Anda di halaman 1dari 11

1. A.

Prolog
Pada tahun 1950-an, dikalangan psikolog social lahirlah istilah persepsi sosial yang
didefinisikan sebagai the role of socially generated influences on the basic processes of
perception (Mc David dan Harari, 1968:173). Akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an
fokus penelitian tidak lagi pada faktor-faktor sosial yang mempengaruhi persepsi, tetapi objekobjek dan peristiwa sosial. Persepsi sosial kini telah memperoleh konotasi baru sebagai proses
mempersepsi objek-objek dan peristiwa-peristiwa sosial. Untuk tidak mengaburkan istilah dan
untuk menggarisbawahi manusia (bukan benda) sebagai objek persepsi, disini digunakan
istilah persepsi interpersonal. Persepsi pada objek selain manusia kita sebut saja persepsi
objek.
Ada empat
perbedaan
antara
persepsi
objek
dengan
persepsi
interpersonal. Pertama, pada persepsi objek, stimuli ditangkap oleh alat indera kita melalui
benda-benda fisik; gelombang, cahaya, gelombang suara, temperature, dan sebagainya; pada
persepsi interpersonal, stumuli mungkin sampai kepada kita melalui lambang-lambang verbal
atau grafis yang disampaikan fihak ketiga.
Kedua, bila kita menanggapi objek, kita hanya menanggapi sifat-sifat luar obyek itu;
kita tidak meneliti sifat-sifat batiniyah obyek itu. Pada persepsi interpersonal kita mencoba
memahami apa yang tampak pada alat indera kita. Ketiga, ketika kita mempersepsi objek,
objek tidak bereaksi kepada kita; kita pun tidak memberikan reaksi emosional padanya. Dalam
persepsi interpersonal, faktor-faktor personal anda, dan karakteristik orang yang ditanggapi
serta hubungan anda dengan orang tersebut, menyebabkan persepsi interpersonal sampai
cenderung untuk keliru.
Keempat, objek relatif tetap, sedangkan manusia berubah-ubah. Persepsi interpersonal
yang berobjekkan manusia kemudian menjadi mudah salah.
Betetapun kita sulit mempersepsi orang lain, kita toh berhasil juga memahami orang
lain. Buktinya, kita masih dapat bergaul dengan mereka, masih dapat berkomunikasi dengan
mereka, dan masih dapat menduga perilaku mereka. Dari mana kita memperoleh petunjuk
tentang orang lain ? Apa yang menyebabkan kesimpulan kita bahwa X bersifat Y? Kita
menduga karakteristik orang lain dari petunjuk-petunjuk eksternal (external cues) yang dapat
diamanati petunjuk-petunjuk itu adalah diskripsi verbal dari pihak ketiga, petunjuk proksemik,
kinesik, wajah, paralinguistik, dan artifaktual. Selain yang pertama, yang lainnya boleh disebut
sebagai petunjuk non verbal (non verbal cues). Semuanya disebut faktor-faktor situasional.
B. Pengaruh Faktor-faktor Situasional Pada Persepsi Interpersonal
Deskripsi Verbal
Menurut eksperimen Solomon E. Asch, bahwa kata yang disebutkan pertama akan
mengarahkan penilaian selanjutnya. Pengaruh kata pertama ini kemudian terkenal
sebagai primacy effect. Menurut teori Asch, ada kata-kata tertentu yang mengarahkan seluruh
penilaian kita tentang orang lain. Jika kata tersebut berada ditengah rangkaian kata maka
disebut central organizing trait.
Walaupun teori Asch ini menarik untuk melukiskan bagaiana cara orang
menyampaikan berita tentang orang lain mempengaruhi persepsi kita tentang orang itu, dalam
kenyataan kita jarang melakukannya. Jarang kita melukiskan orang dengan menyebut

rangkaian kata sifat. Kita biasanya mulai pada central trait, menjelaskan sifat itu secara
terperinci, baru melanjutkan pada sifat-sifat yang lain.
Petunjuk Proksemik
Proksemik adalah studi tentang penggunaan jarak daam menyamaikan pesan; istilah
ini dilahirkan oleh antroplog intercultural Eward T. Hall. Hall membagi jarak kedalam empat
corak; jarak public, jarak sosial, jarak personal, dan jarak akrab. Jarak yang dibuat individu
dalam hubungannya dengan orang lain menunjukkan tingkat keakraban di antara mereka.
Betulkah kita pun mempersepsi orang lain dengan melihat jaraknya dengan kita? Bagaimana
penanggap mentimpulkan sesuatu dari jarak interpersonal?
Pertama, seperti Edward T. Hall, kita juga menyimpulkan keakraban seorang dengan
orang lain dari jarak mereka, seperti yang kita amati. Kedua, erat kaitannya dengan yang
pertama, kira menangapi sifat orang lain dari cara orang itu membuat jarak dengan
kita. Ketiga, caranya orang mengatur ruang mempengaruhi persepsi kita tentang orang itu.
Petunjuk Kinesik (Kinesic Cues)
Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang lain yang
ditunjukkan kepada kita. Beberapa penelitian membuktikan bahwa persepsi yang cermat
tentang sifat-sifat dari pengamatan petunjuk kinesik. Begitu pentingnya petunjuk kinesik,
sehingga apabila petunjuk-petunjuk lalin (seperti ucapan) bertentangan dengan petunjuk
kinesik, orang mempercayai yang terakhir. Mengapa? Karena petunjuk kinesik adalah yang
paling sukar untuk dikendalikan secara sadar oleh orang yang menjadi stimuli (selanjutnya
disebut persona stimuli-orang yang dipersepsi;lawan dari persona penanggap).
Petunjuk Wajah
Diantara berbagai petunjuk non verbal, petunjuk fasial adalah yang paling penting
dalam mengenali perasaan persona stimuli. Ahli komunikasi non verbal, Dale G. Leather
(1976:21), menulis; Wajah sudah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi
interpersonal. Inilah alat yang sangat penting dalam menyampaikan makna. Dalam beberapa
detik ungkapan wajah dapat menggerakkan kita ke puncak keputusan. Kita menelaah wajah
rekan dan sahabat kita untuk perubahan-perubahan halus dan nuansa makna dan
mereka,pada gilirannya, menelaah kita.
Walaupun petunjuk fasial dapat mengungkapkan emosi, tidak semua orang
mempersepsi emosi itu dengan cermat. Ada yang sangat sensitive pada wajah, ada yang tidak.
Sekarang para ahli psikologi sosial sudah menemukan ukuran kecermatan persepsi wajah itu
dengan tes yang disebut FMST-facial meaning sensitivity test (tes kepekaan makna wajah).
Dengan tes ini, kepekaan kita menangkap emosi pada wajah orang lain dapat dinilai skornya.
Petunjuk Paralinguistik
Yang dimaksud paralinguistik ialah cara orang mengucapkan lambing-lambang verbal.
Jadi, jika petunjuk verbal menunjukkan aoa yang diucapkan, petunjuk paralinguistik
mencerminkan bagaimana mengucapkannya. Ini meliputi tinggi-rendahnya suara, tempo
bicara, gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi atau
obrolan). Suara keras akan dipersepsi marah atau menunjukkan hal yang sangat penting.
Tempo bicara yang lambat, ragu-ragu, dan tersendat-sendat, akan dipahami sebagai ungkapan
rendah diri atau kebodohan.

Dialek ug digunakan menentukan persepsi juga. Bila perilaku komunikasi (cara bicara)
dapat memberikan petunjuk tentang kepribadian persona stimuli, suara mengungkapkan
keadaan emosional.
Petunjuk Artifaktual
Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan (appearance) sejak potongan
tubuh, kosmetik yang dipakai, baju, pangkat, badge, dan atribut-atribut lainnya. Bila kita
mengetahui bahwa seseorang memiliki satu sifat (misalnya, cantik atau jelek), kita
beranggapan bahwa ia memiliki sifat-sifat tertentu (misalnya,periang atau penyedih); ini
disebut halo effect. Bila kita sudah menyenangi seseorang, maka kita cenderung melihat sifatsifat baik pada orang itu dan sebaliknya.
Selain berbagai petunjuk diatas, petunjuk verbal juga mempunyai peran. Yang
dimaksud
dengan
petunjuk
verbal
disini
adalah isi komunikasi
persona
stimuli,
bukan cara. Misalnya,
orang
yang
menggunakan
pilihan
kata-kata
yang
tepat,
mengorganisasikan pesan secara sistematis, mengungkapkan pikiran yang dalam dan
komprehensif, akan menimbulkan kesan bahwa orang itu cerdas dan terpelajar.
C. Pengaruh Faktor-faktor Personal Pada Persepsi Interpersonal
Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada komunikasi interpersonal,
tetapi juga pada hubungan interpersonal. Karena itu,keceramatan persepsi interpersonal akan
sangat berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita. Beberapa cirri-ciri
khusus penanggap yang ceramat adalah :
Pengalaman
Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat
proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian peristiwa yang
pernah kita hadapi. Inilah yang menyebabkan seorang ibu segera melihat hal yang tidak beres
pada wajah anaknya atau pada petunjuk kinesik lainnya. Ibu lebih berpengalaman
mempersepsi anaknya daripada bapak. Ini juga sebabnya mengapa kita lebih sukar berdusta
di depan orang yang paling dekat dengan kita.
Motivasi
Proses konstruktif yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga sangat banyak
melibatkan unsur-unsur motivasi.
Kepribadian
Dalam psikoanalisis dikenal proyeksi, sebagai salah satu cara pertahanan ego. Proyeksi
adalah mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar. Orang melempar
perasaan bersalahnya pada orang lain. Maling teriak maling adalah contoh tipikal dari proyeksi.
Pada persepsi interpersonal, orang mengenakan pada orang lain sifat-sifat yang ada pada
dirinya, yang tidak disenanginya. Sudah jelas, orang yang banyak melakukan proyeksi akan
tidak cermat menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran sebenarnya.
Sebaliknya, orang yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani perasaan
bersalah, cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu pula orang yang tenang,
mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan penilaian posoitif pada orang lain. Ini
disebut leniency effect (Basson dan Maslow, 1957).

Bial petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal membantu kita melakukan persepsi yang
cermat, beberapa factor personal ternyata mempersulitnya. Persepsi interpersonal menjadi
lebih sulit lagi, karena persona stimuli bukanlah benda mati yang tidak sadar. Menusia secara
sadar berusaha menampilkan dirinya kepada orang lain sebaik mungkin. Inilah yang disebut
dengan Erving Goffman sebagai self-presentation (penyajian diri).
D. Proses Pembentukan Kesan
Stereotyping
Seorang guru ketika menghadapi murid-muridnya yang bermacam-macam, ia akan
mengelompokkan mereka pada konsep-konsep tertentu; cerdas, bodoh, cantik, jelek, rajin,
atau malas. Penggunaan konsep ini menyederhanakan bergitu banyak stimuli yang
diterimanya. Tetapi, begitu anak-anak ini diberi kategori cerdas, persepsi guru terhadapnya
akan konsisten. Semua sifat anak cerdas akan dikenakan kepada mereka. Inilah yang
disebutstereotyping.
Stereotyping ini juga menjalaskan terjadinya primacy effectdan halo effect yang sudah
kita jelaskan dimuka. Primacy effectsecara sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama
amat menentukan; karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu pula, halo
effect. Persona stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang
positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik.
Implicit Personality Theory
Memberikan kategori berarti membuat konsep. Konsep makanan mengelompokkan
donat, pisang, nasi, dan biscuit dalam kategori yang sama. Konsep bersahabat meliputi
konsep-konsep raman, suka menolong, toleran, tidak mencemooh dan sebagainya. Disini kita
mempunya asumsi bahwa orang ramah pasti suka menolong, toleran, dan tidak akan
mencemooh kita. Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa yang
berkaitan dengan sifat-sifat apa. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika
membuat kesan tentang orang lain. Teori ini tidak pernah dinyatakan, kerena itu
disebutimplicit personality theory. Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua psikolog, amatir,
lengkap dengan berbagi teori kepribadian. Suatu hari anda menemukan pembantu anda
sedang bersembahyang, anda menduga ia pasti jujur, saleh, bermoral tinggi. Teori anda belum
tentu benar, sebab ada pengunjung masjid atau gereja yang tidak saleh dan tidak bermoral.
Atibusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain
dengan melihat pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne, 1979:56). Atribusi boleh
juga ditujukan pada diri sendiri (self attribution), tetapi di sini kita hanya membicarakan
atribusi pada orang lain. Atribusi merupakan masalah yang cukup poupuler pada dasawarsa
terakhir di kalangan psikologi sosial, dan agak menggeser fokus pembentukan dan perubahan
sikap. Secar garis besar ada dua macam atribusi: atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran.
Fritz Heider (1958) adalah yang pertama menelaah atribusi kausalitas. Menurut Heider,
bila kita mengamati perilaku sosial, pertama-tama kita menentukan dahulu apa yang
menyebabkannya; factor situasional atau personal; dalam teori atribusi lazim disebut
kausalitas eksternal dan kausalitas internal (Jones dan Nisbett, 1972).

Bagaimana kita mengetahui bahwa perilaku orang lain disebabkan factor internal, dan
bukan factor eksternal? Menurut Jones dan Nisbett, kita dapat memahami motif persona
stimuli dengan memperhatikan dua hal. Pertama, kita memfokuskan perhatian pada perilaku
yang hanya memungkinkan satu atau sedikit penyebab. Kedua, kita memusatkan perhatian
pada perilaku yang menyimpang dari pola perilaku yang biasa.
Menurut teori atribusi dari Harold Kelly (1972), kita menyimpulkan kausalitas internal
atau eksternal dengan memperhatikan tiga hal: konsensus, -apakah orang lain bertindak sama
seperti penanggap; konsistensi apakah penanggap bertindak yang sama pada situasi lain;
dan kekhasan(distinctiveness) apakah orang itu bertindak yang sama pada situasi lain, atau
hanya pada situasi ini saja. Menurut teori Kelly, bila ketiga hal itu sangat tinggi, orang akan
melakukan atribusi kausalitas eksternal.
Sekarang bagaimana kita dapat menyimpulkan bahwa persona stimuli jujur atau
munafik (atribusi kejujuran-attribution of honesty)? Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne
(1979:70-71), kita akan memperhatikan dua hal: (1) sejauh mana pernyataan orang itu
menyimpang dari pendapat yang popular dan diterima orang, (2) sejauh mana orang itu
memperoleh keuntungan dari kita dengan pernyataan itu.
E. Proses Pengelolaan Kesan (Impression Management)
Kecermatan persepsi interpersonal dimudahkan oleh petunjuk-petunjuk verbal dan non
verbal, dan dipersulit oleh factor-faktor personal penangkap. Kesulitan persepsi juga timbul
karena persona stimuli berusaha menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu untuk menimbulkan
kesan tertentu pada diri penangkap. Erving Goffman menyebut proses ini pengelolaan kesan
(Impression management).
Peralatan lengkap yang kita gunakan untuk menampilkan diri ini disebut front. Front
terdiri dari panggung (setting), penampilan (appearance), dan gaya bertingkah laku (manner).
Panggung adalah rangkaian peralatan ruang dan benda yang kita gunakan. Penampilan berarti
menggunakan petunjuk artifaktual. Gaya bertingkah laku menunjukkan cara kita berjalan,
duduk, berbicara, memandang, dan sebagainya.
F. Pengaruh Persepsi Interpersonal Pada Komunikasi Interpersonal
Perilaku kita dalam komunikasi interpersonal amat bergantung pada persepsi
interpersonal. Karena perspsi yang keliru, seringkali terjadi kegagalan dalam komunikasi.
Kegagalan komunikasi dapat diperbaiki bila orang menyadari bahwa persepsinya mungkin
salah. Komunikasi interpersonal kita akan menjadi lebih baik bila kita mengetahui bahwa
persepsi kita bersifat subjektif dan cenderung keliru. Kita jarang meneliti kembali persepsi
kita. Akibat lain dari persepsi kita yang tidak cermat ialah mendistorsi pesan yang tidak sesuai
dengan persepsi kita. Persepsi kita tentang orang lain cenderung stabil, sedangkan persepsi
stimuli adalah manusia yang selalu berubah. Adanya kesenjangan antara persepsi dengan
realitas sebenarnya mengakibatkan bukan saja perhatian selektif, tetapi juga penafsiran pesan
yang keliru. Wallahu Alam.

2.Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep
diri yang positif, ditandai dengan lima hal, yaitu:

a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;

b. Merasa stara dengan orang lain;

c. Menerima pujian tanpa rasa malu;

d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai

berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang


tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat;

e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup

mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang


tidak disenanginya dan berusaha mengubah.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi
antarpribadi, yaitu:

Karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan


konsep dirinya. Bila seseorang mahasiswa menganggap dirinya sebagai
orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri kuliah secara teratur,
membuat catatan yang baik, mempelajari materi kuliah dengan sungguhsungguh, sehingga memperoleh nilai akademis yang baik.

Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan


komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain
meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri,
konsep diri menjadi dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan
pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalamanpengalaman dan gagasan baru.

Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai


communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi
disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri. Untuk menumbuhkan
percaya diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.

Selektivitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena


konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri
(terpaan selektif), bagaimana kita mempersepsi pesan (persepsi selektif),
dan apa yang kita ingat (ingatan selektif). Selain itu konsep diri juga
berpengaruh dalam penyandian pesan (penyandian selektif).

3. ATRAKSI INTERPERSONAL

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik
seseorang. Makin tertarik kita dengan orang lain maka semakin besar kecenderungan
kita untuk berkomunikasi dengan orang lain. Atraksi timbul oleh adanya faktor-faktor
baik yang bersifat personal maupun situasional.
Faktor-faktor penyebab timbulnya atraksi
A. Faktor Personal
1. Kesamaan karakteristik personal
Kesamaan karakteristik personal ditandai dengan kesamaan dalam nilai-nilai, sikap,
keyakinan, tingkat/status sosisal ekonomi, agama, ideologi, dan lain-lain. Mereka yang
memiliki kesamaan dalam hal-hal tadi, cenderung menyukai satu sama lain.
2. Tekanan emosional (stres)
Orang yang berada di bawah tekanan emosional, stres, bingung, cemas dan lain-lain
akan menginginkan kehadiran orang lain untuk membantunya, sehingga kecenderungan
untuk menyukai orang lain semakin besar.
3. Harga diri yang rendah
Orang yang rendah diri cenderung mudah untuk menyuaki orang lain. Orang yang
merasa penampilan dirinya kurang menarik akan mudah menerima persahabatan dari
orang lain.
4. Isolasi sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia mungkin tahan untuk hidup terasing selama beberapa
waktu, namun tidak untuk waktu yang lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
tingkat isolasi sosial sangat besar pengaruhnya terhadap kesukaan kita pada orang lain.
B. Faktor-faktor situasional
1. Daya tarik fisik (physical attractiveness)
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa daya tarik fisik seseorang sering menjadi
penyebab utama atraksi interpersonal. Mereka yang berpenampilan cantik menarik
biasanya lebih mudah mendapat perhatian dan simpati orang.
2. Ganjaran (reward)
Pada umumnya seseorang akan menyukai orang yang memberikan ganjaran pada
dirinya. Ganjaran bisa berupa bantuan, dorongan moral, pujian atau hal-hal yang
meningkatkan harga diri kita.
3. Familiarity
Seseorang atau hal-hal yang sudah kita kenal dan akrab dengan kita biasanya lebih
disukai daripada hal-hal atau orang yang masih asing bagi kita. Contohnya adalah
dengan penerapan teknik repetisi dalam iklan agar kita semakin akrab dengan produk
yang diiklankan sehingga akhirnya menyukai produk tersebut.
4. Kedekatan (proximity) atau closeness.
Hubungan kita dengan orang lain tergantung seberapa dekat kita dengan orang tersebut.
Sebagai contoh, sejumlah kasus menunjukkan bahwa orang lebih menyukai orang lain
berdekatan tempat tinggal dengannya.
5. Kemampuan (competence)

Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang lain yang memiliki
kemampuan lebih tinggi atau lebih berhasil dalam kehidupannya daripada dirinya.

Pengaruh Atraksi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal


Daya tarik seseorang sangat penting bagi komunikasi interpersonal. Jika kita menyukai
seeorang maka kita cenderung melihat segala sesuatu dari diri orang tersebut dengan
positif sebaliknya jika kita tidak menyuaki seseorang maka kita akan meliaht segala
sesuatu dari orang tersebut secara negatif.
Situasi tersebut sangat penting bagi terciptanya komunikasi interpersonal yang efektif,
sebab semakin positif sikap kita terhadap lawan bicara kita maka mekin efektif pula
kegiatan komunikasi yang kita lakukan dengan orang tersebut.

4. Teori Mengenai Hubungan Interpersonal


Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai hubungan interpersonal,
yaitu:
1. Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu
transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan
sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang
pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut:
Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap
individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya
selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan
biaya.
Ganjaran yang dimaksud adalah setiap akibat yang dinilai positif yang
diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang,
penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai yang dipegangnya. Sedangkan
yang dimaksud dengan biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam
suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan
keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efekefek
tidak menyenangkan.
2. Model Peranan
Model peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai
panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya sesuai
dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal
berkembang baik bila setiap individu bertidak sesuai dengan peranannya.
3. Model Interaksional
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem.
Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif dan medan. Semua sistem
terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama
sebagai suatu kesatuan. Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan
untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem
terganggu, segera akan diambil tindakannya. Setiap hubungan interpersonal
harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan
pelaksanaan peranan.

Tahap Hubungan Interpersonal


Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
1. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa
peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama,

fase kontak yang permulaan, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk
menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha
menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. bila mereka
merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada
tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat
tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat
dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan
pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d)
kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat.
2. Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan
tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat
faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b)
kontrol; c)respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat. Keakraban merupakan
pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang.
Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat
tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan
tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang
mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah
yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang
dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau
tidak ada pihak yang mau mengalah.
Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus
diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan
harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan
keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan
verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius
dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh
diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka
hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah
memberikan respon yang tidak tepat.
Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal
adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung.
Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana
emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar
kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah
suasana emosi.
3. Pemutusan Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among
Humans, setidaknya ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan
pemutusan hubungan, yaitu:
a. Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang
tertentu dengan merendahkan orang lain.
b. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain
sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.

http://psikologi.or.id
c. Kegagalan, dimana masing-masing berusaha menyalahkan yang lain
apabila tujuan bersama tidak tercapai.
d. Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia
ketahui menyinggung perasaan yang lain.
e. Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.

Faktor-Faktor Menumbuhkan Hubungan


Interpersonal dalam Komunikasi
Interpersonal.
1. Percaya (trust).

Percaya didevinisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan


yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dalam situasi yang penuh resiko.
a.
b.

a.
b.
c.

Ada situasi yang menimbulkan resiko. Bila orang menaruh kepercayaan kepada seseorang, ia
akan menghadapi resiko. Resiko itu dapat berupa kerugiaan yang anda alami.
Faktor yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibatakibatnya bergantung kepada orang lain.
c. Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap percaya:
Karakteristik dan maksud orang lain. Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang yang
dianggap memiliki kemampuan, keterampilan atau pengalaman dalam bidang tertentu.
Hubungan kekuasaan. Percaya apabila orang-orang mempunyai kekuasaan terhadap orang
lain.
Sifat dan kualitas komunikasi. Bila komunikasi bersifat terbuka, bila maksud dan tujuan
sudah jelas, ekspektasi sudah dinyatakan maka akan tumbuh sikap percaya.
Ada tiga faktor utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya atau mengembangkan
komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya. Menerima, empati dan kejujuran.
Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tampa menilai dan
berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap melihat orang lain sebagai manusia, sebagai
individu yang patut dihargai.
Empati adalah memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosinal bagi kita,
sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia menanggapi orang lain
siap mengalami suatu emosional.
Kejujuran adalah faktor ketiga yang menumbuhkan sikap percaya. Kejujuran
mengakibatkan perilaku kita dapat diduga, ini mendorong orang-orang untuk percaya pada
kita.
2. Sikap suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap depentif dalam komunikasi dalam
penelitian gaib di ungkapkan bahwa makin sering orang menggunakan perilaku depentif,
makin besar kemungkinan komunikasi depentif, komunikasi depentif berkurang dalam
perilaku suportif, ketika orang menggunakan perilaku ke sebelah kanan.
a. Evaluasi dan Deskripsi. Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain, memuji atau
mengancam. Deskripsi artinya penyampaian pesan dan persepsi antara tampa menilai.

b. Control dan Orientasi Masalah. Perilaku kontrol adalah berusaha untuk mengubah orang
lain, mengendalikan perilakunya, mengubah sikap, pendapat dan tindakannya.
c. Strategi dan spontanitas. Stategi adalah penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk
mempengaruhi orang lain.
d. Netralitas dan Empati. Netralitas berarti sikap inpersonal memperlakukan orang lain tidak
sebagai persona, melainkan sebagi objek.
e. Superioritas dan Persamaan. Superioritas berarti sikap menunjukkan anda lebih tinggi atau
lebih baik dari pada orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan
atau kecantikan.
f. Kepastian dan Provisionalisme. Orang yang memiliki kepastian berarti memiliki dogmatis,
keinginan menang sendiri dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak
dapat diganggu gugat
3. Sikap terbuka.

a.
b.
c.
d.
e.

Sikap terbuka amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi


interpersonal yang efektif
Kriteria sikap orang terbuka:
Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajengan logika.
Membedahkan dengan muda melihat nuansa
Berorientasi pada isi
Mencari informasi dari berbagai sumber.
Lebih bersifat profesional dan bersedia mengubah kepercayannya.
Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.

Anda mungkin juga menyukai