhammad Nu’am, Kilat & Kuat Menghafal Al-Qur’an Terjemah Juz Dan
Tajwid Praktis, Surakarta: Media Group, 2014.
Nila Rosita dkk, Upaya Pembina Tahfidz Dalam Menyikapi Problematika Siswa
Menghafal Al-Qur’an di MA Nurussa’adatain Nahdlatul Wathan Gonjong,
Jurnal Kependidikan dan Pemikiran Islam Vol. 2 No. 1, 2023.
Nunik Syifa Fauziah dkk, Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan
Al-Qur’an Pada Santri Pondok Pesantren Daarul Riyadhoh Ar-Rosyady,
Koloni: Jurnal Multidisiplin Ilmu, Vol. 1, No. 4, 2022.
Siti Rahma Bahrin, Upaya Guru Tahfidz Dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan
Al-Quran Pada Santri Tahfidz Pondok Pesantren Ibn Zauji, Jurnal Agama
dan Pendidikan Islam vol. 14, no.1, 2022.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
67
Pedoman Wawancara
Untuk Pembina Tahfidz Pondok Pesantren
DDI Al-Ihsan Kanang