Abstrak
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang berguna untuk menyampaikan
pendapat dan pikirannya. Interaksi merupakan hubungan timbal balik antara
individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, antara kelompok dan
kelompok dengan menggunakan bahasa. Penggunaan bahasa daerah khususnya
bahasa jawa krama di kota Tegal sudah mulai mengalami penurunan atau degradasi,
terutama terjadi antara orang tua dan generasi milenial. Fenomena ini dapat
dikaitkan dengan teori interaksi simbolik yang dipelopori oleh George Herbert
Mead dan pengikutnya Herbert Blumer. Teori interaksi simbolik menekankan pada
hubungan antara simbol dan interaksi. Interaksi simbolik merupakan komunikasi
atau pertukaran simbol yang diberi makna lalu menjadikan kesepamahaman makna
yang diberikan terhadap tindakan orang lain melalui penggunaan simbol-simbol,
interpretasi dan pada akhirnya tiap individu tersebut akan berusaha saling
memahami maksud dan tindakan masing-masing untuk mencapai kesepakatan
bersama.
Kata Kunci : Degradasi ; Interaksi ; Generasi Milenial
Abstract
Language is a human communication tool that is useful for expressing opinions and
thoughts. Interaction is a reciprocal relationship between individuals and other
individuals, individuals and groups, between groups and groups using language.
The use of regional languages, especially Javanese manners in the city of Tegal,
has begun to experience a decline or degradation, especially between parents and
the millennial generation. This phenomenon can be attributed to the symbolic
interaction theory pioneered by George Herbert Mead and his followers Herbert
Blumer. Symbolic interaction theory emphasizes the relationship between symbols
and interactions. Symbolic interaction is a communication or exchange of symbols
that are given meaning and then make understanding of the meaning given to the
actions of others through the use of symbols, interpretations and in the end each
individual will try to understand each other's intentions and actions to reach a
mutual agreement.
Keywords: Degradation; Interaction; Millennial Generation
40
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi,
mengungkapkan perasaan dan berinteraksi antara manusia satu dengan lainnya.
Selain itu, bahasa memiliki kesatuan kata dan kalimat yang dapat dinyatakan dalam
bentuk lisan maupun tulisan (Wiratno & Santosa, 2014:1).
Bahasa jawa merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku jawa.
Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang
warganya masih menggunakan bahasa jawa sebagai sarana komunikasi. Sampai
saat ini bahasa jawa masih digunakan dalam berbagai acara, seperti upacara
pernikahan, pertemuan kelompok masyarakat jawa, dan dalam aktivitas sehari-hari.
Bahasa jawa terdiri dari bahasa jawa ngoko dan jawa krama. Jawa ngoko biasanya
digunakan dalam berkomunikasi antara anak muda dan kawan sebayanya.
Sementara itu, jawa krama digunakan saat berinteraksi dengan orang yang lebih tua
sebagai rasa penghormatan.
Sementara itu, bahasa daerah juga memiliki fungsi antara lain yaitu sebagai
sarana komunikasi dalam keluarga, sebagai simbol identitas suatu daerah, sebagai
simbol kebanggaan daerah, dan sebagai pendukung bahasa daerah.Menurut data
dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yang dikutip dalam situs databoks.katadata.co.id, terdapat 668 bahasa
daerah di Indonesia yang telah diidentifikasi pada tahun 2018.
Pentingnya pembelajaran bahasa daerah dapat digunakan sebagai media
komunikasi antara generasi sebelumnya dengan generasi sekarang untuk membina
generasi penerus agar memiliki kepribadian yang kuat dan rasa hormat serta bangga
dengan tradisi leluhurnya. Namun kini penggunaan bahasa daerah khususnya
bahasa jawa krama mengalami degradasi atau penurunan. Salah satu penyebab
menurunnya bahasa daerah karena jumlah penuturnya semakin sedikit. Selain itu,
bahasa jawa krama hanya diajarkan di sekolah formal mulai dari SD hingga SMA.
Biasanya bahasa daerah hanya dikuasai oleh para orang tua. Sedangkan anak dan
cucu mereka, kehidupannya sudah modern sehingga banyak yang menggunakan
bahasa Indonesia, bahkan bahasa asing.
42
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022
43
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022
44
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022
45
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022
46
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022
47
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022
pendidikan sekunder. Bagi anak yang sudah bersekolah, lingkungan yang setiap
hari dimasukinya selain lingkungan rumah adalah sekolah. Sebagai lembaga
pendidikan, sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah juga mengajarkan nilai-
nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat di samping mengajarkan
berbagai keterampilan dan kepandaian kepada para siswanya. Selain itu, sekolah
juga mengajarkan tentang ilmu budaya termasuk bahasa daerah.
Faktor yang dapat mempengaruhi penurunan penggunaan bahasa daerah
dalam interaksi juga karena sarana pendidikan atau sekolah yang kurang
menekankan pembelajaran bahasa daerah terutama Jawa krama. Berdasarkan hasil
analisis penulis, sarana pendidikan seperti sekolah juga berpengaruh dalam
penurunan penggunaan bahasa daerah (Jawa krama) dalam berinteraksi, karena
kurang ditekankan pembelajaran bahasa daerahnya terutama bahasa Jawa krama.
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan secara sederhana
masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat
oleh kesatuan negara, kebudayaan dan agama. Masyarakat sangat besar
pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para
pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya. Masyarakat juga
berperan penting dalam pembentukan perilaku anak muda, termasuk berperilaku
saat interaksi dengan orang yang lebih tua menggunakan unggah ungguh bahasa
yang santun seperti bahasa Jawa krama. Penggunaan bahasa jawa krama saat
interaksi di lingkungan masyarakat, sesuai dengan konsep teori interaksi simbolik,
yaitu mind, self, dan society.
a. Konsep Pikiran (Mind)
Pikiran (mind) meliputi berbagai kemampuan dalam menggunakan simbol
yang memiliki makna sosial yang sama. Makna sosial tercipta dalam proses
interaksi yang melibatkan komunikasi antar manusia. Dalam menciptakan makna
yang sama, individu saling menjalin kesepakatan dan kesepahaman untuk
menerapkan makna tertentu pada simbol tertentu.
Ketika ingin memulai sebuah komunikasi biasanya lawan bicara atau
komunikan menyimak dahulu apa yang disampaikan oleh komunikator. Proses
48
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022
menyimak tersebut merupakan cara kerja otak melalui pikiran. Pikiran yang
dimaksud disini adalah proses berpikir dari individu itu sendiri terhadap makna atau
simbol pada saat interaksi berlangsung. Kemudian dicerna ke dalam pikiran
terhadap stimulus yang diberikan pada saat berkomunikasi. Proses berpikir atau
interaksi menjadi mungkin karena adanya simbol yang sama atau bahasa yang
sudah disepakati bersama. Simbol berupa bahasa yang mucul menimbulkan adanya
respon. Untuk itu lah, ketika terjalin sebuah kesepakatan bersama maka
komunikasi bisa dilakukan dengan baik.
Dalam penelitian ini dapat dilihat ketika ingin memulai interaksi dan
komunikasi, masih ada generasi milenial yang menggunakan bahasa jawa krama
kepada orang yang lebih tua, karena untuk memberikan rasa hormat dan sopan
santun atau mengerti unggah ungguh, maka simbol-simbol yang mereka gunakan
adalah bahasa jawa krama. Ketika melakukan komunikasi dengan bahasa daerah
jawa krama, baik orang tua dan anak muda saling memahami apa yang mereka
bicarakan. Sehingga tujuan dalam proses komunikasi tersebut tercapai. Setelah
terjadi kesepemahaman mengenai makna dan pikiraln tentang proses berpikir
karena adanya simbol yang sama atau bahasa yang sudah disepakati bersama, baru
lah komunikasi tersebut dapat dilakukan. Sehingga interaksi antara orang tua dan
generasi milenial dapat terjadi.
b. Konsep Diri (Self)
Diri (self) muncul dan berkembang melalui aktivitas interaksi sosial dengan
orang lain. Proses melihat diri sendiri melalui sudut pandang orang lain merupakan
cara yang efektif bagi individu untuk masuk ke dalam tatanan sosial karena dengan
begitu individu akan mampu untuk menilai kekurangan ataupun kelebihan yang ada
pada dirinya. Diri melihat bagaimana generasi milenial berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang tua. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas dan
antara hubungan sosial. Konsep diri yang diterapkan anak generasi milenial ketika
berada di lingkungan sosial khususnya di lingkungan masyarakat adalah ia
menempatkan diri sebagai objek dengan mengikuti aturan yang diterapkan di
lingkungan sosialnya.
49
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022
Teori george herbert mead memiliki konsep “I” and “Me”, yaitu dimana diri
seorang manusia sebagai subyek adalah “I” dan diri seorang manusia sebagai objek
adalah “Me”. “I” adalah aspek diri yang bersifat non-reflektif yang merupakan
respon terhadap suatu perilaku spontan tanpa adanya pertimbangan. Dan ketika di
dalam aksi dan reaksi terdapat suatu pertimbangan ataupun pemikiran, maka pada
saat itu “I” berubah menjadi “Me”.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa generasi milenial akan tetap
melakukan komunikasi menggunakan bahasa jawa sebagai “I” baik dengan orang
tua maupun dengan teman-teman sebayanya. Seperti yang sudah dipaparkan pada
hasil penelitian Bab V. Generasi milenial cenderung lebih senang berkomunikasi
dan interaksi dengan hanya menggunakan bahasa jawa ngoko dan bahasa Indonesia
dengan teman-temannya, karena ia bertindak sebagai dirinya sendiri yaitu “I”.
Sedangkan dalam berkomunikasi dan interaksi dengan orang yang lebih tua,
generasi milenial menggunakan bahasa jawa krama. Dalam hal ini, terjadilah
penilaian mengenai dirinya terhadap sudut pandang orang lain. Maka dari itu, “Me”
merujuk pada norma dan harapan dari masyarakat sekitar.
Karena beberapa anak muda memiliki asumsi bahwa bahasa Jawa krama lebih
tepat digunakan untuk berkomunikasi dengan orang-orang tertentu. Namun
terdapat perbedaan pada asumsi mereka sesuai dengan pandangan yang
dimilikinya. Orang tua merupakan sosok yang harus dihormati. Selain itu, orang-
orang yang mempunyai jarak usia yang cukup jauh dengan anak muda, seperti
kakek dan nenek juga dianggap sebagai orang-orang yang harus dihormati.
Sedangkan orang-orang lain bagi mereka penggunaan bahasa Jawa krama dalam
berinteraksi tidak berlaku wajib.
c. Konsep Sosial (Society)
Society merupakan premis terakhir yang digagas oleh Mead yang
menyebutkan bahwa makna timbul berdasarkan interaksi, terus berkembang dan
disempurnakan selama proses berlangsung.
Society merupakan kumpulan dari berbagai macam aspek sosial yang
meliputi adat, suku bangsa, budaya, agama, dan lain sebagainya. Sehingga
50
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022
51
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022
dan generasi milenial dalam berbahasa jawa dipengaruhi oleh media massa seperti
handphone (HP).
Alat-alat elektronik seperti HP sangat mempengaruhi penurunan bahasa jawa
krama dalam interaksi, karena dalam alat elektronik atau HP tersebut kebanyakan
menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa Inggris, sehingga bahasa daerahnya
terlupakan dan mengalami penurunan. Selain itu dalam interaksinya seringkali
anak muda lebih fokus dengan handphonenya, sehingga lawan bicaranya terkesan
diabaikan. Berdasarkan hasil analisis, media elektronik seperti HP sangat
berpengaruh bagi anak muda dalam penurunan penggunaan bahasa daerah (Jawa
krama) dalam berinteraksi.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh melalui hasil wawancara, observasi dan
dokumentasi maka dapat di ambil kesimpulan bahwa adanya Degradasi
Penggunaan Bahasa Daerah (Jawa Krama) Dalam Interaksi Antara Orang Tua Dan
Generasi Milenial di Kota Tegal, hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Lingkungan keluarga, berpengaruh dalam degradasi penggunaan bahasa Jawa
krama. Orang tua kurang mengajarkan bahasa Jawa krama dalam interaksi,
orang tua lebih sering menggunakan atau mengajarkan anak dengan bahasa
Indonesia dan Jawa ngoko.
2. Lingkungan sekolah, kurang ditekankan pembelajaran bahasa daerah terutana
Jawa krama dalam lingkungan sekolah sehingga dapat dikatakan lingkungan
sekolah berpengaruh dalam penurunan bahasa Jawa krama.
3. Lingkungan masyarakat, dianggap memiliki pengaruh cukup kuat pada anak
muda dalam menentukan sikap dan penggunaan bahasa. Hal ini sesuai dengan
konsep interaksi simbolik:
a. Pemikiran (Mind), merupakan kesepemahaman bersama antara orang tua dan
generasi milenial terhadap simbol dalam interaksi yang menjadi pencetus
dalam komunikasi yaitu bahasa daerah (Jawa krama).
b. Diri (Self), proses dari interaksi tersebut berlangsung yang membentuk diri
generasi milenial di lingkungan masyarakat. Kebiasaan menggunakan bahasa
52
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, D. (2008). Interaksi Simbolik: Suatu Pengantar. Mediator, Vol.9 , 304
Alessandra Annoni and Serena Forlati.(2013).The Changing Role of Nationality in
International Law, The Changing Role of Nationality in International Law
Alfiati. (2021). Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Perguruan Tinggi Dalam
Konteks Interkultural. STAI Madiun:Jurnal An-Nuha Vol. 8, No. 1 Juli .Page
167-177
Basuki, M. S. (2021). Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta:Media
Sains Indonesia.
Desmond Durkin-Meisterernst and others.(2016).‘Scientific Methods for
Philological Scholarship: Pigment and Paper Analyses in the Field of
Manuscriptology’, Journal of Cultural Heritage, 17 Page 7–13 .
Edwards, Alice and Van Waas.2014. Nationality and Statelessness under
International Law, Nationality and Statelessness Under International Law
53
Jurnal Egaliter, Volume 6 Nomor 11, Oktober 2022
54