Anda di halaman 1dari 12

PERANAN DWIBAHASA PADA PERKEMBANGAN ILMU

PENGETAHUAN

Dyah Ayu Pramesti


Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas Sebelas Maret
dapramesti22@gmail.com

Abstrak
Penulisan ini tentang peranan dwibahasa pada perkembangan ilmu pengetahuan.
Kehidupan masyarakat yang telah mengadakan jalinan hubungan yang erat antara
dua bahasa atau lebih sering menimbulkan adanya gejala kedwibahasaan
(bilingualism). Keadaan semacam itu menyebabkan semakin berbaurnya
kehidupan manusia termasuk didalamnya kehidupan berbahasa. Pengajaran
metode bilingual merupakan metode penggunaan dua bahasa untuk
menyampaikan materi kurikulum dengan tujuan menguatkan kompetensi siswa
dalam berbahasa asing. Sebagai mahasiswa yang mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan kita harus mempelajari bahasa internasional agar memiliki wawasan
ilmu pengetahuan yang luas. Dwibahasa merupakan jembatan ilmu pengetahuan,
apabila kita menguasai bahasa asing salah satunya bahasa Inggris maka ilmu
pengetahuan kita semakin luas.
kata kunci : dwibahasa, peranan, ilmu pengetahuan

Abstrak
This writing is about bilingual roles in the development of science. The lives of
people who have established a close relationship between two languages or more
often lead to bilingualism. Such a situation causes the intermingling of human life
including the language life. Teaching bilingual methods is a method of using two
languages to convey curriculum material with the aim of strengthening the
competence of students in foreign languages. As students who follow the
development of science we must learn international languages in order to have a
broad insight into science. Bilingual is a bridge to science, if we master a foreign
language, one of them is English, so our knowledge is increasingly widespread.
keywords: bilingual, development, science
PENDAHULUAN
Era globalisasi yang semakin berkembang menuntut kemampuan semua
bangsa untuk ikut bersaing dengan negara lain, termasuk kesiapan sumber daya
manusia yang tentu saja harus disiapkan sejak dini dengan berbagai upaya dan
sesuai dengan perkembangan zaman. Istilah globalisasi tentu tidak asing didengar
pada masa sekarang. Globalisasi dapat didefinisikan sebagai meningkatnya
keterhubungan global (Nash, 2010). Keterhubungan tersebut melibatkan informasi
dan ide yang tersebar melampaui batas-batas geografis negara atau bahkan
kebudayaan. Sedangkan Gidden (1990), dalam Rantanen (2005), menyatakan
globalisasi sebagai intensifikasi dari relasi sosial yang luas di seluruh dunia.
Dengan gagasan yang hampir sama, Albrow (1990), dalam Rantanen (2005),
mendefinisikan globalisasi sebagai semua proses di mana orang-orang di dunia
tergabung dalam masyarakat dunia yang satu atau yang disebut sebagai
masyarakat global. Maka, globalisasi dapat didefinisikan sebagai proses di mana
hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi, politik, kultural, dan relasi sosial menjadi
semakin melampaui ruang dan waktu.
Melalui bahasa manusia tidak hanya berkomunikasi antar sesamanya tetapi
juga dapat memperdebatkan temuan dan pengetahuannya terhadap manusia
lainnya. Manusia juga dapat saling menambah dan berbagi pengetahuan yang
dimilikinya. Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu yang merupakan ciri khas manusia
karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan
secara sungguh-sungguh.
Bahasa sebagai penghela ilmu pengetahuan memiliki peranan penting
dalam penyebarluasan informasi. Bahasa dapat didunakan untuk mencari
informasi dan mendapat informasi dimana dan kapanpun kita berada. Saddhono
(2012) menyatakan bahwa bahasa adalah sebagai alat manusia untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Bahasa merupakan media
penyampaian buah pikiran seseorang agar diketahui dan memperoleh respon atau
tanggapan dari orang lain.
Bahasa merupakan alat komunikasi antara yang satu dengan yang lain.
Dengan bahasa semua hal dapat dimengerti maksud dan tujuan tertentu. Selain itu
bahasa juga digunakan untuk menyampaikan sesuatu hal, gagasan (pendapat), ide
kepada orang lain agar bisa memahami apa yang kita inginkan. Menurut Sunaryo
(2000: 6), tanpa adanya bahasa (termasuk bahasa Indonesia) Ilmu Pengetahuan
tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu bahasa Indonesia di dalam
struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu
sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berpikir
dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam pengembangan daya nalar,
menjadikan bahasa sebagai prasarana berpikir modern. Oleh karena itu, jika
cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berpikir karena
bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
Bahasa merupakan warisan masyarakat dan bagian dari tradisi masyarakat
yang amat penting, dalam kehidupan masyarakat yang telah mengadakan jalinan
hubungan yang erat antara dua bahasa atau lebih sering menimbulkan adanya
gejalah kedwibahsaan. Dalam masyarakat yang bilingualism anggota
masyarakatnya memiliki kecenderungan untuk menguasai dua bahasa atau lebih
sekaligus.
Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan keuddukan
dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara (Muslich, 2010). Pendapat
lain, kedudukan dan fungsi bahasa nasional dianggap sebagai lambang
kebanggaan dan identitas nasional. Kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
sebagai bahasa negara yang artinya bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa
resmi kenegaraan, bahasa pengantar dalam pendidikan, alat perhubungan serta
kepentingan pemerintahan, dan alat pembangunan kebudyaan; ilmu pengetahuan;
dan teknologi (Kurniawan 2010: 4)
Ilmu pengetahuan merupakan seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan
yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya,
dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Keterkaitan ilmu pengetahuan dengan bahasa berhubungan antara
kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan berkomunikasi dan benda-benda
yang ditawarkan kepada kita melalui bahasa yang kita pelajari. Manusia hanya
akan dapat berkata dan memahami satu dengan lainnya dalam kata-kata yang
terbahasakan. Orientasi inilah yang selanjutnya mempengaruhi bagaimana
manusia berpikir dan berkata. Ilmu dapat disebarluaskan atau dipublikasikan
melalui tindakan komunikasi yang sebelumnya temuan tersebut didiskusikan dan
diteliti ulang terlebih dahulu. Proses tersebut menggunakan bahasa sebagai media.
Ilmu dan bahasa saling berkaitan satu sama lain. Bahasa merupakan
perantara kita dalam menyampaikan suatu ilmu. Bahasa berfungsi sebagai alat
berfikir ilmiah, muncul problem yang serius dan dapat diselesaikan dengan
bantuan filsafat. Bahasa sering tidak mampu membebaskan diri dari gangguan
pemakainya, kerusakan bahasa tersebut biasanya disebabkan oleh tidak
digunakannya kaidah logika, logika itu filsafat. Kekeliruan dalam berbahasa
melahirkan kekeliruan dalam berfikir. Untuk itu filsafat sangat berperan dalam
menentukan kualitas bahasa.
Bahasa memiliki tugas yang paling penting yaitu memberikan kejelasan
hubungan antara berpikir dan berbicara, antara fungsi ekspresif danrepresentatif
bahasa. Menjelaskan kondisi-kondisi psikofisik dari ucapan, peranan individu dan
komunitas dalam perkembangan sebuah bahasa, hubungan antara tipe-tipe bahasa
umum dan struktur bahasa khusus. Menurut Saddhono (2014) golongan ilmuwan
dengan segala karyanya biasanya menggunakan ragam bahasa. Secara
terminologi, menyelidiki sumber-sumber pertama sebuah bahasa dan hasil baru
yang ada sekarang dari bahasa itu serta usaha-usaha lebih lanjut. Pandangan-
pandangan pada filsafat bahasa berbeda terutama atas masalah hubungan antara
yang dipikirkan dan yang diucapkan. Jadi dengan bahasa bukan saja manusia
dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang
sedang dia pikirkan kepada orang lain. Namun bukan itu saja, dengan bahasa kita
pun dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Seorang bayi bila dia sudah
kenyang dan hatinya pun sangat senang, dia mulai membuka suara. Lewat seni
suara dia akan mengekspresikan perasaannya, kedukaan, dan kesukaan lewat liku
nada kata-kata.
Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Bahasa
berperan penting dalam upaya pengembangan dan penyebarluasan ilmu. Setiap
penelitian ilmiah tidak dapat dilaksanakan tanpa menggunakan bahasa.
Kehidupan masyarakat yang telah mengadakan jalinan hubungan yang erat
antara dua bahasa atau lebih sering menimbulkan adanya gejala kedwibahasaan
(bilingualism). Keadaan semacam itu menyebabkan semakin berbaurnya
kehidupan manusia termasuk didalamnya kehidupan berbahasa.
Kehidupan yang saling mempengaruhi dalam bidang bahasa yang sering
disebut kontak bahasa atau persentuhan bahasa. Persentuhan atau saling
mempengaruhi antar bahasa itu, dan dapat secara meluas dan mendalam.
Pengaruh yang meluas berarti meliputi unsur-unsur bahasa yang lebih banyak.
Pengaruh yang mendalam, dimaksudkan pengaruhnya itu mempunyai kadar
pengaruh pada setiap unsur cukup meresap dihati masyarakat penuturnya.
Kedwibahasaan menurut Mackey dan Fishman (Chaer & Agustina, 2004:
84) menyatakan bahwa kedwibahasaan diartikan sebagai penggunaan dua bahasa
oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
Maka dari itu, penggunaan lebih dari satu bahasa penutur harus dapat menguasai
bahasa tersebut. Menurut pendapat lain dwibahasa merupakan jembatan ilmu
pengetahuan, apabila kita menguasai bahasa asing salah satunya bahasa Inggris
maka ilmu pengetahuan kita semakin luas. Menurut penelitian Saddhono dan
Sulaksono (2018) fenomena Indoglish banyak ditemukan di media sosial dan
internet karena pada awalnya pengembang aplikasi tersebut menggunakan bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantarnya. Penggunaan bahasa Inggris sebagai ucapan
sehari-hari terutama di kota-kota besar. Indoglish juga dipandang sebagai suatu
bentuk ekspresi pretise bagi masyarakat modern di era globalisasi.
Masyarakat Indonesia pada umumnya tergolong masyarakat dwibahasa.
Mereka menguasai bahasa pertama (B1) yaitu bahasa daerah dan bahasa kedua
(B2) yaitu bahasa Indonesia. Asumsi ini didasarkan pada kenyataan bahwa di
negara ini bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang telah menjadi
bahasa pengantar wajib di setiap tingkat sekolah di seluruh Indonesia.
Terjadinya keadaan kedwibahasaan itu disebabkan oleh interaksi penggunaan
bahasabaik secara individu ataupun kelompok (Pranowo 2014: 103).
Dewasa ini ketidaksesuaian situasi penggunaan Bahasa menjadi isu yang
sedang hangat diperbincangan. Globalisasi seolah menjembatani westernisasi
masyarakat Indonesia yang lebih gandrung dengan hal-hal yang berbau barat,
termasuk Bahasa. Salah satu contoh nyata di masyarakat adalah fenomena
‘bahasa anak Jaksel’. Fenomena tersebut berwujud percampuran penggunaan
kosakata bahasa Indonesia dan kosakata bahasa Inggris dalam satu kalimat atau
dapat disebut fenomena Indoglish.
Fenomena ini berbeda dengan dwibahasa, Rahardi (2001) menyatakan bahwa
dwibahasa adalah penguasaan atas paling tidak dua Bahasa, yakni Bahasa pertama
dan Bahasa kedua. Istilah dwibahasa menurut Chaer (2004 : 84) merupakan hal
yang berkenaan dengan pemakaian dua Bahasa oleh seorang penutur dalam
aktivitasnya sehari-hari.
PEMBAHASAN
Pada manusia bahasa merupakan sutu bukti kegiatan intelektual, manusia
tidaka akan mencapai puncak kedewasaannya sebagai makhluk yang rasional
yang dapat dipisahkan dari keahliannya berbahasa. Sehingga manusia berbahasa
sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kemampuannya masing-masing.
Bahasa juga merupakan bagian dari realitas pengetahuan itu sendiri yang
dalam cakupannya mengandung interpretasi dari pikiran manusia. Pada rosesnya,
bahasa akan melahirkan sebuah makna yang sebelumnya diolah oleh pikiran yang
kemudia melalui makna tersebut lahir sebuah pemikiran yang bisa dijadikan
sebagai acuan dasar dalam melakukan tindakan.
Ilmu pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Secara garis
besar menurut Notoatmodjo (2005) domain tingkat ilmu pengetahuan (kognitif)
mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui, memahami, menggunakan,
menguraikan, menyimpulkan dan mengevaluasi. Ilmu pengetahuan merupakan
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi
ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu
diperoleh dari keterbatasannya. Keterkaitan ilmu pengetahuan dengan bahasa
berhubungan antara kebutuhan-kebutuhan kita untuk berekspresi dan
berkomunikasi dan benda-benda yang ditawarkan kepada kita melalui bahasa.
Manusia hanya akan dapat berkata dan memahami satu dengan lainnya dalam
kata-kata yang terbahasakan.
Adapun sebab-sebab terjadinya kedwibahasaan antara lain:
1. Adanya bermacam-macam suku bangsa atau bahkan bermacam-macam
bangsa membentuk satu negara
2. berbagai bangsa bercampur karena menetap disuatu negara
3. Berbagai bangsa bercampur karena menetap disuatu negara daerah baru
yang jauh dari asal negara mereka masing-masing
4. Sebagian bangsa-bangsa yang berbeda yang secara kebetulan mendiami
tempat dan tempat itu berdekatan lokasinya dengan daerah bangsa-bangsa
yang bersangkutan
5. Dari gerak dan lelincahan para penutur dari keduabahasa yang ada di
daerah tersebut.
Dua bahasa yang saling mempengaruhi kadang-kadang menunjukan arah
pengaruh yang tidak selamanya seimbang. Kemana arah pengaruh dari dua bahasa
yang besentuhan itu tergantung pada berbagai faktor yang antara lain:
1. Prestise dan kekuasaan yang ruang jangkau kemampuan bahasa sebagai
media sosial, ekonomi, kebudayaan, politik dan lain-lain.
2. Kadar kesetiaan (loyalitas) para pendukungnya
3. Kekuatan sosial, ekonomi, kebudayaan, politik pendukung bahasa yang
bersangkutan
4. Daya gerak (mobilitas) nasional beserta mutu sistem perhubungan
(komunikasi) dan media masa.
Pengajaran metode bilingual merupakan metode penggunaan dua bahasa
untuk menyampaikan materi kurikulum dengan tujuan menguatkan kompetensi
siswa dalam berbahasa asing. Dengan menggunakan model ini terdapat dua hal
utama yang diperoleh siswa, yaitu penguasaan ilmu pengetahuan dan merek dalam
dua bahasa.
Hingga saat ini telah banyak negara yang menggunakan pengajaran
bilingual. Tujuan pelaksanaan ini adalah untuk mempercepat perbaikan mutu
pendidikan anak dari berbagai kelompok masyarakat sehingga dapat mencapai
kesejajaran standar nasionalnya dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan bahasa
Indonesia.
Salah satu kedwibahasaan adalah penggunaan bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia yang berdampingan. Contohnya terdapat pada sekolah yang
menggunakan sistem RSBI, terdapat sekolah yang mengadakan kelas imersi, pada
perguruan tinggi ada yang mengadakan kelas internasional, selain itu banyak
dosen yang memberikan materi perkuliahan dengan dua bahasa yang digunakan
pada penyusunan abstrak dalam skripsi.
Sangatlah penting bagi kita adanya dwibahasa yaitu itu alat untuk
pemersatu bangsa artinya dengan kita mengenal bahasa asing pada saat kita
berlibur ke negara lain kita dapat berbicara dengan orang yang tinggal di negara
tersebut. Selain itu pentingnya dwibahasa untuk mendapatkan kesejajaran mutu
pendidikan, baik pada lingkup nasional maupun internasional. Dwibahasa dapat
digunakan seseorang untuk bekerja seperti menjadi tourguide, dimana seseorang
tersebut menjadi pendamping turis menjelaskan tentang keadaan turis tersebut
berada. Dwibahasa dapat juga digunakan untuk memperluas wawasan dan lebih
jauh lagi memepunyai peluang bekerja yang lebih besar dibandingkan dengan
orang yang hanya menguasai satu bahasa saja.
Ada beberapa peranan dari kedwibahasaan, antara lain:
1. Sebagai alat komunikasi
2. Sebagai alat penyampai rasa santun
3. Sebagai alat penyampaian rasa keakraban
4. Sebagai alat pengenalan diri
5. Sebagai alat penopang kemandirian bangsa
6. Sebagai cermin kepribadian bangsa
Terdapat beberapa manfaat dari kedwibahasaan, antara lain:
1. Penggunaan bilingual dapat mengembangkan kemampuan komunikasi
sehingga dapat berkomunikasi dengan menggunakan dua bahasa yang
dipelajari atau bahasa yang biasa digunakan oleh orang dilingkungannya.
2. Penggunaan bilingual membantu seseorang mengenal budaya asing,
karena setiap bahasa berjalan dengan sistem perilaku dan budaya yang
berbeda. Dengan mengenal bahasa, seseorang dapat mengenal budaya dari
bahasa tersebut, juga menumbuhkan sikap toleransi terhadap orang lain
yang memiliki budaya berbeda.
3. Penggunaan bilingual mengembangkan kemampuan berpikir seseorang
menjadi kreatif dan memiliki dua atau lebih kata-kata untuk setiap obyek
dan ide, juga membuat seseorang lebih hati-hati dalam berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbeda bahasa.
4. Penggunaan bilingual dapat menumbuhkan dan menaikkan rasa percaya
diri pada seseorang, karena dengan menguasai dua bahasa seseorang lebih
berani untuk berkomunikasi dan tetap merasa aman dalam lingkungan
yang menggunakan duabahasa yang dipahami olehnya.
5. Penggunaan bilingual akan memudahkan seseorang mempelajari bahasa
yang ketiga, ketika orang itu sudah menguasai dua bahasa.
Saat ini kita hidup di dunia global, dunia di mana pemahaman budaya dan
interaksi menjadi lebih luas dan hak tersebut merupakan bagian dari kehidupan
kita sehari-hari yang tak bisa dipisahkan. Hal ini pula yang membuat dunia usaha
dan perusahaan dari sekala nasional menjadi multinasional dengan begitu salah
satu kunci untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan multinasional adalah
pengetahuan sekala internasional dan pengetahuan tentang bahasa.
Pada masa globalisasi ini memaksa bangsa Indonesia menerima bahasa
Inggris masuk untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam penyampaian ilmu pengetahuan banyak sekolah-sekolah dan perguruan
tinggi yang menggunakan bahsa asing atau bahasa Inggris. Pengembangan ilmu
pengetahuan berhasil apabila pengimplementasiannya mengakar kuat pada
kelompok masyarakat yang relevan untuuk itu dibutuhkan kemmpuan berbahasa
dalam mengkomunisakan proses adopsi ilmu dan sosialisasi ilmu. Selain itu,
bahas indonesia dipandang mampu bila meningkatkan kepasitas manfaat
teknoologi komunikasi dan ilmu pengetahuan. Artinya dalam perkembangan ilmu
pengetahuan bahasa Indonesia berperan menyebarkan ilmu yang diadopsi atau di
dapat dari luar ke dalam. Jika hal teersebut berhasil makabahasa Indonesia
dinyatakan mampu berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan (Putro 2012:
5).
Seseorang yang dapat memahami atau pandai dalam dua bahasa
merupakan suatu kebanggaan diri sendiri karena apabila kita dapat memahami dua
bahasa akan mempermudah dalam segala hal. Sikap kita sebagai mahasiswa
terhadap bahasa asing yaitu harus menghargai dan membantunya dengan cara kita
mempelajari bahasa asing tersebut sehingga dapat menambah wawasan.
PENUTUP
Ilmu pengetahuan merupakan seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan
dalam alam manusia. Ilmu dan bahasa merupakan dua hal yang tidak terpisahkan.
Bahasa berperan penting dalam upaya pengembangan dan penyebarluasan ilmu.
Setiap penelitian ilmiah tidak dapat dilaksanakan tanpa menggunakan bahasa.
Kedwibahasaan adalah keadaan bagi seseorang yang menguasai dua
bahasa dengan kadar penguasaan yang sama untuk kedua bahasa tersebut.
Terdapat beberapa masalah yang ada pada dwibahasa, selain itu ada pula peran
dan manfaat yang terdapat dalam dwibahasa.
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, A. dan Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik Perkenal Awal. Jakarta: Rineka


Cipta.
Depdiknas. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional.
Kurniawan, K. 2012. Bahasa Indonesia Keilmuan untuk Perguruan Tinggi
Bandung: PT Refika Aditama.

Muslich, M. 2010. Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi: Kedudukan, Fungsi,


Pembinaan, dan Budaya. Jakarta: Bumi Aksara.

Nash, K. 2010. Contemporary Political Sociology: Globalization, Politics, and


Power. Hoboken: Blackwell Publishers.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Pranowo. (2014). Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Rahardi, Kunjana. (2001). Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Rantanen, T. 2005. The Media and Globalization. London: Sage Publication Ltd.
Saddhono, K & Sulaksono, D. (2018). Indoglish as Adaptation of English to
Indonesia: Change of Society ub Big Cities of Indonesia. IOP Conf. Ser.:
Earth Environ. Sci. 126 012092
Saddhono, Kundharu. (2012). Pengantar Sosiolinguistik (Teori dan Konsep
Dasar). Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Sadhhono, Kundharu. (2014). Pengantar Sosiolinguistik Teori dan Konsep Dasar.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.
Suhartono, Suparlan. (2005). Filsafat Ilmu Pengetahuan.Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Sumarsono dan Paina Partuna. (2007). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Suriasumantri, S. Jujun. (2007). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai