Anda di halaman 1dari 84

PERANAN PEMBINA TAHFIDZ DALAM MENINGKATKAN KUALITAS

HAFALAN AL-QUR’AN SANTRI PADA PONDOK PESANTREN


DDI AL-IHSAN KANANG KECAMATAN BINUANG
KABUPATEN POLEWALI MANDAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAI DDI Polewali Mandar

Oleh:
NURILAHI
NIM: 19.1.1.0621.0069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAI DDI POLEWALI MANDAR
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penelitian Saudari Nurilahi (Nim. 19.1.1.0621.0069), Mahasiswa


Program Studi Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam DDI Polewali Mandar, setelah meneliti dan
mengoreksi secara seksama skripsi penelitian berjudul “Peranan Pembina
Tahfidz dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Al-Qur’an Santri pada
Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang Kecamatan Binuang Kabupaten
Polewali Mandar” memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-
syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diujiankan.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.

Pembimbing I Pembimbing II

H. Mujahid, Lc., M.A. Zulkiflih, S.Pd.I., M.Pd


NIDN: 2128098001 NIDN: 2108058803

Diketahui Oleh:
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAI DDI Polewali Mandar

Hiljati Arif, S.Ag., M.Pd.I


NIDN: 2125027101

ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurilahi

NIM : 19.1.1.0621.0069

Tempat/Tanggal Lahir : Lemo Tua, 13 Agustus 1999

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Alamat : Desa Kuajang, Kecamatan Binuang

Judul : Peranan Pembina Tahfidz dalam Meningkatkan

Kualitas Hafalan Al-Qur’an Santri pada Pondok

Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar

adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini

merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau

seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Polewali, 09 Agustus 2023

Penyusun,

Nurilahi
NIM: 19.1.1.0621.0069

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan taufiq, hidayah, dan inayah-Nya, kepada penyusun sehingga dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Peranan Pembina Tahfidz dalam

Meningkatkan Kualitas Hafalan Al-Qur’an Santri pada Pondok Pesantren

DDI Al-Ihsan Kanang” Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program

sarjana (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan DDI Polewali Mandar. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah

kepada Nabi besar Muhammad SAW. para sahabat, keliarga serta pengikutnya

hingga akhir zaman yang kita harapkan syafaatnya di dunia dan akhirat.

Suatu kebanggaan dan kebahagian tersendiri bagi penyusun karena dapat

menyelesaikan skripsi ini meskipun masih banyak kekurangan dan jauh dari kata

sempurna. Namun berkat usaha dan doa dari berbagai pihak yang membantu dan

membimbing, maka semua halangan dapat teratasi. Oleh karena itu, penyusun

menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Kedua Orang Tua, ayahanda tercinta Nadir bin Kadir dan ibunda tersayang

Buba binti Samauna yang telah memberikan dukungan baik material,

mendidik beserta doa yang tiada hentinya.

2. Bapak Prof. Dr. H. Anwar Sewang, M.Ag selaku rektor Institut Agama

Islam DDI Polewali Mandar dan jajarannya yang telah memimpin kampus

tercinta.

3. Ibu Hiljati Arif, S.Ag., M.Pd.I selaku dekan fakultas tarbiyah dan ilmu

keguruan beserta stafnya yang telah memimpin fakultas di kampus.

iv
4. Ibu Nurzamsinar, S.Pd.I., M.Pd.I selaku ketua prodi Pendidikan Agama

Islam IAI DDI Polewali Mandar yang telah memimpin jurusan tempat

penulis menimba ilmu.

5. Bapak H. Mujahid, Lc., M.A. selaku dosen Pembimbing I dan Bapak

Zulkiflih, S.Pd.I., M.Pd selaku dosen Pembimbing II yang senantiasa

menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberi arahan dan

membimbing penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Para dosen, staf dan asisten dosen yang senantiasa membimbing dan

mendidik selama penulis menimba ilmu di IAI DDI Polewali Mandar.

7. Pimpinan Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang serta para pembina

tahfidz yang senantiasa meluangkan waktunya dan bersedia menjadi

informan dalam skripsi ini.

8. Para sahabat dan kawan-kawan yang senantiasa memberikan semangat dan

bantuannya kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini maka

kritik dan saran sangat diharapkan dalam penyempurnaan skripsi ini.

Polewali, 09 Agustus 2023

Penyusun,

Nurilahi
NIM: 19.1.1.0621.0069

v
DAFTAR ISI

SAMPUL

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

ABSTRACT ..................................................................................................... x

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ............................................. 5

C. Rumusan Masalah............................................................................ 7

D. Tujuan Penelitian. ............................................................................ 7

E. Manfaat Penelitian. .......................................................................... 8

F. Kajian Penelitian Terdahulu. ............................................................ 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Peranan Pembina Tahfidz ................................................................ 12

B. Pengertian Kualitas Hafalan Al-Qur’an .......................................... 18

C. Indikator Kualitas Hafalan Al-Qur’an ............................................. 22

D. Kerangka Pikir. ................................................................................ 25

vi
BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................................ 27

B. Lokasi Penelitian ............................................................................. 27

C. Jenis Data dan Sumber Data. ........................................................... 28

D. Informan Penelitian. ........................................................................ 28

E. Instrumen Penelitian. ....................................................................... 29

F. Teknik Pengumpulan Data. .............................................................. 30

G. Teknik Analisis Data. ...................................................................... 31

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang.............................. 35

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan. ................................................... 43

1. Kualitas hafalan al-Qur’an santri pada Pondok Pesantren DDI Al-

Ihsan Kanang ................................................................................... 43

2. Peranan pembina tahfidz dalam meningkatkan kualitas hafalan al-

Qur’an santri pada Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang. ........ 46

3. Faktor pendukung dan penghambat santri dalam meningkatkan

kualitas hafalan al-Qur’an santri pada Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan

Kanang............................................................................................. 50

BAB V. PENUTUP

A. Simpulan .......................................................................................... 58

B. Implikasi Penelitian ......................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian dari LPPM

Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian.

Lampiran 4. SK Pembimbing.

viii
ABSTRAK

NURILAHI, Peranan Pembina Tahfidz dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan


Al-Qur’an Santri pada Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang Kecamatan
Binuang Kabupaten Polewali Mandar, dibimbing oleh H. Mujahid dan Zulkiflih

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas hafalan al-Qur’an


santri pada pondok pesantren DDI Al-Ihsan Kanang dan mendeskripsikan peranan
pembina tahfidz dalam meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an santri pada
Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang. Adapun metode penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Berdasarkan tujuan
penelitian ini datanya berupa hasil wawancara dari para informan, kemudian
dianalisis dengan menggunakan tiga tahapan yaitu; 1. Reduksi Data, 2. Penyajian
Data, 3. Verifikasi Data dan Penarikan Kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini adalah (1) Kualitas hafalan al-Qur’an santri
pondok pesantren DDI Al-Ihsan Kanang ini beragam, ada yang sudah baik dari
segi tajwidnya akan tetapi belum baik dari segi kelancaran hafalannya dan ada
pula yang sudah lancar hafalannya akan tetapi bacaan al-Qur’annya belum sesuai
kaidah tajwid dan ada pula yang sudah baik dari segi bacaan al-Qur’annya
maupun kelancaran hafalannya. 2) Peranan pembina tahfidz dalam meningkatkan
kualitas hafalan al-Qur’an santri pada Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang
yaitu dengan memberikan motivasi, membimbing bacaan al-Qur’an santri dengan
program tahsin, memperbaiki bacaan al-Qur’an santri yang keliru dan
mengarahkan santri untuk senantiasa mengulang hafalannya.

Kata Kunci: Peranan Pembina Tahfidz dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Al-
Qur’an Santri

ix
ABSTRACT

NURILAHI, The Role of Tahfidz Coaches in Improving the Quality of


Memorization of the Al-Qur'an Santri at DDI Al-Ihsan Kanang Islamic Boarding
School, Binuang District, Polewali Mandar Regency, supervised by H. Mujahid
and Zulkiflih

This study aims (1) to describe the quality of memorization of the Koran by
students at the DDI Al-Ihsan Kanang Islamic Boarding School; (2) to describe the
role of tahfidz coaches in improving the quality of students' memorization of the
Koran at DDI Al-Ihsan Kanang Islamic Boarding School. The research method is
a descriptive qualitative research. Based on the purpose of this research, the data
is in the form of interview results from informants, then analyzed using three
stages, namely; 1. Data reduction, 2. Data presentation, 3. Data verification and
conclusion drawing.
The results of this study are 1) The quality of memorization of the Qur'an by the
DDI Al-Ihsan Kanang Islamic Boarding School students varies, some are already
good in terms of recitation but not good in terms of fluency of memorization and
some are already fluent in memorizing but their reading is not yet according to the
rules of tajwid and some are already good in terms of reading and fluency of
memorization. 2) The role of tahfidz coaches in improving the quality of students'
memorization of the Koran at the DDI Al-Ihsan Kanang Islamic Boarding School
is by providing motivation, guiding students' reading of the Koran with the tahsin
program, correcting students' wrong reading of the Koran and direct students to
always repeat their memorization.

Keywords: The Role of Tahfidz Coaches in Improving the Quality of Santri's Al-
Qur'an Memorization

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

saw. penutup para nabi dan rasul, melalui perantaraan Malaikat Jibril, yang ditulis

dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada umat muslim secara mutawatir,

dan mempelajarinya adalah suatu ibadah serta dapat membawa manusia kejalan

yang benar dan berperilaku sesuai tuntunan yang ditetapkan dalam al-Qur’an,

Kitab suci yang terjaga kemurniannya hingga akhir zaman. Sebagaimana firman

Allah dalam al-Quran (QS. Al-Hijr/15: 9)

‫ٱلذ ْكحر حوإِّ اَّن لحهُ حلحَِّٰفظُون‬


ِّ ‫إ اَّن حَنن نحازلْنا‬
‫ُْ ح‬
Terjemahnya:

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya


kami benar-benar memeliharanya.1

Berdasarkan ayat diatas Allah swt menjelaskan bahwa al-Qur’an telah

terjamin kemurniannya selama-lamanya Allah swt memberi garansi bahwa dia

akan senantiasa menjaga al-Qur’an sepanjang masa. Dalam hal ini penjagaan

Allah terhadap al-Qur’an bukan berarti Allah swt yang menjaga langsung fase-

fase penulisan ayat al-Qur’an, tetapi melibatkan para hamba-Nya untuk senantiasa

ikut menjaga al-Qur’an tersebut. Salah satu bentuk realisasinya Allah swt

mempersiapkan manusia-manusia pilihan Allah yang akan menjadi penghafal al-

Qur’an dan menjaga kemurnian kalimat serta bacaannya.

1
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Hafalan dan Terjemah ( Bandung; Cordoba, 2019) h.
269

1
2

Al-Qur’an secara Harfiah berarti ”bacaan yang sempurna” tidak ada

satupun bacaan yang dapat menyaingi bacaan al-Qur’an, yang sempurna lagi

mulia. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang mudah untuk dihafal dan difahami.

Karena di dalam lafadz-lafadz al-Qur’an, redaksi dan ayatnya mengandung

keindahan dan kenikmatan, kemudahan, sehingga mudah untuk dihafal bagi

orang-orang yang ingin menghafalnya, menyimpannya di dalam hati dan

menjadikan hatinya sebagai tempat al-Qur’an.2 Allah swt berfirman di dalam Al-

Qur’an (QS Al-Qamar/54: 17) :

ِّ ِّ‫ولححق ْد ي اسرحَّن الْ ُقراَٰ حن ل‬


‫لذ ْك ِّر فح حه ْل ِّم ْن ُّم ادكِّر‬ ْ ْ ‫ح ح‬
Terjemahnya:

Dan sungguh, telah kami mudahkan al-Qur'an untuk peringatan, maka


adakah orang yang mau mengambil pelajaran.3

Ayat diatas menjelaskan bahwa siapa saja yang mempunyai keinginan

dekat dengan al-Qur’an ingin mempelajari al-Quran, pasti Allah akan memberikan

kemudahan, dalam hal membaca al-Qur’an, menghafalkan al-Qur’an, memahami

dan mentadabburi isinya serta mengetahui semua keajaiban-keajaiban yang

terkandung di dalam al-Qur’an.

Mempelajari al-Qur’an adalah Kewajiban. Dan ada banyak keutamaan

dalam mempelajari al-Qur’an, salah satunya mendapatkan pemahaman yang

benar, sesungguhnya al-Qur’an adalah kitab yang suci, murni yang setiap kali

orang muslim membacanya, mencintai dan menghafalnya maka Allah swt aka

mengkaruniakan kepadanya berupa pemahaman yang benar Allah tidak

2
Yusuf Mansur, Dahsyatnya Membaca dan Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Zikrul Hakim,
2016), h. 151.
3
Kementrian Agama RI, Al-Quran Hafalan dan Terjemah (Bandung: Cordoba, 2019), h.
529.
3

memberikan kepada semua manusia namun Allah hanya memberikan kepada

ahlullah (ahli Allah) yang mereka adalah ahli Qur’an (penghafal al-Qur’an).4

Sebagaimana firman Allah swt. dalam (QS Al-Baqarah/2: 269).


ۤ
‫ْمةح فح حق ْد اُْوِِّتح حخْي ًرا حكثِّْي ًرا ۗ حوحما يح اذ اك ُر‬
‫ح‬ ‫ك‬ِّ‫ال‬
ْ ‫ت‬
‫ْمةح حم ْن يا حش ُ ح ح ْ ُّ ْ ح‬
‫ؤ‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫م‬‫و‬ ۚ ‫ء‬ ‫ا‬ ‫الك ح‬
ِّْ ‫يُّ ْؤتِّى‬
ِّ ‫اِّاَّلٓ اُولُوا ْاَّلحلْب‬
‫اب‬ ‫ح‬
Terjemahnya :

Allah Menganugerahkan Al-Hikmah (kepahaman tentang al-Qur’an dan


as-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan barangsiapa yang
telah dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah di anugerahi karunia yang
banyak, dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran.5

Makna dari kata “hikmah” adalah sesuatu yang dapat menjauhkan diri dari

kebodohan. Maka hendaknya sebagai seorang muslim yang berilmu dan

senantiasa selalu beribadah kepada Allah swt dengan cara mempelajari al-Qur’an

terlebih lagi menghafalkannya. Seperti yang dibayangkan oleh masyarakat pada

umumnya menghafal al-Quran bukanlah perkara yang sulit, sebab anak-anak,

orang dewasa, remaja, bahkan orang tua pun mampu menghafalkan al-Qur’an.6

Namun, dalam proses menghafal al-Qur’an akan ada saja kendala yang

disebabkan oleh berbagai permasalahan. Baik itu karena waktu yang tidak cukup,

lemahnya otak dalam menghafal, lingkungan yang tidak mendukung, serta segala

bentuk maksiat yang merajalela dimana-mana sehingga hilangnya hafalan al-

Qur’an santri yang telah dihafalkan. Hal inilah yang terkadang membuat para
4
Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi (Al-Hafizh), Revolusi Menghafal Al-Qur’an,
(Surakarta: Insan Kamil, 2018), h. 34.
5
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Hafalan dan Terjemah (Bandung: Cordoba, 2019),
h.34.
6
Izzatul Umniyah, Strategi Peningkatan Kualitas Hafalan Al-Qur’an Bagi Mahasiswa,
Studi Kasus di PPTQ Putri Nurul Furqon Klojen, Skripsi (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim,
2018), h. 5.
4

penghafal al-Qur’an merasa kesulitan dalam mencapai target kualitas hafalan yang

telah direncanakan.

Dalam menghafal al-Qur’an tidak hanya sekedar kelancaran saja, tetapi

yang lebih utama adalah kualitas hafalannya. Hafalan al-Qur’an dianggap

memiliki kualitas yang baik apabila saat melantunkan al-Qur’an sesuai dengan

kaidah tajwid, fashohah, bacaannya tartil dengan baik dan lancar. Oleh karena itu

pembina tahfidz sangat berperan untuk membimbing bacaan al-Qur’an santri serta

memberikan semangat dan motivasi dalam menjalankan proses menghafal al-

Qur’an.

Kualitas hafalan yang kurang baik bisa dilihat ketika menghafalkan al-

Qur’an tidak sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, cara pengucapan dan pelafalannya

tidak jelas serta saat membaca al-Qur’an tidak lancar dan tidak tartil (tergesa-

gesa). Namun tidak dipungkiri hal ini masih banyak terjadi kepada para penghafal

al-Qur’an, baik dari sisi kelancaran hafalannya ataupun bacaannya yang tidak

sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, termasuk Santri pada Pondok Pesantren DDI

Al-Ihsan Kanang. Sebagaimana observasi pada tanggal 10 Maret 2023 peneliti

mengamati, ada beberapa santri yang belum mencapai kualitas hafalan al-Qur’an

yang baik, baik dari segi makhrajil huruf yang masih keliru, kaidah ilmu tajwid

yang tidak sesuai maupun dari segi kelancaran hafalannya yang masih tersendat

ketika menyetorkan hafalannya kepada guru atau pembina tahfidz, maka dalam

hal ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peranan

Pembina Tahfidz Dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan al-Qur’an Santri pada


5

Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali

Mandar.”

A. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus penelitian

Fokus penelitian adalah sebagai pusat masalah pada penelitian sehingga

penelitian dapat berjalan dengan baik dan terarah sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai. Fokus penelitian ini melibatkan santri dan pembina tahfidz dalam rangka

menjawab pertanyaan penelitian yang terkait dengan peran pembina tahfidz. Hal

ini sesuai dengan judul penelitian yang telah ditetapkan yakni “Peranan Pembina

Tahfidz dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Al-Qur’an Santri Pada Pondok

Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali

Mandar”.

2. Deskripsi fokus

Agar mempermudah untuk memahami yang menjadi fokus penelitian ini,

berikut dipaparkan deskripsi fokus sebagai berikut:

a. Peranan

Peranan adalah tindakan dari sebuah peran. Apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, berarti ia telah

menjalankan suatu peranan. Peranan juga dapat diartikan suatu konsep atas apa

yang dilakukan oleh individu dalam sebuah lembaga atau organisasi.

Pengertian peranan menurut soekanto peran lebih banyak menunjukkan

fungsi, penyesuaian diri sebagai suatu proses, jadi lebih tepatnya bahwa seseorang
6

menduduki suatu posisi atau jabatan dalam masyarakat dan menjalankan suatu

peranan.7

b. Pembina Tahfidz

Pembina tahfidz yaitu orang yang membina atau guru yang memiliki ilmu

pengetahuan di bidang al-Qur’an dan berinteraksi langsung dengan penghafal al-

Qur’an saat proses pembelajaran, yang menanamkan nilai-nilai pembelajaran

islam yang berkaitan dengan al-Qur’an dan mengarahkan serta mengajarkan

tentang bagaimana cara membaca dan menghafal al-Qur’an dengan baik dan

sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

c. Kualitas Hafalan Al-Qur’an

Dalam penelitian ini, kualitas hafalan yang dimaksud adalah nilai yang

menjadi penentu baik tidaknyanya sebuah hafalan al-Qur’an yang dimiliki oleh

santri. Kualitas hafalan meliputi kefashihan ketika membaca al-Qur’an,

kesesuaian bacaan al-Qur’an ketika menyetorkan hafalan seperti kaidah tajwid,

makhrajil huruf yang jelas, ghorib, fashahah, bacaan tartil dengan baik dan lancar

ketika menyetorkan hafalan al-Qur’an.

d. Santri

Kata santri itu berasal dari kata “cantrik” yang berarti seseorang yang

selalu mengikuti guru kemana guru pergi dan menetap dengan tujuan dapat belajar

suatu keilmuwan kepadanya. Secara umum pengertian santri adalah orang yang

7
Christeward Alus, Peran Lembaga Adat Dalam Pelestarian Kearifan Lokal Suku Sahu di Desa
Balisoan Kecamatan Sahu Kabupaten Kalimantan Barat, (Jurnal: Acta Diurna, Vol.3, No.4,
2014), h. 5.
7

belajar dan mendalami agama islam di lingkungan pesantrian (pesantren) tempat

belajar dan menuntut ilmu para santri.8

Jika dilihat dengan tradisi pesantren, terdapat dua kelompok santri yaitu

santri mukim dan santri kalong. Santri mukim adalah murid-murid yang berasal

dari daerah yang jauh dan menetap dipesantren, yang biasanya sudah memilkul

tanggung jawab mengurusi kegiatan dipesantren seperti mengajar santri-santri

muda dengan al-Qur’an atau kitab. Santri kalong adalah murid yang berasal dari

desa sekitarnya yang biasanya mereka tidak menetap dipesantren kecuali waktu-

waktu belajar.9

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas hafalan al-Qur’an santri pada Pondok Pesantren DDI

Al-Ihsan Kanang?

2. Bagaimana peranan pembina tahfidz dalam meningkatkan kualitas hafalan

al-Qur’an santri pada Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang?

3. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat santri dalam meningkatkan

kualitas hafalan al-Qur’an santri pada Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan

Kanang?

8
Mansur Hidayat, Model Komunikasi Kyai Dengan Santri Di Pesantren, (Jurnal
Komunikasi Aspikom, Vol 2, No 6, 2016) h. 387.
9
Muhammad Dony Purnama dkk, Implementasi Metode Pembelajaran Al-Qur’an Bagi
Santri Usia Tamyiz di Kuttab Al-Fatih Bantarjati Bogor, (Jurnal Prosiding Al Hidayah Pendidikan
Agama Islam), Vol.1, No.2B, 2019), h. 5.
8

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kualitas hafalan al-Qur’an santri pada Pondok

Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang.

2. Untuk mengetahui peranan pembina tahfidz dalam meningkatkan kualitas

hafalan al-Qur’an santri pada Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat santri dalam

meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an santri pada Pondok Pesantren

DDI Al-Ihsan Kanang.

D. Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis, diantaranya :

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai karya ilmiah Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

kajian bagi pembina dipondok pesantren dan orang tua santri agar lebih

maksimal dalam mendidik anak sebagai generasi Qur’ani.

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau bahan rujukan untuk

penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pimpinan Pondok

Sebagai masukan dan bahan evaluasi dalam mengambil kebijakan-

kebijakan untuk lebih meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an santri.


9

b. Bagi Pembina

Sebagai bahan evaluasi untuk dapat memberikan pengajaran yang lebih

baik lagi kepada santri, membimbing serta memotivasi sehingga dapat

meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an santri.

c. Bagi Santri

Sebagai bahan motivasi bagi santri untuk bisa memperbaiki bacaan al-

Qur’an dengan lebih baik lagi dan lebih semangat dalam menjalani proses

menghafal al-Qur’an.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan judul

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menurut Siti Rahma Bahrin, “Upaya Guru Tahfidz dalam Meningkatkan

Kualitas Hafalan Al-Quran Pada Santri Tahfidz Pondok Pesantren Ibn

Jauzi”. (Dramaga Bogor, 2022). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana upaya guru tahfidz dalam meningkatkan kualitas hafalan al-

Qur’an santri pada Pondok Pesantren Ibn Jauzi, dan apa saja yang menjadi

hambatan serta solusinya. Metode yang digunakan pada penelitian ini

adalah pendekatan studi lapangan dan menggunakan penelitian kualitatif.

Sebagai data primernya adalah guru tahfidz, dan data sekundernya adalah

kepala yayasan dan siswa tahfidz, dengan tekhnik pengumpulan data yang

dilakukan adalah observasi dan wawancara mendalam. Hasil dari penelitian

ini menunjukkan bahwa upaya guru tahfidz dalam meningkatkan kualitas

hafalan santri dilakukan dengan cara: menekankan niat, memotivasi santri,


10

murojaah terus menerus dan talaqqi dihadapan guru. Berdasarkan deskripsi

tersebut terdapat persamaan antara peneliti dengan penelitian terdahulu,

yaitu sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun

perbedaannya, objek penelitian yang digunakan pada penelitian terdahulu

ini yaitu upaya yang dilakukan guru tahfidz dalam meningkatkan kualitas

hafalan al-Qur’an santri. Sedangkan objek penelitian yang digunakan

peneliti yaitu peranan seorang pembina tahfidz dalam meningkatkan

kualitas hafalan al-Qur’an santri.10

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nila Rosita, Muh Zulkifli dan H. Hakkul

Yakin, “Upaya Pembina Tahfidz dalam Menyikapi Problematika Siswa

Menghafal Al-Qur’an di MA Nurussa’adatain Nahdlatul Wathan Gonjong”.

(Lombok Timur, 2023). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

problematika siswa dalam menghafal al-Qur’an di MA Nurussa’adatain

Nahdlatul Wathan Gonjong dan bagaimana upaya pembina tahfidz dalam

mengatasi problematika siswa menghafal al-Qur’an. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif,

instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara dan

dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan

data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Adapun

persamaannya yaitu sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Adapun perbedaannya, pada penelitian terdahulu, objek penelitiannya yaitu

10
Siti Rahma Bahrin, Upaya Guru Tahfidz Dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Al-
Quran Pada Santri Tahfidz Pondok Pesantren Ibn Zauji (Jurnal Agama dan Pendidikan Islam vol.
14, no.1, 2022), h. 90.
11

upaya yang dilakukan pembina tahfidz dalam menyikapi problematika

siswa menghafal al-Qur’an.11

3. Penelitian yang dilakukan oleh Nunik Syifa Fauziah, Fahmi Irfani, dan

Kamaluddin, “Upaya Guru dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Al-

Qur’an Pada Santri Pondok Pesantren Daarul Riyadhoh Ar-Rosyady”.

(Bogor, 2022). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya

dan metode yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas hafalan al-

Qur’an serta faktor pendukung dan penghambat dalam proses menghafal

al-Qur’an pada santri Pondok Pesantren Daarul Riyadhoh Ar-Rosyady.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif deskriptif ini menggunakan

metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun persamaannya

yaitu sama-sama menjadikan hafalan al-Qur’an sebagai variabel dependen

dan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. adapun letak

perbedaannya yaitu pada penelitian terdahulu objek penelitian yang

digunakan adalah upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas

hafalan al-Qur’an santri.12

11
Nila Rosita dkk, Upaya Pembina Tahfidz Dalam Menyikapi Problematika Siswa
Menghafal Al-Qur’an di MA Nurussa’adatain Nahdlatul Wathan Gonjong (Jurnal Kependidikan
dan Pemikiran Islam Vol. 2 No. 1, 2023), h. 19.
12
Nunik Syifa Fauziah dkk, Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Al-
Qur’an Pada Santri Pondok Pesantren Daarul Riyadhoh Ar-Rosyady (Koloni: Jurnal Multidisiplin
Ilmu, Vol. 1, No. 4, 2022), h. 95.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Peranan Pembina Tahfidz

a. Definisi Peranan

Kata peranan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang

memiliki arti tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa atau

dapat juga diartikan bagian yang dimainkan oleh pemain.

Menurut Soejono Soekanto bahwa peranan meliputi tiga hal, diantaranya :

1. Peranan dapat diartikan sebagai perilaku individu dalam sktruktur sosial

masyarakat

2. Peranan meliputi norma-norma dalam masyarakat. Peranan disini diartikan

sebagai rangkaian yang membimbing seseorang dalam kehidupan

3. Peranan ada suatu konsep tentang apa yang akan dilakukan individu dalam

suatu kedudukan.1

Sementara peranan yang dimaksud dalam penelitian ini ialah perilaku

pembina tahfidz dalam meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an santri di Pondok

Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang.

b. Definisi Pembina

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembina berasal dari kata bina

yang artinya bangun. Ketika diberi awal me- berarti membina, artinya

membangun, mendirikan, mengusahakan agar menjadi lebih baik. Sehingga

1
Jeffriansyah Dw Sahputra Amory, Peranan Gender Perempuan dalam Pembangunan di
Sulawesi Barat, (Growth: Jurnal Ilmiah Ekonomi Pembangunan, Vol.1, No.1, 2019), h. 5-6

12
13

pembina dapat di artikan orang yang bertindak dan membantu proses, tindakan

dan kegiatan yang dilakukan berguna untuk membantu memperoleh hasil yang

lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya peningkatan, kemajuan,

pertumbuhan dan berbagai kemungkinan yang berkembang atas sesuatu.2

Dari pengertian diatas terdapat dua unsur, yakni pembina itu orang yang

bertindak membantu proses untuk suatu tujuan dan kedua, pembina itu yang

menunjukka kepada perbaikan atas sesuatu.

c. Definisi Tahfidz

1. Pengertian Tahfidz

Kata tahfidz yang berarti menghafal merupakan asal kata dari kata dasar

dalam bahasa arab hafidzo-yahfadzu-hifdzan yang artinya memelihara, menjaga

dan menghafal. Kata hafal merupakan lawan dari kata lupa. Hafal yaitu

membacanya diluar kepala tanpa melihat kitab. Sedangkan menurut istilah tahfidz

adalah proses menghafal sesuatu kedalam ingatan dengan metode tertentu

sehingga dapat diucapkan diluar kepala maka orang yang menghafal al-Qur’an

disebut hafidz atau huffadz al-Qur’an artinya yang menjaga al-Qur’an.3

Menghafal al-Qur’an atau tahfidz adalah suatu perbuatan yang mulia dan

sangat terpuji. Orang yang menghafal al-Qur’an merupakan salah satu hamba

yang Ahlullah dimuka bumi ini. Itulah mengapa diperlukan metode-metode

khusus dalam menghafalnya karena tidaklah mudah dalam menghafal al-Qur’an.

selain itu harus juga disertai dengan doa kepada Allah swt agar diberi kemudahan

2
Nur Sakinah, (Epa Sumarni,2016) Penerapan Fungsi Actuating Pesantren dalam Upaya
Pembinaan Tahfidz, (Anida: Jurnal Aktualisasi Nuansa Ilmu Dakwah, Vol.17, No.1, 2019), h. 7.
3
Andrias Nurkamil Albusthomi, Tinjauan Penyelenggaraan Tahfidz Al-Qur’an di
Sekolah, (Jurnal Textura, Vol.6, No.1, 2019), h. 28.
14

dalam menghafalkan ayat-ayatnya. Sebab antara kalimat satu dengan kalimat yang

lain selalu ada kemiripan demikian juga dengan kalimat yang panjang-panjang

bahkan mencapai sampai empat baris tanpa adanya waqaf wal ibtida. Karena itu

dibutuhkan ke uletan dan kedisiplinan dalam menghafal al-Qur’an.4 Sebagamana

firman Allah swt dalam al-Qur’an (QS Al-a’Raaf/204:176) :

ِّ ْ‫ئ الْ ُقراَٰ ُن فحاستح ِّمعوا لحه واحن‬


َ‫صتُ ْوا لح حعلا ُك ْم تُ ْر حَحُْون‬ ِّ
‫ر‬ ‫ق‬
ُ ‫ا‬‫ذ‬
‫ح‬ ِّ‫وا‬
‫ْ ح‬ ُ ْ ْ ‫ح‬ ‫ح‬
Terjemahnya :
Dan apabila dibacakan al-Qur’an maka dengarkanlah dan diamlah, agar
kamu mendapat rahmat.5

2. Faedah Tahfidz

Ada beberapa faedah yang didapatkan oleh para tahfidz al-Qur’an diantara

faedah tersebut sebagai berikut :

a. Mendapatkan ridho Allah swt

b. Mendapatkan kebaikan serta keberkahan bagi para penghafalnya

c. Benteng dan perisai hidup

d. Membantu mengasah otak dan daya ingat

e. Menjadi sebaik-baik insan manusia

f. Mendapat ketenangan hati

g. Pedoman dalam menjalankan kehidupan6

4
Syafrizal, Yuslinar, Manfaat Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Terhadap Prestasi
Belajar Peserta Didik di Pasaman, (Jurnal Mau’izhah, Vol. Xl, No.1, 2021), h. 10.
5
Kementrian Agama RI, Al-Quran Hafalan dan Terjemah, (Bandung: Cordoba, 2019), h.
325.
6
Eny Nilawati, (2017), Tahfidz Al-Qur’an dan Tadabbur, Sidoarjo:Nizami
LearningCenter, h.1.
15

3. Posisi Tahfidz Al-Qur’an dalam Mempengaruhi Kecerdasan Anak

a. Tahfidz al-Qur’an akan melatih sensitifitas pendengaran. Semakin

sensitif indera pendengaran seseorang dengan mendengar ayat-ayat al-

Qur’an yang dibacakan maka semakin mudah pula seseorang menjadi

fasih mengulang bacaan yang ia dengarkan.nhal ini akan sangat

membantu untuk lebih cepat dan mudah berbahasa arab maupun yang

lain. Apabila seseorang sudah terlatih sensitif mendengar maka dia

akan lebih mudah dan cepat memahami secara benar nasehat pelajaran

dari para guru dan orang tuanya.

b. Tahfidz al-Qur’an melatih seseorang untuk berkonsentrasi tinggi.

Semakin banyak ayat yang ia hafalkan dan hafalannya terpelihara

dengan baik, berarti konsentrasinya semakin tinggi. Pada umumnya

semakin banyak ayat yang dihafal semakin cepat pula untuk menghafal

ayat-ayat yang lainnya.

c. Tahfidz al-Qur’an akan membantu seseorang mudah memahami al-

Qur’an ( sebagai pedoman hidup) dan dengan mudah menjadi seorang

yang bertaqwa. Apabila seseorang sudah hafal ayat-ayat al-Qur’an

berarti lafadz-lafadz petunjuk tersebut sudah ada dalam benaknya,

sehingga pada saat menggali pemahaman dan menjelaskan makna

ayat-ayat di dalam al-Qur’an dan hukum-hukumnya akan jauh lebih

mudah.7

7
Syafrizal, Yuslinar, Manfaat Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Terhadap Prestasi
Belajar Peserta Didik di Pasaman, (Jurnal Mau’izhah, Vol. Xl, No.1, 2021), h. 17-18
16

Begitu banyak faedah yang didapatkan ketika menghafal al-Qur’an selama

kita mampu menghafalkannya dengan niat yang ikhlas serta mampu menghafal

dengan bacaan yang benar dan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Maka dalam

proses menghafal al-Qur’an sangat dibutuhkan peranan pembina tahfidz agar bisa

membimbing santri dengan baik sehingga mencapai kualitas hafalan yang baik

dan sampai kepada target yang ingin dicapai.

Adapun beberapa peranan pembina tahfidz sebagai berikut:

d. Memperbaiki bacaan al-Qur’an santri

Dalam program menghafal al-Qur’an tidak semua santri memiliki hafalan

yang lancar dan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid ada yang sudah lancar

hafalannya namun bacaannya belum sesuai kaidah tajwid begitupula sebaliknya

ada yang sudah baik bacaannya namun belum lancar hafalannya, kemampuan

setiap santri berbeda-beda. Oleh karena itu, pembina tahfidz sangat berperan

untuk memperbaiki dan membenarkan bacaan yang disetorkan oleh santri. Baik

dari segi tajwid, makhrajill huruf, fashahah, maupun sesuatu yang berkaitan

dengan proses menghafal al-Qur’an.

e. Memberikan motivasi

Motivasi adalah dorongan yang berasal dari diri seseorang yang mendorong

untuk berbuat dan berusaha untuk mencapai apa yang akan dituju.

Menurut Chaplin motivasi adalah kecenderungan seseorang untuk

mencapai kesuksesan dan memperoleh tujuan akhir yang diinginkan, harapan

untuk berhasil dalam tugas yang diberikan serta dorongan untuk menghadapi
17

rintangan-rintangan dan melakukan pekerjaan secara cepat dan tepat.8 Jadi

disimpulkan bahwa pemberian motivasi oleh pembina tahfidz itu dapat

menjadikan santri lebih bersemangat dalam menghafal dan muroja’ah hafalan al-

Qur’an.

f. Membimbing santri dalam proses muroja’ah (mengulang hafalan)

Pada hakikatnya manusia adalah tempatnya lupa, karena sifat lupa

merupakan sifat yang sudah melekat pada diri manusia. Maka dalam hal menjaga

hafalan al-Qur’an agar tidak hilang, maka dengan mengulang hafalan secara

teratur adalah cara terbaik untuk mengatasi hal ini. Menurut KH. Muhaimin Zein

yang dikutip oleh A. Umar al-Faruq, menurutnya ada beberapa metode muroja’ah

yaitu :

a) Muroja’ah dengan menghafal

Selain usaha rutin untuk meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an, para

hafidz juga harus bisa meluangkan waktunya untuk mengulang hafalan yang telah

dihafalkan sebelumnya. Berikut beberapa teknik muroja’ah yang dapat digunakan

untuk menjaga hafalan yang sudah ada :

 Muroja’ah sendiri

 Muroja’ah ketika sendiri

 Muroja’ah bersama

 Muroja’ah ke guru atau muhaffidz

8
Didik Kurniawan dan Nanda Fitriana Lukya, (Atina Mahdiyya Thoefani,2018), Motivasi
Berprestasi Santri Tahfidz Qur’an Ma’had Al Kahfi dalam Menempuh Pendidikan di Man 1
Lampung, (Jurnal Pendidikan Profesi Guru Madrasah, Vol.2, No.2, 2022), h. 4.
18

b) Muroja’ah setelah menghafal

KH. A.Muhaimin Zen dalam bukunya metode Pengajaran Tahfidz Al-

Qur’an yang dikutip oleh Umar Al-Faruq bahwa ada beberapa jenis muroja’ah

yang didapatkan dari para hafidz Qur’an yang telah menyelesaikan hafalannya,

yaitu :

 Muroja’ah Fami’ Bi Syauqin

 Muroja’ah dalam sholat

 Muroja’ah dengan menyimak

g. Memberikan Penghargaan

Penghargaan yang dimaksud dalam hal ini apabila santri yang rutin

menyetorkan hafalan dan melebihi target yang telah ditetapkan maka diberikan

penghargaan baik berupa pujian maupun pemberian hadiah. Guna untuk lebih

memotivasi dalam menghafal al-Qur’an.

2. Pengertian Kualitas Hafalan Al-Qur’an

a. Kualitas

Secara etimologi kualitas diartikan dengan kenaikan tingkatan menuju ke

tingkatan yang lebih tinggi atau suatu perbaikan dan kemapanan. Sebab kualitas

mengandung makna bobot atau tinggi rendahnya sesuatu.9 Definisi lain tentang

kualitas dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah taraf baik buruknya sesuatu. Bisa

juga diartikan taraf, derajat, mutu. Maka berkualitas berarti bermutu naik.

Dalam hal ini kualitas yang dimaksud adalah kualitas hafalan. Jadi dapat

disimpulkan bahwa kualitas hafalan adalah sebuah hasil yang sesuai dengan

9
Lijan Poltak Sinambela, Profesionalisme Dosen dan Kualitas Pendidikan Tinggi, (Jurnal
Populis, vol.2, no.4, 2017), h. 586.
19

tujuan yaitu terwujudnya mutu hafalan terhadap isi al-Qur’an.10 Kualitas menjadi

tolak ukur dalam menilai baik tidaknya hafalan al-Qur’an seseorang dari segi

bacaan atau pelafalan huruf maupun dari segi tajwid dan kelancaran hafalan yang

dimiliki. Kualitas hafalan al-Qur’an dikatakan baik apabila bacaannya sudah

sesuai dengan tajwid, fasih, bacaannya lancar, dan target hafalannya dapat

terselesaikan dengan baik.

b. Hafalan

Secara bahasa hafalan berasal dari kata “al-hafiz” yang berarti menjaga,

memelihara. Menurut Abdul Aziz Abdul Ra’uf, definisi dari menghafal adalah

proses mengulang sesuatu baik dengan membaca atau mendengar.11 Kata hafalan

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti sesuatu yang dihafalkan

atau hasil menghafal dan menghafal merupakan usaha untuk meresapkan sesuatu

kedalam pikiran agar selalu ingat. Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa

hafalan adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar dan sungguh-sungguh

dengan kehendak hati untuk memasukkan hafalan kedalam ingatan. Sehingga

hafalan dapat diucapkan diluar kepala atau tanpa melihat kembali naskah yang

telah dihafalkan.12

Sedangkan menurut Muhammad Nu’am menghafal merupakan salah satu

hal yang sangat luar biasa yang dapat membuat akal kita hampir mirip akal

komputer. Saat mulai menghafal al-Qur’an secara teratur, akan semakin

10
Siti Inarotul Afidah, Fina Surya Anggraini, Implementasi Muraja’ah dalam
Peningkatan Kualitas hafalan Al-Qur’an di Pondolk Pesantren Amanatul Qur’an Pacet
Mojokerto, (Al-Ibrah: Jurnal Pendidikan dan Keilmuan Islam, Vol.7, No.1, 2022), h. 7.
11
Eva Fatmawati, (Umar, 2017), Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an, (Jurnal
Islamic Education Manajemen, Vol.4, No.1, 2019), h. 30.
12
Andrias Nurkamil Albusthomi, Tinjauan Penyelenggaraan Tahfidz Al-Qur’an di
Sekolah, h. 27.
20

memperlebar ruang memori untuk penyimpanan informasi baru dan bisa

menghafal lebih banyak.13

Ada beberapa hikmah yang diperoleh bagi orang yang menghafal al-

Qur’an. Adapun hikmahnya adalah sebagai berikut :

1. Al-Qur’an menjanjikan kebaikan dan keberkahan serta kenikmatan bagi

orang yang menghafalnya

2. Hafidz Qur’an merupakan ciri dari orang yang berilmu

3. Fasih dalam berbicara serta ucapannya akan terjaga dari hal-hal yang

kurang baik

4. Al-Qur’an telah memuat 77.439 kalimat. Jika semua penghafal al-Qur’an

memahami seluruh arti kalimat tersebut berarti ia sudah banyak menghafal

kosa kata bahasa arab, sama halnya ia menghafal kamus bahasa arab.

5. Hafidz Qur’an sering menjumpai kalimat-kalimat yang tinggi dan fasih

yang kemudian bisa menikmati karya sastra arab seperti syair yang indah,

yang tentunya banyak terdapat di dalam al-Qur’an.

6. Dalam al-Qur’an banyak kata-kata hikmah yang sangat berharga untuk

kehidupan. Dengan menghafal al-Qur’an berarti banyak menghafak kata-

kata indah.

7. Mudah menemukan contoh-contoh nahwu shorof dan juga balaghah dalam

al-Qur’an

8. Orang yang menghafal al-Qur’an akan selalu terasah otaknya dan mampu

menampung berbagai macam informasi.

13
Muhammad Nu’am, Kilat & Kuat Menghafal Al-Qur’an Terjemah Juz Dan Tajwid
Praktis, (Surakarta: Media Group, 2014), h. 16.
21

9. Dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat hukum, maka secara tidak langsung

orang yangmenghafal al-Qur’an akan menghafal ayat-ayat hukum, yang

demikian ini sangat berguna bagi orang yang ingin terjun ke bidang

hukum.

10. Al-Qur’an akan menjadi penolong (syafa’at) bagi para penghafalnya.14

c. Al-Qur’an

Al-Qur’an secara bahasa berasal dari bahasa arab yaitu qara’a-yaqra’u-

qur’anan yang artinya bacaan. Al-Qur’an adalah Wahyu Allah yang diturunkan

kepada nabi Muhammad saw melalui malaikat jibril untuk dijadikan petunjuk bagi

umat manusia yang tertulis dalam lembaran-lembaran dan disampaikan dengan

cara mutawatir dalam mushaf di mulai dengan Al-fatihah dan diakhiri dengan

surat An-Nas serta menjadi ibadah bagi yang membacanya.15

Dari pengertian diatas ada beberapa bagian unsur penting, yaitu:

1. Al-Qur’an adalah firman Allah swt.

2. Al-Quran adalah mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.

3. Al-Qur’an disampaikan secara mutawatir.

4. Membaca al-Qur’an merupakan ibadah.

5. Al-Qur’an diturunkan melalui malaikat Jibril.

Jadi disimpulkan bahwa kualitas hafalan al-Qur’an adalah nilai yang

menentukan baik buruknya ingatan hafalan al-Qur’an seseorang secara

14
Aida Imtihana, Implementasi Metode Jibril dalam Pelaksanaan Hafalan Al-Qur’an di
SD Islam Terpadu Ar-Ridho Palembang, (Tadrib: Jurnal Pendidikan agama Islam, Vol.2, No.2,
2016), h. 4
15
Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an, (Annaba:
Jurnal Pendidikan Islam, vol.4, no. 1, 2018), h. 56.
22

keseluruhan, menghafal al-Qur’an dengan sempurna, serta menekuni dan

merutinkan untuk mengulangi hafalan agar terhindar dari lupa.

Kualitas hafalan sangat berpengaruh pada proses menghafal al-Qur’an,

oleh karena itu dalam menghafal al-Qur’an hal yang harus diperhatikan adalah

bacaan, bacaan yang belum lancar, yang belum sesuai dengan kaidah ilmu tajwid

dan belum fasih dalam menyebutkan makhrajil huruf.

3. Indikator Kualitas Hafalan Al-Qur’an

Meningkatnya hafalan al-Qur’an seseorang ke taraf yang lebih tinggi

adalah harapan bagi setiap penghafal al-Qur’an, kemampuan menghafal al-Qur’an

seseorang dapat dilihat dari tiga aspek diantaranya : Kelancaran, kesesuaian

bacaan dengan kaidah tajwid, dan fashahah.

a. Kelancaran dalam menghafal al-Qur’an

Salah satu ingatan hafalan yang baik yaitu siap memproduksi hafalan al-

Qur’an dengan mudah saat dibutuhkan.16 Dan Seseorang dapat dikategorikan

memiliki kualitas hafalan yang baik apabila memiliki kriteria sebagai berikut :

1) Mampu menghafal al-Qur’an dengan sempurna dan bacaannya benar.

2) Mampu mengetahui nama surah yang dibacakan oleh orang lain.

3) Mampu mengetahui letak nomor ayat serta posisi ayat dalam mushaf.

4) Mampu mengoreksi bacaan orang lain dengan memperhatikan hukum

tajwid, makhraj huruf, dan lain-lain.

16
Bahrul Alami Herry, (2014), Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal Al-Qur’an, Solo: PSQ
Publising, h. 153-166
23

b. Kesesuaian bacaan dengan kaidah ilmu tajwid

Ilmu tajwid tak hanya berisi tentang panjang pendek bacaan dan dengung

tidaknya bacaan. tetapi lebih dari pada itu. Ilmu tajwid membahas hal-hal sebagai

berikut :

1) Makhrajil huruf, pada bagian ini membahas tentang tempat-tempat

keluarnya huruf hijaiyah.

2) Sifatul huruf, bagian ini membahas tentang Sifat atau keadaan mulut

ketika menyebut huruf hijaiyah.

3) Ahkamul huruf, bagian ini membahas tentang hukum-Hukum atau

kaidah bacaan antara huruf yang satu dengan yang lainnya

4) Ahkamul mad wa qasr, bagian ini membahas tentang Hukum panjang

dan pendeknya bacaan.17

c. Fashaha

1) Waqaf wa al-ibtida, tempat berhenti dan memulai bacaan al-Qur’an.

2) Mara’atul huruf wa al-harakat, Menjaga penyebutan huruf dan harakat.

3) Mara’atul kalimah wa al-ayat, Menjaga keberadaan kata dan ayat.18

Dalam menghafalkan al-Qur’an yang perlu diperhatikan adalah ketepatan

dalam melafadzkan ayat yang dibaca. Oleh karena itu salah satu indikator dalam

mencapai kualitas hafalan al-Qur’an yang baik yakni ketepatan dalam

melafadzkan sebuah ayat.

17
Misbahul Munir, Ilmu dan Seni Qira’atil Qur’an, Pedoman Bagi Qari’-Qari’ah Hafidz
Hafidzah, dan Hakim Dalam MTQ (Semarang: Binawan, 2015), h. 356-357.
18
Lilik Indra Purwati, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal Al-
Qur’an Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro”, Skripsi (IAIN Metro,2018), h. 13.
24

d. Dasar Hukum Menghafal Al-Qur’an

Beberapa alasan yang menjadi dasar hukum dalam menghafal al-Qur’an :

1. Menghafal al-Qur’an adalah landasan pertama ketika Rasulullah menerima

wahyu dari malaikat Jibril

2. Al-Qur’an adalah muara semua sistem dan undang-undang umat Islam

3. Menghafal al-Qur’an hukumnya fardhu kifayah

4. Jaminan kemurnian al-Qur’an19

e. Syarat Menghafal Al-Qur’an

Adapun syarat-syarat dalam menghafal al-Qur’an adalah :

1. Niat yang Ikhlas

2. Mendapat izin dari orang tua

3. Persiapan pribadi

4. Bacaan al-Qur’an yang baik dan benar

5. Tekad yang kuat

6. Memiliki sifat terpuji

7. Sabar

8. Istiqamah

9. Siap menjaga hafalan

10. Menjauhkan diri dari maksiat

19
Aida Imtihana, Implementasi Metode Jibril dalam Pelaksanaan Hafalan Al-Qur’an di
SD Islam Terpadu Ar-Ridho Palembang, h. 4.
25

f. Adab Penghafal Al-Qur’an

Menghafal al-Qur’an adalah perbuatan mulia disisi Allah swt. Pahala yang

diberikan Allah pun tidak main-main. Oleh karena itu, penting untuk menjaga

adab dalam menghafal al-Qur’an diantaranya:

1. Jiwanya bersih

2. Membersihkan diri sebelum menghafal

3. Menghafal ayat per ayat

4. Bertingkah laku terpuji

5. Zuhud

6. Menjaga pikiran sebaik mungkin agar tidak diganggu oleh angan-angan.20

g. Panduan Sebelum Menghafal Al-Qur’an

1. Tersenyum

Survei membuktikan bahwa orang yang lebih banyak dan mudah

tersenyum ternyata lebih mudah dan cepat menghafal al-Qur’an, dari pada orang

yan jarang tersenyum dan cenderung emosional (gampang marah). Sebab sekali

saja orang tersenyum banyak efek positif yang ditimbulkan. Tanpa kita sadari

senyum dapat menstimulasi otak dan hormon, yang kemudian menimbulkan

beragam efek positif bagi seseorang.21

2. Perbanyak minum air putih

Otak berfungsi untuk berfikir dan mengingat. Pakar gizi mengingatkan

jika tubuh kekurangan cairan (air) sebanya 1% saja dari bobot tubuh, maka akan

20
Aida Imtihana, Implementasi Metode Jibril dalam Pelaksanaan Hafalan Al-Qur’an di
SD Islam Terpadu Ar-Ridho Palembang, (Tadrib: Jurnal Pendidikan agama Islam, h. 5.
21
Tanzil Khairul Akbar dan Ardi Gunawan, Menghafal Al-Qur’an dengan Otak Kanan
(Jakarta: PT Gramedia, 2019) h. 45.
26

mengakibatkan otak menjadi lemot. Otak kita memiliki kandungan air kurang dari

75%. Sehingga kekurangan pasokan air keotak dapat mengakibatkan otak menjadi

kekurangan oksigen. Akibatnya, sel-sel otak menjadi kurang aktif dan tidak

berkembang bahkan juga bisa menciut. Hal itu menyebabkan otak tidak bisa

menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya jika tubuh kekurangan air. Hal

tersebut dapat mengakibatkan lupa sulit untuk konsentrasi dan menjadi lemot

pikirannya. Untuk itu agar memperbanyak minum air putih terutama dalam proses

menghafalkan al-Qur’an.

3. Pilih tempat yang nyaman

Pemilihan tempat dalam menghafal al-Qur’an juga memiliki peran penting

dan sangat signifikan ketika sedang menghafal al-Qur’an. jadi, carilah tempat

yang bersih, damai dan tenang. Pastikan tidak ada sesuatu hal yang dapat

mengganggu dan menyibukkan kita dari perhatian menghafal al-Qur’an ataupun

gerakan yang dapat membuat konsentrasi saat menghafal al-Qur’an menjadi pecah

dan tidak fokus. 22Hindari tempat yang membuat kita mudah mengantuk sehingga

seringkali menguap saat menghafalkan al-Qur’an, hindari keadaan terlalu kenyang

dan posisi bersandar dalam menghafal al-Qur’an karena dapat membuat kelelahan

dalam menghafalkan al-Qur’an.

4. Pilih waktu yang tepat

Memilih waktu saat menghafal al-Qur’an juga memiliki peran yang sangat

penting dan signifikan. Menurut penelitian, waktu yang paling baik untuk

menghafalkan al-Qur’an adalah satu jam sebelum subuh dan satu jam setelah salat
22
Tanzil Khairul Akbar dan Ardi Gunawan, Menghafal Al-Qur’an dengan Otak Kanan,
h. 47.
27

subuh. Karena di waktu tersebut otak masih segar belum terkontaminasi dengan

hal-hal yang lain sehingga dengan begitu fikiran menjadi fokus dan memudahkan

hafalan untuk masuk kedalam otak.

5. Pilih pembina tahfidz

Seperti halnya ketika ingin berbisnis, tentu akan mencari seorang mentor

yang dapat membimbing agar lebih sukses. Begitu juga pada saat hendak

menghafalkan al-Qur’an. harus ada seorang pembina tahfidz yang akan menegur

dan membenarkan hafalan al-Qur’-an, baik dari segi makhrajnya, panjang

pendeknya maupun berkaitan dengan proses menghafalkan al-Qur’an.

F. Kerangka Fikir

Kerangka fikir pada penelitian ini akan mengacu pada judul penelitian ini

yakni “Peranan Pembina Tahfidz dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Al-

Qur’an Santri Pada Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang Kecamatan Binuang

Kabupaten Polewali Mandar”. Dari judul penelitian ini, peneliti akan mencoba

meneliti tentang kualitas hafalan al-Qur’an santri dengan mengedepankan kaidah

yang benar seperti tajwid, fashahah, tartil dengan baik dan bacaannya yang lancar.

Permasalahan tersebut didukung dengan adanya peranan pembina tahfidz dalam

meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an santri. Dengan adanya pembenaran

tajwid dan fashahah pada kegiatan talaqqi, harapannya santri dapat menghafalkan

al-Qur’an dengan lancar, pelafalan yang baik serta sesuai dengan kaidah ilmu

tajwid, sehingga dapat menghasilkan kualitas hafalan yang lebih meningkat.


28

Adapun tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini sebagaimana yang

tecantum pada rumusan masalah. Dan hasil dari penelitian ini, akan menjadi

jawaban bagi tiga rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini.

Peneliti menggambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut :

Fashahah dan kaidah


tajwid yang benar

Kualitas Hafalan
Al-Qur’an
Tartil dengan baik dan
bacaannya lancar

Peranan pembina tahfidz


dalam meningkatkan kualitas
Peranan hafalan al-Qur’an santri
Pembina Tahfidz dengan membenarkan bacaan
al-qur’an santri, memberikan
motivasi dan membimbing
dalam proses muroja’ah.

Santri dapat menghafalkan al-


Hasil Qur’an dengan lancar,
pelafalan yang baik serta
kaidah tajwid yang benar.
Sehingga dapat menghasilkan
kualitas hafalan yang lebih
meningkat.

Gambar 1 : Bagan Alur Kerangka Pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis, Pendekatan dan Desain Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian lapangan yang

bersifat kualitatif deskriptif, yang bertujuan menggambarkan keadaan dan

menyajikan informasi yang sistematis tentang kondisi aktual dari objek yang

diteliti. 1Metode kualitatif sering disebut juga dengan penelitian naturalistik

karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).2

b. Pendekatan Penelitian

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang memfokuskan diri pada suatu

konteks fenomena yang terjadi secara menyeluruh.3

Ismail Suardi Wekke, dkk, dalam bukunya yang berjudul, metode

penelitian sosial juga menyebutkan bahwa salah satu ciri utama dari penelitian

kualitatif ialah lebih menekankan pada prosesnya, bukan pada hasil.4

c. Desain Penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif atau penelitian lapangan yang

bersifat deskriptif, maka desain penelitian yang digunakan adalah desain studi

kasus. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif atau penelitian

lapangan yang bermaksud untuk memberikan gambaran umum tentang bagaimana

1
Agung, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2017), h.
262.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung Alfabeta , 2019),
h. 17.
3
Samiaji Sarosa, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Kanisius, 2021), h. 7-8
4
Ismail Suardi Wekke, dkk., Metode Penelitian Sosial (Cet 1; Yogyakarta: Adi Karya
Mandiri, 2019), h. 40.

29
30

peranan seorang pembina tahfidz. Pada pengematan peneliti di lokasi penelitian

terlihat bahwa banyaknya santri yang masih keliru bacaan al-Qur’annya di saat

menghafalkan al-Qur’an, sehingga perlu dikaji lebih lanjut lagi hal yang melatar

belakangi masalah tersebut.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian merupakan tempat yang dilakukan untuk memperoleh

data-data penelitian. Penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan

Kanang Desa Batetangnga Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar.

C. Jenis Data dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini untuk menunjang

informasi dari peneliti adalah dengan dua cara, yaitu :

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang bersumber langsung dari obyek

penelitian baik dengan menggunakan metode observasi, wawancara maupun

dokumentasi tanpa adanya perantara sehingga data yang didapatkan benar-benar

akurat tanpa adanya unsur manipulasi.

Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah 2

orang pembina tahfidz dan 1 pimpinan pondok pesantren DDI Al-Ihsan Kanang.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data pendukung dari sumber data primer,

yang didapatkan melalui tulisan terkait dengan penelitian ini. Adapun yang

menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa buku, dokumen, koran,
31

media cetak, jurnal maupun data dari internet yang membahas tentang kualitas

hafalan santri.

D. Informan Penelitian

Adapun informan dalam penelitian ini yaitu pembina tahfidz dan pimpinan

pondok pesantren DDI Al-Ihsan kanang. Dalam penelitian ini jumlah yang akan

diminta dalam memberikan data penelitian adalah 2 orang pembina tahfidz dan 1

pimpinan pondok pesantren DDI Al-Ihsan Kanang.

E. Instrumen Penelitian

Pada dasarnya pengumpulan data adalah suatu kegiatan yang bersifat

operasional agar pelaksanaannya sejalan dengan makna penelitian yang

sesungguhnya. Data adalah perwujudan dari sejumlah informasi yang sengaja

dikumpulkan untuk menggambarkan kondisi tertentu beserta kegiatan lainnya.5

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan saat peneliti

melakukan penelitian di lapangan. Adapun instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

a. Pedoman observasi

Pedoman observasi digunakan untuk dapat memudahkan peneliti ketika

mengamati kualitas hafalan santri pada Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang

dengan menggunakan pedoman observasi.

b. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara adalah alat yang digunakan untuk dapat memudahkan

peneliti dalam mendapatkan informasi, sebelum melakukan wawancara pedoman

5
Hani Subakti, dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan (Cet, 1: Yayasan Kita Menulis,
2021), h. 84.
32

wawancara harus disiapkan agar peneliti tidak merasa kebingungan terkait apa

yang akan ditanyakan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data-data yang diperoleh di Pondok Pesantren DDI Al-

Ihsan Kanang berupa foto-foto maupun dokumen.

F. Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan yang dilakukan dalam sebuah

penelitian. Seperti halnua dalam proses penelitian kualitatif maka data dapat

diperoleh selama proses penelitian berlangusng melalui berbagai cara.

Berdasarkan tipe data kualitatif maka terdapat cara pengumpulan data seperti

observasi, wawancara atau interview maupun dokumentasi.

Berikut penjelasannya:

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan panca

indera yang dimiliki oleh manusia seperti panca indra penglihatan, pendengaran,

untuk mendapatkan informasi yang akurat terkait masalah yang terjadi

dilapangan, sehingga peneliti dapat memperoleh hasil observasi berupa kejadian,

aktivitas, peristiwa, objek atau kondisi tertentu dan perasaan emosi seseorang.6

Observasi juga dapat diartikan melakukan pengamatan secara langusng pada

objek penelitian untuk melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan.7 Jadi,

dapat dipahami bahwa observasi adalah pengamatan langsung oleh panca indera

6
Sitti Mania, Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial (Cet. 1: Makassar: Alauddin
University Press 2013), h. 187.
7
Ridwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2015), h.
30.
33

manusia dengan tujuan untuk mengetahui kegiatan secara langsung. Observasi ini

dilakukan di Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang Kecamatan Binuang

Kabupaten Polewali Mandar. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

observasi partisipasi untuk mengamati dan melihat secara langsung santri saat

proses pembelajaran tahfidz al-Qur‟an berlangsung.

b. Wawancara

Wawancara merupakan proses tanya jawab yang berlangsung antara

seorang pewawancara dan seorang informan yang bertujuan untuk memperoleh

sejumlah informasi terkait dengan perasaan, kepercayaan, fakta, keinginan, dan

sebagaimana yang dibutuhkan dalam memenuhi tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara mendalam agar mendapat

informasi. Wawancara ini digunakan dalam sebuah penelitian dengan mengajukan

beberapa pertanyaan yang sudah terstruktur, karena peneliti menggunakan

wawancara yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan data yang

diperlukan melalui pertanyaan yang sudah disiapkan.

Adapun yang menjadi obyek wawancara dalam penelitian ini adalah

pembina tahfidz/guru dan pimpinan pondok pesantren DDI Al-Ihsan kanang.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data yang terkait dengan masalah penelitian,

yaitu berupa foto, catatan atau transkip, buku, surat kabar majalah dan dokumen

lainnya.
34

G. Teknik Analisis Data

Analisis berarti mengkaji data yang diperoleh dari lapangan. Analisis

adalah sikap atau perhatian terhadap suatu benda, fakta, dan fenomena, sehingga

mampu menguraikan menjadi bagian-bagian serta mengenal kaitan bagian

tersebut dalam keseluruhan. Kemudian analisis juga dapat diartikan kemampuan

memecahkan sesuatu materi atau informasi menjadi bagian-bagian kecil sehingga

mudah dipahami.8 Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk memperoleh

data adalah teknik analisis deskriptif kualitatif.

Menurut Miles dan Huberman, bahwa ada tiga serangkaian kegiatan yang

dilakukan dalam analisis data yang terdiri dari sebagai berikut :9

a. Reduksi data

Reduksi data yaitu memilih data yang dianggap penting dan data yang

relevan dengan pertanyaan penelitian.10 Jadi, dapat dipahami bahwa mereduksi

data yakni memilihi data yang pokok lalu fokus pada hal-hal yang penting.

Reduksi data bertujuan untuk memudahkan peneliti yang kesulitan saat

memperoleh banyaknya data yang ada di lapangan.

b. Penyajian data

Setelah reduksi data, langkah selanjutnya adalah menyajikan data, pada

penelitian kualitatif penyajian data dilakukan dalam bentuk teks naratif dengan

tujuan informasi yang diperoleh lebih jelas dan lebih mudah untuk dipahami.

8
Andi Hidayat dkk, Analisis Pertumbuhan Zakat Pada Aplikasi Zakat Online Dompet
Dhuapa, (Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, vol. 6, no.30, 2020, h. 677.
9
Umar Sidiq, dkk: Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, h. 78
10
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2019), h. 351.
35

Informasi yang diperoleh dari lapangan disajikan dengan baik tanpa adanya

tambahan yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Penyajian data adalah suatu proses dalam penelitian kualitatif. seluruh

penelitian tertumpu pada penyajian data, kemudian semua data yang diperoleh

oleh peneliti akan disajikan dalam bentuk kalimat.

Pada penelitian ini, peneliti akan menyusun data yang relevan sehingga

menjadi informasi yang dapat diperoleh dan disimpulkan yang memiliki makna

yang mengarah kepada peranan pembina tahfidz dalam meningkatkan kualitas

hafalan al-Qur’ajn santri pada Pondom Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang

Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar.

c. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah jawaban dari rumusan

masalah yang dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu. Setelah semua data

terkumpul maka ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban akhir dari

permasalahan yang diteliti. Data yang diperoleh dapat dikembangkan melalui

beberapa teori-teori yang relevan untuk mendapatkan kesimpulan sesuai dengan

tujuan peneliti.

H. Pengujian Keabsahan Data

Pelaksanaan keabsahan data dilakukan atas dasar sejumlah criteria

tertentu. Ada empat criteria yang digunakan, yakni kepercayaan, keteralihan,

kebergantungan, dan kepastian. Adapun tekhnik pengujian keabsahan data adalah

sebagai berikut :

a) Uji Kepercayaan
36

Dengan perpanjangan pengamatan peneliti akan kembali kelapangan

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber yang pernah ditemui

maupun yang baru. Apabila data yang sudah diperoleh selama ini dicek kembali

ternyata tidak benar, maka penelitian melakukan penelitian lagi yang lebih

mendalam, sehingga diperoleh data yang pasti akan kebenarannya.

b) Uji Keteralihan

Agar orang lain dapat memahami hasil dari penelitian kualitatif sehingga

kemungkinan menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat

laporan harus memberikan uraian yang sistematis yang rinci dan jelas. Dengan

demikian maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersbut, sehingga dapat

memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut

ditempat yang lain.

c) Uji Kebergantungan

Penelitian kualitatif ini, uji kebergantungan dilakukan dengan melakukan

audit terhadap keseluruhan proses penelitian.

d) Uji Kepastian

Dalam penelitian kualitatif uji kepastian disebut dengan uji objektivitas

penelitian. Uji kepastian mirip dengan uji keberuntungan, sehingga pengujiannya

dapat dilakukan secara bersamaan. Uji kepastian berarti menguji hasil penelitian,

dikaitkan dengan proses yang dilakukan, apabila hasil penelitian merupakan

fungsi dari proses penelitian maka penelitian ini telah memenuhi standar uji

kepastian.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang

a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang

Pondok pesantren merupakan lembaga tertua di Indonesia dan sudah

mengakar dalam masyarakat yang berupaya untuk tetap eksis dengan menjadikan

perannya sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia, lembaga dakwah dan

lembaga pembentukan karakter. Pendidikan pondok pesantren merupakan tempat

kegiatan keagamaan dan memberikan kesempatan kepada para santri dalam

mengembangkan potensi dengan berbagai kegiatan dan pembelajaran keagaaman

lainnya.1

Latar belakang berdirinya Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang, berawal

dari masyarakat Desa Batetangnga setelah mengenal ajaran Islam, sudah mengenal

budaya organisasi Nahdlatul Ulama (NU) dan Ahlusunnah Wal-jama'ah. Oleh

karena itu, PB DDI Pusat segera membuat usulan dan rekomendasi dalam hal ini

adalah Gurutta KH. Abdurrahman Ambo Dalle bergabung dengan organisasi Darud

Da’wah wal Irsyad (DDI) usulan serta rekomendasi tersebut dengan mudah

diterima oleh masyarakat dan tokoh agama serta pemerintah setempat. Organisasi

Darud Da’wah wal Irsyad (DDI) dianggap sejajar dengan organisasi Nahdlatul

Ulama (NU) dan menjadi budaya masyarakat, maka pada 1 Januari 1960 Darud

Da’wah wal Irsyad ( DDI) cabang Kanang Desa Batetangnga Kec. Polewali Kab.

Polewali Mamasa (saat itu Kab. Polmas) dipimpin oleh pendiri utamanya yaitu:

1
Eka Racmawati dan Lilik Maftuhatin, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter,
Jurnal Pendidikan Islam, vol. 1. No. 1, Juni 2017, h. 19-20.

37
38

1. Almarhum H. Nota D. selaku tokoh Agama dan pendidik

2. Almarhum H. Lallo selaku tokoh Agama dan masyarakat

3. Mahmuddin selaku pemerintah setempat (Kepala Desa Batetangnga)

4. H. Sarailah selaku tokoh pendidik.2

Menyikapi keinginan masyarakat dan pemerintah daerah untuk

meningkatkan pembangunan pendidikan nasional (umum dan agama) di wilayah

desa Batetangnga maka pada tanggal 1 Juli 1965 didirikanlah PGA 4 tahun.

Setahun kemudian, pada 1 Januari 1966, organisasi DDI membuka kembali TK

(RA) DDI Kanang, bersamaan dengan dibangunnya Madrasah Ibtidaiyah (MI)

DDI Kanang. Diresmikan pada tahun 1967 sekaligus pembentukan pengurus

cabang DDI Kanang dengan SK. PB. DDI No: PB\\\/B-II/62/I/1967. Seiring

berjalannya waktu, maka pada tahun ajaran 1977-1978 PGA beralih menjadi

Madrasah Tsanawiyah (MTs) DDI Kanang berdasarkan SK Menteri Agama RI

No. 16 tahun 1978. Setelah beberapa tahun kemudian tepatnya tanggal 01 Januari

1986 berdirilah Madrasah Aliyah (MA) DDI Kanang dengan piagam pendirian

Madrasah No. 08/MA-IX/88 oleh Ka. Kanwil Departemen Agama Sulsel pada

tanggal 30 November 1988 yang di pimpin oleh Almarhum. H. Nota D.

Keadaan tersebut memotivasi pengurus DDI cabang Kanang, tokoh

masyarakat dan pemerintah setempat untuk membangun dan mendirikan pondok

pesantren. Niat tersebut disampaikan langsung oleh H. Nota D. Kepada Gurutta

KH. Abdurrahman Ambo Dalle (tokoh dan pendiri DDI). Beliau pun menyambut

dan menyetujui hal tersebut, maka pada tanggal 01 Januari 1988 dengan SK PB.

2
Sumber Data, Sejarah Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang, Dokumen, 2021.
39

DDI No: PB/B.II/86/XI//1988. Pada tanggal 1 November 1988 M/1 Rabiul Akhir

1409 H. maka resmilah berdiri Pondok Pesantren di desa Batetangnga yang oleh

Gurutta Muchtar Badawi memberi nama “Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan

Kanang Kab. Polmas” sekaligus beliaulah yang menjadi Pimpinan Pondok

Pesantren pertama.

b. Visi dan Misi Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang

Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang mempunyai Visi “Terbentuknya Insan

yang khusyu’ dalam Dzikir dan Unggul dalam Pikir berdasarkan Nilai Ahlusunnah

Waljama’ah Addariyah”.

Adapun Misi untuk Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang yakni:

1. Menyelenggarakan proses pendidikan yang mengutamakan keteladanan

dan akhlaqul karimah;

2. Mereposisikan/mengembalikan mabda’ Pesantren DDI sebagai pusat

pendidikan, da’wah, sosial dan pusat kajian Islam;

3. Melahirkan santri yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta

pengetahuan agama Islam lewat kitab-kitab klasik serta Hafiz Qur’an dan

mampu mengamalkan ajarannya;

4. Menumbuhkan kemampuan santri dalam menguasai bahasa Arab dan

Inggris serta kemandirian dalam hidup bermasyarakat;

5. Meningkatkan profesionalisme Pengasuh, Pembina, Asatidzah, Pengelolah

dan tenaga pendidik lainnya.

Untuk mencapai visi, misi, motto dan budaya kerja, Ponpes DDI Al-Ihsan

Kanang telah membina beberapa lembaga pendidikan formal antara lain:


40

Raudhatul Athfal (RA DDI Kanang), Madrasah Ibtidaiyah (MI DDI Kanang),

Madrasah Tsanawiyah (MTs DDI Kanang). ) dan Madrasah Aliyah (MA DDI

Kanang).

c. Potensi Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang

Keadaan Sumber Daya Manusia (SDM) Pondok

JENIS KELAMIN

N0 JABATAN LAKI- JUMLAH


PEREMPUAN
LAKI

1. Pimpinan Pondok 1 - 1

Wakil Pimpinan 1 - 1
2.
Pondok

3. Ustadz/Ustadzah 9 7 21

4. Tenaga Administrasi 4 4 8

5. Petugas Baitul Maal 2 2 4

6. Petugas Catering - 6 6

7. Security/Keamanan 2 - 2

TOTAL 43

Tabel 1
41

Pembina Pondok

Ustadz/
No. Jenis Kelamin Kyai Pembina
Ustadzah

1. Laki-laki 4 9 8

2. Perempuan - 7 8

Jumlah

Tabel 2

Santri Mukim tahun 2021/2022

MA
Jenis RA DDI MI DDI MTS DDI
No DDI Jumlah
Kelamin Kanang Kanang Kanang
Kanang

1. Laki-laki - - 112 41 153

2. Perempuan - 3 130 56 186

Jumlah 3 242 97 342

Tabel 3
42

Keadaan Fasilitas Sarana

Keadaan Kondisi Fisik

No Ruangan/ Bangunan Tidak


Ada Baik Buruk
Ada

1. Asrama Putra  3

2. Asrama Putri  2

3. Ruang Pimpinan/Kiyai  1

4. Ruang Pengajian/Belajar  5

5. Ruang Kantor  5

6. Ruang Kegiatan Santri  1

7. Ruang Usaha  1

9. Ruang/Kamar Pembina  16

10. Masjid/Mushallah  2

11. Koperasi  1

12. Klinik  1

13. Perpustakaan  3

14. Laboratorium  2
43

15. MCK Pembina  11

16. MCK Santri  10

17. Kendaraan Roda Empat  2

18. Lapangan Sepak Bola  1

19. Lapangan Basket dan Volly  1

Tabel 4

d. Sistem Pendidikan di Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang

Pondok pesantren juga memiliki unsur-unsur pokok yang harus dimiliki.

Unsur-unsur pokok pondok pesantren yaitu kiyai, masjid, santri, pondok dan kitab

Islam klasik (kitab kuning) adalah elemen unik yang membedakan sistem

pendidikan pesantren dengan lembaga pendidikan lainnya.

Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang memiliki 2 sistem pendidikan yang

terbagi menjadi 2 jalur, yakni;

1) Jalur Pendidikan Pondok (kepesantrenan)

Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang melaksanakan program takhassus

kepesantrenan, sebuah istilah yang digunakan dalam membina program khusus

diluar pendidikan formal di Madrasah seperti pengajian kitab kuning, program

menghafal al-Qur’an dan sebagainya yang dilaksanakan pada sore, malam dan

pagi hari sebelum melaksanakan aktivitas pendidikan formal. Program takhassus

yang dimaksudkan adalah:


44

a. Qira’ah al-Mumtaz adalah program bagi siswa baru pada tingkat

Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah maupun Madrasah Aliyah

yang masih sangat terbatas dalam kemampuan membaca al-Qur’an.

b. Tahsin al-Qira’ah adalah program bagi santri yang memiliki

kemampuan suara yang indah dan bacaan al-Qur’an yang telah

memenuhi kaidah-kaidah tajwid.

c. Tahfidz al-Qur’an adalah program menghafal al-Qur’an bagi santri

yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh pembina tahfidz

untuk mengikuti program tersebut.

d. Qira’ah al-Kutub adalah program pengajian dan pengkajian kitab-kitab

klasik (kitab kuning) diantaranya adalah: Al-Jurumiyah, ‘Imrithi, Ta’lim

al-Muta’allim, Fathu al-Qarib, Bulug al-Maram, Kifayah al-Akhyar,

Tafsir al-Jalalain, Tafsir Ibn Katsir, dan Riyad al-Salihin.

e. Tamrin al-Kitabah atau latihan pidato adalah program pembinaan para

santri dalam upaya menyampaikan pesan dakwah kepada masyarakat,

sehingga diharapkan para alumni dapat mengemban amanah sebagai

pendakwah dalam menyampaikan risalah Allah swt.

f. Lembaga Bahasa Asing adalah suatu lembaga yang dibentuk secara

khusus dan bertanggung jawab mengasah kemampuan percakapan

santri dalam bahasa asing (Arab-Inggris) dalam lingkungan pesantren.

Kaitan dengan kemampuan bahasa ini menjadi kegiatan rutin dan

bahasa keseharian di dalam pondok pesantren.


45

2) Jalur pendidikan Madrasah (formal).

Jalur pendidikan madrasah adalah sistem pendidikan yang dilaksanakan

secara klasikal pada pagi-siang hari. Dalam sistem pendidikan madrasah ini, para

santri dibagi dalam beberapa tingkatan atau jenjang pendidikan, serta masing-

masing tingkat terdiri dari beberapa kelas. Tingkat atau jenjang pendidikan

tersebut yakni tingkat Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI),

Madrasah Tsanawiyah (MTs), Dan Madrasah Aliyah (MA). Untuk tingkat

Madrasah Diniyyahnya adalah Ula, Wustha dan Ulya. Penyampaian materi

pelajaran di madrasah dan sekolah DDI Al-Ihsan Kanang menggunakan beberapa

sistem atau metode pengajaran yang sesuai dengan tingkat kebutuhan serta

memandang efektivitas dari pemakaian metode tadi. Beberapa variasi metodelogi

diantaranya adalah: Metode klasikal, metode ceramah, metode tanya-jawab,

metode diskusi, metode demonstrasi, dan metode latihan.3

B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Kualitas Hafalan Al-Qur’an Santri pada Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan

Kanang

Al-Qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada umat manusia yang

terjaga kesuciannya dan memiliki kaidah bacaan yang baik. Begitu banyak

keutamaan yang diperoleh bagi orang-orang yang senantiasa dekat dengan al-

Qur’an, menghafalkan al-Qur’an serta mengamalkan isinya, baik diperoleh di

dunia maupun di akhirat.

3
Sumber Data, Profil Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang tahun 2021.
46

Sebagai seorang santri, dituntut untuk mampu menghafalkan al-Qur’an,

seperti santri yang mondok di Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang

Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar,

Dalam menghafal al-Qur’an sangat ditunjang oleh kualitas hafalan yang

baik. Oleh karena itu, butuh kemaksimalan dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an

serta melancarkan hafalan. Begitupula yang dilakukan oleh santri Pondok

Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali

Mandar. Saat melakukan penelitian di lokasi, peneliti mengamati masih ada

sebagian santri yang memiliki kualitas hafalan yang kurang baik. Begitupun saat

melakukan wawancara dengan pembina tahfidz peneliti mendapat informasi

bahwa kualitas hafalan al-Qur’an santri Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang

masih kurang baik, baik dari segi bacaan maupun kelancarannya.4

Hasil wawancara dengan pembina tahfidz yang lainnya peneliti

memperoleh informasi bahwa kualitas hafalan al-Qur’an santri kurang baik

disebabkan Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang tidak hanya memfokuskan

santri untuk menghafal al-Qur’an, akan tetapi santri juga memiliki kegiatan yang

lainnya seperti pengajian kitab, latihan dakwah, marawis dan latihan silat

sehingga waktu dalam menghafal dan mengulang hafalan al-Qur’an tidak banyak,

namun tidak keseluruhan santri memiliki hafalan al-Qur’an yang kurang baik ada

juga yang mampu menyelesaikan hafalan al-Qur’annya dengan kualitas hafalan

yang baik.5

4
Nur Nadifah, (39 Tahun), Pembina Tahfidz di Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 02 Agustus 2023.
5
Baharuddin, (25 Tahun), Pembina Tahfidz Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 03 Agustus 2023.
47

Peneliti juga memperoleh informasi dari hasil wawancara dengan

pimpinan Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang bahwa kelancaran hafalan

yang dimiliki santri Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang memang tidak sama

dengan santri yang mondok pada pesantren yang hanya mengkhususkan pada

hafalan saja. Karena santri juga memiliki kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan

masih banyak kegiatan lainnya seperti pengajian kitab kuning. Jadi, sangat

bersyukur jika ada santri yang memiliki hafalan yang lancar hingga 10 juz,

kemudian juga kualitas hafalan al-Qur’an santri sementara proses perbaikan

dengan adanya program tahsin. Jadi, tidak menutup kemungkinan semua santri

akan memiliki kualitas hafalan yang baik sehingga lebih meningkatkan hafalan al-

Qur’an santri.6

Untuk mengetahui kualitas hafalan al-Qur’an santri, peneliti tidak hanya

mewawancarai pembina tahfidz saja, akan tetapi peneliti juga mengamati

langsung proses berlangsungnya pembelajaran tahfidz. Peneliti mengamati bahwa

kualitas hafalan dari segi tajwid yakni panjang pendek serta penyebutan makhrajil

huruf terkadang masih keliru meskipun hafalannya sudah lancar disebabkan saat

menyetorkan hafalan al-Qur’an santri menyetorkan dengan tergesa-gesa. Namun

hanya sebagian, ada juga yang sudah baik dari segi tajwid dan baik dari segi

kelancaran hafalannya. Peneliti juga mengamati bahwa ada beberapa santri yang

sudah memiliki hafalan yang banyak tapi disebabkan kurangnya muroja’ah

sehingga membuat hafalannya kurang lancar. Maka dalam hal ini penentu baik

buruknya kualitas hafalan seseorang bukan dari sedikit banyaknya hafalan yang

6
Nasrullah, (48 Tahun), Pimpinan Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang, Wawancara,
Batetangnga, 04 Agustus 2023.
48

dimiliki, namun bagaimana hafalan yang sudah tersimpan di dalam otak bisa

terjaga dengan baik dengan cara merutinkan dalam muroja’ah hafalan al-Qur’an.

Jadi, bisa disimpulkan bahwa kualitas hafalan yang dimiliki oleh santri ada yang

sudah baik dari segi kelancaran hafalannya namun bacaannya masih ada yang

keliru dan belum sesuai dengan kaidah tajwid. Dan ada juga yang sudah baik dari

segi kaidah tajwid maupun kelancaran hafalannya.

2. Peranan Pembina Tahfidz dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan Al-

Qur’an Santri pada Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang

Dalam meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an, santri harus dibimbing

oleh pembina tahfidz yang sudah ahli di bidangnya, begitupula di Pondok

Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang, berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan

Pondok Pesantren bahwa semua pembina tahfidz di Pondok Pesantren DDI Al-

Ihsan Kanang merupakan hafidz hafidzah dan sudah berapa kali menjuarai

Musabaqah Tilawatil Qur’an. Adapun beberapa peranan pembina tahfidz yang

diperoleh dari hasil wawancara ini yakni sebagai berikut :

a. Memberikan Motivasi

Motivasi sangat penting bagi seseorang sebagai pendorong usaha untuk

mencapai tujuan. Termasuk dalam proses menghafal al-Qur’an sebagaimana hasil

wawancara dengan pimpinan Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang :

“Dalam usaha meningkatkan kualitas hafalan santri dengan memberikan


motivasi itu penting, karena santri itu sering kali merasa jenuh merasa
bosan, ketika sudah seperti itu maka semangat menghafalnya akan
menurun jadi penting bagi seorang pembina itu untuk selalu memberikan
49

semangat dan motivasi baik dari segi menghafalnya maupun dari segi
bacaannya yang masih keliru.”7

Sebagaimana hasil observasi masih banyak santri yang keliru bacaannya

sehingga salah satu peranan seorang pembina adalah memberikan motivasi agar

santri senantiasa memperbaiki hafalannya. Selanjutnya bentuk motivasi yang

diberikan kepada santri yaitu :

“Memberikan pemahaman kepada santri bahwa menghafal al-Qur’an


adalah perbuatan yang sangat mulia dan begitu banysk hadis yang
membicarakan tentang kemuliaan orang yang menghafal al-Qur’an salah
satunya diberikan keistimewaan bisa memberikan 10 syafaat kepada
keluarga di akhirat kelak dan memberikan mahkota kepada kedua orang
tua serta tidak akan pernah mengalami yang namanya kesulitan hidup.”8

Dalam kehidupan masih berkaitan dengan perkara dunia maka motivasi

yang diberikan kepada santri tidak hanya mengenai perkara akhirat, tetapi

motivasi yang bersifat dunia juga penting agar lebih bersemangat meningkatkan

kualitas hafalannya.

b. Memperbaiki bacaan al-Qur’an santri

Berdasarkan hasil observasi bahwa pembina tahfidz sangat teliti dalam

memperbaiki bacaan al-Qur’an santri baik dari segi kaidah tajwid maupun dari

segi kelancaran hafalan yang dimiliki santri.

Pembina tahfidz yang berada di Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang

berjumlah 2 orang. Dalam hal ini santri dan santriwati dibagi menjadi 2 kelompok

dan masing-masing kelompok terdiri dari kurang lebih 20 santri yang dibimbing

oleh satu pembina tahfidz. Melalui observasi, peneliti menemukan upaya yang

7
Nasrullah, (48 Tahun), Pimpinan Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang, Wawancara,
Batetangnga, 04 Agustus 2023.
8
Nur Nadifah, (38 Tahun), Pembina Tahfidz di Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 02 Agustus 2023.
50

dilakukan pembina tahfidz dalam meningkatkan kualitas hafalan yaitu dalam 1

kelompok dibagi lagi menjadi beberapa kelompok karena kualitas hafalan yang

dmiliki santri berbeda-beda, yang belum memiliki kualitas hafalan yang baik akan

dibimbing terlebih dahulu untuk memperbaiki bacaan yang disebut dengan

program tahsin sebelum lanjut pada tahap menghafal al-Qur’an.

c. Memberikan pengulangan hafalan

Dalam proses menghafal al-Qur’an santri dituntut untuk selalu mengulang

hafalan al-Qur’an. Jika hafalan tidak diulang maka proses mengulangnya sama

halnya dengan menambah hafalan baru. Oleh karena itu salah satu peranan

pembina tahfidz di Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang yaitu memberikan

pengulangan hafalan kepada santri untuk lebih meningkatkan kualitas hafalan al-

Qur’an yang dimiliki.

Sebagaimana hasil wawancara dengan pembina tahfidz bahwa salah satu

peranan seorang pembina tahfidz adalah mengarahkan santri untuk mengulang

hafalan yang sebelumnya telah dihafalkan yakni jika pagi hari menyetorkan

hafalan baru maka sore harinya mengulangi hafalan yang sebelumnya minimal 10

halaman kemudian esok harinya berlanjut untuk menambah hafalan baru dan

begitu seterusnya.

d. Berbagi ilmu dan pengalaman

Selain membimbing santri secara langsung pembina, juga sangat penting

bagi pembina untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada santri terkait strategi

yang digunakan dalam menghafal al-Qur’an. dalam hal ini peneliti memperoleh

informasi dari pembina yakni :


51

“Saya sebagai pembina berusaha semaksimal mungkin berbagi ilmu dan


pengalaman yang saya dapatkan selama mondok dulu, dan juga
pengalaman yang saya dapatkan di dunia perlombaan dalam hal ini
Musabaqah Hifdzil Qur’an alhamdulillah santri begitu antusias
mendengarkan penjelasan kami dan semoga ini menjadi bahan acuan santri
untuk lebih semangat kedepannya dan menjadi pelanjut kami.”9

e. Menasehati santri untuk menjauhi maksiat

Menghafal al-Qur’an adalah kemuliaan, jika seseorang sudah bertekad

untuk menghafal al-Qur’an maka sebisa mungkin meninggalkan maksiat karena

al-Qur’an adalah kitab yang suci yang mudah dihafalkan bagi orang-orang yang

bersih dari dosa. Dalam hal ini peneliti memperoleh informasi dari hasil

wawancara dengan pembina tahfidz bahwa “kita sebagai pembina tahfidz selain

memberikan motivasi, memberikan ilmu dan teori-teori terkait strategi menghafal

al-Qur’an kita juga senantiasa memberikan nasehat kepada santri untuk

meninggalkan maksiat, karena dengan meninggalkan maksiat maka hafalan akan

senantiasa terjaga dan mudah diingat.”10

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa ada beberapa peranan pembina tahfidz dalam

meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an santri yakni pembina tahfidz selalu

memberikan motivasi kepada santri agar lebih semangat dalam menghafal al-

Qur’an, selanjutnya bila dalam proses penyetoran hafalan ada yang keliru baik

dari segi tajwid atau makhrajil huruf maka pembina tahfidz akan menegur

kemudian membetulkan dengan mencontohkan bacaan yang benar dan demi

kelancaran hafalan al-Qur’an santri pembina berupaya memberi pengulangan


9
Baharuddin, (25 Tahun), Pembina Tahfidz Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 03 Agustus 2023.
10
Nur Nadifah, (39 Tahun), Pembina Tahfidz di Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 02 Agustus 2023.
52

hafalan yang telah dihafalkan sebelumnya atau hafalan yang sudah lama sbelum

berlanjut ke hafalan baru, kemudian memberikan nasehat untuk meninggalkan

maksiat serta berbagi ilmu dan pengalaman yang di dapatkan dari pondok dan

dunia perlombaan.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Santri dalam Meningkatkan Kualitas

Hafalan al-Qur’an Santri Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang

Dalam proses menghafal al-Qur’an tentunya ada faktor pendukung dan

faktor penghambat didalamnya :

1) Faktor Pendukung Santri dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan

Naik turunnya suatu hafalan itu bisa terjadi karena banyak hal atau

disebabkan karena faktor kelelahan yang membuat tidak nyaman dan tidak fokus

ketika menghafal atau mengulang kembali hafalan yang telah didapat atau karena

faktor seperti kelalaian yang disengaja. Kualitas hafalan al-Qur’an dipengaruhi

oleh dua faktor, diantaranya yaitu :

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu

penghafal al-Qur’an, meliputi :

1) Kemampuan awal

Kemampuan yang dimiliki santri ketika masuk pondok berbeda-beda ada

yang bacaan al-Qur’an dan hafalannya sudah baik ketika masuk dipondok

pesantren dan adapula yang harus dibimbing dari awal. Oleh karena itu salah satu

faktor pendukung yang dimiliki oleh santri di Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan

Kanang dalam meningkatkan kualitas hafalan santri adalah kemampuan awa yang
53

mencakup kualitas hafalan. Seperti yang disampaikan oleh pembina tahfidz bahwa

santri yang sudah memiliki hafalan dan lancar akan mudah saat menyetorkan

hafalan kepada pembina, begitupun dengan santri yang sudah memiliki dasar yang

baik maka akan lebih mudah mengarahkan sehingga dapat memiliki kualitas

hafalan yang baik.11

2) Suasana Hati

Mudahnya hafalan masuk kedalam ingatan dapat dipengaruhi juga oleh

mood (suasana hati) jadi, sebelum menghafal al-Qur’an baiknya memperbaiki

mood terlebih dahulu.

3) Fokus

Agar lebih mudah dalam menghafal al-Qur’an maka diharapkan santri

agar benar-benar fokus hanya pada mengingat hafalannya, sehingga sesuai dengan

target yang ingin dicapai.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pembina tahfidz bahwa faktor

utama dalam meningkatnya kualitas hafalan adalah fokus dalam menghafal al-

Qur’an, karena dengan fikiran fokus maka akan lebih mudah mengingat urutan

ayat yang dihafalkan dan tidak banyak yang tersendat ketika menyetorkan hafalan

kepada pembina tahfidz.12

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu penghafal al-

Qur’an, meliputi :

11
Nur Nadifah, (38 Tahun), Pembina Tahfidz di Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 02 Agustus 2023.
12
Baharuddin, (25 Tahun), Pembina Tahfidz Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 03 Agustus 2023.
54

1) Manajemen Waktu

Salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kualitas hafalan al-

Qur’an santri adalah dengan manajemen waktu. salah satu faktor pendukung

utama yang dapat meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an santri adalah dengan

memenej waktu sebaik mungkin, karena dengan menggunakan waktu semaksimal

mungkin untuk menghafal atau mengulang hafalan al-Qur’an maka insyaAllah

akan mendapatkan hasil yang maksimal pula. Hal ini diketahui dari hasil

wawancara dengan pimpinan Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang.13

2) Motivasi dari orang-orang terdekat

Motivasi dalam menghafal al-Qur’an itu sangat penting dan diperlukan

demi menjaga semangat anak dalam proses menghafal al-Qur’an. dan salah satu

kunci kesuksesan untuk mencapai suatu keinginan adalah dengan motivasi.

Motivasi dari orang-orang terdekat ini tidak hanya dari teman sebayanya dan

ustadz-ustadzah saja, yang lebih penting juga ialah motivasi dari orangtua yang

pastinya menginginkan anaknya menjadi seorang hafidz-hafidzah. Tugas orangtua

adalah memotivasi dan memberikan semangat, memberi dukungan sepenuhnya

atas segala hal yang bermanfaat bagi anak seperti menjadi seorang hafidz-

hafidzah, hal yang demikian merupakan aset bagi orangtua di dunia maupun di

akhirat ketika mempunyai anak yang hafidz Qur’an. Oleh karena itu dalam proses

menghafal al-Qur’an sebaiknya lebih awal mendapatkan motivasi dari orangtua

agar lebih semangat dalam meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an. karena

baiknya hafalan al-Qur’an seseorang maka akan meningkatkan pula derajatnya


13
Nasrullah, (48 Tahun), Pimpinan Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang, Wawancara,
Batetangnga, 04 Agustus 2023.
55

dan derajat orangtua nya di dunia maupun di akhirat. Seperti yang dikatakan oleh

pimpinan ponpes DDI Al-Ihsan Kanang bahwa seorang santri ketika sudah

kembali kekampung halaman masing-masing bisa berguna bagi masyarakat bisa

menjadi imam masjid didaerah tempat tinggalnya ketika memiliki kualitas hafalan

yang mumpuni.14

3) Perhargaan dari pihak yayasan

Sebagaimana hasil wawancara dengan pembina bahwa setiap bulannya

santri yang masuk kategori 10 besar memiliki kualitas hafalan yang baik, baek

dari segi kelancaran hafalannya maupun bacaannya dan kerajinannya dalam

menyetorkan hafalan maka akan diberikan hadiah perhargaan berupa uang saku

dan bingkisan sehingga dapat memotivasi santri yang lainnya agar lebih semangat

meningkatkan kualitas hafalannya.15

2) Faktor Penghambat santri dalam meningkatkan kualitas hafalan

Selain faktor pendukung, tak dapat dipungkiri adapula faktor penghambat

yang dialami santri dalam meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an diantaranya :

a. Faktor Internal

1) Rasa malas

Salah satu faktor penghambat santri dalam menghafal al-Qur’an adalah

sifat malas yang sering kali muncul apalagi ketika merasa jenuh dan bosan. Rasa

malas adalah hambatan yang seringkali ditemukan bagi santri yang belum terbiasa

dengan al-Qur’an, apalagi dalam proses menghafal al-Qur’an adalah mengulang-

14
Nasrullah, (48 Tahun), Pimpinan Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang, Wawancara,
Batetangnga, 04 Agustus 2023.
15
Baharuddin, (25 Tahun), Pembina Tahfidz Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 03 Agustus 2023.
56

ulang bacaan yang sama. Rasa malas ini sangat susah dihilangkan jika tidak

berusaha untuk melawannya. Sifat lupa itu sudah menjadi hakikatnya manusia

seperti seorang penghafal al-Qur’an, tapi bukan berarti dengan lupa lantas

menjadikannya malas untuk mengulang hafalannya, karena yang menjadi dosa

pada penghafal al-Qur’an adalah sengajaa ucuh pada hafalannya dan tidak mau

berusaha mengulangnya. Maka rasa malas adalah hal yang harus dihindari oleh

penghafal al-Qur’an. Berikut beberapa solusi, diantaranya :

 Segera menyadari dan berusaha meminimalisirnya

 Berdoa kepada Allah agar senantiasa dhindarkan dari rasa malas

 Ingat akan keadaan buruk yang akan menimpanya

 Mencari momen terdekat dan tercepat untuk memulai rutinitasnya lagi

 Bertekad meninggalkan kemalasan dalam dirinya.

Sejalan dengan informasi yang peneliti peroleh bahwa salah satu

penghambat santri untuk meningkatnya kualitas hafalannya adalah rasa malas,

malas mengulang hafalan. Sedangkan kita ketahui bahwa melekatnya hafalan

diingatan dan lancarnya hafalan ketika menyetor adalah disebabkan rutin dalam

mengulang hafalan.16

2) Tidak konsentrasi

Setiap santri memiliki titik fokus berbeda-beda. Ada yang bisa konsentrasi

dalam menghafal ketika tidak ada suara yang lain atau hening dan ada pula yang

bisa konsentrasi meskipun ada suara lain yang mengganggu. Oleh karena itu salah

16
Nur Nadifah, (38 Tahun), Pembina Tahfidz di Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 02 Agustus 2023.
57

satu faktor penghambat santri dalam menghafal al-Qur’an adalah banyak fikiran

atau tidak konsentrasi pada hafalannya.

Sebagaimana peneliti mengamati bahwa di Pondok Pesantren DDI Al-

Ihsan Kanang tersebut masjid yang digunakan santri dalam menghafal al-Qur’an

bersampingan dengan ruangan kelas santri TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an)

untuk anak yang baru belajar menghafal al-Qur’an. dan saat peneliti mengamati

banyak santri yang ketika menghafal al-Qur’an sangat kesulitan untuk konsentrasi

disebabkan suara santri TPA yang lebih dominan saat sedang belajar al-Qur’an.

b. Faktor Eksternal

1) Kurangnya Motivasi

Sebagaimana hasil wawancara dengan pimpinan Pondok Pesantren DDI

Al-Ihsan Kanang bahwa motivasi itu ada dua macam yaitu motivasi dari diri

sendiri dan motivasi yang berasal dari orang lain. Motivasi itu timbul dari

beberapa hal diantaranya dipengaruhi oleh permasalahan di keluarga, contohnya

kurangnya perhatian dari keluarga sehingga kurang semangat dan kurang motivasi

dalam menghafal al-Qur’an oleh anak.17

Hal ini sering terjadi pada anak yang memiliki permasalahan pada

keluarga, sehingga perhatian dan motivasi dari keluarga pun sangat minim.

Dampaknya selain motivasi dari keluarga, maotivasi dari diri sendiri juga akan

berkurang sehingga santri mudah merasa jenuh dan mudah menyerah untuk

meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’annya. ‘

17
Nasrullah, (48 Tahun), Pimpinan Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang, Wawancara,
Batetangnga, 04 Agustus 2023.
58

Jadi bagaimanapun motivasi yang diperoleh dari orang lain namun

motivasi dari diri sendiri sangat minim maka seseorang akan sulit mencapai apa

yang sudah ia targetkan.

2) Tidak Bisa Mengatur Waktu

Dalam sehari 24 jam. Ini berlaku untuk semua orang. Jadi setiap orang

harus menjalaninya dalam kurun waktu 24 jam ini. Kaitannya dengan menghafal

al-Qur’an adalah waktu yang telah ditentukan ini harus dioptimalkan semaksimal

mungkin. Hal ini diketahui dari pembina tahfidz pondok pesantren DDI Al-Ihsan

Kanang bahwa :

“seorang penghafal al-Qur’an harus dituntut untuk pandai mengatur waktu


dan menggunkannya dengan baik untuk urusan dunia terlebih lagi urusan
akhirat seperti hafalan al-Qur’annya.”18

3) Pengaruh Teman

Ketika ingin menilai seseorang maka lihatlah dengan siapa ia bergaul.

Begitupula santri yang ada di Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang, di tengah

proses menghafal al-Qur’an terkadang banyak hal yang bisa mempengaruhi

semangat santri dalam menghafal atau muroja’ah al-Qur’an, salah satunya adalah

pengaruh teman yang seringkali mengajak temannya untuk bercerita, bermain

sehingga waktu bersama al-Qur’an sangat sedikit. Hal ini diketahui dari hasil

wawancara dengan pembina tahfidz bahwa salah satu faktor penghambat santri

dalam meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’annya adalah saat terpengaruh

dengan temannya yang lain.19

18
Nur Nadifah, (38 Tahun), Pembina Tahfidz di Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 03 Agustus 2023.
19
Baharuddin, (25 Tahun), Pembina Tahfidz Pondok Pesantren DDI Al Ihsan Kanang,
Wawancara, Batetangnga, 03 Agustus 2023.
59

Dari uraian diatas mengenai beberapa faktor pendukung dan faktor

penghambat dalam meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an santri pada Pondok

Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang, peneliti dapat menyimpulkan bahwa santri

memiliki dukungan dan hambatan, baik dukungan dan hambatan yang disebabkan

orang lain maupun disebabkan dari diri sendiri.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan sebagai berikut:

1. Kualitas hafalan yang dimiliki oleh santri Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan

Kanang ada beragam, ada yang sudah baik dari segi tajwidnya namun

hafalannya tidak lancar dan ada yang sudah baik dari segi kelancaran

hafalannya namun dari segi bacaan tajwid dan makhrail hurufnya masih

kurang dan adapula yang sudah baik kualitas hafalannya baek dari segi

kaidah tajwid maupun kelancaran hafalan al-Qur’annya.

2. Peranan pembina tahfidz dalam meningkatkan kualitas hafalan al-Qur’an

santri sebagai berikut:

a. Motivator

b. Memperbaiki bacaan yang disetorkan oleh santri dan memberikan

contoh dengan bacaan yang benar

c. Memberi pengulangan kepada santri

d. Berbagi ilmu dan pengalaman

e. Membimbing dan memberikan nasehat kepada santri untuk

menghindari maksiat

4. Faktor pendukung dan faktor penghambat santri dalam meningkatkan

kualitas hafalan al-Qur’an terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan

faltor eksternal.

60
61

a. Faktor Pendukung

1. Faktor Internal :

a) Kemampuan awal

b) Suasana hati yang baik

c) Fokus

2. Faktor Eksternal :

a. Manajemen waktu

b. Motivasi orang-orang terdekat

c. Penghargaan dari pihak pondok

b. Faktor Penghambat

1. Faktor Internal :

a) Rasa malas

b) Tidak konsentrasi

2. Faktor Eksternal :

a) Kurangnya motivasi

b) Tidak bisa mengatur waktu

c) Pengaruh dari teman

B. Implikasi Penelitian

Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Dengan banyaknya santri yang bacaannya belum sesuai kaidah tajwid serta

hafalan al-Qur’an yang masih belum lancar saat menyetorkan hafalan

kepada pembina tahfidz di Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang

sehingga berdampak pada kualitas hafalan al-Qur’an santri, oleh


62

karenanya dengan adanya penelitian ini peneliti menyampaikan kepada

santri untuk senantiasa bersungguh-sungguh dalam memperbaiki bacaan

serta hafalan al-Qur’annya sehingga lebih meningkatkan kualitas

hafalannya begitupula disampaikan kepada pihak yayasan untuk

mengurangi sedikit kegiatan di pondok khusus untuk santri yang di

khususkan untuk menghafal al-Qur’an demi memaksimalkan waktunya

untuk menghafal dan mengulang hafalannya sehingga lebih meningkatkan

kualitas hafalannya.

2) Masjid yang digunakan santri untuk menghafal dan menyetorkan hafalan

al-Qur’an bersampingan dengan ruangan santri TPA (Taman Pendidikan

Al-Qur’an) sehingga membuat santri sulit untuk konsentrasi dalam

menghafal karena suara santri TPA lebih dominan, maka disampaikan

kepada pembina tahfidz untuk mengatur jadwal penyetoran hafalan santri

Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang berbeda dengan jadwal belajar

santri TPA.
63

DAFTAR PUSTA

Aida Imtihana, Implementasi Metode Jibril dalam Pelaksanaan Hafalan Al-


Qur’an di SD Islam Terpadu Ar-Ridho Palembang, Tadrib: Jurnal
Pendidikan agama Islam, Vol.2, No.2, 2016.

Andi Hidayat dkk, Analisis Pertumbuhan Zakat Pada Aplikasi Zakat Online
Dompet Dhuapa, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, vol. 6, no.30, 2020.

Andrias Nurkamil Albusthomi, Tinjauan Penyelenggaraan Tahfidz Al-Qur’an di


Sekolah, Jurnal Textura, Vol.6, No.1, 2019.

Andrias Nurkamil Albusthomi, Tinjauan Penyelenggaraan Tahfidz Al-Qur’an di


Sekolah, h. 27.

Bahrul Alami Herry, Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal Al-Qur’an, Solo: PSQ
Publising, 2014.

Christeward Alus, Peran Lembaga Adat Dalam Pelestarian Kearifan Lokal Suku
Sahu di Desa Balisoan Kecamatan Sahu Kabupaten Kalimantan Barat,
Jurnal: Acta Diurna, Vol.3, No.4, 2014.

Didik Kurniawan dan Nanda Fitriana Lukya, (Atina Mahdiyya Thoefani,2018),


Motivasi Berprestasi Santri Tahfidz Qur’an Ma’had Al Kahfi dalam
Menempuh Pendidikan di Man 1 Lampung, Jurnal Pendidikan Profesi
Guru Madrasah, Vol.2, No.2, 2022.

Eka Racmawati dan Lilik Maftuhatin, Internalisasi Nilai-Nilai Pendidikan


Karakter, Jurnal Pendidikan Islam, vol. 1. No. 1, Juni 2017.

Eko Murdiyanto, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Lembaga Penelitian


dan Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta Press, 2020.

Eny Nilawati, Tahfidz Al-Qur’an dan Tadabbur, Sidoarjo:Nizami LearningCenter,


2017.

Eva Fatmawati, (Umar, 2017), Manajemen Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an,


Jurnal Islamic Education Manajemen, Vol.4, No.1, 2019.

Hani Subakti, dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan, Cet, 1: Yayasan Kita


Menulis, 2021.

Izzatul Umniyah, Strategi Peningkatan Kualitas Hafalan Al-Qur’an Bagi


Mahasiswa, Studi Kasus di PPTQ Putri Nurul Furqon Klojen, Skripsi,
Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2018.
64

Jeffriansyah Dw Sahputra Amory, Peranan Gender Perempuan dalam


Pembangunan di Sulawesi Barat, Growth: Jurnal Ilmiah Ekonomi
Pembangunan, Vol.1, No.1, 2019.

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Hafalan dan Terjemah, Bandung; Cordoba,


2019.

Lijan Poltak Sinambela, Profesionalisme Dosen dan Kualitas Pendidikan Tinggi,


Jurnal Populis, vol.2, no.4, 2017.

Lilik Indra Purwati, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Menghafal


Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Darussalam Metro”, Skripsi, IAIN
Metro, 2018.

Mansur Hidayat, Model Komunikasi Kyai Dengan Santri Di Pesantren, Jurnal


Komunikasi Aspikom, Vol 2, No 6, 2016.

Misbahul Munir, Ilmu dan Seni Qira’atil Qur’an, Pedoman Bagi Qari’-Qari’ah
Hafidz Hafidzah, dan Hakim Dalam MTQ, Semarang: Binawan, 2015.

Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an,


Annaba: Jurnal Pendidikan Islam, vol.4, no. 1, 2018.

Muhammad Dony Purnama dkk, Implementasi Metode Pembelajaran Al-Qur’an


Bagi Santri Usia Tamyiz di Kuttab Al-Fatih Bantarjati Bogor, Jurnal
Prosiding Al Hidayah Pendidikan Agama Islam), Vol.1, No.2B, 2019.

Muhammad Nu’am, Kilat & Kuat Menghafal Al-Qur’an Terjemah Juz Dan
Tajwid Praktis, Surakarta: Media Group, 2014.

Nila Rosita dkk, Upaya Pembina Tahfidz Dalam Menyikapi Problematika Siswa
Menghafal Al-Qur’an di MA Nurussa’adatain Nahdlatul Wathan Gonjong,
Jurnal Kependidikan dan Pemikiran Islam Vol. 2 No. 1, 2023.

Nunik Syifa Fauziah dkk, Upaya Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan
Al-Qur’an Pada Santri Pondok Pesantren Daarul Riyadhoh Ar-Rosyady,
Koloni: Jurnal Multidisiplin Ilmu, Vol. 1, No. 4, 2022.

Nur Sakinah, (Epa Sumarni,2016) Penerapan Fungsi Actuating Pesantren dalam


Upaya Pembinaan Tahfidz, Anida: Jurnal Aktualisasi Nuansa Ilmu
Dakwah, Vol.17, No.1, 2019.

Ridwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Bandung: Alfabeta,


2015.
65

Siti Inarotul Afidah, Fina Surya Anggraini, Implementasi Muraja’ah dalam


Peningkatan Kualitas hafalan Al-Qur’an di Pondolk Pesantren Amanatul
Qur’an Pacet Mojokerto, Al-Ibrah: Jurnal Pendidikan dan Keilmuan
Islam, Vol.7, No.1, 2022.

Siti Rahma Bahrin, Upaya Guru Tahfidz Dalam Meningkatkan Kualitas Hafalan
Al-Quran Pada Santri Tahfidz Pondok Pesantren Ibn Zauji, Jurnal Agama
dan Pendidikan Islam vol. 14, no.1, 2022.

Sitti Mania, Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial, Cet. 1: Makassar:


Alauddin University Press 2013.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,


2019.

Syafrizal, Yuslinar, Manfaat Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Terhadap Prestasi


Belajar Peserta Didik di Pasaman, Jurnal Mau’izhah, Vol. Xl, No.1, 2021.

Umar Sidiq, dkk: Metode Penelitian Kualitatif di Bidang Pendidikan, Ponorogo:


Nata Karya, 2019.

Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi (Al-Hafizh), Revolusi Menghafal Al-Qur’an,


Surakarta: Insan Kamil, 2018.

Yusuf Mansur, Dahsyatnya Membaca dan Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Zikrul


Hakim, 2016.
66

LAMPIRAN-LAMPIRAN
67

Pedoman Wawancara
Untuk Pembina Tahfidz Pondok Pesantren
DDI Al-Ihsan Kanang

A. Tujuan: Untuk mengetahui kualitas hafalan al-Qur’an santri Pondok Pesantren


DDI Al-Ihsan Kanang Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar
B. Pertanyaan panduan
1. Identitas diri
a) Nama :
b) Alamat :
2. Pertanyaan Penelitian
a) Bagaimana kualitas hafalan al-Qur’an santri di Pondok Pesantren DDI Al
Ihsan kanang ini?
b) Apa saja yang menyebabkan kualitas hafalan al-Qur’an santri di Pondok
Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang ini belum baik dan meningkat?
c) Sebagai pembina tahfidz, apa saja kendala yang dialami dalam proses
meningkatkan hafalan al-Qur’an santri di Pondok pesantren DDI Al-Ihsan
Kanang ini?
d) Apa saja peranan pembina tahfidz dalam meningkatkan kualitas hafalan al-
Qur’an santri di Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan Kanang ini?
Pedoman Wawancara
Untuk Pimpinan Pondok Pesantren DDI
Al-Ihsan Kanang

C. Tujuan: Untuk mengetahui kualitas hafalan al-Qur’an santri Pondok Pesantren


DDI Al-Ihsan Kanang Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar
D. Pertanyaan panduan
3. Identitas diri
c) Nama :
d) Alamat :
4. Pertanyaan Penelitian
e) Menurut bapak bagaimana kualitas hafalan al-Qur’an santri di Pondok
Pesantren DDI Al Ihsan kanang ini?
f) Menurut bapak Apa saja peranan pembina tahfidz dalam meningkatkan
kualitas hafalan al-Qur’an santri di Pondok Pesantren DDI Al-Ihsan
Kanang ini?
Surat Permohonan Izin Penelitian (dari LPPM)
Dokumentasi Penelitian
SK Pembimbing

Anda mungkin juga menyukai