Anda di halaman 1dari 5

Model Komunikasi Transaksional Model komunikasi transaksional adalah proses

pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus menerus dalam sebuah episode
komunikasi. Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan.
Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan
baik verbal maupun nonverbal. Model komunikasi transaksional berarti proses yang terjadi
bersifat kooperatif, pengirim dan penerima sama-sama bertanggung jawab dampak dan
efektivitas komunikasi yang terjadi. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam
konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa
semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.
Dalam model ini komunikasi merupakan upaya untuk mencapai kesamaan makna. Apa yang
dikatakan seseorang dalam sebiah transaksi sangat dipengaruhi pengalamannya dimasa lalu.
Misalnya, seseorang banyak berkata tentang penyakit jantung, bagaimana rasanya, usaha apa saja
untuk mengontrol penyakit ini, dan obat apa yang mampu mengontrolnya. Dipastikan orang yang
berbicara banyak tentang penyakit ini adalah orang yang memiliki pengalaman dengan penyakit
ini, misalnya dia seorang yang menderita penyakit jantung, orang yang disayangi menderita sakit
jantung, atau dia adalah seorang dokter. Model komunikasi transaksional membangun
kesadaran kita bahwa antara pesan satu dengan pesan yang lain saling berhubungan, saling
ketergantungan. Asumsi model ini adalah ketika komunikasi terjadi terus menerus, kita akan
berurusan dengan elemen verbal dan non verbal, artinya para komunikator sedang
menegosiasikan makna. Ketika anda mendengarkan seseorang yang berbicara, sebenarnya pada
saat itu bisa saja anda pun mengirimkan pesan secara nonverbal (isyarat tangan, ekspresi wajah,
nada suara, dan sebagainya) kepada pembicara tadi. Anda menafsirkan bukan hanya kata-kata
pembicara tadi, juga perilaku nonverbalnya. Dua orang atau beberapa orang yang berkomunikasi,
saling bertanya, berkomentar, menyela, mengangguk, menggeleng, mendehem, mengangkat
bahu, memberi isyarat dengan tangan, tersenyum, tertawa, menatap, dan sebagainya, sehingga
proses penyandian (encoding) dan penyandian-balik (decoding) bersifat spontan dan simultan di
antara orang orang yang terlibat dalam komunikasi. Semakin banyak orang yang berkomunikasi,
semakin rumit transaksi komunikasi yang terjadi. Bila empat orang peserta terlibat dalam
komunikasi, akan terdapat lebih banyak peran, hubungan yang lebih rumit, dan lebih banyak
pesan verbal dan nonverbal. Contohnya, ketika seorang teman anda sedang menceritakan
pengalamannya sebagai dokter ahli jantung. Anda yang berprofesi sebagai pemadam kebakaran
mungkin merasa kesulitan memahami kata-kata teman anda, anda hanya diam mendengarkan
sambil mengerutkan dahi. Melihat ekspresi anda yang seperti itu, kemungkinan teman anda akan
menjelaskan kata-kata sulit tersebut kemudian meneruskan pembicaraan. Dalam pembicaraan
anda dan teman anda terjadi pertukaran tidak hanya elemen verbal tetapi elemen nonverbal juga.
Disini elemen nonverbal memiliki kedudukan sama pentingnya dengan elemen verbal. Dalam
konteks ini komunikasi adalah suatu proses personal karena makna atau pemahaman yang kita
peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Penafsiran anda atas perilaku verbal dan nonverbal orang
lain yang anda kemukakan kepadanya juga mengubah penafsiran orang lain tersebut atas pesan-
pesan anda, dan pada gilirannya, mengubah penafsiran anda atas pesan-pesannya, begitu
seterusnya. Menggunakan pandangan ini, tampak bahwa komunikasi bersifat dinamis.
Pandangan inilah yang disebut komunikasi sebagai transaksi, yang lebih sesuai untuk
komunikasi tatap muka yang mungkinkan pesan atau respons verbal dan nonverbal bisa
diketahui secara langsung. Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa
komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respons yang
dapat diamati. Artinya, komunikasi terjadi apakah para pelakunya menyengajanya atau tidak, dan
bahkan meskipun menghasilkan respons yang tidak dapat diamati. Berdiam diri, mengabaikan
orang lain di sekitar, bahkan meninggalkan ruangan, semuanya bentuk-bentuk komunikasi,
semuanya mengirimkan sejenis pesan. Gaya pakaian dan rambut anda, ekspresi wajah anda,
jarak fisik antara anda dengan orang lain, nada suara anda, kata-kata yang anda gunakan, semua
itu mengkomunikasikan sikap, kebutuhan, perasaan dan penilaian anda. Dalam model
komunikasi transaksional, pengalaman untuk mencapai kesamaan makna akan membuat
komunikasi yang terjadi semakin efektif. Misalnya seminar penyuluhan jantung kronis dihadiri
oleh pembicara seorang dokter ahli jantung dan peserta seminar adalah orang-orang penderita
jantung kronis. Pengalaman tentang pengobatan (memberi pengobatan dan menerima
pengobatan) merupakan perpotongan pengalaman diantara dua pihak yang melakukan transaksi.
Kesamaan pengalaman ini membuat seminar dapat berjalan dengan baik karena para peserta
seminar tidak harus mengerutkan kening mendengar istilah kedokteran tentang penyakit jantung
ini, dan dokterpun tidak harus menjelaskan ulang tentang istilah yang berkaitan dengan penyakit
tersebut.

ANALISIS TRANSAKSIONAL (ERIC BERNE) Teori analisis transaksional


merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play .
Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis
transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada
hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu
teori komunikasi antarpribadi yang mendasar. Kata transaksi selalu mengacu pada proses
pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang
dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional
sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang
terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan). Dalam diri setiap manusia, seperti
dikutip Collins (1983), memiliki tiga status ego. Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap
orangtua (Parent= P. exteropsychic); sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic); dan ego
anak (Child = C, arheopsychic). Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang (baik dewasa,
anak-anak, maupun orangtua). Sikap orangtua yang diwakili dalam perilaku dapat ter1ihat
dan terdengar dari tindakan maupun tutur kata ataupun ucapan-ucapannya. Seperti tindakan
menasihati orang lain, memberikan hiburan, menguatkan perasaan, memberikan pertimbangan,
membantu, melindungi, mendorong untuk berbuat baik adalah sikap yang nurturing parent
(NP). Sebaliknya ada pula sikap orang tua yang suka menghardik, membentuk, menghukum,
berprasangka, melarang, semuanya disebut dengan sikap yang critical parent (CP). Setiap
orang juga menurut Berne memiliki sikap orang dewasa. Sikap orang dewasa umumnya
pragmatis dan realitas. Mengambil kesimpulan, keputusan berdasarkan fakta-fakta yang ada.
Suka bertanya, mencari atau menunjukkan fakta-fakta, bersifat rasional dan tidak emosional,
bersifat objektif dan sebagainya. Sikap lain yang dimiliki juga adalah sikap anak-anak.
Dibedakan antara natural child (NC) yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu, berkhayal,
kreatif, memberontak. Sebaliknya yang bersifat adapted child (AC) adalah mengeluh, ngambek,
suka pamer, dan bermanja diri. Ketiga sikap itu ibarat rekaman yang selalu diputar-putar bagai
piringan hitam dan terus bernyanyi berulang-ulang di saat dikehendaki dan dimungkinkan.
Karenanya maka sering anda berkata : si Pulan sangat dewasa; si Iteung kekanak-kanakan; atau
si Ucok sok tua, mengajari/menggurui. Bagaimana cara mengetahui sikap ego yang dimiliki
setiap orang? Berne mengajukan empat cara, yaitu: 1. Melihat tingkah laku nonverbal maupun
verbal yang digunakannya. Tingkah laku nonverbal tersebut pada umumnya sama namun dapat
dibedakan kode-kode simbolnya pada setiap orang sesuai dengan budaya yang melingkupinya.
Di samping nonverbal juga melalui verbal, misalnya pilihan kata. Seringkali (umumnya) tingkah
laku melalui komunikasi verbal dan nonverbal berbarengan. 2. Mengamati bagaimana sikap
seseorang ketika bergaul dengan orang lain. Dominasi satu sikap dapat dilihat kalau Pulan sangat
menggurui orang lain maka Pulan sangat dikuasai oleh P dalam hal ini critical parent. Si
Iteung suka ngambek maka Iteung dikuasai oleh sikap anak. Si Ucok suka bertanya dan mencari
fakta-fakta atau latar belakang suatu kejadian maka ia dikuasai oieh sikap dewasa. 3.
Mengingat kembali keadaan dirinya sewaktu masih kecil; hal demikian dapat terlihat misalnya
dalam ungkapan : buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Cara berbicara, gerak-gerik nonverbal
mengikuti cara yang dilakukan ayah dan ibunya yang anda kenaI. 4. Mengecek perasaan diri
sendiri, perasaan setiap orang muncul pada konteks, tempat tertentu yang sangat mempengaruhi
apakah lebih banyak sikap orang tua, dewasa, ataupun anak-anak sangat menguasai
mempengaruhi seorang.
Berne juga mengemukakan terdapat beberapa faktor yang menghambat terlaksananya
transaksi antarpribadi, atau keseimbangan ego sebagai sikap yang dimiliki seseorang itu.
Terdapat dua hambatan utama yaitu: 1. Kontaminasi (contamination). Kontaminasi
merupakan pengaruh yang kuat dari salah satu sikap atau lebih terhadap seseorang sehingga
orang itu “berkurang” keseimbangannya. 2. Eksklusif ( exclusive ); penguasaan salah satu
sikap atau lebih terlalu lama pada diri seseorang. Misalnya sikap orang tua yang sangat
mempengaruhi seseorang dalam satu waktu yang lama sehingga orang itu terus menerus
memberikan nasihat, melarang perbuatan tertentu, mendorong dan menghardik.
Berne mengajukan tiga jenis transaksi antarpribadi yaitu: transaksi komplementer,
transaksi silang, dan transaksi tersembunyi. 1. Transaksi komplementer; jenis transaksi ini
merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antarpribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap
pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun
dalam jenis sikap ego yang berbeda. Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama,
sikap dewasa. Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua
sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak. Komunikasi antarpribadi dapat dilanjutkan
manakala terjadi transaksi yang bersifat komplementer karena di antara mereka dapat memahami
pesan yang sama dalam suatu makna. 2. Transaksi silang; terjadi manakala pesan yang
dikirimkan komunikator tidak mendapat respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari
transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antarpribadi karena kesalahan dalam
memberikan makna pesan. Komunikator tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalah-
pahaman sehingga kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan lain. 3. Transaksi
tersembunyi; jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan komunikan
sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap tersembunyi ini
sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain oleh si penerima. Bentuk-
bentuk transaksi tersembunyi bisa terjadi jika ada 3 atau 4 sikap dasar dari mereka yang terlibat
dalam komunikasi antarpribadi namun yang diungkapkan hanya 2 sikap saja sedangkan 1 atau 2
lainnya tersembunyi. Jika terjadi 3 sikap dasar sedangkan yang lainnya disembunyikan maka
transaksi itu disebut transaksi tersembunyi 1 segi (angular). Kalau yang terjadi ada 4 sikap dasar
dan yang disembunyikan 2 sikap dasar disebut dengan dupleks.
Berne juga mengajukan rekomendasinya untuk posisi dasar seseorang jika berkomunikasi
antarpribadi secara efektif dengan orang lain. Ada empat posisi yaitu : 1. Saya OK, kamu OK
(I’m OK., you’re OK) 2. Saya OK, kamu tidak OK (I’m OK, you’re not OK) 3. Saya
tidak OK, kamu OK (I’m not OK, yo/ire OK) 4. Saya tidak OK, kamu tidak OK (I’m not
OK, you’re not OK).
Komunikasi sebagai interaksi Komunikasi Interaks i adalah proses dimana setiap
individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna
dalam lingkungan mereka. Komunikasi interaksi terjadi karena adanya proses atau pertukaran
informasi antara satu individu dengan individu lainnya atau satu kelompok dengan kelompok
lainnya dan akhirnya menciptakan ‘’ feedback ’’ atau umpan balik. Umpan balik adalah
komunikasi yang diberikan pada sumber pesan oleh penerima pesan untuk menunjukan
pemahaman. Model linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima .
Tentu hal ini merupakan pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-partisipan dalam
proses komunikasi . Oleh karena itu, Wilbur Schramm ( 1954 ) mengemukakan bahwa kita
juga harus mengamati hubungan antara seorang pengirim dan penerima. Model komunikasi
interaksional yang menekankan proses komunikasi dua arah dari pengirim kepada penerima dan
sebaliknya dari penerima kepada pengirim. Interaksional mengilustrasikan bahwa seseorang
dapat menjadi baik pengirim maupun penerima dalam sebuah interaksi , tetapi tidak dapat
menjadi keduanya sekaligus. Satu elemen penting bagi model komunikasi interaksional adalah
umpan balik atau tanggapan terhadap suatu pesan . Umpan balik dapat berupa verbal maupun
non-verbal , sengaja maupun tidak sengaja. Umpan balik juga membantu para komunikator
untuk mengetahui apakah pesan mereka tersampaikan atau tidak dan sejauh mana pencapaian
makna terjadi. Dalam model interaksional, umpan balik terjadi setelah pesan diterima, bukan
pada saat pesan sedang dikirim. Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu
proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan,
baik verbal atau non verbal, seseorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal dan
non verbal. Salah satu unsur yang ditambahkan dalam konseptualisasi ini adalah umpan balik
(feed back ), yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan, yamg sekaligus
digunakan sumber pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang ia sampaikan
sebelumnya

Daftar pustaka
http://irmaprasetya.blogspot.com/2014/10/komunikasi-sebagai-
transaksi-dan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai