Anda di halaman 1dari 8

Ringkasan

Dirangkum oleh Willhelm’s Daily Life.


Ide Besar

Perjalanan Manusia

Orang-orang berada di sekitar kita setiap waktunya. Sebelum kita mengucapkan kata-kata, kita
hanyalah seseorang yang bermuka datar diantara orang lain. Namun ketika bertemu, kita
menjadi orang dengan keunikan yang kita miliki!

Tahu ngga? Di era sekarang, keunikan dan kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu
rahasia untuk memperluas jaringan pertemanan kita, loh! Terkadang, memulai obrolan dengan
orang yang kita temui cukup sulit. Penulis buku ini, yaitu Nicholas Boothman mengatasi
berbagai ketakutan dengan membuka teknik untuk menemukan dasar komunikasi dengan
orang lain.

Nicholas menunjukkan beberapa poin penting untuk mencapai tujuan yang dijadikan judul
bukunya, yaitu “How to make people like you in 90 seconds or less” atau cara membuat orang
menyukai kita dalam waktu 90 detik, bahkan kurang dari itu. Poin-poin penting tersebut
diantaranya ialah:

Terbuka
Peranan kontak mata dan senyuman
Berpikiran positif
Kecenderungan sensorik pada orang yang kita ajak bicara
Nicholas meyakinkan pembacanya bahwa jika kita menerapkan teknik yang beliau ciptakan,
hasil yang didapatkan akan lebih bermakna dan pertemanan menjadi lebih “langgeng”.
Penerapannya juga ngga memerlukan latihan yang berat. Justru bisa dilakukan dalam
keseharian kita!

Fakta Pentingnya Komunikasi

Kita ngga bisa menutup fakta bahwa dalam masyarakat, jaringan pertemanan menjadi kunci
untuk sukses di berbagai bidang selain dari Hard Skills pada bidang yang kita tekuni! Rahasia
jaringan pertemanan berpihak pada seberapa besar dan efektif komunikasi kita!

Terdapat beberapa alasan mengapa komunikasi bagi manusia, sangatlah penting untuk
keberlangsungan hidup:

Pertama, berbagai studi menunjukkan bahwa hubungan interpersonal memberikan rasa


aman, mendorong budaya masyarakat dan peningkatan spiritual
Kedua, sebagai manusia, kita adalah makhluk yang membutuhkan rasa sayang dan cinta.
Kalian tahu Sherlock Holmes? Meskipun dia sangat lihai dalam menguak kasus tersulit, dia
tetap membutuhkan Watson untuk melengkapi perjalanan detektif dia!
Terakhir, kita cenderung terus mendekati orang ketika menunjukkan keinginan yang jelas
untuk berkomunikasi

Selain itu, banyak penelitian menunjukkan bahwa bersosialisasi membantu kita menjalani hidup
lebih panjang. Dan tidak menutup kemungkinan juga kalau orang yang jarang bersosialisasi
beresiko mengalami penyakit yang mematikan, seperti kesepian, emosi yang tidak stabil,
depresi hingga percobaan bunuh diri.

Membuat dan Menjaga Kesan

Siapa yang pernah berpikir kalau kesan pertama dari orang-orang terhadap kita bisa menjadi
sempurna dengan cepat seperti yang ada di film-film? Ternyata, ngga ada cara singkat agar
orang terhubung dengan kita secepat itu! Makanya, menjadi terhubung memerlukan usaha juga.

Itulah mengapa terdapat strategi untuk memberikan kesan yang baik bagi masa depan kita.
Bertemu adalah langkah awal yang memerlukan cukup perhatian dengan memperhatikan
beberapa elemen seperti: Terbuka, Mata, Sorot, Halo! dan Bersandar.

1. Terbuka, artinya jangan tutup pikiran dan hati kita ketika bertemu dengan orang.
Tunjukkan bahwa kita terbuka pada interaksi/komunikasi pada orang tersebut.
2. Mata dan Sorot, artinya kontak mata dan senyuman adalah langkah kedua untuk kesan
yang baik. Jadilah orang pertama yang menunjukkan kontak mata agar kita dinilai bersedia
untuk berbicara. Hati-hati dengan senyuman kalian yang terpaksa atau dibuat-buat,
kadang itu menjadi kurang baik bagi orang yang menerima!
3. Halo! Setelah kita bertatapan, melambaikan tangan atau mengucapkan “halo!” diikuti
dengan nama. Kalo kita belum mengenal nama orang tersebut, sebutkan nama kita dan
biasanya, orang menyebutkan nama mereka juga loh.
4. Bersandar, maksudnya seperti berjabat tangan. Tetapi, di era saat ini banyak orang memilih
“hands-free” atau ngga menyentuh sebagai alternatif dari berjabat tangan. Kadang berjabat
tangan dengan orang yang belum kita kenal bisa menjadi halus atau memperburuk kesan
pertama kita.

Memanfaatkan Sikap
Sikap atau Attitude berasal dari respon emosional. Coba kita bayangin, ketika kita bertemu
dengan orang kemudian orang tersebut menyapa dan tersenyum sekaligus menyebutkan
nama kita, tetapi kita “cuek” atau ngga menunjukkan sikap terbuka. Gimana perasaan kalian
kalo berada di posisi orang itu? Pasti ada rasa ngga enak/ngga nyaman.

Kutipan terbaik dari Nicholas Boothman yaitu “Emosi bisa menjadi keuntungan atau kerugian
tergantung kita yang kontrol emosi atau sebaliknya”. Maka dari itu, peranan respon emosi yang
ditunjukkan melalui sikap kita bisa memengaruhi kesan kita terhadap orang.

Contoh lainnya seperti seorang akuntan bank yang ceria dan berdedikasi bisa membuat
puluhan bahkan ratusan nasabah bertahan atau nyaman dibandingkan orang yang sekadar
“bertugas”. Hasilnya yaitu keuntungan bagi kedua belah pihak, bagi pekerja mendapatkan
performa yang baik dan nasabah merasa aman bersama bank tersebut!

Memanipulasi sikap personal juga bisa memotivasi komunikasi yang efektif. Nicholas Boothman
menawarkan tiga aturan yang perlu kita sadari dan pahami, yaitu:

Ketahui apa yang kita ingin capai


Dapetin respon balik
Sesuain respon kita untuk mendapatkan “goal” kita

Singkatnya, sikap adalah peranan utama yang mencakup ketiga diatas, jadi fokus pada sikap kita
menjadi tugas yang penting untuk menjaga dan mempertahankan kesan.

Bahasa Tubuh Penting


Ekspresi muka atau gerakan lengan kita bisa memberi tahu apakah orang menerima kita atau
justru menunggu kita meninggalkan dia. Tipe yang banyak kita temui buat menyapa orang
seperti letakin tangan pada pinggul, menjaga jarak kaki, atau condong ke depan saat duduk.

Bahasa tubuh yang “tertutup” bisa menunjukkan sikap seperti mempertahankan diri atau
bahkan buruk bagi orang. Contohnya yaitu menghindari kontak mata atau berbelok ke
samping. Tubuh ngga bisa bohong, apalagi untuk orang yang menjadi pembicara didepan
massa! Mereka berkemungkinan untuk tidak terbuka atau mendengarkan apa yang
disampaikan pembicara. Kutipan penting yang perlu kita pahami adalah “tubuh memberi tahu
kita lebih dibandingkan pikiran kita, menyepelekan tubuh bagaikan melewati pintu untuk hati
seseorang”.

Jadi, komunikasi verbal aja ngga cukup buat membangun hubungan dengan orang lain.
Professor Psikologi di UCLA, Albert Mehrabian, menggarisbawahi tiga elemen komunikasi:

Visual atau pandangan


Vokal atau suara
Verbal atau lisan

Contohnya, ada seseorang yang kita kenal sebagai orang yang pasif atau agresif secara sikap
atau tingkah laku, lalu kata-kata yang diutarakan “ramah”. Dalam kasus seperti ini, orang
tersebut berkemungkinan sarkas, kelelahan, atau tidak bisa menyinkronkan ketiga elemen
komunikasi diatas.

Orang Lain adalah Kaca


Apakah kalian pernah mengikuti gaya berbicara, berperilaku seperti orang-orang terkenal yang
kalian sukai? Ini merupakan salah satu rahasia disukai seseorang dengan menjadi seperti
orang tersebut. Untuk mengikuti formula ini, coba cocokin diri kita dengan “bahasa tubuh”
orang itu.

Perlu kita tahu juga bahwa ini bukan tentang kepribadian palsu tapi membangun jembatan rasa
aman dan nyaman antara kita dengan orang lain. Sinkronisasi biasanya terjadi ketika mencoba
menyesuaikan sikap, bahasa tubuh, gestur, nada suara, kata-kata tertentu dan bahkan bernafas!

Ketika kita berbicara kepada orang yang malu atau sulit terbuka dengan kita, maka
penyesuaiannya adalah kita menjadi terbuka terhadap dia untuk membuka hati dan pikirannya
untuk kita. Ngga jarang ada istilah yang disingkat SKSD atau “So Kenal So Deket”. Istilah ini ngga
sepenuhnya bener dan salah juga. Justru ini bergantung pada sinkronisasi diri kita dengan
orang lain.

Memberikan pertanyaan yang terbuka dan mendengarkan dengan aktif juga mampu
meminimalisir kecanggungan atau kaku selama berkomunikasi atau berinteraksi dengan
orang. Contohnya “tempatnya indah ya! terus fasilitasnya memadai juga” bisa diikuti dengan
pertanyaan seperti ini ” bagaimana kesan pertamamu ketika berkunjung kesini?” atau “gimana
perasaanmu dengan adanya tempat ini?”,

Disisi lain, kita perlu tahu bahwa ada enam kata yang membangun komunikasi atau interaksi
yaitu “Siapa?”, “Kapan?”, “Apa”, “Kenapa?”, “Dimana?”, “Gimana?”. Kata-kata tersebut bisa
mengundang orang untuk mengekspresikan opini atau perasaan mereka.

Kemudian selanjutnya yaitu aktif mendengarkan. Aktif mendengarkan berarti kita mengetahui,
memahami dan berempati terhadap opini dan perasaan orang lain. Kekeliruan kita terkadang
ketika orang lain curhat, kita hanya mengucapkan “oh iya, kamu yang sabar ya” atau bahkan tidak
memberikan timbal balik. Lebih baik kita merespon “aku paham kondisi kamu saat ini. Apa ada
yang bisa aku bantu buatmu sekarang?” memberi mereka rasa nyaman dan didengar.
Mata, Telinga, Sentuhan adalah
Dimensi Baru dari Hubungan

Melihat, mendengar dan merasakan adalah tiga kemampuan yang vital untuk memulai
pembicaraan yang bermakna. Penemu Neuro-Linguistic Programming, yaitu Richard Bandler dan
John Grinder, mengelompokkan orang-orang kedalam tiga kemampuan tersebut berdasarkan
indra: Visual (pandangan), Auditori (pendengaran), Kinestetik (gerakan).

Untuk menjabarkan pengalaman mereka, orang-orang biasanya pake ketiga diatas. Sebagai
contoh, visual biasanya menggunakan imajinasi untuk memahami kata-kata. Lalu auditori dan
kinestetik lebih ke arah suara dan gerakan.

Strategi selanjutnya yaitu menarik sensasi orang-orang. Biasanya, memakai kata-kata yang
berkaitan dengan perasaan atau mendorong untuk bergerak. Contoh lagi, bayangin kita lagi jual
matras. Kemudian kita meminta kinestetik (gerakan) pelanggan dengan meminta mereka duduk
dan merasakan kelembutan matrasnya. Lalu menyampaikan kalimat yang menyentuh dan
nada yang halus seperti “bagaimana rasa lembut dan nyaman dari matras ini, Pak/Bu? Sangat
sesuai dengan yang Bapak/Ibu harap?”

Jadi, dengan memperhatikan ketiga kemampuan diatas tadi atau singkatnya VAK bisa
membantu kita terhubung dengan orang-orang lebih dalam.

Kesimpulan
Komunikasi menjadi salah satu elemen yang dimiliki manusia. Teknologi dan globalisasi
mendorong kita untuk menyesuaikan komunikasi agar memberikan informasi yang maksimal
dalam waktu yang sesingkat mungkin. Walaupun begitu, kesan pertama tetap menjadi sangat
penting.

Dengan kita berusaha untuk terbuka dan ramah kepada setiap orang yang baru kita temui
mungkin cukup menantang dan sulit. Tapi apabila kita benar-benar paham dan ingin
menerapkan panduan dari buku Nicholas Boothman ini, kita akan tahu timbal balik dari apa
yang kita usahakan.

Menyesuaikan sikap dan bahasa tubuh membantu kita terhubung kepada orang dengan cukup
mudah. Mencocokan bahasa tubuh kita dengan bahasa tubuh orang, setidaknya satu gaya atau
kata favorit yang ia keluarkan bisa mencairkan suasana.

Poin akhir untuk membuat orang menyukai kita dalam waktu 90 detik adalah untuk menghapus
“image” sebagai orang asing dan menunjukkan bahwa orang-orang bisa percaya kita!.

Sebagai latihan kita, coba lakukan ini:

1. Biasakan kontrol emosi dan pikiran kita menjadi positif untuk memiliki sikap positif sebelum
bertemu orang.
2. Wawancara orang-orang terkenal bisa menjadi referensi nyata untuk melatih VAK (Visual,
Auditori, Kinestetik) dengan mempelajari bahasa tubuh narasumber dan pewawancara.
3. Tingkatkan kemampuan bercerita. Narasi yang baik dan menarik sensasi orang membuat
kita menjadi orang yang bisa dipercaya.

Referensi:

https://headway.onelink.me/9USK?af_web_dp=https%253A%252F%252Fweb.get-
headway.com%252Fbook%252Fhow-to-make-people-like-you-in-90-seconds-or-less&c=share

Anda mungkin juga menyukai