NIM
: E311 15 306
Jawab:
1. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk membaca gerakan tubuh manusia, yaitu:
tetapi menangis juga bisa menjadi ekspresi kebahagiaan. Menangis juga dapat
dihasilkan dari tawa dan humor.
2) Cari tanda-tanda kemarahan dan/atau mengancam. Tanda-tanda mengancam
antara lain alis menukik, mata melotot, dan mulut terbuka atau melengkung ke
bawah.
3) Mencari tanda-tanda kecemasan. Ketika seseorang menunjukkan kecemasan,
gerakan wajah dan kedipan matanya meningkat, dan mulutnya lurus membentuk
garis tipis.
4) Memperhatikan ekspresi malu. Rasa malu bisa diisyaratkan dengan mengalihkan
mata atau membelokkan arah pandangan, memalingkan kepala, dan menampilkan
senyum yang dikontrol atau bahkan tegang.
5) Memperhatikan wujud keangkuhan. Seseorang menunjukkan keangkuhan dengan
menampilkan senyum kecil, mendongakkan kepala sedikit ke belakang, dan
meletakkan tangan di pinggul.
d. Memahami bahasa tubuh
1) Mengetahui bahwa membaca bahasa tubuh adalah hal yang kompleks. Perilaku
nonverbal itu sendiri kompleks karena setiap orang berbeda dan membawa diri
mereka dengan cara berbeda pula.
2) Mengingat untuk mempertimbangkan perbedaan yang dimiliki setiap individu.
Tidak ada satu penilaian yang cocok untuk semua orang ketika berusaha membaca
bahasa tubuh.
3) Menyadari bahwa ada perbedaan bahasa tubuh berdasarkan budaya. Makna pesan
dalam emosi dan ekspresi bahasa tubuh secara budaya sangat spesifik.
4) Memperhatikan bahwa penafsiran akan berbeda menurut saluran nonverbal yang
digunakan. Saluran nonverbal adalah sarana untuk menyampaikan pesan atau
isyarat tanpa kata-kata. Saluran nonverbal yang penting adalah kinesis (kontak
mata, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh), haptik (sentuhan), dan proksemik (ruang
pribadi).
e. Membaca isyarat ketertarikan
1) Mengevaluasi kontak mata. Kontak mata adalah salah satu tanda ketertarikan,
sama seperti mengedipkan kedua mata lebih dari rata-rata 6 hingga 10 kali per
menit.
2) Memperhatikan ekspresi wajah tertentu. Tersenyum adalah salah satu tanda
ketertarikan paling jelas. Pastikan Anda mengetahui cara menafsirkan senyum
terpaksa dengan senyum tulus. Anda dapat membedakan senyum palsu dari
senyum tulus karena senyum palsu tidak mencapai mata. Senyum tulus umumnya
menimbulkan kerut tipis di sekitar mata (kerut senyum). Bila seseorang berpurapura tersenyum, Anda tidak akan melihat kerutan ini.
3) Mempertimbangkan postur, gerakan tangan, dan cara berdiri. Umumnya orang
yang saling tertarik mencoba menutup jarak antara satu sama lain. Mungkin
mereka lebih mencondongkan tubuh ke arah satu sama lain tetapi bisa juga lebih
langsung, dalam bentuk sentuhan. Tepukan atau elusan ringan adalah salah satu
isyarat ketertarikan.
4) Sadari perbedaan gender dalam menunjukkan ketertarikan. Cara wanita dan pria
menunjukkan ketertarikan melalui bahasa tubuh bisa sangat berbeda.
hubungan yang sedang terjalin berpotensi ke arah yang lebih intim. Bisa saja kita
merencanakan pertemuan-pertemuan selanjutnya agar hubungan yang terjalin dapat
berjalan menuju hubungan yang lebih dekat sesuai keinginan kita.
Perkembangan sebuah hubungan adalah bagian dari proses komunikasi. Banyak
peneliti menunjukkan bahwa ada beberapa faktor untuk membuat kita menyadari
potensi kedekatan yang lebih dari sebuah hubungan interpersonal.
Kedekatan fisik adalah salah satunya. Semakin sering kita melakukan kegiatan
bersama dengan seseorang, maka semakin besar kemungkinan kita untuk bergantung
pada orang tersebut (behavioral interdependence). Harriet Braiker dan Harold Kelley
menyebutkan bahwa secara normal pola hubungan dekat bergerak dari perilaku saling
ketergantungan (behavioral interdependence) ke pembuatan kesepakatan untuk
dilakukan dan kemudian menuju ketergantungan dalam sikap pribadi maupun
karakter (interdependence in personal attitudes and characteristic).
Mark Knapp juga menyebutkan kesiapan kita menuju kedekatan itu sendiri (state of
intimacy readiness) menjadi faktor perkembangan kedekatan. Hal ini menyangkut
waktu, tempat, dan tanggal. Hari valentine, tahun-tahun akhir di SMA, dapat menjadi
pendukung berkembangnya hubungan menjadi lebih dekat.
Perasaan romantis (romantic feelings) adalah faktor situasional yang lain yang sangat
berpengaruh dalam tingkat kedekatan suatu hubungan. Warren Shibles dan Charles
Zastrow mengidentifikasikan tiga poin utama dalam romantic feelings: (1) suatu
peristiwa yang membawa 2 orang bersama, seperti sebuah date; (2) positive self-talk,
dialog dengan diri sendiri bahwa seseorang itu menarik; dan (3) respon emosional
atau perasaan bergairah (detak jantung lebih cepat, kesenangan yang mendebarkan,
dll). Hal menarik yang dapat dilihat di sini adalah saat ketiadaan satu komponen dari
ketiganya dapat mengubah perasaan secara alami. Gairah dan ketertarikan tanpa suaru
peristiwa menimbulkan fantasi romantis, peristiwa dengan gairah namun tanpa
ketertarikan menimbulkan suatu penghindaran, peristiwa dan ketertarikan tapi tak ada
gairah memunculkan sebuah persahabatan (bukan cinta), dan sebagainya.
Namun tidak semuanya berasal dari sebuah rasa ketertarikan, terkadang hubungan
intim dimulai tanpa sebuah ketertarikan, tetapi memang mereka yang menganggap
satu sama lain menarik akan berkomunikasi lebih sering dan memberi kesempatan
pada hubungan mereka untuk menjadi lebih personal.
3. Konsep Diri didefenisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan
dengan orang lain (Stuart & Sundeen 2005). Konsep diri adalah cara individu
memandang dirinya secara utuh, fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual
(Keliat, 2005). Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan pencampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri
memberi kita kerangka acuan yang mempengaruhi manejemen kita terhadap situasi
dan hubungan kita dengan orang lain (Potter & Perry, 2005). Berikut komponen
konsep diri.
a. Citra Tubuh (Body Image)
Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya baik disadari maupun
tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan dinamis
karena secara konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman
baru.
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkah laku
berdasarkan standar pribadi.
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis
seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. c. Peran
d. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh
masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosial.
e. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu dari
observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan
orang lain.
Self Disclosure
Dalam suatu interaksi antara individu dengan orang lain, apakah orang lain akan menerima
atau menolak, bagaimana mereka ingin orang lain mengetahui tentang mereka akan
ditentukan oleh bagaimana individu dalam mengungkapkan dirinya. Pengungkapan diri
(self-disclosure) adalah proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan
membagi perasaan dan informasi dengan orang lain (Wrightsman, 1987).
Menurut Morton (dalam Sears, dkk., 1989) pengungkapan diri merupakan kegiatan
membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Informasi di dalam
pengungkapan diri ini bersifat deskriptif atau evaluatif. Deskniptif artinya individu
melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang mungkin belum diketahui oleh
pendengar seperti, jenis pekerjaan, alamat dan usia. Sedangkan evaluatif artinya individu
mengemukakan pendapat atau perasaan pribadinya seperti tipe orang yang disukai atau
hal-hal yang tidak disukai atau dibenci.
Pengungkapan diri ini dapat berupa berbagai topik seperti informasi perilaku, sikap,
perasaan, keinginan, motivasi dan ide yang sesuai dan terdapat di dalam diri orang yang
bersangkutan. Kedalaman dan pengungkapan diri seseorang tergantung pada situasi dan
orang yang diajak untuk berinteraksi. Jika orang yang berinteraksi dengan menyenangkan
dan membuat merasa aman serta dapat membangkitkan semangat maka kemungkinan bagi
idividu untuk lebih membuka diri amatlah besar. Sebaliknya pada beberapa orang tertentu
yang dapat saja menutup diri karena merasa kurang percaya (Devito, 1992).
Dalam proses pengungkapan diri nampaknya individu-individu yang terlibat memiliki
kecenderungan mengikuti norma resiprok (timbal balik). Bila seseorang menceritakan
sesuatu yang bersifat pribadi, maka akan cenderung memberikan reaksi yang sepadan.
Pada umumnya mengharapkan orang lain memperlakukan sama seperti memperlakukan
mereka (Raven & Rubin, 1983).
Seseorang yang mengungkapkan informasi pribadi yang lebih akrab daripada yang kita
lakukan akan membuat kita merasa terancam dan kita akan lebih senang mengakhiri
hubungan semacam ini. Bila sebaliknya kita yang mengungkapkan diri terlalu akrab
dibandingkan orang lain, kita akan merasa bodoh dan tidak aman (Sears, dkk., 1988).
Kebudayaan juga memiliki pengaruh dalam pengungkapan diri seseorang. Tiap-tiap
bangsa dengan corak budaya masing-masing memberikan batas tertentu sampai sejauh
mana individu pantas atau tidak pantas mengungkapkan diri. Kurt Lewin (dalam Raven &
Rubin, 1983) dari hasil peneitiannya menemukan bahwa orang-orang Amerika nampaknya
lebih mudah terbuka daripada orang-orang Jerman, tetapi keterbukaan ini hanya terbatas
pada hal-hal permukaan saja dan sangat enggan untuk membuka rahasia yang menyangkut
pribadi mereka. Di lain pihak, orang Jerman pada awalnya lebih sulit untuk
mengungkapkan diri meskipun untuk hal-hal yang bersifat permukaan, namun jika sudah
menaruh kepercayaan, maka mereka tidak enggan untuk membuka rahasia pribadi mereka
yang paling dalam.
4. Tingkat toleransi manusia terhadap ketidak jelasan (ambiguitas) sangatlah berbedabeda. Ada yang merasa terpaksa membentuk dunianya secara tegas dan jelas. Adapula
yang membentuk dunianya secara menyenangkan di mana garis pemisah antara satu
hal dan hal lainya secara kabur (tidak jelas). Menggunakan gaya kognitif yang kaku
dan simplitis dapat menjadi rintangan atau hambatan bagi suatu proses komunikasi
antar pribadi. Sebab gaya kognitif yang kaku dan simplitis kurang menilai berdasar
pembedaan rangsangan yang sebenarnya memiliki arti yang penting dalam
komunikasi antar pribadi. Pembedaan rangsangan adalah kemampusn untuk
membedakan individu-individu dari anggota lainnya dalam suatu kelompok social
atau kultural tertentu. Berikut data diri Saya mengenai gaya kognitif dan kecakapan
empatik.
Kelebihan Diri
a.
b.
c.
d.
e.
Kelemahan Diri
a.
b.
c.
d.
e.
c. Intesifying
Dalam tahap ini, dua orang yang sedang menjalin hubungan mempunyai komitmen
tingkat
tinggi
sehingga
menimbulkan
saling
ketergantungan,
kepercayaan,
6. Akal adalah karunia Allah Swt yang besar bagi manusia. Agama Islam berisi pedoman
bagi manusia yang berakal, hanya manusia yang berakal dan berilmu saja yang dapat
mengambil pelajaran dari penciptaan langit dan bumi.Terdapat dalam surat alAnkabut ayat 49 adalah:
Artinya :
Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-rang yang
diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang
zalim.
Hubungan Surat al-Ankabuut ayat 49 dengan kognitif.
Ahli-ahli psikologi kognitif dalam banyak penelitiannya, mempercayai bahwa kejiwaan
dan tingkahlaku manusia banyak dipengaruhi oleh faktor kognitif yang merupakan pusat
berfikir (akal), selanjutnya menjadi motor penggerak jiwa dan tingkahlaku manusia.
Permasalahan hidup dikendalikan oleh otak manusia, maka kemudian muncullah berbagai
teori tentang kognitif. Dari teori kemudian menghasilkan program-program atau
rancangan untuk mengatasi persoalan hidup. Pada dasarnya teori-teori kognitif yang
dibangun oleh barat, banyak dipengaruhi pemikiran ahli filsafat Aristoteles yang
mengatakan Manusia dan dunianya seperti arloji, sekiranya ada kerusakan pada arloji
tersebut, cukup mengganti bagian yang rusak itu. Artinya manusia sangat menjadi
mekanistik dan segala persoalannya menjadi sangat sederhana.
Psikologi Islam berkaitan dengan kognitif tidak memusatkan otak sebagai sentral dalam
proses berfikir. Proses berfikir melibatkan banyak elemen termasuk otak atau akal, nafsu,
dan hati nurani atau qolb. Al-Gazali menjelaskan hubungan ketiganya seperti hubungan
raja, perdana menteri, dan mentri-mentri. Fungsi raja diwakili oleh hati, perdana meneteri
oleh otak, dan menteri oleh nafsu. Pengambil keputusan adalah raja, perdana menteri
adalah sebagai pelaksana tugas, dan menteri merupakan pelaksana tugas lapangan.
Di dalam al-Quran sendiri perkataan Aql tidak pernah disebut dalam kata benda,
selalunya al-Quran menyebutnya dengan kata kerja, Seperti afala takiluun, afala
tatafakarunn, afala tatadabbaruun. Ini menunjukkan bahwa berfikir itu merupakan
sebuah proses kerja dan pusatnya adalah di hati dan hati itu adanya di dalam dada.
Sebagaimana dalam al-Quran surat al-Hajj ayat 46.
Artinya:
Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang
dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka
dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta,
ialah hati yang di dalam dada.
Maka pengertian yang bisa dipahami dari surat al-Ankabut ayat 49 dan surat al-Hajj ayat
46 adalah bahwa:
a. Pusat berfikir yang luar bisa letaknya ada di hati, maka untuk memahami al-Quran
tidak bisa hanya menggunakan kognitif atau akal saja. Ia harus dipahami dan dihayati
kemudian diamalkan.
b. Al-Quran hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang berilmu yang didalam dadanya
dipenuhi oleh keimanan kepada Allah, sementara orang yang mempelajari al-Quran
tanpa keimanan dalam dada, maka ia hanya menjadi sebatas pengetahuan.
c. Makna dada pada kedua ayat tersubut sekaligus mempunyai dua pengertian, yaitu
makna secara biologis atau fisik yaitu dada yang di dalamnya terdapat jantung dan
juga pengertian psikologis yang merupakan alam tempat bersemayamnya ruh dan hati
nurani.
d. Makna hati juga mempunyai dua pengertian, secara biologis atau fisik adalah jantung,
sedangkan secara psikologis adalah hati nurani yang dalam bahasa arab sering disebut
dengan Qolb atau Fuad (Ahmad Bubarok: 2009).
e. Pembinaan pola pikir atau kognitif, yakni pembinaan kecerdasan dan ilmu
pengetahuan yang luas dan mendalam sebagai penjabaran dari sifat fathonah
Rosulullah. Seseorang yang fathonah itu tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki
kebijaksanaan atau kearifan dalam berpikir dan bertindak. Mereka yang mempunyai
sifat fathonah mampu menangkap gejala dan hakikat dibalik semua peristiwa, mereka
mampu belajar dan menangkap peristiwa yang ada di sekitarnya, kemudian
menyimpulkannya sebagai pengalaman berharga dan pelajaran yang memperkaya
khazanah. Mereka tidak segan untuk belajar dan mengajar, karena hidup hanya
semakin berbinar ketika seseorang mampu mengambil pelajaran dari peristiwaperistiwa tersebut.
hubungan mereka. Akhirnya, persahabatan perempuan umumnya tampak lebih luas dalam
lingkup daripada pria.