Anda di halaman 1dari 62

TAHAPAN ATAU LANGKAH

OBSERVASI (TM 9)

Dosen: Bahril Hidayat


Fakultas Psikologi
Universitas Islam Riau
MATERI SETELAH (PASCA) UTS

Pertemuan 9: Simulasi Proses Observasi (penugasan dengan asisten praktikum)


Pertemuan 10: Observasi Tingkah Laku Non Verbal (pengertian, fungsi dan kategori)
11. Aplikasi Observasi pada Berbagai Setting (Perkembangan, Pendidikan, Klinis,
Industri, dan Sosial)
12. Analisis Hasil Observasi (pemaparan, organisasi data, coding, dan integrasi hasil
data).
13. Laporan Observasi, Menulis Laporan Observasi (dengan asisten praktikum)
14. Kendala dalam Observasi
15. Bedah/review artikel di Jurnal topik Observasi

2
MATERI PERTEMUAN 10

OBSERVASI TINGKAH LAKU DAN KOMUNIKASI NON VERBAL

3
DEFINISI (pengertian)

✘ Tingkah laku non verbal juga dikenal dengan istilah komunikasi non verbal.

✘ Komunikasi Non Verbal adalah semua isyarat yang bukan berupa kata – kata

✘ Komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal)


dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan
lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim
atau penerima

✘ Jadi definisi ini mencakup perilaku yang disengaja juga tidak disengaja sebagai
bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan;
Pengertian
✘ Perilaku nonverbal bersifat spontan, ambigu, sering
berlangsung cepat dan di luar kesadaran dan kendali kita.

✘ Edward T. Hall menyebut bahasa non verbal sebagai bahasa


diam (silent language) dan dimensi tersembunyi (hidden
dimension) suatu budaya.
Fungsi Komunikasi nonverbal
1. Repetisi: Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal.

2. Subtitusi: Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, tanpa berbicara, individu bisa
berinteraksi dengan orang lain. Contohnya, seorang pengamen mendatangi mobil Anda belakang tanpa
mengucapkan sepatah katapun Anda menggoyangkan tangan Anda dengan telapak tangan mengarah ke
depan (sebagai kata pengganti "Tidak").

3. Kontradiksi

Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal dan bisa memberikan makna
lain terhadap pesan verbal. Contohnya, individu memuji prestasi teman sambil mencibirkan bibir.
Fungsi Komunikasi nonverbal

4. Aksentuasi

Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Contohnya,


mempergunakan gerakan tangan, nada suara yang melambat ketika berpidato. Isyarat
nonverbal tersebut dikata affect display.

5. Komplemen

Perilaku Nonverbal dapat meregulasi dan memperkaya perilaku verbal. Contoh


melambaikan tangan saat mengatakan kalimat, “Selamat jalan.”.
KLASIFIKASI NON VERBAl

✘ Menurut Ray L. Birdwhistell, 65% dari komunikasi tatap muka adalah non verbal, sementara menurut
Allbert Mehrabian, 93% dari semua makna sosial dalam komunikasi tatap – muka diperoleh dari
isyarat – isyarat nonverbal.

✘ Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat non verbal menjadi tiga bagian:

1. Bahasa tanda (sign language), contoh: mengacungkan jempol untuk memuji atau persetujuan.

2. Bahasa tindakan (action language), semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk
memberikan sinyal, contoh: berjalan

3. Bahasa objek (object language), pertunjukan, benda, pakaian, dan lambang nonverbal bersifat public
lainnya seperti ukuran ruangan, bendera, gambar, music dan sebagainya
KLASIFIKASI NON VERBAL
✘ Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter

1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan


postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau –
bauan dan parabahasa

2. Ruang, waktu dan diam


APA SAJA YANG DITELAAH DALAM TINGKAH
LAKU DAN KOMUNIKASI NONVERBAL?
TELAAH KOMUNIKASI NON VERBAL
✘ Gerakan tubuh ✘ Sentuhan

✘ Gerakan mata ✘ Parabahasa

✘ Ekspresi wajah ✘ Penampilan Fisik

✘ Sosok Tubuh ✘ Bau-Bauan

✘ Penggunaan jarak (ruang) ✘ Konsep Waktu

✘ Kecepatan bicara ✘ Diam

✘ Volume bicara ✘ Warna

✘ Keheningan ✘ Artefak
JENIS – JENIS NONVERBAL

KOMUNIKASI TUBUH (KINESICS):

✘ Gerakan Tubuh

✘ Gerakan Wajah

✘ Gerakan Mata

KOMUNIKASI RUANG (PROXEMICS):

✘ Jarak Intim

✘ Jarak Pribadi

✘ Jarak Sosial

✘ Jarak Publik
KOMUNIKASI TUBUH: Gerakan tubuh
✘ Berdasarkan Paul Ekman dan Wallace V. Friesen (1969) membedakan lima kelas gerakan nonverbal berdasarkan
asal – usul, fungsi, dan kode perilaku ini

1. Emblim (emblems): adalah perilaku nonverbal yang secara langsung menerjemahkan kata atau ungkapan, misal
isyarat oke/jangan ribut

2. Ilustrator: adalah gerakan yang bersifat menggambarkan tindakan, misal menggambar lingkaran di udara

3. Affect Display: adalah gerakan – gerakan wajah yang mengandung makna emosional. Misal: marah, sedih, sakit

4. Regulator: Perilaku nonverbal yang mengatur, memantau dan memelihara atau mengendalikan pembicaraan orang.
Misalnya: menggunakan kata: lalu?teruskan, tolong agak lambat

5. Adaptor: Perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara pribadi atau di muka umum jadi tidak terlihat, misal:
menggaruk kepala, mengupil
SENTUHAN

✘ Studi tentang sentuhan dikenal dengan Haptika (haptics).

✘ Sentuhan memiliki multi makna, dapat memiliki seribu arti.

✘ Banyak riset menunjukkan bahwa orang berstatus lebih tinggi lebih sering menyentuh orang
berstatus lebih rendah daripada sebalikya. Maka sentuhan dapat bermakna ‘kekuasaan’

✘ Pria lebih sering menyentuh wanita daripada sebaliknya. Sedangkan wanita lebih sering
berinisiatif daripada pria untuk memeluk wanita lain, pria atau anak – anak

✘ Sentuhan dapat bermakna persuasive. Kemungkinan untuk mempersuasi akan lebih besar
saat melibatkan sentuhan. Misal: meminjam uang, cobalah meminta dengan menyentuhnya
KATEGORI SENTUHAN

✘ Fungsional – professional: Di sini sentuhan bersifat ‘dingin’ dan berorientasi bisnis,


misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian

✘ Sosial-sopan: Perilaku dalam situasi ini membangun dan pengharapan, aturan dan praktik
sosial yang berlaku, misal: berjabat tangan.

✘ Persahabatan-kehangatan: Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan afeksi


atau hubungan yang akrab misalnya dua orang yang saling merangkul setelah lama
berpisah.
KATEGORI SENTUHAN

✘ Cinta-keintiman: Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan


keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya: mencium pipi orangtua
dengan lembut, orang yang sepenuhnya memeluk orang lain, dua orang yang
‘footsie’ di bawah meja, orang eskimo yang saling menggosokan hidung

✘ Rangsangan seksual: Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya,


hanya saja motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis
bermakna cinta atau keintiman.
GERAKAN WAJAH
✘ Menurut Paul Ekman, Wallace V. Friesen dan Phoebe Ellsworth (1972)
menyatakan bahwa pesan wajah dapat mengkomunikasikan sedikitnya
‘kelompok emosi’ berikut: kebahagiaan, keterkejutan, ketakutan, kemarahan,
kesedihan dan muak/penghinaan.

✘ Keenam emosi tersebut adalah affect display, emosi selain keenamnya


dikenal dengan bauran. Ada sekitar 33 bauran effect (effect blend).

✘ Teknik membaca wajah dikenal dengan FAST (Facial Affect Scoring


technique)
GERAKAN MATA

✘ Mata dianggap sebagai pesan nonverbal yang paling penting. Yang


mempengaruhi komunikasi mata antara lain durasi, arah dan kualitas
dari perilaku mata.

✘ Dalam kultur amerika, lama pandanga rata – rata adalah 2,95 detik,
durasi saling pandang adalah 1,18 detik. Jika kontak mata terlalu
singkat maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut kurang
berminat, jika kontak mata berlebihan maka orang ini menunjukkan
minat berlebihan.
FUNGSI KOMUNIKASI MATA

1. Mencari umpan balik

2. Menginformasikan pihak lain untuk berbicara

3. Mengisyaratkan sifat hubungan

4. Mengkompensasi bertambahnya jarak fisik


FUNGSI PANDANGAN MATA
✘ Fungsi Pengatur, untuk memberi tahu orang lain apakah anda akan
melakukan hubungan dengan orang itu atau menghindarinya.

✘ Fungsi Ekspresif, memberi tahu orang lain bagamana perasaan Anda


terhadapnya. Pria menggunakan lebih banyak kontak mata dengan
orang yang mereka sukai, meskipun menurut penelitian, perilaku ini
kurang ajeg di kalangan wanita
FUNGSI PANDANGAN MATA
✘ Menurut Albert Mehrabian, andil wajah bagi pengaruh pesan
adalah 55%, sementara vocal 30%, dan verbal hanya 7%.

✘ Menurut Birdwhistell, perubahan sangat sedikit saja dapat


menciptakan perbedaan yang besar. Ia menemukan, bahwa
terdapat 23 cara berbeda dalam mengangkat alis yang masing
– masing mempunyai makna berbeda.
PUPIL MATA

✘ Banyak riset dilakukan terhadap pembesaran


pupil mata (pupil dilation) atau pupilometri.

✘ Riset modern menunjukkan bahwa pupil mata


yang membesar memang dianggap lebih menarik.

✘ Pupil mata juga merupakan tanda peningkatan


minat dan emosi, artinya tertarik pada sesuatu.
Pupil yang membesar menjadi reaksi positif
sedangkan pupil yang mengecil adalah reaksi
negatif
KOMUNIKASI RUANG (Proxemics)
Jarak spasial
✘ Menurut Edward T. Hall (1959, 1966) membedakan 4 macam jarak yang menggambarkan
hubungan. Setiap jarak memiliki 2 fasa yakni fasa dekat dan fasa jauh, karenanya maka
ada 8 jarak.

1. Jarak Intim (Zona intim) Fasa Dekat: bersentuhan, Fasa jauh: 15 – 45cm

2. Jarak Pribadi (personal distance). Fasa dekat: 45 – 75cm, Fasa Jauh: 75 – 120cm

3. Jarak Sosial (situasi resmi). Fasa Dekat: 120 – 210cm, Fasa Jauh: 210 – 360cm.

4. Jarak Publik. Fasa Dekat: 360 – 450cm, Fasa Jauh: 750cm (jarak dengan tokoh penting)
1.Ruang 2. Ruang
Teritori Pribadi
Zona intim (15-46 cm)  Zona yang sangat dijaga
danhanya orang terdekat yang boleh masuk seperti
pasangan, kekasih, sahabat atau kerabat

Zona Pribadi (46-1,2m)  Zona melakukan


pertemuan-pertemuan sosial atau orang yang telah
PROKSEMIK dikenal baik

Zona Sosial (1,2m-3,6m)  Zona untuk menjaga


jarak dengan orang asing/tidak dikenal baik

Zona Publik (lebih dari 3,6 m)  Zona saat berbicara


didepan umum atau kepada sekelompok besar. Jarak
yang nyaman untuk memilih berdiri
RUANG PRIBADI

✘ Dalam rumah, manusia pun mengklaim wilayah pribadinya. Keluarga


menetapkan siapa menempati kamar yang mana. Kamar tidur lazimnya adalah
wilayah paling pribadi, sementara ruang – ruang lainnya yang kurang pribadi
berturut – turut adalah ruang tengah (keluarga), ruang tamu, teras, halaman
dan jalan.

✘ Semakin dekat seseorang maka semakin dekat jarak mereka berbicara,


meskipun ada batasnya.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI RUANG

✘ Status: Orang dengan status yang setara menjaga jarak yang lebih dekat di antara mereka
ketimbang orang dengan status yang berbeda. Bila status tidak sama, orang yang statusnya
lebih tinggi akan mendekati yang statusnya lebih rendah

✘ Kultur: Orang Amerika berdiri cukup jauh bila berbicara dibandingkan orang Eropa tertentu dan
Timur Tengah. Italia dan Spanyol cenderung berdekatan dibanding orang Amerika

✘ Konteks: Tergantung pada ruang fisik, misal: berbincang di jalan dibanding di ruang kelas
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI RUANG

✘ Masalah yang dibahas: Jika sedang membicarakan hal pribadi/berbagi


rahasia maka dapat mengambil jarak dekat

✘ Usia dan Jenis Kelamin: Wanita berdiri lebih berdekatan dibanding


pria. Anak – anak berdiri lebih berdekatan dibanding dewasa

✘ Evaluasi Positif dan negatif: Jika musuh atau orang yang tidak kita
sukai maka kita akan menghindari.
PARABAHASA (paralinguistik)

✘ Cobalah anda mengucapkan kata – kata berikut dengan nada berbeda:

Jadi selama ini kamu cantik?

✘ Parabahasa mengacu pada dimensi vocal tetapi nonverbal dari pembicaraan.

✘ Parabahasa mengacu pada cara kita mengucapkan sesuatu dan bukan pada apa yang kita
ucapkan

✘ Selain tekanan atau tinggi rendahnya pengucapan kata (pitch), parabahasa mencakup
karakteristik vocal lain seperti kecepatan (rate), volume, dan irama (rhythm).
PARABAHASA

✘ Parabahasa juga mencakup vokalisasi yang kita lakukan


ketika menangis, berbisik, mengerang, bersendawa, menguap
dan berteriak.

✘ Variasi pada aspek ini mengkomunikasikan sesuatu.

✘ Misal: penilaian yang muncul dari orang yang bicara cepat


dan bicara lambat
Variasi tinggi
nada/pitch, Pitch Level
Pitch control Variasi Tempo
menunjukkan menunjukkan
menunjukkan amplitude, yaitu menunjukkan
kemarahan, kesenangan,
kebosanan kuat atau keras kebosanan, jijik,
kebosanan, jijik, kebosanan,
kesedihan, menyatakan , takut,
takut, kesedihan,
potensi kesenangan, kesenangan,
kesenangan, takut, aktivitas,
kemarahan, aktivitas, aktivitas,
aktivitas, potensi,
ketakutan dan kebahagiaan kemarahan dan
kebahagiaan kemarahan
keterkejutan dan ketakutan keterkejutan
dan keterkejutan
keterkejutan

Dimensi Isyarat
Paralinguistik (Scherer,
dalam Arken,2006)
MATERI PERTEMUAN 11

APLIKASI DAN TERAPAN OBSERVASI DALAM SETTING


PSIKOLOGI

36
Aplikasi/Terapan Observasi pada Berbagai Setting
(Perkembangan, Pendidikan, Klinis, Industri, dan Sosial)

✘ KLINIS

✘ PERKEMBANGAN

✘ INDUSTRI

✘ PENDIDIKAN

✘ PSIKOLOGI SOSIAL

37
CONTOH TERAPAN OBSERVASI
Psikologi Klinis
- Identifikasi simtom dari gangguan
- Identifikasi tingkat gangguan
- Pendukung dalam proses konseling
- Evaluasi kemajuan terapi / konseling
- Pendukung dalam proses psikotes : projektif individual
- Bersama-sama dengan wawancara dan konseling.
BIDANG PERKEMBANGAN
✘ Identifikasi kemunculan gejala/simtom yang muncul dari
gangguan/permasalahan perkembangan (khususnya anak)
✘ Identifikasi level gangguan perkembangan
✘ Identifikasi tingkat perkembangan anak
✘ Evaluasi hasil terapi atau intervensi pada anak
CONTOH TERAPAN OBSERVASI DALAM PSIKOLOGI
INDUSTRI
✘ Seleksi dan asesmen kepribadian, ada intervensi perlakuan kemudian
dilihat bagaimana perilaku peserta
✘ Analisis jabatan, natural tanpa intervensi
✘ Identifikasi kebutuhan training
✘ Pemantauan perilaku dalam proses training (terutama out bound)
CONTOH TERAPAN OBSERVASI DALAM BIDANG
PENDIDIKAN

✘ Penelitian studi kelayakan kebijakan pendidikan


✘ Penelitian evaluasi kebijakan
✘ Penelitian tindakan kelas oleh guru
✘ Penilaian kemampuan mengajar
✘ Evaluasi hasil belajar
✘ Asesmen awal kemampuan siswa
✘ Identifikasi permasalahan siswa: belajar dan pribadi
TERAPAN DI BIDANG PSIKOLOGI SOSIAL

Studi Pemetaan masalah sosial dan kecenderungan masyarakat *


Studi kancah masalah sosial * : agresivitas masyarakat, pelacuran, anak jalanan,
tawuran.
Studi perilaku manusia dalam situasi sosial * : perempatan, perilaku menolong
(eksperimental – partisipan)
Evaluasi penderitaan korban : kasus LM mahasiswi Fisip UNRI, 2021.
Identifikasi kebutuhan intervensi sosial
MATERI PERTEMUAN 12

Analisis Hasil Observasi (pemaparan, organisasi data, coding, integrasi hasil


data, dan kesimpulan).

43
BENTUK DATA HASIL OBSERVASI

✘ Angka (kuantifikasi hasil observasi)


○ Checklist : frekuensi
○ Rating scales : skor
○ Time sampling : frekuensi, durasi
✘ Desripsi naratif
○ Catatan harian
○ Anecdotal records
○ Event sampling
✘ Dokumen tertulis dan tidak tertulis
○ Un obstrusive
○ Catatan harian/anecdotal records dll. orang lain
Pemaparan Hasil Observasi

✘ Mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang diamati, mulai


dari awal hingga akhir
✘ Mempresentasikan insiden-insiden kritis atau peristiwa kunci,
berdasarkan urutan kepentingan insiden tersebut
✘ Mendeskripsikan setiap tempat, setting dan atau lokasi yang
berbeda sebelum mempresentasikan gambaran dan pola pada
umumnya
✘ Fokuskan analisis pada individu-individu atau kelompok-kelompok
✘ Mengorganisasi data dengan menjelaskan proses-proses yang
terjadi (proses komunikasi dll)
✘ Memfokus pengamatan pada isu-isu kunci yang diperkirakan
menjawab tujuan observasi/penelitian
Organisasi data

✘ Data banyak dan berasal dari berbagai cara pengumpulan data.


✘ Proses sederhana yang dilakukan adalah menyusun,
mengelompokan, dan menghimpun data sesuai dengan tujuan
penelitian dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin.
✘ Meliputi data mentah (catatan lapangan, kaset), data yang
sudah diproses (trasnkripsi wawancara), dan bentuk-bentuk dari
pengolahan dari data mentah dan semua berkas yang diperoleh
dari proses penelitian (misalnya observasi)
Koding
✘ Proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh
dengan maksud untuk dapat mengorganisasi dan
mensistematisasi data secara lengkap dan detail sehingga data
dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari.
✘ Langkah koding :
○ peneliti menyusun catatan lapangan dengan ada kolom kosong yang cukup besar di
sebelah kiri dan kanan catatan (untuk kode dan catatan tertentu)
○ Peneliti secara urut dan kontinu melakukan penomoran pada catatan lapangan
tersebut (penomoran baru perbaris atau per paragraf)
○ Peneliti memberi nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu
○ Contoh. OS.L2Jun21 : Hasil observasi siswa laki-laki pada 2 Juni 2021
Integrasi dan Analisis data

✘ Pengintegrasian data dari berbagai sumber, komunikasi antar data, distrukturisasikan sesuai
kebutuhan, untuk kemudian di analisis
✘ Analisis data membutuhkan kepekaan teoritis, karena observer/peneliti melakukan upaya
mengembangkan landasan teori atau berteori.
✘ Kepekaan teoritis mengacu pada kemampuan untuk memperoleh insight, memberi makna
pada data, memahami dan memilah mana yang esensial dan yang tidak.
✘ Teknik-teknik untuk meningkatkan kepekaan teoritis adalah sebagai berikut :
○ mengembangkan pertanyaan-pertanyaan “what? Who? When? Where? How? How
Much? Dan Why?”
○ Analisis molar, subordinate molar, dan molekular
○ Analisis tahap lanjut melalui perbandingan. Melakukan perbandingan sistematis
terhadap dua atau lebih fenomena yang ditampilkan dalam data, baik terhadap gejala-
gejala yang dekat atau memiliki kesamaan karakteristik tertentu, ataupun terhadap
gejala-gejala yang dianggap berjauhan atau tidak memiliki kesamaan karakteristik
apapun.
Interpretasi
✘ Upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam berdasarkan perspektif
peneliti/obsever terhadap apa yang diobservasi dan menginterpretasi data melalui persepektif
tersebut, melampaui apa yang secara langsung dikatakan atau dilihat pada responden, untuk
mengembangkan struktur-struktur dan hubungan-hubungan bermakna yang tidak
tertampilkan dalam data mentah.
✘ Tiga konteks interpretasi :
○ Interpretasi pemahaman diri : peneliti/obsever berusaha memformulasikan dalam bentuk
padat apa yang oleh subjek penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-
pernyataannya atau perilakunya.
○ Interpretasi pemahaman biasa yang kritis : peneliti beranjak lebih jauh dengan
menggunakan kerangka pemahaman yang lebih luas dari pemahaman subjek penelitian
dengan bersikap kritis terhadap apa yang ditunjukkan subjek baik dengan memfokuskan
diri pada pada isi maupun subjek yang diamati (pembuat pernyataan). Peneliti
mengambil posisi sebagai masyarakat umum di mana subjek penelitian berada.
○ Interpretasi pemahaman teoritis : peneliti menggunakan kerangka teoritis tertentu untuk
memahami pernyataan-pernyataan yang ada sehingga dapat mengatasi konteks
pemahaman diri subjek dan penalaran umum
✘ Penelitian yang baik akan mencakup semua tahapan interpretasi tetapi berakhir pada
kesimpulan pemahaman teoritis.
Kesimpulan

Peneliti/observer menyimpulkan tentang gejala yang


diamati berdasarkan analisis dan interpretasi yang
dilakukan untuk memberikan jawaban terhadap
permasalahan dan tujuan observasi.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

✘ Pengetahuan, values, attitudes, dan pengalaman berfungsi


sebagai filters
✘ Tidak semua data yang kita butuhkan “tersedia“ :
○ Luput dari perhatian
○ Gagal mendapatkan sense impressions of an object or event
✘ Penyebab hasil observasi tidak lengkap :
○ Level of concentration
○ Fatigue/illness
○ Situation
○ The amount of time
✘ Two biases :
○ Personal
○ Theory
MATERI 13, Menyusun Laporan Observasi

✘ Menulis Laporan Observasi (dengan asisten praktikum)

52
MATERI PERTEMUAN 14
KENDALA DALAM OBSERVASI

1.KENDALA OBSERVASI BERSUMBER DARI OBSERVER (pada


tahap pengamatan, tahap pencatatan dan tahap kesimpulan)

2. Kendala observasi bersumber dari Observee

3. Kendala observasi bersumber dari instrumen dan setting

4. Kendala observasi bersumber dari sampel.

CARA MENGATASI KENDALA DALAM OBSERVASI

53
KENDALA OBSERVASI BERSUMBER DARI OBSERVER
(PADA TAHAP PENGAMATAN)
1. Hallo Effect: observer membuat generalisasi kesan pertama.

2. Refleksi Observer: struktur kepribadian observer tercermin dalam hasil observasi. Mis. Pengaruh kondisi
afeksi observer

3. Generosity Effect/Leniency Effect: observer cenderung berbuat baik pada situasi yang meragukan,
berdampak pada hasil penilaian yang menjadi merugikan/menguntungkan

4. Severity Error: observer cenderung memberi penilaian rendah kepada semua observee

5. Central Tendency Error: observer cenderung memberi penilaian rata-rata. underestimate terhadap
perilaku berlebihan/intensitas tinggi & overestimate terhadap perilaku minimal/intensitas rendah.

54
KENDALA OBSERVASI BERSUMBER DARI OBSERVER
(PADA TAHAP PENGAMATAN)
6. Carry-Over Effect: observer tak bisa membedakan suatu gejala/indikator.

7. Primary Effect: observer membiarkan kesan pertama shg berdampak pada efek distorsi pada penilaian
selanjutnya.

8. Personal Theory: observer mencocokkan hasil observasi pada asumsi teoritis personal yang dimiliki

9. Personal Values: observer menyesuaikan hasil observasi pada harapan, nilai, dan tujuan pribadi

10. Logical Error: observer membuat penilaian sama terhadap objek observasi tampak secara logis
berkaitan

11. Contrast Error: observer menilai objek observasi spesifik secara aktual pada individu berbeda/bertolak
belakang dengan trait atau objek observasi yang dimiliki observee.

55
KENDALA OBSERVASI BERSUMBER DARI OBSERVER
(PADA TAHAP PENGAMATAN)
12. Proximity Error: observer menilai 2 objek observasi / lebih sebagai objek yang sama karena format
penilaian yang sama.

13. Observer Drift: observer mengubah kriteria selama proses penilaian terkait ada/tidaknya perilaku yang
diamati krn faktor kelelahan, belajar atau variabel lain.

14. Observer Reactivity: observer mengubah pencatatan ketika menyadari diamati observee

15. Expectancy Effect: observee mengetahui harapan obsever

16 Sensitivity & Awareness: obsver kehilangan kepekaan terhadap tujuan pengamatan

17. Fatique, Illness & Discomfort: observer tidak sehat (fisik, emosi, personal problem) sehingga tak focus

56
KENDALA OBSERVASI BERSUMBER DARI OBSERVER
(PADA TAHAP PENCATATAN/PENGAMBILAN DATA)
1. Hasil Obersvasi tak dicatat segera (keterbatasan daya ingat), dampaknya:

a. Errors of Omission: tidak memasukan informasi penting.

b Errors of Commission: melebihkan hasil pencatatan, hasil dari ingatan yang keliru.

2. Obsever meninggalkan observee / selama proses pengamatan atau tidak fokus pada
observee, sehingga ada perilaku yang luput

3. Salah dalam memberikan tanda pada format penilaian

4. Pencatatan dengan bahasa yang tidak dimengerti / banyak judgement atau pernyataan
interpretasi.

57
KENDALA OBSERVASI BERSUMBER DARI OBSERVER
(PADA TAHAP KESIMPULAN)

1. Kesalahan dalam menyusun strategi kerangka teori.

2. Memilih & memilah situasi, peristiwa dan kondisi perilaku yg


menjadi tujuan pengamatan.

3. Memilah informasi/data. Indikator/gejala yang diamati tidak


sesuai tujuan observasi.

4. Kekeliruan dalam integrasi data.


58
KENDALA OBSERVASI BERSUMBER DARI OBSERVEE

1. Hawthorne Effect: observee mengetahui dirinya diobservasi, sehingga perilaku dibuat terkesan baik

2. Child Reactivity: tingkah laku obsvee berubah karena mengetahui diamati

3. Role Selection: observee mengadopsi peran tertentu karena mengetahui dirinya diamati

4. Measurement becomes an agent of Change : perubahan perilaku observee yang significant dengan
perilaku yang sedang diamati

5. Response Set: observee memberikan respon melalui cara menyesuaikan dengan tanda dari observer.

59
KENDALA OBSERVASI BERSUMBER DARI SETTING &
INSTRUMEN
1. Unrepresentative Behavioral Setting: obsever memilih 1 setting/1 periode time sampling
sehinga sampel perilaku tidak memadai

2. Coding Complexity: koding tidak akurat, karena terlalu banyak kategori dalam sistem
koding, dan terlalu banyak observee dalam satu pengamatan

3. Kategori terlalu umum sehingga tidak sesuai dengan kategori indikator perilaku.

4. Mechanical Instrument: gagal menggunakan alat mekanik (misalnya alat bantu rekam).

60
KENDALA OBVERVASI BERSUMBER DARI SAMPEL

1. Unrepresentative sampel: observer gagal mendapatkan


sampel yang presentatif dari populasi.

2. Sample Instability: observer gagal mengenali populasi.

61
CARA MENGATASI KENDALA DALAM OBSERVASI
1. Mengenali perilaku yang akan diamati secara spesifik (dituangkan dalam
bentuk topik dan judul observasi).

2. Menguasai konsep teori yang menjadi landasan secara tepat berdasarkan


indikator teoretis dari objek/perilaku yang observasi.

3. Mengetahui sampel populasi yang sesuai tujuan observasi,

4. Menguasai teknik pencatatan observasi

5. Kepekaan, sensitivitas, ketajaman, & kemampuan persepsi Obsverver.

6. Dapat mengatasi/mencegah kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi


selama proses pengamatan berlangsung
62

Anda mungkin juga menyukai