Anda di halaman 1dari 9

Bab XII

Prilaku Manusia
Kelompok 4
Alif Ma'hadi Yusuf (12210087)
Rhesnu Wibisono (122100189)
Dwi Lestari (122100202)
Nur Farizky Putra P. G (122100183)
Muhammad Raffi Erlangga (122100205)
PRILAKU MANUSIA
Dalam psikologi, persepal secara umum merupakan proses perolehan, penafsiran pemilihan, dan pengaturan informasi indrawl. Persepsi

sosial dapat diartikan sebagai proses perolehan, penafsiran, pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang

diperoleh, ditafsirkan, dipilih, dan diatur adalah informasi indrawi dari lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya adalah orang lain.

Secara umum, pesepsi sosial adalah aktivitas memersepsikan orang lain dan apa yang membuat mereka dikenall. Melalui persepsi

sosial, kita berusaha mencari tahu dan mengerti orang lain. Sebagal bidang kajian, persepsi sosial adalah studi terhadap bagaimana

orang membentuk kesan dan membuat kesimpulan tentang orang lain (Telford, 2008). Teori-teori dan penelitian persepsi sosial berurusan

dengan kodrat, penyebab-penyebab, dan konsekuensi dari persepsi terhadap satuan-satuan sosial, seperti diri sendiri, Individu lain,

kategori- kategori sosial, dan kumpulan atau kelompok tempat seseorang tergabung atau kelompok lainnya. Persepsi sosial juga merujuk

pada bagaimana orang mengerti dan mengategorisasi dunia. Seperti persepsi lainnya, persepsi sosial merupakan sebuah konstruksi.

Sebagai hasil konstruksi, pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari persepsi sosial tidak selalu sesuai dengan kenyataannya
A. PERSRPSI SOSIAL SEBAGAI PROSES
Persepsi sosial merupakan proses yang berlangsung pada diri kita untuk mengetahui dan mengevaluasi orang lain. Dengan proses

itu, kita membentuk kesan tentang orang lain. Kesan yang kita bentuk didasarkan pada informasi yang tersedia di lingkungan, sikap

kita terdahulu tentang rangsang-rangsang yang relevan, dan mood kita saat ini. Manusia cenderung beroperasi di bawah bas bias

tertentu ketika membentuk kesan tentang orang lain. Contohnya, katika cenderung berpersepsi bahwa orang yang berpakaian rapi

sebagai orang balk (baik hatt, dermawan, pintar, atau menyenangkan) daripada orang yang pakaiannya berantakan.

Dalam psikologi sosial, kecenderungan menilai baik orang lain dari penampilannya terdahulu yang dianggap baik disebut dengan

efek halo. Di sisi lain, kita juga bisa menilai orang yang berpakaian tidak rapi, mempunyal rambut gondrong dan acak-acakan, serta

cara bicara yang apa adanya sebagai orang yang tidak baik, sembarangan, atau tidak berpendidikan. Apa yang ditampilkan orang lain

secara flalk memengaruhi cara kita menilai aspek psikologisnya. Meskipun kecenderungan ini tidak serta-merta memberikan

pengetahuan dan pemahaman yang tepat tentang orang lain, orang-orang cenderung mempertahankannya sebab setiap orang

membutuhkan pegangan dan petunjuk tentang siapa orang lain yang sedang dihadapinya.
B. TINGKAH LAKU DAN KOMUNIKASI NONVERBAL
Ketika kita ingin mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain, kita berusaha menemukan informasi-

informasi tentang orang itu. Bisa saja kita bertanya kepada orang lain tentang apa yang dipikirkan dan dirasakannya.

Akan tetapi, cara ini tidak selalu memberikan hasil yang tepat. Orang bisa saja mengatakan sesuatu yang berbeda,

bahkan bertentangan dari yang dialaminya. Apalagi jika orang lain itu adalah orang yang baru kita kenal. Orang-orang

cenderung tidak menyampaikan pikiran dan perasaannya kepada orang lain yang baru dikenalnya. Mereka bahkan

berusaha menutupi atau membantah Informasi tentang apa yang dipikirkan dan dirasakannya, terutama pada saat

mereka merasakan emosi negatif. Usaha untuk menutupi dan menyembunyikan pikiran dan perasaan juga dilakukan

pada orang-orang yang melakukan kejahatan. Usaha untuk menyembunyikan apa yang dipikirkan dan dirasakan

hampir selalu ditampilkan orang-orang yang sedang melakukan negosiasi, juga pada orang yang sedang berjudi. Kita

tidak dapat mengandalkan informasi verbal mereka untuk mengetahui serta mengerti apa yang mereka pikirkan dan

rasakan. Apa yang mereka katakan, tidak jarang bertolak belakang dengan apa yang mereka pikirkan dan rasakan.
C. KONTAK MATA SEBAGAI TANDA NONVERBAL
"Mata adalah jendela jiwa." Pernyataan dari penyair kuno ini mendet penguatan dari penelitian-penelitian tentang

hubungan antara kontak mata dan tatapan sebagai tanda-tanda nonverbal dengan keadaan emosional. Kontak mata

menyediakan informasi sosial dan emosional (Zimbardo, 1977; Kleinke, 1986). Orang secara sadar atau tidak sadar

sering melakukan aktivitas yang melibatkan kontak mata. Contoh, pada saat orang ingin mengetahui apakah

suasana hati orang lain yang sedang ditemuinya bervalensi negatif atau positif, orang melihat kepada mata orang

lain itu.

Dalam beberapa konteks, pertemuan dua mata membangkitkan emosi kuat. Di beberapa bagian dunia, khususnya

di Asia, kontak mata dapat menimbulkan kesalahpahaman antara orang dari suku atau kebangsaan yang berbeda.

Mempertahankan kontak mata dengan supervisor di perusahaan atau dengan orang yang lebih tua dapat membuat

kita dianggap kasar, tidak sopan, dan agresif Hal ini berbeda dengan di masyarakat Barat.

Untuk masyarakat Barat, pada level yang tinggi, kontak mata mencerminkan persahabatan dan rasa saka. Kontak

mata merupakan unsur penting dalam penjajakan hubungan intim dan percintaan. Kontak mata yang lama juga
D. GERAK-GERIK, GERAKAN BADAN, dan POSTUR TUBUH
Ingatlah sebuah kejadian yang membuat Anda marah. Pikirkan apa yang Anda lakukan waktu itu. Lalu Ingatlah kejadian lain yang

membuat Anda sedih. Pikirkan juga apa yang Anda lakukan saat itu. Kemudian bandingkan gerak-gerik badan Anda pada saat

marah dan gerak gerik badan Anda saat sedih. Apakah gerak badan Anda sama pada kedua situasi itu? Umumnya orang

menampilkan gerakan badan yang berbeda pada saat marah dengan pada saat sedih. Orang mengubah gerakan badannya ketika

perasaannya berubah. Posisi tubuh berubah, gerakan berubah baik dari bentuk maupun kecepatannya. Gerakan badan

mencerminkan keadaan emosionalnya. Sebagai salah satu saluran komunikasi nonverbal gerakan badan memberikan kita tanda-

tanda nonverbal sehingga ketika dapat mengenali dan mengerti keadaan emosional orang lain. Perpaduan posisi tubuh, gerakan

badan, dan postur biasa disebut juga bahasa tubuh (body language).

Bahasa tubuh dapat menunjukkan kepada kita keadaan emosional orang lain. Banyaknya gerakan yang dilakukan orang dapat

memberi kita petunjuk tentang keadaan terangsang yang sedang dialami orang tersebut. Gerakan dalam Jumlah besar dan

berulang-ulang (menyentuh, menghentak, menggaruk) yang ditampilkan seseorang menunjukkan bahwa orang itu dalam keadaan

terangsang (contohnya menghasrati objek seksual, bersemangat, gatal). Semakin besar frekuensi gerakan, semakin tinggi pula

tingkat keterangsangan atau kegelisahan yang dialami. Gerakan-gerakan kecil (gesture) yang berulang-ulang dapat mencerminkan

perasaan cemas dari orang yang melakukannya.


E. SENTUHAN
Sentuhan orang lain pada kita, dapat membantu memahami apa yang dirasakan orang lain terhadap kita.

Sentuhan bisa menjadi petunjuk dari afeksi, kepedulian, minat seksual, dominansi, atau agresi. Pemahaman

terhadap apa yang hendak diungkapkan melalui sentuhan bergantung pada beberapa faktor yang terkait

dengan: (1) slapa yang menampilkan sentuhan (keluarga, teman, orang asing, orang sesama jenis kelamin, atau

berbeda jenis kelamin): (2) jenis kontak fisik (lama atau sebentar, lembut atau kasar, bagian tubuh mana yang

disentuh); dan (3) konteks yang ada pada saat sentuhan ditampilkan (situasi bisnis, situasi sosial atau ruang

praktik dokter).

Pengenalan serta pemahaman terhadap pikiran dan perasaan orang lain melalui sentuhan merupakan kegiatan

yang sangat kompleks. Namun, dalam beberapa budaya, jenis-jenis sentuhan tertentu secara konvensional

dipahami sebagai ekspresi dari pikiran dan perasaan tertentu. Pada masyarakat Barat, sentuhan sering kall

menghasilkan reaksi positif pada orang yang disentuh (Alagna, Whitcher, & Fisher, 1979; Smith, Gler, & Willis,

1982). Sedangkan pada masyarakat lain, reaksi terhadap sentuhan bisa berbeda.
F. KOMUNIKASI NONVERBAL MELALUI MULTI-
SALURAN
Dalam Interaksi sehari-hart, kita biasanya Perbandingan antara Informasi dari
menerima informasi dari beragam saluran saluran-saluran yang berbeda dapat
dalam waktu bersamaan. Archer dan Akert
meningkatkan ketepatan penafsiran
(1991) menunjukkan bahwa orang mampu
terhadap tingkah laku nonverbal. Dengan
menafsirkan tanda-tanda yang ditampilkan
mencermati beragam tanda dari
melalui beragam saluran komunikasi nonverbal
dengan cukup tepat, dengan memanfaatkan beragam saluran komunikasi nonverbal,
berbagai tanda meski ada perbedaan pada dapat diperoleh pengenalan dan
beberapa tipe orang Misalnya, orang yang pemahaman yang lebih komprehensif
ekstrovert lebih baik kemampuannya dari pada tentang apa yang dirasakan orang lain.
orang yang introvert.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai