Anda di halaman 1dari 5

Nama : Andini Dwifenisah

Nim : PO.71.20.4.15.025
Tingkat :IB

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI MANUSIA

Pertambahan usia ialah suatu hal yang pasti dialami oleh setiap manusia.
Pertambahan usia akan diiringi dengan fase-fase perubahan fisik dan psikis dari
setiap orang. Seorang bayi akan terus tumbuh dan berkembang sampai ia tumbuh
menjadi dewasa. Dalam pertumbuhannya, manusia mungkin saja mengalami
penambahan dan pengurangan dalam aspek fisik. Namun, berbeda dengan
perkembangan fisik yang dapat dikenali dengan baik, perkembangan psikis yang
seyogyanya sangat penting menjadi suatu hal yang tidak terlalu diperhatikan.
Padahal, pertumbuhan pada seorang manusia juga sangat dipengaruhi oleh
perkembangan psikis. Seperti pada anak-anak, kebanyakan orang tua tidak
mengetahui perkembangan psikis seperti apa yang seharusnya terjadi pada
anaknya dan kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh si anak. Pengetahuan yang
kurang pada orang tua, akan mengakibatkan gangguan pada si anak di masa yang
akan datang. Mental adalah salah satu yang akan terganggu apabila kebutuhan
psikis tidak terpenuhi dengan baik.

Hubungan antara kebutuhan psikologis dengan kesehatan mental sangat erat


dan keterkaitan. Seseorang yang kehidupannya bahagia, tentram sejahtera
tentu akan dapat berpikir dan menjalankan hidup dengan berprilaku
semestinya.  Namun sebaliknya jika psikologis seseorang sudah terganggu
maka kesehatan mental ikut terganggu. Jika salah satu kebutuhan manusia itu
terganggu maka kesehatan mentalnya itupun juga terganggu. Jika kebutuhan
fisik manusia itu terpenuhi tetapi psikologisnya tidak terpenuhi maka
mentalnya pun tidak akan sehat Kebutuhan manusia antara kebutuhan fisik
dan psikologis itu saling keterkaitan.(http://madanionline.org)
Jadi, sebagai orang tua ataupun orang yang bergelut dengan dunia anak,
haruslah mengerti kebutuhan psikis seperti apa yang dibutuhkan oleh anak, karena
tidak semua yang orang dewasa lihat benar adalah kenyamanan bagi si anak.
Keegoisan orang dewasa kadang membuat anak sulit untuk mengembangangkan
kemampuan yang dimilikinya. Pada rentan usia 3 tahun, anak akan menjadi
sangat rewel dan banyak bertanya akan hal-hal baru yang ia temui. Tetapi,
kebanyakan orang dewasa yang tidak mengerti, malah memarahi anak tersebut
untuk tidak bertanya akan banyak hal. Padahal, interaksi tanya jawab antara anak
dan orang dewasa tersebut adalah salah satu cara untuk menumbuhkembangkan
potensi diri si anak. Bukan hanya karena faktor dari orang sekitar yang
menghambat pertumbuhan si anak, tetapi gangguan juga dapat disebabkan oleh
diri anak itu sendiri, misalkan karena keterbelakangan mental pada si anak.
Perkembangan psikisnya tentu akan berbeda pada anak normal pada umumnya.
Tetapi, semua tergantung kepada orang tua si anak, apakah mereka akan
membiarkan atau merawat dengan cara khusus pada si anak.
Perkembangan psikis pada remaja juga akan berbeda jauh dengan
perkembangan pada anak. Remaja adalah fase yang sangat mudah terpengaruh
akan lingkungan sekitar, serta rentannya menggunakan emosi pada setiap
tindakan. “Remaja sabagi individu yang sedang dalam proses berkembang ke arah
kematangan atau kemandirian.” (http://sumringah-goman.blogspot.co.id). Dalam
fase ini, remaja sangat butuh pengawasan lebih dari orang tua tetapi tanpa ada
sikap mengekang, karena pada masa remaja kebanyakan dari mereka mengaggap
perlindungan orang tua sebagai suatu pembatas si remaja dengan dunia luar.
Sebagai orang tua atau orang yang berada pada lingkup kehidupan remaja,
cobalah untuk mengerti bahwa pada fase remaja tidaklah mudah baginya untuk
mengontrol emosi. Cobalah untuk menjadi pendengar yang baik bagi remaja,
karena ketika mereka tidak mendapatkan tempat bercerita di dalam rumah, mereka
akan mencari tempat di luar rumah yang belum tentu akan membawa dampak baik
baginya.
Ketika kita tidak mendapatkan komunikasi verbal dari si remaja, cobalah
untuk mengerti mereka berdasarkan komunikasi nonverbal.
Menurut Navarro(2014:3),

Komunikasi nonverbal sering dikatakan sebagai perilaku nonverbal


atau bahasa tubuh. Ini adalah cara untuk menyampaikan informasi,
seperti kata-kata. Namun, “kata-kata” tersebut disampaikan melalui
ekspresi wajah, gerakan tubuh, sentuhan (haptics), gerakan
fisik(kinesics), postur, hiasan tubuh (pakaian, perhiasan, tatanan
rambut, tato), dan bahkan intonasi, dan volume suara seseorang(bukan
isi pembicaraan).

Jadi, kita bisa melihat tumbuh kembang seorang remaja tidak hanya dari perilaku
verbal mereka, tetapi perilaku nonverbal juga bisa sangat membantu kita dalam
mendeteksi sikap seorang remaja. Tidak sedikit remaja yang enggan bercerita
keluh kesahnya kepada keluarganya, hal itu disebabkan ketidaknyamanan yang
mereka rasakan. Pada masa ini seorang remaja akan mengembangkan diri mereka
dengan banyak kegiatan serta berinteraksi dengan dunia luar. Pada saat
berinteraksi dengan dunia luar kebanyak remaja merasa bahwa mereka telah
menjadi diri mereka sendiri, tetapi apabila mereka dilarang untuk melakukan hal-
hal yang ingin mereka kerjakan dan malah mengatur apa yang akan mereka
perbuat, mereka akan tidak menyukai hal-hal seperti itu.
Selain itu pada masa remaja, sangat rentan mendapat kritik dari orang lain.
Menurut Carnegie(1979:7), “Kritik(kecaman) adalah bunga api yang sangat
berbahaya, bunga api yang bisa “meledakan gudang mesiu rasa bangga”
seseorang, peredakan, yang kadang-kadang bisa mengakibatkan kematian.”
Sebelum remaja ini mendapatkan bunga api yang tidak mereka sukai, cobalah
untuk menjadi orang yang tidak langsung melarang apa yang seorang remaja
kerjakan, cobalah untuk tetap mengawasi remaja dari jauh, dan berbicara dengan
cara yang baik ketika mereka melakukan kesalahan. Sebab, kenyaman akan terasa
apabila mereka telah merasa dipercayai oleh orang sekitar mereka.
Setelah berbicara banyak tentang anak dan remaja, saya akan berbicara
tentang bagaimana cara menjadi pendengar yang baik. Menjadi pendengar yang
baik tidaklah mudah, karena untuk memahami diri orang lain perlu juga
menggunakan komunikasi nonverbal. Salah satunya ialah dengan memahami
ekspresi wajah seseorang.

Menurut Joseph C.H. dan Paul Ekman (dikutip Rahman, 2014:94-95),

Terdapat empat langkah memahami ekspresi wajah. Pertama,


mengetahui tanda-tanda apa saja yang dapat diperlihatkan oleh wajah.
Kedua, mengidentifikasi tanda-tanda apa yang ada pada wajah
seseorang. Ketiga, mempelajari makna dari setiap tanda-tanda yang
diperoleh. Terakhir, mengintegrasikan makna-makna dari tanda-tanda
yang diperoleh.

Dengan cara tersebut, setidaknya kita bisa sedikit memahami masalah apa yang
sepertinya berlabuh pada pikiran orang tersebut. Perasaan yang kuat juga bisa
membantu kita dalam merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Dengan
menjadi seorang pendengar yang baik, kita dapat mengurangi rasa kegundahan
yang di rasakan oleh orang lain. Selain dapat dipercaya, kita juga telah membuat
orang lain, merasakan kenyamanan dalam mengemukakan apa yang dipendam
oleh orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Carnegie, Dale. 1979. Cara Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang.


Jakarta: Percetakan offset Gunung jati.

Madani. 2013. “Hubungan Psikologi dan Kesehatan Mental“


http://madanionline.org/hubungan-psikologi-dan-kesehatan-
mental/. Diakses tanggal 25 Desember 2015.

Navarro, Joe. 2014. Cara Cepat Membaca Bahasa Tubuh. Dialihbahasakan


oleh Daniel Bukit. Jakarta: PT. Zaytuna Ufuk Abadi.

Rahman, A. Abdul. 2014. Psikologi sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Rokhman, Fatnur. 2015. “Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja”.


http://sumringah-goman.blogspot.co.id/2015/03/psikologi-
perkembangan-anak-dan-remaja.html. Diakses tanggal 21
Desember 2015.

Anda mungkin juga menyukai