Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022

DEGRADASI PENGGUNAAN BAHASA DAERAH (JAWA KRAMA)


DALAM INTERAKSI ANTARA ORANG TUA DAN GENERASI
MILENIAL DI KOTA TEGAL
Oleh:
Sarwo Edy, Oemi Hartati, Diryo Suparto, Maulidia Marzaeni
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pancasakti Tegal
Email : edysarwo7624@gmail.com

Abstrak
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang berguna untuk menyampaikan
pendapat dan pikirannya. Interaksi merupakan hubungan timbal balik antara
individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, antara kelompok dan
kelompok dengan menggunakan bahasa. Penggunaan bahasa daerah khususnya
bahasa jawa krama di kota Tegal sudah mulai mengalami penurunan atau degradasi,
terutama terjadi antara orang tua dan generasi milenial. Fenomena ini dapat
dikaitkan dengan teori interaksi simbolik yang dipelopori oleh George Herbert
Mead dan pengikutnya Herbert Blumer. Teori interaksi simbolik menekankan pada
hubungan antara simbol dan interaksi. Interaksi simbolik merupakan komunikasi
atau pertukaran simbol yang diberi makna lalu menjadikan kesepamahaman makna
yang diberikan terhadap tindakan orang lain melalui penggunaan simbol-simbol,
interpretasi dan pada akhirnya tiap individu tersebut akan berusaha saling
memahami maksud dan tindakan masing-masing untuk mencapai kesepakatan
bersama.
Kata Kunci : Degradasi ; Interaksi ; Generasi Milenial

Abstract
Language is a human communication tool that is useful for expressing opinions and
thoughts. Interaction is a reciprocal relationship between individuals and other
individuals, individuals and groups, between groups and groups using language.
The use of regional languages, especially Javanese manners in the city of Tegal,
has begun to experience a decline or degradation, especially between parents and
the millennial generation. This phenomenon can be attributed to the symbolic
interaction theory pioneered by George Herbert Mead and his followers Herbert
Blumer. Symbolic interaction theory emphasizes the relationship between symbols
and interactions. Symbolic interaction is a communication or exchange of symbols
that are given meaning and then make understanding of the meaning given to the
actions of others through the use of symbols, interpretations and in the end each
individual will try to understand each other's intentions and actions to reach a
mutual agreement.
Keywords: Degradation; Interaction; Millennial Generation

40
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022

PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi,
mengungkapkan perasaan dan berinteraksi antara manusia satu dengan lainnya.
Selain itu, bahasa memiliki kesatuan kata dan kalimat yang dapat dinyatakan dalam
bentuk lisan maupun tulisan (Wiratno & Santosa, 2014:1).
Bahasa jawa merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku jawa.
Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang
warganya masih menggunakan bahasa jawa sebagai sarana komunikasi. Sampai
saat ini bahasa jawa masih digunakan dalam berbagai acara, seperti upacara
pernikahan, pertemuan kelompok masyarakat jawa, dan dalam aktivitas sehari-hari.
Bahasa jawa terdiri dari bahasa jawa ngoko dan jawa krama. Jawa ngoko biasanya
digunakan dalam berkomunikasi antara anak muda dan kawan sebayanya.
Sementara itu, jawa krama digunakan saat berinteraksi dengan orang yang lebih tua
sebagai rasa penghormatan.
Sementara itu, bahasa daerah juga memiliki fungsi antara lain yaitu sebagai
sarana komunikasi dalam keluarga, sebagai simbol identitas suatu daerah, sebagai
simbol kebanggaan daerah, dan sebagai pendukung bahasa daerah.Menurut data
dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang dikutip dalam situs databoks.katadata.co.id, terdapat 668 bahasa
daerah di Indonesia yang telah diidentifikasi pada tahun 2018.
Pentingnya pembelajaran bahasa daerah dapat digunakan sebagai media
komunikasi antara generasi sebelumnya dengan generasi sekarang untuk membina
generasi penerus agar memiliki kepribadian yang kuat dan rasa hormat serta bangga
dengan tradisi leluhurnya. Namun kini penggunaan bahasa daerah khususnya
bahasa jawa krama mengalami degradasi atau penurunan. Salah satu penyebab
menurunnya bahasa daerah karena jumlah penuturnya semakin sedikit. Selain itu,
bahasa jawa krama hanya diajarkan di sekolah formal mulai dari SD hingga SMA.
Biasanya bahasa daerah hanya dikuasai oleh para orang tua. Sedangkan anak dan
cucu mereka, kehidupannya sudah modern sehingga banyak yang menggunakan
bahasa Indonesia, bahkan bahasa asing.

42
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, degradasi dapat diartikan sebagai


penurunan suatu kualitas dalam segala aspek moral, mulai dari tutur kata, mutu, dan
cara berpakaian. Perkembangan globalisasi yang tidak seimbang menjadi salah satu
faktor penyebab degradasi. Dalam berinteraksi dengan orang tua sebaiknya para
generasi milenial menggunakan tata krama dan sopan santun, seperti berbicara
menggunakan bahasa daerahnya. Namun, karena adanya bahasa asing yang masuk
ke Indonesia menjadikan bahasa lokal atau bahasa daerah mulai tergeser
kedudukannya.
Secara umum, interaksi adalah hubungan antara manusia satu dengan
manusia lain, dalam interaksi terdapat hubungan timbal balik atau saling
mempengaruhi satu dan lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, interaksi antar
manusia tidak dapat dipisahkan, terutama antara orang tua dan generasi milenial.
Dalam proses interaksi inilah orang tua mengajarkan kepada generasi milenial
untuk dapat memahami penggunaan bahasa daerah mereka. Disini peran orang tua
sangat penting untuk mewujudkan penggunaan bahasa Jawa kepada anak. Saat ini
banyak generasi milenial yang kurang begitu paham dengan bahasa daerahnya.
Menurut (Faiza & Firda, 2018:1), generasi milenial atau bisa disebut dengan
generasi Y, generasi ini lahir antara tahun 1980 sampai 2000-an. Oleh karena itu,
usia ini tergolong muda antara 18-35 tahun. Generasi milenial kerap terdengar
akrab di masyarakat karena dapat memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan
teknologi digital.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan di atas maka rumusan masalah yang diajukan
dalam penelitian ini, adalah; “Bagaimana Degradasi Penggunaan Bahasa Daerah
(jawa krama) dalam Interaksi Antara Orang Tua dan Generasi Milenial di Kota
Tegal?”.
KERANGKA TEORI
Pendekatan Interkultural
Pendekatan Antarbudaya atau Pendekatan Interkultural adalah sebuah solusi yang
tepat dalam memecahkan permasalahan di dalam komunikasi antarbudaya, karena
melalui pendekatan tersebut, manusia dapat menghindari penggeneralisasian dan

43
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022

stereotip terhadap orang asing. Penggunaan pendekatan antarbudaya sudah lama


dianjurkan oleh Dewan Tinggi Eropa sejak tahun 1970 sebagai prioritas dalam
sistem edukasi dan sudah dipraktekkan di sekolah- sekolah Eropa mulai tahun 1990
(Jenna, 2019:9).
Pada awal kemunculannya, pendekatan antarbudaya digunakan untuk
memahami antarbudaya kaum imigran. Budaya adalah salah satu kata yang sulit
untuk dedefinisakan. Seorang ahli anthropologi Alfred Kroeber dan Clyde
Kluckhohn mencoba mereview definisi budaya yang berbeda pada tahun 1952.
Salah satu definisi yang menarik adalah apa yang disampaikan oleh Hall,
bahwa”culture is communication and communication is culture.(Fathur, 2010:233).
Komunikasi Budaya
Oate Franklin memperkuat arti pentingnya komunikasi budaya karena
muara dari budaya adalah adanya perbedaan system nilai yang mengacu pada
kelompok sosial tertentu (culture is manifested through different types of regulatiies
and that is associated with social groups.) (Annoni, 2013:11). Sedangkan Bolten
mendefinisikan pertemuan dua budaya atau lebih berarti hidup berdampingan
(nebeneinander leben), hidup bersama-sama (miteinander leben) adanya interaksi
dan inisiatif sosialisasi diri dari kedua pihak bahkan berujung menjadi proses
akulturasi (Edwards and Van Waas., 2014:12).
Generasi Millenial
Menurut (Faiza & Firda, 2018:1), generasi milenial atau bisa disebut dengan
generasi Y, didefinisikan sebagai generasi yang lahir antara tahun 1980 sampai
2000-an. Oleh karena itu, usia ini tergolong muda antara 18-35 tahun. Generasi
milenial kerap terdengar akrab di masyarakat karena dapat memenuhi
kebutuhannya dengan menggunakan teknologi digital. Dan pertemuan antara
generasi millineal dan generasi tahun 1950 sampai 1979-an kerap disebut dengan
pertemuan dalam intercultural.
Tugas interkultural adalah mendorong proses hidup berdampingan menjadi
hidup bersama-sama dengan segala konsekuensi dan penerimaan dari masing-
masing pihak (Desmond Durkin-Meisterernst, 2016:10). Dood mendefinisikan
komunikasi antar budaya dilakukan oleh pribadi, antarpribadi, dan kelompok yang

44
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022

mempunyai latara belakang kebudayaan yang berbeda dan perbedaan itu


mempengaruhi para pelaku komunikasi.14 Sementara Liliweri mendefinisikan
komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara dua orang atau lebih yang
berbeda latar belakang kebudayaan (Mahmut Sami and Hakan, 2015:75).
METODE PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tipe penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang menggunakan data-data berupa kata-kata tertulis atau
ungkapan dari subyek yang sedang diamati, penelitian ini mendeskripsikan suatu
fenomena yang akan diteliti. Menurut (Nurdin & Hartati, 2019:40-41) penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menjelaskan secara mendalam tetang suatu
fenomena yang sedang terjadi. Dalam penelitian kualitatif, peneliti baiknya
mempunyai pengetahuan yang luas agar dapat menganalisis fenomena sosial yang
sedang diteliti sehingga mendapatkan hasil yang optimal.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif.
Menurut Whitney dalam Basuki (2021:18-19) penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang mendeskripsikan subyek dengan natural atau seadanya. Penelitian
deskriptif mengkaji tradisi yang ada dalam masyarakat, permasalahannya serta
keadaan atau situasi yang ada di dalamnya, termasuk pandangan, perbuatan dan
tahapan-tahapan yang berpengaruh dan sedang terjadi dari suatu fenomena.
Sumber data primer pada penelitian ini adalah hasil wawancara kepada
informan. Menurut Sayidah (2018:143) Informan adalah partisipan yang dipilih
oleh peneliti sebagai sumber data dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Informan penelitian adalah
narasumber atau subyek pada penelitian yang dapat memberikan informasi tentang
suatu fenomena atau masalah yang diangkat dalam penelitian.
Informan penelitian dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu, informan kunci,
informan utama dan informan tambahan. Informan kunci adalah informan yang
mempunyai informasi secara menyeluruh tentang masalah yang diangkat oleh
peneliti. Informan kunci pada penelitian ini yaitu orang tua, karena mengetahui
tentang fenomena atau kondisi degradasi penggunaan bahasa daerah (jawa krama)
yang terjadi pada anak muda, juga memahami informasi tentang informan utama.

45
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022

Teknik pengumpulan data merupakan kegiatan terpenting dalam suatu


penelitian, bertujuan membuktikan kebenaran data yang dikumpulkan oleh peneliti.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teknik analisis data sangat diperlukan dalam melakukan suatu penelitian,
peneliti perlu menganalisis data agar data tersebut dapat dipahami. Menurut Milles
& Huberman dalam Helaluddin & Wijaya (2019: 123-124) menjelaskan bahwa
kegiatan analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan terus berlanjut
sampai datanya mencapai titik jenuh.
Hasil Penelitian
Degradasi penggunaan bahasa daerah (Jawa krama) dalam interaksi orang tua
dan generasi milenial di Kota Tegal, menggunakan teori interaksi simbolik menurut
George Herbert Mead.Interaksi simbolik adalah salah satu teori komunikasi yang
memberikan informasi kepada khalayak untuk bertindak berdasarkan makna yang
diberikannya pada orang, benda, dan peristiwa. Kehidupan manusia salah satunya
berada dalam lingkungan simbolik karena adanya keterkaitan yang erat antara
aktivitas kehidupan manusia dengan simbol-simbol. Simbol meliputi kata-kata
(pesan verbal), perilaku non-verbal, dan objek yang sesuai dengan maknanya
(Ahmadi, 2008:304).
Dalam penelitian ini simbol yang dimaksud adalah bahasa daerah (Jawa
krama). Pada dasarnya, manusia dalam melakukan interaksi sehari-hari
menggunakan bahasa, khususnya masyarakat Jawa Tengah yang menggunakan
bahasa Jawa krama dalam interaksinya. Namun lama kelamaan akibat adanya
perkembangan teknologi, kini bahasa daerah (Jawa krama) di Kota Tegal kian
tergerus zaman dan mengalami degradasi, sudah jarang ditemukan anak muda yang
menggunakan bahasa jawa krama. Hal ini ternyata disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu:
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan sekolah
3. Lingkungan masyarakat
4. Pengaruh budaya asing

46
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022

5. Penggunaan media massa atau media elektronik.


Faktor-faktor penyebab degradasi penggunaan bahasa daerah (Jawa krama)
dalam interaksi tidak lepas dari faktor internal (kurangnya perhatian dan bimbingan
dari orang tua serta kurangnya pengendalian diri pada generasi milenial) dan faktor
eksternal (lingkungan sekitar dan pergaulan antar teman sebaya). Hal ini
dibuktikan dengan penelitian di Kota Tegal, yang melibatkan dari beberapa
informan, diantaranya generasi milenial, orang tua, dan tokoh masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis uraikan pada Bab V
berdasarkan realitas yang ada, maka bagian ini penulis akan menyajikan analisis
data atau pembahasan di lapangan berikut ini:
1. Lingkungan Keluarga
Selain tanggung jawab dan memberikan nafkah kepada anaknya, peran orang
tua dalam keluarga adalah selalu memberikan pendidikan, baik di mana pun dan
kapan pun dengan harapan kelak anaknya menjadi anak yang baik. Selain itu orang
tua juga harus mengajarkan unggah ungguh atau sopan santun kepada anak-
anaknya, seperti tata cara penggunaan bahasa daerah saat berinteraksi dengan orang
yang lebih tua agar seorang anak dapat mengerti sopan santun dalam bertutur kata.
Akan tetapi saat ini orang tua seringkali jarang mengajarkan bahasa daerah kepada
anak-anaknya.
Bimbingan dari orang tua sangat berpengaruh dalam perkembangan bahasa
daerahnya, namun pada zaman yang modern saat ini kebanyakan orang tua
sekarang dalam interaksinya lebih mengajarkan bahasa Indonesia kepada anak-
anaknya, sehingga saat interaksi berlangsung jarang anak muda yang menggunakan
bahasa daerah (Jawa krama). Dampak dari kondisi seperti ini yaitu menyebabkan
menurunnya interaksi orang tua dan generasi milenial dalam berbahasa daerah
terutama Jawa krama.
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis
melaksanakan bimbingan, pengajaran dan pelatihan dalam rangka membantu siswa
agar mampu mengembangkan potensinya. Sekolah juga memberi pengaruh dalam
membantu perkembangan kepribadian anak. Sekolah adalah lingkungan

47
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022

pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah bersekolah, lingkungan yang setiap
hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah sekolah. Sebagai lembaga
pendidikan, sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-
nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat di samping mengajarkan
berbagai keterampilan dan kepandaian kepada para siswanya. Selain itu, sekolah
juga mengajarkan tentang ilmu budaya termasuk bahasa daerah.
Faktor yang dapat mempengaruhi penurunan penggunaan bahasa daerah
dalam interaksi juga karena sarana pendidikan atau sekolah yang kurang
menekankan pembelajaran bahasa daerah terutama Jawa krama. Berdasarkan hasil
analisis penulis, sarana pendidikan seperti sekolah juga berpengaruh dalam
penurunan penggunaan bahasa daerah (Jawa krama) dalam berinteraksi, karena
kurang ditekankan pembelajaran bahasa daerahnya terutama bahasa Jawa krama.
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan secara sederhana
masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat
oleh kesatuan negara, kebudayaan dan agama. Masyarakat sangat besar
pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para
pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya. Masyarakat juga
berperan penting dalam pembentukan perilaku anak muda, termasuk berperilaku
saat interaksi dengan orang yang lebih tua menggunakan unggah ungguh bahasa
yang santun seperti bahasa Jawa krama. Penggunaan bahasa jawa krama saat
interaksi di lingkungan masyarakat, sesuai dengan konsep teori interaksi simbolik,
yaitu mind, self, dan society.
a. Konsep Pikiran (Mind)
Pikiran (mind) meliputi berbagai kemampuan dalam menggunakan simbol
yang memiliki makna sosial yang sama. Makna sosial tercipta dalam proses
interaksi yang melibatkan komunikasi antar manusia. Dalam menciptakan makna
yang sama, individu saling menjalin kesepakatan dan kesepahaman untuk
menerapkan makna tertentu pada simbol tertentu.
Ketika ingin memulai sebuah komunikasi biasanya lawan bicara atau
komunikan menyimak dahulu apa yang disampaikan oleh komunikator. Proses

48
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022

menyimak tersebut merupakan cara kerja otak melalui pikiran. Pikiran yang
dimaksud disini adalah proses berpikir dari individu itu sendiri terhadap makna atau
simbol pada saat interaksi berlangsung. Kemudian dicerna ke dalam pikiran
terhadap stimulus yang diberikan pada saat berkomunikasi. Proses berpikir atau
interaksi menjadi mungkin karena adanya simbol yang sama atau bahasa yang
sudah disepakati bersama. Simbol berupa bahasa yang mucul menimbulkan adanya
respon. Untuk itu lah, ketika terjalin sebuah kesepakatan bersama maka
komunikasi bisa dilakukan dengan baik.
Dalam penelitian ini dapat dilihat ketika ingin memulai interaksi dan
komunikasi, masih ada generasi milenial yang menggunakan bahasa jawa krama
kepada orang yang lebih tua, karena untuk memberikan rasa hormat dan sopan
santun atau mengerti unggah ungguh, maka simbol-simbol yang mereka gunakan
adalah bahasa jawa krama. Ketika melakukan komunikasi dengan bahasa daerah
jawa krama, baik orang tua dan anak muda saling memahami apa yang mereka
bicarakan. Sehingga tujuan dalam proses komunikasi tersebut tercapai. Setelah
terjadi kesepemahaman mengenai makna dan pikiraln tentang proses berpikir
karena adanya simbol yang sama atau bahasa yang sudah disepakati bersama, baru
lah komunikasi tersebut dapat dilakukan. Sehingga interaksi antara orang tua dan
generasi milenial dapat terjadi.
b. Konsep Diri (Self)
Diri (self) muncul dan berkembang melalui aktivitas interaksi sosial dengan
orang lain. Proses melihat diri sendiri melalui sudut pandang orang lain merupakan
cara yang efektif bagi individu untuk masuk ke dalam tatanan sosial karena dengan
begitu individu akan mampu untuk menilai kekurangan ataupun kelebihan yang ada
pada dirinya. Diri melihat bagaimana generasi milenial berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang tua. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas dan
antara hubungan sosial. Konsep diri yang diterapkan anak generasi milenial ketika
berada di lingkungan sosial khususnya di lingkungan masyarakat adalah ia
menempatkan diri sebagai objek dengan mengikuti aturan yang diterapkan di
lingkungan sosialnya.

49
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022

Teori george herbert mead memiliki konsep “I” and “Me”, yaitu dimana diri
seorang manusia sebagai subyek adalah “I” dan diri seorang manusia sebagai objek
adalah “Me”. “I” adalah aspek diri yang bersifat non-reflektif yang merupakan
respon terhadap suatu perilaku spontan tanpa adanya pertimbangan. Dan ketika di
dalam aksi dan reaksi terdapat suatu pertimbangan ataupun pemikiran, maka pada
saat itu “I” berubah menjadi “Me”.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa generasi milenial akan tetap
melakukan komunikasi menggunakan bahasa jawa sebagai “I” baik dengan orang
tua maupun dengan teman-teman sebayanya. Seperti yang sudah dipaparkan pada
hasil penelitian Bab V. Generasi milenial cenderung lebih senang berkomunikasi
dan interaksi dengan hanya menggunakan bahasa jawa ngoko dan bahasa Indonesia
dengan teman-temannya, karena ia bertindak sebagai dirinya sendiri yaitu “I”.
Sedangkan dalam berkomunikasi dan interaksi dengan orang yang lebih tua,
generasi milenial menggunakan bahasa jawa krama. Dalam hal ini, terjadilah
penilaian mengenai dirinya terhadap sudut pandang orang lain. Maka dari itu, “Me”
merujuk pada norma dan harapan dari masyarakat sekitar.
Karena beberapa anak muda memiliki asumsi bahwa bahasa Jawa krama lebih
tepat digunakan untuk berkomunikasi dengan orang-orang tertentu. Namun
terdapat perbedaan pada asumsi mereka sesuai dengan pandangan yang
dimilikinya. Orang tua merupakan sosok yang harus dihormati. Selain itu, orang-
orang yang mempunyai jarak usia yang cukup jauh dengan anak muda, seperti
kakek dan nenek juga dianggap sebagai orang-orang yang harus dihormati.
Sedangkan orang-orang lain bagi mereka penggunaan bahasa Jawa krama dalam
berinteraksi tidak berlaku wajib.
c. Konsep Sosial (Society)
Society merupakan premis terakhir yang digagas oleh Mead yang
menyebutkan bahwa makna timbul berdasarkan interaksi, terus berkembang dan
disempurnakan selama proses berlangsung.
Society merupakan kumpulan dari berbagai macam aspek sosial yang
meliputi adat, suku bangsa, budaya, agama, dan lain sebagainya. Sehingga

50
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022

perkembangan individu yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungan


sekitar (society) akan mempengaruhi pembentukan konsep diri seseorang.
Keluarga berada di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Di dalam struktur
sosial, hal ini tidak dapat dipungkiri. Keluarga adalah jalan utama untuk seseorang
menambah ilmu pengetahuan. Untuk selanjutnya agar mereka bisa hidup dan
berbaur di tengah masyarakat. Hal yang tidak bisa dipungkiri adalah keberadaan
anak muda kadang kala dianggap sepele oleh orang-orang disekitar. Menurut
pengertian individual ini masyarakat memengaruhi mereka, memberi mereka
kemampuan melalui kritik diri, untuk mengandalkan diri mereka sendiri.
4. Pengaruh Budaya Asing
Pengaruh budaya asing adalah dampak langsung dari globalisasi yaitu
westernisasi. Westernisasi adalah sebuah arus besar yang mempunyai jangkauan
politik, sosial, kultur dan teknologi. Arus ini bertujuan mewarnai kehidupan
bangsa-bangsa terutama kaum muda atau generasi milenial dengan gaya Barat.
Dengan cara menggusur kepribadian anak muda yang cinta akan budaya nya
kemudian menjadi tawanan budaya asing yang meniru peradaban barat, tidak hanya
dari gaya hidup tetapi lunturnya nilai budaya seperti dalam penggunaan bahasanya.
Anak-anak muda sekarang dalam interaksinya lebih banyak menggunakan
bahasa gaul bahkan seringkali diselingi dengan bahasa inggris. Berdasarkan hasil
analisis di lapangan bahwa pengaruh budaya asing terdiri dari lunturnya nilai
budaya daerah dan cara berkomunikasi dan interaksi.
5. Penggunaan Media Massa atau Media Elektronik
Media massa merupakan sarana penyampaian pesan-pesan, suara masyarakat
sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita ataupun pesan kepada
masyarakat langsung secara luas, seperti rumor, opini, propaganda kepada
masyarakat luas. Media elektronik merupakan media yang dalam penyampaiannya
menggunakan informasi jasa listrik seperti handphone (HP).Era gloalisasi zaman
sekarang semua serba modern, contohnya sekarang sudah banyak HP android yang
dimana sekali kita menekan akan mengetahui segala informasi yang ada di seluruh
dunia. Berdasarkan hasil analisis lapangan bahwa menurunnya interaksi orang tua

51
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022

dan generasi milenial dalam berbahasa jawa dipengaruhi oleh media massa seperti
handphone (HP).
Alat-alat elektronik seperti HP sangat mempengaruhi penurunan bahasa jawa
krama dalam interaksi, karena dalam alat elektronik atau HP tersebut kebanyakan
menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa Inggris, sehingga bahasa daerahnya
terlupakan dan mengalami penurunan. Selain itu dalam interaksinya seringkali
anak muda lebih fokus dengan handphonenya, sehingga lawan bicaranya terkesan
diabaikan. Berdasarkan hasil analisis, media elektronik seperti HP sangat
berpengaruh bagi anak muda dalam penurunan penggunaan bahasa daerah (Jawa
krama) dalam berinteraksi.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh melalui hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi maka dapat di ambil kesimpulan bahwa adanya Degradasi
Penggunaan Bahasa Daerah (Jawa Krama) Dalam Interaksi Antara Orang Tua Dan
Generasi Milenial di Kota Tegal, hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Lingkungan keluarga, berpengaruh dalam degradasi penggunaan bahasa Jawa
krama. Orang tua kurang mengajarkan bahasa Jawa krama dalam interaksi,
orang tua lebih sering menggunakan atau mengajarkan anak dengan bahasa
Indonesia dan Jawa ngoko.
2. Lingkungan sekolah, kurang ditekankan pembelajaran bahasa daerah terutana
Jawa krama dalam lingkungan sekolah sehingga dapat dikatakan lingkungan
sekolah berpengaruh dalam penurunan bahasa Jawa krama.
3. Lingkungan masyarakat, dianggap memiliki pengaruh cukup kuat pada anak
muda dalam menentukan sikap dan penggunaan bahasa. Hal ini sesuai dengan
konsep interaksi simbolik:
a. Pemikiran (Mind), merupakan kesepemahaman bersama antara orang tua dan
generasi milenial terhadap simbol dalam interaksi yang menjadi pencetus
dalam komunikasi yaitu bahasa daerah (Jawa krama).
b. Diri (Self), proses dari interaksi tersebut berlangsung yang membentuk diri
generasi milenial di lingkungan masyarakat. Kebiasaan menggunakan bahasa

52
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022

Jawa ngoko dilakukan generasi milenial dalam cara berinteraksi sehari-hari


karena sesuai dengan keinginannya. Akan tetapi, generasi milenial melihat
orang tua dalam sudut pandang orang lain dan mengharuskan mengikuti
untuk dapat mengambil peran yang sama. Maka dari itu, bahasa Jawa krama
digunakan dalam interaksi generasi milenial dan orang tua. Beberapa anak
muda memiliki asumsi bahwa bahasa Jawa krama lebih tepat digunakan untuk
berkomunikasi dengan orang-orang tertentu.
c. Sosial (Society), generasi milenial yang tinggal di tengah masyarakat
menimbulkan harapan-harapan dalam norma masyarakat.
4. Pengaruh budaya asing, masuknya budaya asing salah satunya bahasa asing juga
berdampak pada penurunan bahasa daerah terutama Jawa krama.
5. Penggunaan media massa atau media elektronik, akibat perkembangan teknologi
yang semakin meningkat, munculnya handphone (HP) android yang mana di
dalamnya terdapat bahasa Indonesia dan bahasa asing, bahkan terdapat aplikasi
yang menarik minat anak sehingga saat interaksi terjadi anak muda lebih fokus
ke HP dari pada berinteraksi dengan orang tua.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, D. (2008). Interaksi Simbolik: Suatu Pengantar. Mediator, Vol.9 , 304
Alessandra Annoni and Serena Forlati.(2013).The Changing Role of Nationality in
International Law, The Changing Role of Nationality in International Law
Alfiati. (2021). Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi Dalam
Konteks Interkultural. STAI Madiun:Jurnal An-Nuha Vol. 8, No. 1 Juli .Page
167-177
Basuki, M. S. (2021). Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta:Media
Sains Indonesia.
Desmond Durkin-Meisterernst and others.(2016).‘Scientific Methods for
Philological Scholarship: Pigment and Paper Analyses in the Field of
Manuscriptology’, Journal of Cultural Heritage, 17 Page 7–13 .
Edwards, Alice and Van Waas.2014. Nationality and Statelessness under
International Law, Nationality and Statelessness Under International Law

53
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022

Faiza, A., & Firda, S. J. (2018). Arus metamorfosa milenial. Kendal:Penerbit


Ernest.
Fathur Rokhman and Yuliati.(2010) ‘The Development of the Indonesian Teaching
Material Based on Multicural Context by Using Sociolinguistic Approach at
Junior High School’, Procedia - Social and Behavioral Sciences, page 1481–
88 .
Isodarus, P. B. (2020). Penggunaan Tingkat Tutur Bahasa Jawa Sebagai
Representasi Relasi Kekuasaan. Sintesis, 14(1), 1-29.
Jenna Mittelmeier and others.(2019). ‘Internationalisation at a Distance and at
Home: Academic and Social Adjustment in a South African Distance
Learning Context’, International Journal of Intercultural Relations,
72.September 2018 , 1–12 .
Lafamane, F. (2020). Fenomena Penggunaan Bahasa Daerah di Kalangan Remaja
Mahmut Sami and Hakan Sert.(2015). ‘P Rimary School 5th Grade Science and
Technology Lesson Book ’ s Investigation of Multiple Intelligence Theory’,
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 174, Page 77–81 .
Muthohar, S. (2016). Antisipasi Degradasi Moral di Era Global. Nadwa, 7(2), 321-
334.
Nurdin, I., & Hartati, S. (2019). Metodologi penelitian sosial. Media Sahabat
Cendekia.
Phawani Vijayaratnam.(2012).Developing Higher Order Thinking Skills and Team
Commitment via Group Problem Solving: A Bridge to the Real World.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 66 (2012), 53–63 .
Sayidah, N. (2018). Metodologi Penelitian Disertai dengan Contoh Penerapannya
dalam Penelitian. Zifatama Jawara
Setiadi, E. M., dkk. (2010). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar Edisi Kedua. Jakarta:
Kharisma Putra Utama.
Turner, West Richard dan Lynn H. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Wiratno, T., & Santosa, R. (2014). Bahasa, Fungsi Bahasa, dan Konteks
Sosial. Modul Pengantar Linguistik Umum, 1-19.

54

Anda mungkin juga menyukai