Anda di halaman 1dari 25

D.

Klasifikasi Komunikasi Nonverbal


Terdapat bermacam-macam klasifikasi yang berbeda, klasifikasi yang biasa digunakan
adalah dengan membagi ke dalam bagian yaitu: kinesics (biasa disebut body language),
proxemics (termasuk kontak fisik, jarak saat komunikasi berlangsung) dan para-linguistik
(respon yang menurut tata bahasa tidak mempunyai arti tapi dapat mengekspresikan keadaan
emosional seseorang. Misalnya: suara yang menunjukkan kekagetan, ketidaksabaran seperti :
uh..uh..wow..aaah dan lain-lain).
Pendekatan lain adalah yang dikemukakan oleh Michael Argyle yang menyajikan
kerangka analisis lebih rinci. Dia membaginya dalam sepuluh macam perilaku sosial dan
menganalisis tiap perilaku tersebut. Pada dasarnya kedua pendekatan tersebut sama saja, yang
membedakannya adalah cara pembagiannya. Kita hanya akan mempelajari satu pendekatan
saja yaitu yang dikemukakan oleh Michael Argyle, karena yang terpenting adalah cara anda
dapat mengenali tanda-tanda tersebut, bukannya membuat pengelompokkan berdasarkan
kedua pendekatan tersebut.
Berikut ini dijelaskan tentang macam perilaku sosial pada aktivitas kehidupan manusia
(pendekatan Michael Argyle seorang psikolog sosial dari Inggris). Terdapat paling sedikit sepuluh
perilaku sosial yang dapat dengan mudah diteliti pada tiap kegiatan manusia.

1. Kontak tubuh/bodily contac

Terdapat bermacam-macam kontak tubuh dalam hubungannya dengan perbedaan


kultur. Orang-orang Australia keturunan Inggris mungkin kurang emosional dibanding
dengan orang-orang lainnya. Sebagai contoh, adalah hal yang sangat tidak biasa untuk
wanita di Australia dicium tiga kali dipipinya baik oleh laki-laki maupun wanita sebagai
sapaan persahabatan. Sebaliknya ini merupakan hal normal yang dipraktekkan antar
teman di negara Swiss. Berjabatan tangan pada situasi yang berbeda dapat berarti hal
yang berbeda pula, walaupun terjadi di suatu negara yang sama. Di Australia berjabatan
tangan lebih umum dilakukan pada situasi bisnis, misalnya antara klien dan konsultan
dibandingkan di antara teman sesama pegawai. Dan juga berjabatan tangan antar laki-laki
lebih sering dari pada dengan wanita (yang akan lebih sopan bila memberikan ciuman
ringan di pipi atau tidak sama sekali). Contoh di atas merupakan contoh sederhana yang
menunjukkan bahwa banyak sekali kultur dan kompleksitas antar manusia yang
mendasari suatu kontak tubuh.
Di Indonesia tiap daerah mempunyai kebiasaan yang berbeda, demikian pula dalam
cara berjabat tangan. Di Jawa Barat apabila dua orang saling bertemu akan berjabatan
tangan dengan kedua belah telapak tangan tertutup dan punggung sedikit membungkuk,
hal ini merupakan cara yang sopan. Sering pula kita melihat jabatan tangan antara orang
tua dan anak, di mana anak akan mencium tangan orang tuanya. Hal ini menunjukkan
rasa hormat anak kepada orang tua. Pada situasi khusus seperti hari raya Idul Fitri
biasanya antar orang tua dan anak akan memerlukan sungkeman, di mana orang tua
duduk dan anaknya bersimpuh sambil mencium lutut orang tuanya. Akhir-akhir ini
pengaruh barat muncul dalam kebiasaan berjabat tangan di Indonesia. Sering kita melihat
bila dua orang saling bertemu atau mengucapkan selamat, akan berjabat tangan
dilanjutkan dengan mencium pipi dua kali. Hal ini dilakukan baik antara sesama wanita
maupun antara pria dan wanita (terutama yang hubungannya dekat satu sama lain).
2. Physical Proximity
Jarak secara fisik antara yang berkomunikasi merupakan suatu indikator yang dapat digunakan
untuk menilai sejauh mana hubungan antara manusia, baik dari segi keakraban maupun
hubungan kekeluargaan. Sebagai contoh untuk pembicaraan dua orang yang akrab
hubungannya, maka jaraknyapun akan dekat pula. Pada saat itu pula digunakan panca indra,
seperti sentuhan, penciuman, dan dalam hal ini penglihatan menjadi kurang penting.

Jarak secara fisik pada saat orang melakukan pembicaraan ini dapat dibagi ke dalam empat
katagori di bawah ini :

 Intimate Zone (antara 15 – 46 cm)


Yaitu jarak secara fisik saat orang berbicara yang berkisar antara 15 – 46 cm, hal ini hanya
dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai hubungan emosional secara dekat seperti
kekasih, orang tua, dan anak suami istri, teman dekat dan famili.

 Personal Zone (antara 46 cm – 1,2 m)


Jarak secara fisik saat orang berbicara yang berkisar antara 46 cm dan 1,2 m.

Biasanya dilakukan saat pesta, rapat atau pertemuan-pertemuan sosial lainnya.

 Social Zone (1,2 m – 3,6 m)


Kita berada pada jarak ini dengan orang-orang asing/tidak dikenal sebelumnya, pegawai
baru, pada situasi kerja, tukang post dan lain-lain.

 Public Zone (di atas 3,6 m)


Pada saat kita menyapa sekelompok orang, jarak ini merupakan yang enak pada posisi kita
sendiri.
3. Orientation
Di samping jarak fisik yang dijelaskan di atas, orientasi juga mempunyai peranan penting dalam
menyampaikan suatu pesan, jika seseorang katakanlah A duduk berdampingan dengan B, hal ini
cendrung memperlihatkan mereka saling kerjasama, sedangkan bila B duduk di sisi lain
(kiri/kanan) dibatasi, hal ini cendrung memperlihatkan mereka saling bersedia membuka
percakapan. Dan bila bersebrangan dengan B, hal ini berarti suatu persaingan (seperti posisi
pada saat wawancara).

A B B B

Tinggi badan juga merupakan salah satu faktor yang menentukan jika seseorang mempunyai
tinggi badan yang lebih tinggi dari yang lainnya atau berdiri di atas mimbar, hal ini dapat
menjadikan seseorang dengan posisi yang dominan. Di lain pihak ada satu kebudayaan yang
mengharuskan seseorang atau akan lebih penting baginya untuk duduk saat orang lain harus
berdiri.

4. Bodily Posture
Postur tubuh dapat mengkomunikasikan tanda-tanda sosial yang penting, walaupun biasanya
tanpa disengaja. Beberapa postur tubuh tertentu dapat memberikan arti bahwa seseorang itu
lebih berkuasa dari pada yang lainnya. Suatu keinginan untuk mendominasi dapat ditandai
dengan berdiri tegak, kepala miring ke belakang dan tangan di atas paha. Pada gambar berikut,
mereka saling berdiri, agak jauh dan setengah badannya dalam posisi rileks, hal ini dapat
diasumsikan bahwa mereka secara tidak sadar saling menilai.

Gambar 1

Contoh lain di bawah ini yang sering kita jumpai adalah bila anda sebagai pembicara
kemudian meminta pendapat pendengar mengenai masalah yang anda bicarakan. Maka
posisi seperti ini dapat berarti bahwa ia kurang setuju terhadap pendapat yang anda
kemukakan.

Gambar 2

Postur tubuh juga dapat menunjukkan emosi seseorang sebagai contoh: suatu sikap
tegang dan rileks terhadap orang lain dapat disampaikan melalui postur tubuh dengan
kuat. Pada masyarakat barat, meletakkan kaki di atas meja di depan orang lain merupakan
suatu pesan yang kuat. Sedangkan pada masyarakat Indonesia hal ini merupakan sikap
yang tidak sopan, apalagi bila dilakukan di depan orang yang lebih tua. Status sosial
perbedaan tingkat pekerjaan juga dapat menunjang postur tubuh. Suatu studi
memperlihatkan bahwa atasan biasanya membentuk postur yang lebih rileks daripada
bawahan.
Contoh lain lagi, bila seorang pelamar pada saat diwawancarai duduk dengan posisi
sedikit menyandar pada kursi, tangan menggenggam, kaki saling merapat, hal ini dapat
menunjukkan bahwa ia dalam keadaan gugup. Begitu pula apabila seorang pewawancara
duduk dengan kaki terjulur ke depan, dan kelihatan tidak berminat, maka hal ini
menunjukkan bahwa ia kurang menghargai pelamar. Contoh ini sering kita lihat bila
seseorang berada di antara orang-orang asing yang tidak dikenal. Hal ini dapat berarti:
bahwa ia melindungi diri menutup diri terhadap situasi asing.

Gambar 3

Posisi duduk di bawah ini dapat berarti bahwa seseorang ingin menunjukkan bahwa ia
sepandai orang yang diajak bicara.

Gambar 4
5. Gesture (Gerak Isyarat)

Bahasa gerak isyarat terdiri dari gerakan tangan, kaki atau anggota tubuh lainnya. Di
bawah ini terdapat beberapa contoh :
 Isyarat "Ring" atau "OK"
Gerak isyarat ini dipopulerkan di Amerika selama awal abad 19. Jelasnya oleh koran-
koran yang pada saat itu dimulai dengan kegemaran menggunakan inisial untuk
memendekkan kata-kata. Terdapat beberapa pandangan yang berbeda tentang
singkatan "OK" ini. Beberapa orang percaya bahwa itu merupakan singkatan dari "all
correct" yang dieja dengan "oll correct". Sebagian berpendapat merupakan kebalikan
dari "knock out" (KO). Sebagian lagi berpendapat merupakan singkatan dari "old
kinderhook" yaitu merupakan tempat kelahiran presiden Amerika pada abad 19, yang
digunakan sebagai inisial slogan kampanye.
Tidak ada seorangpun mengetahui mana yang benar. Tetapi mungkin tanda bulatan itu
sendiri menggambarkan huruf "O" pada tanda "OK". Sedangkan tanda “OK” tersebut
mempunyai arti yang umum di negara-negara yang menggunakan bahasa Inggris sebagai
babasa pengantar. Walaupun pengertian tersebut menyebar ke Eropa dan Asia, di beberapa
tempat mempunyai pengertian lain yang masih orisinil. Misalnya di Perancis berarti "zero"
yang berarti tidak ada. Di Indonesia kadang-kadang juga orang menggunakan tanda ini
untuk menunjukkan nol. Di Jepang berarti uang, pada beberapa negara Mediterania
merupakan tanda untuk orang-orang homoseksual.

Gambar 5

 Tanda Acungan Jernpol


Tanda acungan jempol ini dapat berarti macam-macam. Biasanya menunjukkan
sesuatu yang bagus sekali, tapi bisa pula menunjukkan arti lain. Seperti di daerah
Jawa Barat, bila anda akan menunjukkan sesuatu atau akan mempersilahkan duduk
pada orang yang lebih tua atau kedudukannya lebih tinggi, maka orang akan
mengacungkan jempol. Hal ini menunjukkan suatu kesopanan. Atau bisa juga berarti
lain apabila anda menghitung katakanlah dari satu sampai lima, kadang-kadang orang
menggunakan jempol untuk angka satu.

Gambar 6

 Isyarat Telapak Tangan


Telapak tangan yang terbuka ini dihubungkan dengan sesuatu yang bersifat jujur, benar,
tunduk. Biasanya terbagi dua yaitu telapak tangan yang terbuka ke atas diartikan dengan
meminta seperti seorang pengemis, sedangkan yang terbuka ke bawah yang berarti
mengendalikan emosi atau menahan sesuatu. Gambar di bawah menyatakan bahwa
seseorang itu terbuka secara keseluruhan dan jujur.

Gambar 7

Gerakan tangan yang lain yang termasuk dalara "gesture" adalah seperti contoh
gambar 8, yang memperlihatkan bahwa orang tersebut sedang menilai usul, dan
mengambil keputusan puda saat yang sama pula dengan mengelus-elus dadanya. Pada
saat pendengar sudah kehilangan minat pada pembicara tersebut, maka dia akan
menopangkan dagu.
Gambar 8

Gerakan lain seperti memukul dahi dengan telapak tagan yang menunjukkan arti bahwa
seseorang lupa tentang sesuatu hal. Kemudian gerakan menopang sambil menggoyangkan
kaki berarti bahwa seseorang dalam keadaan gugup, atau mungkin pula tidak mempunyai
arti apa-apa. "Gesture" pada dasarnya memberikan dua pengertian dari komunikasi
nonverbal, yaitu untuk menguatkan pembicaraan dan untuk menyampaikan sesuatu hal bila
untuk alasan tertentu pembicaraan itu sulit untuk diungkapkan secara lisan (faktor
kebisingan dalam pabrik, suara gaduh dari mesin tik dan lain-lain).

6. Anggukan/Gelengan Kepala (Head Nods)

Tanda anggukan kepala mempunyai dua peranan yang berbeda. Sebagai tanda penguatan
isyarat tersebut bisa berarti menghargai percakapan dan mendorong apa yang telah dibicarakan
sebelumnya, dapat juga sebagai tanda, untuk seseorang agar berbicara terus. Anggukan kepala
juga mempunyai peranan penting dalam mengontrol suatu keselarasan pembicaraan. Walaupun
demikian suatu interaksi antara anggukan kepala dan pembicaraan dapat sangat halus atau tidak
kentara. Biasanya suatu anggukan kepala yang pelan berarti mengijinkan seseorang untuk
berbicara terus. Sebaliknya suatu anggukan kepala yang cepat dan berturut-turut menunjukkan
suatu keinginan dari orang lain untuk menghentikan pembicaraan, dan seolah-olah memberi
tanda bahwa sekarang adalah gilirannya untuk berbicara. Sebaliknya gelengan kepala dapat
berarti bahwa seorang yang diajak berbicara itu tidak menyetujui topik pembicaraan.

7. Ekspresi Wajah/Facial Expression


Wajah dan mata dapat menyatakan sesuatu yang paling berarti dari komunikasi nonverbal,
walaupun sulit untuk membaca ekspresi wajah, karena dapat diikuti dengan suatu kontrol secara
sadar. Misalnya kita dapat memberikan senyum yang manis pada saat kita sedang gusar.
Beberapa pesan yang berbeda dapat disampaikan melalui ekspresi wajah. Seseorang peneliti
berpendapat bahwa terdapat sepuluh pengertian dasar yang secara terus menerus
dikomunikasikan dengan melalui ekspresi wajah, bahagia, kaget, takut, marah, sedih, muak, jijik,
minat, kagum, ketegahan hati. Selain mata juga alis dan daerah sekitar mulut dapat
mengekspresikan, keadaan seseorang. Sebagai contoh seseorang yang merasa kaget biasanya
ekspresi wajahnya adalah dengan menaikkan alis mata, diikuti dengan gerakan mata yang sedikit
membesar. Sedangkan bila dalam keadaan marah, maka kedua alis matanya akan mengkerut,
juga sudut mulutnya akan turun diikuti dengan mata yang melotot. Demikian pula sescorang
yang sedang bahagia, mulutnya akan tersenyum lebar, pupil mata akan membesar dan bersinar
cerah. Tanda-tanda di atas sangat umum sifatnya, sehingga pendengar dapat memberikan
respon nonverbal secara kontinu tentang apa yang tersirat dindalam pikiran pembicaraan
walaupun dia belum menyampaikan secara lisan.

8. Gerakan Mata/Eyes Movement

Seorang ahli yang bernarna Hess dalam bukunya yang berjudul "The Tell Tale Eyes"
menyatakan bahwa mata dapat menyampaikan semua tanda-tanda komunikasi manusia
secara akurat, karena mata merupakan titik pusat seluruh tubuh dan pupil mata bekerja
secara independen. Pada saat seseorang merasa bahagia pupil matanya akan membesar
empat kali lipat dibandingkan dengan keadan normal. Sebaliknya seseorang yang dalam
keadaan marah pupil matanya akan mengecil. Para wanita sering menggunakan "make
up" mata untuk menekankan keindahan matanya. Hal ini menunjukkan bahwa ia ingin
menyampaikan sesuatu melalui matanya kepada orang lain, khususnya lawan jenisnya.
Ahli lain yaitu Argyle mengatakan bahwa gerakan mata mempunyai efek yang sangat
penting dalam komunikasi. Dengan berlama-lama memandang seseorang, akan
memberikan kemungkinan untuk menyampaikan serangkaian emosi, dari cinta sampai
perasaan menyerang atau benci. Kontak mata banyak diterapkan pada situasi bisnis
(khususnya pada saat wawancara dan selama presentasi lisan). Jika kontak mata itu
tertuju langsung dan selama beberapa detik, dapat menciptakan suatu ketidaksenangan
dan kegelisahan lawan bicara.
9. Non-linguistik Aspek dari Pembicaraan
Terdapat beberapa aspek lain dari bahasa manusia selain dari kata-kata itu sendiri.
Biasanya pengertian suatu kata akan tergantung pada anda cara menyampaikannya, bukan
hanya pada definisi kata yang terdapat dalam kamus. Untuk menyadari pentingnya hal
ini, cobalah lakukan suatu tes kecil. Bila suatu saat seorang teman mengajak anda untuk
menonton film atau mencoba restoran tertentu, jawablah dengan kata-kata sebagai berikut
: "Tentu saja saya akan senang pergi dengan anda”. Tetapi cobalah anda menjawab
dengan nada yang menunjukkan bahwa minat anda sedikit atau tidak ada minat sama
sekali. Kemudian lihatlah reaksi lawan bicara dari cara anda memberikan respon tersebut.
Cobalah lakukan lagi contoh di bawah ini dengan memberikan penekanan pada tiap kata
yang digarisbawahi, anda akan merasakan pengertian yang berbeda.
a. Baik saya akan mengerjakannya secepat mungkin
b. Baik saya akan mengerjakannya secepat mungkin
c. Baik saya akan mengerjakannya secepat mungkin
d. Baik saya akan mengerjakannya secepat mungkin
e. Baik saya akan mengerjakannya secepat mungkin
f. Baik saya akan mengerjakannya secepat mungkin
Dari kedua tes di atas, anda dapat merasakan bahwa respon seseorang dapat pula
tergantung pada cara kita menyampaikan suatu pesan. Kemudian volume suara dan nada
yang berbeda akan menunjukkan pengertian yang berbeda pula, dan menunjukkan
perasaan seseorang. Contoh bila seseorang berkata dengan volume yang keras atau lemah
seperti : “Saya ingin bicara dengan anda di kantor saya nanti”. Pengertian tersebut dapat
dibedakan berdasarkan volume suaranya. Bila volume suara keras dapat berarti bahwa
seseorang itu dalam keadaan marah, sebaliknya bila volume lemah mungkin dia hanya
ingin berbicara saja. Irama dan nada yang berbeda akan nyata terlihat melalui perubahan
yang terjadi terhadap suara normal dari percakapan kita. Nada yang lebih tinggi dari nada
normal cenderung menunjukkan suatu kegelisahan. Terdapat pula aspek-aspek non-
linguistik lainnya dari suatu pembicaraan secara keseluruhan. Seperti gaya seseorang
berbicara, berapa lama berbicara dan berapa lama tidak berbicara (diam), secepat apa dia
berbicara sesudah orang lain berhenti bicara. Fungsi utama dari ciri pembicaraan di atas
adalah untuk mengungkapkan perasaan si pembicara. Beberapa peneliti telah
mendemonstrasikan bahwa terdapat kemungkinan untuk menyampaikan bermacam-
macam emosi hanya semata-mata dengan ciri-ciri tersebut. Contoh di bawah ini
memberikan pengertian yang ganda, yaitu pengertian dari kata-kata itu sendiri dan
pengertian dari cara menyampaikannya. Dalam suatu studi, para aktor membaca teks di
bawah ini untuk menyampaikan pengertian melalui isyarat vokal dan bukan melalui
perbendaharaan katanya:
Tiap malam kamu bertanya bagaimana hal itu terjadi! Tapi saya tidak tahu! Saya
tidak tahu! Saya tidak ingat! Tidak ada jawaban lain! Kamu telah menanyakan
pertanyaan itu beribu kali, dan jawaban saya selalu samal! Dan selalu akan sama
Kamu tidak bisa memecahkannya seperti itu! Hal itu terjadi begitu saja, dan setelah itu
kamu minta maaf, oh Tuhan…. Tolong hentikan hal itu secepatnya, sebelum terlambat!.
Para aktor tersebut mengulanginya dihadapan 64 murid dan mencoba untuk
menyampaikan perasaan jijik, marah, takut, sedih, dan tak acuh. Berdasarkan penelitian
hasilnya adalah emosi-emosi tersebut dapat dikomunikasikan dengan persentase berikut
ini. Rata-rata tingkat ketepatan untuk kelima perasaan di atas adalah: perasaan tak acuh
88%, perasaan jijik 84%, perasaan marah dan sedih 78% dan perasaan takut 66%.

10. Penampilan

Kategori terakhir dari daftar Argyle adalah penampilan diri yaitu berupa serangkaian
tanda isyarat di bawah suatu kontrol yang dapat dikendalikan seperti baju, rambut dan
kulit. Bahkan untuk membuat penampilan yang tersamar banyak orang melakukan
operasi plastik, merubah gaya rambut. Tujuan utama dari memanipulasi penampilan
tersebut adalah untuk memberikan penampilan yang lebih menarik, untuk menata
perhatian, untuk memberikan suatu tanda cara seseorang tersebut melihat dirinya sendiri,
atau bagaimana dia ingin diperlakukan oleh orang lain.
Pengaruh cara berpakaian terhadap lingkungan di sekitar kita, biasanya diabaikan dalam
studi komunikasi nonverbal, khususnya mereka yang mempelajari komunikasi niaga. Padahal
cara berpakaian ini berpengaruh terhadap lingkungan sekitar. Seperti beberapa studi telah
dilaksanakan di Amerika Serikat untuk melihat bermacam-macam tipe pakaian yang dapat
berpengaruh jas hujan warna hitam dan coklat keabu-abuan. Dia mengambil satu set gambar
yang sama yang memperlihatkan seorang laki-laki dengan memakai stelan pakaian yang sama,
blus sama, dasi sama, sepatu sama. Perbedaannya hanya terletak pada warna jas hujan, yang
satu berwarna hitam dan yang lain berwarna coklat keabu-abuan. Kepada para partisipan
diberitahukan bahwa gambar tersebut adalah gambar saudara kembar, dan kepada mereka
ditanyakan untuk mengidentifikasi yang mana di antara kedua gambar tersebut yang lebih
berwibawa. Sebanyak 87% dari 1362 orang yang hadir dalam studi tersebut memilih gambar
orang yang mengenakan jas hujan warna coklat keabu-abuan yang terlihat lebih berwibawa. Kita
menyadari tentang pesan yang akan dikomunikasikan melalui pakaian seragam, seperti
perlengkapan ketentaraan, atau pakaian keagamaan seorang pendeta. Tetapi dalam bisnis
terdapat peraturan tidak tertulis tentang pengertian dari pakaian tertentu. Pemilihan pakaian itu
dikontrol melalui kode-kode yaitu pertama proses pemilihannya (dasi warna apa yang akan saya
kenakan hari ini?), kedua adalah proses kombinasinya (kemeja warna apa yang cocok dengan
dasi tersebut?). Faktor lain yang menentukan di dalam pemilihan pakaian adalah kepribadian
seseorang, ruang lingkup sosial dan kebudayaan, situasi yang akan dihadapi. Satu hal lagi adalah
stelan yang biasa dipakai untuk bisnis. Dengan memakai stelan bisnis sederhana dan rapi,
seorang manajer berada dalam keadaan yang menguntungkan saat berbicara dengan pekerja
yang mengenakan seragam warna biru. Khususnya bila pertemuan diadakan di ruang manajer,
dalam suatu lingkungan yang semua orang berpakaian formal.

Pemilihan seragam bisnis termasuk warna dan modelnya tidak bisa dilakukan
sembarangan. Faktor-faktor seperti jenis pekerjaan, situasi langganan yang akan dihadapi
kebudayaan harus menjadi pertimbangan. Tentunya orang yang bekerja di pabrik akan
membutuhkan seragam yang tidak terlalu rapi, karena akan selalu berlumuran dengan
kotoran seperti oli dan debu. Berbeda dengan orang yang bekerja di kantor harus selalu
berpakaian rapi karena ia akan berhadapan dengan langganan. Akan terlihat tidak sopan
bila ia hanya mengenakan kaos oblong dengan celana jeans lusuh. Baru-baru ini
perusahaan penerbangan Garuda mengganti seragam pegawainya, hal ini dilakukan
dengan pertimbangan khusus yaitu untuk menciptakan citra dan pelayanan baru yang
lebih memuaskan. Kadang-kadang penampilan seseorang bisa memanipulasi kita.
Seseorang yang berpenampilan rapi dengan jas dan dasi akan menunjukkan secara
langsung posisi seseorang. Biasanya kita langsung mengetahui bahwa ia adalah seorang
manajer yang berwibawa. Tetapi ternyata ia hanya seorang salesman buku atau jabatan
lain yang lebih rendah. Sebaliknya, belum tentu seorang yang berpenampilan tidak rapi
itu adalah seorang penggangguran, mungkin saja ia seorang direktur atau seorang
pengusaha yang sukses. Seperti yang sering kita lihat di majalah dan koran yaitu Bob
Sadino, pengusaha sukses yangselalu memakai celana jeans pendek dengan lengan
pendek yang terlipat.

Komponen Nonverbal Lainnya


Di samping sepuluh aspek komunikasi nonverbal yang telah dijelaskan di atas, terdapat
hal-hal lain yang akhir-akhir ini diakui mempunyai peranan yang cukup penting berkenaan
dengan pola interaksi bisnis, yaitu peranan warna dan waktu.
1. Warna
Pemilihan warna untuk bangunan kantor, logo dan simbol-simbol lain telah berkembang
ke dalam suatu bisnis yang besar sekali. Banyak bukti yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara perasaan hati dan emosi seseorang dengan pemilihan warna. Sebagai
contoh, warna merah biasanya dihubungkan dengan kegembiraan dan sesuatu yang
merangsang warna biru dan hijau dihubungkan dengan sesuatu ketenangan dan
ketentrarnan dan warna ungu dihubungkan dengan suatu hal yang formal dan
bermartabat, juga perasaan duka cita atau sedih. Dengan membandingkan perbedaan
warna antara restoran cepat layan (fast food restaurant) dengan gereja dan ruangan
sekolah, kita dapat melihat bahwa pemilihan warna itu tidak secara kebetulan dipilih.

2. Waktu
Kedisiplinan dalam hal waktu dapat menyampaikan banyak hal pada lingkup sosial kita.
Sebagai contoh, ketepatan dan kelambatan seseorang dalam menghadiri rapat atau
kegiatan-kegiatan bisnis lainnya, biasanya dihubungkan secara langsung dengan posisi
pekerjaannya. Seseorang yang akan menghadiri rapat dengan orang yang lebih tinggi
posisinya, akan datang sebelum waktu yang ditentukan. Sebaliknya bila akan menghadiri
rapat dengan orang yang berada lebih rendah posisinya, maka cenderung dia akan datang
terlambat. Tetapi hal ini tidak dapat diterapkan pada orang yang mempunyai kedisiplinan
yang tinggi pada pekerjaan. Walaupun dia menghadiri pertemuan dengan orang yang
berposisi tinggi atau rendah biasanya dia akan selalu datang tepat pada waktunya.
Kebiasaan di suatu negara yang berbeda dengan negara lainpun akan sangat
mempengaruhi interaksi sosial. Misalnya di Indonesia mempunyai kebiasaan yang sangat
terkenal yang berhubungan dengan waktu, yaitu jam karet. Dibandingkan dengan negara-
negara barat yang mempunyai kebiasaan tepat waktu, kebiasaan ini akan sangat
menghambat, bila terjadi kerjasama antar dua negara yang berbeda kebiasaannya.
Sehingga dibutuhkan perhatian dan pengertian yang tinggi terhadap kebiasaan suatu
negara bagi mereka yang sering mengadakan hubungan internasional.
D. CLASSIFICATION OF NONVERBAL COMMUNICATION

There are a variety of different classifications, classifications commonly used by division into
sections namely: kinesics (commonly called body language), proxemics (including physical
contact, distance during communication) and para-linguistics (responses that match grammar
do not have meaning but can release one's emotions, for example: sounds that indicate shock,
impatience such as: uh..uh..wow..aaah and others).

Another approach is that put forward by Michael Argyle which presents a more detailed
analysis framework. He divided them into ten kinds of social behavior and analyzed each of
those behaviors. Basically the two approaches are the same, the difference is the way they are
divided. We will only study one approach that is proposed by Michael Argyle, because the
most important thing is how you can recognize the signs, rather than making a grouping
based on the two approaches.

The following is explained about the kinds of social behavior in the activities of human life
(approach of Michael Argyle, a social psychologist from England). There are at least ten
social behaviors that can be easily examined in every human activity.

1. Body contact

There are various body contacts in relation to cultural differences. Australians of British
descent may be less emotional than others. For example, it is very unusual for women in
Australia to be kissed three times in the cheats by both men and women as a greeting for
friendship. This is normal practice between friends in Switzerland. Shaking hands in different
situations can mean different things, even if it happens in the same country. In Australia
shaking hands is more common in business situations, for example between clients and
consultants than between fellow employees. And also shaking hands between men more often
than women (which would be more polite if you give a light kiss on the cheek or not at all).
The above example is a simple example that shows that a lot of culture and complexity
between humans that underlies a body contact.

In Indonesia, each region has a different habit, as well as in shaking hands. In West Java if
two people meet each other will shake hands with both palms closed and back slightly bent,
this is a polite way. Often we see the handshake between parent and child, where the child
will kiss the hands of his parents. This shows respect for the child to parents. In special
situations such as Eid Mubarak usually between parents and children will need sungkeman,
where parents sit and their children kneel while kissing their parents' knees. Lately, western
influences have emerged in the habit of shaking hands in Indonesia. Often we see when two
people meet each other or say bye, will shake hands followed by kissing the cheek twice.
This is done both between women and between men and women (especially those close
relationships with each other).

2. Physical Proximity

Physical distance between communicators is an indicator that can be used to assess the extent
of the relationship between humans, both in terms of familiarity and family relations. As an
example for the conversation of two people who are closely related, the distance will be close
too. At that time also used the five senses, such as touch, smell, and in this case the vision
becomes less important.

Physical distance when people do this conversation can be divided into four categories
below:

• Intimate Zone (between 15 - 46 cm)

Ie physical distance when people talk that ranges between 15-46 cm, this is only done by
people who have close emotional relationships such as lovers, parents, and husband and wife,
close friends and family.

• Personal Zone (between 46 cm - 1.2 m)

Physical distance when people talk, which ranges between 46 cm and 1.2 m.

Usually done at parties, meetings or other social gatherings.

• Social Zone (1.2 m - 3.6 m)

We are at this distance with strangers / strangers before, new employees, at work situations,
postmen and others.

• Public Zone (above 3.6 m)

When we greet a group of people, this distance is good in our own position.

3. Orientation

In addition to the physical distance described above, orientation also has an important role in
conveying a message, if someone says A sits side by side with B, this tends to show them
working together, whereas if B sits on the other side (left / right) is limited, this tends to show
they are willing to open a conversation. And if it is opposite B, this means a competition (like
the position at the interview).

A B B B

Height is also one of the factors that determines if a person has a higher height than the others
or stands on the stand, this can make a person with a dominant position. On the other hand
there is a culture that requires a person or it will be more important for him to sit when others
have to stand up.

4. Bodily Posture

Posture can communicate important social signs, though usually unintentionally. Certain
body postures can give the sense that someone is more powerful than others. A desire to
dominate can be characterized by standing tall, head tilted back and hands on the thighs. In
the following picture, they stand with each other, some distance away and half their bodies in
a relaxed position, this can be assumed that they unconsciously judge each other.

Gambar 1
Another example below that we often encounter is when you as a speaker then ask the
listener's opinion about the problem you are talking about. Then this position can mean that
he disagrees with your opinion.

Gambar 2

Body posture can also show one's emotions for example: a tense and relaxed attitude towards
others can be conveyed through strong posture. In western society, putting one's feet on a
table in front of others is a strong message. Whereas in Indonesian society this is an impolite
attitude, especially when done in front of an older person. Social status differences in job
levels can also support posture. A study shows that superiors usually form a more relaxed
posture than subordinates.

Another example, if an applicant when being interviewed sits in a position leaning slightly on
the chair, hands clasped, feet pressed together, this can indicate that he is nervous. Likewise,
if an interviewer sits with his legs outstretched, and does not appear to be interested, then this
shows that he does not respect the applicant. This example is often seen when someone is
among strangers who are not known. This can mean: that he protects himself from closing
himself to a foreign situation.
Gambar 3

The sitting position below can mean that someone wants to show that he is as smart as the
person being spoken to.

Gambar 4

5. Gesture

Sign language consists of movements of the hands, feet or other body parts. Below are a few
examples:

• "Ring" or "OK" signal

This gesture was popularized in America during the early 19th century. Obviously by the
newspapers which at the time began with a penchant for using initials to shorten words. There
are several different views about this abbreviation "OK". Some people believe that it stands
for "all correct" which is spelled "oll correct". Some think it is the opposite of "knock out"
(KO). Some argue that it stands for "old kinderhook" which is the birthplace of American
presidents in the 19th century, which was used as the initials of campaign slogans.

No one knows what is right. But maybe the circle mark itself represents the letter "O" on the
"OK" sign. While the sign "OK" has a general meaning in countries that use English as an
introductory phase. Although this understanding spread to Europe and Asia, in some places
there are other meanings that are still original. For example in French means "zero" which
means no. In Indonesia sometimes people also use this sign to indicate zero. In Japan means
money, in some Mediterranean countries is a sign for homosexual people.
Gambar 5

• Thumbs up

This thumbs up can mean a variety of things. Usually shows something very good, but can
also show other meanings. As in the area of West Java, if you will show something or will
invite to sit on an older person or a higher position, then people will give a thumbs up. This
shows politeness. Or it could also mean differently if you count say from one to five,
sometimes people use the thumb for the number one.

Gambar 6

• Palm Cues

This open palm is associated with something that is honest, true, submissive. Usually divided
into two, namely the palm of the hand open up is interpreted by asking like a beggar, while
the open down which means controlling emotions or holding something. The picture below
states that a person is completely open and honest.

Gambar 7

Other hand movements included in the "gesture" are like the example in Figure 8, which
shows that the person is evaluating the proposal, and makes a decision when the same time
by stroking his chest. When the listener has lost interest in the speaker, he will keep his chin
up.

Gambar 8

Other movements such as hitting the forehead with the palm of a hand that indicates the
meaning that someone forgot about something. Then the movement of shoring while shaking
the legs means that someone is nervous, or it might not mean anything. "Gesture" basically
gives two meanings of nonverbal communication, which is to strengthen the conversation and
to convey something if for some reason the conversation is difficult to express verbally (noise
factors in the factory, noise from the typewriter and others).

6. Head Nods

Head nods have two different roles. As a sign of reinforcing these cues can mean appreciating
the conversation and encouraging what has been said before, it can also be a sign, for
someone to talk on. The nod of the head also has an important role in controlling a harmony
of speech. Nonetheless an interaction between head nods and conversation can be very subtle
or subtle. Usually a slow nod of the head means allowing someone to continue talking.
Instead a quick, successive nod of the head indicates a desire from others to stop the
conversation, and as if to give a sign that now is the turn to speak. On the other hand, shaking
the head can mean that the person being spoken to does not approve of the subject.

7. Facial Expression / Facial Expression

The face and eyes can express the most meaningful of nonverbal communication, although it
is difficult to read facial expressions, because it can be followed by a conscious control. For
example we can give a sweet smile when we are angry. Several different messages can be
conveyed through facial expressions. One researcher believes that there are ten basic
understandings that are continually communicated through facial expressions, happiness,
surprise, fear, anger, sadness, disgust, amusement, interest, awe, determination. In addition to
the eyes, the eyebrows and the area around the mouth can express a person's condition. For
example, someone who feels shocked usually facial expression is to raise eyebrows, followed
by eye movements that are slightly enlarged. Meanwhile, when in a state of anger, then both
his eyebrows will shrink, also the corner of his mouth will go down followed by bulging
eyes. Likewise someone who is happy, his mouth will smile broadly, pupils will enlarge and
shine brightly. The signs above are very general in nature, so the listener can provide non-
verbal responses continuously about what is implied in the mind of the conversation even
though he has not delivered verbally.

8. Eye Movement

An expert in Hess's color in his book "The Tell Tale Eyes" states that the eye can convey all
the signs of human communication accurately, because the eye is the center of the whole
body and the pupils work independently. When a person feels happy his pupils will enlarge
four times compared to normal conditions. Conversely someone who is in a state of angry
pupils will shrink. Women often use eye makeup to emphasize the beauty of their eyes. This
shows that he wants to convey something through his eyes to others, especially the opposite
sex. Another expert, Argyle, said that eye movements have a very important effect in
communication. Taking a long time looking at someone, will provide the possibility to
convey a series of emotions, from love to feelings of attack or hate. Eye contact is widely
applied to business situations (especially during interviews and during oral presentations). If
eye contact is directed and for a few seconds, it can create an opponent's displeasure and
anxiety.

9. Non-linguistic Aspects of the Talk

There are several other aspects of human language apart from the words themselves. Usually
the understanding of a word will depend on how you say it, not only on the definition of the
word contained in the dictionary. To realize the importance of this, try doing a small test. If at
any time a friend invites you to watch a movie or try a particular restaurant, answer with the
following words: "Of course I would love to go with you." But try to answer in a tone that
shows that your interests are little or no interest then look at the reaction of the other person
from the way you gave that response.
Try to do the example below again by emphasizing each word underlined, you will feel a
different understanding.

a. Well I will do it as soon as possible

b. Well I will do it as soon as possible

c. Well I will do it as soon as possible

d. Well I will do it as soon as possible

e. Well I will do it as soon as possible

f. Well I will do it as soon as possible

From the two tests above, you can feel that someone's response can also depend on how we
deliver a message. Then the different volume and tone will show different meanings, and
show one's feelings. Example if someone says with a loud or weak volume like: "I want to
talk to you in my office later". This understanding can be distinguished based on the volume
of his voice. If the volume is loud it can mean that someone is in a state of anger, on the
contrary if the volume is weak maybe he just wants to talk. Different rhythms and tones will
be evident through changes that occur in the normal voice of our conversation. A tone higher
than the normal tone tends to indicate anxiety. There are also other non-linguistic aspects of a
whole conversation. Like a person's style of speaking, how long to talk and how long they
don't talk (silence), how fast he talks after someone else stops talking. The main function of
the characteristics of the conversation above is to express the feelings of the speaker. Some
researchers have demonstrated that it is possible to convey various emotions solely by these
characteristics. The example below gives a double understanding, namely the understanding
of the words themselves and the understanding of how to convey them. In one study, the
actors read the text below to convey understanding through vocal cues and not through the
vocabulary:

Every night you ask how that happens! But I do not know! I do not know! I do not
remember! There is no other answer! You have asked that question thousands of times, and
my answers are always the same! And it will always be the same. You can't solve it like that!
It just happens, and after that you apologize, oh God ... Please stop it as soon as possible,
before it's too late !.
The actors repeated it in front of 64 students and tried to convey feelings of disgust, anger,
fear, sadness, and indifference. Based on research the results are these emotions can be
communicated with the following percentage. The average level of accuracy for the five
feelings above are: 88% indifference, feelings of disgust 84%, feelings of anger and sadness
78% and fear feelings 66%.

10. Appearance

The last category from Argyle's list is self-appearance which is a series of signs under a
control which can be controlled such as clothes, hair and skin. Even to make a disguised
appearance many people do plastic surgery, change their hair style. The main purpose of
manipulating the appearance is to give a more attractive appearance, to arrange attention, to
give a sign of how a person sees himself, or how he wants to be treated by others.

The influence of how to dress on the environment around us, is usually ignored in studies of
nonverbal communication, especially those who study commercial communication. Though
this way of dressing affects the surrounding environment. As several studies have been
carried out in the United States to see various types of clothing that can affect black and
grayish brown raincoats. He took the same set of pictures that showed a man wearing the
same suit, the same blouse, the same tie, the same shoes. The difference only lies in the color
of the raincoat, one is black and the other is grayish brown. Participants were told that the
picture was a picture of a twin, and they were asked to identify which of the two images was
more authoritative. As many as 87% of the 1362 people who attended the study chose
pictures of people wearing grayish brown raincoats that looked more authoritative. We are
aware of the message to be communicated through uniforms, such as military equipment, or a
priest's religious attire. But in business there are unwritten rules about the definition of certain
clothing. The choice of clothes is controlled through codes, namely the first selection process
(what color tie will I wear today?), The second is the combination process (what color shirt
matches the tie?). Another decisive factor in the choice of clothing is one's personality, social
and cultural scope, the situation to be faced. One more thing is the settings commonly used
for business. By wearing simple and neat business suits, a manager is in an advantage when
talking to workers in blue uniforms. Especially when meetings are held in the manager's
office, in an environment where everyone is dressed formally.

The choice of business uniforms including colors and models cannot be done haphazardly.
Factors such as type of work, subscription situation that will be faced by culture must be
considered. Of course people who work in factories will need uniforms that are not too neat,
because they will always be covered in dirt such as oil and dust. Unlike the people who work
in the office must always dress neatly because he will be dealing with customers. It would
look rude if he only wore a T-shirt with shabby jeans. Recently Garuda airlines changed their
employee uniforms, this was done with special consideration to create a more satisfying new
image and service. Sometimes someone's appearance can manipulate us. A person who is
neatly dressed in a suit and tie will show someone's position directly. Usually we know
immediately that he is an authoritative manager. But it turns out he is just a book salesman or
other lower position. Conversely, not necessarily a person who is not neat-looking is an
unemployed person, maybe he is a director or a successful businessman. As we often see in
magazines and newspapers, Bob Sadino, a successful businessman who always wears short
jeans with short sleeves folded.

Other Nonverbal Components

In addition to the ten aspects of nonverbal communication that have been explained above,
there are other things that have recently been recognized as having an important role
regarding business interaction patterns, namely the role of color and time.

1. Color

The choice of colors for office buildings, logos and other symbols has developed into a huge
business. There is a lot of evidence that states that there is a relationship between one's
feelings and emotions with the choice of color. For example, red is usually associated with
joy and something that stimulates blue and green is associated with calm and tranquility and
purple is associated with something formal and dignified, as well as feelings of sorrow or
sadness. By comparing the color differences between fast food restaurants and church and
school spaces, we can see that the color selection was not accidentally chosen.

2. Time

Discipline in terms of time can convey many things in our social sphere. For example, the
accuracy and delay of a person in attending meetings or other business activities, usually
directly related to his work position. Someone who will attend a meeting with someone
higher up, will arrive before the appointed time. Conversely, if you are going to attend a
meeting with someone who is in a lower position, then he is likely to arrive late. But this
cannot be applied to people who have high discipline at work. Even if he attends meetings
with people who are high or low he will usually arrive on time. Habits in a country that are
different from other countries will greatly affect social interaction. For example in Indonesia
has a very well-known habit related to time, namely the rubber clock. Compared with western
countries which have a habit of being on time, this habit will be very inhibiting, if there is
cooperation between two countries with different habits. So it takes high attention and
understanding of the habits of a country for those who often hold international relations.

Anda mungkin juga menyukai