Anda di halaman 1dari 3

Membaca Pikiran Orang Lain Dalam

Kehidupan Sehari-hari
Selasa, 25 Desember 2007
tags: nonverbal
by toso

Banyak anggapan bahwa membaca pikiran adalah pekerjaan


seorang psikolog, paranormal atau bahkan dukun. Namun, percaya
atau tidak, dalam kehidupan sehari-hari, anda semua adalah
seorang pembaca pikiran. Sebab, tanpa kemampuan untuk
mengetahui pikiran serta perasaan orang lain, kita semua tak akan
mampu menghadapi situasi sosial semudah apapun. Dengan
membaca pikiran, kita dapat membuat perkiraan tentang tingkah
laku seseorang lalu membuat kita dapat menentukan keputusan berikutnya.

Jika kita melakukan pembacaan ini dengan buruk, dampaknya bisa serius: konflik bisa saja
terjadi akibat kesalahpahaman. Contoh yang nyata kesulitan mengenali pikiran dan perasaan
orang lainmindblindness, dapat dilihat pada penyandang autisme, dimana ketidakmampuan
tersebut menjadi suatu kondisi yang mengganggu.

Kemampuan membaca pikiran ini, yang oleh William Ickesprofesor psikologi di University of
Texas, disebut sebagai emphatic accuracy.

Darimana asalnya?
Kemampuan (terbatas) kita untuk membaca pikiran menurut Ross Buckprofesor
Communication Sciences di University of Connecticut, memiliki sejarah yang amat panjang.
Dikatakannya bahwa, melalui jutaan tahun evolusi, sistem komunikasi manusia berkembang
menjadi lebih rumit saat kehidupan juga menjadi lebih kompleks. Membaca pikiran lantas
menjadi alat untuk menciptakan dan menjaga keteraturan sosial; seperti membantu mengetahui
kapan harus menyetujui sebuah komitmen dengan pasangan atau melerai perselisihan dengan
tetangga.

Kemampuan ini sendiri muncul sejak manusia dilahirkan. Bayi yang baru lahir lebih
menyukai wajah seseorang dibandingkan stimulus lainnya, dan bayi berusia beberapa minggu
sudah mampu menirukan ekspresi wajah. Dalam 2 bulan, bayi sudah dapat memahami dan
berespon terhadap keadaan emosional dari pengasuhnya. Nancy Eisenberg, profesor psikologi di
Arizona State University dan ahli dalam perkembangan emosional, menuturkan bahwa bayi
berusia 1 tahun mampu mengamati ekspresi orang dewasa dan menggunakannya untuk
menentukan tingkah laku berikutnya. Lanjutnya, bayi usia 2 tahun mampu menyimpulkan
keinginan orang lain dari tatapan matanya, dan di usia 3 tahun, bayi dapat mengenali ekspresi
wajah gembira, sedih atau marah. Saat menginjak usia 5 tahun, bayi sudah memiliki kemampuan
dasar untuk membaca pikiran orang lain; mereka telah memiliki teori pikiran. Bayi tersebut
mampu memahami bahwa orang lain memiliki pemikiran, perasaan dan kepercayaan yang
berbeda dengan yang mereka miliki.

Anak-anak tadi mengembangkan kemampuan membaca pikiran dengan mengamati


pembicaraan orang dewasa, dimana mereka membedakan kompleksitas aturan dan interaksi
sosial. Selain itu, kegiatan bermain dengan teman sebaya juga dapat melatih anak untuk
membaca pikiran anak lainnya. Namun, tak semua anak bisa mengembangkan kemampuan ini.
Anak-anak yang mengalami penelantaran dan kekerasan cenderung mengalami hambatan
dalam mengembangkan kemampuan membaca pikiran ini. Sebagai contoh, anak yang dibesarkan
dalam keluarga yang penuh dengan kekerasan, mungkin akan jauh lebih peka terhadap ekspresi
marah, walaupun sesungguhnya emosi marah tidak muncul.

Lanjut lagi, kemampuan membaca pikiran yang lebih maju biasa muncul pada masa remaja
akhir. Hal ini terjadi karena kemampuan untuk menyimpan perspektif dari beberapa orang di
saat yang samadan lalu mengintegrasikannya dengan pengetahuan kita dan orang yang
bersangkutan ituseringkali membutuhkan kemampuan otak yang sudah jauh
berkembang.

Bagaimana Membaca Pikiran?


Membaca bahasa tubuh adalah komponen inti dari membaca pikiran. Lewat bahasa tubuh, kita
bisa mengetahui emosi dasar seseorang. Peneliti menemukan bahwa ketika seseorang mengamati
gerak tubuh orang lain, mereka dapat mengenali emosi sedih, marah, gembira, takut dll, bahkan
ketika pengamatan hanya dilakukan dengan pencahayaan yang minim.

Ekspresi wajah juga merupakan penanda bagi kita untuk dapat mengetahui apa yang dipikirkan
orang lain. Namun sayangnya, banyak dari kita yang tidak mampu untuk mendeteksi ekpresi ini.
Salah satu sumber yang kaya akan penanda ini adalah mata seseorang; otot-otot di sekitar mata.
Mata seseorang adalah sumber penanda yang paling kaya jika dibandingkan bagian lain yang ada
di wajah. Contohnya: mata yang turun ketika sedih, terbuka lebar ketika takut, terlihat tidak
fokus kala sedang berkhayal, menatap tajam penuh kecemburuan, atau menatap sekitarnya ketika
tidak sabar.

Kita dapat semakin tahu pikiran orang lain dari komponen-komponen dalam percakapan
kata-kata, gerak tubuh, dan nada suara. Namun diantara ketiganya, Ickes menemukan bahwa
isi pembicaraan menjadi komponen terpenting dalam membaca pikiran dengan baik.

Menjadi Pembaca Pikiran Ulung


Lalu, bagaimana kita bisa menjadi seorang pembaca pikiran yang lebih baik? Tim dari
Psychology Today telah merumuskan beberapa hal yang bisa membantu kita membaca pikiran.

Kenalilah orang lain. Kemampuan membaca pikiran akan meningkat, semakin kita mengenal
lawan bicara kita, kata William Ickes. Jika kita berinteraksi dengan seseorang selama kurang
lebih sebulan, kita akan lebih mudah untuk mengenali apa yang ia pikirkan dan rasakan. Hal
tersebut dapat terjadi karena: kita mampu mengartikan kata-kata dan tidakan orang lain dengan
lebih tepat, setelah mengamatinya dalam berbagai situasi; kedua, kita mengetahui apa yang
terjadi dalam hidup mereka, dan mampu menggunakan pengetahuan itu untuk memahami
mereka dalam konteks yang lebih luas.

Minta umpan balik. Penelitian menunjukkan bahwa kita dapat meningkatkan kemampuan
membaca dengan cara menanyakan kebenaran dari tebakan kita. Misalnya, Saya mendengar,
sepertinya Engkau sedang marah. Benar tidak?

Perhatikan bagian atas dari wajah. Emosi yang palsu, biasanya diungkapkan pada bagian
bawah wajah seseorang. Sedangkan, menurut Calin Prodanprofesor neurologi di University of
Oklahoma Health Sciences Center, emosi utama bisa dilihat dari sebagian ke atas wajah,
biasanya di sekitar mata.

Lebih ekspresif. Ekspresivitas emosi cenderung timbal balik. Ross Buck, semakin kita
ekspresif, semakin banyak pula kita akan mendapat informasi mengenai kondisi emosional dari
orang lain di sekitar kita.

Santai. Menurut Lavinia Plonka, pengarang Walking Your Talk, seseorang cenderung
menyamakan diri dengan lawan bicaranya melalui postur tubuh dan pola napas. Jika anda
merasa tegang, teman bicara anda bisa saja, secara tak sadar, menjadi tegang pula lalu terhambat,
dan akhirnya menjadi sulit untuk dibaca. Ambillah napas panjang, senyumlah, dan coba untuk
menampilkan keterbukaan dan penerimaan kepada siapapun yang bersama anda.

Tinjauan Kritis
Perlu kita ingat, bahwa ekspresi emosi bisa berbeda di berbagai budaya. Ekspresi sedih di
satu budaya, bisa jadi diinterpretasikan sebagai emosi lain di budaya lain. Jadi jika ingin
membaca seseorang, kita perlu memperhatikan pula unsur budaya yang berlaku di tempat tinggal
orang itu, jangan sampai salah menebak, atau bahkan memicu terjadinya kesalahpahaman.

Kita juga tak bisa mengesampingkan fenomena membaca pikiran ini sebagai sebuah fenomena
yang biasa diasosisasikan dengan kemampuan supranatural, sebab percaya tidak percaya,
memang ada orang-orang yang memiliki kemampuan untuk membaca pikiran yang sulit
dijelaskan ilmu pengetahuan. Setidaknya penulis telah menemukan beberapa orang dengan
kemampuan membaca pikiran, yang bahkan mampu melihat masa depan dan berbagai macam
hal yang sulit diterima nalar.

Anda mungkin juga menyukai