Anda di halaman 1dari 5

1.

Tata Cara Pemungutan Pajak


a. Stelsel Pajak
 Stelsel Nyata (Riel stelsel)
Pemungutan pajak didasarkan atas obyek (penghasilan nyata) sehingga
pemungutan pajak baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah
penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
Kebaikan : pajak yang dikenakan lebih realistis
Kelemahan : perhitungan pajak dilakukan pada akhir periode.
 Stelsel Anggapan (Fictieve stelsel)
Pemungutan pajak berdasarkan anggapan yang diatur dengan undang-undang.
Penghasilan dalan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya sehingga
pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak terutang untuk tahun
pajak berjalan.
Kebaikan : pajak dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa harus menunggu
akhir periode.
Kelemahan : pajak yang harus dibayar tidak berdasarkan keadaan yang
sesungguhnya.
 Stelsel Campuran
Perhitungan pajak pada awal tahun berdasarkan stelsel anggapan dan perhitungan
pajak pada akhir tahun berdasarkan keadaan yang sesungguhnya.
b. Azas Pemungutan Pajak
 Azas Domisili (Azas tempat tinggal)/ WP Dalam Negeri
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan WP yang bertempat
tinggal di wilayahnya, baik penghasilannya berasal dari dalam negeri maupun luar
negeri.
 Azas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya
tanpa memperhatikan tempat tinggal WP.
 Azas Kebangsaan/ WP Luar Negeri
Pajak dikenakan kepada setiap orang yang bukan berkebangsaan Indonesia yang
tinggal di Indonesia.
c. Sistem Pemungutan Pajak
 Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh WP, cirri-cirinya:
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
b) WP bersifat pasif
c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP) oleh
fiskus.

Penerapan Official Assessment System seperti pada Pajak Bumi dan Bangunan
(pajak daerah tingkat II), Pajak kendaraan Bermotor (pajak daerah tingkat I).

 Self Assessment System


Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada WP untuk
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang, cirri-cirinya:
a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak.
b) WP bersifat aktif mulai dari menghitung, memperhitungkan, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak yang terhutang.
c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

Penerapan Self Assessment System pada Surat Pemberitahuan Badan, Surat


Pemberitahuan Wajib Pajak Orang Pribadi.

 With Holding System


Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang pada pihak ketiga (bukan
fiskus bukan WP) untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang. Penerapan
With Holding System pada pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21
atas gaji karyawan oleh pemberi kerja.

2. Tarif Pajak
a. Tarif Sebanding (Proporsional)
Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang sebanding dengan besarnya nilai yang dikenai
pajak.
b. Tarif Tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak sehingga besarnya pajak terutang tetap, seperti tarif bea materai untuk cek dan
bilyet giro dengan nilai nominal berapapun adalah Rp. 3.000,00
c. Tarif Progresif
Tarif berupa persentase yang semakin tinggi bila jumlah yang dikenai pajak semakin
tinggi pula. Tarif progresif dapat dibedakan menjadi :
o Tarif progresif – progresif
o Tarif progresif – tetap
o Tarif progresif – degresif
Tarif pajak Penghasilan berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 1a

Penghasilan Perorangan Tarif


0 sampai 50 juta 5%
50 sampai 250 juta 15 %
250 sampai 500 juta 25%
Di atas 500 juta 30%

d. Tarif Degresif
Tarif persentase yang semakin kecil bila jumlah yang dikenai semakin besar.

A. Ringkasan
Sejarah perkembangan perpajakan di Indonesia dibagi dua periode yaitu : periode
sebelum berlaku UU Pajak nasional (sebelum tahun 1983) dan setelah berlaku UU Pajak
nasional (setelah tahun 1983). Pajak merupakan iuran rakyat ke kas Negara berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapatkan jasa timbale balik secara langsung dapat
ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Retribusi merupakan iuran
yang mempunyai hubungan langsung dengan kembalinya prestasi (manfaat secara langsung)
dan sumbangan merupakan iuran yang diberikan seseorang dengan kontraprestasi dinikmati
oleh kelompok tertentu.
Sistem pemungutan pajak ada tiga jenis, yaitu Official Assessment System, Self
Assessment System dan With Holding System. Sedangkan jenis tarif terdiri dari : tariff
sebanding (proporsional), tarif tetap, tarif progresif dan tarif degresif.

B. Pertanyaan
1. Jelaskan perkembangan Undang-undang perpajakan di Indonesia!
2. Jelaskan perbedaan pengertian pajak, retribusi, dan sumbangan!
3. Sebutkan dan jelaskan tata cara pemungutan pajak!
4. Jelaskan tarif pajak dengan perhitungan!

C. Kepustakaan
Brotodihardjo, 2003, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Refika Aditama, Badung

Darmayasa, 2013, Pajak Penghasilan (Disesuaikan Dengan Ketentuan Peraturan


Perundang-Undangan Perpajakan Yang Berlaku), Undiknas Press, Denpasar

Gunadi, 2007, Pajak Internasional, Edisi Revisi 2007, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Gunadi, 2013, Panduan Komprehensif Pajak Penghasilan, Edisi 2013, Bee Media,
Jakarta.

Harnanto, 2003, Akuntansi Perpajakan, BPFE, Yogyakarta.

Mardiasmo, 2013, Perpajakan, Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta.

Muljono, Wicaksono, 2009, Akuntansi Pajak Lanjutan, Andi, Yogyakarta

PMK 609/PMK.03/2004

PMK 93/PMK.03/2006

PP 46 Tahun 2013

Soemitro, Kania, 2004, Asas dan Dasar Perpajakan, Edisi Revisi, Refika Aditama,
Bandung

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009


Undang-Undang No. 36 Tahun 2009

Waluyo, 2010, Akuntansi Pajak, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta.

www.nyomandarmayasa.com

www.ortax.org

www.pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai