Peran remaja dalam mengisi kemerdakaan Indonesia yang sebentar lagi akan kita rayakan tentu
sangat penting. Sebagai generasi muda yang energic, berbakat, pintar dan penuh ambisi sangatlah
bangga kalau seharusnya pemuda mengkaryakan diri untuk membangun negara ini menjadi lebih
baik. Contoh cara remaja menghadapi era globalisasi menurut psikologi.
Apa saja peran remaja dalam mengisi kemerdakaan, berikut akan dijelaskan dalam berbagai
contoh tindakan nyata. Agar menjadi teladan dan juga satu bukti bahwa pemuda Indonesia layak
dijadikan pahlawan kekinian.
Mulai dari belajar bukan dalam hal formal tetapi dari berbagai hal mulai dari belajar dari alam,
lingkungan, dan pengalaman maka tidak heran kalian akan menjadi pelopor pemuda berkarya dan
kreatif, berikut peranan bakat dalam proses belajar psikologi pendidikan. Apalagi karyanya sampai
mencapai tingkat internasional, bangga Indonesia punya kalian.
Mampu berpikir realistis dan memilah hal yang baik dan buruk. Menggunakan media modern
untuk kepentingan bersama dan mengajak siapapun untuk menjalin persaudaraan dan persatuan.
Dampak gangguan jiwa akibat sosial media yang perlu diwaspadai.
Jangan merusak sebuah informasi dengan info yang palsu, fitnah atau menghina orang lain demi
kepentingan pribadi atau golongan. Dengan berbuat baik maka Indonesia akan menjadi negara
hebat dan juga kuat, karena pemudanya memiliki jiwa dan fisik sehat, hebat dan kuat pula. Hal
yang perlu dilakukan yaitu cara merubah diri menjadi lebih baik dan menarik.
2. Masalah tak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita merasa punya masalah ketika
harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Konflik, baik intrapersonal, interpersonal maupun konflik
sosial merupakan bagian dari masalah yang kita hadapi. Interaksi interpersonal dan social paling
sering memicu konflik. Kita pasti sering merasa sudah sangat dekat, sangat memahami dan
sanggup menerima seseorang apa adanya, tetapi ketika ada sedikit saja yang tidak sesuai dengan
perasaan atau pemikiran kita, kita merasa tak akan ada solusi. Kedekatan hati dan kesiapan berbagi
tidak selalu membuahkan harmoni karena hidup memiliki banyak sisi untuk dimengerti, dinikmati,
dijalani sepenuh hati.
Pemicu utama konflik ialah perbedaan. Berlanjut menjadi pertengkaran, pertentangan dan
kemudian bisa berpotensi menjadi konflik yang lebih serius. Konflik, sekecil apapun kelihatannya,
tidak bisa dianggap sepele juga tidak harus disikapi secara berlebihan. Kita bisa mengelola sikap
kita dalam menghadapi konflik dengan mengetahui dan memahami akar permasalahannya.
Pertama, konflik muncul karena seseorang tidak terbiasa menyikapi perbedaan dengan tepat.
Manusia diciptakan dengan ribuan sifat dan watak yang berbeda, sehingga cara dan sikap hidup
tiap orang tidak sama. Kesadaran akan adanya keragaman dan perbedaan ini yang mutlak
diperlukan untuk kelangsungan setiap hubungan baik personal maupun interaksi sosial. Kedua,
timbulnya konflik juga dipicu oleh sikap egoistis, selalu membenarkan pendapat sendiri dan
merasa diri paling benar. Dalam pola komunikasi internal keluarga maupun lingkungan sosial,
sikap seperti ini banyak kita temukan.Berbeda pendapat sering dianggap sebagai ancaman bahkan
serangan terhadap eksistensi seseorang. Tiap individu memiliki keinginan, dan kebutuhan yang
tidak selalu sama. Cara pandang setiap orang terhadap konflik akan menentukan pula cara ia
menghadapi dan menangani konflik.
Ada beberapa hal yang bisa dijadikan landasan dalam mengelola sikap terhadap konflik.
1. Bersikap dan bertindak bijak terhadap kelebihan dan kekurangan orang lain (orang tua, pasangan
hidup, sahabat atau orang yang kurang kita sukai). Sikap bijak lahir dari kesadaran diri bahwa tiada
manusia yang sempurna. Kekurangan orang lain kerap kali menyulut konflik ketika kita tidak siap
dan tidak mau menerimanya. Kelebihan orang lain pun tak jarang membuat kita merasa iri, benci
memusuhi dan akhirnya jadi dengki… Naudzubillah. Kekurangan seseorang, baik moral maupun
material bukan untuk dihakimi. Kekurangan adalah sisi ketidaksempurnaan yang patut kita
lengkapi dengan pengertian, serta keikhlasan untuk membantu memperbaikinya. Sedangkan
kelebihan orang merupakan anugerah Alloh SWT yang sangat pantas kita syukuri. Berani
mengakui kelebihan orang dan menghargainya adalah bagian dari memuliakan Yang Maha
Bijaksana. Memang tidak mudah merealisasikannya karena butuh keikhlasan untuk
melakukannya. Namun, dengan belajar dan berlatih memahami orang lain akan menuntun kita
pada sikap dan tindakan yang bijak. (saya juga sedang belajar)
2. Bersikap dan bertindak bijak terhadap diri sendiri dengan mensyukuri kelebihan yang kita miliki,
memanfaatkan kelebihan diri dengan rendah hati di jalan kebaikan dan kebenaran, serta menyadari
kekurangan diri dan selalu berupaya memperbaiki diri. Sebaik-baik manusia adalah yang tidak
sibuk mengutuk kekurangan diri, tetapi selalu berusaha memperbaiki diri. Banyak di antara kita
yang mungkin masih menganggap kekurangan (diri sendiri dan orang lain) sebagai aib yang harus
di-genocida secara mutlak. Padahal, kekurangan bisa membuat kita dicintai selama kita terus
berusaha memperbaikinya dan tidak selalu mengharap dikasihani. Menyadari kekurangan diri akan
mmbenamkan hati kita ke dalam keinsyafan bahwa kita membutuhkan orang lain untuk berbagi,
saling mengisi dan saling melengkapi.
3. Melunakkan hati dan memaafkan. Untuk melakukan kedua hal ini diperlukan kesabaran dan
ketulusan. Konflik seringkali membuat kita merasa tersakiti dan ingin mengakhiri sebuah
hubungan dengan siapa saja. Itu mah jalan pintas. Nafsu harus dikendalikan agar tidak memicu
konflik yang berkepanjangan.
Memaafkan kesalahan orang lain memang tidak mudah. Butuh waktu, kesabaran, keikhlasan dan
lagi-lagi pengertian. Orang berbuat salah tidak selalu disengaja. Seperti yang pernah diungkapkan
K.H. Abdullah Gymnastiar dalam tausyiahnya bahwa ada orang yang berbuat salah karena ia tidak
menyadari bahwa ia salah dan ada orang yang melakukan kesalahan kemudian ia mengetahui
perbuatannya salah, tetapi ia belum sanggup memperbaikinya. Mungkin orang lain yang berkonflik
dengan kita juga menganggap kita yang salah dan tidak bisa dimaafkan. Makanya, agama
menyuruh kita untuk saling memaafkan, selalu mengingat kebaikan orang lain terhadap kita dan
melupakan jasa atau kebaikan kita terhadap orang lain agar kita dapat melatih diri mengelola emosi
(nafsu amarah). Dengan melupakan jasa diri terhadap orang lain, kita bisa menghilangkan rasa
sakit hati ketika orang tersebut tidak menghargai kebaikan kita. Dengan mengingat kebaikan orang
lain, kita dapat melunakkan hati kita untuk tidak memasung hati dalam kebencian. Bagaimanapun,
kebencian yang kita tanam akan membuat hati semakin keras dan angkuh (merasa diri tak pernah
berbuat salah).
Sejatinya, konflik merupakan pembelajaran sikap hidup, pendewasaan berpikir dan pematangan
jiwa seseorang. Dengan adanya konflik, kita mengetahui sifat dan karakter seseorang yang
mungkin selama ini tertutupi. Konflik juga mendidik kita untuk belajar memahami orang lain,
menghargai perbedaan dan mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari
yang berbhineka.
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada
suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti yang kita
ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun wilayahnya.
terdapat beberapa faktor yang mendorong terwujudnya integrasi nasional di Indonesia. Adapun
faktor pendorong tersebut diantaranya:
a. Adanya rasa yang senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor-faktor sejarah
Indonesia telah mengalami sejarah yang kelam di masa lalu, terutama zaman dimana Indonesia
dijajah oleh bangsa lain selama bertahun-tahun. Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
1945, perjuangan yang dilakukan oleh setiap elemen masyarakat untuk memperoleh kemerdekaan
bukanlah sesuatu yang sifatnya main-main. Rasa senasib seperjuangan di masa lalu yang terbawa
sampai dengan masa sekarang menjadi salah satu faktor pendorong untuk mewujudkan integrasi
nasional. Jika di masa lalu rasa
senasib seperjuangan digunakan untuk memujudkan kemerdekaan Indonesia, di era sekarang ini
rasa senasib seperjuangan digunakan untuk memperkuat stabilitas nasional demi terwujudnya
persatuan Indonesia dalam integrasi nasional.
ldeologi nasional negara kita Indonesia adalah Pancasila. Sebagai ideologi nasional,Pancasila tidak
dapat digantikan oleh ideologi manapun. Walalupun Indonesia terdiri dari banyak kepercayaan,
arti penting dan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia tidak bisa terlepas
dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Pemaknaan ideologi nasional yaitu Pancasila dilakukan
melalui implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan
integrasi nasional di Indonesia. Melalui pemaknaan ideologi nasional yaitu Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari, integrasi nasional akan lebih mudah untuk diwujudkan.
Perbedaan dan kemajemukan di Indonesia bukanlah salah satu alasan untuk dijadikan faktor
penyebab konflik sosial yang terjadi di kalangan masyarakat. Justru perbedaan inilah yang
membuat masyarakat Indonesia mempunyai keinginan untuk mempersatukan perbedaan di dalam
satu kesatuan bangsa yang utuh. Baik di dalam masyarakat tradisonal dan modern, keinginan untuk
mempersatukan perbedaan di dalam kehidupan sehari-hari tentunya ada. Dalam kehidupan
berbangsa negara dan berbangsa Indonesia, keinginan untuk mempersatukan bangsa merupakan
salah satu perwujudan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar negara.
Walupun Indonesia sudah merdeka selama 71 tahun, bukan tidak mungkin ancaman dari luar itu
masuk ke Indonesia. Ancaman-ancaman dari luar di era globalisasi sekarang ini tidak dapat
diartikan sebagai ancaman yang menjajah seperti pada masa kemerdekaan Indonesia. Oleh karena
itu, untuk mengantisipasi ancaman dari luar dalam kaitannya dengan bahaya globalisasi dan
modernisasi, integrasi nasional perlu diwujudkan di setiap lapisan masyarakat yang ada tinggal di
wilayah Indonesia. Faktor Pendukung Integrasi Nasional
Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa. Jika melihat sejarah, hal ini telah
dikumandangkan sejak di gelorakan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang berbunyi “Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuaan Bahasa Indonesia”. Dengan
semangat para pemuda tersebut maka, disepakati Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu tanpa
memandang perbedaan di dalamnya.
Kesadaran akan persatuan perlu dimunculkan dalam semangat persatuan dan kesatuan, hal ini
diperlukan untuk menjalin rasa kekeluargaan, persahabatan, dan sikap saling tolong-menolong
antar sesama dan bersikap nasionalisme, serta menjalin rasa kemanusiaan yang memiliki sikap dan
toleransi serta keharmonisan untuk hidup secara berdampingan.
c. Adanya Kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama yakni Pancasila
Pancasila adalah landasan idiil bangsa yang kedudukannya sangat berpengaruh bagi jalannya
kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi seseorang yang di dalam jiwanya terdapat sifat
patriotisme yang tinggi, maka Ia akan selalu menerapkan butir-butir Pancasila di setiap aspek
kehidupannya.
Gotong royong berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan. Sikap
gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-
sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. Serta suatu usaha atau pekerjaan yang
dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua komponen masyarakat menurut batas
kemampuannya masing-masing.
3. BASIS utama Pancasila ialah kebudayaan bukan sekadar teori dan filosofis. Karena itu,
membumikan kembali Pancasila harus lewat cara-cara praksis (salah satu pendekatan terhadap
teologi kontekstual. Model ini secara intensif dibentuk oleh pengetahuan yang berasal dari aksi
dan refleksi) yang lekat dengan potret masyarakat.
Budayawan Radhar Panca Dahana mengingatkan hal itu di tengah upaya Presiden Joko Widodo
menguatkan kembali ancaman radikalisme serta ekonomi politik global.
“Presiden ingin mengingatkan kembali semua kelas dan golongan untuk mengaktualisasi nilai-
nilai Pancasila. Pendekatan kebudayaan yang dibangun Presiden itu bagian dari praksis
membangkitkan Pancasila,” ujarnya.
Radhar mengapresiasi penguatan Pancasila melalui basis kultural, seperti menghadiri Karnaval
Kemerdekaan Pesona Parahyangan di Bandung, Jawa Barat, Festival Tenun dan Parade 1001 Kuda
di Sumba, Nusa Tenggara Timur, hingga Festival Danau Toba.
Radhar menilai pendekatan-pendekatan kultural seperti itu lebih efektif lantaran nilai efektif
Pancasila ialah sebuah praksis yang tumbuh dan berkembang dalam praktik masyarakat karena ada
ikatan komunal dari sebuah budaya sebagai keadaban suatu bangsa.
“Pancasila justru akan gagal jika ia ditempatkan melulu sebagai produk akal, baik itu secara
filosofis apalagi ideologis, karena basisnya Pancasila itu kebudayaan,” kata Radhar.
Menurut Radhar, pada tataran elite, upaya Presiden merangkul seluruh elemen bangsa lagi-lagi
sebagai upaya menyamakan narasi besar bangsa melalui Indonesia dan Pancasila.
Dalam konteks itu, kehendak politik pemerintahan Presiden Jokowi memantapkan Pancasila patut
diapresiasi.
“Seberapa berantem-nya para elite, kalau nada dasarnya satu, yakni Indonesia, akan bersatu lagi.
Ini yang diingatkan Presiden. Bahwa Pancasila selama ini hanya sekadar potensi, tetapi susah
diaktualisasikan selaiknya ideologi.’’
Bila sungguh Indonesia ingin berbenah, menurut Radhar, tidak cukup hanya dengan berseru lewat
kata-kata dan retorika yang akan mudah terjebak menjadi slogan/propaganda. Mesti ada upaya
besar dari semua elemen bangsa.
Sudah selesai
Ketua MPR Zulkifli Hasan menilai seharusnya masalah kebinekaan dan keberagaman sudah
selesai dan saatnya fokus mempersiapkan para generasi berdaya saing dan produktif sehingga
mampu bersaing di tingkat global.
“Lima puluh tahun lagi penduduk Indonesia sudah 500 juta orang sehingga perlu disiapkan
generasi yang memiliki ilmu, daya saing, dan produktif,” kata Zulkifli di sela-sela kegiatan Jalan
Sehat Empat Pilar di Jakarta, kemarin.
Dia mengatakan generasi yang memiliki ilmu, daya saing, dan produktif diharapkan memiliki
kreativitas dan inovasi sehingga bisa bersaing dengan negara lain.
Langkah itu tidak bisa tercapai kalau Indonesia masih berkutat pada persoalan kebinekaan dan
keberagaman. Padahal, keduanya sudah selesai.
4.
5. “Piagam Jakarta, bentuk lain dari Pancasila, karena sila pertama yang terdiri dari kewajiban
menjalankan syarat Islam bagi pemeluk-pemeluknya itu, kemudian disederhanakan diringkas
menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa” kata Wakil Sekretaris MUI Pusat KH Muqsit Ghazali di
Jakarta, Kamis (23/8).
Ia menjelaskan, ketika Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit 1959, berkata bahwa Piagam
Jakarta tertanggal 22 Juli 1945 menjadi jiwa dalam konstitusi menjadi satu kesatuan yang menjiwai
UUD 45, dengan demikian tidak perlu ada istilah dikhianati tetapi ditampung ke dalam jiwa yang
lebih substantif ke dalam UUD 45.
Di dalam pembukaan UUD 45, telah disebutkan bahwa dasar negara adalah Pancasila. Menurut
Muqsit, dalam Pancasila sendiri telah jelas disebutkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Karena kalau
eksplisit disebutkan sebagai kewajiban menjalankan syarat Islam bagi pemeluk-pemeluknya, itu
tidak mudah untuk dipraktekkan didalam konteks warga negara Indonesia yang sangat prural.
“Indonesia bukanlah Brunei Darussalam, bukan Malaysia, bukan seperti di negara Afrika Utara
yang jumlah penduduknya yang kecil, seperti Maroko dan Tunisia. Mereka relatif homogen seperti
Arab Saudi, makanya Arab Saudi tidak mungkin punya Pancasila, tidak mungkin punya UUD 45,”
jelas Muqsit.
Ia menguraikan bahwa bangsa Indonesia ditakdirkan oleh Allah SWT sudah ada lebih dulu
sebelum Islam menjadi agama mayoritas. Sebelum islam masuk, di Indonesia sudah pernah
tumbuh agama besar yaitu agama Hindu, Budha dengan kerajaannya yang besar yaitu Kutai,
Sriwijaya dan Majapahit. Itu tidak bisa dinafikan sebagai sebuah fakta historis, karena itu pilihan
para pendiri negara, tidak menjadikan Indonesia sebagai negara Islam walaupun faktanya
kemudian umat Islam adalah mayoritas.
“Tapi tidak dapat dipungkiri umat Islam mendapatkan sejumlah keuntungan dengan adanya UU
Zakat, UU Haji, UU Peradilan Agama, ada Kementerian Agama. Kementerian agama dananya
cukup besar sekali dan kalau kita kalkulasi mungkin 80 persen untuk melayani kebutuhan umat
Islam, ada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam yang didalamnya ada Madrasah, perguruan tinggi
dan ada pesantren,” kata Muqsit.
6.
Pancasila sebagai Nilai Dasar yang Fundamental bagi Bangsa dan Negara RI
Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental bagi bangsa dan negara memperlihatkan napas
humanisme (keadilan, persatuan dll). Oleh karena itu, Pancasila dengan mudah diterima oleh siapa
saja. Pancasila didukung oleh semua pihak karena nilai-nilai luhurnya. Dengan nilai-nilainya,
negara-negara luar juga mengagumi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Nilai-nilainya
sangat universal. Universal yang dimaksud, bahwa Pancasila akan berlaku bagi setiap bangsa
Indonesia, kapan, di mana dan bagaimanapun kondisi dan situasi yang mungkin terjadi.
Nilai-nilai Pancasila secara sadar dirangkai dan disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi
untuk membentuk sikap moral bangsa dan sebagai basis perilaku politik atau menjadi semacam
suatu “kode etik dalam berpolitik, baik tertulis atau pun tidak tertulis (merupakan kebiasaan
tingkah laku dalam kehidupan politik yang diterima dan diharapkan masyarakat). Pancasila
menjadi milik khas bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat legitimasi
moral dan budaya bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai khusus yang termuat dalam Pancasila.
Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental adalah seperangkat nilai yang terpadu berkenaan
dengan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 mengandung konsep-konsep sebagai
berikut: Dasar-dasar pembentukan negara, yaitu tujuan negara, asas politik negara (negara
Republik Indonesia dan berkedaulatan rakyat), dan asas kerohanian negara yaitu Pancasila
dan Ketentuan diadakannya undang-undang dasar, yang menunjukkan adanya sumber hukum
Pertama, betapa pun kasar dan tidak satunnya suatu politik, tindakannya membutuhkan legitimasi.
Legitimasi tindakan ini mau tidak mau harus merujuk kepada norma-norma moral, nilai-nilai,
hukum atau peraturan perundangan. Di sini letak celah di mana etika politik bisa berbicara dengan
otoritas.
Kedua, etika politik berbicara dari sisi korban. Politik yang kasar dan tidak adil akan
mengakibatkan jatuhnya korban. Korban akan membangkitkan simpati dan
reaksi indignation (terusik dan protes terhadap ketidakadilan). Keberpihakan kepada korban tidak
akan menolerir politik yang kasar. Jeritan korban adalah berita duka bagi etika politik.
Ketiga, pertarungan kekuasaan dan konflik kepentingan yang berlarut-larut akan membangkitkan
kesadaran akan perlunya penyelesaian yang mendesak dan adil. Penyelesaian semacam ini tidak
akan terwujud bila tidak mengacu kepada etika politik. Pernyataan “perubahan harus
konstitusional” menunjukkan etika politik tidak bisa diabaikan begitu saja.
Etika adalah ilmu yang secara kritis membahas alasan manusiamengikuti aturan moral atau cara
menyikapi suatu hal dengan sesuaiajaran moral. Di sisi lain etika juga berkaitan dengan kebiasaan
hidup baikdan tata cara hidup yang baik. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dandiwariskan dari
generasi ke generasi lain. Dalam arti ini etika samamaknanya dengan moral.Manusia yang
bermoral adalah manusia yang memiliki tingkah lakuyang baik. Tingkah laku yang bernilai baik
ini hanya dapat dinilai olehorang lain, karena nilai baik ataupun buruk adalah ukuran
subjektifseseorang terhadap suatu hal.Kemudian moral-moral yang berasal dari budaya yang
berbeda-beda itu dikelompokkan sehingga terbentuklah norma yang menjadiaturan dan pembatas
bagaimana manusia bertingkah laku. Norma adalahaturan mengenai tingkah laku yang mengikat
dan berlaku di masyarakat.Norma cakupannya lebih sempit dari etika. Norma hanyamenjelaskan
macam-macam aturan tentang tingkah laku yang adasedangkan etika memahami secara kritis suatu
nilai moral dan alasanmengapa setiap orang harus mematuhi norma-norma tersebut.
Denganadanya kesadaran beretika, manusia secara sadar maupun tidak sadarakan mematuhi
norma-norma tersebut
“Legitimasi hukum adalah pengakuan hukum yang terdapat di tengah masyarakat yang bisa di
katakan ada kaitannya dengan tindakan perbuatan hukum yang berlaku serta berbagai undang-
undang yang sah dan sudah di tetapkan”
Hal ini meliputi di antaranya yaitu peraturan hukum formal, hukum etnis, hukum adat-istiadat dan
juga hukum kemasyarakatan yang memang telah ada pada masyrakat tersebut dan di akui
keabsahannya, hingga dengan melihat penjelasan di atas maka legitimasi memang penting pada
kehidupan masyarakat luas.
Dari segi pelaksanaanya, legitimasi bisa bilang memang di tujukan secara khusus untuk pemegang
kekuasaan dalam menggunakan berbagai cara dan tataran masyarakat yang berbedayang biasanya
masih melibatkan berupa ritual formal yang sifatnya religious, hingga dalam hal ini melibatkan
berbagai pihak yang memiliki beberapa kepentingan.
Kemungkinan ini bisa saja terjadi dalam sebuah tataran masyarakat yang masih memiliki hubungan
erat dengan konsep adat dan budaya lokal itu sendiri, dimana hal ini di lakukan sebagai suatu
kewajiban.
Koruptor yang sudah menghabiskan uang rakyat dan membuat dollar mereka beranak cucu diluar
negeri, maka harus siap sedia untuk menerima setiap resiko yang sudah ditetapkan aturannya dalam
UU korupsi, sehingga tidak membiarkan para koruptor tersebut bebas bergentangan untuk
menghabiskan uang rakyat.
Adanya UU perkawinan, yang mewajibkan pendaftaran dan pencatatan perkawinan, jika ada yang
berpoligami harus atas dasar persetujuan pengadilan setempat.
MORAL Legitimasi etis mempersoalkan keabsahan kekuasaan politik dari norma-norma moral.
Legitimasi ini muncul dalam konteks bahwa setiap tindakan Negara baik dari legislatif maupun
dari eksekutif dapat dipertanyakan dari norma-norma moral, tujuannya yaitu agar kekuasaan itu
mengarahkan kekuasaan ke pemakaian kebijakan dan cara-cara yang semakin sesuai dengan
tuntutan kemanusiaan yang adil dan beradab.