Anda di halaman 1dari 14

Persepsi Interpersonal

Pernahkah kita menjumpai seseorang yang duduk nongkrong (Jongkok) dipinggir jalan di
sore hari, lalu matanya terkadang semu memandang dan sesekali melihat lalu lalang kendaraan
yang lewat dihadapannya sambil menghisap sepuntung rokok. Dengan baju kemeja lengan
panjang, namun tak rapi, lusuh dengan membuka 3 kancing bajunya. Apa yang anda pikirkan
tentang orang itu? Kita sering kali mempersepsi orang tersebut sebagai pengguran yang malas
berkerja, atau tak pernah dapat kerja. Atau dia adalah seseorang yang baru saja dibebas tugaskan
dari pekerjaannya. Sambil pusing memikirkan nasib hidupnya dikemudian hari. Tapi apakah
benar orang itu seperti yang kita persepsi. Bisa saja orang tersebut adalah juru parkir ilegal. Atau
seorang pekerja yang baru saja pulang dari pekerjaannya sambil beristrahat melepas lelahnya.

Persepsi Interpersonal didefinisikan sebagai "memberikan makna terhadap stimuli


inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal"
(Jalaludin Rakhmat, 2005) kita pun bisa menyadari bahwa ternyata kita pun hidup dalam
persepsi orang lain. Dan orang lain pun hidup dalam persepsi kita.

Agar tidak mengkaburi antara antara persepsi interpersonal dengan persepsi objek.
Jalaludin Rahmat memberikan empat perbedaan antara persepsi interpersonal dengan persepsi
objek :

"Pertama, pada persepsi objek, stimuli ditangkap oleh alat indera kita melalui benda-
benda fisik; gelombang, cahaya, gelombang suara, temperature, dan sebagainya; pada persepsi
interpersonal, stumuli mungkin sampai kepada kita melalui lambang-lambang verbal atau grafis
yang disampaikan fihak ketiga.

Kedua, bila kita menanggapi objek, kita hanya menanggapi sifat-sifat luar obyek itu; kita
tidak meneliti sifat-sifat batiniyah obyek itu. Pada persepsi interpersonal kita mencoba
memahami apa yang tampak pada alat indera kita.

Ketiga, ketika kita mempersepsi objek, objek tidak bereaksi kepada kita; kita pun tidak
memberikan reaksi emosional padanya. Dalam persepsi interpersonal, faktor-faktor personal
anda, dan karakteristik orang yang ditanggapi serta hubungan anda dengan orang tersebut,
menyebabkan persepsi interpersonal sampai cenderung untuk keliru.

Keempat, objek relatif tetap, sedangkan manusia berubah-ubah. Persepsi interpersonal


yang berobjekkan manusia kemudian menjadi mudah salah." (Jalaludin Rachmat, 2005:81-82)

1. Pengaruh Faktor-faktor Situasional pada Persepsi


Interpersonal

Dalam mempersepsi seseorang kita dapat melihatnya dari faktor faktor Situasional. Yaitu
situasi yang bisa kita amati saat kita berjumpa dengan orang lain. Dimana kita cenderung secara
spontan telah memberi makna terhadap faktor faktor tersebut, yang antara lain adalah Deskripsi
Verbal, Petunjuk kinesik, Petunjuk Wajah, dan Petunjuk Artifaktual.

B.1 Deskripsi Verbal

Bahasa adalah anugrah Tuhan, bahasa telah menuntun kita untuk lebih tepat
mempersepsi. Karena Bahasa adalah kesepakatan. Bahasa memiliki arti dan makna, kita dapat
membaca makalah ini dan memahaminya karena kita telah mengerti, dan memahami makna dari
bahasa bahasa Tulisan ini. Kita tidak bisa mengartikan kata Aku lapar sebagai aku telah makan.
Itulah mengapa Deskripsi Verbal berada pada faktor situasional pertama dalam mempersepsi
orang lain.

Menurut eksperimen Solomon E. Asch, bahwa kata yang disebutkan pertama akan
mengarahkan penilaian selanjutnya. Pengaruh kata pertama ini kemudian terkenal sebagai
primacy effect. Menurut teori Asch, ada kata-kata tertentu yang mengarahkan seluruh penilaian
kita tentang orang lain. Jika kata tersebut berada ditengah rangkaian kata maka disebut central
organizing trait.(dalam Jalaludin Rakhmat,2005)

Contoh, Kata Sang dan Si yang dihubungkan dengan kata Raja, makna yang ter stimulus
pada kata Sang Raja akan berbeda dengan makna yang terstimulus pada kata Si Raja . Sang akan
kita maknai sebagai sesuatu Agung dan baik, sedangkan Si akan kita maknai sebagai sesuatu
yang kecil, bahkan terkadang buruk. Dari pemaknaan itu kita akan lebih mudah
memadupadankan kata kata berikutnya, Sang Raja yang adil, dan bijaksana. Lalu bagaimana
dengan Si, Si Raja yang korup, jahat, kejam dan bertangan besi.

Dari bahasa pun kita akan menciptakan pengaruh personal pada persepsi Interpersonal.
"Bahasa bukan hanya membagi pengalaman, Tetapi juga membentuk pengalaman itu sendiri"
(Lee Whorf dalam Hafied Cangara 2003:105) coba seberapa banyak pengalaman kita yang
terbentuk karena bahasa?

B.2 Petunjuk Prokesemik/Proxemiks

Proksemik adalah studi tentang penggunaan jarak daam menyamaikan pesan; istilah ini
dilahirkan oleh antroplog intercultural Edward T. Hall

"Postur dan jarak tubuh, menurut Hall, adalah reaksi yang tidak disengaja ketika ada
fluktuasi pada kerja panca indera, seperti perubahan yang tidak kasat mata pada suara dan nada
bicara seseorang. Jarak sosial antar manusia dapat dipercaya berhubungan dengan jarak fisik,
yang terdiri dari jarak intim dan jarak personal, kemudian dibagi lagi sebagai berikut:

 Jarak intim ketika berpelukan, berpegangan atau berbisik


o Bentuk dekat - kurang dari 15 cm
o Bentuk jauh - 15 sampai 45 cm
 Jarak personal ketika berinteraksi antar teman akrab
o Bentuk dekat - 45 sampai 75 cm
o Bentuk jauh - 75 sampai 120 cm
 Jarak sosial ketika bertemu dengan kenalan
o Bentuk dekat - 1.2 sampai 2.1 m
o Bentuk jauh - 2.1 sampai 3.6 m
 Jarak publik ketika berhubungan dengan masyarakat
o Bentuk dekat - 3.6 sampai 7.5 m
o Bentuk jauh - 7.5 m lebih" (dalam Wikipedia)

 
Ketika kita merasa "GR"(gede rasa) saat lawan jenis menggandeng/saling bergandengan
tangan dengan kita ketika menyebrang jalan yang ramai. Dan terbesit dalam pikiran kita bahwa
dia sangat perhatian dan sayang pada kita? Kejadian seperti ini adalah contoh yang
menggambarkan Faktor Situasional Proksemik yang mempengaruhi persepsi kita terhadap orang
lain. Mungkin hal yang berbeda akan kita rasakan bila lawan jenis kita justru berada lebih dari 1
meter dari kita saat menyebrang jalan meski ia adalah pacar yang sangat anda sayang.

B.3 Petunjuk Kinesik (Kinesic Cues)

Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang lain yang
ditunjukkan kepada kita. Beberapa penelitian membuktikan bahwa persepsi yang cermat tentang
sifat-sifat dari pengamatan petunjuk kinesik. Begitu pentingnya petunjuk kinesik, sehingga
apabila petunjuk-petunjuk lalin (seperti ucapan) bertentangan dengan petunjuk kinesik, orang
mempercayai yang terakhir. Mengapa? Karena petunjuk kinesik adalah yang paling sukar untuk
dikendalikan secara sadar oleh orang yang menjadi stimuli (selanjutnya disebut persona stimuli-
orang yang dipersepsi;lawan dari persona penanggap) (Jalaludin Rahmat, 2005)

Hafied Cangara(2003:110) mengatakan Kinesik ialah kode non-verbal yang ditunjukkan


oleh gerakan-gerakan badan. Yang dibedakan menjadi lima macam

1. Emblems, ialah isyarat yang punya arti langsung pada simbol yang dibuat oleh
gerakan badan. Contoh, acung jempol berarti yang terbaik untuk orang Indonesia
2. Illustrator, ialah isyarat yang dibuat dengan gerakan-gerakan badan untuk
menjelaskan sesuatu, misalnya membuka telapak tangan kebawah setinggi pinggul
untuk menunjukkan objek yang dimaksud pendek.
3. Affect displays, ialah isarat yang terjadi karena adanya dorongan emosional
sehinggat berpengaruh pada ekspresi muka, misalnya tertawa, menangis, tersenyum dan
sebagainya.
4. Regulators, ialah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah kepala,
menggaruk garuk kepala tanda bingung, mengangguk tanda setuju, dan menggeleng
tanda menolak.
5. Adaptory, ialah gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda kejengkelan.
Misalanya meggerutu, mengepalkan tinju, membunyikan sendi sendi tangan.

Selain gerakan badan yang dilakukan oleh kepala dan tangan, juga gerakan gerakan kaki
bisa memberi isyarat seperti halnya posisi duduk, berkacak pinggang dan sebagainya.

B.4 Petunjuk Wajah

Dale G. Leather mengatakan "Wajah sudah lama menjadi sumber informasi dalam
komunikasi interpersonal. Inilah alat yang sangat penting dalam menyampaikan makna. Dalam
beberapa detik ungkapan wajah dapat menggerakkan kita ke puncak keputusan. Kita menelaah
wajah rekan dan sahabat kita untuk perubahan-perubahan halus dan nuansa makna dan
mereka,pada gilirannya, menelaah kita."( dalam Jalaludin Rahmat, 2005:87)

Bahkan di zaman teknologi telekomunikasi seperti sekang ini, dimana komunikasi


interpersonal juga dapat dilakukan dari jarak jauh. kita telah memiliki dan mengenal beberapa
petunjuk wajah didalam teks-teks SMS atau chating seperti kode : ) yang menunjukkan senyum,
bahagia, senang :( yang menunjukkan kesedihan, coba perhatikan lagi kode emosional seperti : D
, : p, : o , ^_^ , 0_o , >_< dan masih banyak lagi kode kode lainnya yang menggambarkan
petunjuk wajah si komunikator. Benar kata Leather wajah sangat penting dalam menyampaikan
makna.

Mata yang merupakan subsistem dari sistem wajah pun memliki peran yang besar dalam
menimbulkan persepsi. "mata adalah alat komuniksi yang paling berarti dalam memberi isyarat
tanpa kata......bahkan ada yang menilai gerakan mata adalah pencerminan isi hati seseorang ".
(Hafield Cangara 2003:112)

Walaupun petunjuk fasial(wajah) dapat mengungkapkan emosi, tidak semua orang


mempersepsi emosi itu dengan cermat. Ada yang sangat sensitive pada wajah, ada yang tidak. Ini
tergantung pada kepekaan komunikan dalam menerima stimulus dari petunjuk wajah
komunikator.
B.5 Petunjuk Paralingustik

Menurut Jalaludi Rahmat (2005:87)Paralinguistik ialah cara orang mengucapkan


lambang-lambang verbal. Jadi, jika petunjuk verbal menunjukkan apa yang diucapkan, petunjuk
paralinguistik mencerminkan bagaimana mengucapkannya. Ini meliputi tinggi-rendahnya suara,
tempo bicara, gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi atau
obrolan).

Misalnya ketika seseorang anak mengatakan pada Ayahnya Aku ingin pergi kerumah
teman malam ini dengan terbatah batah. Itu menunjukkan kegugupan, dan bisa saja ayahnya
justru berpersepsi anaknya telah berusaha membohonginya. Dan Suara keras Ayahnya
mengatakan Hey, kamu bohong ya ? itu menunjukkan kemarahan ayah.

Namun suatu kesalahan sering sekali terjadi bila komunikasi berlangsung dari etnik
berbeda atau yang berlatar belakang berbeda. Misalnya contoh Anak dan Ayah tadi. Bagaimana
bila ternyata mereka berasal dari etnik Batak dan anaknya memang gagap? Penafsiran pun akan
berbeda bila kita yang berasal dari etnik lain dan tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi
pada anak dan ayah tersebut.

B.6 Petunjuk Artifaktual

"Pakaian dan gaya tidak membentuk kepribadian seseorang namun ketika kepribadian
seseorang terbentuk kedua hal tersebut sangat menunjang penampilannya"(Henry Ward Beecher
dalam Henry Russell:2006) kata kata Beecher tersebut mungkin ada benarnya. Terkadang orang
akan mempersepsi kita dari cara berpakaian dan bergaya. Mungkin hal seperti ini pula yang
menimbulkan suatu manner tertentu dalam berbagai macam adat kebudayaan.

"Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan (appearance) sejak potongan


tubuh, kosmetik yang dipakai, baju, pangkat, badge, dan atribut-atribut lainnya. Petunjuk verbal
juga mempunyai peran. Yang dimaksud dengan petunjuk verbal disini adalah isi komunikasi
persona stimuli, bukan cara. Misalnya, orang yang menggunakan pilihan kata-kata yang tepat,
mengorganisasikan pesan secara sistematis, mengungkapkan pikiran yang dalam dan
komprehensif, akan menimbulkan kesan bahwa orang itu cerdas dan terpelajar." (Jalaludin
Rahmat,2005:88)

Namun Kecenderungan kita beranggapan orang cantik akan memiliki sifat yang periang
atau yang berparas jelek memiliki sifat penyedih.itu dinamakan halo effect .

1. Pengaruh Faktor-faktor Personal pada Persepsi interpersonal

Kecermatan persepsi interpersonal bukan hanya berpengarah pada komunikasi


interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Kualitas komunikasi interpersonal kita
akan lebih didukung dengan kecermatan persepsi.

Pada bagian ini kita justru tidak membahas tentang proses persepsi itu sendiri malainkan
faktor-faktor personal yang mempengaruhi kecermatan persepsi. Faktor faktor personal seperti
Pengalaman, Motivasi dan Kepribadian.

C.1 Pengalaman

Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga
melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi.(Jalaludin Rahmat,2005:89) Penglaman
sangat mempengaruhi kecermatan persepsi, terkadang pengalaman sangat membantu tapi
pengalaman pula kerap kali yang membuat kita terbelenggu dalam mempersepsi. Contoh seorang
ibu lebih berpengalaman mempersepsi anaknya ketimbang seorang bapak. Karena seorang ibu
lah yang lebih mengenal/pengalaman mendidik anaknya. Ketika anaknya berbohong pun sang
ibu akan segera tahu hanya dengan memperhatikan bahasa non-verbal anak tersebut.

Ary Ginanjar Agustian(2001:62) mengatakan "Bebaskan diri Anda dari pengalaman yang
membelenggu pikiran, dan berpikirlah merdeka" . terkadang kita menjadikan pengalaman
sebagai post of percept. Misalnya, munculnya lagu "Tidak semua laki laki milik Basofi yang
seolah menceritakan seorang gadis yang berulang kali gagal dalam hubungan cintanya. Lalu
memberikan kesan kepada setiap laki laki itu jahat" pada sub selanjutnya kita akan membahas
tentang pembentukan kesan. Pengalamanhidup dan kejadian-kejadian yang dialami seseorang
berperan dalam menciptakan pemikiran atau pradigma dalam dirinya. Seringkali pradigma itu
dijadikan "kaca mata"dan tolak ukur bagi dirinya, juga dalam menilai lingkungan disekitarnya.

Hal tersebut akan membatasi cakrawala berpikir seseorang, karena ia akan menilai
segalanya berdasarkan "frame" berpikrinya sendiri, atau melihat berdasarkan bayangan ciptaanya
sendiri, bukan melihat sesuatu secara riil dan obyektif.(Ary Ginanjar Agustian, 2001:61)

C.2 Motivasi

Motivasi lebih menstimulus kita untuk melakukan respon, misalnya ketika kita lelah kita
akan lebih memilih untuk beristirahat.

Motivasi yang sering mempengaruhi persepsi interpersonal adalah kebutuhan untuk


mempercayai "dunia yang adil" artinya kita mempercayai dunia ini telah diatur secara adil
(Jalaludin Rahmat ,2005:90)

C.3 Kepribadian

Secara kasar definisi Kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang
menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap tiap individu
manusia(Koentjaraningra, 2009:83) kepribadian komunikator dan komunikan sangat
mempengaruhi persepsi yang ada.

Dalam psikoanalisis dikenal proyeksi, sebagai salah satu cara pertahanan ego. Proyeksi
adalah mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar. Orang melempar
perasaan bersalahnya pada orang lain. Maling teriak maling adalah contoh tipikal dari proyeksi.
Pada persepsi interpersonal, orang mengenakan pada orang lain sifat-sifat yang ada pada dirinya,
yang tidak disenanginya. Sudah jelas, orang yang banyak melakukan proyeksi akan tidak cermat
menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran sebenarnya. Sebaliknya, orang
yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani perasaan bersalah, cenderung
menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu pula orang yang tenang, mudah bergaul dan ramah
cenderung memberikan penilaian posoitif pada orang lain. Ini disebut leniency effect (Basson dan
Maslow dalam Jalaludin Rahmat, 2005:91)
 2. Proses Pembentukan Kesan

Kesan yang muncul akan membawa kita menentukan persepsi. Juga sebaliknya persepsi
juga akan membuat kita memberikan kesan terhadap orang lain.

Komunikasi yang nyaman muncul dari persepsi dan kesan yang positif. Bertemu dengan
orang yang sudah kita takuti, sudah kita segani cenderung akan membuat kita tidak nyaman saat
berkomunikasi.

Proses pembentukan kesan menurut jalaludin rahmat (2005) terdiri dari Stereotyping,
Imlplicit Personal Theory dan Atribusi.

D.1 Stereotyping

Stereotipe adalah pendapat atau prasangka mengenai orang-orang dari kelompok tertentu,
dimana pendapat tersebut hanya didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk dalam
kelompok tertentu tersebut. Stereotipe dapat berupa prasangka positif dan negatif, Sebagian
orang menganggap segala bentuk stereotipe negatif. Stereotipe jarang sekali akurat, biasanya
hanya memiliki sedikit dasar yang benar, atau bahkan sepenuhnya dikarang-karang (wikipedia)

Stereotyping ini juga menjalaskan terjadinya primacy effect dan halo effect yang sudah
kita jelaskan dimuka. Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama amat
menentukan; karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu pula, halo effect. Persona
stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang positif, dan pada
kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik(Jalaludin Rahmat , 2005:92)

D.2 Implicit Personality Theory

Memberikan kategori berarti membuat konsep. Konsep "makanan" mengelompokkan


donat, pisang, nasi, dan biscuit dalam kategori yang sama. Konsep "bersahabat" meliputi konsep-
konsep ramah, suka menolong, toleran, tidak mencemooh dan sebagainya. Disini kita mempunya
asumsi bahwa orang ramah pasti suka menolong, toleran, dan tidak akan mencemooh kita.
Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa yang berkaitan dengan
sifat-sifat apa. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membuat kesan
tentang orang lain. Teori ini tidak pernah dinyatakan, kerena itu disebut implicit personality
theory. Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua psikolog, amatir, lengkap dengan berbagi teori
kepribadian. Suatu hari anda menemukan pembantu anda sedang bersembahyang, anda menduga
ia pasti jujur, saleh, bermoral tinggi. Teori anda belum tentu benar, sebab ada pengunjung masjid
atau gereja yang tidak saleh dan tidak bermoral. (Jalaludin Rahmat ,2005 :93)

D.3 Atribusi

Jalaludin Rahmat(2005:93-97) memaparkan lebih luas mengenai atribusi

Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan
melihat pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne)

Fritz Heider (1958) adalah yang pertama menelaah atribusi kausalitas. Menurut Heider,
bila kita mengamati perilaku sosial, pertama-tama kita menentukan dahulu apa yang
menyebabkannya; factor situasional atau personal; dalam teori atribusi lazim disebut kausalitas
eksternal dan kausalitas internal (Jones dan Nisbett, 1972).

Bagaimana kita mengetahui bahwa perilaku orang lain disebabkan factor internal, dan
bukan factor eksternal? Menurut Jones dan Nisbett, kita dapat memahami motif persona stimuli
dengan memperhatikan dua hal. Pertama, kita memfokuskan perhatian pada perilaku yang hanya
memungkinkan satu atau sedikit penyebab. Kedua, kita memusatkan perhatian pada perilaku
yang menyimpang dari pola perilaku yang biasa.

Menurut teori atribusi dari Harold Kelly (1972), kita menyimpulkan kausalitas internal
atau eksternal dengan memperhatikan tiga hal: konsensus, -apakah orang lain bertindak sama
seperti penanggap; konsistensi – apakah penanggap bertindak yang sama pada situasi lain; dan
kekhasan (distinctiveness) –apakah orang itu bertindak yang sama pada situasi lain, atau hanya
pada situasi ini saja. Menurut teori Kelly, bila ketiga hal itu sangat tinggi, orang akan melakukan
atribusi kausalitas eksternal.
Sekarang bagaimana kita dapat menyimpulkan bahwa persona stimuli jujur atau munafik
(atribusi kejujuran-attribution of honesty)? Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne (1979:70-
71), kita akan memperhatikan dua hal: (1) sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari
pendapat yang popular dan diterima orang, (2) sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan
dari kita dengan pernyataan itu.

3. Proses Pengolahan Kesan

` Kecermatan persepsi interpersonal dimudahkan oleh petunjuk-petunjuk verbal dan non


verbal, dan dipersulit oleh factor-faktor personal penangkap. Kesulitan persepsi juga timbul
karena persona stimuli berusaha menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu untuk menimbulkan
kesan tertentu pada diri penangkap. Erving Goffman menyebut proses ini pengelolaan kesan
(Impression management).

Peralatan lengkap yang kita gunakan untuk menampilkan diri ini disebut front. Front
terdiri dari panggung (setting), penampilan (appearance), dan gaya bertingkah laku (manner).
Panggung adalah rangkaian peralatan ruang dan benda yang kita gunakan. Penampilan berarti
menggunakan petunjuk artifaktual. Gaya bertingkah laku menunjukkan cara kita berjalan, duduk,
berbicara, memandang, dan sebagainya.

4. Pengaruh Persepsi Interpersonal pada komunikasi


Interpersonal

Perilaku kita dalam komunikasi interpersonal amat bergantung pada persepsi


interpersonal. Karena perspsi yang keliru, seringkali terjadi kegagalan dalam komunikasi.
Kegagalan komunikasi dapat diperbaiki bila orang menyadari bahwa persepsinya mungkin salah.
Komunikasi interpersonal kita akan menjadi lebih baik bila kita mengetahui bahwa persepsi kita
bersifat subjektif dan cenderung keliru. Kita jarang meneliti kembali persepsi kita.
Akibat lain dari persepsi kita yang tidak cermat ialah mendistorsi pesan yang tidak sesuai
dengan persepsi kita. Persepsi kita tentang orang lain cenderung stabil, sedangkan persepsi
stimuli adalah manusia yang selalu berubah. Adanya kesenjangan antara persepsi dengan realitas
sebenarnya mengakibatkan bukan saja perhatian selektif, tetapi juga penafsiran pesan yang
keliru.

Kesimpulan

Semakin kita cermat memberikan persepsi dan memanfaatkannya, kita akan lebih
berpotensi berhasil dalam berkomunikasi Antar persona. Persepsi yang cermat memang sangat
membantu. Tetapi karena objek yang kita amati ini adalah manusia. Maka persepsi yang
terbentuk sering kali berbeda hasilnya antara pengamat yang satu dengan pengamat yang lain.
Dan kadang berbeda pula dengan konsep diri, dan realita yang sebenarnya. Betapapun sulit
mempersepsi kita ternyata masih berhasil bergaul dengan mereka. Masih dapat berkomunikasi
dengan baik. dan memahaminya.
A.PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SITUASIONAL PADA PERSEPSI
INTERPERSONAL :

1. Deskripsi verbal : maksudnya adalah cara kita untuk melukiskan bagaimana cara
seseorang menyampaikan informasi atau karakteristik tentang orang lain yang dapat
mempengaruhi persepsi kita tentang orang itu.
2. Petunjuk Proksemik : adalah studi tentang penggunaan jarak dalam dalam
menyampaikan pesan , maksudnya adalah semakin dekat jarak interpersonal seorang
individu semakin baik komunikasi interpersonal yang terjalin.
3. Petunjuk kinesik : adalah persepsi yang timbul yang terlihat dari gerak tubuh
seseorang.
4. Petunjuk wajah : persepsi yang timbul karena terlihat dari mimik muka orang
tersebut.
5. Petunjuk paralinguistik: yang dimaksud dengan ini ialah cara bagaimana orang
mengucapkan kata-kata yang di lihat dari
6. Petunjuk artifaktual : adalah persepsi yang timbul dari penampilan seseorang .

B.PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSONAL PADA PERSEPSI INTERPERSONAL :


1. Pengalaman : dalam persepsi interpersonal pengalaman mempengaruhi kecermatan
persepsi.
2. Motivasi : dalam persepsi interpersonal motivasi mempengaruhi persepsi setiap individu
berdasarkan motivasi masing- masing.
3. Kepribadian : kepribadian adalah hal yang juga dapat mempengaruhi persepsi kita
terhadap orang lain.

C. PROSES PEMBENTUKAN KESAN :

1. Stereotyping : kesan yang di buat untuk membentuk konsep diri pada seseorang.
2. Implicit personality teori : maksudnya adalah membuat kategori sama dengan membuat
konsep , konsepsi ini merupakan teori yangdi pergunakan orang ketika membentuk kesan
terhadap orang lain.
3. Atribusi : adalah proses menyimpulkan motif , maksud , dan karakteristik orang lain
dengan melihat perilakunya yang tampak.

D.PROSES PENGELOLAHAN KESAN


Proses pengelolahan kesan ini terbentuk dari petunjuk-petunjuk verbal, nonverbal ,
penampilan, dan lain-lain yang terdapat pada orang yang di persepsikan , dan menimbulkan
kesan sesuai dengan karakteristik orang tersebut.

E. PENGARUH PERSEPSI INTERPERSONAL PADA KOMUNIKASI


INTERPERSONAL :
Sudah jelas bahwa perilaku kita dalam komunikasi interpersonal amat bergantung
pada persepsi interpersonal dan sangat berpengaruh pada cara kita berkomunikasi interpersonal
sesuai pada persepsi pada masing-masing orang.

Anda mungkin juga menyukai