Anda di halaman 1dari 6

Komunikasi Non-Verbal Terhadap Tunarungu Wicara

Nadira Putri Salsabillah, NIM 07031182328041, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Program
Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sriwijaya.

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, dan selalu
berhubungan serta membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sebuah
ungkapan yang berasal dari asing mengatakan bahwa Manusia adalah zoon
politicon yang berarti manusia adalah makhluk yang bermasyarakat (Supriadin,
2021). Oleh karena itu, sebagai makhluk yang bermasyarakat, manusia akan selalu
berkeinginan untuk berbicara, saling tukar-menukar gagasan, mengirim dan
menerima informasi, berbagi pengalaman, bekerjasama dengan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan, dan sebagainya. Berbagai keinginan tersebut hanya dapat
terpenuhi melalui kegiatan interaksi dengan orang lain atau yang sering kita sebut
dengan komunikasi.

Komunikasi merupakan suatu kebutuhan bagi semua usia, mulai dari


balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Menurut para ahli (dalam
Yuniarsih, 2018) Edward Depari, mendefinisikan komunikasi merupakan proses
yang dilakukan oleh penyampai pesan untuk menyampaikan gagasan, harapan,
dan pesan yang disampaikan melalui lambang kepada penerima pesan tertentu.
James A. F. Stoner, mendefinisikan komunikasi sebagai proses seorang untuk
berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. Sedangkan,
John R. Schemerhorn, mendefinisikan komunikasi sebagai proses antarpribadi
dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi mereka. Dengan
begitu dapat disimpulkan bahwa, komunikasi adalah proses penyampaian
informasi atau mencari informasi yang dilakukan oleh seorang penyampai pesan
(komunikator) kepada penerima pesan (komunikan) dengan menggunakan suatu
media dan mengarapkan suatu feedback (timbal balik) secara langsung atau tidak
langsung, walaupun terkadang terjadi suatu hambatan.
Dalam komunikasi, terdapat dua macam komunikasi yang terjadi
dikehidupan manusia. Yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata/tulisan dalam
penyampaianya seperti yang kita lakukan setiap hari, sedangkan komunikasi non-
verbal adalah komunikasi yang memerlukan simbol-simbol atau gerak
tubuh/tangan (gestur) dalam penyampaiannya, seperti yang digunakan oleh para
penyandang disabilitas. Para penyandang disabilitas seperti tunarungu dan
tunawicara menggunakan komunikasi non-verbal dalam berkomunikasi, yaitu
dengan bahasa isyarat. Bahasa isyarat merupakan bentuk dari komunikasi non-
verbal yang tidak mengutamakan suara sebagai alat komunikasi tetapi melalui
bahasa tubuh, raut wajah, serta pergerakan tangan dan bibir untuk menyampaikan
apa maksud dan pikiran dari seseorang yang berbicara. Sedangkan, bahasa isyarat
menurut KBBI ialah bahasa yang tidak menggunakan bunyi ucapan manusia atau
tulisan dalam sistem perlambangannya, juga dapat dikatakan bahasa yang
menggunakan isyarat seperti gerakan tangan, kepala, badan dan sebagainya, yang
khusus diciptakan untuk mereka para penyandang disabilitas (tunarungu,
tunawicara, tunanetra, dan sebagainya).

Setiap manusia berharap komunikasi berjalan dengan lancar. Akan tetapi


pada kenyatannya tidak semua orang dapat melakukan komunikasi dengan baik,
tidak semua orang dilahirkan mendengar dan berbicara, beberapa diantaranya
lahir dengan gangguan pendengaran dan pembicaraan yang dikenal dengan
Tunarungu wicara. Seseorang dengan hambatan mendengar serta berbicara
(tunarungu wicara) biasanya terlihat normal. Perbedaanya adalah mereka tidak
dapat mendengar, yang pada akhirnya mempengaruhi komunikasinya sehingga
dalam hal berbicara mengalami kesulitan. Menurut Tati Hernawati (2007)
menjelaskan bahwa, Tunarungu wicara adalah keadaan seseorang yang mengalami
gangguan dengan bagian organnya yaitu pendengaran dan cara bicara, sehingga
mengakibatkan ketidakmampuan untuk mendengar serta berbicara.

Seseorang penderitaan tunarungu wicara selalu mengalami hambatan


berkomunikasi yang pada akhirnya menghambat perkembangan, kepribadian,
kecerdasan, dan penampilannya sebagai makhluk sosial. Sehingga, Tidak dapat
dipungkiri bahwa seorang tunarungu wicara biasa memperoleh perlakuan yang
berbeda dari orang lain. Terkadang mereka seringkali di kucili oleh masyarakat
sehingga membuat mereka tidak percaya diri untuk berinteraksi dengan orang
lain, karena Mereka sering dianggap berbeda dengan orang normal yang membuat
mereka kurang mendapat perhatian dari orang-orang yang ada disekitarnya. Dan
tanpa kita sadarin, ketidakpedulian serta kecuekan kita terhadap mereka yang
menyebabkan mereka menjadi rendah diri serta putus asa. Disinilah pentingnya
memberikan mereka perhatian dan dukungan. Namun bagaimana caranya?

Beberapa cara yang dapat dilakukan Yaitu dengan mempelajari serta


memahami bahasa isyarat agar dapat bisa berkomunikasi dengan mereka,
sehingga mereka dapat menukarkan pikirannya, berbagi perasaannya dan
sebagainya. Terutama bagi mahasiswa program studi ilmu komunikasi. Maka dari
itu, alasan saya untuk memilih topik ini adalah untuk membuka pikiran
masyarakat terutama mahasiswa ilmu komunikasi bahwa sangat penting bahkan
sangat bermanfaat mempelajari bahasa isyrat, Karena saat ini kenyataanya, bahasa
isyarat merupakan hal yang hampir hilang di masyarakat kita. Tidak banyak orang
yang paham akan komunikasi menggunakan bahasa isyarat, bahkan sangat sedikit
orang yang minat atau berkeinginan untuk belajar bahasa isyarat. Oleh karena itu,
kita akan mempelajari tentang manfaat yang ada jika mempelajari bahasa isyarat
(baik itu bagi mahasiswa, masyarakat serta dalam dunia perkejaan). Kedua,
membahas tentang pentingnya belajar serta memahami bahasa isyarat, dan ketiga
adalah membedah hal apa yang menjadi alasan seseorang untuk tidak tertarik
mempelajari bahasa israyat.

Bahasa isyarat sangat penting bagi seseorang yang mempunyai


keterbatasan serta hambatan dalam berbicara, karena bahasa isyarat adalah alat
komunikasi yang digunakan oleh seorang tunarungu dalam berinteraksi dengan
orang lain. Oleh karena itu, dengan mempelajari dan memahami bahasa isyarat,
akan mempererat dan memperdekat pertemanan kita dengan seorang tunarungu
wicara. Dan tentu saja, hal ini akan memberikan feedback berupa manfaat yang
akan kita dapatkan. Yaitu pertama bagi mahasiswa, terutama mahasiswa dengan
program studi Ilmu Komunikasi. Karena, salah satu tujuan dari jurusan Ilmu
Komunikasi ialah mempelajari bagaimana proses dalam menyampaikan pesan
secara efektif dan bagaimana cara yang baik dalam memahami dan mendengarkan
audiens saat menyampaikan pesan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa mahasiswa
dengan jurusan yang terjudu dengan interaksi, sangat wajib untuk mempelajari
komunikasi melalui bahasa isyarat.

Menurut Aninda hawa (Dalam Awendra, 2022) mengatakan bahwa :

“Dalam jurusan Ilmu Komunikasi, kita mempelajari tentang cara


bersosialisasi dan juga berinteraksi. Baik langsung maupun lewat
dunia maya.”

Beberapa manfaat yang di dapatkan mahasiswa seperti, mengembangkan


keterampilan yang berkaitan dengan penalaran otak yang nantinya berguna dalam
meningkatkan kualitas belajar atau meningkatkan keterampilan kognitif yang
dapat berpengaruh pada perkembangan IQ mahasiswa, membangun jembatan
komunikasi dan memfasilitasi partisipasi yang lebih aktif dari individu tunarungu
wicara, menambahkan pengalaman baru dengan dapat memperluas pertemanan
dengan seorang tunarungu wicara, serta membuka pikiran serta menyadarkan
mahasiswa bahwa masih banyak anak-anak tunarungu wicara yang sangat
membutuhkan pendengar yang baik bagi mereka. Tidak hanya itu saja,
mempelajari serta memahami bahasa isyarat bagi mahasiswa ilmu komunikasi
akan menjadi poin tambahan bagi mereka yang nantinya akan berguna untuk masa
depannya, sebagai contoh pada saat dunia pekerjaan.

Namun, tidak hanya bermanfaat bagi mahasiswa. Hal ini juga sangat
bermanfaat bagi masyarakat, salah satunya saat komunikasi lisan tidak
memungkinkan. Bahasa isyarat menjadi penolong untuk berkomunikasi dalam
keadaan darurat. Sebagai contoh, saat membutuhkan pertolongan atau diancam
seseorang, sehingga tidak memungkinkan untuk meminta tolong dengan lisan.
Manfaat lainnya jika kita bisa menguasai bahasa isyarat yaitu menjadi
penolong/pembantu mereka (tunarungu wicara). Misalnya, ketika di tempat
umum, kita melihat seorang tunarungu wicara sedang membutuhkan bantuan atau
mengalami kesulitan. Dia sudah mencoba untuk meminta tolong kepada orang
lain namun tidak ada orang yang mengerti dengan cara komunikasinya. Dengan
begitu, kita yang sudah mempelajari bahasa isyarat dapat menjadi penolong bagi
mereka sehingga ilmu yang kita pelajarin menjadi sangat berguna dan tidak sia-
sia. Namun, tidak hanya berguna dalam aspek itu saja. Saat ini, mempelajari serta
memahami bahasa isyarat sangat berguna dalam dunia perkejaan. Ada beberapa
pekerjaan yang sangat membutuhkan juru bahasa isyarat, contohnya menjadi
relawan dan bergabung dengan sebuah komunitas. Aktivitas ini amat bermanfaat
agar membantu penyandang tunarungu wicara yang sedang kesusahan saat terjadi
bencana. Dan saat ini, bahasa isyarat mulai banyak dibutuhkan dan digunakan.
Seperti penggunaan jasa penutur bahasa isyarat di sejumlah media seperti televisi
nasional, menjadi guru di Sekolah Luar Biasa atau SLB, dll.

Dari ketiga manfaat tersebut, maka dapat disimpulkan tujuan dari


mempelajari dan memahami bahasa isyarat bukan hanya untuk berkomunikasi
dengan penyandang tunarungu wicara. Tetapi berguna dalam segala aspek, seperti
dalam dunia pekerjaan, dalam keadaan darurat, dll. Namun, walaupun sudah jelas
sekali banyaknya manfaat mempelajari bahasa isyarat, tetap saja masih banyak
orang yang tidak tertarik mempelajari komunikasi non-verbal satu ini, mengapa
hal tersebut terjadi? Apa yang menjadi penghambat sehingga mereka tidak tertarik
untuk mempelajari bahasa isyarat?. Menurut pendapat saya dan banyak mewakili
pendapat orang lainnya yang tidak mempelajari bahasa isyarat, bahwa ada
beberapa orang yang tidak mempelajari bahasa isyarat bukan karena tidak tertarik,
melainkan terdapat beberapa faktor yang membuat mereka tidak dapat memahami
bahasa isyarat. Sebagai contoh yaitu karena bahasa isyarat merupakan bahasa
yang cukup sulit untuk dipelajari, bahkan seseorang yang fokus mempelajari hal
tersebut dapat memakan waktu betahun tahun untuk benar-benar dapat memahami
bahasa isyarat. Dan kedua kurangnya dukungan dari lingkungan. Sulit
menemukan pengajar yang dapat menjadi pembimbing dalam memahami bahasa
isyarat, dan Tempat-tempat kursus yang memfokuskan tentang mempelajari
bahasa isyarat pun sangatlah sedikit. Tetapi, ada juga orang yang tidak ingin
mempelajari bahasa isyarat karena mereka tidak tertarik akan hal tersebut. Salah
satu faktornya karena kurangnya pemahaman mereka sehingga mereka tidak
peduli dengan penyandang tunarungu wicara di sekitar mereka, hal itu membuat
pikiran mereka tertutup dan menolak untuk mempelajari bahasa isyarat karena
mereka merasa tidak berguna/sia-sia.

Setelah mengetahui apa faktor penghambat yang menyebabkan seseorang


tidak tertarik dengan mempelajari bahasa isyarat, lalu bagaimana solusi yang
dapat diberikan? Beberapa solusi yang dapat diberikan menurut saya seperti,
membuat sebuah komunitas untuk mempelajari bahasa isyarat dengan bersama-
sama, sehingga hal ini lebih mempermudah kita memahami bahasa isyarat
daripada belajar dengan individu. Kedua, memanfaatkan teknologi berupa media
sosial. Kita ketahui bahwa globalisasi akan terus berkembang seiring berjalannya
zaman, dan pada era sekarang, teknologi sudah dapat dikatakan canggih, sehingga
kita dapat memanfaatkan hal tersebut dengan mencari tahunya di internet,
sehingga kita tidak harus membutuhkan pengajar langsung ketika sulitnya
menemukannya dalam lingkungan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai